Peranan Komunikasi Organisasi Pemerintahan Desa Dalam Peningkatan Kinerja Pemerintahan Desa Di Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara

PERANAN KOMUNIKASI ORGANISASI PEMERINTAHAN
DESA DALAM PENINGKATAN KINERJA PEMERINTAHAN
DESA DI KECAMATAN COT GIREK, ACEH UTARA

MULYADI R

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Peranan Komunikasi
Organisasi Pemerintahan Desa Dalam Peningkatan Kinerja Pemerintahan Desa Di
Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2017
Mulyadi R
NIM I352140121

RINGKASAN
MULYADI R. Peranan Komunikasi Organisasi Pemerintahan Desa dalam
Peningkatan Kinerja Pemerintahan Desa di Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara.
Dibimbing oleh DWI SADONO dan CAHYONO TRI WIBOWO.
Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses perubahan yang telah
direncanakan secara sistematis mengarah pada kondisi yang lebih baik. Melihat
pembangunan sebagai sesuatu yang direncanakan secara sistematis, menunjukan
bahwa melaksanakan pembangunan bukanlah hal yang mudah tetapi memerlukan
berbagai paradigma, model pembangunan yang tepat. Berbicara mengenai
masalah pembangunan desa, program Nawa Cita Presiden Joko Widodo-Jusuf
Kalla tahun 2014–2019 memberikan 9 cita utama sebagai landasan mendasar
dalam pembangunan desa secara terpadu dan menyeluruh, Nawa Cita yang
berkaitan langsung dengan pembangunan desa dapat ditelusuri dalam keinginan
cita ke tiga, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

Keberadaan Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa diharapkan
membawa penduduk di desa lebih sejahtera, melalui 4 (empat) aspek utama, yaitu:
pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan
potensi ekonomi lokal, dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan.
Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa di Kabupaten Aceh
Utara dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga
Sejahtera (BPMKS). Permasalahan yang terjadi di pemerintahan desa di
Kecamatan Cot Girek adalah bagaimana pemerintahan desa menyikapi
pelaksanakan UU Desa terutama peran komunikasi organisasi pemerintahan desa
agar terwujudnya peningkatan kinerja dan pembangunan pedesaan berdasarkan
undang- undang tersebut, pentingnya komunikasi organisasi yang baik dalam
organisasi karena dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat
berjalan dengan lancar dan berhasil.
Penelitian ini bertujuan: (1) menganalisis peran komunikasi organisasi
pemerintahan desa dalam pelaksanaan UU desa kepada masyarakat desa (2)
mengetahui peningkatan kinerja pemerintah desa/gampong dalam pembangunan
pedesaan yang berdasarkan UU desa. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif dengan uji korelasi Chi Square dan Rank Spearman.
Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu di Gampong Alue Leuhop,
Gampong Kampung Tempel, Gampong Bantan dan Gampong Cot Girek

Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara pada bulan Mei-Juni 2016 dengan
jumlah responden sebanyak 52 orang dengan menggunakan metode sensus.
Hasil penelitian menunjukkan komunikasi yang berlangsung di organisasi
pemerintahan desa terjadi komunikasi dua arah yang dilakukan antara perangkat
desa dengan masyarakat desa. Komunikasi dua arah yang terjadi antara perangkat
desa dengan masyarakat sudah berjalan efektif. Hal ini dikarenakan para
perangkat desa tidak hanya berkomunikasi atau bertukar informasi pada tempat
dan waktu jam kerja saja, tetapi mereka juga melakukan komunikasi di luar waktu
jam kerja. Sehingga pertukaran informasi terus berjalan dari perangkat desa
kepada masyarakat desa yang akhirnya semua informasi bisa disampaikan dengan
cepat khususnya penyampaian informasi pelaksanaan UU Desa. Komunikasi

organisasi yang terjadi di organisasi pemerintahan desa umumnya terjadi secara
vertikal maupun horizontal keduanya sangat berperan demi kemajuan organisasi
dengan tujuan keduannya saling memberikan informasi dan keterbukaan agar
komunikasi antara bawahan dengan pimpinan berjalan dengan efektif. Peran
komunikasi organisasi pemerintahan desa yang berhubungan dengan penilaian
aparatur desa terhadap UU Desa meliputi karakteristik individu aparat
pemerintahan desa adalah: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jenis
pekerjaan, sedangkan yang tidak berhubungan adalah: tingkat pendapatan.

Karakteristik pemerintahan desa yang berhubungan dengan penilaian aparatur
desa terhadap UU Desa adalah: peranan kepemimpinan, struktur organisasi dan
budaya organisasi. Komunikasi organisasi pemerintahan desa yang berhubungan
dengan penilaian aparat desa terhadap UU Desa adalah: komunikator, pesan dan
media.
Kinerja pemerintah desa terutama aparatnya memegang peranan yang sangat
besar dalam menentukan keberhasilan sebuah progam pembangunan desa.
Setelah pelaksanaan UU desa, di empat desa di Kecamatan Cot Girek telah terjadi
peningkatan kinerja pemerintahan desa. Hal ini terbukti dengan meningkatnya
produktivitas kerja dalam hal penyelesaian pelayanan administrasi lebih cepat
dikarenakan dibuka pelayanan prima 24 jam yang siap melayani masyarakat, ini
terjadi di Gampong Alue Leuhop. Ketiga desa yang lain sedang melaksanakan
tahap pembenahan dalam berbagai hal: fasilitas desa, sumberdaya manusia,
pencairan sumber dana untuk penambahan insentif dalam rangka peningkatan
produktivitas kerja aparat desa.
Peranan pemerintah desa sebagai pelopor pembangunan desa sudah mampu
menangani masalah pembangunan yang ada di desa meliputi perencanaan
program pembangunan desa, kegiatan sosialisasi yang dilakukan di meunasah
yang dihadiri oleh sebagian besar masyarakat desa, dalam kegiatan musyawarah
desa tersebut bukan hanya sosialisasi satu arah, tetapi masyarakat juga diberikan

kesempatan untuk berbicara maupun mengeluarkan pendapat mereka.
Kata kunci: Kinerja, komunikasi organisasi, pemerintahan desa, UU Desa

