PENGARUH ACARA TELEVISI TERHADAP PENGGUNAAN WAKTU BELAJAR ANAK DI LINGKUNGAN II KELURAHAN BERINGIN JAYA KEMILING BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PENGARUH ACARA TELEVISI TERHADAP PENGGUNAAN WAKTU BELAJAR ANAK DI LINGKUNGAN II

KELURAHAN BERINGIN JAYA KEMILING BANDAR LAMPUNG

Oleh

DWI ANNISA AFRIANA

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh acara televisi terhadap penggunaan waktu belajar anak di Lingkungan II Kelurahan Beringin Jaya Kemiling Bandar Lampung Tahun 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Variabel X dalam penelitian ini adalah pengaruh acara televisi, sedangkan variabel Y dalam penelitian ini adalah penggunaan waktu belajar anak. Subjek penelitian ini adalah anak yang berada pada jenjang pendidikan SMP di Lingkungan II Kelurahan Beringin Jaya Kemiling Bandar Lampung yang berjumlah 37 orang. Teknik mengumpulkan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan angket dan analisis data menggunakan Chi Kuadrat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pengaruh acara televisi dominan pada kategori cukup berpengaruh dengan persentase 59,5%, (2) penggunaan waktu belajar anak dominan pada kategori cukup efektif dengan persentase 67,6%. Hal ini berarti bahwa acara-acara yang ditayangkan di televisi maupun waktu menonton televisi yang dilakukan oleh anak-anak berpengaruh terhadap penggunaan waktu belajar anak di rumah. Oleh karena itu perlu pengawasan dan pendampingan terhadap aktivitas anak usia sekolah dalam menonton televisi.


(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman saat ini telah ditandai adanya proses Globalisasi. Proses globalisasi lahir dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kemudian berkembang menjadi teknologi dan informasi. dengan perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat memungkinkan masyarakat mengetahui sebuah informasi secara mendunia melalui media cetak dan elektronik. Contohnya televisi, televisi merupakan media massa elektronik yang mampu menyebarkan berita secara cepat dan memiliki kemampuan mencapai khalayak pada waktu yang bersamaan dan juga merupakan media yang paling bermanfaat bagi masyarakat, karena melalui televisi kita dapat memperoleh banyak informasi yang bukan hanya dapat didengar tetapi juga dapat dilihat.

Kebutuhan masyarakat akan televisi sekarang telah menjadi kebutuhan yang dasar karena televisi sangat digemari hampir disegala jenjang usia, baik oleh anak-anak, remaja dan orang dewasa. Televisi telah mampu menarik perhatian para pemirsanya untuk terus menyaksikan acara demi acara yang dikemas sedemikian rupa dengan hal-hal yang menarik, sehingga membuat pemirsanya terkagum-kagum dengan acara yang disajikan.


(3)

Acara tayangan yang sering ditampilkan berupa sinetron, film, film kartun, berita dan tayangan-tayangan lainnya yang dimana dalam setiap tayangan acara dapat memuat hal-hal yang berisikan pesan mendidik atau bahkan sebaliknya. Tidak jarang sekarang ini banyak anak lebih tertarik berlama-lama didepan televisi dari pada belajar.

Studi di Indonesia oleh Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia pada tahun 2005 dalam zulkarimein.blogspot.com menemukan bahwa anak Indonesia menonton televisi rata-rata empat jam sehari. Penggunaan waktu yang begitu banyak untuk menonton televisi tentu berpengaruh bagi kegiatan belajar dan prestasi para siswa, karena daya konsentrasi siswa ketika waktu belajar hanya 15-20 menit pertama setelah itu daya konsentrasi anak tersebut akan berkurang. Mematikan televisi pada saat jam belajar anak dinilai lebih bijaksana dalam rangka memberikan konsentrasi belajar yang lebih pada anak.

Anak atau remaja pada usia sekolah dianggap sebagai sasaran utama untuk menjadi pemirsa pada tayangan tersebut karena pada masa remaja usia sekolah cenderung mudah tertarik pada sesuatu hal sehingga mempengaruhi waktu belajar anak.

Waktu belajar merupakan waktu yang digunakan untuk menyerap atau memahami materi yang di dapat dari sekolah ataupun lingkungan masyarakat sekitarnya. Pada dasarnya waktu belajar dikatagorikan menjadi dua yaitu waktu belajar di sekolah dan waktu belajar di rumah. Waktu belajar di sekolah adalah waktu belajar yang efektif dikarenakan diawasi oleh guru


(4)

mata pelajaran yang bersangkutan. Sedangkan waktu belajar di rumah adalah waktu belajar tambahan yang ditujukan untuk mengingat dan mendalami materi yang telah di ajarkan guru di sekolah.

