dikonsumsi satu kali atau beberapa kali saja dan akan cepat habis. Sedangkan berdasarkan tujuan pemakaian oleh pemakainya maka produk
jamu dapat dikategorikan sebagai barang konsumsi. Sebagai barang konsumsi, produk jamu digolongkan sebagai barang konvinien karena
produk jamu ini merupakan barang kebutuhan sehari-hari yang umumnya seringkali dikonsumsi masyarakat dan produknya mudah dicari.
2.3. Atribut Produk
Atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian
Tjiptono, 1997. Setiap produk tentunya memiliki atribut yang berwujud. Menurut Kotler dan Amstrong 2001 atribut produk terdiri atas:
1. Kualitas produk, merupakan kemampuan produk untuk menjalankan
fungsinya, termasuk juga mencakup daya tahan, kehandalan, ketepatan, kemudahan penggunaan, perbaikan serta atribut bernilai lainnya.
2. Fitur produk, fitur mengarah kepada alat-alat yang dapat digunakan
untuk membedakan produk perusahaan dengan lainnya. Perusahaan yang mampu memperkenalkan fitur baru sesuai kebutuhan konsumen
merupakan cara efektif memenangkan persaingan. 3.
Desain produk, desain produk berbeda dengan gaya. Gaya menggambarkan tampilan produk yang tampak secara fisik. Desain
produk bukan tentang penampilan saja, tetapi lebih mengarah kepada peningkatan kinerja produk.
Sedangkan menurut Tjiptono 1997, atribut produk meliputi beberapa macam diantaranya adalah:
1. Merek
Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau lambang, desain, warna, gerak atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang
diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. ada beberapa tujuan dari merek yaitu:
a. Sebagai identitas, yang bermanfaat dalam diferensiasi atau
membedakan produk suatu perusahaan dengan produk pesaingnya. Ini akan memudahkan konsumen untuk mengenalinya saat
berbelanja dan saat melakukan pembelian ulang. b.
Alat promosi, yaitu sebagai daya tarik produk. c.
Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan, jaminan kualitas, serta prestise tertentu kepada konsumen.
d. Untuk mengendalikan pasar.
Agar suatu merek dapat mencerminkan makna-makna yang ingin disampaikan maka ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan
yaitu: a.
Merek harus khas atau unik. b.
Merek harus menggambarkan kualitas produk. c.
Merek harus mudah diucapkan, dikenali dan diingat. d.
Merek tidak boleh mengandung arti yang buruk di negara dan dalam bahasa lain.
e. Merek harus dapat menyesuaikan diri adaptable dengan produk-
produk baru yang mungkin ditambahkan kedalam lini produk. Berkaitan dengan produk jamu, saat ini di pasar terdapat sejumlah
merek jamu dari perusahaan-perusahaan jamu yang terkenal seperti misalnya jamu amurat produksi Nyonya Meneer, Kuku Bima produksi
Sido Muncul, jamu pegal linu produksi Air Mancur, Basmangin produksi Jamu Jago, dan masih banyak merek produk jamu lainnya.
Sebuah perusahaan jamu perlu memperhatikan faktor merek ini karena dengan adanya merek maka akan memudahkan konsumen untuk
mengenali produk jamu perusahaan saat melakukan pembelian. Pemberian merek tersebut juga dapat menjadi alat promosi bagi
perusahaan jamu sebagai daya tarik sekaligus juga untuk memberikan keyakinan kepada konsumen perihal kualitas dari produk perusahaan
jamu tersebut.
Perusahaan yang ingin mencantumkan merek pada produknya dapat memilih salah satu strategi pemberian nama merek sebagai berikut
Kotler, 1994: a.
Nama merek khusus. Manfaat terbesar dari pemberian nama merek khusus ini adalah bahwa perusahaan tidak menggantungkan
reputasinya pada satu produk tertentu. Bila produk tertentu gagal atau ternyata memiliki kualitas yang kurang baik, maka hal itu tidak
akan banyak mengganggu nama perusahaan. b.
Nama kelompok gabungan bagi semua produk. Manfaat terbesar dari pemberian nama kelompok gabungan bagi semua produk ini
adalah biaya memperkenalkan produk akan lebih kecil, karena tidak diperlukan penelitian “nama” atau pengeluaran iklan besar-besaran
yang dibutuhkan agar merek diakui dan dipilih. c.
Nama kelompok yang terpisah. Ini dilakukan jika perusahaan memproduksi produk-produk yang jelas berbeda.
d. Nama perusahaan digabung dengan nama khusus. Nama perusahaan
mengesahkan produk baru dan merek khusus memberi ciri kepribadian pada produk baru.