SUMMARY
MULYADI R. The Role of Organizational Communication of Village
Administration in Increasing Village Administration Performance at Cot Girek
District, North Aceh. Supervised by DWI SADONO and CAHYONO TRI
WIBOWO.
Basically, development is a process of change that has been planned
systematically leads to better conditions. It showed that to implement
development is not easy but requires some paradigms, appropriate development
models. Speaking on the issue of rural development, program of Nawa Cita
President Joko Widodo-Jusuf Kalla years 2014-2019 contain nine main goal as a
fundamental foundation in the development of an integrated and comprehensive
village, Nawa Cita wich directly related to rural development is the third one of
Nawa Cita which is to build Indonesia from margin area which to strengthen
these areas and villages within the unitary state framework
The existence of the Constitution No. 6 of 2014 about Village is expected to
bring the population in the village is more prosperous, with four (4) main aspects,
namely: to meet basic needs, infrastructure development, to develop local

economic potential, and utilization of natural resources and the environment.
Implementation of Constitution No. 6 of 2014 about villages in North Aceh
District was held by the Agency for Community Empowerment and Family
Welfare (BPMKS). The problems that occurred in the village administration in the
Cot Girek district is how the village administration addressing the implementation
the constitution especially the role of organizational communication of village
administration for the realization of improvements of performance and rural
development based on the constitution, the importance of good organizational
communication in the organization because of the good communication an
organization can run smoothly and successfully.
This study aims to: (1) analyze the role of organizational communication of
village administration in implementating of the Constitution about village to
village communities (2) to know the increasing of the performance of the
administration rural / based on the Constitution about village. This study uses a
quantitative and qualitative approach with the correlation test Chi Square and
Spearman Rank. Locations were selected purposively namely in Gampong Alue
Leuhop, Gampong Kampung Tempel, Gampong Bantan and Gampong Cot Girek,
Cot Girek District, North Aceh in May-June 2016 with the number of 52 people
of respondents using census method.
The results showed communication which going on in the village

administration organizations occurs do two-way communication between the
village administration officials with village community. Two-way communication
that occurs between the village administration officials and the village community
has been running effectively. This is because the village administration officials is
not only to communicate or exchange information on the place and office hours.
So that information exchange continue to run from the village administration
officials to the village communities that eventually all information can be
delivered quickly, especially informing the implementation of the Constituion on
village. Organizational communication that occurs in the organization of village

administration generally occurs vertically or horizontally are both very important
role for the progress of the organization with the aim both of them sharing
information and openness so that communication between subordinates with the
leadership to be effective. The role of village administration organization
communications relating to the appraisal of village officials to Constitution about
village includes the individual characteristics of the village administration
officials are: age, sex, education level, and the type of work, while the not related
are: the level of income. Characteristics of the village administration related to the
appraisal village administration officials of Constitution about village are: the role
of leadership, organizational structure and culture of the organization.

Communication of the village administration related to the appraisal village
administration officials of Constitution about village are: communicator, message
and media.
Village administration performance, especially village administration
officials play a major role in determining the success of a rural development
program. After the implementation of the constitution about village, in four
villages in District Cot Girek have increased village administration performance.
This is proof by the increasing of labor productivity in terms of faster completion
of administrative services due to the excellent service which open 24 hours to
serve the public, this happened in the Gampong of Alue Leuhop. The other three
villages are under construction phase in various ways: the village facilities,
human resources, disbursement of resources for additional incentives in order to
increase labor productivity by village officials.
The role of village administration as a pioneer of rural development is
capable of handling the problem of development in the village include the
planning of rural development programs, socialization activities which held at
Meunasah which was attended by most of the village communities, in the
activities of village meetings are not only socializing in one direction, but the
community also are given the opportunity to speak to deliver their opinion as well.
Keywords: Organizational Communication, Performance,

Administration, Village Constitution

the

Village

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERANAN KOMUNIKASI ORGANISASI PEMERINTAHAN
DESA DALAM PENINGKATAN KINERJA PEMERINTAHAN
DESA DI KECAMATAN COT GIREK, ACEH UTARA


MULYADI R

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

Penguji diluar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS

Judul Tesis

: Peranan

Komunikasi


Organisasi

Pemerintahan

Desa

Dalam

Peningkatan Kinerja Pemerintahan Desa Di Kecamatan Cot Girek,
Aceh Utara
Nama

: Mulyadi R

NIM

: !352140121

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

wi Sadono, MSi

Dr Cahyono Tri W bowo,SE,MM

Ketua

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Komunikasi Pembangunan
Petianian dan Pedesaan

Tanggal Ujian: 31 Januari 2017

Tanggal Lulus:

2 8 FEB 2017

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2016 ini ialah Peranan
Komunikasi Organisasi Pemerintahan Desa Dalam Peningkatan Kinerja
Pemerintahan Desa Di Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara. Terima kasih penulis
ucapkan kepada Bapak Dr Ir Dwi Sadono, MSi dan Dr. Cahyono Tri Wibowo,
SE, MM selaku pembimbing yang tak mengenal lelah, kesabaran yang luar biasa
dan saran serta segala kemudahan yang diperoleh penulis selama penelitian dan
penulisan tesis ini.
Terima kasih kepada Bapak Dr Ir Djuara P Lubis, MS selaku ketua program
studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Ibu Dr Ir Sarwititi
Sarwoprasodjo, MS selaku dosen penguji pada ujian tesis, dan juga seluruh dosen
pada program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) atas
Beasiswa yang diberikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh
responden, informan, dan narasumber lainnya. Ungkapan terima kasih kepada
sahabat seperjuangan angkatan 2014 KMP, atas dukungan dan kebersamaan
selama ini.
Akhirnya, ungkapan rasa syukur dan terima kasih untuk orang tua tercinta
ayah M Hasbi Umar dan ibu Ainsyah yang telah bersusah payah melahirkan,
merawat, membesarkan, dan mendidik penulis sehingga bisa menempuh
pendidikan tinggi hingga seperti sekarang ini, serta dukungan penuh seluruh
keluarga yang tidak putus-putusnya mengiringi penulis dengan materi dan do‟a.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Februari 2017
Mulyadi R

