PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI TITRASI ASAM BASA BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI TITRASI ASAM BASA BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH

Oleh

DIAN TRI OKTAVIA S

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan lembar kerja siswa (LKS) pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah, dan mendeskripsikan tanggapan guru dan siswa mengenai LKS yang dikembangkan. Metode penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan. Tahap pelaksanaan penelitian ini adalah analisis kebutuhan, tahap perencanaan, tahap pengembangan produk awal, tahap uji coba lapangan awal, dan tahap revisi hasil uji coba LKS. Instrumen penelitian ini adalah pedoman wawancara, angket, dan instrumen validasi ahli. Analisis data menggunakan statistika deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan aspek kesesuaian isi, konstruksi, keterbacaan dan kemenarikan LKS menurut validator dan guru memiliki kriteria sangat tinggi dan tanggapan siswa menunjukkan aspek keterbacaan dan kemenarikan LKS me-miliki kriteria sangat tinggi. Kesimpulan penelitian ini adalah LKS pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah dikategorikan sangat baik.


(2)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI TITRASI ASAM BASA BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH

Oleh

DIAN TRI OKTAVIA S

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Plangkawati, Desa Labuhan Ratu VII, Kec. Labuhan Ratu, Kab. Lampung Timur pada tanggal 6 Oktober 1991 sebagai putri ketiga dari empat bersaudara buah hati Bapak Suwanto dan Ibu Sumiati.

Pendidikan formal diawali di TK Pertiwi 1 Labuhan Ratu VII tahun 1997 sampai tahun 1998, kemudian melanjutkan ke SD Negeri 1 Labuhan Ratu VII lulus pada tahun 2004, SMP Negeri 1 Labuhan Ratu lulus pada tahun 2007, dan SMA Negeri 1 Way Jepara lulus pada tahun 2010.

Tahun 2011 terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur tes Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa aktif menjadi asisten praktikum Biokimia. Selain itu pernah

bergabung dalam beberapa organisasi internal kampus yaitu Koperasi Mahasiswa (KOPMA) Universitas Lampung, dan Marching Band Swara Edukasia FKIP Universitas Lampung. Tahun 2014 mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintergrasi dengan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di SMAN 1 Talangpadang, Kecamatan Talangpadang, Kabupaten Tanggamus.


(7)

MOTO

Jangan mudah menyerah,

lakukan segala sesuatu seoptimal yang kita bisa, dan

selalu yakin skenario yang dituliskan Allah adalah yang terbaik. (Dian Tri Oktavia S)


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Dengan baitan-baitan syukur kepada-Nya “Alhamdulillahirabbil „alamin” kupersembahkan skripsi ini kepada Bapak dan Ibuku yang selalu mengalirkan

cinta dan kasih sayang

Bapak

Yang selalu rela menyembunyikan gurat lelah dan susah yang digantikan dengan

senyum agar akupun dapat tersenyum, tak pernah bosan mendukung dan

mencurahkan untaian-untaian doa untukku

Ibu

Yang selalu melantunkan segala doa yang tertuju untukku,

menyemangatiku dan memberikan yang terbaik untukku.

Kakak-kakak dan Adikku

Yang selalu memberikan dukungan, bantuan, dan warna

di hidupku

Keluarga

Yang selalu mendukungku

Rekanku, sahabatku, dan

almamaterku


(9)

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehinga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Pada Materi Titrasi Asam Basa Berbasis Pendekatan Ilmiah” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 dan mencapai gelar

sarjana pendidikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umat-Nya yang senantiasa menjalan-kan kewajiban-Nya dengan istiqomah.

Sepenuhnya disadari bahwa kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia 4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing I atas motivasi, dan

kesediaannya dalam membimbing selama proses penyusunan skripsi. 5. Bapak Tasviri Evkar,M.Si., selaku pembimbing II atas motivasi selama

menyusun skripsi ini.

6. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku pembahas dan validator atas kesediaannya memberikan kritik, saran, dan motivasi selama proses penyusunan skripsi.


(10)

ix 7. Bapak M. Mahfudz Fauzi S., S.Pd., M.Sc. selaku validator dan semua dosen

Pendidikan Kimia Universitas Lampung atas ilmu yang diberikan.

8. Kedua orang tua ku tercinta Bapak Suwanto dan Ibu Sumiati, Mas Agus, Mas Dodi, adikku Surya, Mbahku tersayang, Mbak Eka, ponakanku dan semua keluarga atas dukungan dan doa untuk kelancaran proses perkuliahan. 9. Tim skripsiku Sevi Karviyani, M. Weddy Saputra, dan Suci Y.S atas kerja

sama, kekompakan dan keceriaannya selama proses penyusunan skripsi. 10.Gusti Ayu (Sayyu), Marsiyamsih, Sri Ambar Wati, Fadilla Amelia, dan

rekan-rekan Pendidikan Kimia 2011 atas kebersamaan dan semangatnya selama ini. 11.Keluarga kecil rumah hijau: Anggia Shinta W.K, Remilda Trinora, Dian

Agustin, Dwi Yanti K.N, Ayu Lestari, dan Hani Meilani yang selalu mendukung, memotivasi, dan mendengarkan keluh kesah serta ceritaku. 12.Kakak dan adik tingkat Pendidikan Kimia atas bantuan telah diberikan. 13.Guru, siswa dan staf SMAN 1, SMAN 7, SMAN 16, SMA Al-Kautsar, SMA

Al-Azar 3, dan SMA Persada atas kesediaan dan bantuan dalam penelitian. 14.Teman-teman „PANDAWA‟ SMAN 1 Way Jepara yang selalu memotivasi.

15.Tim KKN-KT BJS dan semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 21 Mei 2015 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran ... 10

B. Lembar Kerja Siswa ... 11

C. Pendekatan Ilmiah ... 17

D. Analisis Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 26

III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 38

B. Data Penelitian ... 38

C. Instrumen Penelitian ... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42


(12)

xi

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 44

G. Teknik Analisis Data ... 50

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53

1. Analisis kebutuhan ... 53

2. Pengembangan produk awal LKS dengan pendekatan ilmiah ... 55

3. Hasil validasi ahli ... 70

B. Pembahasan ... 78

1. Karakteristik LKS hasil pengembangan ... 79

2. Hasil uji coba lapangan ... 80

3. Kendala-kendala dalam pengembangan produk... 85

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN ... 91

1. Analisis KI-KD ... 92

2. Silabus ... 105

3. RPP ... 122

4. Pedoman Wawancara Guru ... 147

5. Angket Siswa ... 150

6. Hasil Wawancara Guru ... 152

7. Hasil Angket Siswa ... 156


(13)

xii

9. Tabulasi Hasil Validasi Kesesuaian Isi ... 173

10. Presentase Hasil Validasi Kesesuaian Isi ... 175

11. Tabulasi Hasil Validasi Konstruksi ... 177

12. Presentase Hasil Validasi Konstruksi ... 180

13. Tabulasi Hasil Validasi Keterbacaan... 184

14. Presentase Hasil Validasi Keterbacaan... 187

15. Tabulasi Hasil Validasi Kemenarikan... 189

16. Presentase Hasil Validasi Kemenarikan... 190

17. Tabulasi Hasil Tanggapan Guru untuk Kesesuaian Isi ... 191

18. Presentase Hasil Tanggapan Guru untuk Kesesuaian Isi... 193

19. Tabulasi Hasil Tanggapan Guru untuk Konstruksi ... 195

20. Presentase Hasil Tanggapan Guru untuk Konstruksi... 199

21. Tabulasi Hasil Tanggapan Guru untuk Keterbacaan ... 203

22. Presentase Hasil Tanggapan Guru untuk Keterbacaan... 206

23. Tabulasi Hasil Tanggapan Guru untuk Kemenarikan... 208

24. Presentase Hasil Tanggapan Guru untuk Kemenarikan... 210

25. Tabulasi Hasil Tanggapan Siswa untuk Keterbacaan... 211

26. Presentase Hasil Tanggapan Siswa untuk Keterbacaan... 215

27. Tabulasi Hasil Tanggapan Siswa untuk Kemenarikan... 217

28. Presentase Hasil Tanggapan Siswa untuk Kemenarikan... 219


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Analisis konsep titrasi asam basa ... 28

2. Penskoran pada angket berdasarkan skala likert ... 50

3. Kriteria Angket ... 52

4. Persentase dan kriteria hasil validasi LKS hasil pengembangan ... 71

5. Persentase dan kriteria hasil validasi aspek kesesuaian isi LKS ... 71

6. Persentase dan kriteria hasil validasi aspek konstruksi LKS ... 74

7. Persentase dan kriteria hasil tanggapan guru terhadap LKS ... 80

8. Persentase dan kriteria hasil tanggapan guru aspek kesesuaian isi LKS .... 81

9. Persentase dan kriteria hasil tanggapan guru aspek konstruksi LKS ... 82


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif

melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. ... 20

2. Tahap-tahap pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah ... 21

3. Alur Penelitian dan Pengembangan LKS ... 46

4. Cover depan LKS hasil pengembangan. ... 53

5. Kata pengantar LKS hasil pengembangan ... 54

6. Daftar isi LKS hasil pengembangan ... 54

7. Lembar KI-KD LKS hasil pengembangan... 55

8. Indikator pencapaian kompetensi LKS hasil pengembangan ... 56

9. Petunjuk umum penggunaan LKS hasil pengembangan ... 57

10. Tampilan halaman pembatas LKS hasil pengembangan ... 58

11. Tahap mengamati pada LKS 1 hasil pengembangan. ... 59

12. Tahap mengamati pada LKS 2 hasil pengembangan ... 59

13. Tahap menanya LKS hasil pengembangan. ... 60

14. Wacana pada tahap mencoba LKS 1 hasil pengembangan ... 61

15. Tahap merancang LKS 1 hasil pengembangan ... 62

16. Prosedur percobaan yang benar LKS hasil pengembangan ... 63

17. Tahap mencoba LKS 2 hasil pengembangan ... 64


(16)

