T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konvergensi Media di Radio Sonora Semarang T1 BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab tinjauan pustaka penulis akan menjelaskan mengenai teori yang
akan digunakan sebagai analisis untuk menjawab tujuan dari penelitian ini.
Karena tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan konvergensi media yang
dilakukan radio Sonora Semarang dalam menjangkau anak muda maka teori yang
digunakan akan diuraikan sebagai berikut:
2.1 Konvergensi Media
Pada tahun 1970, kata itu digunakan dengan merujuk pada banyak hal lain,
terutama apa yang dinamakan ‘sebuah perkawinan yang dilangsungkan di surga’
antara komputer, juga pasangan dalam perkawinan – perkawinan yang lain, dan
telekomunikasi. Kata ‘konvergensi’ selanjutnya digunakan baik untuk organisasi
maupun untuk proses, terutama sekali bersatunya industri media dan
telekomunikasi.
Gerakan konvergensi media tumbuh berkat adanya kemajuan teknologi
akhir – akhir ini, khususnya dari munculnya internet. Konvergensi media
menyatukan 3C (computing, communication, dan content). Jika dijabarkan di level
perusahaan, maka konvergensi ini lebih menyatukan perusahaan yang bergerak di
bidang informasi, jejaring telekomunikasi, dan penyedia konten (Meikle dan
Young, 2012:13-14).
Konvergensi media memungkinkan para profesional di bidang media massa
untuk menyampaikan berita dan menghadirkan informasi serta memberikan
hiburan dengan menggunakan berbagai macam media. Konvergesi media juga
memungkinkan khalayak media massa untuk berinteraksi bahkan mengisi konten
di media massa. Khalayak dapat mengontrol dimana dan kapan mereka
mengakses dan berhubungan dengan informasi.
Konvergensi telah terjadi pada dua aspek utama yaitu :
Aspek Teknologi : Konten kreatif telah dikonversikan ke dalam bentuk digital
standar industri, untuk kemudian disampaikan melalui jejaring
6
tanpa kabel, untuk ditampilkan di berbagai komputer atau piranti
seperti komputer,
mulai dari telepon seluler sampai ke alat
perekam video digital yang terhubung ke pesawat televisi.
Aspek Industri : Perusahaan – perusahaan yang melintasi spektrum bisnis, mulai
dari perusahaan media ke telekomunikasi sampai teknologi,
telah menyatu dan membentuk aliansi – aliansi strategis, guna
mengembangkan model bisnis baru, yang dapat meraih
keuntungan dari ekspektasi konsumen yang sedang tumbuh
terhadap konten media yang disesuaikan dengan permintaan.
Sejumlah analisis industri memandang bahwa konvergensi media ini
memudarnya media lama seperti media cetak, media siar, serta bangkitnya media
baru, yang perkembangannya masih berlangsung dinamis saat ini.
Menurut Khadziq, dalam jurnalnya yang berjudul Konvergensi Media Surat
Kabar Lokal1, konvergensi media memiliki model konvergensi dimana di
dalamnya terdapat 5 tahapan dalam prosesnya, yaitu:
a. Cross-promotion, yang artinya kerja sama di antara dua media untuk
saling memberikan ruang untuk memperkenalkan konten media satu
sama lain.
b. Cloning, yaitu ketika konten media diperbanyak untuk dimuat di media
lainnya. Artinya, satu media menampilkan konten berita dari ruang
berita media lain apa adanya tanpa perubahan.
c. Coopetition, yaitu tahap ketika entitas media yang terkonvergensi saling
bekerja sama dan berkompetisi di saat yang bersamaan.
d. Content Sharing, memungkinkan kedua media yang berlainan saling
berbagi konten dalam bentuk pengemasan ulang (repackged) atau
bahkan termasuk berbagi budgeting. Konvergensi media dalam tahap ini
sebagian besar dilakukan oleh media yang berada di bawah satu
kepemilikan.