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
3
4
4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi Pembangunan
Komunikasi Organisasi
Konsep Kunci Komunikasi Organisasi
Karakteristik Komunikasi Organisasi
Struktur Organisasi
Budaya Organisasi
Komunikasi Organisasi dan Budaya Organisasi
Pembangunan
Perencanaan Komunikasi Pembangunan
Konsep Implementasi Kebijakan
Model Implementasi Kebijakan George C.Edward III
Pembangunan Desa
Pemerintahan
Karakteristik Komunikasi Pemerintahan
Karakteristik Individu
Pemberdayaan Masyarakat
Perencanaan Tingkat Partisipasi Masyarakat
Persepsi Aparatur Desa
Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran
Hipotesis

5
5
5
6
8
10
10
10
13
13
14
14
18
18
20
20
21
23
24
25
28
29

3 METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel
Sumber Data
Tehnik Pengumpulan Data
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Analisis Data

29
29
29
29
30
30
30
32

Definisi Operasional

32

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
35
Wilayah Penelitian
35
Karakteristik Organisasi Pemerintahan Desa
39
Komunikasi Organisasi Pemerintahan Desa
41
Penilaian Aparat Desa terhadap UU Desa
43
Peningkatan Kinerja Pemerintahan Desa
44
Hubungan Karakteristik Individu Aparat Pemerintahan Desa dengan
Penilaian Aparat Desa terhadap UU desa
46
Hubungan Karakteristik Pemerintahan Desa
48
dengan Penilaian Aparat Desa terhadap UU desa
48
Hubungan Komunikasi Organisasi Pemerintahan Desa dengan Penilaian
Aparat Desa terhadap UU desa
51
Peran Komunikasi Pemerintahan Desa dalam Peningkatan Kinerja
53
Hubungan antara Penilaian Aparat Pemerintahan Desa (UU Desa) dengan
Peningkatan Kinerja Pemerintahan Desa
54
5 KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

62
62
63

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

63
68

RIWAYAT HIDUP

73

DAFTAR TABEL
1
2
3

Variabel, indikator, definisi operasional, dan kategori
Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik individu
Jumlah dan persentase karakteristik organisasi pemerintahan desa dengan
penilaian aparat desa terhadap UU desa
4 Jumlah dan persentase komunikasi organisasi pemerintahan desa dengan
penilaian aparat desa di Kecamatan Cot Girek terhadap UU Desa
5 Penilaian aparat desa di Kecamatan Cot Girek terhadap UU Desa
6 Jumlah dan persentase peningkatan kinerja pemerintahan desa dengan
penilaian aparat desa di Kecamatan Cot Girek terhadap UU Desa
7 Nilai koefisien korelasi chi square antara karakteristik individu aparat
pemerintahan desa di Kecamatan Cot Girek dengan penilaian aparat
desa terhadap UU Desa
8 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik pemerintahan desa di
Kecamatan Cot Girek dengan persepsi aparat desa di Kecamatan Cot
Girek terhadap UU Desa
9 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik komunikasi organisasi
pemerintahan desa dengan penilaian aparat desa di Kecamatan Cot Girek
terhadap UU Desa
10 Nilai koefisien korelasi antara penilaian aparat pemerintahan desa dengan
peningkatan kinerja pemerintahan desa
11 Kedudukan dan fungsi BPD menurut UU 32/2004 dan UU 6/2014
12 Nilai koefisien korelasi antara penilaian aparat pemerintahan desa (UU
Desa) dengan peningkatan kinerja pemerintahan desa

34
38
40
42
43
44
47
48
51
55
60
61

DAFTAR GAMBAR
1

Kerangka pemikiran peranan komunikasi organisasi pemerintahan desa
dalam peningkatan kinerja pemerintahan desa.
28

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Hasil nilai koefisien korelasi Chi square
Dokumentasi foto- foto penelitian

68
71

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses perubahan yang telah
direncanakan secara sistematis mengarah pada kondisi yang lebih baik.
Melihat pembangunan sebagai sesuatu yang direncanakan secara sistematis,
menunjukan bahwa melaksanakan pembangunan bukanlah hal yang mudah
tetapi memerlukan berbagai paradigma, model pembangunan yang tepat. Salah
satu kesalahan pembangunan pada masa lalu adalah penggunaan model
pembangunan yang berorientasi pada mengejar pertumbuhan ekonomi semata,
dimana proses perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program
pembangunan kerapkali dilakukan secara top-down. Program yang dilakukan
dengan pendekatan dari atas ke bawah sering tidak berhasil dan kurang
memberi manfaat kepada masyarakat. Masyarakat kurang dilibatkan sehingga
mereka kurang bertanggung jawab terhadap program dan keberhasilannya,
bantuan yang diberikan menciptakan ketergantungan yang pada gilirannya akan
lebih menyusahkan masyarakat dari pada menolongnya, serta kadang-kadang
tidak sesuai kebutuhan dan prioritas masyarakat. Berdasarkan pengalaman
demikian, maka pendekatan pembangunan yang sekarang ini lebih menekankan
pada model pembangunan bottom-up yaitu pendekatan pembangunan yang
berorientasi pada rakyat. Pendekatan ini menuntut adanya partisipasi masyarakat
dalam pembangunan dan menekankan upaya pemberdayaan (empowerment)
terhadap rakyat menuju kemandirian (Tahoba 2011).
Pembangunan merupakan salah satu wujud dari kemauan dan kemampuan
suatu Negara untuk dapat lebih berkembang ke arah yang lebih baik. Paradigma
pembangunan yang berpusat pada rakyat, memusatkan masyarakat atau rakyat
sebagai pusat perhatian dan sasaran sekaligus pelaku utama dalam pembangunan
(Rafsanjani et al. 2013). Pembangunan dengan melibatkan langsung masyarakat
desa, menunjukkan hasil yang jauh lebih baik dan efisien daripada pembangunan
desa yang selama ini dijalankan dengan mekanisme proyek. Memberikan
kesempatan luas kepada desa untuk mengatur rumah tangganya sendiri dengan
memberikan kewenangan disertai dengan biaya perimbangan akan mempercepat
pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Adianto et al 2013).
Kebijakan Program Pembangunan yang telah dituangkan dalam Nawa Cita
Joko Widodo-Jusuf Kalla 2014 adalah untuk membangun Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana termaktub dalam UUD 1945 yaitu untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Berbicara mengenai masalah pembangunan desa dalam melihat kondisi
masyarakat sekarang ini terdapat sekitar 65% jumlah penduduk hidup di daerah
pedesaan (74.093 desa), sisanya kurang lebih 35% jumlah penduduk menetap di
daerah perkotaan. Kantong kemiskinan sebagian besar berada di desa. Program
Nawa Cita Presiden Joko Widodo -Jusuf Kalla tahun 2014–2019 memberikan 9
cita utama sebagai landasan mendasar dalam pembangunan desa secara terpadu