19. Tahap mengomunikasikan LKS hasil pengembangan ... 65

20. Daftar pustaka LKS hasil pengembangan ... 66

21. Cover belakang LKS hasil pengembangan. ... 67

22. Indikator sebelum validasi. ... 69

23. Indikator setelah validasi. ... 69

24. Tahap mengamati LKS sebelum dan sesudah validasi. ... 70

25. Tahap menalar LKS 1 sebelum dan sesudah validasi. ... 72

26. Wacana LKS 1 sebelum validasi. ... 72

27. Wacana LKS 1 setelah validasi. ... 73

28. Cover depan sebelum dan sesudah validasi. ... 74


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat mengetahui dan melakukan hal baru. Pendidikan tidak hanya berorientasikan pada pengembangan kognitif siswa tetapi juga memerhatikan pengembangan potensi-potensi lain dari siswa. Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepri-badian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas maka selama ini telah dikembangkan beberapa kurikulum salah satunya kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar me-miliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, pro-duktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Untuk mencapai


(18)

2 tujuan tersebut, kurikulum 2013 menerapkan pendekatan ilmiah (scientific

approach) dalam pembelajaran, di mana peserta didik diharapkan memiliki ke-mampuan menggali informasi melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan atau bisa disingkat 5M (Tim penyusun, 2014). Dengan pendekatan ini diharapkan mampu menggali potensi peserta didik dalam berbagai mata pelajaran, tidak terkecuali mata pelajaran kimia.

Mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Pembelajaran kimia harus me-merhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses, produk dan menanamkan sikap ilmiah pada siswa. Proses itu misalnya pengamatan dan eksperimen, se-dangkan sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah itu siswa akan menemukan konsep tentang materi yang dipelajari dan inilah yang disebut produk kimia. Selama ini ada kecenderungan sebagian guru kimia kurang memerhatikan karakteristik ilmu kimia dalam pembelajaran.

Guru dianjurkan menggunakan berbagai media agar dapat mengajarkan kimia yang mencakup proses, produk, dan menumbuhkan sikap ilmiah pada siswa serta membuat pembelajaran lebih menarik. Idealnya dengan menggunakan media pembelajaran siswa akan lebih mudah memahami pelajaran. Salah satu media yang mendukung pembelajaran adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) (Asyhar, 2012). LKS merupakan media atau alat bantu dalam kegiatan pembelajaran yang dapat mempermudah pemahaman terhadap materi yang dipelajari.


(19)

3 LKS diharapkan membantu siswa lebih aktif dan mandiri. LKS yang baik harus mengandung syarat didaktik, konstruksi dan teknis. Persyaratan didaktik artinya LKS harus menekankan pada tahapan proses siswa untuk menemukan konsep. Syarat konstruksi yaitu LKS harus menggunakan bahasa, susunan kalimat, tingkat kesukaran dan kejelasan yang mudah dimengerti oleh siswa. Syarat teknis yaitu baik tulisan, gambar dan penampilan LKS harus jelas, tepat, dan menarik (Darmodjo dan Kaligis, 1992).

Guru dalam pembelajaran kimia banyak yang belum menggunakan LKS berdasar-kan karakteristik LKS yang baik dan belum sesuai dengan pendekatan pembel-ajaran yang digunakan salah satunya pendekatan ilmiah. LKS dengan pendekatan ilmiah harus mencakup kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data, me-nalar dan mengomunikasikan. Contohnya pada materi titrasi asam basa, LKS yang digunakan harus dapat menuntun siswa merancang percobaan titrasi. Pada tahap mengamati siswa akan disajikan fenomena yaitu larutan asam cuka dan larutan NaOH yang sudah diketahui konsentrasinya dan yang belum diketahui konsentrasinya. Dari tahap mengamati, diharapkan akan timbul pertanyaan

“Bagaimana cara untuk membuktikan bahwa konsentrasi yang tertera dalam botol larutan it na ?”. Kemudian siswa akan dibimbing merancang dan melakukan percobaan mengenai titrasi. Pada tahap menalar, siswa akan mengerjakan ber-bagai pertanyaan diskusi agar siswa dapat membangun konsep titrasi asam basa. Selanjutnya, pada tahap mengomunikasikan siswa diinstruksikan untuk mem-presentasikan kesimpulan percobaan dan diskusi. Dengan LKS berbasis pen-dekatan ilmiah membuat siswa lebih antusias dalam pembelajaran dan dapat lebih mudah menemukan konsep titrasi asam basa.


(20)

4 Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Saradima (2014) yaitu pengembangan LKS dengan pendekatanilmiah (scientific approach) pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan memiliki aspek kesesuaian isi, keterbacaan, dan kemenarikan yang dapat dikatakan sangat tinggi dan tidak membosankan sehingga dapat me-nambah minat siswa untuk mempelajari materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Oleh karena itu masih perlu dikembangkan LKS dengan pendekatan ilmiah untuk materi kimia lainnya.

Berdasarkan hasil studi lapangan yang dilakukan dengan wawancara terhadap 6 guru kimia dan pengisian angket oleh 30 siswa kelas XII IPA di tiga SMA Negeri dan tiga SMA Swasta di Bandar Lampung diperoleh bahwa pada tahun ini 100% guru telah menggunakan kurikulum 2013 dan 66,67% guru telah mengetahui ten-tang pendekatan ilmiah namun belum terlalu paham dan 33,33% guru belum mengetahui dan memahami pendekatan ilmiah karena belum mengikuti pelatihan. Dalam pembelajaran siswa diharapkan mampu membangun konsep dengan sen-dirinya, sehingga pembelajaran harus berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator, faktanya 16,67% guru menggunakan metode ceramah, 33,33% diskusi dan 50% eksperimen dan diskusi.

Pembelajaran di sekolah khususnya kimia pada materi-materi tertentu seperti titrasi asam basa harus didukung dengan kegiatan praktikum, faktanya baik guru maupun siswa menyatakan 50% melakukan praktikum ataupun demonstrasi titrasi asam basa walaupun alat yang digunakan untuk titrasi tidak semestinya yaitu mengganti Buret dengan pipet tetes, dan 50% tidak melakukan praktikum karena 80% guru menyatakan kurangnya jam pelajaran untuk melaksanakan praktikum


(21)

5 titrasi asam basa, kesibukan guru, kurangnya ketersediaan alat dan bahan serta laboratorium yang beralih fungsi menjadi kelas dan 20% guru tidak melakukan praktikum karena alergi dengan bahan kimia. Guru yang melakukan praktikum dalam pembelajaran titrasi asam basa, sebanyak 66,67% guru telah menyampai-kan materi titrasi asam basa setelah praktikum, dan 33,33% guru menyampaimenyampai-kan materi sebelum praktikum.

Media yang dapat digunakan guru untuk memudahkan pembelajaran titrasi asam basa salah satunya adalah LKS. Faktanya, 83,33% guru telah menggunakan LKS dalam pembelajaran titrasi asam basa dan 16,67% guru tidak menggunakan LKS karena tidak sempat membuat sendiri, sehingga guru hanya menggunakan buku cetak kimia dan siswa diinstruksikan untuk mengerjakan soal-soal yang ada di buku cetak tersebut. Bagi guru yang menggunakan LKS dalam pembelajaran titrasi asam basa, 80% menyatakan LKS sudah berupa petunjuk percobaan dan pertanyaan-pertanyaan, dan sebanyak 20% LKS yang digunakan hanya berupa kumpulan soal-soal dan 100% LKS tersebut belum menggunakan pendekatan ilmiah.

LKS seharusnya dibuat sendiri oleh guru, namun faktanya hanya 20% guru yang membuat LKS, 20% guru mengambil dari buku atau sumber lain karena tidak sempat membuat sendiri dan takut kalau LKS yang dibuat sendiri tidak menarik, dan 60% membeli dari penerbit karena pihak sekolah yang menganjurkan dan menyediakan. LKS yang digunakan oleh guru 20% sudah disertai dengan gambar, tabel, grafik, dan perpaduan warna yang menarik dan 80% LKS tidak disertai gambar, tabel, grafik dan perpaduan warna yang menarik. Hal senada juga


(22)

6 diungkapkan oleh 76,92% siswa yang menyatakan LKS yang digunakan guru tidak disertai gambar, tabel, grafik, dan perpaduan yang menarik dan 23,08% LKS sudah disertai gambar,tabel, dan grafik namun warnanya hitam putih dan tidak menarik dan apabila LKS yang digunakan dari membeli, kertasnya seperti kertas buram. Selain itu 53,85% siswa menyatakan LKS yang diberikan guru mudah dipahami dan 46,15% siswa menyatakan LKS yang diberikan guru tidak mudah dipahami, sehingga 61,54% siswa memiliki kesulitan dalam mengikuti langkah-langkah dalam LKS. Berdasarkan wawancara, 16,67% menyatakan LKS tidak membantu pembelajaran karena tidak semua siswa bisa memahami dan mengikuti instruksi di LKS, sedangkan 83,33% guru menyatakan LKS membantu proses pembelajaran. Sehingga, 100% guru dan 86,67% siswa menyatakan perlunya pengembangan LKS khususnya pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah.