Waktu belajar yang tersedia di rumah memang cukup banyak, oleh karena itu, setiap anak harus dapat mengelola waktu luang yang tersedia dengan seefektif mungkin. Belajar yang menyenangkan dapat diciptakan dari diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Belajar dapat dilakukan di tempat bimbingan belajar, mengadakan belajar bersama teman-teman, ataupun dengan orang tua. Oleh karena itu, waktu yang menyenangkan dalam belajar dapat diciptakan sendiri sesuai dengan kemauan dan keperluan yang dibutuhkan, tetap fokus, tidak memforsir diri dan dengan memanfaatkan waktu belajar di rumah dengan baik, akan dapat memberikan hasil belajar yang baik, sehingga prestasi anak akan lebih meningkat.

Waktu yang efektif untuk belajar adalah waktu yang dimanfaatkan dengan baik untuk belajar dengan situasi dan kondisi yang mendukung, contohnya suasana yang tenang, jiwa yang senang, dan keadaan fisik yang baik, sehingga daya serap materi yang dipelajari akan mudah diterima oleh otak. Terdapat beberapa waktu yang efektif untuk belajar yaitu pada pagi hari antara pukul 04.30-06.00, sedangkan pada sore hari yaitu antara pukul 15.00-17.00 dan malam hari antara pukul 20.00-22.00.

Banyak faktor yang menjadi penghambat dalam belajar, yaitu adanya faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga. Keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar. Oleh karena itu, lingkungan


(5)

keluarga sangat mempengaruhi proses belajar anak. Namun, apabila ada keluarga yang tidak harmonis akan memberi dampak negatif pada anak dalam belajar. Pertikaian, kesibukan dan kurang perhatiannya orang tua akan membuat anak merasa terbebani sehingga anak menjadi kurang bersemangat dalam belajar.

Faktor kedua adalah lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal juga mempengaruhi proses belajar anak. Lingkungan yang kumuh, banyak pengangguran, dan banyak teman sebaya di lingkungan yang tidak sekolah dapat menjadi faktor yang menimbulkan kesukaran belajar bagi anak sehingga anak dapat terjerumus di lingkungan yang tidak sehat tersebut. Misalnya anak tidak memiliki teman belajar dan diskusi maka akan merasa kesulitan saat akan meminjam buku/alat belajar yang lain dan anak dapat meniru kebiasan–kebiasan buruk yang ada di lingkungan yang tidak sehat tersebut.

Salah satu faktor yang dapat menjadi penghambat waktu belajar anak adalah faktor internal. Contoh dari faktor internal adalah kecerdasan. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar anak, karena menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu untuk meraih sukses dalam belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain seperti orang tua, guru,dan sebagainya.


(6)

Faktor motivasi juga ikut mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi yang mendorong anak ingin melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar yang timbul dari keinginan sendiri dapat ditingkatkan menjadi motivasi berprestasi, yaitu daya penggerak dalam diri anak untuk mencapai prestasi belajar yang setinggi mungkin, demi penghargaan kepada diri sendiri. Faktor lainnya adalah minat. Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Anak yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang tertentu cenderung akan tertarik sehingga timbul motivasi untuk mempelajari bidang studi tersebut. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran. Sedangkan ketika dirumah, orang tua mempunyai peranan dalam membantu anak ketika sedang belajar, memberikan pengawasan dalam penggunaan waktu belajar anak dan juga mengawasi tayangan televisi yang disaksikan oleh anak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu orang tua yang bernama Ibu Anggraini yang memiliki anak yang duduk di kelas VII bahwa waktu belajar anaknya ditentukan oleh anak itu sendiri, karena menganggap anaknya sudah cukup besar sehingga membebaskan apakah anak tersebut akan belajar atau tidak. Selain itu beliau juga memberikan fasilitas kepada anaknya berupa televisi yang tersedia di masing-masing kamar anaknya, hal ini jelas akan mempengaruhi jam menonton televisi pada anak menjadi lebih banyak dan juga kesibukan dari orang tuanya yang membuat tidak adanya pengawasan terhadap waktu belajar anaknya tersebut.


(7)

Peran orang tua untuk membimbing anaknya agar tidak putus asa atau malas belajar adalah dengan membimbing dan mengawasi aktifitas belajar anak di rumah, dengan membimbing dan mengawasi aktifitas belajar maka orang tua akan mengenal kesulitan-kesulitan belajar anaknya, karena dengan mengenal kesulitan belajar anak tersebut dapat membantu usaha untuk mengatasi kesulitan dalam belajar.

Orang tua wajib dengan keikutsertaannya dalam membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi anak, maka anak akan merasa diperhatikan dan mendapat bimbingan. Mendidik anak dengan cara memperlakukannya dengan terlalu keras, memaksa anaknya untuk belajar adalah cara yang salah dalam mendidik anak, anak akan merasa tertekan dan ketakutan, maka bimbingan dan perhatian orang tua harus mempunyai proporsi yang sesuai sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat belajar tumbuh dalam

diri anak. Hal inilah yang akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak.

