EFEKTIVITAS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGORGANISASIKAN

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

MENGORGANISASIKAN

Oleh

MAULIDA ETIKASARI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pendekatan ilmiah pada materi asam basa dalam meningkatkan keterampilan mengorganisasikan. Pen-dekatan ilmiah terdiri dari 5 tahap yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengomunikasikan. Keterampilan mengorganisasikan dilatihkan pada tahap mencoba dan menalar. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pringsewu semester genap Tahun Pelajaran 2014-2015. Sampel diambil dengan teknikpurposive samplingdan diperoleh kelas XI IPA1dan XI IPA2sebagai sampel penelitian. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desainNon Equivalent Control Group Design. Hasil penelitian me-nunjukkan rata-ratan-Gain keterampilan mengorganisasikan pada kelas kontrol sebesar 0,35 dan kelas eksperimen sebesar 0,49. Berdasarkan hasil pengujian hi-potesis, rata-ratan-Gainketerampilan mengorganisasikan pada materi asam basa pada kelas dengan pembelajaran pendekatan ilmiah lebih tinggi daripada rata-rata n-Gainketerampilan mengorganisasikan dengan pembelajaran konvensional. Hal


(2)

ini menunjukkan bahwa pendekatan ilmiah pada materi asam basa efektif dalam meningkatkan keterampilan mengorganisasikan.

Kata kunci: asam basa, keterampilan mengorganisasikan,n-Gaindan pendekatan ilmiah.


(3)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

MENGORGANISASIKAN

Oleh

MAULIDA ETIKASARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Maulida Etikasari dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 23 Agustus 1993 sebagai putri kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan bapak H.Sugiyanto, S.Pd dan Ibu Zahrotul Farikhah.

Pendidikan formal diawali di TK Aisiyah 1 Pringsewu selama dua tahun pada 1997-1999, SD tahun 1999-2005 di SD Muhammadiyah 1 Pringsewu, SMP Negeri 1 Pringsewu tahun 2005-2008, SMA Negeri 1 Pringsewu tahun 2008-2011. Terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung pada 2011, mengantarkan penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) 2013-2014.

Selama menjadi mahasiswa pada tahun 2014 mengikuti program Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Bandung, Yogyakarta, Semarang dan Malang. Pada tahun yang sama mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintergrasi dengan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) Kependidikan juga diikuti oleh penulis di SMP Negeri 1 Ngambur, Desa Sumber Agung, Kec. Ngambur, Kab. Pesisir Barat.


(8)

MOTO

Jangan tanya kapan, karena keajaiban akan datang menghampiri orang yang selalu melakukan yang terbaik,

buat dirinya sendiri maupun orang lain (Helen Keller)

Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan

(Thomas A. Edison)

Hidup bukan semacam permainan monopoli yang hanya menunggu giliran jalan dan mendapatkan kartu kesempatan, tetapi hidup butuh usaha dan perjuangan


(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil alamin, syukurku kepada Allah SWT yang selalu memberikan nikmat dan inspirasi-Nya, dengan kerendahan hati

kupersembahkan tulisan ini untuk : Ibu

Pahlawan yang luar biasa yang paling aku sayangi dan selalu aku rindukan

Babe

Inspirasiku, atas jerih payah dan kerja kerasnya demi kebahagianku dan selalu mendidiku untuk bersyukur

Semoga Allah SWT membalas semua jasa dan pengorbanan babe dan ibu. Mbakku Andis Dian Novita & Adikku Muhammad Fathur Renaldy Mbak dan adik yang selalu mampu memberikan warna dan tawa

dihidupku.


(10)

SANWACANA

Puji syukur kepada Sang Maha Pengasih, Allah S.W.T., sehingga dapat diselesai-kan skripsi yang berjudul“Efektivitas Pendekatan Ilmiah Pada Materi Asam Basa Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengorganisasikan”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk Nabi Muhammad SAW yang telah

membimbing umatnya ke jalan yang diridhoi Allah.

Ucapan terimakasih pun tak lupa dihaturkan kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan Pembahas, terima kasih atas kritik dan saran untuk skripsi yang lebih baik.

4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si. selaku Pembimbing I, terima kasih atas kesediaannya memberi bimbingan, nasihat, dan motivasi selama proses penyusunan skripsi hingga selesai.

5. Ibu Lisa Tania,S.Pd., M.Sc. selaku Pembimbing II dan Dosen Pembimbing Akademik, terimakasih atas keihlasannya membimbing dan memotivasi di sela-sela kesibukan.

6. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Kimia, terimakasih atas ilmu yang sudah diberikan.


(11)

7. Bapak Dra. Yulizar, MM. selaku Kepala SMAN 1 Pringsewu atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian; Bapak Suwarna, S.Pd, selaku guru mitra atas izin dan kerjasamanya.

8. Sahabat sekaligus keluarga seatap selama 4 tahun Arum Pradina Astiningsih, Aulia Riska Safitri, Diah Nur’aini, Mentari Nia Saputri dan Nur Hidayah terimakasih sudah bersedia berbagi suka dan duka.

9. Kesdik, Nurdiana, Ria, Eka, Siska, Dynda, Dea, Ruru, Napilah, Pipit, Sevi terimakasih atas kesediannya berbagi keceriaan dan dukanya.

10. Teman-teman KKN Satrya Kurniawan, Agus, Marel, Nyoman, Irine, Rika dan Dwi terimakasih untuk pengalaman yang luar biasanya.

11. Serta rekan-rekan perjuangan di P.Kimia 2011.

Akhirnya, penulis memohon maaf atas segala khilaf yang menyakiti. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandarlampung, Mei 2015 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Pendekatan Ilmiah ... 6

B. Pembelajaran Konstruktivisme ... 11

C. Keterampilan Mengorganisasikan ... 14

D. Analisis Konsep Asam Basa ... 17

E. Kerangka Pemikiran ... 26

F. Anggapan Dasar ... 28

G. Hipotesis ... 28

III. METODE PENELITIAN ... 29

A. Populasi dan Sampel ... 29


(13)

C. Metode dan Desain Penelitian ... 30

D. Variabel Penelitian ... 31

E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya ... 31

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 32

G. Teknik Analisis Data, Pengujian Hipotesis dan Pengolahan Data Respon ... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 44

B. Pembahasan ... 52

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Simpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN 1. RPP Eksperimen ... 69

2. LKS ... 84

3. Soal Pretes dan Postes... 92

4. Data Penilaian Afektif Kelas Eksperimen ... 95

5. Data Penilaian Afektif Kelas Kontrol ... 98

6. Data Penilaian Psikomotor Kelas Eksperimen ... 101

7. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 103


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kegiatan Pembelajaran ... 10