Berdasarkan masalah dan fakta tersebut, maka diperlukan LKS yang menerapkan pendekatan ilmiah secara baik dan benar, sehingga dapat membantu guru dan sis-wa dalam menyelesaikan permasalahan pada kegiatan pembelajaran khususnya pada materi titrasi asam basa. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang berjudul

“ ng angan Lembar Kerja Siswa pada Materi Titrasi Asam Basa Berbasis

nd atan I iah ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(23)

7 1. Bagaimanakah karakteristik lembar kerja siswa pada materi titrasi asam basa

berbasis pendekatan ilmiah dari hasil pengembangan yang dilakukan?

2. Bagaimanakah tanggapan guru terhadap lembar kerja siswa ilmiah pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah yang dikembangkan?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap lembar kerja siswa berbasis pendekatan ilmiah pada materi titrasi asam basa?

4. Apa kendala yang ditemui selama menyusun lembar kerja siswa pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengembangkan lembar kerja siswa pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah;

2. Mendeskripsikan karakteristik lembar kerja siswa pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah;

3. Mendeskripsikan tanggapan guru mengenai lembar kerja siswa pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah;

4. Mendeskripsikan tanggapan siswa mengenai lembar kerja siswa pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah;

5. Mengetahui hal-hal yang menjadi kendala dalam penyusunan lembar kerja siswa pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah.


(24)

8 D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian tentang pengembangan lembar kerja siswa pada materi titrasi asam-basa berbasis pendekatan ilmiah ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi: 1. Siswa

Penggunaan LKS berbasis pendekatan ilmiah ini diharapkan dapat membantu siswa membangun konsep titrasi asam basa, menambah minat siswa dalam meng-ikuti proses pembelajaran dan menumbuhkan sikap ilmiah.

2. Guru

Pengembangan LKS berbasis pendekatan ilmiah dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran sehingga lebih efektif , ter-arah dan menarik. LKS ini juga dapat dijadikan referensi bagi guru dalam menyu-sun dan mengembangkan LKS yang lebih baik untuk pembelajaran kimia.

3. Sekolah

Dengan adanya pengembangan LKS ini diharapkan dapat menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

4. Peneliti

Untuk mengetahui cara mengembangkan LKS berbasis pendekatan ilmiah sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut dan diterapkan dikemudian hari. Pengembangan LKS ini juga dapat dijadikan media bagi peneliti dalam melaku-kan pembelajaran kimia di sekolah.


(25)

9 E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah :

1. Pengembangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan se-suatu yang didasarkan kepada pengalaman, prinsip yang telah teruji, penga-matan yang seksama dan percobaan yang terkendali, di mana dalam hal ini yang di kembangkan adalah salah satu media pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS);

2. Lembar kerja siswa yang dikembangkan adalah lembar kerja siswa dengan menggunakan pendekatan ilmiah;

3. Cakupan materi yang dibahas dalam penelitian pengembangan lembar kerja siswa berbasis pendekatan ilmiah ini adalah tentang titrasi asam basa yang meliputi titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, dan titrasi asam lemah-basa kuat;

4. Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan pendekatan ilmiah merupakan alat bantu atau media untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang dapat berupa lembaran tugas yang harus dikerjakan siswa dalam kajian dan tujuan tertentu untuk mendukung proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah bertujuan untuk membangun konsep siswa berdasarkan fenomena yang ada serta melatih keterampilan proses yang dimilikinya.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran

Pembelajaran akan lebih efektif dan efisien apabila pendidik menggunakan media pembelajaran. Menurut Arsyad (2005) media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pendukung keberhasilan proses belajar meng-ajar.

Pengembangan media pembelajaran sangat penting dilakukan, baik secara indi-vidu, bersama-sama dan atau melibatkan pihak eksternal karena ketersediaan media pembelajaran di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan masih sangat terbatas. Untuk menghasilkan suatu media pembelajaran yang baik dalam arti efektif meningkatkan mutu pembelajaran, dalam proses pengembangannya di-perlukan suatu perancangan yang baik. Media pembelajaran yang baik tidak bisa dibuat secara spontanitas dan asal jadi. Dalam menyususn rancangan, berbagai hal harus diperhatikan, baik menyangkut aspek materi, media, pedagogig dan sasaran serta tujuan yang hendak dicapai dengan media tersebut. Perancangan media pembelajaran melalui enam tahap kegiatan, yaitu (1) Menganalisis ke-butuhan dan karakteristik siswa, (2) Merumuskan tujuan pembelajaran, (3) Me-rumuskan butir-butir materi, (4) Menyusun instrumen evaluasi, (5) Menulis


(27)

11

naskah media, dan (6) Melakukan tes/evaluasi. Di samping enam langkah tersebut, tahap validasi ahli sebaiknya dilakukan terhadap naskah media yang sudah disusun, yaitu sebelum dilakukan uji coba lapangan. Salah satu media pembelajaran yang dapat dikembangkan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) (Asyhar, 2012).

B. Lembar Kerja Siswa

Media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran salah satunya adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Menurut Sunyono (2008) LKS merupakan salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan keterampilan. Menu-rut Sriyono (1992) LKS merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan alat bantu atau media untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pem-belajaran yang dapat berupa lembaran tugas yang harus dikerjakan siswa dalam kajian dan tujuan tertentu untuk mendukung proses pembelajaran.

Pada umumnya, LKS berisi petunjuk praktikum, percobaan yang bisa dilakukan di rumah, materi untuk diskusi, teka-teki silang, tugas portofolio, dan soal-soal latih-an, maupun segala bentuk petunjuk yang mampu mengajak siswa beraktivitas dalam proses pembelajaran. Melalui media pembelajaran berupa LKS ini akan memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, mengefektifkan


(28)

12

waktu, dan akan lebih mengaktifkan peran peserta didik serta menimbulkan inter-aksi baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk me-nuntun siswa dalam menemukan konsepnya sendiri. Hal senada dengan yang di-ungkapkan Merdekawati dan Himmawati (2011) yaitu

Using student worksheet in learning process help students to understand the material by themselves. Student worksheet also gives a large chance for the students to show up their ability and develop thinking process through looking for, guessing, and logically. The main of learning is a changing behavior because an experience. Therefore, this student worksheet is to

enrich student’s experience

Berdasarkan pernyataan tersebut, lembar kerja siswa berguna untuk memperkaya pengalaman siswa. Dengan adanya LKS siswa akan mengeksplorasi keterampilan proses saat pembelajaran, serta akan membimbing siswa dalam berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masa-lah, serta mengaplikasikan materi pembelajaran.

LKS merupakan salah satu alat bantu dalam pembelajaran yang memiliki banyak fungsi. Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain:

1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar; 2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep;

3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar-mengajar;

4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran;

5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembel-ajaran;

6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai melalui kegiatan belajar;

7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang di-pelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.


(29)

13

Menurut Arsyad (2005), LKS memberi manfaat antara lain yaitu (1) Memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga proses belajar semakin lancar dan me-ningkatkan hasil belajar; (2) Meme-ningkatkan motivasi siswa dengan mengarahkan perhatian siswa sehingga memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri sesuai ke-mampuan dan minatnya; (3) Penggunaan media dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu; dan (4) Siswa akan mendapatkan pengalaman yang sama mengenai suatu peristiwa dan memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan lingkungan sekitar.

Berdasarkan pernyataan di atas, penggunaan LKS dalam pembelajaran dapat membantu mempermudah siswa dalam belajar. Siswa akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator saja. Idealnya dalam pembelajaran seorang guru harus membuat LKS sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga tujuan pembelajaran akan lebih terarah dan mudah dicapai. Tidak hanya itu melalui LKS, diharapkan siswa dapat termotivasi dalam mempelajari konsep-konsep kimia khususnya pada materi titrasi asam basa. Pada proses pembelajaran, LKS yang digunakan berperan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun sis-wa mendalami materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok mata pelajar-an ypelajar-ang telah atau sedpelajar-ang dipelajari.

LKS yang digunakan guru dalam pembelajaran harus mengandung aspek-aspek LKS yang baik atau ideal. Menurut Widjajanti (2008), secara rinci aspek-aspek yang harus dipenuhi oleh suatu LKS agar dapat dikategorikan menjadi LKS yang baik adalah (1) Pendekatan penulisan; (2) Kebenaran konsep; (3) Kedalaman konsep; (4) Keluasan konsep; (5) Kejelasan kalimat; (6) Kebahasaan; (7)


(30)

14

evaluasi belajar; (8) Kegiatan siswa atau percobaan kimia; (9) Keterlaksanaan; dan (10) Penampilan fisik.