Orang tua juga mempunyai tanggung jawab penuh dalam pengawasan waktu belajar dan memberikan petunjuk pembagian waktu belajar anak di rumah. Para orang tua perlu mengawasi penggunaan waktu belajar anak dirumah, dengan begitu orang tua mengetahui apakah anaknya menggunakan waktu belajar dengan baik. Tujuan dari pengawasan itu adalah agar anak mempunyai disiplin pada dirinya untuk belajar guna mencapai prestasi yang setinggi-tingginya.


(8)

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anak yang bernama Adi Reka, siswa kelas VIII-1 SMP 14 Bandar Lampung mengenai penggunaan waktu belajar di rumah, anak tersebut mengatakan apabila sedang berada di rumah atau sehabis pulang sekolah, ia lebih tertarik untuk menonton televisi yang setiap harinya ± 5 jam, tayangan acara yang disaksikan seperti film kartun ataupun film action yang disiarkan distasiun televisi swasta daripada mengulang kembali materi yang telah di ajarkan oleh gurunya pada saat disekolah maupun untuk mengerjakan tugas rumah yang diberikan. Selain itu ia juga lebih sering pergi bermain dengan teman-teman sebayanya seperti bermain sepak bola ataupun futsal. Waktu belajarnya di rumah ia pergunakan apabila ada ulangan harian/ulangan umum saja dan waktu yang digunakan untuk belajar yaitu pada pukul 21.00-22.00 WIB. Sedangkan menurut Ana Wulandari siswa kelas VIII-4 yang bersekolah di SMP 14 Bandar Lampung, ketika waktu malam tiba tidak diperbolehkan orang tuanya untuk menonton televisi sehingga pada pukul 19.00-20.30 WIB diharuskan untuk belajar, sedangkan menonton televisi dilakukan pada saat pulang sekolah atau pada saat libur sekolah. Tayangan televisi yang digemari seperti film kartun, acara On the spot dan tayangan-tayangan yang menurutnya mempunyai nilai pendidikan dan pengetahuan.

Alasan peneliti mengambil variabel penggunaan waktu belajar di rumah adalah karena dalam kenyataanya masih banyak anak yang kurang memanfaatkan waktu belajar di rumah dengan baik. Sebagian besar dari mereka mengisi waktu luang di rumah dengan bermain-main dan menonton televisi. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merasa tertarik


(9)

untuk mengkaji pengaruh acara televisi terhadap penggunaan waktu belajar anak di Lingkungan II Kelurahan Beringin Jaya Kemiling Bandar Lampung Tahun 2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Anak lebih tertarik pada ragam acara tayangan yang disiarkan di televisi.

2. Anak kurang memanfaatkan waktu belajar di rumah dengan baik. 3. Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam belajar.

4. Peran orang tua terhadap pengawasan waktu belajar anak di rumah.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan penulis dalam pelaksanaan penelitian maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan dalam penelitian ini adalah pengaruh acara televisi terhadap penggunaan waktu belajar anak di rumah di Lingkungan II Kelurahan Beringin Jaya Kemiling Bandar Lampung Tahun 2013.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan data informasi, latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas serta hasil pra penelitian, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh acara televisi terhadap penggunaan waktu belajar anak di Lingkungan II Kelurahan Beringin Jaya Kemiling Bandar Lampung Tahun 2013?”.


(10)

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh acara televisi terhadap penggunaan waktu belajar anak di Lingkungan II Kelurahan Beringin Jaya Kemiling Bandar Lampung Tahun 2013.

2. Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menerapkan konsep teori, prinsip dan prosedur ilmu pendidikan Kewarganegaraan khususnya pada kajian Pendidikan Kewarganegaraan, karena berkaitan dengan upaya pembentukan diri warga Negara yang memiliki : pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai serta prilaku nyata (citizen action) dalam kehidupan masyarakat, dan Negara baik di sekolah maupun di masyarakat.

b. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini berguna untuk :

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi pada anak untuk menggunakan waktu belajarnya seefektif mungkin. 2) Orang tua/wali murid untuk dapat meningkatkan pengawasan

kepada anak-anaknya terhadap tayangan televisi yang kurang mendidik dan dapat mendisiplinkan waktu belajar pada anak.


(11)

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian

Ruang lingkup ilmu penelitian ini adalah ilmu pendidikan di masyarakat khususnya Pendidikan Kewarganegaraan, mengenai acara televisi terhadap penggunaan waktu belajar anak. Wilayah kajian PKn sebagai Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Ruang Lingkup Subyek Penelitian

Ruang lingkup subyek penelitian dalam hal ini adalah anak yang berada pada jenjang pendidikan SMP di Lingkungan II Kelurahan Beringin Jaya Kemiling Bandar Lampung.