2. Analisis Konsep ... 18

3. Desain Penelitian ... 30

4. Data normalitas nilai pretes keterampilan mengorganisasikan... 45

5. Data homogenitas nilai pretes keterampilan mengorganisasikan ... 46

6. Data uji kesamaan dua rata-rata terhadap nilai pretes keterampilan mengorganisasikan ... 47

7. Data normalitasn-Gain keterampilan mengorganisasikan ... 49

8. Data homogenitasn-Gainketerampilan mengorganisasikan ... 49

9. Data uji perbedaan dua rata-rata keterampilan mengorganisasikan ... 50


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ranah hasil belajar menggunakan pendekatan ilmiah ... 11 2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 32 3. Rata-rata nilai pretes dan rata-rata nilai postes keterampilan

mengorganisasi-kan di kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 44 4. Rata-ratan-Gainketerampilan mengorganisasikan kelas kontrol dan kelas

eksperimen ... 48 5. Rata-rata nilai afektif siswa di kelas eksperimen ... 51 6. Rata-rata nilai psikomotor siswa di kelas eksperimen ... 51


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia adalah bagian dari ilmu IPA. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk, kimia sebagai proses dan kimia sebagai sikap (Tim Penyusun, 2006). Kimia sebagai produk merupakan pengetahuan kimia yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori-teori. Kimia sebagai proses berkaitan dengan cara kerja ilmiah, sehingga kimia bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan antara kimia sebagai produk, proses dan sikap. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan ketiga karakteristik ilmu kimia (Fadiawati, 2011).

Berdasarkan Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, telah di-amanatkan bahwa sasaran pembelajaran dari implementasi kurikulum 2013 mem-perhatikan ketiga karakteristik ilmu kima yaitu mencakup ranah sikap, pengetahu-an dpengetahu-an keterampilpengetahu-an. Proses pembelajarpengetahu-an diarahkpengetahu-an pada pengembpengetahu-angpengetahu-an ketiga ranah tersebut. Sehingga diharapkan proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan,


(17)

2

dan keterampilan. Dalam kurikulum 2013 pembelajaran kimia dituntut untuk mengaitkan materi dengan fenomena atau contoh-contoh yang ada di lingkungan sekitar.

Namun faktanya pembelajaran kimia di sekolah belum mengaitkan dengan

contoh-contoh yang ada di kehidupan. Pembelajaran kimia tidak didasarkan pada fakta-fakta yang ada. Sehingga siswa cenderung menghafal konsep, teori dan hukum-hukum yang ada dalam pelajaran kimia. Hal ini didukung oleh hasil observasi pendahuluan dan wawancara dengan guru kimia di SMA Negeri 1 Pringsewu. Pembelajaran kimia di SMA Negeri 1 Pringsewu belum dikaitkan dengan contoh-contoh yang ada di kehidupan, siswa diminta untuk mempelajari materi yang sedang dipelajari. Siswa diminta untuk membangun konsep sendiri tanpa dibimbing oleh guru dan eksperimen atau demonstrasi hanya dilakukan sesekali pada materi tertentu.

Pembelajaran kimia yang seperti ini tidak sesuai dengan implementasi kurikulum 2013. Pembelajaran kimia di sekolah membutuhkan suatu upaya untuk mengatasi hal tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menerapkan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah. Upaya penerapan pendekatan ilmiah dalam pembel-ajaran seharusnya terjadi dalam proses pembelpembel-ajaran, karena sesungguhnya pem-belajaran itu sendiri adalah sebuah proses ilmiah (Hosnan, 2014). Pendekatan ilmiah(scientific approach)dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud dilaku-kan melalui proses mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomuni kasikan (Fadlillah, 2014). Langkah awal yang dilakukan adalah mengamati fakta-fakta dan fenomena, lalu menanya mengenai apa yang sudah diamati, mencoba


(18)

3

atau melakukan percobaan, melakukan pemrosesan informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dan langkah yang terakhir yaitu mengomunikasikan hasil yang telah diperoleh.

Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan ilmiah dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia di sekolah. Salah satu materi kimia kelas XI adalah asam basa. KD 3.10 yaitu menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan atau pH larutan dan K.D 4.10 yaitu mengajukan ide atau gagasan tentang peng-gunaan indikator yang tepat untuk menentukan keasaman asam/basa atau titrasi asam/basa (Tim Penyusun, 2013d). Berdasarkan KD tersebut siswa dituntut untuk dapat mencari hubungan dan menganalisis sifat larutan. Untuk mencapai KD di-butuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Keterampilan mengorganisasikan(organizing)merupakan salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam taksonomi Bloom. Keterampilan mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik (Anderson dan Krathwohl, 2001). Selain itu,keterampilan mengorganisasikan me-mungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan.

Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah diharapkan dapat melatihkan dan me-ningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa khususnya keterampilan mengorganisasikan. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) yang menyimpulkan bahwa pendekatan ilmiah efektif dalam mening-katkan keterampilan siswa dalam berpikir orisinil pada materi asam basa. Selain


(19)

4

itu penelitian Ikaningrum dan Gultom (2013) yang menyimpulkan bahwa pende-katan ilmiah inkuiri efektif dalam meningkatkan prestasi belajar dan sifat ilmiah siswa kelas X SMA Negeri 4 Magelang.

Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian dengan judulEfektivitas Pendekatan Ilmiah Pada Materi Asam Basa dalam Meningkatkan

Keterampilan Mengorganisasikan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana efektivitas pendekatan ilmiah pada materi asam basa dalam meningkatkan keterampilan mengorganisasi-kan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan efektivitas pendekatan ilmiah pada materi asam basa dalam meningkatkan keterampilan mengorganisasikan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, yaitu : 1. Siswa

Penerapan pendekatan ilmiah pada materi asam basa dapat melatih keterampil-an mengorgketerampil-anisasikketerampil-an pada siswa.


(20)

5

2. Guru

Memberikan pengalaman langsung kepada guru dalam menerapkan pem-belajaran dengan pendekatan ilmiah pada materi asam basa dalam melatih keterampilan mengorganisasikan.

3. Sekolah

Penerapan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah merupakan salah satu alternatif untuk mengembangkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari penelitian yang berbeda-beda terhadap istilah yang digunakan, maka perlu dikembangkan beberapa istilah sebagai berikut.

1. Dalam penelitian ini pembelajaran dikatakan efektif apabila secara statistik keterampilan mengorganisasikan siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol yang ditunjukkan dengann-Gainyang signifikan.

2. Pendekatan ilmiah merupakan proses pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal peserta didik melalui beberapa proses mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengomunikasikan (Fadlillah, 2014).

3. Mengorganisasikan memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. (Anderson dan Krathwohl, 2001)


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan adalah suatu jalan, cara, atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru juga siswa untuk mencapai tujuan pengajaran apabila kita melihatnya dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu dikelola ( Jihad, 2012).

Pendekatan ilmiah merupakan pendekatan yang pada dasar gaya berpikirnya mengadopsi dari metode ilmiah. Upaya penerapan pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran bukan hal yang aneh dan mengada-ada tetapi memang itulah yang seharusnya terjadi dalam proses pembelajaran, karena sesungguh-nya pembelajaran itu sendiri adalah sebuah proses ilmiah (keilmuan)

(Hosnan, 2014).

Tim Penyusun (2013a) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengomunikasikan.

