Evaluation of Financial Statements Report Based on the Government Accounting Standards (Studies in the Department of Public Works Tulang Bawang District) Evaluasi Penyusunan Laporan Pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (Stu

(1)

Evaluation of Financial Statements Report Based on the Government Accounting Standards

(Studies in the Department of Public Works Tulang Bawang District)

Aria Ganesya

ABSTRACT

The financial statements of a tool that is used to demonstrate achievement of the performance and accountability in the execution of a work unit. Department of Public Works Tulang Bawang District is accounting entity reports financial management area. The study aimed to evaluate the financial statements with regard components and qualitative character of the financial statements based on Government Regulation No. 71 of 2010 concerning the Government Accounting Standards.

This study is a descriptive study with a qualitative approach. The focus of his research is to evaluate the financial statements of the Department of Public Works Tulang Bawang district by the Government Accounting Standards. Collecting data using in-depth interviews, focus group discussions, observation and literature. And using data analysis includes data reduction, data presentation, and drawing conclusions and verification.


(2)

Government Regulation No. 71 of 2010 of the Government Accounting Standards recording accounting transactions using the cash to the accrual basis, but based on the evaluation conducted by the author, the purpose of financial reporting, and the elements contained therein are not fully able to meet the qualitative characteristics of a financial statement. Therefore, in the preparation and presentation of financial statements, the Department of Public Works still needs development and improvement on the constraints that arise due to running processes, including the placement and development of human resources, financial applications update area, as well as systems and accounting procedures.


(3)

Evaluasi Penyusunan Laporan Pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah

(Studi Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang)

Aria Ganesya

ABSTRAK

Laporan keuangan menjadi alat yang digunakan untuk menunjukkan capaian kinerja dan pelaksanaan pertanggungjawaban dalam suatu satuan kerja. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang merupakan entitas akuntansi yang membuat laporan pengelolaan keuangan daerah. Penelitian bertujuan mengevaluasi laporan keuangan dengan memperhatikan komponen dan karakter kualitatif dari laporan keuangan berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Fokus penelitiannya adalah mengevaluasi laporan keuangan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah. Pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara mendalam, Focus Group Discussion, observasi dan studi pustaka. Serta menggunakan analisis data yang meliputi reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi.


(4)

Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dengan menggunakan pencatatan transaksi akuntansi basis kas menuju akrual, namun berdasarkan evaluasi yang dilakukan penulis, tujuan pelaporan keuangan, dan unsur-unsur yang terkandung didalamnya tidak seluruhnya dapat memenuhi karakteristik kualitatif dari sebuah laporan keuangan. Oleh sebab itu, dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, Dinas Pekerjaan Umum masih perlu pengembangan dan pembenahan pada kendala-kendala yang muncul seiring dengan proses yang berjalan, diantaranya penempatan dan pengembangan sumber daya manusia, pemutakhiran aplikasi keuangan daerah, serta sistem dan prosedur akuntansi.


(5)

EVALUASI PENYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH

(Studi pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang)

Oleh

ARIA GANESYA

Tesis

Sebagian Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Magister Ilmu Pemerintahan

Pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(6)

(7)

(8)

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 28 Januari 1979, buah cinta dari pasangan Bapak Ir. H. Zulkifli Bastari dan Ibunda Dra. Hj. Murtiah Bachri, sebagai anak kedua dari lima bersaudara.

Jenjang pendidikan penulis dimulai Sekolah Dasar Budi Bhakti Persit, Tanjung Karang dan lulus pada tahun 1990, Sekolah Menegah Pertama Negeri (SMPN) 2 Tanjung Karang dan lulus pada 1993, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Tanjung Karang dan lulus pada tahun1996.

Penulis meraih gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung dan diselesaikan pada tahun 2001. Kemudian pada tahun yang sama Penulis melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana pada program Magister Teknik Sipil Universitas Katholik Parahyangan Bandung dan lulus tahun 2004.

Pada tahun 2010, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada jabatan Kasubbid Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah di Bappeda Kabupaten Tulang Bawang.


(10)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini kepada :

1.

Kedua Orang Tuaku Terkasih,

2.

Istriku Tercinta,


(11)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin…..

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tiada hentinya memberikan karunia dan rahmat yang tidak terbatas kepada seluruh mahluk yang ada di alam semesta. Penulis sangat bersyukur tesis ini dapat diselesaikan sebagai syarat untuk mencapai gelar Magister Ilmu Pemerintahan (MIP) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik atas bimbingan, bantuan pemikiran, semangat, dorongan, maupun doa dan kasih sayang yang tak terbatas selama proses penyusunan tesis ini, kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, MS., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Kadir Salam, MS., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Faklutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung;


(12)

Lampung;

5. Bapak Drs. Yana Ekana PS, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan selaku pembimbing pembantu, yang tidak bosan memberikan semangat serta terus mengingatkan akan kewajiban menyelesaikan tesis tepat waktu. 6. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku Pembahas dan Penguji Utama,

yang telah memberikan masukan, saran, kritikan, dan bimbingan dalam penyusunan tesis ini;

7. Bapak Dr. Bambang Utoyo, M.Si., selaku Pembimbing Utama yang telah dengan sabar meluangkan waktu dan pikirannya, serta berbagi pengetahuan;

8. Seluruh dosen MIP yang telah berbagi ilmu dan pengalaman selama penulis menempuh pendidikan;

9. Teristimewa kedua Orang Tuaku terkasih, semoga anakmu ini dapat memberi sedikit kebahagiaan dan kebanggaan padamu Ayah dan Ibu, terimakasih atas tiap tetes keringat dan doa yang terangkai tiap saat; 10.Kakak dan Adik-adikku tersayang, Ayuk Febri, Tama, Bayu dan Pandu

terima kasih atas dukungan kalian selama ini:

11.Istriku tercinta (drg. Santi Sundari, M. Kes), terima kasih atas kesabaran dan kesetiaan dalam mendampingi hari-hari penulis, dukungan, serta doa yang tak terbatas;


(13)

nya...maafkan ayah bila selama menuntut ilmu dan menyelesaikan tesis ini banyak membuat waktu kita bersama hilang,....semoga kalian bisa sedikit berbangga pada ayah.

13.Staf administrasi MIP FISIP, Lukman, Nurma, terimakasih atas bantuannya selama saya menjadi mahasiswa MIP Unila;

14.Rekan-rekan MIP Angkatan 2010, antara lain Ainul Hudzni, Stefi, Romi, Susan, Dewi, Tias, Arif, Dicky Ch, Dicky Yr, Ketut, Bang Rodi, Redy, Nazar, Reza, Fethario, Dodi dan lain lain yang tidak disebutkan satu persatu.

15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu telah penulis kenal dan mereka yang telah memberikan arahan dan dukungan dalam memberikan pelajaran berarti dalam hidup ini.