3. Ruang Lingkup Obyek Penelitian

Ruang lingkup obyek penelitian adalah penggunaan waktu belajar anak di Lingkungan II Kelurahan Beringin Jaya Kemiling Bandar Lampung.

4. Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Ruang lingkup tempat penelitian dilakukan di Lingkungan II Kelurahan Beringin Jaya Kemiling Bandar Lampung.

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya Surat Izin Penelitian Pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai selesainya penelitian ini bulan Juli 2013.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik 1. Tinjauan Acara Televisi

1.1. Pengertian Televisi

Pengertian media massa menurut Hafied Cangara (2002:134) “Media massa merupakan alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, radio, dan televisi”. Sedangkan karakteristik media massa menurut Hafied Cangara (2002:134-135) dalam bukunya “Pengantar Ilmu Komunikasi” adalah:

a. Bersifat melembaga. b. Bersifat satu arah. c. Meluas dan serempak.

d. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar dan semacamnya.

e. Bersifat terbuka.

Salah satu peralatan teknis yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat adalah televisi sebagai kelompok media massa elektronik. Fungsi media massa elektronik merupakan salah satu bentuk sarana komunikasi yang sering disajikan untuk memberikan informasi bagi audience, ini berarti media massa elektronik secara tidak langsung bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan massa, sedangkan


(13)

fungsi komunikasi massa menurut Onong Uchjana Effendi (2000:54) dalam “Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek” mengatakan ada 3 macam yang meliputi :

1. Komunikasi massa berfungsi untuk menyiarkan informasi (to inform)

2. Komunikasi massa berfungsi untuk mendidik (to educate) 3. Komunikasi massa berfungsi untuk menghibur (to entertain),

dan berfungsi dalam membimbing dan mengkritik.

Media massa yang yang sangat mudah untuk diakses adalah televisi. Televisi memiliki unsur-unsur yang menjadi daya tariknya dibandingkan dengan media massa yang lain. Menurut J.B Wahyudi (1986:134) “Televisi adalah medium audiovisual yang hidup, dengan demikian lebih mengutamakan gerak atau moving/acting bahkan ada yang berpendapat bahwa gambar yang ditayangkan di televisi haruslah merupakan perpaduan anatar seni, gerak dan teknik”. Selain itu, menurut Elvinaro Ardianto (2007:125) mengemukakan bahwa :

Televisi adalah salah satu jenis media massa elektronik yang bersifat audio visual, direct dan dapat membentuk sikap. Televisi berasal dari kata tele dan vision, yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dari bahasa Yunani dan tampak (vision) dari bahasa Latin. Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat jarak jauh beragam tayangan mulai dari hiburan sampai ilmu pengetahuan ada dalam televisi, adanya beragam channel televisi membuat masyarakat memiliki banyak pilihan untuk menyaksikan tayangan berkualitas.

Pendapat lain dikemukakan oleh Azhar Arsyad (2007:51) “Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Televisi dapat dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan, yang sangat mudah dijangkau melalui siaran udara”.


(14)

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa televisi adalah salah satu jenis media massa elektronik yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak yang dilengkapi dengan suara sehingga melihat peristiwa atau kejadian yang jaraknya berjauhan dengan waktu yang bersamaan. Sedangkan pengertian acara televisi adalah siaran atau pertunjukan yang ditayangkan oleh stasiun televisi yang bertujuan untuk memberikan hiburan, informasi atau wawasan kepada pemirsa yang menyaksikan siaran tersebut.

1.2. Fungsi Televisi

Menurut Dominick yang dikutip oleh Elvinaro, dkk (2007:15-17) bahwa televisi merupakan alat komunikasi massa memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Surveillance (pengawasan)

b. Interpretation (penafsiran) c. Linkage (pertalian)

d. Transmission of values (penyebaran nilai) e. Entertainment (hiburan)

Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut, fungsi pengawasan ini terbagi dua yaitu pengawasan peringatan ketika media massa menginformasikan tentang ancaman kondisi efek yang memprihatinkan dan pengawasan instrumental yaitu penyampaian dan penyebaran informasi memiliki kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, fungsi penafsiran yaitu televisi tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Fungsi yang selanjutnya adalah pertalian yaitu merupakan penyatuan anggota masyarakat yang beragam, membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang


(15)

sama, individu mengadopsi prilaku dan nilai kelompok yang mereka saksikan. Fungsi yang terakhir adalah sebagai hiburan yaitu televisi memberikan tayangan acara yang bersifat menghibur yang tujuannya untuk mengurangi ketegangan fikiran khalayak.

Pendapat lain menurut Onong Uchjana Effendy (2000:149-150) televisi mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Fungsi informasi 2. Fungsi pendidikan 3. Fungsi menghibur 4. Fungsi mempengaruhi

Televisi sebagai media komunikasi massa mempunyai beberapa fungsi. Fungsi yang utama dari televisi yaitu masyarakat dapat memperoleh berbagai macam informasi secara luas dan relatif dalam waktu cepat. Namun, yang sering ditonjolkan adalah sebagai sarana hiburan (entertainment) sehingga televisi merupakan media yang mengutamakan hiburan selanjutnya adalah memperoleh informasi.