Dari beberapa startegi pemberian merek di atas, tampaknya perusahaan jamu lebih cenderung menggunakan strategi merek khusus. Terlihat
dari ada begitu banyak nama merek dari produk jamu yang diproduksi dan dipasarkan oleh satu perusahaan jamu.
2. Kemasan Pengemasan
merupakan proses
yang berkaitan
dengan perancangan dan pembuatan wadah atau pembungkus untuk suatu
produk. Tujuan penggunaan kemasan antara lain: e.
Sebagai pelindung isi misalnya dari kerusakan, kehilangan, berkurangnya kadar atau isi, dan sebagainya.
f. Untuk memberikan kemudahan dalam penggunaan, misalnya supaya
tidak tumpah, sebagai alat pemegang, mudah menyemprotkannya seperti obat nyamuk, parfum, dan lain-lain.
g. Bermanfaat dalam pemakaian ulang, misalnya untuk diisi kembali
atau untuk wadah lain. h.
Memberikan daya tarik, yaitu aspek artistik, warna, bentuk, maupun desainnya.
i. Sebagai identitas produk misalnya berkesan kokoh atau awet, lembut
atau mewah. j.
Distribusi, misalnya mudah disusun, dihitung dan sebagainya. k.
Informasi, yaitu menyangkut isi, pemakaian dan kualitas. l.
Sebagai cermin inovasi produk, berkaitan dengan kemajuan teknologi dan daur ulang.
Pemberian kemasan pada suatu produk memberikan tiga manfaat Berkowitz et al, 1992 yaitu :
a. Manfaat komunikasi
Manfaat utama kemasan adalah sebagai media pengungkapan informasi produk kepada konsumen. Informasi tersebut meliputi
cara menggunakan produk, komposisis produk dan informasi khusus efek samping, frekwensi pemakaian dan sebagainya. Informasi
lainnya berupa segel atau simbol bahwa produk tersebut halal dan telah lulus pengujian atau di sahkan oleh instansi pemerintah yang
berwewenang. b.
Manfaat fungsional Kemasan seringkali pula memastikan peranan fungsional yang
penting seperti memberikan kemudahan, perlindungan, dan penyimpanan.
c. Manfaat perseptual
Kemasan juga bermanfaat dalam menanamkan persepsi tertentu dalam benak konsumen. Air mineral seperti Aqua diberi kemasan
yang berwarna biru muda untuk memberikan persepsi bahwa produknya segar dan sehat.
Berkaitan dengan produk jamu, jenis kemasan yang biasa digunakan oleh perusahaan jamu untuk melindungi isi produk jamunya
bisa berupa sachet, plastik, botol, kertas, dan tetrapack. Perusahaan jamu perlu memperhatikan faktor kemasan dari produknya karena disamping
menjalankan fungsi pokoknya yaitu sebagai pelindung isi dari produk jamu itu sendiri, kemasan juga dapat berguna untuk menarik minat
konsumen untuk membeli produk jamu perusahaan. Hal ini menjadikan perusahaan jamu saling berlomba untuk membuat desain kemasan
produknya semenarik mungkin dengan tujuan agar konsumen tertarik membeli produk perusahaan.
Dalam menetapkan strategi pengemasan atas produknya, hal yang harus diperhatikan adalah bahwa perusahaan jamu harus memperhatikan
elemen-elemen terkait dengan konsep kemasan seperti ukuran, bentuk, bahan, warna, teks dan tanda merek. Setelah desain kemasan disusun,
perusahaan jamu perlu melakukan berbagai uji misalnya uji perekayasaan untuk menjamin bahwa kemasan produk jamu tersebut
mampu bertahan dalam kondisi normal, uji visual untuk meyakinkan bahwa segala bentuk tulisan dapat dibaca dengan warna yang seimbang,
uji penyalur untuk melihat apakah penyalur menganggap bahwa kemasan cukup menarik dan uji konsumen untuk meyakinkan adanya
tanggapan baik dari para pembeli produk jamu milik perusahaan tersebut.
3. Pemberian label Labelling
Labelling berkaitan erat dengan pengemasan. Label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai
produk dan penjual. Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan atau bisa pula merupakan etiket tanda pengenal yang dicantelkan pada
produk. Secara garis besar terdapat tiga macam label Stanton et al, 1994 yaitu:
a. Brand label, yaitu nama merek yang diberikan pada produk atau
dicantumkan pada kemasan b.
Descriptive label, yaitu label yang memberikan informasi obyektif mengenai penggunaan, konstruksi atau pembuatan, perawatan atau
perhatian dan kinerja produk serta karakteristik-karakteristik lainnya yang berhubungan dengan produk.
c. Grade label, yaitu label yang mengidentifikasi penilaian kualitas
produk dengan suatu huruf, angka atau kata. Berkaitan dengan produk jamu, macam label yang biasa digunakan
umumnya dalam bentuk descriptive label. Biasanya dalam label kemasan berisikan informasi tentang komposisi atau kandungan dari
bahan-bahan yang ada dalam jamu tersebut, serta juga berisikan tentang aturan pengkonsumsian.