Penggunaan LKS sangat besar peranannya dalam proses pembelajaran, apabila LKS yang digunakan tersebut merupakan LKS yang berkualitas baik. LKS yang berkualitas baik harus disusun dengan memenuhi syarat-syarat tertentu. Penyu-sunan LKS harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Syarat didaktik

LKS sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses pembelajaran harus memenuhi persyaratan didaktik, artinya suatu LKS harus mengikuti asas pembel-ajaran yang efektif, yaitu menekankan pada tahapan proses siswa untuk menemu-kan konsep-konsep sehingga LKS dapat berfungsi sebagai petunjuk bagi siswa untuk mencari tahu dan siswa dapat mengembangkan kemampuannya untuk ber-komunikasi dengan sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri sendiri serta siswa akan aktif dalam pembelajaran.

2. Syarat konstruksi

Syarat yang termasuk dalam konstruksi adalah syarat-syarat yang berkenaan de-ngan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh peserta didik. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta didik, peserta didik menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada peserta didik untuk menulis maupun menggambar pada LKS, menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek, lebih banyak menggunakan ilustrasi dari pada kata-kata, sehingga akan mempermudah peserta didik dalam


(31)

15

menangkap apa yang diisyaratkan LKS. Selain itu, LKS harus dapat digunakan oleh seluruh siswa, baik yang tingkat akademiknya tinggi, sedang maupun rendah, memiliki tujuan yang jelas dan bermanfaat sebagai sumber motivasi, serta mem-punyai identitas untuk memudahkan administrasinya, misalnya kelas, mata pel-ajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal dan sebagainya.

3. Syarat teknis

Syarat teknis yang harus termuat dalam LKS yaitu: a. Tulisan

Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi, gunakan huruf tebal agak besar, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah, meng-gunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris, mengmeng-gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban peserta didik, mengusahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi.

b. Gambar

Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan atau isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS. Yang lebih penting adalah pesan atau isi dari gambar tersebut dapat dilihat secara jelas dan tersampaikan secara keseluruhan.

c. Penampilan

Penampilan adalah hal yang sangat penting dalam sebuah LKS. Apabila suatu LKS ditampilkan dengan penuh kata-kata, kemudian ada sederatan pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik, hal ini akan menimbulkan kesan jenuh


(32)

16

sehingga membosankan dan tidak menarik. Jadi, LKS yang baik memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan (Darmodjo dan Kaligis, 1992).

Suryobroto (1986) menyatakan bahwa pengembangan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menetapkan standar kompetensi, judul dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai;

2. Melakukan analisis kurikulum baik KI-KD, dan materi pokok; 3. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi berdasarkan KI-KD; 4. Menetapkan prosedur, jenis dan alat penilaian;

5. Menetapkan alternatif kegiatan (pengalaman belajar) yang dapat

memberikan peluang yang optimal kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses sains di dalam dirinya;

6. Menetapkan dan mengembangkan bahan/media/sumber yang sesuai dengan kemampuan dasar yang akan dicapai, karakteristik siswa, fasilitas, dan karakteristik lingkungan siswa;

7. Menyusun LKS yang lengkap, yaitu menuangkan hasil-hasil yang telah dilakukan menjadi sebuah LKS.

LKS dapat digunakan baik dalam kegiatan praktikum maupun pembelajaran biasa (tidak praktikum). Ada dua kategori LKS yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu LKS eksperimen dan LKS noneksperimen. LKS eksperimen adalah lembar kegiatan siswa yang berisikan petunjuk dan pertanyaan yang harus diselesaikan oleh siswa untuk menemukan suatu konsep dan disajikan dalam ben-tuk kegiatan eksperimen di laboratorium. LKS eksperimen merupakan media pembelajaran yang tersusun secara kronologis agar dapat membantu siswa dalam memperoleh konsep pengetahuan yang dibangun melalui pengalaman belajar sis-wa yang berisi tujuan percobaan, alat-alat percobaan, bahan percobaan, langkah kerja, pernyataan, hasil pengamatan, dan soal-soal hingga kesimpulan akhir dari eksperimen yang dilakukan pada materi pokok yang bersangkutan. Sedangkan LKS non eksperimen adalah lembar kegiatan yang berisikan perintah atau


(33)

17

pertanyaan yang harus diselesaikan oleh siswa untuk menemukan suatu konsep dan disajikan dalam bentuk kegiatan di kelas. LKS noneksperimen merupakan media pembelajaran yang disusun secara kronologis, hanya digunakan untuk membangun konsep pada submateri yang tidak dilakukan eksperimen. Siswa dapat menemukan konsep pembelajaran berdasarkan hasil percobaan dan soal-soal yang dituliskan dalam LKS noneksperimen tersebut.

Berdasarkan penjelasan tersebut, LKS yang disusun dapat dirancang dan di-kembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang dihadapi. Apabila dalam pembelajaran dilakukan praktikum atau demonstrasi maka LKS yang digunakan adalah LKS eksperimen dan apabila pembelajaran dilakukan hanya dengan diskusi di kelas maka LKS yang digunakan adalah LKS noneksperimen.

C. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)

Keberhasilan dalam pembelajaran di sekolah, selain harus didukung dengan media pembelajaran, sebagai guru juga harus tepat dalam menggunakan pendekatan pembelajaran kepada peserta didik. Menurut Abidin (2014) pendekatan dalam konsep pembelajaran dapat dipandang sebagai a way of beginning something„cara

memulai sesuatu‟, maksudnya pendekatan pembelajaran berfungsi sebagai

pandu-an dasar tentpandu-ang mengajarkpandu-an sesuatu dpandu-an bagaimpandu-ana sesuatu itu dapat dipelajari lebih mudah, menjadi pedoman bagi proses pembelajaran, dan sekaligus akan memberikan sejumlah tahapan belajar mengajar yang semestinya dilakukan agar pembelajaran dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Gulo (2000) menjelaskan


(34)

18

bahwa pendekatan pembelajaran adalah suatu pandangan yang mengupayakan cara siswa untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Pendekatan pembelajaran merupakan sebuah pandangan tentang bagaimana siswa berinteraksi selama pembelajaran berlangsung.

Pendekatan pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum 2013 adalah pen-dekatan ilmiah (scientific approach). Dalam pendekatan ilmiah pembelajaran yang dilakukan berbasis pada fakta yang dapat dijelaskan dengan logika. Sehingga siswa mampu menemukan sebuah jawaban yang tidak berdasarkan angan-angan atau pendapat tidak masuk akal tetapi melalui proses ilmiah yang struktural dan tidak mendapatkan semua informasi hanya dari guru.

Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah merupakan pembelajaran yang menuntut siswa beraktivitas sebagaimana seorang ahli sains. Hal ini berarti proses pembel-ajaran harus berisi serangkaian aktivitas penelitian yang dilakukan siswa dalam upaya membangun pengetahuan. Menurut Tim Penyusun (2014) pendekatan saintifik dalam pembelajaran kimia dapat diterapkan dengan langkah-langkah metode ilmiah, yaitu melakukan pengamatan, menentukan hipotesis, merancang eksperimen untuk menguji hipotesis, menerima atau menolak hipotesis dan me-revisi hipotesis atau membuat kesimpulan. Guna mampu melaksanakan kegiatan ini siswa harus dibina kepekaannya terhadap fenomena, kemampuannya ajukan pertanyaan, ketelitiannya mengumpulkan data, dan kecermatannya meng-olah data untuk menjawab pertanyaan dan akhirnya kemampuannya membuat simpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai,


(35)

19

prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Menurut Tim Penyusun (2014)kriteria dalam pendekatan ilmiah, sebagai berikut:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat di-jelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata;

2. Menjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis;

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran;

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam me-lihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembel-ajaran;

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran;

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-jawabkan;

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Model pembelajaran dalam pendekatan ilmiah, sebagaimana penelitian, memiliki beberapa karakteristik khusus dalam penerapannya. Menurut Abidin (2014) karakteristik khusus pendekatan ilmiah adalah:

1. Objektif, artinya pembelajaran senantiasa dilakukan atas objek tertentu dan siswa dibiasakan memberikan penilaian secara objektif terhadap objek tersebut;

2. Faktual, artinya pembelajaran senantiasa dilakukan terhadap masalah-masalah faktual yang terjadi di sekitar siswa sehingga siswa dibiasakan untuk menemukan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaran-nya;

3. Sistematis, artinya pembelajaran dilakukan atas tahapan belajar yang sis-tematis dan tahapan belajar ini berfungsi sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran;

4. Bermetode, artinya dilaksanakan berdasarkan metode pembelajaran ilmiah tertentu yang sudah teruji keefektivannya;

5. Cermat dan tepat, artinya pembelajaran dilakukan untuk membina kecer-matan dan ketepatan siswa dalam mengkaji sebuah fenomena atau objek belajar tertentu;


(36)

20

7. Aktual, yakni bahwa pembelajaran senantiasa melibatkan konteks kehidupan anak sebagai sumber belajar yang bermakna;

8. Disintered, artinya pembelajaran harus dilakukan dengan tidak memihak melainkan benar-benar didasarkan atas capaian belajar siswa yang sebenarnya;

9. Unsupported opinion, artinya pembelajaran tidak dilakukan untuk me-numbuhkan pendapat atau opini yang tidak masuk akal yang tidak disertai bukti-bukti nyata;

10. Verifikatif, artinya hasil belajar yang diperoleh siswa dapat diverifikasi kebenarannya dalam arti dikonfirmasikan, direvisi, dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda.