1
http://ejournal.uin-suka.ac.id/isoshum/profetik/article/view/1187/1090 diakses pada tanggal 10
Agustus 2017
7
e. Full Convergence, yaitu ketika media yang berbeda bekerja sama secara
penuh, baik dalam hal pengumpulan, produksi, dan distribusi konten,
dan bertujuan untuk memaksimalkan keunikan karakteristik masing –
masing media untuk menyampaikan konten. Dalam tahap Full
Convergence, media yang bekerja sama menghasilkan konten dan topik
secara kolaboratif dengan memanfaatkan kekuatan platform media
masing – masing. Tahap Full Convergence ini jarang ditemui
penerapannya di berbagai grup media.
Konvergensi media juga memiliki dampak positif maupun negatif bagi
pelaku atau pun pengguna. Menurut artikel yang ditulis oleh Aldita Ruslim dalam
blog Binus University2, keuntungan dari adanya konvergensi media adalah
sebagai berikut :
-
Konvergensi media mampu memperluas informasi dari seluruh dunia
karena adanya akses internet.
-
Memberikan banyak pilihan kepada pengguna untuk mencari informasi
sesuai selera.
-
Lebih mudah, praktis, dan efisien.
-
Timbulnya demokratisasi informasi dimana semua orang dapat
mengakses informasi secara bebas luas dengan berbagai cara dan
bentuk.
-
Dalam implikasi ekonomi, konvergensi media berpengaruh terhadap
perusahaan dan teknologi komunikasi karena mengubah perilaku bisnis.
-
Masyarakat mendapatkan informasi lebih cepat.
-
Masyarakat
menjadi
memberikan
umpan
interaktif,
balik
karena
terhadap
dapat
berbagai
secara
langsung
informasi
yang
disampaikan.
-
Konvergensi media menyediakan kesempatan baru yang radikal dalam
penanganan, penyediaan, distribusi, dan pemrosesan seluruh bentuk
informasi baik secara visual, audio, data, dan lain sebagainya.
2
http://alditaruslim.blog.binusian.org/2011/03/23/konvergensi-media-sebagai-buktikedinamisan-dunia-teknologi/ diakses pada tanggal 22 Agustus 2017
8
Sementara itu dampak negatif dari konvergensi media menurut artikel yang
telah ditulis oleh Aldita Ruslim adalah :
- Perubahan gaya hidup masyarakat yang menjadi pecandu teknologi.
- Munculnya masyarakat digital atau masyarakat maya.
- Media tradisional atau konvensional mulai kalah dengan adanya media
baru atau media online.
- Kesenjangan yang ada dalam masyarakat akan semakin besar.
2.2 Radio
Seperti yang sudah sedikit penulis singgung dalam latar belakang, bahwa
radio merupakan suatu medium yang menyampaikan pesan suara. Radio tidak
membutuhkan sentuhan langsung antara sumber dan penerimanya. Itu tadi
merupakan pengertian dari radio konvensional, sementara saat ini radio tidak
hanya ada konvensional tetapi ada radio internet / streaming. Jika seseorang
sedang browsing di komputer, lalu log-in ke website yang berisi siaran radio
penuh (seperti saat kita tune-in ke frekuensi tertentu dengan tuner kita
mendengarkan siaran radio konvensional), maka siaran yang terdengar oleh
pendengar seperti ini lah yang disebut dengan streaming.
Pada pola streaming, suara langsung terdengar tanpa kita perlu
mendownloadnya. Dalam pola seperti ini, pendengar terpaksa pasif seperti saat
mendengarkan radio konvensional. Sudah banyak radio konvensional di Indonesia
yang melakukan ini. Mereka mempunyai website, kemudian seluruh siarannya
yang melalui udara secara bersamaan dialirkan melalui internet. Sehingga jika ada
seseorang dimana pun dia berada dan log-in ke website stasiun ini, maka pastilah
ia dapat mendengar siaran radio tersebut.
Ada pun beberapa karakteristik radio menurut artikel pada situs romeltea3,
yaitu :
1. Auditif, yaitu hanya dapat didengar.
3
http://www.romelteamedia.com/2013/10/karakteristik-radio.html diakses pada tanggal 22
Agustus 2017
9
2. Theater of mind, yang berarti siaran radio merupakan seni untuk
memainkan imajinasi para pendengar.
3. Transmisi, proses penyebar luasan siaran radio melalui pemancar.
4. Cepat dan langsung, informasi yang disampaikan oleh radio ditempuh
dalam waktu singkat.