1. Mengamati (Observing)

Mengamati ialah melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan inderanya. Metode mengamati mengutamakan kebermak-naan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggul-an tertentu, seperti menyajikkeunggul-an objek secara nyata sehingga siswa senkeunggul-ang dkeunggul-an tertantang. Dengan metode observasi siswa menemukan fakta bahwa ada


(22)

7

hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang diguna-kan oleh guru (Tim Penyusun, 2013a).

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan bagi siswa untuk melaku-kan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca (Tim Penyusun, 2013b). Metode mengamati sangat bermanfaat bagi penumbuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermak-naan yang tinggi (Abidin, 2013).

2. Menanya (Questioning)

Langkah kedua pada pendekatan ilmiah adalah menanya. Kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)(Fadlillah, 2014). Bertanya merupakan salah satu cara untuk memper-oleh pengetahuan. Karena itu bertanya dalam kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran, aktivitas bertanya perlu ditingkatkan. Melalui ke-giatan bertanya, rasa ingin tahu peserta didik akan berkembang. Semakin terlatih dalam bertanya, maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan (Hosnan, 2014). Aktivitas bertanya memiliki fungsi membangkitkan rasa ingin tahu, minat dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran (Abidin, 2013).

Menanya memiliki banyak fungsi dalam kegiatan pembelajaran. Fungsi bertanya adalah sebagai berikut:

a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian siswa tentang suatu tema atau topik pembelajaran.


(23)

8

b. Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta mengem-bangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

c. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.

d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas subs-tansi pembelajaran yang diberikan.

e. Membangkitkan keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan per-tanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan mengguna-kan bahasa yang baik dan benar.

f. Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen, mengem-bangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.

g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.

h. Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam meres-pon persoalan yang tiba-tiba muncul.

i. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain (Tim Penyusun, 2013a).

3. Mencoba (Experimenting)

Tindak lanjut dari menanya adalah mencoba. Dalam hal ini, siswa menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu siswa dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan terse-but terkumpul sejumlah informasi yang menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu menalar (Tim Penyusun, 2013c).

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, siswa harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, peserta siswa memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Siswa pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu


(24)

9

menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

4. Menalar (Associating)

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 digunakan untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pem-belajaran asosiatif. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah ter-sedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar (Tim Penyusun, 2013a). Dalam kegiatan ini, siswa melakukan pemrosesan informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keter-kaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang dite-mukan (Tim Penyusun 2013c).

5. Mengomunikasikan

Dalam kegiatan ini, siswa menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasi, dan menemukan pola. Hasil ter-sebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut.

Mengomunikasikan hasil percobaan dan asosiasi yang telah dilakukan peserta didik dalam pembelajaran akan memperkuat penguasaan siswa


(25)

10

terhadap materi pelajaran yang telah disajikan dalam pembelajaran. Langkah ini memberikan keuntungan kepada siswa dalam meningkatkan rasa percaya diri dan kesungguhan dalam belajar (Nasution,2013).

Adapun bentuk kegiatan pembelajaran melalui pendekatan ilmiah (Fadlillah, 2014) dapat dilihat, seperti Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Aktivitas Belajar

Mengamati (observing)

Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat)

Menanya (questioning)

 Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat hipotesis

 diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan)

Pengumpulan data (experimenting)

 Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan

 menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen)

 mengumpulkan data Menalar

(associating)

 Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/kategori

 menyimpulkan dari hasil analisis data Mengomunikasikan  Menyampaikan hasil konseptualisasi

 dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya.

Proses pembelajaran pendekatan ilmiah menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, penge-tahuan, dan keterampilan. Integrasi dari ketiga ranah tersebut seperti terlihat pada Gambar 1 (Tim Penyusun, 2013a).


(26)

11

Gambar 1. Ranah hasil belajar menggunakan pendekatan ilmiah

1. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu bagaimana”.

2. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu mengapa”.

3. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu apa” (Tim Penyusun, 2013a).

Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Tim Penyusun, 2013a).

B. Pembelajaran Konstruktivisme

Pendekatan ilmiah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran berfilosofi konstruktivisme. Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pen-dekatan ilmiah adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui taha-pan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (Hosnan, 2014).


(27)

12

Menurut Sardiman (2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu tiruan (imitasi) dari kenyataan (realitas) dan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan sese-orang.

Menurut Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), menyatakan bahwa kons-truktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. Ber-dasarkan pernyataan tersebut, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain. Setiap orang membangun pengeta-huannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mem-punyai pengetahuan kepada orang yang belum memmem-punyai pengetahuan. Bahkan bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertian kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikontruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya (Trianto, 2010).

Kontruktivisme memiliki karakteristik adanya perolehan pengetahuan sebagai produk dari kegiatan organisasi sendiri oleh individu dalam lingkungan tertentu (Bidell dan Fischer dalam Wardoyo, 2013). Menurut Suparno (Sunyono, 2013) dalam teori kontruktivisme yang terpenting adalah bahwa dalam proses pembela-jaran siswalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukannya guru atau orang lain. Pendekatan pembelajaran yang berfilosofi kontruktivisme


(28)

13

merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada keaktifan siswa dan meng-haruskan siswa membangun pengetahuannya sendiri ( Trianto, 2007). Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan mem-bantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa. Lebih jauh lagi Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang melainkan melalui tindakan (Sunyono, 2013).

Menurut Trianto (2007) siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan membe-ri kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendimembe-ri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Bruner (Dahar, 1989) menganggap bahwa belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh mela-lui belajar penemuan bertahan lama dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berpikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecah-kan masalah.

Menurut Bruner (2001) dalam Sunyono (2013), implikasi dari teori konstuktivis-me dalam proses pembelajaran adalah pebelajar konstuktivis-melakukan proses aktif dalam mengkonstruksi gagasan-gagasannya menuju konsep yang bersifat ilmiah. Pebe-lajar menyeleksi dan mentransformasi informasi, mengkonstruksi dugaan-dugaan (hipotesis) dan membuat suatu keputusan dalam struktur kognitifnya. Struktur kognitif (skema, model mental) yang dimiliki digunakan sebagai wahana untuk


(29)

14

memahami berbagai macam pengertian dan pengalamannya. Ada beberapa aspek utama dalam upaya menerapkan teori konstruktivisme dalam pembelajaran, yaitu (a) siswa sebagai pusat dalam pembelajaran, (b) pengetahuan yang akan disajikan disusun secara sistematis dan terstruktur sehingga mudah dipahami oleh siswa, (c) memanfaatkan media yang baik.

Secara keseluruhan pengertian atau maksud pembelajaran secara konstruktivisme adalah pembelajaran yang menuntut siswa untuk membangun dan menemukan pengetahuannya sendiri. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang membantu dan mengarahkan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah, serta membimbing siswa dalam proses pembelajaran.

C.Keterampilan Mengorganisasikan

Prinsip-prinsip dasar Bloom dan Krathwohl yang digunakan adalah prinsip metodologis, psikologis, logis dan tujuan. Atas dasar itu maka taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan yang menunjukkan tingkat kesulitan (Arikunto, 2013). Taksonomi Bloom mengklasifikasikan perilaku menjadi enam kategori, dari yang sederhana (mengetahui) sampai dengan yang lebih kompleks (mengevaluasi). Ranah kognitif terdiri atas (berturut-turut dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks), ialah:

a. Pengetahuan (Knowledge ) / C – 1 b. Pemahaman (Comprehension) / C – 2 c. Penerapan (Application) / C – 3 d. Analisis (Analysis) / C – 4 e. Sintesis (Synthesis) / C – 5


(30)

15

Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001) yakni: mengingat (remember), memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create).