Tim Penyusun (2014) menyatakan bahwa proses pembelajaran dengan pendekat-an ilmiah mencakup tiga rpendekat-anah, yaitu sikap, pengetahupendekat-an, dpendekat-an keterampilpendekat-an. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap bertujuan

agar peserta didik tahu tentang „mengapa‟. Ranah keterampilan bertujuan agar

peserta didik tahu tentang „bagaimana‟. Ranah pengetahuan bertujaun agar

pe-serta didik tahu tentang „apa‟. Hasil akhirnya adalah penguasaan kompetensi

sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang seimbang sehingga menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills). Integrasi dari ketiga ranah tersebut se-perti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Keterampilan (Tahu Bagaimana)

Pengetahuan (Tahu Apa) Sikap

(Tahu Mengapa)

Produktif Inovatif

Kretif Afektif


(37)

21

Tim Penyusun (2014) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengomunikasikan (communicating).

Gambar 2. Tahap-tahap pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah

1. Mengamati (Observing)

Mengamati adalah melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan inderanya. Mengamati tidak memadai jika hanya dengan melihat, tidak sama juga dengan kata menyaksikan, melirik, menatap, atau semua kata kerja yang menggunakan mata sebagai alat aktivitasnya. Tetapi mengamati harus melibatkan indera pendengaran untuk menggali sifat sesuatu melalui kegiat-an mendengar (suarkegiat-anya), melibatkkegiat-an indera peraba untuk merasakkegiat-an teksturnya, melibatkan indera penciuman untuk mengetahui baunya, melibatkan indera perasa untuk mengetahui rasanya. Intinya tidak cukup dengan menggunakan “mata” saja.

Communicating


(38)

22

Mengamati adalah tahap awal dari serangkaian tahapan pembelajaran berpusat pada siswa dengan pendekatan saintifik. Metode mengamati mengutamakan ke-bermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan objek secara nyata sehingga siswa senang dan tertantang. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, men-dengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Menurut Abidin (2014) kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut:

a. Menentukan objek yang akan diobservasi;

b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi;

c. Menentukan data-data yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder;

d. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi;

e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar;

f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.


(39)

23

Menurut Abidin (2014) prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan siswa selama observasi pembelajaran meliputi:

a. Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran;

b. Banyak atau sedikit serta homogenitas atau heterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan heterogen subjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan siswa sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan;

c. Guru dan siswa perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.

2. Menanya (Questioning)

Dalam pembelajaran dengan pendekatan ilmiah, setelah siswa mengamati fenomena-fenomena atau fakta yang disajikan oleh guru kemudian diharapkan akan timbul pertanyaan dari peserta didik. Dalam kegiatan menanya, guru mem-buka kesempatan secara luas siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah di-lihat, disimak, dibaca atau dilihat pada kegiatan mengamati. Menanya memiliki banyak fungsi dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Abidin (2014) fungsi bertanya adalah:

a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian siswa tentang suatu tema atau topik pembelajaran;

b. Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta mengem-bangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri;

c. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya;

d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas subs-tansi pembelajaran yang diberikan;

e. Membangkitkan keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan per-tanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan mengguna-kan bahasa yang baik dan benar;

f. Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen, mengem-bangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan;


(40)

24

g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok;

h. Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam meres-pon persoalan yang tiba-tiba muncul;

i. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

Berdasarkan penjabaran tersebut, terlihat bahwa menanya memiliki peranan pen-ting dalam mengembangkan rasa ingin tahu, kreativitas dan keaktivan peserta didik. Oleh karena itu guru harus dapat membimbing peserta didik agar antusias untuk menanya. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan per-tanyaan yang berhubungan dengan hasil pengamatan objek yang konkret sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Dari situasi di mana siswa dilatih mengajukan pertanyaan oleh guru, siswa tersebut masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana siswa mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.

3. Mencoba (Experimenting)

Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah selanjutnya adalah tahap men-coba. Dalam hal ini, siswa menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu siswa dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan mela-kukan eksperimen terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Dari kegiat-an tersebut terkumpul sejumlah informasi ykegiat-ang menjadi dasar bagi kegiatkegiat-an beri-kutnya yaitu menalar.


(41)

25

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Akti-vitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah (1) Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum, (2) Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan, (3) Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya, (4) Melakukan dan mengamati percobaan, (5) Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data, (6) Menarik simpulan atas hasil percobaan, dan (7) Membuat laporan dan mengomunikasikan hasil percobaan secara langsung (Abidin, 2014).

4. Menalar (Associating)

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah

yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peser-ta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif dari pada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran yang dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Menalar merupakan proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Menalar (associating) merujuk pada teori belajar asosiasi, yaitu kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori dalam otak dan


(42)

26

pengalaman-pengalaman yang tersimpan di memori otak berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya (asosiasi) (Tim Penyusun, 2014).

5. Mengomunikasikan (communicating)

Deskripsi kegiatan dari mengomunikasikan meliputi kegiatan menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik, menyusun laporan tertulis, dan menya-jikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan. Bentuk hasil belajar dari tahap mengomunikasikan ini adalah menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain (Tim Penyusun, 2014).

D. Analisis Konsep Titrasi Asam Basa

Herron et al.dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada definisi ten-tang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disama-kan dengan ide. Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011) mendefinisidisama-kan kon-sep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun de-finisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep.

Untuk itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat men-definisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan. Lebih lanjut lagi, Herron et al. dalam Fadiawati (2011) menge-mukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pen-capaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan


(43)

27

Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan noncontoh.


(44)

28 Tabel 1. Analisis konsep materi titrasi asam basa

No Nama Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1. Larutan

elektrolit

Larutan yang dapat terionisasi dalam air dan dapat menghantarkan arus listrik Abstrak bercon-toh konkret Larutan bersifat asam ; larutan bersifat basa ; larutan garam Jenis larutan ; pembawa sifat asam: pembawa sifat basa

Larutan Larutan

non-elektrolit Larutan bersifat asam; larutan bersifat basa ; larutan garam Larutan NaCl, larutan HF, larutan HCl, larutan NaOH, dll Larutan gula, air

2. Larutan

asam

Larutan asam adalah: larutan yang memiliki pH kurang dari 7; larutan yang dalam air dapat menghasilkan ion H+ (asam Arrhenius); Larutan yang

Konkret Asam kuat;

asam lemah Jenis larutan asam; Tetapan ionisasi asam Stoikiometri Larutan elektrolit Larutan netral ; larutan basa Reaksi ionisasi asam ; Larutan asam kuat; Larutan asam lemah Larutan HCl; larutan CH3COOH Larutan NaOH; larutan CH3COOK


(45)

29

No Nama Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

mendonorkan proton (asam Bronsted-Lowry); Larutan yang menerima pasangan electron(asam Lewis)

3. Larutan

asam kuat

Larutan asam yang dapat terionisasi sempurna ;

Konkret Ionisasi

sempurna H+

dalam larutan jenis larutan Larutan asam Larutan asam lemah pH (konsen-trasi asam); garam bersifat asam Larutan HNO3 , larutan garam NH4Cl Larutan CH3COONa

4. Larutan

asam lemah Larutan asam yang hanya terionisasi sebagian; konsentrasinya

Konkret Ionisasi H+ tak

sempurna dalam larutan Jenis larutan ; tetapan ionisasi asam Larutan asam Larutan asam kuat tetapan ionisasi asam lemah ; derajat ionisasi Larutan HF; larutan HI Larutan H2SO4 Tabel 1. (lanjutan)


(46)

30

No Nama Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

dipengaruhi tetapan ionisasi dan derajat ionisasi asam lemah ; derajat ionisasi asam lemah asam lemah

5. Larutan

Basa

Larutan basa adalah: larutan yang memiliki pH lebih dari 7; larutan yang dalam air dapat menghasilkan ion OH- (basa Arrhenius); Larutan yang menerima donor proton (basa

Bronsted-Konkret Basa kuat;

basa lemah Jenis larutan basa; Tetapan ionisasi basa Stoikiometri Larutan elektrolit Larutan netral ; larutan asam Reaksi ionisasi larutan basa; Larutan basa kuat; Larutan basa lemah Larutan NH4OH; larutan CH3COON;

larutan KOH

larutan H3PO4 Tabel 1 (lanjutan)


(47)

31

No Nama Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Lowry); Larutan yang memberi pasangan electron (basa Lewis)

6. Larutan

basa kuat

Larutan basa yang dapat terionisasi sempurna ;

Konkret Ionisasi

sempurna OH-

dalam larutan

jenis larutan

Larutan basa Larutan basa lemah pH (konsen-trasi basa); garam bersifat basa Larutan NaOH, larutan garam CH3COONa

Larutan CH3COOH

7. Larutan

basa lemah Larutan basa yang hanya terionisasi sebagian; konsentrasinya dipengaruhi tetapan ionisasi

Konkret Ionisasi OH

-tak sempurna dalam larutan Jenis larutan ; tetapan ionisasi basa lemah ; derajat

Larutan basa Larutan basa kuat tetapan ionisasi basa lemah; derajat ionisasi basa lemah Larutan NH3 Larutan H2SO4 Tabel 1 (lanjutan)


(48)

32

No Nama Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

dan derajat ionisasi basa

ionisasi basa lemah

8. Reaksi

penetralan

Reaksi antara sebuah ion asam (H+) dan sebuah ion basa (OH-) membentuk sebuah molekul H2O

Abstrak pH ;Reaksi

molekuler ; reaksi ion Konsen-trasi ; volume; Jenis larutan (asam/ basa) Reaksi asam-basa Titrasi asam-basa pH; Reaksi molekuler; reaksi ion

HCl(aq) +

NaOH(aq) → NaCl(aq)

+ H2O(l)

HCl(aq) + HNO3(aq) .