2
dan menyeluruh, Nawa Cita yang berkaitan langsung dengan pembangunan desa
dapat ditelusuri dalam keinginan cita ke tiga, yaitu membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan.
Pembangunan perdesaan diarahkan untuk menghilangkan atau mengurangi
berbagai hambatan dalam kehidupan sosial ekonomi, seperti kurang pengetahuan
dan keterampilan, kurang kesempatan kerja, dan sebagainya. Akibat berbagai
hambatan tersebut, penduduk wilayah pedesaan umumnya miskin, sasaran dari
program pembangunan pedesaan adalah meningkatkan kehidupan sosial dan
kehidupan ekonomi masyarakat desa, sehingga mereka memperoleh tingkat
kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan material dan spiritual (Hardi 2010).
Pada tanggal 15 Januari 2014, Pemerintah telah menetapkan UndangUndang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Landasan filosofis lahirnya Undangundang tersebut didasarkan kepada pertimbangan bahwa desa memiliki hak asal
usul dan hak tradisional dalam mengatur kepentingan masyarakat setempat dan
berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan UUD 1945. Secara
yuridis, Undang-Undang No. 6 tahun 2014 lahir berdasarkan amanah Pasal 18 B
ayat (2) UUD 1945, yang menyebutkan: “Negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”
(Mulyono 2014).
Keberadaan Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa diharapkan
membawa penduduk di desa lebih sejahtera melalui 4 (empat) aspek utama, yaitu:
pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan
potensi ekonomi lokal, dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan (Pasal
78 ayat 1). Untuk menunjang Pembangunan Desa tersebut, akan ada alokasi dana
cukup besar yang mengalir ke desa. Pada Pasal 72 ayat (4) ditetapkan paling
sedikit 10% dari dana transfer daerah dalam Anggaran Pedapatan dan Belanja
Negara (APBN) akan mengalir ke desa.
Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan menggunakan
beberapa strategi, Pertama, mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin,
Kedua, meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin, ketiga,
mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro dan kecil, Keempat,
mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan (Handayani et
al. 2015). Partisipasi masyarakat merupakan salah satu alat ukur keberhasilan
pembangunan. Partisipasi segenap lapisan masyarakat dalam pembangunan harus
semakin luas dan merata, baik dalam memikul beban pembangunan maupun
dalam mempertanggung-jawabkan pelaksanaan pembangunan ataupun di dalam
menerima kembali hasil pembangunan (Alyas 2015).
Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa, pemerintah
telah dan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan semua pemangku
kepentingan, dengan tujuan agar yang diamanahkan dalam undang-undang
tersebut bisa tercapai. Dalam rangka sosialisasi undang-undang tersebut
diperlukan strategi komunikasi yang mampu berperan dalam implementasi
undang-undang tersebut kepada masyarakat.
Efek komunikasi dalam pembangunan didefinisikan sebagai situasi
komunikasi yang memungkinkan munculnya partisipasi masyarakat secara sadar,

3
kritis, sukarela, murni dan bertanggung jawab. Strategi komunikasi pembangunan
yang diterapkan di setiap wilayah atau komunitas dapat sangat beragam,
tergantung pada latar belakang masing-masing anggota masyarakat, dan keadaan
lingkungan alam dan sosial setempat. Artinya strategi komunikasi pembangunan
yang baik, dapat saja ditolak oleh masyarakat sasaran di wilayah tertentu karena
tidak disukai atau tidak sesuai dengan keadaan ( Tahoba 2011).
Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa di Kabupaten
Aceh Utara dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga
Sejahtera (BPMKS), dengan melakukan kegiatan sosialisasi yang bertujuan untuk
membekali pelaku PNPM MPd dan pemerintahan kecamatan memfasilitasi
kesiapan desa-desa yang ada di Aceh Utara menghadapi penerapan UU Desa
secara efektif. Dalam hal sosialisasi tersebut BPMKS mempunyai strategi
komunikasi organisasi yang efektif didukung oleh peranan lembaga terkait agar
tujuan dari undang-undang tersebut dapat tercapai. Pelaksanaan sistem
pemerintahan desa di bawah UU Desa yang baru menuntut kesiapan yang sangat
baik. Berbagai hal harus diperhitungkan, direncanakan, dan diawasi
pelaksanaannya terus menerus, termasuk diperlukan pengarahan, penyuluhan,
bahkan pendampingan agar benar-benar dilaksanakan sesuai aturan yang ada.
Perumusan Masalah
Implementasi UU No 6/2014 tentang Desa perlu didukung kesiapan sumber
daya manusia (SDM) di setiap desa yang ada di Kabupaten Aceh Utara. Besarnya
dana pembangunan yang diberikan pada desa harus benar-benar dimanfaatkan
untuk kesejahteraan masyarakat, bukan justru memicu persoalan hukum. Karena
itu, SDM pemerintahan desa harus benar-benar siap, termasuk kemampuan kepala
desa. Aparatur dan warga desa perlu mempersiapkan diri menyongsong
implementasi UU Desa, antara lain pemahaman regulasi, pergeseran hubungan
sosial aparatur dan warga desa, kebijakan anggaran, perencanaan pembangunan,
peraturan desa, dan data dasar desa untuk mewujudkan pemerintahan desa yang
transparan.
Lahirnya UU No 6/2014 tentang Desa, tampaknya masih membutuhkan
kesiapan pelaksanaannya dalam berbagai aspek yang serius. Kesiapan itu baik di
tingkat pemerintah pusat maupun level bawah (grass roots) di desa sendiri. UU
tersebut ditujukkan guna meningkatkan partisipasi dan gotong royong masyarakat
dalam pembangunan desa. Tujuan itu menunjukkan bahwa kehendak bottom up
dalam berjalannya fungsi pemerintahan. Dalam konsep demikian, masyarakat
desa sudah saatnya menjadi pelaku utama dalam kegiatan pembangunan di
desanya. Tentu peran serta itu harus diikuti dengan tingkat pemahaman yang
memadai. Untuk itu, peran pemerintah masih sangat diperlukan dalam sosialisasi
UU ini. Pelaksanaan sistem pemerintahan desa di bawah UU Desa menuntut
kesiapan yang sangat baik. Berbagai hal harus diperhitungkan, direncanakan, dan
diawasi pelaksanaannya terus menerus, termasuk diperlukan pengarahan,
penyuluhan, bahkan pendampingan agar benar-benar dilaksanakan sesuai aturan
yang ada. Sebagai daerah administrasi, desa harus mampu mengelola
desentralisasi fiskal dengan cara mengembangkan potensi desa, meningkatkan
kerjasama antar desa, meningkatkan kemitraan untuk pengembangan potensi desa,