Kiranya segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis memperoleh balasan dari Allah SWT, akhir kata semoga yang telah penulis tuangkan dalam tulisan ini dapat berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 2 Mei 2014 Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

I. PENDAHULUAN ... ... 1

A. Latar Belakang ... ... 1

B. Perumusan Dan Batasan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian .. ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 16

A. Pengertian Evaluasi Pelaporan ... 16

B. Kebijakan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 17

1. Pengguna Laporan Keuangan ... 19

2. Peranan Dan Tujuan Pelaporan Keuangan ... 20

3. Komponen Laporan Keuangan ... 23

4. Dasar Hukum Laporan Keuangan ... 27

5. Asumsi Dasar. ... 28

C. Standar Akuntansi Pemerintah ... 29

1. Ruang Lingkup Standar Akuntansi Pemerintah ... 30

2. Tujuan Dan Peranan Standar Akuntansi Pemerintah ... 39

D. Hubungan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan DenganPengelolaanKeuangan Daerah ... 40

E. Kerangka Pemikiran ... 44

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 50

A. Tipe Penelitian Dan Pendekatan ... 50

B. Fokus Penelitian ... ... 53

C. Sumber Data ... ... 56

D. Sumber Informasi ... 57

E. Lokasi Penelitian ... 58

F. Teknik Pengumpulan Data ... 59

G. Teknik Pengolahan Data ... 60


(15)

2. Visi dan Misi Kabupaten Tulang Bawang... 66

B. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang ... 67

c. Faktor Pendukung Dalam Penyajian Laporan Keuangan Daerah ... 72

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 75

A. Simpulan Penyajian Laporan Keuangan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang ... 75

1. Laporan Realisasi Anggaran ... 75

2. Neraca ... 76

3. Catatan atas Laporan Keuangan ... 77

B. Analisis Penyajian Laporan Keuangan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang ... 92

1. Laporan Realisasi Anggaran ... 92

2. Neraca ... 95

3. Laporan Arus Kas ... 97

4. Catatan atas Laporan Keuangan ... 98

C. Pembahasan ... 98

D. Strategi Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Terhadap Keberhasilan Penyajian Laporan Keuangan Daerah Sesuai Dengan Standar Akuntansi Pemerintah ... 106

E. Faktor Pendukung Keberhasilan Penyajian Laporan Keuangan Daerah Sesuai Dengan Standar Akuntansi Pemerintah... 107

F. Model Temuan Laporan Keuangan Daerah... 111

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 118

A. Kesimpulan ... 118

B. Saran... ... 119

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Penelitian Sebelumnya ... 43

Tabel 2. Laporan Realisasi Anggaran ... 75

Tabel 3. Neraca... 76


(17)

DAFTAR GAMBAR

Tabel Halaman

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 49 Gambar 2. Dasar Basis Akuntansi... 24 Gambar 3. Struktur Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengantar Izin Penelitian Lampiran 2. Surat Balasan Izin Penelitian

Lampiran 3. Dokumentasi Wawancara Lapangan Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Wawancara


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desentralisasi adalah salah satu sistem administrasi pemerintahan, dalam banyak hal tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring dengan perubahan politik yang melekat dan terjadi pada perjalanan kehidupan bangsa. Bird dan Vaillancourt (2000:160) mengatakan, secara konstitusi Indonesia adalah negara kesatuan yang desentralistis, namun pada prakteknya menunjukkan sistem pemerintahan yang sangat sentralistik. Ketika berhadapan dengan berbagai masalah dan krisis multidimensional, maka pemerintah melakukan reformasi total dan mengambil langkah kebijakan strategis dengan pemberian status otonomi pada kabupaten/kota dengan azaz desentralisasi.

Menurut Mardiasmo (2004: 96), kebijakan pemberian otonomi daerah dan desentralisasi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah merupakan langkah strategis dalam dua hal. Pertama, otonomi daerah dan desentralisasi merupakan jawaban atas permasalahan lokal bangsa Indonesia berupa ancaman disintegrasi bangsa, kemiskinan, ketidakmerataan pembangunan, rendahnya


(20)

kualitas hidup masyarakat, dan masalah pembangunan Kedua, otonomi daerah dan desentralisasi merupakan langkah strategis bangsa Indonesia untuk menyongsong era globalisasi ekonomi dengan memperkuat basis perekonomian daerah.

Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang dam kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya masing-masing.

Penyelenggaraan desentralisasi di Indonesia terkait erat dengan pola pembagian kekuasaan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan dalam penyelenggaraan desentralisasi selalu terdapat dua elemen penting, yakni pembentukan daerah otonom dan penyerahan kekuasaan secara hukum dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus bagian bagian tertentu urusan pemerintahan.


(21)

Penerapan sistem Good Governance dalam era reformasi, atau tata pemerintahan yang baik dengan berusaha antara lain membuat peraturan peraturan yang mendukung terlaksananya transparansi dan akuntabilitas pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat ke daerah-daerah. Tindakan pemerintah tersebut tercermin dalam sistem penyusunan anggaran belanja, dimana pemerintah pusat memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk menyusun dan mengelola keuangan daerahnya sendiri. Jumlah komponen atau pun prinsip yang melandasi tata pemerintahan yang baik sangat bervariasi dari satu institusi ke institusi lain, dari satu pakar ke pakar lainnya. Namun paling tidak ada sejumlah prinsip yang dianggap sebagai prinsip-prinsip utama yang melandasi good governance, yaitu (1) Akuntabilitas, (2) Transparansi, dan (3) Partisipasi Masyarakat.

Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang mengalami perubahan mendasar dengan ditetapkannya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kedua undang undang tersebut telah memberikan kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. Kewenangan dimaksud diantaranya adalah keleluasaan dalam mobilisasi sumber dana, menentukan arah tujuan dan target penggunaan anggaran.

Tuntutan masyarakat era reformasi terhadap pelayanan publik yang ekonomis, efesien, efektif, transparan, akuntabel dan responsif semakin besar, tidak terkecuali dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Pemerintah Daerah


(22)

diwajibkan menyusun laporan pertanggungjawaban yang menggunakan sistem akuntansi yang diatur oleh pemerintahan pusat dalam bentuk Undang undang dan Peraturan Pemerintah yang bersifat mengikat seluruh Pemerintah Daerah. Dalam sistem Pemerintah Daerah terdapat 2 subsistem, yaitu Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Laporan keuangan tiap SKPD merupakan sumber untuk menyusun Laporan Keuangan SKPD, oleh karena itu setiap SKPD harus menyusun Laporan Keuangan sebaik mungkin.

Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good governanance dan clean government). Sebagai upaya konkrit untuk mewujudkan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara/daerah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan daerah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan dapat diandalkan (reliable) serta disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah diterima secara umum. Hal tersebut tertuang dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara pada pasal 32 angka (1) yang menyebutkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban keuangan pelaksanaan APBN/APBD sebagaimana dimaksud disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan bagian dari pemerintah daerah yang melaksanakan fungsi pemerintahan dan pelayanan publik, baik secara langsung atau tidak. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tersebut


(23)

maka SKPD diberikan alokasi dana atau anggaran agar operasional dapat berjalan. Pada akhir masa Anggaran, Kepala Daerah yang mendelegasikan sebagian kewenangannya kepada SKPD meminta masing masing Kepala SKPD untuk membuat pertanggungjawaban atas kewenangan yang sudah dilaksanakan.