9. Titrasi

asam-basa

Penetapan titer atau kadar ; Penambahan sedikit demi sedikit larutan penitrasi ke larutan yang dititrasi hingga

Proses Titrasi larutan

asam kuat dengan larutan basa kuat; Titrasi larutan asam kuat dengan larutan basa lemah; Jenis larutan, volume larutan, Tetapan ionisasi asam, Tetapan Stoikiometri reaksi Titrasi reduksi-oksidasi Titrasi asidimetri, titrasi alkalimetris, Titik ekivalen ; titik akhir titrasi ; Titrasi larutan NaOH-HCl, titrasi larutan NaOH-CH3COOH, titrasi Penambahan gula dalam air kopi Tabel 1 (lanjutan)


(49)

33

No Nama Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

mencapai titik ekivalen

Titrasi larutan asam lemah dengan larutan basa kuat; Titik ekivalen ; titik akhir titrasi ; indikator asam basa ionisasi basa, derajat ionisasi asam, derajat ionisasi basa indikator asam basa larutan NH3-HCl

10 Titrasi

asam kuat-basa kuat Reaksi antara asam kuat dengan basa kuat menghasil-kan molekul air (H2O) dan garam (netral); Titrasi berakhir dengan Abstrak bercon-toh konkret Asam kuat-basa kuat; Indikator asam-basa (yang sesuai); Titrasi asam kuat-basa lemah; titrasi asam lemah-Volume, konsen-trasi Titrasi asam basa Titrasi asam kuat-basa lemah; titrasi asam lemah-basa kuat Titik ekivalen titrasi asam kuat-basa kuat; titik akhir titrasi asam kuat-basa kuat ; indikator Tirasi larutan HCl- larutan NaOH titrasi larutan NaOH-CH3COOH Tabel 1 (lanjutan)


(50)

34

No Nama Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

tercapainya titik ekivalen pada pH 7(netral) dicirikan dengan perubahan warna indikator

basa kuat asam basa

11 Titrasi

asam kuat-basa lemah Reaksi antara asam kuat dengan basa lemah menghasilkan molekul air (H2O) dan garam (bersifat asam); Titrasi berakhir dengan tercapainya titik Abstrak bercon-toh konkret Asam kuat-basa lemah; Indikator asam-basa (yang sesuai); larutan penyangga basa; Titik ekivalen titrasi asam kuat-basa lemah; titik akhir titrasi Volume, konsen-trasi Titrasi asam basa Titrasi asam kuat-basa kuat; titrasi asam lemah-basa kuat Titik ekivalen titrasi asam kuat-basa lemah; titik akhir titrasi asam kuat-basa lemah ; indikator asam basa; larutan penyangga Tirasi larutan HCl- larutan NH3 titrasi larutan NaOH-CH3COOH Tabel 1 (lanjutan)


(51)

35

No Nama Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

ekivalen pada pH kurang dari 7(bersifat asam) dicirikan dengan perubahan warna indikator asam kuat-basa lemah basa

12 Titrasi

asam lemah-basa kuat Reaksi antara asam lemah dengan basa kuat menghasil-kan molekul air (H2O) dan garam (yang bersifat basa); Titrasi berakhir dengan tercapainya titik ekivalen pada Abstrak bercon-toh konkret Asam lemah-basa kuat; Indikator asam-basa (yang sesuai); larutan penyangga asam; Titik ekivalen titrasi asam lemah-basa kuat; titik akhir titrasi Volume, konsen-trasi Titrasi asam basa Titrasi asam kuat-basa lemah; titrasi asam kuat-basa kuat Titik ekivalen titrasi asam lemah-basa kuat; titik akhir titrasi asam lemah-basa kuat ; indikator asam basa; larutan penyangga Tirasi larutan CH3COOH - larutan NaOH titrasi larutan NaOH-CH3COOH Tabel 1 (lanjutan)


(52)

36

No Nama Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

pH lebih dari 7(basa) dicirikan dengan perubahan warna indikator asam lemah-basa kuat asam

13 Titik

ekivalen titrasi

Titik pada saat jumlah mol penitrasi sama dengan jumlah mol yang dititrasi; titik terjadinya perubahan warna indikator titrasi

Abstrak pH titrasi;

indikator titrasi asam basa Jenis larutan titrasi; Volume penitrasi/ zat yang dititrasi; jenis larutan; konsen-trasi Titrasi asam basa Titik akhir titrasi Perubahan warna indikator titrasi asam basa

14 Titik akhir

titrasi

Titik pada saat titrasi harus

Abstrak pH titrasi;

indikator titrasi Volume penitrasi/ Titrasi asam basa Titik ekivalen Perubahan warna - -


(53)

37

No Nama Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

dihentikan; daerah pada saat warna indikator berubah

asam basa zat yang

dititrasi; jenis larutan; konsen-trasi indikator titrasi asam basa

15 Indikator

asam basa

Suatu larutan atau alat yang digunakan untuk mengetahui harga pH suatu larutan

Konkrit Rentang

pH/warna indikator asam basa Jenis larutan asam basa; jenis indikator asam basa

indikator Indikator

titrasi asam basa Jenis-jenis indikator Kertas lakmus ; larutan pp, dll Kertas karton Tabel 1 (lanjutan)


(54)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan adalah guru dan siswa di tiga SMA Negeri dan tiga SMA Swasta di Bandar Lampung yaitu SMAN 1, SMAN 7, SMAN 16, SMA Al-Kautsar, SMA Al-Azhar 3 dan SMA Persada. Subjek uji coba adalah guru dan siswa di SMAN 1 Bandar Lampung. Subjek penelitian adalah LKS berbasis pendekatan ilmiah pada materi titrasi asam basa.

B. Data Penelitian

Sumber data penelitian ini berasal dari guru mata pelajaran kimia SMA dan siswa SMA Jurusan IPA yang telah mempelajari materi titrasi asam basa, baik pada ta-hap studi lapangan dan uji coba lapangan. Pada tata-hap studi lapangan, data analisis kebutuhan diperoleh dari hasil wawancara dengan enam guru mata pelajaran kimia dan pengisian angket oleh 30 siswa kelas XII IPA yang telah mempelajari materi titrasi asam basa dari tiga SMA Negeri dan tiga SMA Swasta di Bandar Lampung yaitu SMAN 1, SMAN 7, SMAN 16, SMA Al-Kautsar, SMA Al-Azhar 3 dan SMA Persada. Sedangkan, pada tahap uji coba lapangan data diperoleh dari hasil angket kesesuaian isi, konstruksi, keterbacaan, dan kemenarikan terhadap


(55)

39 dua guru kimia dan hasil angket uji keterbacaan, kemenarikan terhadap 20 siswa kelas XI di SMAN 1 Bandar Lampung.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang dipilih dan digunakan dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan penelitian menjadi sistematis dan di-permudah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas instrumen pada studi lapangan, instrumen pada validasi ahli dan instrumen uji coba lapang-an. Adapun penjelasan instrumen-instrumen tersebut adalah:

1. Instrumen pada studi lapangan

Instrumen pada studi lapangan ini terdiri atas lembar pedoman wawancara analisis kebutuhan untuk guru dan lembar angket analisis kebutuhan untuk siswa.

Penjelasan masing-masing instrumen tersebut adalah sebagai berikut.

a. Pedoman wawancara analisis kebutuhan untuk guru

Lembar pedoman wawancara terhadap guru digunakan untuk mengetahui pelak-sanaan kurikulum 2013, pengetahuan guru tentang pendekatan ilmiah, metode yang digunakan dalam pembelajaran materi titrasi asam-basa, penggunaan LKS dan berfungsi untuk memberi masukan dalam pengembangan LKS berbasis pen-dekatan ilmiah.

b. Angket analisis kebutuhan untuk siswa

Angket analisis kebutuhan siswa digunakan untuk mengetahui metode pembel-ajaran titrasi asam-basa dan LKS seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan siswa


(56)

40 serta berfungsi untuk memberikan masukan dalam pengembangan LKS berbasis pendekatan ilmiah.