Menurut Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl dalam A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives, 2001 :

Analyze involves breaking material into its constituent parts and determining how the parts are related to one another and to an overall structure. This process category includes the cognitive process of differentiating, organizing and attributing.

Analisis adalah menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya.

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti meng-evaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung (Gunawan, 2012).


(31)

16

Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: membedakan (differentiating), mengorganisir (organizing) dan menemukan pesan tersirat (attributting). Membedakan meliputi kemampuan membedakan bagian-bagian dari keseluruhan struktur dalam bentuk yang sesuai. Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan dicipta-kan.

Menurut Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl dalam A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives, 2001 :

Organizing involves identifying the elements of a communication or situation and recognizing how they fit together into a coherent structure. In organizing, a student builds systematic and coherent connections among pieces of presented information. Organizing usually occurs in conjunction with differentiating. The students first identifies the relevant or important elements and then determines the overall structure within which the elements fit. Organizing can also occur in conjunction with attributing, in which the focus is on determining the author’s intention or point of view. Alternative terms for organizing are structuring, integrating, finding coherence, outlining and parsing.

Artinya mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil komuni-kasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat meng-hasilkan hubungan yang baik. Di mengorganisasikan, siswa membangun secara sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Meng-organisasikan biasanya berhubungan dengan membedakan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang relevan atau paling penting dan kemudian melanjutkan dengan membangun hubungan yang


(32)

17

sesuai. Mengorganisasikan dapat juga berhubungan dengan menemukan pesan tersirat, dimana fokus ditentukan dari sudut pandang penulis. Istilah lainnya mengorganisasikan adalah menyusun, menghubungkan, menemukan hubungan, menguraikan (Anderson, 2001).

D. Analisis Konsep Asam Basa

Menurut Dahar (1989), konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan ber-hubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.

Herron et al. dalam Fadiawati (2011) mengemukakan bahwa analisis konsep me-rupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam meren-canakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label kon-sep, definisi konkon-sep, jenis konkon-sep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konkon-sep, contoh, dan non contoh. Analisis konsep asam basa dapat dilihat pada Tabel 2.


(33)

18

Tabel 2. Analisis Konsep Asam-Basa

Label Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordin

at

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Larutan Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih dan masing-masing zat tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Berdasarkan sifatnya larutan dapat dibagi menjadi larutan asam, larutan basa, dan netral. Konsep konkrit Asam Basa Netral

 Jenis zat  Campuran  Koloid  Suspensi Asam Basa Netral Larutan HCl Larutan NaOH Larutan NaCl

 Air susu

Asam Asam adalah suatu zat yang bila dilarutkan dalam air dapat melepaskan ion Konsep Abstrak dengan contoh Kekuatan asam Derajat keasaman  Larutan asam Konsentras

i ion H+

Larutan  Larutan basa  Larutan netral Kekuata n asam Derajat keasam an (pH) Larutan HCl Larutan

CH3COOH

 Larutan NaCl


(34)

19

Label Konsep

Definisi Konsep

Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordin

at

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

H+ (menurut teori

Arrhenius), di-mana konsen-trasi ion H+ menunjukan kekuatan asam suatu larutan yang dinyata-kan dengan derajat ke-asaman (pH), asam

merupakan spesi yang mendonorkan proton menurut teori Bronsted-Lowry, dan menerima pasangan elektron menurut teori Lewis.

konkret (pH) Indikator

asam basa

 Larutan elektrolit


(35)

20 Label Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordin

at

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Basa Basa adalah zat yang

melepaskan ion

-OH di dalam pelarut air menurut teori Arrhenius, konsentrasi ion OH- menunjukkan kekuatan basa yang dinyatakan dengan derajat pOH yang berkaitan dengan pKw atau spesi spesi yang menerima proton menurut Bronsted-Lowry, dan melepaskan pasangan elektron menurut Lewis. Konsep Abstrak dengan contoh konkret pOH pKw Indikator

asam –basa

 Larutan basa  Konsentra

si ion -OH

 Larutan Larutan asam  Larutan netral  Larutan elektrolit  Basa kuat  Basa lemah  Larutan NaOH  Larutan

NH4OH

 Larutan C6H12O6


(36)

21 Label Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordin

at

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Kekuatan asam basa

Kemampuan spesi asam atau basa untuk menghasilkan ion H+ atau ion -OHdalam air yang bergantung pada derajat keasaman (pH), derajat ionisasi, besarnya tetapan ionisasi asam maupun tetapan ionisasi basa, dapat dibagi menjadi asam kuat, asam lemah, basa kuat dan basa lemah

Konsep abstrak

 Asamkuat  Asam lemah  Basa kuat  Basa lemah  Derajat keasaman  Derajat ionisasi  Ka  Kb  Konsentra si ion H+  Konsentra

si ion -OH

 Larutan Asam  Larutan basa  Konsep pH,pOH dan pKw  Tetapan kesetim bangan air (Kw)  Derajat ionisasi  Tetapan ionisasi asam (Ka)  Tetapan ionisasi basa (Kb)  Asam kuat = H2SO4

 Basa kuat = NaOH

Asam kuat=CH3C

OOH  Basa kuat =

NH4OH

pH Derajat ke-asaman suatu larutan yang bergantung Konsep abstrak contoh konkrit  Derajat keasaman (pH)  Konsentra si ion H+  Nilai pH

 Asam basa Arrhenius pOH pKw Indikator asam basa  pH CH3COO

H0,1 M = 3

pH

CH3COOH0,


(37)

22 Label Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordin

at

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

pada kon-sentrasi ion H+ pOH Parameter

untuk menyatakan konsentrasi -OH. pOH berkaitan dengan pH dan tetapan kesetimbangan air (Kw) Konsep abstrak contoh konkrit  pH  Kw Konsentra si ion –OH Nilai pOH

 Asam basa Arrhenius pH pKw Indikator asam basa  pOH NaOH 1M 0,01 = 2 pH

CH3COOH

0,1 M =3

Tetapan Kesetimba ngan air Tetapan kesetimbangan untuk kesetimbangan air Konsep abstrak  Kesetimban gan air Konsentra si ion H+ Konsentra

si ion -OH

 Kesetimba ngan larutan

Ka Kb

pKw  Kw pada suhu 250C = 1x10-14

Ka asam asetat 1x10-5

pKw Besaran yang menyatakan hubungan pH dan pOH larutan Konsep abstrak

 pKw pH pOH  Tetapan Kesetimba ngan air (Kw) pH pOH

-  pKw = 14 pH

CH3COOH

0,1 M =3

Asam kuat Asam yang dapat Konsep abstrak ionisasi sempurna Jenis larutan Kekuatan asam basa  Asam lemah