1.3. Karakteristik Televisi

Menurut Elvinaro, dkk (2007:137-140) adapun karakteristik televisi sebagai berikut :

a. Audio visual

b. Berfikir dalam gambar

c. Pengoperasian lebih kompleks

Media massa televisi semakin dirasakan manfaatnya, karena karakteristik televisi ini bersifat audio visual yaitu televisi memiliki kelebihan yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat, maka acara televisi harus selalu dilengkapi dengan gambar-gambar dan lain-lain. Selain itu televisi dapat


(16)

menyampaikan informasi, pendidikan atau persuasi yang dilakukan dengan berfikir dalam gambar. Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit serta harus dilakukan oleh orang yang terampil dan terlatih dengan demikian media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio.

1.4. Kemasan Pesan Televisi

Penyajian pesan di televisi dikemas semenarik mungkin hingga menarik perhatian pemirsa. Menurut Elvinaro Ardianto (2007:140-142), ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengemas pesan dan menyampaikannya yaitu :

1. Pemirsa 2. Waktu 3. Durasi

4. Format (penyajian)

Penyajian pesan dalam acara yang ditayangkan kepada pemirsa berkaitan dengan materi pesan dan jam tayang. Pesan harus disesuaikan dengan sasaran pemirsanya. Kelompok pemirsa dapat digolongkan menjadi pemirsa dewasa, anak-anak, remaja dan semua umur, sehingga waktu disesuaikan dengan minat dan kebiasaan pemirsanya memprediksikan pada waktu kapan pemirsanya (audience) yang menjadi sasaran isi pesan berada di rumah atau memiliki waktu luang untuk menonton.


(17)

Penayangan televisi harus berimbang di mana media televisi mencirikan proses interaksi bagi pemirsa dalam meningkatkan pengetahuan terhadap informasi yang berkembang. Selain itu, tingkat kepentingan dan kebutuhan pemirsa menjadi terpenuhi secara jelas dan terarah.

Pesan yang disampaikan melalui televisi tidak langsung disiarkan sama persis dengan kejadian atau fakta yang ada di lapangan. Dalam penyajian dilakukan proses seleksi terlebih dahulu, tujuannya agar mendapatkan hasil yang lebih baik.

1.5. Sifat Media Massa Televisi

Sifat media televisi menurut JB Wahyudi (1986:214-215) adalah : 1. Dekat dengan khalayak.

2. Meneruskan isi pesan.

3. Media massa televisi bersifat dinamis.

Media massa televisi memiliki sifat dengan menggunakan tutur bahasa dan mengadakan komitmen kontak mata dengan penonton (audience) sehingga dekat dengan khalayak. Selain itu, pengemasan isi pesan yang disampaikan dapat didengar dan dilihat sehingga penyampaian pesan tertuju kepada penonton. Sifat media massa lainnya yaitu bersifat dinamis, dinamis dimaksudkan bagi audio visual gambar yang mengandung unsur gerakan lebih menarik disaksikan melalui layar televisi.


(18)

Kehadiran tayangan acara di televisi begitu berarti bagi masyarakat. Televisi menjadi suatu kebutuhan dalam ruang publik. Tayangan acara yang beraneka ragam, mendapat perhatian dari masyarakat. Televisi dapat menyampaikan isi pesan yang seolah-olah antara komunikator dan komunikan.

1.6. Ragam Tayangan Televisi a. Sinetron

Menjamurnya sinetron di televisi, bukan hal biasa lagi. Kehadiran sinetron merupakan satu bentuk aktivitas komunikasi dan interaksi menusia yang diolah berdasarkan alur cerita. Menurut Wawan Kuswandi (1996:130) “Sinetron merupakan bentuk alur cerita yang menggambarkan permasalahan kehidupan manusia sehari-hari”. Sedangkan menurut Eduard Depari dikutip oleh Wawan Kuswandi (1996:131) “Sinetron adalah sinema elektronik yang berisikan alur cerita bersambung, cerita pendek dan memiliki pesan yang menggambarkan kehidupan sosial yang menyangkut aspek hubungan dan pergaulan sosial”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian sinetron adalah suatu rangkaian alur cerita yang memiliki isi pesan yang menggambarkan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.