2. Instrumen pada validasi ahli

a. Instrumen validasi aspek kesesuaian isi

Angket validasi aspek kesesuaian isi disusun untuk mengetahui kesesuaian isi LKS dengan KI dan KD, kesesuaian indikator, materi, penggambaran dengan war-na yang mewar-narik, serta kesesuaian urutan materi dengan indikator. Hasil dari vali-dasi kesesuaian isi ini akan berfungsi sebagai masukan dalam pengembangan atau tepatnya revisi pada LKS pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah.

b. Instrumen validasi aspek konstruksi

Instrumen ini berbentuk angket dan disusun untuk mengetahui aspek konstruksi LKS pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah telah sesuai dengan format LKS yang ideal dan sesuai dengan pendekatan ilmiah. Hasil dari validasi konstruksi LKS ini berfungsi sebagai masukan dan pengembangan atau sebagai revisi pada LKS pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah.

c. Instrumen validasi aspek keterbacaan

Instrumen ini berbentuk angket dan disusun untuk mengetahui apakah LKS pen-dekatan ilmiah dapat terbaca dengan baik dilihat dari segi ukuran dan pemilihan jenis huruf, tata letak, serta perwajahan LKS. Hasil dari validasi keterbacaan LKS ini berfungsi sebagai masukan dan pengembangan atau sebagai revisi pada LKS berbasis pendekatan ilmiah.


(57)

41 d. Instrumen validasi aspek kemenarikan

Instrumen ini berbentuk angket dan disusun untuk mengetahui aspek kemenarikan LKS pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah. Aspek kemenarik-an LKS meliputi kemenarikkemenarik-an desain LKS berbasis pendekatkemenarik-an ilmiah hasil pengembangan dari segi pewarnaan, tata letak, maupun tampilan LKS.

3. Instrumen pada uji coba lapangan

Instrumen yang digunakan pada uji coba lapangan dijabarkan sebagai berikut:

a. Instrumen tanggapan guru

Instrumen ini terdiri atas angket aspek kesesuaian isi, konstruksi, keterbacaan, dan kemenarikan LKS. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap aspek kesesuaian isi materi pada LKS dengan KI-KD dan pendekatan ilmiah,konstruksi (yang terdiri dari konstruksi sesuai format LKS yang ideal dan konstruksi sesuai dengan pendekatan ilmiah), keterbacaan dan kemenarikan LKS pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah hasil pengembangan. Instrumen ini dilengkapi dengan kolom untuk menuliskan tanggapan, saran, mau-pun masukan untuk perbaikan LKS.

b. Instrumen tanggapan siswa

Instrumen ini terdiri atas angket aspek keterbacaan dan kemenarikan LKS. Aspek keterbacaan yang dinilai adalah kesesuaian penggunaan jenis dan ukuran huruf, penggunaan kalimat dan bahasa yang sesuai, maupun tata letak bagian-bagian


(58)

42 LKS. Aspek kemenarikan yang dinilai adalah kemenarikan LKS pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah hasil pengembangan dari segi pe-warnaan, tata letak, maupun tampilan LKS. Instrumen ini dilengkapi dengan kolom untuk siswa menuliskan tanggapan, saran, maupun masukan yang dapat membangun dan menyempurnakan LKS yang dikembangkan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan angket (kuisioner). Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan pada studi lapangan dan pada tahap uji coba lapangan awal. Pada tahap studi lapangan, dilakukan wa-wancara terhadap guru kimia dan pengisian angket oleh siswa kelas XII IPA di enam SMA baik Negeri maupun Swasta di Bandar Lampung. Sedangkan pada uji coba lapangan, dilakukan dengan penyebaran angket kepada guru kimia dan siswa kelas XI IPA untuk mengetahui tanggapan terhadap LKS yang dikembangkan.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Borg dan Gall (Sugiyono, 2013), metode penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Ada sepuluh langkah dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, yaitu (1) penelitian dan pengumpulan informasi (research and information collecting) yang meliputi pengukuran kebutuhan, studi literatur,


(59)

43 studi lapangan, dan pertimbangan dari segi nilai, (2) perencanaan (planning) dengan menyusun rencana penelitian yang meliputi kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai, desain pene-litian, dan kemungkinan pengujian dalam lingkup yang terbatas, (3) pengembang-an draf produk (develop preliminary form of product) meliputi pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi, (4) uji coba lapangan awal (preliminary field testing), melakukan uji coba di lapangan pada 1 sampai 3 sekolah dengan 6 sampai 12 subjek uji coba (guru) dan selama uji coba diadakan pengamatan, wawancara, dan pengedaran angket, (5) merevisi hasil uji coba (main product revision) dengan memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba, (6) uji coba lapangan (main field testing) dengan melakukan uji coba secara lebih luas pada 5 sampai 15 sekolah dengan 30 sampai 100 orang subjek uji coba, (7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revision) de-ngan menyempurnakan produk hasil uji lapade-ngan, (8) uji pelaksanaan lapade-ngan (operational field testing), pengujian dilakukan melalui pengisian angket, wawan-cara, dan observasi terhadap 10 sampai 30 sekolah melibatkan 40 sampai 200 subjek, (9) penyempurnaan produk akhir (final product revision), penyempurnaan didasarkan masukan dari uji pelaksanaan lapangan, dan (10) diseminasi dan im-plementasi (dissemination and implementation) dengan melaporkan hasilnya dalam pertemuan profesional dan dalam jurnal. Bekerja sama dengan penerbit untuk penerbitan.

Penelitian dan pengembangan ini dilakukan sampai uji coba lapangan awal (preliminary field testing) dan revisi hasil uji coba lapangan (main field testing).


(60)

44 Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti yang masih belum cukup untuk melaksanakan tahap selanjutnya.

F. Posedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dan Pengumpulan informasi

Menurut Borg dan Gall (Sukmadinata, 2011), tahap penelitian dan pengumpulan informasi adalah tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tujuan dari penelitian dan pengumpulan informasi adalah untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada sebagai bahan perbandingan atau bahan dasar untuk produk yang dikembangkan. Tahap penelitian dan pengumpulan informasi ini disebut juga analisis kebutuhan. Tahap penelitian dan pengumpulan data terdiri atas studi literatur dan studi lapangan, sebagai berikut :

a. Studi literatur

Menurut Sukmadinata (2011), studi literatur ditujukan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan teoritis yang memperkuat suatu produk. Melalui studi literatur juga dikaji ruang lingkup suatu produk, keluasan penggunaan, kondisi-kondisi pendukung agar produk dapat digunakan secara optimal, diketahui keunggulan dan keterbatasannya, serta untuk mengetahui langkah-langkah yang paling tepat dalam pengembangan produk tersebut Studi literatur dilakukan de-ngan cara analisis terhadap KI-KD materi titrasi asam basa, dari hasil tersebut


(61)

45 dibuat analisis konsep, pembuatan indikator pencapaian kompetensi, silabus dan RPP serta dilakukan pengumpulan teori yang mendukung pengembangan LKS berbasis pendekatan ilmiah yaitu kriteria LKS yang ideal, panduan penyusunan LKS yang baik, dan pendekatan ilmiah. Hasil dari studi literatur akan menjadi acuan dalam pengembangan LKS pada materi titrasi asam basa berbasis pendekat-an ilmiah.

b. Studi lapangan

Penelitian ini dilakukan di tiga SMA Negeri dan tiga SMA Swasta di Bandar Lampung yang terbagi dalam kategori SMA dengan mutu rendah, sedang, dan tinggi yaitu SMAN 1, SMAN 7, SMAN 16, SMA Al-Kautsar, SMA Al-Azar 3 dan SMA Persada. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik pengambilan sampel gabungan antara pengambilan sampel berdasarkan klaster (cluster sampling) dan berdasarkan strata ( stratified sampling). Hal ini juga dilakukan dalam penentuan lima perwakilan siswa yang terbagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Kemudian, melakukan wawancara kepada guru kimia kelas XI dan pengisian angket oleh perwakilan siswa kelas XII IPA karena materi pokok titrasi asam basa yang akan digunakan ada di semester genap, sedangkan penelitian dilakukan pada semester ganjil. Dalam lembar pedoman wawancara, hal-hal yang dinyatakan berhubungan dengan penerapan kurikulum 2013 dan pendekatan ilmiah, metode pembelajaran titrasi asam basa, penggunaan LKS serta kekurangan dan kelebihan LKS yang

digunakan. Dalam lembar angket untuk siswa, hal-hal yang ditanyakan ber-hubungan dengan metode yang diterapkan guru dalam pembelajaran titrasi asam


(62)

46 basa, penggunaan LKS, serta kekurangan dan kelebihan LKS yang digunakan oleh guru.

2. Perencanaan

Perencanaan ini meliputi rancangan produk yang akan dihasilkan serta proses pengembangannya. Menurut Sukmadinata (2011), rancangan produk yang akan dikembangkan minimal mencakup (1) tujuan dari penggunaan produk, (2) siapa pengguna dari produk tersebut, dan (3) deskripsi komponen-komponen produk dan penggunaannya.

Tujuan dari penggunaan produk LKS pada materi titrasi asam basa berbasis pen-dekatan ilmiah ini yaitu (1) sebagai media yang efektif dalam proses pembelajaran di kelas, dan (2) sebagai referensi bagi guru dalam menyusun dan mengembang-kan LKS berbasis pendekatan ilmiah yang lebih baik. Pengguna produk ini adalah guru dan siswa SMA kelas XI. Komponen-komponen produk ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu (1) bagian pendahuluan terdiri atas cover depan, kata pengantar, daftar isi, lemmbar KI-KD, indikator pencapaian kompetensi, dan petunjuk umum penggunaan LKS, (2) bagian isi terdiri dari identitas LKS, tahap mengamati, tahap menanya, tahap mencoba, dan tahap mengomunikasikan, dan (3) bagian penutup terdiri atas daftar pustaka dan cover belakang LKS.