(38)

23 Label Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordin

at

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

terionisasi sempurna dalam larutannya

asam  Basa kuat

 Basa lemah

Asam lemah Asam yang dalam larutannya terionisasi sebagian, konsentrasi ion H+ hanya dapat ditentukan jika tetapan ionisasi asam (Ka) juga diketahui. Konsep abstrak

Ka Jenis larutan asam Kekuatan asam basa  Asam kuat  Basa kuat  Basa lemah

-  CH3 COOH

 HCl

Basa kuat Basa yang dapat terionisasi sempurna dalam larutannya Konsep abstrak Ionisasi sempurna Jenis larutan asam Kekuatan asam basa  Asam lemah  Asam kuat  Basa lemah

-  NaOH  NH4OH

Basa lemah Basa yang dalam larutannya terionisasi

Konsep abstrak

Kb Jenis larutan asam

Kekuatan asam basa

 Asam kuat  Asam

lemah


(39)

24 Label Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordin

at

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

sebagian, konsentrasi ion OH- hanya dapat

ditentukan jika tetapan ionisasi basa (Kb) juga diketahui

 Basa kuat

Derajat Ionisasi Istilah yang digunakan untuk menyatakan perbandingan antara jumlah zat yang mengion dengan jumlah zat mula-mula Konsep abstrak  Ionisasi larutan  Jumlah zat yang mengion  Jumlah zat mula-mula  Larutan elektrolit  Kekuatan asam  Tetapan ionisasi asam (Ka)  Tetapan ionisasi basa (Kb)

-  Derajat ionisasi larutan HCl mendekat i 1 Derajat ionisasi CH3COOH

mendekati 1 Tetapan ionisasi asam (Ka) Tetapan kesetimbangan untuk ionisasi asam lemah Konsep abstrak  Ionisasi asam lemah  Nilai tetapan kesetimba ngan asam lemah  Larutan elektrolit  Kekuatan asam  Tetapan ionisasi basa (Kb)  Derajat ionisasi

-  Ka asam asetat 1,8 x 10-5

Kb larutan amonia 1,8 x 10-5


(40)

25 Label Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordin

at

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Tetapan ionisasi basa (Kb) Tetapan kesetimbangan untuk ionisasi basa lemah Konsep abstrak  Ionisasi basa lemah  Nilai tetapan kesetimba ngan basa lemah  Larutan elektrolit  Kekuatan asam  Tetapan ionisasi asam (Ka)  Derajat ionisasi

-  Kb amonia 1,8 x 10-5

Ka asam asetat 1,8 x 10-5


(41)

E. Kerangka Pemikiran

Materi asam basa diberikan pada kelas XI pada K.D 3.10 yaitu menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam dan basa dan atau pH larutan dan K.D 4.10 yaitu mengajukan ide atau gagasan tentang penggunaan indikator yang tepat untuk me-nentukan keasaman asam/basa atau titrasi asam/basa. Langkah awal pembelajaran materi asam basa dengan pendekatan ilmiah adalah mengamati. Siswa mengama-ti, mengidentifikasi, dan menemukan data, grafik, kurva, maupun fenomena ber-dasarkan data, grafik, kurva, maupun fenomena yang diberikan oleh guru. Misal-nya, siswa diminta untuk mengamati tabel harga Ka larutan asam lemah. Setelah mengamati tabel tersebut siswa akan mencari hubungan data yang diberikan, lalu siswa akan menemukan hal-hal yang kurang mereka pahami, sehingga siswa akan terpacu untuk bertanya karena mereka menemukan hal-hal yang belum mereka pahami.

Langkah selanjutnya yaitu menanya (questioning). Pada tahap menanya, siswa diminta menuliskan hal-hal yang tidak mereka pahami dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Setelah itu langkah selanjutnya yaitu mencoba (experimenting). Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, siswa harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada kegiatan mencoba siswa melakukan kegiatan merancang percobaan.

Langkah -langkah merancang percobaan yaitu menentukan variabel, mengendali-kan variabel, menyusun prosedur percobaan dan menentumengendali-kan alat dan bahan. Pada tahap menentukan alat dan bahan keterampilan mengorganisasikan dilatihkan, siswa membangun hubungan yang sistematis dari kegiatan


(42)

27

menentukan variabel, mengendalikan variabel dan menyusun prosedur percobaan.

Langkah yang selanjutnya yaitu menalar (associating) yaitu menganalisis data percobaan. Pada tahap ini, siswa melakukan pemprosesan informasi untuk me-nemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, meme-nemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Di tahap ini, keterampilan mengorganisasikan siswa dapat di-latihkan melalui pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS. Misalnya siswa diminta menganalisis sifat larutan berdasarkan perubahan warna lakmus. Selain itu siswa diminta untuk menganalisis hubungan antara harga Ka dengan [H+]. Pada tahap ini siswa dilatih untuk bekerjasama dan berdiskusi serta dilatihkan untuk membangun hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan.

Langkah yang terakhir adalah mengomunikasikan. Dalam kegiatan ini, siswa menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari infor-masi, mengasosiasi, dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut. Pada tahap ini, siswa akan menyampaikan hasil yang telah diperoleh dengan disertai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang demikian dapat meningkat-kan keterampilan mengorganisasimeningkat-kan karena siswa dilatih untuk menunjukmeningkat-kan identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Selain itu siswa juga dilatih untuk dapat membangun hubungan yang sistematis dan koheren


(43)

28

dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Apabila pembelajaran kimia di kelas diterapkan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah diharapkan keterampilan mengorganisasikan pada materi asam basa akan meningkat.

F. Anggapan Dasar

Beberapa hal yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan

mengorganisasikan materi pokok asam basa siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 1 Pringsewu T.A. 2014-2015 diabaikan.

2. Perbedaan kemampuan mengorganisasikan materi pokok asam basa semata-mata karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran; dan

G. Hipotesis

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah pendekatan ilmiah pada materi asam basa efektif meningkatkan keterampilan mengorganisasikan dibandingkan pem-belajaran konvensional.


(44)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pring-sewu tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 166 siswa dan tersebar dalam lima kelas, yaitu kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4, dan XI IPA 5. Dari popu-lasi tersebut diambil 2 kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Satu kelas se-bagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sese-bagai kelas kontrol. Teknikpurposive samplingdigunakan sebagai teknik pemilihan sampel. Teknikpurposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan (Sudjana, 2005).

Berdasarkan informasi dari guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik siswa di SMA Negeri 1 Pringsewu, dengan pertimbangan tingkat kognitif yang sama, maka didapatkan sampel penelitian yaitu kelas XI IPA1dan XI IPA2. Kelas XI IPA1 dipilih sebagai kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan pen-dekatan ilmiah dan kelas XI IPA2sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembela-jaran konvensional yang ditentukan dengan cara pengundian.


(45)

30

B. Data Penelitian

Dalam penelitian ini data utama yang digunakan berupa data keterampilan mengorga-nisasikan sebelum penerapan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (pretes) dan sesudah penerapan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (postes). Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol.