4
dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan desa. Pemerintah
desa harus mampu menggerakkan perekonomian desa dengan melakukan upayaupaya efektif penggerakan aktivitas-aktivitas ekonomi masyarakat desa. Kesiapan
pemerintah desa dalam otonomi desa tidak hanya menghasilkan penerimaan besar
dalam keuangan desa, melainkan juga harus memberdayakan aktivitas ekonomi
masyarakat desa (Antono 2015).
Permasalahan yang terjadi di pemerintahan desa di Kecamatan Cot Girek
adalah bagaimana pemerintahan desa menyikapi pelaksanakan UU Desa terutama
peran komunikasi organisasi pemerintahan desa agar terwujudnya peningkatan
kinerja dan pembangunan pedesaan berdasarkan undang- undang tersebut,
pentingnya komunikasi organisasi yang baik dalam organisasi karena dengan
adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan
berhasil (Dahliawati 2015), sehingga perlunya penelitian ini dilakukan.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah di atas,
beberapa pokok permasalahan yang dikaji adalah:
(1) Bagaimana peran komunikasi organisasi pemerintahan desa dalam
pelaksanaan UU desa kepada masyarakat desa?
(2) Bagaimana peningkatan kinerja pemerintah desa/gampong dalam
pembangunan pedesaan yang berdasarkan UU desa?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam
rumusan masalah. Tujuannya sebagai berikut:
(1) Menganalisis peran komunikasi organisasi pemerintahan desa dalam
pelaksanaan UU desa kepada masyarakat desa
(2) Mengetahui peningkatan kinerja pemerintah desa/gampong dalam
pembangunan pedesaan yang berdasarkan UU desa

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai
berikut:
(1) Memberikan masukan bagi pengambil kebijakan dalam implementasi
sebuah program pembangunan desa.
(2) Memberikan kontribusi tentang peran komunikasi organisasi (sosialisasi)
dalam pembangunan pedesaan.

5

2 TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi Pembangunan
Keberhasilan pembangunan berawal dari adanya komunikasi dalam
pembangunan. Komunikasi memiliki peran penting dalam pelaksanaan
pembangunan. Konsep komunikasi pembangunan dapat dilihat dalam arti yang
luas dan terbatas. Dalam arti yang luas, komunikasi pembangunan meliputi peran
dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbalbalik) di antara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama
antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembangunan. Dalam arti yang sempit,
komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik
penyampaian gagasan, dan keterampilan-keterampilan pembangunan yang berasal
dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat
luas. Kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat yang dituju dapat memahami,
menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan-gagasan yang
disampaikan (Istiyanto 2011). Konsep komunikasi pembangunan khas Indonesia
didefinisikan oleh Effendy (2005) sebagai proses penyebaran pesan oleh
seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna mengubah sikap,
pendapat, dan perilakunya dalam rangka meningkatkan kemajuan lahiriah dan
kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh
seluruh rakyat.
Proses komunikasi paling penting di dalam upaya menyampaikan informasi,
salah satunya adalah dengan menggunakan metode komunikasi persuasif. Cara
persuasif adalah dengan menggunakan pendekatan kepada masyarakat,
pendidikan dan musyawarah untuk melibatkan masyarakat (Nurjanah dan Yasir
2014).
Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan
penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu
organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam
hubungan-hubungan hierarki antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam
suatu lingkungan (Pace dan Faules 2013).
Menurut Pace & Feules (2013) ada dua perspektif utama yang akan
mempengaruhi bagaimana komunikasi organisasi didefinisikan:
(1) Perspektif Objektif menekankan definisi komunikasiorganisasi sebagai
pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang
merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Fokusnya adalah
penanganan pesan, yakni menerima, menafsirkan, dan bertindak
berdasarkan informasi dalam suatu peristiwa komunikasi organisasi.
Komunikasi dipandang sebagai alat untuk merekayasa atau
mengkonstruksi organisasi yang memungkinkan individu (anggota
organisasi) beradaptasi dengan lingkungan organisasi.