Bentuk pertanggungjawaban tersebut berupa laporan keuangan, yang berupa laporan realisasi anggaran SKPD, neraca SKPD, dan catatan atas laporan Keuangan SKPD yang tertuang dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pasal 256 angka (1), serta Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah satu reformasi yang dilakukan adalah keharusan penerapan akuntansi berbasis akrual pada setiap instansi pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah, yang dimulai tahun anggaran 2008. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 36 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut: ”Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.


(24)

Pada awalnya, Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan tersebut menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Keberadaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tersebut hanya bersifat sementara dan sejak tanggal 22 Oktober 2010 telah digantikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Perubahan mendasar dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 adalah adanya perubahan basis akuntansi yaitu dari basis kas menjadi basis akrual dalam akuntansi pemerintahan. Perubahan ini selain dilakukan untuk memenuhi amanat undang undang di bidang keuangan negara juga untuk mengikuti penerapan akuntansi pemerintahan di dunia internasional yang telah mengacu pada

International Public Sector Accounting Standard (IPSAS).

Akuntansi basis akrual adalah suatu basis akuntansi yang membukukan transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi yang diakui, dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan. Pendapatan diakui pada saat (hak) penghasilan telah diperoleh (earneed) sedangkan beban atau biaya diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber daya dikonsumsi,


(25)

Penyajian informasi keuangan pemerintah dengan menggunakan basis akrual akan menjadi informatif, terutama dalam hubungannya dengan pengukuran kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan dalam periode akuntansi tertentu, serta dapat memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah untuk tujuan pengambilan keputusan. Selain itu, laporan keuangan pemerintah yang dihasilkan dari penerapan SAP berbasis akrual dimaksudkan untuk memberikan manfaat yang lebih baik bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan pemerintah dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang diperoleh.

Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010 meliputi SAP berbasis akrual dan SAP berbasis kas menuju akrual. Sejak ditetapkannya peraturan pemerintah ini pada bulan oktober 2010 seluruh entitas pelaporan, baik pada pemerintah pusat maupun pada pemerintah daerah telah diwajibkan untuk melaksanakan SAP berbasis akrual namun bagi entitas pelaporan yang belum siap menerapkan SAP berbasis akrual secara penuh, pada masa ini masih diperkenankan menggunakan SAP berbasis kas menuju akrual sampai dengan tahun 2015.

Perubahan dari basis kas menjadi basis akrual dalam akuntansi pemerintahan merupakan bagian dari pola yang ingin dibentuk dalam reformasi di bidang keuangan negara, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang undang nomor


(26)

17 Tahun 2003. Oleh karena itu, perubahan basis akuntasi pemerintahan di Indonesia dari basis kas menuju basis akrual dilakukan secara bertahap.

Laporan keuangan pemerintah daerah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh pemerintah daerah selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan pemerintah daerah digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, menilai efektivitas dan efesiensi pemerintah daerah, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

Pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan :

a. Akuntabilitas, mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada pemerintah daerah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik

b. Manajemen, membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu pemerintah daerah dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah daerah untuk kepentingan masyarakat

c. Transparansi, memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki


(27)

hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

d. Keseimbangan Antargenerasi (Intergenerational equity), membantu para pengguna laporan untuk mengetahui apakah penerimaan pemerintah daerah pada periode laporan cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut. (Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006; 2006)

Menurut hasil Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang dikutip pada majalah Akuntan Indonesia Edisi No.18/Tahun III/Juli 2009 “Kualitas laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) terus mengalami penurunan, cenderung semakin buruk”. Selain itu Menteri Dalam Negeri yang di kutip Kompas (9/11/2011) menilai bahwa sistem pelaporan penyelenggaran keuangan pemerintah daerah (Pemda) tidak efesien dalam hal waktu dan anggaran. Ini karena Pemda harus membuat laporan keuangan minimal lima buah yang ditunjukan ke pemerintah pusat dan DPRD dalam kurun waktu satu tahun anggaran.

Kemudian pernyataan BPK yang dikutip oleh Hapsari, dalam jurnal Peranan Standar Akuntansi Pemerintahan Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, Tahun 2008 “Pimpinan BPK resmi mengumumkan bahwa atas hasil pemeriksaan yang telah dilakukan atas 362 Laporan Keuangan Daerah (LKPD)


(28)

propinsi/kabupaten/kota terdapat 3 daerah yang baik laporan keuangannya yang berarti mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yakni Kota Surabaya, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sambas. Ada 284 daerah dengan predikat Wajar Dengan Pengecualian (WDP),dan 19 daerah berpredikat Tak Wajar, serta 56 daerah laporan keuangannya memperoleh predikat Disclimer”.

Terkait dengan hasil laporan keuangan di Kabupaten Tulang Bawang dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mendapatkan opini laporan keuangan Wajar Dengan Pengecualian (WDP) pada tahun 2010, yang menandakan bahwa Kabupaten Tulang Bawang, masih memiliki kekurangan dalam hal pembuatan laporan keuangan baik laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten maupun laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah (SKPD).

Penghujung tahun 2009, Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang mensosialisasikan program SIAKD (Sistem Informasi Akuantansi Keuangan Daerah) yang menggunakan sistem Lokal Area Network antara SKPD dengan Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten. Keinginan Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang dalam mendapatkan opini laporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada tahun mendatang sangat kuat, sehingga pemerintah daerah harus secara bertahap memenuhi perubahan menuju basis akrual dengan menerapkan pelaporan akuntansi keuangan daerah berbasis kas menuju akrual (Cash Toward Accrual).


(29)

Komitmen Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang tercermin dengan dikeluarkannya Peraturan Bupati Tulang Bawang Nomor 11 Tahun 2011, Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang. Di dalam Peraturan Bupati ini diatur mengenai prinsip prinsip dasar akuntansi yang dibangun atas dasar kerangka konseptual yang mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan.

Kabupaten Tulang Bawang sebagai salah satu daerah otonom di Provinsi Lampung telah mempunyai susunan organisasi lembaga teknis daerah yang terstruktur dalam mengendalikan pembangunan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 19 Tahun 2008 yang mengatur tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Tulang Bawang.

Tiap Dinas, Badan, Kantor dan Bagian di lingkungan kabupaten Tulang Bawang turut berperan aktif dalam pembangunan, salah satunya adalah kegiatan yang menyangkut pembangunan sarana dan prasarana fisik. Dinas Pekerjaan Umum yang berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2008 Pasal 10 ayat (1) mempunyai tugas pokok melaksanakan pemerintahan dibidang Pekerjaan Umum. Berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan, sehingga setiap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sarana fisik yang menunjang jalannya pemerintahan daerah Kabupaten Tulang Bawang terkonsentrasi pada Dinas Pekerjaan Umum, termasuk bangunan fisik yang meliputi gedung, sarana jalan, dan bangunan pendukung lainnya.