(19)

Sebagian besar masyarakat tertutama remaja putri selalu setia menonton setiap episode dari acara sinetron yang ditayangkan di televisi, sehingga menurut Nurul Amri (2012) dalam adiazuree.blogspot.com dampak positif dan negatif dari tayangan sinetron ini adalah sebagai berikut :

a. Dampak positif tayangan sinetron yaitu : 1. Menghargai orang tua

2. Memanfaatkan pesan baik 3. Lebih mengerti kehidupan

4. Membangun rasa simpatik dan kasih sayang 5. Belajar memecahkan masalah

b. Dampak negatif tayangan sinetron yaitu: 1. Sering menampilkan kekerasan 2. Menimbulkan contoh yang tidak baik. 3. Menonjolkan percintaan

4. Meniru sifat antagonis

Banyaknya sinetron yang menggambarkan sisi-sisi sosial dan moral dalam kehidupan masyarakat dapat menentukan sikap dari masyarakat itu sendiri. Pesan-pesan sinetron terungkap secara simbolis dalam alur ceritanya, apabila isi pesan sinetron tidak mencerminkan realitas sosial secara objektif dalam kehidupan masyarakat, maka akan berdampak prilaku-prilaku negatif yang dapat ditiru oleh masyarakat khususnya anak-anak. Contoh dari sinetron remaja yang saat ini sedang digemari yaitu Love in Paris, Heart series, Tendangan Si Madun, Putih Abu-abu, Raden Kian Santang dan Tukang Bubur Naik Haji Series. Beberapa sinetron di atas merupakan sinetron yang


(20)

digemari oleh semua kalangan mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua.

b. Film

Tayangan film merupakan salah satu hasil produk televisi yang salah satunya digemari para pemirsa mulai dari anak-anak hingga dewasa. Film amat sangat digemari pemirsa karena beranggapan bahwa dengan menonton film akan sangat terhibur. Menurut Onong Uchjana Effendi (2000:32) “Film didefinisikan dengan suatu alur cerita yang disajikan dalam bentuk sekali penayangan dalam durasi tertentu, tetapi tidak menutup kemungkinan film ditayangkan dalam alur cerita bersambung”. Selain itu menurut Anwar Arifin (1997:12) “Film adalah tayangan acara yang bersifat hiburan dan disajikan dalam bentuk rangkaian cerita yang menggambarkan kehidupan keadaan sosial seseorang atau kelompok”. Pendapat lain menurut Undang-undang No 8 tahun 1992 dikutip Ayonana (2010) dalam ayonana.tumblr.com bahwa :

Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seliloid, pita video, piringan video, dan bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau dengan tanpa suara, yang dapat ditunjukkan dan ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan lainnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa film merupakan tayangan acara yang bersifat hiburan yang disajikan yang disajikan dalam bentuk sekali penayangan dalam durasi tertentu dan


(21)

rangkaian cerita yang menggambarkan kehidupan keadaan sosial seseorang atau kelompok. Saat ini pemirsa dapat menyaksikan berbagai film yang mereka gemari di televisi, contoh film yang digemari remaja saat ini adalah film yang berjudul Cinta Brontosaurus, Iron Man, Habibie dan Ainun, dan lain-lain. Beberapa contoh film tersebut mengandung unsur percintaan, action, dan mengandung unsur komedi sehingga film tersebut banyak digemari dikalangan remaja.

c. Film Kartun atau Film Animasi

Dunia pertelevisian diwarnai dengan acara-acara tayangan yang bersifat informasi dan menghibur. Tayangan televisi menampilkan berbagai acara tayangan mulai dari tayangan sinetron, film, berita dan salah satunya adalah film kartun atau yang biasa juga disebut dengan film animasi. Menurut Ahmadzeni yang dikutip oleh Darmawan (2008:10) “Film animasi adalah suatu rangkaian gambar diam secara inbetween dengan jumlah yang banyak, bila diproyeksikan akan terlihat seolah-olah hidup (bergerak), seperti yang dilihat pada film-film kartun ditelevisi maupun dilayar lebar”. Sedangkan menurut Darmawan (2008:13) “Film animasi merupakan pengolahan gambar diam menajdi gambar bergerak yang lebih menarik, interaktif dan tidak menjemukan bagi semua orang”.


(22)

Pendapat lain dikemukakan oleh Muhamad Rivai dikutip oleh Darmawan (2008:20), “Film animasi adalah salah satu media penyampai pesan yang efektif untuk anak, dengan gambar yang menarik dan lucu, perhatian anak akan langsung tertuju ke sana sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan film animasi akan melahirkan suasana yang menyenangkan bagi anak”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan film animasi atau film kartun adalah suatu rangkaian gambar yang diproyeksikan akan terlihat seolah-olah hidup (bergerak), menarik, dan tidak membosankan bagi anak.

d. Berita

Berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta menarik minat khalayak pendengar. Berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus disampaikan secepatnya kepada khalayak yang berisi laporan tentang fakta atau ide yang termassa, yang dapat menarik perhatian pembaca, karena sesuatu yang luar biasa, penting, mencakup sisi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan. Menurut Mitchel V. Charnley yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendi (2000:131) “Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang tertarik atau penting, atau kedua-duanya bagi sejumlah besar penduduk, pada penulisan berita mengandung unsur- unsur 5W + 1H”.