5. Akrab, karena jarang ada sekelompok orang yang mendengarkan radio
bersama maka radio disebut alat yang akrab dengan pemiliknya.
6. Dekat, penyiar radio berusaha agar sedekat mungkin dengan para
pendengarnya sehingga pendengar merasa memiliki keintiman dengan
penyiar meski penyiar tersebut tidak hanya menyapa satu pendengar.
7. Tanpa batas, siaran radio ini dapat disimak oleh siapa saja.
8. Murah, dibanding berlangganan media lain pesawat radio relatif lebih
murah.
9. Portabel dan fleksibel, dikatakan demikian karena ketika mendengarkan
radio kita masih dapat melakukan aktifitas lainnya.
2.3 Mediamorfosis
Sejauh ini kita belum melihat teori baru yang dikembangkan berkaitan
dengan Internet dan world wide web. Konsep inti dari interaktivitas, hypertext,
dan multimedia juga telah menjadi fokus berbagai penelitian. Satu teori yang telah
dikembangkan adalah pemikiran Roger Fidler (1997) tentang mediamorfosis,
yang berusaha menjelaskan hubungan antara media baru dengan media lama.
Roger Fidler telah mempresentasikan gagasan tentang mediamorfosis untuk
membantu kita memahami jenis perubahan di bidang media ini. Dia
mendefinisikan mediamorfosis sebagai “perubahan bentuk media komunikasi,
biasanya disebabkan oleh interaksi kompleks dari kebutuhan – kebutuhan penting,
tekanan – tekanan kompetitif dan politis, dan inovasi – inovasi sosial dan
teknologis.” Esensi dari mediamorfosis adalah pemikiran bahwa media adalah
“sistem adaptif, kompleks.” Yaitu, media, sebagaimana sistem – sistem lain,
merespons tekanan eksternal dengan proses re-organisasi diri yang spontan. Dan,
seperti halnya spesies hidup, media berevolusi menuju daya tahan hidup yang
10
lebih tinggi dalam sebuah lingkungan yang selalu berubah. Fidler berpendapat
bahwa media baru tidak muncul secara spontan dan independen, mereka muncul
bertahap dari metamorfose media yang lebih lama (Severin & Tankard, 2011:
459). Jadi media baru sekarang ini bukanlah sesuatu yang muncul secara instant
atau tiba – tiba melainkan melalui sebuah proses dari media lama sehingga hal
seperti ini disebut mediamorfosis.
2.4 Penelitian Terdahulu
Pada penelitian kali ini, peneliti akan menjabarkan penelitian terdahulu yang
relevan dengan persoalan yang akan diteliti yaitu mengenai konvergensi media di
radio Sonora Semarang.
Hakam, Ulil (2011) dalam penelitiannya mengenai konvergensi media
dalam radio komunitas, Hakam ingin menjelaskan bagaimana radio Komunitas
Angkringan melakukan konvergensi media dengan penggunaan internet sebagai
terobosan teknologi komunikasi di desa, yang dianggap mampu mengatasi
hambatan yang ada untuk menjawab permintaan dari masyarakat akan akses
informasi yang lebih luas. Hasil dari penelitiannya, konvergensi media melalui
internet mampu dioperasikan walaupun belum maksimal.
Resmadi, Idhar & Sonny Yuliar (2014) dalam penelitiannya yang berjudul
Kajian Difusi Inovasi Konvergensi Media di Harian Pikiran Rakyat menjelaskan
bahwa bagaimana konvergensi media mampu diadopsi oleh suatu media massa
secara bertahap. Hasil dari penelitian mereka mengatakan kajian difusi inovasi
konvergensi media di Harian Pikiran Rakyat memngalami beberapa tahap. Apa
yang terjadi pada Harian Rakyat, dominasi media cetak masih terlalu besar.
Sementara pada satu sisi, faktor sosio-kultur juga mempengaruhi adopsi
konvergensi media di Harian Rakyat.
Prihartono, Anton Wahyu (2016) menjelaskan mengenai model konvergensi
dalam penelitiannya Surat Kabar & Konvergensi Media (Studi Deskriptif
Kualitatif Model Konvergensi Media pada Solopos). Konvergensi media yang
dilakukan Solopos merupakan jawaban tuntutan industri media bahwa surat kabar
harus mempersiapkan platform digital. Model konvergensi yang ada di Solopos
11
sendiri adalah model newsgathering, dimana jurnalis dituntut multitasking yaitu
dapat bekerja pada beberapa media pada platform dalam satu grup. Konsep
konvergensi media belum sepenuhnya didukung oleh seluruh awak Solopos di
divisi redaksi.