(30)

Dinas Pekerjaan Umum kabupaten merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang melaksanakan kegiatan dengan anggaran yang berasal dari APBD, sehingga Dinas Pekerjaan Umum juga melaksanakan pertanggungjawaban laporan keuangan. Dinas Pekerjaan Umum sendiri mempunyai fungsi mengimplementasikan efektivitas sistem penggunaan keuangan daerah setiap tahun anggaran dengan cara melakukan pengawasan pekerjaan dan pelaporan penggunaan keuangan daerah dengan tujuan agar pembangunan dapat terarah, terpola dan terkendali. Jika di tinjau dari pengelolaan anggaran keuangan belanja daerah Kabupaten Tulang Bawang, Dinas Pekerjaan Umum menyerap dana sekitar 66 % dana APBD Murni Tahun Anggaran 2012, serta 48 % dana yang diusulkan APBD Perubahan pada Tahun Anggaran 2012 (Sumber : Data diolah dari Rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara APBD TA 2012 Kabupaten Tulang Bawang). Kegiatan tersebut ditambah dengan kucuran Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun Anggaran 2012 untuk sektor Pekerjaan Umum sebesar Rp. 13.031.705.900,- (sumber : Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 209/PMK.07/2011 Tentang Pedoman Umum dan Alokasi DAK TA. 2012). Dana dana ini terbagi dalam Infrastruktur jalan, Irigasi, Air Minum, Praspem Daerah dan sarana perdesaan.

Dinas Pekerjaan Umum dengan kucuran dana yang menyerap 68% dari SKPD lainnya yang ada di Kabupaten Tulang Bawang secara moral memiliki tanggung jawab yang cukup berat dalam memberikan laporan keuangan. Penulis tertarik ingin mengevaluasi laporan keuangan daerah berdasarkan standar akuntansi pemerintah daerah yang dibuat oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang


(31)

Bawang, serta apa kelebihan dan kekurangannya dalam pelaporan keuangan. Dengan demikian hasil evaluasi diharapkan bisa menjadikan Dinas Pekerjaan Umum menjadi SKPD yang memiliki tata pemerintah yang baik dan bersih (good and clean governance).

B. Perumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dimaksud, permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah laporan keuangan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang sudah berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah ?

2. Apakah kelebihan dan kekurangan laporan keuangan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan standar akuntansi pemerintah yang ada ?

Sebagai batasan masalah penulis membatasi ruang lingkup penelitian yang hanya mencakup evaluasi laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah yang ada di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang, yang dimulai dari proses sampai dengan evaluasi. Penulis tidak membahas mengenai rincian perhitungan akuntansi dan analisa laporan keuangan Dinas PU, juga tidak membahas secara detail mengenai sistem akuntansi yang dipakai. Penulis hanya meneliti mengenai Evaluasi Laporan Keuangan Apakah sesuai Standar Akuntansi Pemerintah yang merupakan pedoman dalam penyajian Laporan keuangan SKPD.


(32)

Pada akhirnya, dari evaluasi penyajian laporan keuangan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang, penulis dapat menarik kesimpulan tentang kebijakan penggunaan Standar Akuntansi Pemerintah pada laporan keuangan, dengan mengkaji aspek komponen laporan keuangan dan komponen karakter kualitatif dari sebuah laporan keuangan daerah berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui laporan keuangan daerah pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah. 2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan laporan keuangan daerah yang

ada di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian dapat menambah wawasan tentang Laporan Keuangan Daerah yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah di Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD), khususnya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang.


(33)

2. Penulis dapat mengevaluasi tentang kebijakan penerapan Standar Akuntansi Pemerintah di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan komponen laporan keuangan dan komponen karakter kualitatif dari sebuah laporan keuangan.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, khususnya Dinas Pekerjaan Umum dan SKPD pada umumnya dalam pelaporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah dengan kekurangan dan kelebihan yang ada.


(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Evaluasi Pelaporan

Evaluasi merupakan salah satu tingkatan di dalam proses kebijakan publik, evaluasi adalah suatu cara untuk menilai apakah suatu kebijakan atau program itu berjalan dengan baik atau tidak. Evaluasi mempunyai definisi yang beragam, William N. Dunn, memberikan arti pada istilah evaluasi bahwa:

“Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian (assessment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan” (Dunn, 2003:608).

Sedangkan menurut Taliziduhu Ndraha dalam buku Konsep Administrasi dan Administrasi di Indonesia berpendapat bahwa evaluasi merupakan proses perbandingan antara standar dengan fakta dan analisa hasilnya (Ndraha, 1989:201). Kesimpulannya adalah perbandingan antara tujuan yang hendak dicapai dalam penyelesaian masalah dengan kejadian yang sebenarnya, sehingga dapat disimpulkan dengan analisa akhir apakah suatu kebijakan harus direvisi atau dilanjutkan.


(35)

Sudarwan Danim mengemukakan definisi penilaian (evaluating) adalah: “Proses pengukuran dan perbandingan dari hasil-hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya.

Pendapat di atas dapat diperoleh gambaran bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur serta membandingkan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dicapai dengan hasil yang seharusnya menurut rencana. Sehingga diperoleh informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan, serta dapat dilakukan perbaikan bila terjadi penyimpangan di dalamnya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan evaluasi laporan keuangan daerah adalah kegiatan untuk mengukur dan menginterpretasikan perkembangan laporan keuangan dari tahun berjalan dan membandingkannya dengan standar akuntansi yang berlaku, dengan memperhatikan kelebihan serta kekurangan dari laporan keuangan tersebut, sehingga dapat mudah di koreksi pada tahapan penyusunan laporan tahun berikutnya.

B. Kebijakan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003, Undang Undang nomor 1 Tahun 2004, dan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 mewajibkan pemerintah daerah, untuk menyusun kebijakan akuntansi (Pasal 97 : Kepala daerah berdasarkan standar akuntansi pemerintahan menetapkan peraturan kepala daerah tentang kebijakan akuntansi). Kemudian dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 239 ayat (1) menyatakan : Kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah tentang kebijakan akuntansi pemerintah daerah dengan berpedoman pada standar akuntansi pemerintahan. (www. Bandar Lampung.BPK.go.id)


(36)

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) disebutkan bahwa pengungkapan kebijakan akuntansi yang diterapkan akan membantu pembaca untuk dapat menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan. Pengungkapan kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dimengerti. Pengungkapan kebijakan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan yang sangat membantu pemakai laporan keuangan, karena kadang kadang perlakuan yang tidak tepat atau salah digunakan untuk suatu komponen laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, atau laporan lainnya yang merupakan pengungkapan kebijakan akuntansi terpilih. Selain itu penetapan kebijakan akuntansi terpilih dimaksudkan untuk menjamin adanya keseragaman pencatatan dalam setiap transaksi akuntansi di setiap satuan kerja.

Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah disajikan dengan standar akuntansi yang berlaku yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah mendapatkan pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan, sebagaimana tertuang pada pasal 32 ayat (2).