(23)

Pendapat lain dikemukakan oleh J.B Wahyudi (1986:235) “Berita adalah sebuah uraian tentang fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita dan yang sudah disajikan melalui media massa periodik”. Sedangkan menurut W.J.S. Purwadarminta dalam bangunsclan.blogspot.com “Berita adalah laporan tentang satu kejadian yang terbaru, berita juga dapat didefinisikan sebagai informasi baru tentang kejadian yang baru, penting, dan bermakna, yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan berita adalah laporan tentang suatu peristiwa yang berisi suatu informasi tentang fakta atau opini yang menarik bagi khalayak yang mengandung unsur- unsur 5W + 1H dan disebarluaskan melalui media massa.

1.7 Kelebihan dan Kelemahan Televisi

Televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media massa komunikasi lainnya. Menurut Mastoni dan Sumarto Prayitno (1994:75), televisi memiliki kelebihan atau keunggulan adalah sebagai berikut:

1. Media komunikasi audio visual (televisi) dapat mendemonstrasikan dalam bentuk gambar dan suara.

2. Menjangkau khalayak yang besar jumlahnya pada waktu bersamaan.

3. Televisi bukan media musiman, tidak terpengaruh perubahan cuaca atau musim.

4. Memiliki ragam variasi acara yang beragam. 5. Cepat menyampaikan berita-berita muthakhir.


(24)

Selanjutnya menurut Mastoni dan Sumarto Prayitno (1994:75), televisi memiliki kelemahan antara lain :

1. Program acara televisi tidak selamanya dapat dipahami oleh lapisan masyarakat karena perbedaan latar belakang pendidikan. 2. Terbatas oleh jam siaran atau tayangan.

3. Mengalami kendala geografis, ada daerah tertentu tidak terjangkau siaran televisi.

4. Televisi merupakan media komunikasi satu arah.

Televisi sebagai media massa merupakan sarana komunikasi massa yang potensial saat ini. Daya capai serta penetrasinya sangat tinggi, yang dapat memberikan pengaruh dalam berbagai aspek pertumbuhan dan kehidupan masyarakat. Televisi digunakan sebagai sarana untuk melakukan penyiaran yang dapat disaksikan atau dilihat disegala lapisan masyarakat yang membentuk kekuatan besar dalam menyampaikan informasi dan merupakan media komunikasi satu arah.

2. Tinjauan Penggunaan Waktu Belajar 2.1. Pengertian Waktu

Waktu adalah bagian dari struktur dasar alam semesta, dimana peristiwa terjadi secara berurutan. Menurut Choan-Seng Song yang dikutip oleh Bahar Chairul (2012:2) dalam Carapedia.com "Waktu adalah suatu ruang yang di dalamnya mereka melakukan segala usaha yang memperluasnya agar dapat memenuhinya dengan sebanyak mungkin hal”. Sedangkan John F. Kenedy yang dikutip oleh Bahar Chairul (2012:3) dalam Carapedia.com "Waktu adalah kekuatan. Bila kita memanfaatkan seluruh waktu, kita sedang berada diatas jalan keberuntungan".


(25)

Pengertian waktu menurut M. Quraish Shihab (2010) dalam media.isnet.org “Waktu adalah seluruh rangkaian yang telah berlalu, sekarang, dan yang akan datang saat tertentu untuk menyelesaikan sesuatu kesempatan, tempo, atau peluang ketika atau saat terjadinya sesuatu”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa waktu adalah suatu ruang yang memiliki besaran yang menunjukkan lamanya suatu peristiwa berlangsung serta seluruh rangkaian yang telah berlalu, sekarang, dan yang akan datang. Pada umumnya waktu dibedakan menjadi tiga yaitu pagi hari, siang hari , sore atau malam hari.

2.2. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan orang sehari-hari. Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. Disamping itu, kegiatan belajar juga dapat diamati oleh orang lain. Menurut Oemar Hamalik (2005:27) “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”. Sedangkan menurut Slameto yang dikutip oleh Syaiful Bahri djamarah (2011:13) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.


(26)

Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Witherington yang dikutip oleh Rusman, Deni Kurniawan dan Cepi Riyana (2012:7) menyatakan bahwa “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.

Pendapat lain dikemukakan oleh Gagne dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (2006:10) “Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulus yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses di mana suatu prilaku dan tindakan muncul atau berubah karena adanya suatu respons dan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

Berdasarkan pengertian dari waktu dan belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu belajar adalah waktu yang digunakan dalam suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku menuju arah yang lebih baik dalam menghasilkan suatu sikap dan pemahaman yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.