Selain data utama terdapat juga data pendukung. Adapun data pendukung penelitian yaitu data afektif siswa, data psikomotor siswa, data kinerja guru, dan data respon siswa tentang pembelajaran asam basa dengan pendekatan ilmiah.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dan menggunakanNon Equivalent Pretest-Posttest Control Group Design(Creswell, 1997) yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Desain penelitian

Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen O1 X O2

Kelas kontrol O1 - O2

Kedua kelompok sampel sebelum diterapkan perlakuan diberikan pretes (O1). Kemu-dian pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Lalu, kedua kelompok


(46)

31

sampel diberikan postes (O2).

D. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pembelajaran dengan pendekatan ilmiah dan pembelajaran konvensional. Adapun variabel terikat yaitu keterampilan meng-organisasikan siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pringsewu pada materi asam basa.

E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Ins-trumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997). Dalam peneliti-an ini, instrumen ypeneliti-ang digunakpeneliti-an berupa silabus, Rencpeneliti-ana Pelakspeneliti-anapeneliti-an Pembelajarpeneliti-an (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) kimia sebanyak 6 LKS yang menggunakan pendekatan ilmiah pada materi asam basa, soal pretes dan postes yang berupa soal uraian yang mengukur keterampilan mengorganisasikan, lembar penilaian afektif siswa , lembar penilaian psikomotor siswa, lembar observasi kinerja guru dan angket respon siswa tentang pendekatan ilmiah pada materi asam basa.

Data penelitian yang diperoleh harus sahih atau dapat dipercaya, oleh sebab itu ins-trumen yang digunakan harus valid. Suatu insins-trumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan


(47)

32

digunakan. Pengujian instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi. Pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan carajudgment. Oleh karena dalam melakukanjudgmentdiperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing yaitu Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si. dan Ibu Lisa Tania, S.Pd. , M.Sc. untuk mem-validasinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian disajikan pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Prosedur pelaksanaan penelitian Kelas Kontrol Dengan

Pembelajaran Konvensional

Observasi Pendahuluan

1. Menentukan Populasi dan Sampel 2. Mempersiapkan Perangkat

Pembelajaran dan Pembuatan Instrumen

3. Validasi Instrumen

Pretes

Analisis Data

Pembahasan dan kesimpulan Postes

Kelas Eksperimen Dengan Pendekatan Ilmiah


(48)

33

Berdasarkan gambar tersebut, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Observasi pendahuluan

a. Mengajukan permohonan izin kepada kepala SMA Negeri 1 Pringsewu untuk melaksanakan penelitian.

b. Melakukan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan infor-masi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

c. Menentukan pokok bahasan yang akan diteliti berdasarkan karakteristik materi yang cocok untuk diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan ilmiah.

d. Menentukan dua kelas sebagai sampel penelitian.

2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu : a. Tahap persiapan

Menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pem-belajaran di kelas, antara lain analisis Kompetensi Inti-Kompetensi Dasar, analisis konsep, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), kisi-kisi soal pretes dan postes, soal pretes dan postes, lembar penilaian afektif siswa, lembar penilaian psikomotor siswa, lembar observasi kinerja guru, dan angket respon siswa terhadap pembelajaran materi asam basa.


(49)

34

b. Tahap pelaksanaan penelitian

Pada tahap pelaksanaan penelitian, kelas XI IPA1diterapkan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah, sedangkan pada kelas XI IPA2diterapkan pembelajaran kon-vensional. Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi asam basa sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.

3) Memberikan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4) Tabulasi dan menganalisis data.

G. Teknik Analisis Data, Pengujian Hipotesis, dan Pengolahan Data Respon a. Teknik analisis data

Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

1. Mengubah skor menjadi nilai

Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan mengorganisaikan dirumuskan sebagai berikut:

100 x maksimal

skor Jumlah

diperoleh yang

jawaban skor

Jumlah siswa


(50)

35

Data yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan menghitungn-Gainyang selanjut-nya digunakan uji hipotesis.

2. Menghitungn-Gaindari nilai siswa

Untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas, maka dilaku-kan analisis nilaigainternormalisasi. Rumusn-Gain(g) menurut Hake dalam

Yusnita (2014) adalah sebagai berikut:

n-Gain(g) =

Nilaimaksimumideal-NilaiPretes

Pretes Nilai -Postes Nilai

...(2)

b. Pengujian hipotesis

1. Uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan apakah pada awalnya kedua sampel pada penelitian memiliki keterampilan mengorganisasikan yang sama atau berbeda pada materi pokok asam basa antara pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah dengan pembelajaran konvensional dari siswa kelas XI IPA SMA Negeri1 Pringsewu. Sebelum uji kesamaan dua rata-rata, dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari sampel dari kedua kelas penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, yang selanjutnya untuk menentukan statistik yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Untuk uji


(51)

36

normalitas dapat menggunakan uji Chi-Kuadrat (Sudjana, 2005). Hipotesis

H0: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1: Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Statistik Uji

2 =

(

)

...(3)

Keterangan :

Oi= frekuensi pengamatan Ei= frekuensi yang diharapkan Keputusan Uji

Terima H0jika < ( )( ) atau < dengan taraf nyata 0,05.

Dalam hal lainnya H0ditolak.

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi bahwa sampel penelitian yang dibandingkan memiliki varians homogen atau tidak, yang selanjutnya untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Menurut Sudjana (2005) untuk menguji homogenitas varians dapat menggunakan uji F.

Hipotesis

H = ( Sampel penelitian memiliki varians yang homogen) H ( Sampel penelitian memiliki varians yang tidak homogen)


(52)

37

Statistik Uji

F =S S

Atau F = varians terbesar varians terkecil

...(4)

S = (x x) n 1

...(5)

Keterangan :

S = simpangan baku x = nilai pretes

x= rata-rata nilai pretes n = jumlah siswa Kriteria Uji

Terima H0hanya jikaF < F½ ( , )atauF < F dengan taraf nyata 0,05.

Dalam hal lainnya tolak H0.

c. Uji statistik Rumusan hipotesis:

H0: µ1x= µ2x : Rata-rata pretes keterampilan mengorganisasikan siswa dikelas eks-perimen sama dengan rata-rata pretes keterampilan mengorganisasikan siswa dikelas kontrol pada materi asam basa.

H1: µ1x≠ µ2x : Rata-rata pretes keterampilan mengorganisasikan siswa dikelas eks-perimen tidak sama dengan rata-rata pretes keterampilan

mengorganisasikan siswa dikelas kontrol pada materi asam basa. Keterangan:

µ1 : Rata-rata nilai pretes pada materi asam basa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah

µ2 : Rata-rata nilai pretes pada materi asam basa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.


(53)

38

Dalam Sudjana (2005) dengan rumus sebagai berikut:

t = dengan S = ( ) ( )

Keterangan:

thitung= Kesamaan dua rata-rata.

= Rata-rata nilai pretes keterampilan mengorganisasikan pada materi asam basa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah.

= Rata-rata nilai pretes keterampilan mengorganisasikan pada materi asam basa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah.

= Jumlah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran menggunakan

pen-dekatan ilmiah.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dengan kriteria uji : Terima H0jika thitung< t (1-α) denganderajat kebebasan d(k) = n1 + n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan tarafsignifikan α = 5% peluang (1-α ).

3. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif perlakuan terhadap sampel yaitu siswa XI IPA SMA Negeri 1 Pringsewu dengan uji-t. Sebelum uji perbedaan dua rata-rata dengan uji-t, dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, yang selanjutnya untuk menentukan


(54)

39

statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Untuk uji normalitas yang dapat menggunakan uji Chi-Kuadrat (Sudjana, 2005).

Hipotesis

H0: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1: Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Statistik Uji

2 =

(

)

...(7)

Keterangan :

Oi= frekuensi pengamatan Ei= frekuensi yang diharapkan Keputusan Uji

Terima H0jika < ( )( ) atau < dengan taraf nyata 0,05.

Dalam hal lainnya H0ditolak.

a. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi bahwa sampel penelitian yang dibandingkan memiliki varians homogen atau tidak, yang selanjutnya untuk me-nentukan statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Menurut Sudjana (2005) untuk menguji homogenitas varians dapat menggunakan uji F.

Hipotesis


(55)

40

H ( Sampel penelitian memiliki varians yang tidak homogen)

Statistik Uji

F =S S

Atau F = varians terbesar varians terkecil

...(8)

S = (x x) n 1

...(9)

Keterangan :

S = simpangan baku x = nilain-Gain

x= rata-rata nilain-Gain n = jumlah siswa

Kriteria Uji

Terima H0hanya jikaF < F½ ( , )atauF < F dengan taraf nyata 0,05.

Dalam hal lainnya tolak H0.

b. Uji statistik Rumusan hipotesis:

H0 : Rata-ratan-Gainketerampilan mengorganisasikan pada materi asam basa dengan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah lebih rendah atau sama dengan rata-ratan-Gainketerampilan mengorganisasikan dengan pembelajaran konvensional.

H0: µ1x≤ µ2x

H1 : Rata-ratan-Gainketerampilan mengorganisasikan pada materi asam basa dengan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah lebih tinggi daripada rata-ratan-Gainketerampilan mengorganisasikan dengan pembelajaran konvensional.


(56)

41

H1: µ1x> µ2

Keterangan:

µ1 = Rata-ratan-Gainketerampilan mengorganisasikan pada materi asam basa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah. µ2 = Rata-ratan-Gainketerampilan mengorganisasikan pada materi asam basa

pada kelas dengan pembelajaran konvensional x = Keterampilan Mengorganisasikan

Data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian mengguna-kan uji statistik parametrik melalui uji-t (Sudjana, 2005):

t = dengan S = ( ) ( )

Keterangan:

thitung= Perbedaan dua rata-rata.

= Rata-ratan-Gainketerampilan mengorganisasikan siswa pada materi asam basa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah.

= Rata-ratan-Gainketerampilan mengorganisasikan siswa pada materi asam basa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah.

= Jumlah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran menggunakan

pen-dekatan ilmiah.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dengan kriteria pengujian:terima H0jika t < t1-αdengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1– α).


(57)

42

c. Pengolahan data respon

Angket digunakan untuk mengumpulkan data respon siswa kelas eksperimen terha-dap pembelajaran dengan pendekatan ilmiah pada materi asam basa. Angket dibagi-kan setelah pembelajaran asam basa berakhir. Langkah-langkah pembuatan angket adalah membuat kisi-kisi angket. Kemudian angket disusun dalam bentuk pernyataan positif dan kolom skala yang akan diisi oleh siswa dengan menuliskan ceklis.

Pernyataan-pernyataan positif dibagi menjadi lima indikator yaitu senang, mening-katkan pemahaman, rasa ingin tahu, fokus, dan keterampilan berpikir.

Pada angket kolom ceklis terdiri dari 5 kolom, menggunakan skala likert dengan rentang nilai 1-5 dengan kriteria positif 5 untuk jawaban sangat setuju, 4 untuk jawa-ban setuju, 3 untuk jawajawa-ban kurang setuju, 2 untuk jawajawa-ban tidak setuju, dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Skor jawaban angket untuk tiap pernyataan masih beru-pa data ordinal. Dalam statistik biasanya harus menggunakan data berskala interval. Oleh sebab itu harus data ordinal harus diubah terlebih dahulu menjadi data interval dengan menggunakanMethod of Successive Interval(MSI) pada Ms. Excel 2007 (Sarwono, 2012). Berikut ini merupakan tahap-tahap mengubah data ordinal menjadi data interval:

1. Menentukan jumlah responden yang menjawab skor 1,2,3,4,5 dari setiap butir pertanyaan pada angket.

2. Menentukan proporsi yaitu setiap frekuensi yang dibagi dengan banyaknya responden.


(58)

43

4. Menghitung nilai z tabel untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh. 5. Menentukan nilai densitas untuk setiap nilai z yang diperoleh.

6. Menentukan nilai skala (NS) dengan rumus :

...(11) 7. Menentukan nilai transformasi berupa nilai interval.

8. Menentukan nilai per indikator dengan rumus:

Nilai per indikator = x 100 ...(12)

9. Mengkategorikan nilai siswa dengan kriteria sebagai berikut: 1) Jika nilai siswa antara 76-100 maka tinggi

2) Jika nilai siswa antara 56-75 maka sedang

3) Jika nilai siswa kurang dari sama dengan 55 maka rendah (Arikunto, 1992)

10. Menentukan jumlah siswa per kategori.

11. Menentukan persentase kategori dengan rumus:


(59)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa:

1. Rata-ratan-Gainketerampilan mengorganisasikan siswa pada materi asam basa dengan menggunakan pembelajaran pendekatan ilmiah lebih tinggi daripada rata-ratan-Gainketerampilan mengorganisasikan siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Penerapan pendekatan ilmiah pada materi asam basa efektif dalam mening-katkan keterampilan mengorganisasikan.

3. Keterampilan mengorganisasikan pada pembelajaran pendekatan ilmiah dila-tihkan pada tahap mencoba dan menalar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Pendekatan ilmiah hendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, ter-utama pada materi asam basa karena terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan mengorganisasikan.

2. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih mem-perhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembela-jaran lebih maksimal, karena dalam pelaksanaannya pembelapembela-jaran membu-tuhkan waktu yang tidak sebentar disetiap tahap-tahap pendekatan ilmiah.


(60)

65

3. Bagi calon peneliti lain yang juga tertarik untuk menerapkan pembelajaran pendekatan ilmiah,hendaknya lebih mengoptimalkan persiapan yang diperlu-kan terutama pada persiapan instrumen pembelajaran.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. 2013. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Refika Aditama. Bandung.

Anderson, L.W dan Krathwohl, D.R. 2001.A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Addison Wesley Longman, Inc. New York.

Arikunto, S. 1992.Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

__________. 1997. Penilaian Program Pendidikan(Edisi Ketiga). Bumi Aksara. Jakarta.

__________. 2013.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Kedua).Bumi Aksara. Jakarta.

Creswell, J. W. 1997.Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.

Dahar, R. W. 1989. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran tentang Struktur Atom dari SMA hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI Bandung. Bandung.