Laporan Keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat dipergunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut (Wikipedia, 2010). Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (SPAP) No.1 menjelaskan definisi laporan keuangan sebagai laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Laporan keuangan menjadi alat yang digunakan untuk menunjukan capaian kinerja dan pelaksanaan fungsi pertanggungjawaban dalam suatu entitas (Choiriyah, 2010).


(37)

1. Pengguna Laporan Keuangan

Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun tidak terbatas pada:

1. masyarakat;

2. wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;

3. pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman; dan

4. pemerintah.

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna. Dengan demikian, laporan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari masing-masing kelompok pengguna. Namun demikian, berhubung laporan keuangan pemerintah berperan sebagai wujud akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, maka komponen laporan yang disajikan setidak-tidaknya mencakup jenis laporan dan elemen informasi yang diharuskan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan (statutory reports). Selain itu, karena pajak merupakan sumber utama pendapatan pemerintah, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan informasi para pembayar pajak perlu mendapat perhatian.

Kebutuhan informasi tentang kegiatan operasional pemerintahan serta posisi kekayaan dan kewajiban dapat dipenuhi dengan lebih baik dan memadai apabila didasarkan pada basis akrual, yakni berdasarkan pengakuan munculnya hak dan


(38)

kewajiban, bukan berdasarkan pada arus kas semata. Namun, apabila terdapat ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengharuskan penyajian suatu laporan keuangan dengan basis kas, maka laporan keuangan dimaksud wajib disajikan demikian.

Meskipun memiliki akses terhadap detail informasi yang tercantum di dalam laporan keuangan, pemerintah wajib memperhatikan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Selanjutnya, pemerintah dapat menentukan bentuk dan jenis informasi tambahan untuk kebutuhan sendiri di luar jenis informasi yang diatur dalam kerangka konseptual ini maupun standar-standar akuntansi yang dinyatakan lebih lanjut.

2. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan 2.1 Peranan Pelaporan Keuangan

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.


(39)

Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:

1. Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

2. Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

3. Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

4. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.


(40)

Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.

2.2 Tujuan Pelaporan Keuangan

Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:

1. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan;

2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;

3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;

4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;

5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;

6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.


(41)

Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas pelaporan.

3. Komponen Laporan Keuangan Berdasarkan Basis Kas menuju Akrual Akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Dalam akuntansi berbasis akrual, waktu pencatatan (recording) sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat.

Akuntansi berbasis kas adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, dengan memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Pada basis ini pengakuan aset diterima setelah aset tersebut sudah dipergunakan oleh entitas/Pemerintah Daerah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, penerapan Basis Kas menuju Akrual adalah tahapan pelaporan keuangan yang dapat menjembatani peralihan antara akuntansi berbasis kas dengan Akuntansi berbasis kas menuju akrual. Dalam hal ini dapat di jabarkan sebagai berikut :


(42)

a. Basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam LRA b. Basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca

Melihat besarnya manfaat dari laporan keuangan, maka pemerintah pusat menerbitkan aturan mengenai kewajiban presiden dan gubernur/bupati/walikota untuk menyampaikan laporan pertanggung jawaban pelaksanaan APBN/APBD dan transaksi ekonomi lainnya berupa laporan keuangan yang dituangkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007.

Gambar Dasar Basis Akutansi

Cash Toward Accrual = Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah, yaitu basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, sedangkan basis

akrual di gunakan untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana

Akuntansi yang mengakui dan mencatat transaksi keuangan pada saat kas diterima atau dibayarkan

Akuntansi yang mengakui dan mencatat transaksi atau kejadian keuangan saat terjadi atau pada saat perolehan. Fokus sistem

akuntansi ini pada pengukuran sumber daya ekonomis dan perubahan sumber daya pada suatu entitas


(43)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menggunakan basis kas menuju akrual setidaknya meliputi :

a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, laporan realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumberdaya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam suatu periode pelaporan, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode laporan keuangan. Lebih lanjut, dalam laporan realisasi anggaran setidaknya menyajikan unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.

b. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai asset, kewajiban, ekuitasdana pada tanggal tertentu (PP Nomor 71 Tahun 2010 dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006). Unsur yang mencakup neraca terdiri dari asset, kewajiban, dan ekuitas dana.

Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat


(44)

ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

2. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.

3. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah.

c. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelapor dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam standar akuntansi pemerintah serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya.

Selain laporan keuangan pokok tersebut, entitas pelaporan wajib menyajikan laporan lain atau elemen informasi akuntansi yang diwajibkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan (statutory reports).


(45)

d. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan transaksi non-anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir pemerintah daerah selama periode tertentu.

Unsur dalam Laporan Arus Kas ini meliputi penerimaan kas dan pengeluaran kas. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke bendahara daerah, sedangkan pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari bendahara daerah.

4. Dasar Hukum Pelaporan Keuangan

Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara lain:

1. Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945, khususnya bagian yang mengatur keuangan Negara; (khususnya pasal 23 ayat 1: Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.)

2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Perbendaharaan Negara; 4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung jawab Keuangan Negara;


(46)

6. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

Perda dan aturan-aturan hukum selain yang tersebut di atas, yang mengatur tentang keuangan negara, khususnya keuangan daerah.

5. Asumsi Dasar

Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri atas:

a. Kemandirian Entitas

Asumsi kemandirian entitas, berarti bahwa setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antarunit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan sumber daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan


(47)

sumber daya dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat keputusan entitas, serta terlaksana atau tidak terlaksananya program yang telah ditetapkan. b. Kesinambungan Entitas

Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek. c. Asumsi Keterukuran Dalam Satuan Uang (Monetary Measurement)

Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.

C. Standar Akuntansi Pemerintah

Setelah mengalami proses yang panjang, Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah lama dinantikan oleh berbagai pihak telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (PP SAP). Dengan ditetapkannya PP SAP maka untuk pertama kali Indonesia memiliki standar akuntansi pemerintahan. Salah satu langkah konkrit untuk mewujudkan akuntabilitas laporan keuangan daerah adalah penyampaian laporan keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum.

Pengertian standar akuntansi pemerintahan (SAP) terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang berbunyi : “Standar Akuntansi Pemerintah yang selanjutnya disebut SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah”.


(48)

Standar Akuntansi Pemerintah merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Selain itu SAP bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas dan keadalan pengelolaan keuangan pemerintah melalui penyusunan dan pengembangan standar akuntansi pemerintah, termasuk mendukung pelaksanaan penerapan standar tersebut.