Nathania, Devina (2017) dari uraian peneliti sebelumnya seperti yang ditulis
di atas, maka perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan meliputi
penulis akan meneliti tentang radio Sonora Semarang sebelum dan sesudah
melakukan konvergensi media. Penelitian yang akan dilakukan ini juga akan
menjelaskan mengenai perubahan yang terjadi karena dilakukannya konvergensi
media oleh radio Sonora Semarang.
2.5 Kerangka Pikir
MEDIA KONVENSIONAL
RADIO SONORA
SEMARANG
KONVERGENSI MEDIA
12
MEDIA ONLINE
Melalui kerangka pikir, penulis mencoba mengurutkan apa yang menjadi
pemikiran penulis dalam penelitian ini. Media konvensional merupakan media
massa yang sudah ada sejak dulu bisa dikatakan dalam hal ini media massa yang
ada belum bercampur dengan internet. Dalam hal ini peneliti hanya akan fokus
pada media massa radio, dimana radio seperti ini masih menggunakan frekuensi
untuk menyalurkan siaran mereka agar bisa didengar hingga jarak tertentu.
Banyak radio yang telah terbentuk, salah satunya adalah Radio Sonora Semarang.
Sebuah radio yang terletak di kota Semarang yang juga masih menggunakan
frekuensi. Namun seiring berkembangnya jaman dan majunya teknologi, maka
Radio Sonora tidak hanya memiliki radio konvensional. Masuklah media online
ke Radio Sonora Semarang. Radio Sonora memiliki media digital yakni radio
streaming dan media sosial. Percampuran yang ada ini disebut konvergensi media.
Sebuah penggabungan antara media konvensional dan media digital di jaman
teknologi yang sudah maju. Konvergensi media telah diterapkan di Radio Sonora,
sehingga hal ini memberikan perubahan.
13
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab tinjauan pustaka penulis akan menjelaskan mengenai teori yang
akan digunakan sebagai analisis untuk menjawab tujuan dari penelitian ini.
Karena tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan konvergensi media yang
dilakukan radio Sonora Semarang dalam menjangkau anak muda maka teori yang
digunakan akan diuraikan sebagai berikut:
2.1 Konvergensi Media
Pada tahun 1970, kata itu digunakan dengan merujuk pada banyak hal lain,
terutama apa yang dinamakan ‘sebuah perkawinan yang dilangsungkan di surga’
antara komputer, juga pasangan dalam perkawinan – perkawinan yang lain, dan
telekomunikasi. Kata ‘konvergensi’ selanjutnya digunakan baik untuk organisasi
maupun untuk proses, terutama sekali bersatunya industri media dan
telekomunikasi.
Gerakan konvergensi media tumbuh berkat adanya kemajuan teknologi
akhir – akhir ini, khususnya dari munculnya internet. Konvergensi media
menyatukan 3C (computing, communication, dan content). Jika dijabarkan di level
perusahaan, maka konvergensi ini lebih menyatukan perusahaan yang bergerak di
bidang informasi, jejaring telekomunikasi, dan penyedia konten (Meikle dan
Young, 2012:13-14).
Konvergensi media memungkinkan para profesional di bidang media massa
untuk menyampaikan berita dan menghadirkan informasi serta memberikan
hiburan dengan menggunakan berbagai macam media. Konvergesi media juga
memungkinkan khalayak media massa untuk berinteraksi bahkan mengisi konten
di media massa. Khalayak dapat mengontrol dimana dan kapan mereka
mengakses dan berhubungan dengan informasi.
Konvergensi telah terjadi pada dua aspek utama yaitu :
Aspek Teknologi : Konten kreatif telah dikonversikan ke dalam bentuk digital
standar industri, untuk kemudian disampaikan melalui jejaring
6
tanpa kabel, untuk ditampilkan di berbagai komputer atau piranti
seperti komputer,
mulai dari telepon seluler sampai ke alat
perekam video digital yang terhubung ke pesawat televisi.