Fadlillah, M. 2014.Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS & SMA/MA.Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.

Gunawan, I dan Palupi,A.R. 2012. Taksonomi Bloom–Revisi Ranah Kognitif: Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, Dan Penilaian. Jurnal PGSD,II (2) : 16-40..IKIP PGRI Madiun. Madiun. [online]

ejournal.ikippgri madiun.ac.id/id/node/405

Hosnan, M. 2014.Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.Ghalia. Jakarta.

Ikaningrum, M. N. N. dan T.Gultom. 2013. Efektivitas Pendekatan Scientific Inquiry Terhadap Prestasi Belajar dan Sikap Ilmiah Peserta Didik Kelas X.


(62)

67

Jurnal Program Studi Pendidikan Kimia UNY Vol.II No.2. UNY. Yogyakarta.

Jihad, A dan Haris A. 2012.Evaluasi Pembelajaran.Multi Pressindo. Yogyakarta.

Nasution, K. 2013. Aplikasi Model Pembelajaran Dalam Perspektif Pendekatan Saintifik. Artikel Dosen, Guru dan WI Kemenag Sumut,1-10.BDK Medan. Medan.

Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Sardiman. 2007.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Sari, A. N. 2014. Pembelajaran Pendekatan Ilmiah dalam Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Orisinil Siswa Materi Asam Basa.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sarwono, J. 2012.Mengubah Data Ordinal ke Data Interval dengan Metode Suksesif Interval. [Online]. http://jonathansarwono.info/teori/msi.pdf. Diakses pada 20 Februari 2015.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sunyono. 2013.Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi.Aura

Publishing. Bandar Lampung.

Tim Penyusun. 2013a.Diklat Guru. dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Analisis Materi Ajar. Konsep Pendekatan Scientific. Kemdikbud. Jakarta.

___________. 2013b.Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Kemdikbud.Jakarta.

___________. 2013c.Rambu-rambu Penyusunan RPP. Kemdikbud. Jakarta.

___________. 2013d.Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.Kemdikbud. Jakarta.

____________. 2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.BSNP. Jakarta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi


(63)

68

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Wardoyo, S.M. 2013.Pembelajaran Konstruktivisme.Alfabeta. Bandung.

Yusnita, N. 2014. Efektivitas Pembelajaran Problem Solving pada Materi Asam-Basa dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Luwes.Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.


(1)

43

4. Menghitung nilai z tabel untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh. 5. Menentukan nilai densitas untuk setiap nilai z yang diperoleh.

6. Menentukan nilai skala (NS) dengan rumus :

...(11) 7. Menentukan nilai transformasi berupa nilai interval.

8. Menentukan nilai per indikator dengan rumus:

Nilai per indikator = x 100 ...(12)

9. Mengkategorikan nilai siswa dengan kriteria sebagai berikut: 1) Jika nilai siswa antara 76-100 maka tinggi

2) Jika nilai siswa antara 56-75 maka sedang

3) Jika nilai siswa kurang dari sama dengan 55 maka rendah (Arikunto, 1992)

10. Menentukan jumlah siswa per kategori.

11. Menentukan persentase kategori dengan rumus:


(2)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa:

1. Rata-ratan-Gainketerampilan mengorganisasikan siswa pada materi asam basa dengan menggunakan pembelajaran pendekatan ilmiah lebih tinggi daripada rata-ratan-Gainketerampilan mengorganisasikan siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Penerapan pendekatan ilmiah pada materi asam basa efektif dalam mening-katkan keterampilan mengorganisasikan.

3. Keterampilan mengorganisasikan pada pembelajaran pendekatan ilmiah dila-tihkan pada tahap mencoba dan menalar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Pendekatan ilmiah hendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, ter-utama pada materi asam basa karena terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan mengorganisasikan.

2. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih mem-perhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembela-jaran lebih maksimal, karena dalam pelaksanaannya pembelapembela-jaran membu-tuhkan waktu yang tidak sebentar disetiap tahap-tahap pendekatan ilmiah.


(3)

65

3. Bagi calon peneliti lain yang juga tertarik untuk menerapkan pembelajaran pendekatan ilmiah,hendaknya lebih mengoptimalkan persiapan yang diperlu-kan terutama pada persiapan instrumen pembelajaran.


(4)

Abidin, Y. 2013. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Refika Aditama. Bandung.

Anderson, L.W dan Krathwohl, D.R. 2001.A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Addison Wesley Longman, Inc. New York.

Arikunto, S. 1992.Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

__________. 1997. Penilaian Program Pendidikan(Edisi Ketiga). Bumi Aksara. Jakarta.

__________. 2013.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Kedua).Bumi Aksara. Jakarta.

Creswell, J. W. 1997.Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.

Dahar, R. W. 1989. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran tentang Struktur Atom dari SMA hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI Bandung. Bandung.

Fadlillah, M. 2014.Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS & SMA/MA.Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.

Gunawan, I dan Palupi,A.R. 2012. Taksonomi Bloom–Revisi Ranah Kognitif:

Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, Dan Penilaian. Jurnal PGSD,II (2) : 16-40..IKIP PGRI Madiun. Madiun. [online]

ejournal.ikippgri madiun.ac.id/id/node/405

Hosnan, M. 2014.Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.Ghalia. Jakarta.

Ikaningrum, M. N. N. dan T.Gultom. 2013. Efektivitas Pendekatan Scientific Inquiry Terhadap Prestasi Belajar dan Sikap Ilmiah Peserta Didik Kelas X.


(5)

67

Jurnal Program Studi Pendidikan Kimia UNY Vol.II No.2. UNY. Yogyakarta.

Jihad, A dan Haris A. 2012.Evaluasi Pembelajaran.Multi Pressindo. Yogyakarta.

Nasution, K. 2013. Aplikasi Model Pembelajaran Dalam Perspektif Pendekatan Saintifik. Artikel Dosen, Guru dan WI Kemenag Sumut,1-10.BDK Medan. Medan.

Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Sardiman. 2007.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Sari, A. N. 2014. Pembelajaran Pendekatan Ilmiah dalam Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Orisinil Siswa Materi Asam Basa.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sarwono, J. 2012.Mengubah Data Ordinal ke Data Interval dengan Metode Suksesif Interval. [Online]. http://jonathansarwono.info/teori/msi.pdf. Diakses pada 20 Februari 2015.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sunyono. 2013.Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi.Aura

Publishing. Bandar Lampung.

Tim Penyusun. 2013a.Diklat Guru. dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Analisis Materi Ajar. Konsep Pendekatan Scientific. Kemdikbud. Jakarta.

___________. 2013b.Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Kemdikbud.Jakarta.

___________. 2013c.Rambu-rambu Penyusunan RPP. Kemdikbud. Jakarta. ___________. 2013d.Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar

Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.Kemdikbud. Jakarta.

____________. 2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.BSNP. Jakarta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi


(6)

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Wardoyo, S.M. 2013.Pembelajaran Konstruktivisme.Alfabeta. Bandung. Yusnita, N. 2014. Efektivitas Pembelajaran Problem Solving pada Materi

Asam-Basa dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Luwes.Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.