1. Ruang Lingkup Standar Akuntansi Pemerintahan

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) diterapkan di lingkup pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat, pemerintahan daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan. Pada halaman selanjutnya, akan diuraikan poin-poin yang merupakan ruang lingkup Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) mengacu pada kerangka konseptual akuntansi pemerintahan menurut Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

a. Lingkungan akuntansi pemerintahan

b. Pengguna dan kebutuhan informasi para pengguna c. Entitas pelaporan

d. Peranan dan tujuan pelaporan keuangan serta dasar hukum

e. Asumsi dasar, karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan, prinsip-prinsip, serta kendala informasi keuangan f. Definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan


(49)

Penjelasan lebih lanjut tentang poin-poin diatas tersebut, akan dijelaskan pada uraian dibawah ini :

a. Lingkungan akuntansi pemerintahan

Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya. Ciri-ciri penting lingkungan pemerintahan yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut :

1. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang diberikan : a. Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan

b. Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar pemerintah c. Adanya pengaruh proses politik

d. Hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah 2. Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian

a. Anggaran sebagai pernyataan kebijakan politik, target fiskal, dan sebagai alat pengendalian

b. Investasi dalam asset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan c. Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian

b. Pengguna dan kebutuhan informasi para pengguna

Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun tidak terbatas pada :

a. Masyarakat


(50)

c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman

d. Pemerintah.

Kebutuhan informasi berkaitan dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna. Pemerintah wajib memperhatikan informasi yang tercantum dalam laporan keuangan pemerintah untuk keperluan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.

c. Entitas Pelaporan

Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat pengelolaan, pengendalian, dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap asset, yurisdiksi, tugas dan misi tertentu, dengan bentuk pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas pelaporan lainnya.

d. Peranan dan tujuan pelaporan keuangan serta dasar hukum

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan


(51)

anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Adapun tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik.

e. Asumsi dasar, karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan, prinsip-prinsip, serta kendala informasi akuntansi.

1. Asumsi Dasar

Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari :

a. Asumsi kemandirian entitas

Asumsi ini menyatakan bahwa setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan.salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh.

b. Asumsi kesinambungan entitas

Asumsi ini diartikan bahwa laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian


(52)

pemerintah diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.

c. Asumsi keterukuran dalam satuan uang

Keterukuran dalam satuan uang berarti bahwa laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang.

2. Karakteristik kualitatif

Karakteristik kualitatif laporan keuangan sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki :

a. Relevan :

informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksikan masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Karakteristik relevan :

a) Memiliki umpan balik (feedback value), informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.


(53)

b) Memiliki manfaat prediktif (prediktif value), informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

c) Tepat waktu, informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.

d) Lengkap, informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.

b. Andal :

informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Karakteristik andal :

a) Penyajian jujur, informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

b) Dapat diverifikasi (verifiability), informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya menunjukan simpulan yang tidak jauh berbeda.

c) Netralitas, informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.


(54)

c. Dapat dibandingkan : informasi yang termuat dalam laporan keuangan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.

d. Dapat dipahami : informasi yang disajikan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

Keempat karakteristik diatas yang menjadi prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, yaitu, relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.

3. Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan

Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar akuntansi, oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan. Adapun prinsip akuntansi yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah adalah sebagai berikut :

a. Basis akuntansi

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja,dan pembiayaan


(55)

dalam laporan realisasi anggaran yang berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima di rekening kas umum negara/daerah atau entitas pelaporan dan basis akrual untuk pengakuan asset, kewajiban,dan ekuitas dalam neraca yang berarti bahwa asset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

b. Prinsip nilai historis

Asset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh asset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas. c. Prinsip realisasi

Bagi pemerintah, pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah selama suatu tahun fiskal akan digunakan untuk membayar hutang dan belanja dalam periode tersebut.

d. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal

Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam catatan atas laporan keuangan.


(56)

Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan.

f. Prinsip konsistensi

Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode lama.

g. Prinsip pengungkapan lengkap

Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.

h. Prinsip penyajian wajar

Laporan keuangan menyajikan dengan wajar laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

4. Kendala informasi yang relevan dan andal

Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan pemerintah, yaitu:

a. Materialitas

Adalah suatu kondisi jika tidak tersajikannya atau salah saji suatu informasi akan mempengaruhi keputusan atau penilaian pengguna yang dibuat atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada hakikat


(57)

atau besarnya pos atau kesalahan yang dipertimbangkan dari keadaan khusus dimana kekurangan atau salah saji terjadi.

b. Pertimbangan biaya dan manfaat

Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunannya.

c. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif

Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah.

f. Definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan

2. Tujuan dan Peranan Standar Akuntansi Pemerintahan

Tujuan diterapkannya standar akuntansi pemerintahan adalah untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah baik pusat maupun daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah digunakan sebagai acuan bagi :

1. Penyusunan standar akuntansi keuangan pemerintah atau sekarang disebut dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dalam pelaksanaan tugasnya.


(58)

2. Penyusunan laporan keuangan pemerintah untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan pemerintah. 3. Aparat pengawasan fungsional yang mempunyai tugas untuk memeriksa

laporan keuangan pemerintah dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan pemerintah.

4. Para pemakai untuk menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah yang telah disusun sesuai dengan standar keuangan pemerintah.

Dari uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa empat acuan dari kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah merupakan bagian dari tujuan dan peranan standar akuntansi pemerintahan.

D. Hubungan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan Pengelolaan Keuangan Daerah

Seperti dijelaskan dalam peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 paragraf lima tentang Standar Akuntansi Pemerintahan bahwa Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah dan merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara tertib taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab yang kesemuanya ini merupakan azas umum pengelolaan keuangan daerah menurut Peraturan Mendagri No. 13 Tahun


(59)

2006 yang juga tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 184 ayat 1 dan 3 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan: “Laporan keuangan pemerintahan daerah disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah”. (2004:132-133).

Undang-undang No.17 tahun 2003 pasal 32 tentang Keuangan Negara berbunyi : 1. Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD

disusun dan disajikan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan;

2. Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dalam peraturan pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan.

Governmental Accounting Standards Board (GASB) dalam Concepts Statement No.1 tentang Objectives of Financial Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar dari pelaporan keuangan di pemerintahan. Akuntabilitas merupakan tujuan tertinggi pelaporan keuangan pemerintah. Seperti telah dijelaskan diawal, bahwa wujud dari pengelolaan keuangan daerah adalah dengan adanya laporan keuangan.

Menurut GASB yang dikutip oleh Mardiasmo dalam bukunya Akuntansi Sektor Publik menjelaskan keterkaitan akuntabilitas yang merupakan salah satu tujuan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dengan pelaporan keuangan yang merupakan komponen dari pengelolaan keuangan sebagai berikut :


(60)

“….Accountability requires governments to answer to the citizenry to justify the

raising of public resources andthe purposes for which they are used. Governmental Accountability is based in the belief that the citizenry has a

“right to know,” a right to receive openly declared facts that may lead to public

debate by the citizens and their elected representatives. Financial reporting

plays a major role in fulfilling government’s duty to the publicly accountable in

a democratic society (par.56).” (2002:162)

Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara Standar Akuntansi Pemerintahan dengan laporan keuangan pemerintah, hal tersebut dapat terlihat dari pernyataan diatas bahwa Standar Akuntansi Pemerintahan dibutuhkan dalam rangka pengelolaan keuangan daerah, dalam hal ini adalah penyusunan laporan pertanggungjawaban APBD berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan.

Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Besar kecilnya dana (nilai uang) yang tercantum pada APBD akan mencerminkan peranan pemerintah dalam perekonomian dan pelayanan masyarakat suatu negara atau daerah. Dengan demikian, besar kecilnya peranan akuntansi pemerintahan pada pengelolaan keuangan daerah yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dikaitkan dengan besar kecilnya nilai APBD.


(61)

Selain uraian di di atas ada beberapa penelitian yang ada keterkaitan antara laporan keuangan daerah dengan standar akuntansi pemerintah, sebagaimana tersebut dibawah ini :

Tabel 1. Penelitian Sebelumnya

Jurnal Penelitian Judul dan Penulis Hasil Penelitian Pengawasan, Pengendalian, dan

Pemeriksaan Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah oleh Mardiasmo dari kumpulan Jurnal Bisnis dan Akuntansi karangan Bambang Supomo, 2001:441-456

Otonomi daerah secara serentak telah

dilaksanakan mulai Januari 2001. Hal ini tentunya membawa perubahan besar dalam tatanan pemerintahan baik perubahan struktur maupun proses birokrasi dan kultur birokrasi. Salah satunya pengelolaan keuangan daerah berkaitan dengan kinerja pemerintah daerah. Indikasi keberhasilan otonomi daerah dan desentralisasi adalah terjadinya peningkatan

pelayanan dan kesejahteraan masyarakat

(social welfare), kehidupan demokrasi yang semakin maju, keadilan, pemerataan, serta adanya hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah. Keadaan tersebut akan dapat tercapai salah satunya apabila

manajemen keuangan daerah(anggaran)

dilaksanakan dengan baik.Elemen manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk

mengontrol kebijakan keuangan daerah

tersebut meliputi Akuntabilitas dan

Transparansi (merupakan tujuan Standar

Akuntansi Pemerintahan). Tinjauan Kebermanfaatan Laporan

Keuangan Auditan BPK (Refleksi

Eksistensi dan Peranan BPK) oleh Andhisa Setya Hapsari. Jurnal Peranan Standar Akuntansi Pemerintahan Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah Tanggal 13 Maret

Dari hasil penelitian atas 362 Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

diketahui ada 3 daerah yang dikategorikan

baik laporan keuangannya yaitu Kota

Surabaya, Kabupaten Pontianak dan

Kabupaten Sambas, selebihnya belum dapat dikatakan baik. Hal ini karena adanya benturan antara idealita dan realita.

Silka Hartina (2009) Skripsi : Analisis Peyajian Laporan Keuangan Daerah pada Pemkab Langkat

bahwa Pemerintah Kabupaten Langkat pada tahun 2006 dalam penyajian laporan keuangan daerah telah berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Keberhasilan

penyajian laporan keuangan daerah

dipengaruhi oleh faktor pendukung yaitu

sumber daya manusia dan perangkat


(62)

Permana, Irvan. 2011. Skripsi : Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi pemerintahan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Dan Implikasinya Pada Akuntabilitas Survei Pada Dinas Kota Bandung

hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Standar Akuntansi Pemerintahan pada Dinas Pemerintah Kota Bandung pada umumnya sudah dikatakan cukup baik. Namun jika dilihat dari Manajemen dalam hal ini berhubungan dengan Sumber Daya Manusia masi belum memenuhi kriteria baik, karena tidak tersedianya Sumber Daya Manusia yang memadai dalam menangani pengelolaan dan pelaporan keuangan di pemerintah dan dirasakan Kurangnya tenaga akuntan. Dan kekurangan Sumber Daya Manusia tersebut diimbangi dengan Kurangnya pemahaman tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Beberapa karya ilmiah diatas mengimplikasikan kurangnya sumber daya manusia yang memadai dalam menangani pengelolaan dan pelaporan keuangan daerah dan minimnya pemahaman tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Pada kesempatan ini, penulis akan membahas tentang komponen laporan keuangan dan penerapannya pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang, serta komponen karakter kualitatif dari sebuah laporan keuangan daerah, berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah yang berlaku.

E. Kerangka Pemikiran

Ketergantungan keuangan daerah terhadap pemerintah pusat tidak lepas dari makna otonomi. Dalam UU No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Undang-Undang tersebut lebih tepat disebut sebagai penyelenggaraan pemerintahan yang sentralistik daripada yang desentralistik. Unsur sentralistik dalam pelaksanaan dekonsentrasi dalam implementasinya merupakan sarana bagi perangkat birokrasi pusat untuk menjalankan praktek sentralisasi yang terselubung sehingga kemandirian daerah menjadi terhambat. Dengan semakin kuatnya


(63)

tuntutan desentralisasi, pemerintah mengeluarkan undang-undang otonomi daerah, yaitu Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah ( Mudrajat Kuncoro, 2004 : 6 ). Pada tahun 2004 karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan serta tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, Undang Undang No. 22 Tahun 1999 disempurnakan oleh Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan Undang- Undang No. 25 Tahun 1999 disempurnakan oleh Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004.

Otonomi daerah harus disadari sebagai suatu transformasi paradigma dalam penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan di daerah. Pemerintah Daerah memiliki otonomi yang lebih luas untuk mengelola sumber-sumber ekonomis daerah secara mandiri dan bertanggung jawab, yang hasilnya dioerientasikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.

Pemerintah Daerah dituntut memiliki kemampuan manajemen keuangan daerah secara profesional. Oleh karena itu, Pemerintah Pusat melakukan reformasi dibidang keuangan negara. Reformasi dibidang keuangan tersebut mencakup semua aspek manajemen keuangan, termasuk perencanaan, implementasi dan pertanggungjawaban. Kondisi tersebut mensyaratkan manajemen keuangan yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.


(1)

tersebut, terlebih dalam membaca suatu laporan keuangan. Selain itu, karena pelatihan pelaporan keuangan daerah ini diselenggarakan dalam beberapa tahapan dalam satu tahun anggaran, sering dijumpai peserta banyak berganti posisi dengan rekan lain, sehingga ilmu dalam pengoperasian aplikasi tidak terserap sempurna dan terkesan tidak tuntas .

Dari 150 pegawai yang terdapat di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang, hanya 3 orang yang mahir dalam mengoperasikan aplikasikasi SIAKD. Selebihnya masih belum menguasai program aplikasi tersebut dan masih memerlukan pengawasan dan bimbingan lebih lanjut, terlebih dalam hal input kode rekening dan kegiatan, maupun dalam penyajian laporan Keuangan. Kondisi tersebut dikarenakan 30 % pegawai mempunyai latar belakang sarjana Teknik, 15 % Diploma Teknik, 20 % Sekolah Teknik Kejuruan, 5 % sarjana Ekonomi dan sarjana Hukum, dan 30 % pegawai lainnya terdiri dari pegawai kontrak yang berlatar pendidikan terakhir lulusan Sekolah Menegah Atas. Akibatnya jika ditinjau dari segi waktu penyampaian laporan akuntansi keuangan ke Badan Keuangan dan Aset Daerah, sering terjadi keterlambatan yang berdampak pada Laporan Konsolidasi Akhir Tahun di Badan Keuangan Kabupaten Tulang Bawang.