6
(2) Perspektif Subjektif mendefinisikan komunikasiorganisasi sebagai proses
penciptaan makna atas interaksi di antara unit-unit organisasi yang
menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Fokusnya adalah
bagaimana individu anggota organisasi bertransaksi dan kemudian
memberi makna terhadap peristiwa komunikasi yang terjadi. Dalam arti
lain, bagaimana anggota organisasi berperilaku akan bergantung kepada
makna informasi itu bagi mereka.
Definisi komunikasi organisasi baik dilihat dari perspektif objektif maupun
perspektif subjektif adalah sebagai proses penciptaan dan penafsiran informasi di
antara unit-unit komunikasi sebagai bagian dari suatu organisasi secara
keseluruhan. Dalam konteks demikian, komunikasi organisasi dipandang sebagai
proses mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyebarkan informasi di
antara unit-unit organisasi yang memungkinkan sistem komunikasi organisasi
berfungsi secara efektif.
Komunikasi dalam suatu organisasi sangat dibutuhkan adanya komunikasi
organisasi yang mampu mengembangkan sikap anggota untukmerubah pola pikir
dan pola perilakunya sehingga sejalan dengan apa yang menjadi tujuan dari
organisasi tersebut. Redding dan Sanborn dalam Muhammad (2009) mengatakan
bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam
organisasi yang kompleks. Zelko dan Dance dalam Muhammad (2009)
mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling
bergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal.
Konsep Kunci Komunikasi Organisasi
Goldhaber dalam Muhammad (2009) memberikan definisi komunikasi
organisasi berikut: “organization communications is the process of creating and
exanging messages within a network of interdependent relationship to cope with
environmental uncertainty”. Atau dengan kata lain komunikasi organisasi adalah
proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang
saling tergantung satusama lain untuk mengatasi lingkungan yang tak pasti atau
yang selalu berubah-ubah. Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci yaitu
proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, linkungan, dan
ketidakpastian.
(1) Proses
Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang
menciptakan dan salin menukar pesan diantara anggotanya. Karena gejala
menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus menerus dan tidak ada
henti-hentinya maka dikatakan sebagai suatu proses.
(2) Pesan
Pengklasifikasian pesan menurut bahasa dapat pula dibedakan atas pesan
verbal dan nonverbal. Klasifikasi pesan menurut penerima yang diharapkan dapat
pula dibedakan atas pesan internal dan eksternal. Pesan internal khusus dipakai
karyawan dalam organisasi, sedangkan pesan eksternal adalah untuk memenuhi
kebutuhan organisasi sebagai sistem terbuka yang berkaitan dengan lingkungan
dan masyarakat umum. Pesan dapat pula diklafikasikan menurut bagaimana pesan
itu disebarluaskan atau metode diffusi. Kebanyakan komunikasi organisasi

7
disebarluaskan dengan menggunakan metode “hardware” untuk dapat berfungsi
tergantung kepada alat-alat elektronik dan “power”. Sebaliknya pesan yang
menggunakan metode “software” tergantung kepada kemampuan dan skil dari
individu terutama dalam berpikir menulis, berbicara dan mendengar agar dapat
berkomunikasi satu sama lain.
(3) Jaringan
Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiap darinya memiliki posisi
kedudukan atau peranan tertentu dalam organisasi. Pertukaran pesan dari
sesamanya orang-orang ini terjadi melewati satu set jalan kecil yang hal ini
dinamakan jaringan komunikasi. Hakikat dan luas dari jaringan ini dipengaruhi
oleh banyak faktor antara lain: hubungan peranan, arah, dan arus pesan, hakikat
seri dari arus pesan, dan isi dari pesan.
Organisasi terdiri darisatu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki posisi
atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari orangorang ini sesamanya terjadi melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan
jaringan komunikasi. Peran tingkah laku dalam suatu organisasi menentukan siapa
yang menduduki posisi atau pekerjaan tertentu baik dinyatakan secara formal
maupun tidak formal. Faktor kedua yang mempengaruhi hakekat dan luas jaringan
komunikasi adalah arah dari jaringan. Secara tradisional ada tiga klasifikasi arah
jaringan komunikasi ini yaitu: komunikasi kepada bawahan, kounikasi kepada
atasan dan komunikasi horizontal. Faktor terakhir yang mempengaruhi jaringan
komunikasi adalah proses serial dari pesan. Proses serial ini adalah suatu istilah
komunikasi yang maksudnya selangkah demi selangkah atau dari orang kepada
orang lain.
(4) Keadaan saling tergantung
Sifat dari suatu organisasi yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu
bagian dalam organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh kepada
bagian lainnya dan bahkan mungkin juga kepada seluruh sistem organisasi. Begitu
juga halnya dengan jaringan komunikasi dalam suatu organisasi saling
melengkapi. Implikasinya bila suatu pimpinan membuat keputusan dia harus
memperhitungkan implikasi keputusan itu terhadap organisasinya secara
menyeluruh. Keadaan yang saling tergantung satu bagian dengan bagian lainnya.
Hal ini telah menjadi sifat dari suatu organisasi yang merupakan suatu sistem
terbuka. Bila suatu bagian dan organisasi mengalami gangguan maka akan
berpengaruh kepada bagian lainnya dan mungkin juga kepada seluruh sistem
organisasi. Begitu juga halnya dengan jaringan komunikasi dalam suatu organisasi
saling melengkapi.
(5) Hubungan
Hubungan manusia dalam organisasi yang memfokuskan kepada tingkah
laku komunikasi dari orang yang terlibat dalam suatu hubungan perlu dipelajari.
Hubungan manusia dalam organisasi berkisar mulai dari yang sederhana yaitu
hubungan di antara dua orang (dyadic) sampai kepada hubungan yang kompleks,
yaitu hubungan dalam kelompok-kelompok kecil, maupun besar dalam organisasi.
Karena organisasi merupakaan suatu sistem terbuka, sistem kehidupan
sosial maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada tangan manusia.
Oleh karena itu hubungan manusia dalam organisasi dihubungkan oleh manusia.
Oleh karena itu hubungan manusia dalam organisasi yang memfokuskan kepada
tingkah laku komunikasi dari orang yang terlibat dalam suatu hubungan perlu