Aspek Industri : Perusahaan – perusahaan yang melintasi spektrum bisnis, mulai
dari perusahaan media ke telekomunikasi sampai teknologi,
telah menyatu dan membentuk aliansi – aliansi strategis, guna
mengembangkan model bisnis baru, yang dapat meraih
keuntungan dari ekspektasi konsumen yang sedang tumbuh
terhadap konten media yang disesuaikan dengan permintaan.
Sejumlah analisis industri memandang bahwa konvergensi media ini
memudarnya media lama seperti media cetak, media siar, serta bangkitnya media
baru, yang perkembangannya masih berlangsung dinamis saat ini.
Menurut Khadziq, dalam jurnalnya yang berjudul Konvergensi Media Surat
Kabar Lokal1, konvergensi media memiliki model konvergensi dimana di
dalamnya terdapat 5 tahapan dalam prosesnya, yaitu:
a. Cross-promotion, yang artinya kerja sama di antara dua media untuk
saling memberikan ruang untuk memperkenalkan konten media satu
sama lain.
b. Cloning, yaitu ketika konten media diperbanyak untuk dimuat di media
lainnya. Artinya, satu media menampilkan konten berita dari ruang
berita media lain apa adanya tanpa perubahan.
c. Coopetition, yaitu tahap ketika entitas media yang terkonvergensi saling
bekerja sama dan berkompetisi di saat yang bersamaan.
d. Content Sharing, memungkinkan kedua media yang berlainan saling
berbagi konten dalam bentuk pengemasan ulang (repackged) atau
bahkan termasuk berbagi budgeting. Konvergensi media dalam tahap ini
sebagian besar dilakukan oleh media yang berada di bawah satu
kepemilikan.
1
http://ejournal.uin-suka.ac.id/isoshum/profetik/article/view/1187/1090 diakses pada tanggal 10
Agustus 2017
7
e. Full Convergence, yaitu ketika media yang berbeda bekerja sama secara
penuh, baik dalam hal pengumpulan, produksi, dan distribusi konten,
dan bertujuan untuk memaksimalkan keunikan karakteristik masing –
masing media untuk menyampaikan konten. Dalam tahap Full
Convergence, media yang bekerja sama menghasilkan konten dan topik
secara kolaboratif dengan memanfaatkan kekuatan platform media
masing – masing. Tahap Full Convergence ini jarang ditemui
penerapannya di berbagai grup media.
Konvergensi media juga memiliki dampak positif maupun negatif bagi
pelaku atau pun pengguna. Menurut artikel yang ditulis oleh Aldita Ruslim dalam
blog Binus University2, keuntungan dari adanya konvergensi media adalah
sebagai berikut :
-
Konvergensi media mampu memperluas informasi dari seluruh dunia
karena adanya akses internet.
-
Memberikan banyak pilihan kepada pengguna untuk mencari informasi
sesuai selera.
-
Lebih mudah, praktis, dan efisien.
-
Timbulnya demokratisasi informasi dimana semua orang dapat
mengakses informasi secara bebas luas dengan berbagai cara dan
bentuk.
-
Dalam implikasi ekonomi, konvergensi media berpengaruh terhadap
perusahaan dan teknologi komunikasi karena mengubah perilaku bisnis.
-
Masyarakat mendapatkan informasi lebih cepat.
-
Masyarakat
menjadi
memberikan
umpan
interaktif,
balik
karena
terhadap
dapat
berbagai
secara
langsung
informasi
yang
disampaikan.
-
Konvergensi media menyediakan kesempatan baru yang radikal dalam
penanganan, penyediaan, distribusi, dan pemrosesan seluruh bentuk
informasi baik secara visual, audio, data, dan lain sebagainya.
2
http://alditaruslim.blog.binusian.org/2011/03/23/konvergensi-media-sebagai-buktikedinamisan-dunia-teknologi/ diakses pada tanggal 22 Agustus 2017
8
Sementara itu dampak negatif dari konvergensi media menurut artikel yang
telah ditulis oleh Aldita Ruslim adalah :
- Perubahan gaya hidup masyarakat yang menjadi pecandu teknologi.
- Munculnya masyarakat digital atau masyarakat maya.