Jika di tinjau dari segi perangkat keras (hardware), yaitu berupa unit komputer, yang pada awalnya pengadaan perangkat tersebut terkoordinasi dibawah Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tulang Bawang berikut dengan aplikasi (software). Aplikasi tersebut dirasakan saat ini banyak membantu bendahara


(2)

74

keuangan dalam pencatatan transaksi transaksi keuangan pemerintah dan selanjutnya secara otomatis mempersiapkan laporan keuangan jika dibutuhkan, terlebih pada saat pemeriksaan dari Badan Audit Independen maupun Audit Reguler Pemerintahan. Aplikasi Akuntansi ini mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan yang berbasis Kas menuju Akrual.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pemaparan pada Bab sebelumnya pada penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Komponen laporan keuangan Dinas Pekerjaan Umum secara garis besar telah disusun sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menggunakan sistem akuntansi basis kas menuju akrual, namun berdasarkan evaluasi yang dilakukan penulis, tujuan pelaporan keuangan dan unsur-unsur yang terkandung didalamnya tidak seluruhnya dapat memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan.

2. Laporan Realisasi Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang disusun menggunakan basis kas, yaitu basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima pada Kas Umum Daerah atau dikeluarkan dari Kas Umum Daerah. Pada Laporan Neraca Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang, penyajian aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas dikeluarkan dari Kas Umum


(4)

119

Daerah. Laporan Arus Kas tidak dibuat pelaporannya di Dinas Pekerjaan Umum sebagai entitas akuntansi, dengan dasar hukum Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Laporan Arus Kas konsolidasi dibuat oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tulang Bawang sebagai entitas pelapor.

3. Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, Dinas Pekerjaan Umum masih perlu pengembangan dan pembenahan pada kendala-kendala yang muncul seiring dengan proses yang berjalan, diantaranya penempatan dan pengembangan sumber daya manusia, pemutakhiran aplikasi keuangan daerah, serta sistem dan prosedur akuntansi.

B. Saran

1. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah yang sedang diterapkan pada Satuan Kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang, khususnya Dinas Pekerjaan Umum, masih terus dilakukan penataan dan penyempurnaan, dimana penyempurnaan ini bersifat berkelanjutan dalam upaya mewujudkan transparansi anggaran sebagai tanggung jawab pemerintah dala pengelolaan keuangan daerah.

2. Diperlukan tambahan sumber daya manusia yang cukup menguasai aplikasi Akuntansi berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan, sehingga seiring dengan peningkatan penggunaan anggaran di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang, Penyajian Laporan Keuangan pada tahun anggaran tersebut makin mudah di sajikan dan tepat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amirin, Tatang M. 2000. Menyusun Rencana Penelitian. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Akuntan Indonesia. Laporan Keuangan Daerah. 2009. Edisi No.18/Tahun III/2009. Jakarta

Arifin. Pengaruh Penerapan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Terhadap Kewajaran Pelaporan Keuangan pada Camat Tapa Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Jurnal Ichsan Gorontalo Vol. 3 No.1 Februari – April 2008.

BPKP. 2000. Akuntabilitas Instansi Pemerintah (Edisi Kelima). BPKP. Jakarta. hal 24 Hamid, Abidin, Pirac. 2003. Akuntabilitas dan Transparasi Yayasan. Diskusi Publik. www.yahoo.com.

Hartina, Silka. 2009. Analisis Penyajian Laporan Keuangan pada Pemerintah Kabupaten Langkat. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Medan.

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya.

Creswell, Jhon, W. 1998. Research Design : Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publication, Inc. California.

Bodgan, RC. Taylor, SJ. 1975. International to Qualitative Reasearch Methods. Jhon Wiley. New York.

Kompas. Mendagri : Pelaporan Keuangan Pemda Tidak Efesien. 9 Oktober 2011. Jakarta.

Mardiasmo. Akuntansi Sektor Publik. 2002. Andi Yogyakarta.

Permana, Irvan. 2011. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi pemerintahan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Dan Implikasinya Pada Akuntabilitas Survei Pada Dinas Kota Bandung. Skripsi. Universitas Komputer Indonesia. Bandung


(6)

Rosjidi. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta. Hal 144 Siska Nora Pinem. 2010. Aspek Globalisasi Prinsip Akuntabilitas dalam

Penanaman Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

http://www.wikiapbn.org/artikel/Neraca

Lawton, Alan dan Rose, Aidan G. 1994. Organization and Management in Public Sector. Second Edition Editor. Pitman Publishing. London.

Lalolo Krina P, Loina. Dra. 2003. Sekretariat Good Public Governance. Bappenas. Indikator Pemerintah : Akuntabilitas, Transparansi dan Partisipasi. Hal 25

Hapsari, Anisa Setya, 2008. Tinjauan Kebermanfaatan Laporan Keuangan Auditan BPK (Refleksi Eksekusi dan Peranan BPK). Jurnal Keuangan : Peranan Standar Akuntansi Pemerintah dalam Pengelolaan Keuangan Daerah.

Bryant Coralie & White Louis. 1987. Manajemen Pembangunan untuk Negara Berkembang. LP3ES. Jakarta.

Dewi, Ida dan Jannah, Samratul, 2002. Prospek Desentralisasi Fiskal di Lampung Prosiding Workshop SME’s. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Pide Andi Mustari. 1997. Otonomi Daerah dan Kepala Daerah Memasuki Abad

XXI. Gaya Media Pratama. Jakarta.

Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan. 2000. Akuntabilitas dan Good Governance. Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003. Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Otonomi Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Standar Akuntansi Pemerintah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. Pedoman Pengelolaan


Dokumen yang terkait

Analisis Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dalam Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah pada Pemerintah Kota Binjai

0 37 135

Analisis Pengaruh Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Jember Analysis of Accountability and Transparency of Financial Management on Local Government Jember

1 42 7

Evaluasi Penerapan Standar Akuntansi Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bondowoso Berbasis Cash Towards Acrual Tahun Anggaran 2010 - 2012

0 5 7

Analisis Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (Studi di Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung)

2 6 60

Evaluation of Financial Statements Report Based on the Government Accounting Standards (Studies in the Department of Public Works Tulang Bawang District) Evaluasi Penyusunan Laporan Pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (Stu

0 9 96

An Investigation of the Relationship Between Use of International Accounting Standards and Source of Company Finance in Germany

0 0 40

The Application of PRECEDE-PROCEED Model in Community Empowerment Planning in Health Sector Based on the Need Assessment of Public Health

0 1 16

The Influence of the Competence of Auditors and Auditors Independence Could Affect the Integrity of the Financial Statements

0 0 8

Strategic Management Process in the Making of Financial Statements in Ministry of Foreign Affairs

0 0 7

The Skills and Understanding of Rural Enterprise Management of the Preparation of Financial Statements Using Financial Accounting Standards (Ifrs) Financial Statement on The Entities Without Public Accountability (Etap) Framework on the Implementation of

0 0 14