8
dipelajari. Hubungan manusia dalam organisasi berkisar mulai dari yang
sederhana yaitu: hubungan di antara dua orang atau dyadic sampai kepada
hubungan yang kompleks, yaitu hubungan dalam kelompok-kelompok kecil,
maupun besar, dalam organisasi. Thayer membedakan hubungan ini menjadi
hubungan yang bersifat individual, kelompok dan hubungan organisasi. Lain
halnya dengan Pace dan Boren mereka menggunakan istilah hubungan
interpesonal terhadap komunikasi yang terjadi dalam hubungan tatap muka. Dia
membedakan empat macam komunikasi yaitu komunikasi dyadic (antara 2 orang),
komunikasi serial yaitu komunikasi dyadic yang diperluas berupa satu seri,
komunikasi kelompok kecil yaitu komunikasi antara 3-12 orang dan komunikasi
“audiance” atau komunikasi kelompok besar yang terdiri dari 13 orang lebih.
(6) Lingkungan
Lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang
diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu
sistem. Lingkungan ini dapat dibedakan atas lingkungan internal dan eksternal.
Komunikasi organisasi terutama berkenaan dengan transaksi yang terjadi dalam
lingkungan internal organisasi yang terdiri dari organisasi dan kulturnya, dan
antara organisasi itu dengan lingkungan eksternalnya. Yang dimaksud dengan
kultur organisasi adalah pola kepercayaan dan harapan dari anggota organisasi
yang menghasilkan norma-norma yang membentuk tingkah-laku individu dan
kelompok dalam organisasi.
Organisasi sebagai suatu sistem terbuka harus berinteraksi dengan
lingkungan eksternal. Karena lingkungan berubah-ubah, maka organisasi
memerlukan informasi baru. Informasi baru ini harus dapat mengatasi perubahan
dalam lingkungan dengan menciptakan dan pertukaran pesan baik secara internal
dalam unit-unit yang relevan maupun terhadap kepentingan umum secara
eksternal.
(7) Ketidak pastian
Ketidak pastian adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi
yang diharapkan. Untuk mengurangi faktor ketidak pastian ini organisasi
menciptakan dan menukar pesan diantara anggota, melakukan suatu penelitian,
pengembangan organisasi, dan menghadapi tugas-tugas yang komplek dengan
integrasi yang tinggi. Ketidak pastian dalam suatu organisasi juga disebabkan oleh
terlalu banyaknya infomasi yang diterima dari pada sesungguhnya diperlukan
untuk menghadapi lingkungan mereka. Salah satu urusan utama dari komunikasi
organisasi adalah menentukan dengan tepat beberapa banyaknya informasi yang
diperkukan untuk mengurangi ketidak pastian tanpa informasi yang berlebihlebihan. Jadi ketidak pastian dapat disebabkan oleh terlalu sedikit informasi yang
diperlukan dan juga karena terlalu banyak yang diterima.
Karakteristik Komunikasi Organisasi
Devito (1997) mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman
dan penerimaan berbagai pesan di dalam kelompok formal maupun informal
organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi
itu sendiri dan sifatnya berorientasi pada organisasi. Isinya berupa cara-cara kerja
di dalam organisasi, produktivitas dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan

9
dalam organisasi: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, surat-surat resmi.
Menurut Suranto (2005) bahwa komunikasi formal merupakan proses
penyampaian informasi secara resmi, sehingga penanganannya juga dilakukan
secara resmi, dan masing-masing pegawai yang terlibat proses komunikasi itu
berperan sesuai dengan jabatan dan kewenangannya. Komunikasi informal adalah
komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya tidak pada organisasinya
sendiri, tetapi lebih pada para anggotanya secara individual.
Menurut Suranto (2005) bahwa komunikasi informal adalah proses
penyampaian informasi secara tidak resmi, sehingga penanganannya juga
dilakukan secara tidak resmi, dan tidak terikat secara kaku dengan pertimbangan
protokoler dan birokrasi. Tiap organisasi, termasuk organisasi pemerintahan telah
memiliki standar model dan budaya organisasi sendiri, tetapi organisasi yang
mampu menempatkan dan menelisik seperti apa budaya organisasi yang
dijalankan pastilah akan memperoleh dukungan, dan bahkan penghargaan yang
tidak boleh dianggap enteng. Artinya hanya organisasi yang berbudaya organisasi
sesuai dengan harapan tidak hanya organisasinyalah yang bisa memberi inspirasi
kepada masyarakatnya, dan pemimpinnya juga atau kepala pemerintahannya akan
menjadi sosok yang berkharisma sekaligus menjadi inspirasi bagi masyarakatnya
(Kausar 2013).
Kepemimpinan
Siagian (2002) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang lain (para bawahannya) sedemikian rupa
sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara
pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya. Nimran (2004) mengemukakan
bahwa kepemimpinan atau leadership adalah merupakan suatu proses
mempengaruhi perilaku orang lain agar berperilaku seperti yang akan
dikehendaki.
Siagian (2002) mengemukakan bahwa peranan pemimpin atau
kepemimpinan dalam organisasi atau perusahaan ada tiga bentuk yaitu peranan
yang bersifat interpersonal, peranan yang bersifat informasional, dan peran
pengambilan keputusan. Peranan yang bersifat interpersonal dalam organisasi
adalah bahwa seorang pemimpin dalam perusahaan atau organisasi merupakan
simbol akan keberadaan organisasi, seorang pemimpin bertanggung jawab untuk
memotivasi dan memberikan arahan kepada bawahan, dan seorang pemimpin
mempunyai peran sebagai penghubung. Peranan yang bersifat informasional
mengandung arti bahwa seorang pemimpin dalam organisasi mempunyai peran
sebagai pemberi, penerima dan penganalisa informasi. Sedangkan peran
pemimpin dalam pengambilan keputusan mempunyai arti bahwa pemimpin
mempunyai peran sebagai penentu kebijakan yang akan diambil berupa strategistrategi bisnis yang mampu untuk mengembangkan inovasi, mengambil peluang
atau kesempatan dan bernegosiasi dan menjalankan usaha dengan konsisten.