- Media tradisional atau konvensional mulai kalah dengan adanya media
baru atau media online.
- Kesenjangan yang ada dalam masyarakat akan semakin besar.
2.2 Radio
Seperti yang sudah sedikit penulis singgung dalam latar belakang, bahwa
radio merupakan suatu medium yang menyampaikan pesan suara. Radio tidak
membutuhkan sentuhan langsung antara sumber dan penerimanya. Itu tadi
merupakan pengertian dari radio konvensional, sementara saat ini radio tidak
hanya ada konvensional tetapi ada radio internet / streaming. Jika seseorang
sedang browsing di komputer, lalu log-in ke website yang berisi siaran radio
penuh (seperti saat kita tune-in ke frekuensi tertentu dengan tuner kita
mendengarkan siaran radio konvensional), maka siaran yang terdengar oleh
pendengar seperti ini lah yang disebut dengan streaming.
Pada pola streaming, suara langsung terdengar tanpa kita perlu
mendownloadnya. Dalam pola seperti ini, pendengar terpaksa pasif seperti saat
mendengarkan radio konvensional. Sudah banyak radio konvensional di Indonesia
yang melakukan ini. Mereka mempunyai website, kemudian seluruh siarannya
yang melalui udara secara bersamaan dialirkan melalui internet. Sehingga jika ada
seseorang dimana pun dia berada dan log-in ke website stasiun ini, maka pastilah
ia dapat mendengar siaran radio tersebut.
Ada pun beberapa karakteristik radio menurut artikel pada situs romeltea3,
yaitu :
1. Auditif, yaitu hanya dapat didengar.
3
http://www.romelteamedia.com/2013/10/karakteristik-radio.html diakses pada tanggal 22
Agustus 2017
9
2. Theater of mind, yang berarti siaran radio merupakan seni untuk
memainkan imajinasi para pendengar.
3. Transmisi, proses penyebar luasan siaran radio melalui pemancar.
4. Cepat dan langsung, informasi yang disampaikan oleh radio ditempuh
dalam waktu singkat.
5. Akrab, karena jarang ada sekelompok orang yang mendengarkan radio
bersama maka radio disebut alat yang akrab dengan pemiliknya.
6. Dekat, penyiar radio berusaha agar sedekat mungkin dengan para
pendengarnya sehingga pendengar merasa memiliki keintiman dengan
penyiar meski penyiar tersebut tidak hanya menyapa satu pendengar.
7. Tanpa batas, siaran radio ini dapat disimak oleh siapa saja.
8. Murah, dibanding berlangganan media lain pesawat radio relatif lebih
murah.
9. Portabel dan fleksibel, dikatakan demikian karena ketika mendengarkan
radio kita masih dapat melakukan aktifitas lainnya.
2.3 Mediamorfosis
Sejauh ini kita belum melihat teori baru yang dikembangkan berkaitan
dengan Internet dan world wide web. Konsep inti dari interaktivitas, hypertext,
dan multimedia juga telah menjadi fokus berbagai penelitian. Satu teori yang telah
dikembangkan adalah pemikiran Roger Fidler (1997) tentang mediamorfosis,
yang berusaha menjelaskan hubungan antara media baru dengan media lama.
Roger Fidler telah mempresentasikan gagasan tentang mediamorfosis untuk
membantu kita memahami jenis perubahan di bidang media ini. Dia
mendefinisikan mediamorfosis sebagai “perubahan bentuk media komunikasi,
biasanya disebabkan oleh interaksi kompleks dari kebutuhan – kebutuhan penting,
tekanan – tekanan kompetitif dan politis, dan inovasi – inovasi sosial dan
teknologis.” Esensi dari mediamorfosis adalah pemikiran bahwa media adalah
“sistem adaptif, kompleks.” Yaitu, media, sebagaimana sistem – sistem lain,
merespons tekanan eksternal dengan proses re-organisasi diri yang spontan. Dan,
seperti halnya spesies hidup, media berevolusi menuju daya tahan hidup yang
10
lebih tinggi dalam sebuah lingkungan yang selalu berubah. Fidler berpendapat
bahwa media baru tidak muncul secara spontan dan independen, mereka muncul
bertahap dari metamorfose media yang lebih lama (Severin & Tankard, 2011:
459). Jadi media baru sekarang ini bukanlah sesuatu yang muncul secara instant
atau tiba – tiba melainkan melalui sebuah proses dari media lama sehingga hal
seperti ini disebut mediamorfosis.