3. Pengembangan produk awal

Berdasarkan rancangan LKS yang telah dibuat, dapat dirumuskan produk awal yang bersifat tentatif. Meskipun masih produk awal, bersifat draf kasar, tetapi


(63)

47 sudah disusun selengkap dan sesempurna mungkin. Draf atau produk awal di-kembangkan oleh para pengembang bekerja sama atau dengan bantuan para ahli. Hal ini diperlukan untuk melihat kelayakan produk.

Langkah pertama pada pengembangan produk ini adalah dilakukannya penyusun-an LKS pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatpenyusun-an ilmiah. LKS ypenyusun-ang di-kembangkan tersebut terdiri dari cover depan, daftar isi, kata pengantar, lembar KI-KI, lembar indikator, petunjuk umum LKS, isi LKS, daftar pustaka dan cover

belakang. Akan tetapi, pengembangan LKS tersebut harus didasarkan pada be-berapa aspek, seperti kriteria LKS yang baik atau ideal dan penyesuaian LKS dengan materi pembelajaran. Selanjutnya, dilakukan penyusunan instrumen untuk validasi ahli yang berupa instrumen validasi aspek kesesuaian isi, konstruksi, ke-terbacaan dan kemenarikan serta instrumen untuk uji coba lapangan yang berupa angket aspek kesesuaian isi,konstruksi, keterbacaan dan kemenarikan untuk guru serta angket aspek kemenarikan dan keterbacaan untuk siswa. Angket yang telah disusun kemudian divalidasi oleh pembimbing. Tujuannya untuk mengetahui kesesuaian isi angket dengan rumusan masalah penelitian.

Setelah selesai dilakukan penyusunan LKS pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah, maka dilakukan validasi oleh validator ahli dengan pemberian angket beserta produk awalnya. Menurut Sugiyono (2013), validasi desain meru-pakan proses kegiatan untuk menilai rancangan produk secara rasional akan efek-tif atau tidak. Validasi produk dapat dilakukan dengan menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menanggapi produk baru yang telah dirancang.


(64)

48 4. Uji coba lapangan awal

Setelah LKS pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah di validasi, dilakukan uji coba lapangan pada 20 siswa SMA kelas XI IPA dan dua guru kimia di SMAN 1 Bandar Lampung dengan cara memberikan angket beserta produk yang dihasilkan. Angket yang diberikan untuk guru adalah angket aspek kesesuai-an isi, konstruksi, keterbacakesesuai-an dkesesuai-an kemenarikkesesuai-an LKS dkesesuai-an kesesuai-angket ykesesuai-ang diberikkesesuai-an untuk siswa adalah angket aspek keterbacaan dan kemenarikan LKS. Uji coba lapangan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap aspek kesesuaian isi, konstruksi, keterbacaan dan kemenarikan produk LKS serta mengetahui tanggapan siswa terhadap aspek keterbacaan, dan kemenarikan pro-duk LKS hasil pengembangan.

5. Revisi LKS

Dari beberapa tahap yang telah dilakukan, tahap akhir yang dilakukan pada pe-nelitian ini adalah revisi dan penyempurnaan LKS pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiahyang dikembangkan. Tahap revisi ini dilakukan de-ngan pertimbade-ngan hasil validasi oleh validator ahli, tanggapan guru, dan tanggap-an siswa terhadap LKS ytanggap-ang dikembtanggap-angktanggap-an. Berikut alur penelititanggap-an ytanggap-ang diguna-kan dalam penelitian ini:


(1)

51 d. Mengolah jumlah skor jawaban responden

Pengolahan jumlah skor (

S) jawaban angket adalah sebagai berikut adalah 1) Skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS)

Skor = 5 x jumlah responden 2) Skor untuk pernyataan Setuju (ST)

Skor = 4 x jumlah responden 3) Skor untuk pernyataan Ragu (RG)

Skor = 3 x jumlah responden

4) Skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS) Skor = 2 x jumlah responden

5) Skor untuk pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS) Skor = 1 x jumlah responden

e. Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% 100 % 

maks in S S

X (Sudjana, 2005)

Keterangan : %Xin = Persentase jawaban angket-i

S= Jumlah skor jawaban

Smaks= Skor maksimum yang diharapkan

f. Menghitung rata-rata persentase angket untuk mengetahui tingkat kelayakan dan keterbacaan pada LKS berbasis pendekatan ilmiah dengan rumus sebagai

berikut:

n X Xi

% in

% (Sudjana, 2005)

Keterangan : %Xi

= Rata-rata persentase angket-i

%Xin= Jumlah persentase angket-i n = Jumlah butir soal

g. Menvisualisasikan data untuk memberikan informasi berupa data temuan dengan menggunakan analisis data non statistik yaitu analisis yang dilakukan


(2)

52 dengan cara membaca tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang ter-sedia

h. Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran Arikunto (2008)

Tabel 2. Kriteria angket

Persentase (%) Kriteria 80,1 – 100 Sangat tinggi

60,1 – 80 Tinggi

40,1 – 60 Sedang

20,1 – 40 Rendah

0,0 – 20 Sangat rendah (Arikunto, 2008)


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengembangan LKS pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Karakteristik LKS hasil pengembangan adalah (a) Isi LKS mengacu pada kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) untuk materi titrasi asam basa; (b) Struktur LKS ini terdiri dari bagian pendahuluan, isi, dan penutup, (c) Isi LKS terdiri dari lima kegiatan belajar yang sesuai dengan langkah pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yaitu mengamati, menanya, men-coba, menalar, dan mengomunikasikan; (d) LKS disertai gambar-gambar serta fenomena yang mendukung siswa dalam pembelajaran berdasarkan fakta; (e) Bahasa yang digunakan komunikatif dan tidak menimbulkan tafsiran ganda (ambigu).

2. Tanggapan guru terhadap LKS yang dikembangkan dari aspek (a) Kesesuai-an isi LKS dikategorikKesesuai-an sKesesuai-angat tinggi (89,00 %); (b) Konstruksi LKS di-kategorikan sangat tinggi (82,40 %); (c) Keterbacaan LKS didi-kategorikan sangat tinggi (83,20 %); (d) Kemenarikan LKS dikategorikan sangat tinggi (82,20%).


(4)

88

3. Tanggapan siswa terhadap LKS yang dikembangkan dari aspek keterbacaan LKS dikategorikan sangat tinggi (83,20 %) dan aspek kemenarikan LKS di-kategorikan sangat tinggi (82,20%).

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. LKS pada materi titrasi asam basa berbasis pendekatan ilmiah yang dikem-bangkan ini hanya dilakukan sampai uji coba lapangan awal dan revisi setelah uji coba lapangan sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji efektifitasnya secara luas.

2. LKS yang dikembangkan ini hanya menampilkan materi titrasi asam basa dengan pendekatan ilmiah sehingga diharapkan peneliti lain untuk melakukan pengembangan LKS pada materi kimia yang lain.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Refika Aditama. Bandung.

Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Kedelapan. Bumi Aksara. Jakarta.

Arsyad, A. 2005. Media Pembelajaran. Raja grafindo Persada. Jakarta. Asyhar, R. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. GP Press.

Jakarta.

Darmodjo, H dan R.E Kaligis. 1992. Pendidikan IPA II. Depdikbud. Jakarta. Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran tentang Struktur Atom

Dari SMA hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI. Bandung. Gulo, Widodo. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Grasindo. Jakarta.

Merdekawati, S dan Himmawati. Developing Student Worksheet In English Based On Constructivism Using Problem Solving Approach For Mathematics Learning On The Topic Of Social Arithmetics. Paper for International Seminar and the Fourth National Conference on MathematicsEducation. 21-23 Juli 2011. UNY. Tanggal akses Nov . http://eprints.-uny.ac.id/2135/1/P%20-%2084.pdf.

Prianto dan Harnoko. 1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Saradima, A. 2014. Pengembangan Lembar Kerja Siswa dengan Pendekatan

Ilmiah (Scientific Approach) pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D”. Alfabeta. Bandung.


(6)

90

Sukmadinata, N. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sunyono. Development Of Student Worksheet Base On Environment To Sains Material Of Yunior High School In Class VII On Semester I (Study in SMPN 1 Bandar Lampung For Material of Acid, Base, and Salt). Proceeding of The 2nd International Seminar of Science Education. 2008. UPI. Tanggal akses 18 September 2014. http://sunyonoms.files.wordpress.com/2012/12/makalah-seminar-bandung_08.pdf.

Suryobroto, B. 1986. Mengenal Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar-Mengajar. Amarta. Yogyakarta.

Tim Penyusun. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

. 2014. Permendikbud RI Nomor 59 Tahun 2014. Depdiknas. Jakarta.

Widjajanti, E. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah Seminar Pelatihan

penyusunan LKS untuk Guru SMK/MAK pada Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat. 22 Agustus 2008. Universitas Negeri Yogyakarta. Tanggal akses 6 Desember 2014 Pukul 21.13. http://staff.uny.ac.id.