Perusahaan jamu perlu memperhatikan faktor pemberian label dari produknya karena label dapat berguna untuk memberikan informasi
kepada konsumen tentang kandungan dari produk jamu tersebut, aturan pemakaian atau pengkonsumsian serta informasi lainnya yang penting
dan perlu diketahui oleh konsumen. 4.
Layanan pelengkap Suplementary Service Dewasa ini produk apapun tidak terlepas dari unsur jasa atau
layanan, baik itu jasa sebagai produk inti maupun jasa sebagai pelengkap. Layanan pelengkap dapat diklasifikasikan menjadi delapan
kelompok Lovelock, 1994 yaitu: a.
Informasi, misalnya jalan atau arah menuju tempat produsen, jadwal atau skedul penyampaian produk atau jasa, harga, instruksi mengenai
cara menggunakan produk inti atau layanan pelengkap, peringatan, kondisi penjualan atau layanan, pemberitahuan adanya perubahan,
dokumentasi. b.
Konsultasi, seperti pemberian saran, auditing, konseling pribadi dan konsultasi manajemen
c. Order taking, meliputi aplikasi keanggotaan di klub atau program
tertentu, jasa langganan, jasa berbasis kualifikasi misalnya perguruan tinggi, order entry, dan reservasi tempat duduk, meja,
ruang, admisi untuk fasilitas yang terbatas contohnya pameran.
d. Hospitality, diantaranya sambutan, food and beverages, toilet dan
kamar kecil, perlengkapan kamar mandi, fasilitas menunggu majalah, hiburan, koran, ruang tunggu, transportasi dan sekuriti
satpam. e.
Caretaking, terdiri dari perhatian atas barang milik pelanggan yang mereka bawa serta perhatian dan perlindungan atas barang yang
dibeli pelanggan. f.
Exceptions, meliputi permintaan khusus sebelum penyampaian produk, menangani komplain atau pujian atau saran, pemecahan
masalah dan restitusi pengembalian uang, kompensasi dan sebagainya.
g. Billing, meliputi laporan rekening periodik, faktur untuk transaksi
individual, laporan verbal mengenai jumlah rekening, mesin yang memperlihatkan jumlah rekening dan self billing.
h. Pembayaran,
berupa swalayan
oleh pelanggan,
pelanggan berinteraksi
dengan personil
perusahaan yang
menerima pembayaran, pengurangan otomatis atas rekening nasabah, serta
kontrol dan verifikasi. Berkaitan dengan produk jamu, layanan pelengkap yang biasanya
dilakukan oleh perusahaan jamu bisa dalam bentuk informasi tentang cara menggunakan atau mengkonsumsi produk jamu perusahaan,
mengadakan pameran. Perusahaan jamu perlu memperhatikan faktor layanan pelengkap
ini karena terkadang konsumen kurang memahami dengan baik informasi yang terkandung dalam kemasan produk atau sebaliknya
perusahaan tidak dapat memberikan informasi yang lebih detail dalam kemasan misalnya karena keterbatasan ukuran kemasan. Dengan
adanya layanan pelengkap ini maka konsumen bisa mendapatkan informasi yang lebih lengkap perihal produk perusahaan atau mungkin
juga bisa berkonsultasi dalam memilih produk yang sesuai dengan
kebutuhan mereka mengingat produk yang dihasilkan oleh perusahaan
jamu sangat beragam.
5. Jaminan
Jaminan adalah janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen, dimana para konsumen akan diberi ganti
rugi bila produk ternyata tidak bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan. Jaminan bisa meliputi kualitas produk,
reparasi, ganti rugi uang kembali atau produk ditukar, dan sebagainya. Jaminan sendiri ada yang bersifat tertulis dan ada pula yang tidak
tertulis. Dewasa ini jaminan seringkali dimanfaatkan sebagai aspek promosi terutama produk-produk yang tahan lama.
Berkaitan dengan produk jamu, bentuk jaminan yang diberikan oleh perusahaan jamu bisa dalam bentuk jaminan kualitas dan sudah
mendapat ijin dari BPOM Badan Pengawasan Obat dan Makanan atau dalam bentuk ganti rugi berupa penukaran produk apabila produk yang
diterima konsumen cacat atau tidak layak dikonsumsi. Perusahaan jamu perlu memperhatikan faktor jaminan karena
dengan adanya jaminan yang diberikan oleh perusahaan maka akan membuat konsumen merasa nyaman atau tidak khawatir jika nantinya
ternyata produk jamu yang mereka beli tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
2.4. Lini Produk