10
Struktur Organisasi
Membentuk suatu organisasi, seharusnya dibuat pula struktur organisasinya.
Begitu pula kalau ingin mengenal atau mengetahui gambaran suatu organisasi
maka ditinjau dan dipelajari struktur organisasinya. Mempelajari struktur
organisasi dapat mengetahui kemungkinan kegiatan-kegiatan apa yang ada dalam
suatu organisasi, karena didalam suatu organisasi tergambar bagian-bagian
(departemen) yang ada, nama dan posisi setiap manajer, di mana garis
penghubung di dalamnya menunjukkan siapa atau bagian atau bertanggung jawab
kepada siapa atau bagian apa. Struktur merupakan cara organisasi mengatur
sumber daya manusia bagi kegiatan-kegiatan ke arah tujuan (Gammahendra et al
2014). Struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa
melapor kepada siapa, dan mekanisme koordinasi yang formal serta pola interaksi
yang akan diikuti. Sebuah struktur organisasi mempunyai tiga komponen dimensi:
kompleksitas, formalisasi, dan sentralisasi (Robbins 1994). Setiap organisasi
mempunyai struktur yang berperan sebagai pedoman yang mengatur gerak dari
organisasi tersebut. Makin besar suatu organisasi, maka akan semakin rumit
struktur yang ada dalam organisasi. Struktur organisasi akan sangat
mempengaruhi perilaku anggota, komunikasi antara anggota dengan pengurus,
antara pengurus dengan pengurus, antara anggota dengan anggota. Struktur akan
memformalkan aliran informasi dalam suatu organisasi, sehingga ke arah mana
informasi itu harus disampaikan dan oleh siapa (Gutama 2010).
Budaya Organisasi
Masyarakat modern, individu akan masuk dalam organisasi yang akan
memenuhi sebagian dari kebutuhannya. Organisasi akan dilihat sebagai suatu
kelompok manusia yang mempunyai tujuan bersama yang hendak dicapai. Untuk
menyamakan gerak langkah anggota organisasi dan layaknya suatu kehidupan
bersama, diperlukan adanya nilai dan norma yang dipahami bersama oleh anggota
organisasi. Norma dan nilai dalam organisasi akan diwujudkan dalam bentuk
sikap dan perilaku anggota dalam organisasi. Berdasar pada nilai dan norma
pengurus akan dapat memotivasi anggota untuk melakukan sesuatu tindakan yang
berguna bagi kemajuan organisasi, dengan singkat dapat dikatakan dalam
organisasi ada budaya organisasi. Dalam budaya organisasi, pengurus mempunyai
tugas untuk memotivasi, mengkoordinir, mengkomunikasikan, mengendalikan
agar anggota mempunyai kesepakatan untuk mendukung kehidupan
organisasinya. Kesepakatan anggota itu ditunjukkan dalam perilaku anggota
organisasi sebagai suatu kekuatan dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan kata
lain, pengurus organisasi bertugas untuk mencari terobosan-terobosan baru untuk
kemajuan organisasi. Ide-ide baru itu dikomunikasikan dengan anggota, sehingga
anggota mempunyai pengenalan akan ide-ide baru tersebut (Gutama 2010).
Komunikasi Organisasi dan Budaya Organisasi
Berbicara tentang komunikasi organisasi bearti bicara tentang pentingnya
komunikator dalam memilih media yang akan digunakan dalam menyampaikan

11
pesan kepada komunikan. Komunikator hanya menyampaikan pesan dan memilih
media supaya pesan dapat diterima oleh komunikan, tanpa harus
memperhitungkan bagaimana kelanjutan dari pesan yang disampaikan. Budaya
organisasi mengutamakan inovasi dan kretivitas anggota. Komunikasi yang
bersifat “top-down” hanya memberikan instruksi-instruksi yang memerlukan
pengembangan lebih lanjut, sedangkan para pengurus hanya melakukan apa yang
digariskan oleh atasannya. Ini dikarenakan budaya hirarkhi organisasi yang
membelenggu anggota untuk tidak berkreasi. Budaya organisasi yang dipadukan
dengan komunikasi organisasi akan menimbulkan rasa keterlibatan anggota dalam
menjaga kelangsungan hidup organisasi (Gutama 2010). Hal-hal yang harus
diperhatikan ketika menyusun strategi komunikasi adalah dengan merperhatikan
segala kelebihan dan kekurangan yang melekat pada komponen-komponen
komunikasi tersebut, yaitu
1) Komunikator
Komunikasi antar manusia, komunikator tidak bisa lepas dari proses
komunikasi. Disini peran yang dilakukan adalah sebagai pengirim simbol,
lambang, bahasa, informasi apapun. Syarat komunikasi efektif bagi seseorang
komunikator adalah mempunyai kredibilitas, keterampilan berkomunikasi,
personality (kepribadian) dan kemampuan komunikator memperhitungkan
harapan komunikan. Indikator yang paling penting dalam komunikator adalah
kredibilitas yaitu menyangkut kepercayaan dan keahlian Rahmat (2005).
Kepercayaan dan keahlian yang di maksud adalah dari aspek keilmuan dan
pengetahuan sesuai dengan apa yang akan disampaikan. Seorang komunikator
yang kredibel harus memiliki beberapa ciri yaitu memiliki energi tinggi dan
toleransi terhadap tekanan, rasa percaya diri, kendali internal, kestabilan dan
kematangan emosional, integritas pribadi, motivasi kekuasaan dan orientasi
kepada keberhasilan.
2) Materi atau Pesan
Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media
komunkasi atau melalui media telekomunikasi, isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Adapun sesuatu yang
dimaksud dengan pesan dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim atau komunikator kepada penerima atau komunikan. Syarat
komunikasi efektif bagi sebuah pesan adalah menarik, dapat memperoleh
kebutuhan individual (personal needs) pada komunikan, cara memperoleh dapat
memuaskan kebutuhan pesan yang disampaikan, pesan dapat memuaskan
kebutuhan emosi, pesan dapat memu