2.4 Penelitian Terdahulu
Pada penelitian kali ini, peneliti akan menjabarkan penelitian terdahulu yang
relevan dengan persoalan yang akan diteliti yaitu mengenai konvergensi media di
radio Sonora Semarang.
Hakam, Ulil (2011) dalam penelitiannya mengenai konvergensi media
dalam radio komunitas, Hakam ingin menjelaskan bagaimana radio Komunitas
Angkringan melakukan konvergensi media dengan penggunaan internet sebagai
terobosan teknologi komunikasi di desa, yang dianggap mampu mengatasi
hambatan yang ada untuk menjawab permintaan dari masyarakat akan akses
informasi yang lebih luas. Hasil dari penelitiannya, konvergensi media melalui
internet mampu dioperasikan walaupun belum maksimal.
Resmadi, Idhar & Sonny Yuliar (2014) dalam penelitiannya yang berjudul
Kajian Difusi Inovasi Konvergensi Media di Harian Pikiran Rakyat menjelaskan
bahwa bagaimana konvergensi media mampu diadopsi oleh suatu media massa
secara bertahap. Hasil dari penelitian mereka mengatakan kajian difusi inovasi
konvergensi media di Harian Pikiran Rakyat memngalami beberapa tahap. Apa
yang terjadi pada Harian Rakyat, dominasi media cetak masih terlalu besar.
Sementara pada satu sisi, faktor sosio-kultur juga mempengaruhi adopsi
konvergensi media di Harian Rakyat.
Prihartono, Anton Wahyu (2016) menjelaskan mengenai model konvergensi
dalam penelitiannya Surat Kabar & Konvergensi Media (Studi Deskriptif
Kualitatif Model Konvergensi Media pada Solopos). Konvergensi media yang
dilakukan Solopos merupakan jawaban tuntutan industri media bahwa surat kabar
harus mempersiapkan platform digital. Model konvergensi yang ada di Solopos
11
sendiri adalah model newsgathering, dimana jurnalis dituntut multitasking yaitu
dapat bekerja pada beberapa media pada platform dalam satu grup. Konsep
konvergensi media belum sepenuhnya didukung oleh seluruh awak Solopos di
divisi redaksi.
Nathania, Devina (2017) dari uraian peneliti sebelumnya seperti yang ditulis
di atas, maka perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan meliputi
penulis akan meneliti tentang radio Sonora Semarang sebelum dan sesudah
melakukan konvergensi media. Penelitian yang akan dilakukan ini juga akan
menjelaskan mengenai perubahan yang terjadi karena dilakukannya konvergensi
media oleh radio Sonora Semarang.
2.5 Kerangka Pikir
MEDIA KONVENSIONAL
RADIO SONORA
SEMARANG
KONVERGENSI MEDIA
12
MEDIA ONLINE
Melalui kerangka pikir, penulis mencoba mengurutkan apa yang menjadi
pemikiran penulis dalam penelitian ini. Media konvensional merupakan media
massa yang sudah ada sejak dulu bisa dikatakan dalam hal ini media massa yang
ada belum bercampur dengan internet. Dalam hal ini peneliti hanya akan fokus
pada media massa radio, dimana radio seperti ini masih menggunakan frekuensi
untuk menyalurkan siaran mereka agar bisa didengar hingga jarak tertentu.
Banyak radio yang telah terbentuk, salah satunya adalah Radio Sonora Semarang.
Sebuah radio yang terletak di kota Semarang yang juga masih menggunakan
frekuensi. Namun seiring berkembangnya jaman dan majunya teknologi, maka
Radio Sonora tidak hanya memiliki radio konvensional. Masuklah media online
ke Radio Sonora Semarang. Radio Sonora memiliki media digital yakni radio
streaming dan media sosial. Percampuran yang ada ini disebut konvergensi media.
Sebuah penggabungan antara media konvensional dan media digital di jaman
teknologi yang sudah maju. Konvergensi media telah diterapkan di Radio Sonora,
sehingga hal ini memberikan perubahan.
13