(27)

a. Ciri-ciri Belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011:13) ada beberapa perubahan tingkah laku tertentu yang dimasukkan kedalam ciri-ciri belajar yaitu:

1. Perubahan yang terjadi secara sadar.

2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional. 3. Perubahan dalam belajar bersifat pasif dan aktif. 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah. Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Dalam belajar, perubahan-perubahan itu akan selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui sesuatu proses belajar dapat meliputi perubahan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.


(28)

b Prinsip-prinsip Belajar

Belajar bukan sekedar pengalaman, belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil, karena itu dalam kegiatan pembelajaran perlu diketahui prinsip-prinsip dalam belajar. Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar antara lain :

1. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusia dan kelakuannya.

2. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para siswa.

3. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi, terutama dari dalam/kesadaran atau intrinsic motivation, lain halnya belajar dengan rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita.

4. Belajar merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan.

5. Kemampuan belajar seorang siswa harus memperhitungkan dalam angka menentukan isi pelajaran.

6. Belajar dapat melakukan tiga cara yaitu : 1) Diajar secara langsung

2) Control, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak belajar bicara, sopan santun, dan lain-lain).

3) Pengenalan dan peniruan.

Berdasarkan prinsip belajar di atas dapat penulis simpulkan belajar adalah suatu kegiatan yang menyangkut kemampuan dan kelakuannya, memiliki proses dan tahapan, dalam suasana yang nyaman, dan meupakan proses percobaan atau pembiasaan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:42) prinsip-prinsip dalam belajar adalah sebagai berikut :

1. Perhatian dan Motivasi 2. Keaktifan


(29)

4. Pengulangan 5. Tantangan

6. Balikan dan Penguatan 7. Perbedaan individual

Belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Perhatian dan motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Namun, setiap siswa memiliki karakteristik berbeda-beda satu dengan yang lain. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.

c. Tujuan Belajar

Usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan belajar ini sendiri terpengaruh oleh berbagai komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponen-komponen itu


(30)

misalnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia.

Komponen-komponen sistem lingkungan itu saling mempengaruhi secara bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar memiliki profil yang unik dan kompleks. Tujuan belajar tertentu harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula. Menurut Sardiman A.M (2005:26), tujuan belajar adalah sebagai berikut :

1) Untuk mendapatkan pengetahuan. 2) Penanaman konsep dan keterampilan. 3) Pembentukan sikap.

Belajar bukan hanya mengamati secara langsung, menghayati, atau terlibat langsung dalam perbuatan tetapi dalam belajar juga memberikan tujuan yakni dari belajar kita mendapatkan pengetahuan yang hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan serta pembentuk sikap.

c. Masalah-masalah Intern Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:236), proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah


(31)

intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak belajar dengan baik. Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut:

1. Sikap terhadap belajar. 2. Motivasi belajar. 3. Konsentrasi belajar. 4. Mengolah bahan belajar.

5. Menyimpan perolehan hasil belajar.

6. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar.

Masalah-masalah yang mempengaruhi proses belajar siswa harus dapat diatasi oleh siswa, dengan dorongan motivasi belajar yang merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar siswa agar memiliki motivasi belajar yang kuat, sehingga pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan. Puncak dari proses belajar adalah hasil belajar yang berprestasi. Pada tahan akhir ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar.

2.3. Pengertian Anak

Anak merupakan generasi penerus berlangsungnya kehidupan manusia dalam hal ini Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 menerangkan bahwa “anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya”. Definisi anak pada Pasal 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan seorang anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.


(32)

Anak adalah seseorang yang berada pada sesuatu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa. Penentuan fase atau tahap perkembangan didasarkan pada periode waktu tertentu. Menurut Aristoteles yang dikutip oleh Teguh Prasetyo (2012) dalam m.kompasiana.com membagi periodesasi berdasarkan biologis perkembangan anak sejak lahir dampai dewasa dalam tiga periode yaitu :

1. Fase anak kecil, dari umur 0-7 tahun (masa bermain).

2. Fase remaja, dari umur 7-14 tahun (masa belajar atau masa sekolah rendah).

3. Fase remaja, dari umur 14-21 tahun (masa peralihan dari anak menjadi orang dewasa).

Pendapat dari John Amos Comenius yang dikutip oleh Teguh Prasetyo dalam m.kompasiana.com mengenai tahap perkembangan pribadi manusia berdasarkan pendidikan yaitu :

1. Tahap enam tahun pertama (0-6 tahun) biasa disebut periode sekolah ibu. Pada tahap ini perkembangan fungsi pengindraan yan memungkinkan anak mulai mampu untuk mengenal lingkungannya.

2. Tahap enam tahun kedua (6-12 tahun) biasa disebut sekolah bahasa ibu. Pada tahap ini sebagai perkembangan fungsi ingatan dan imanjenasi individu. Disebut periode bahasa ibu karena pada periode ini anak baru mampu menghayati setiap pengalaman dengan pengertian bahasa sendiri atau bahasa ibu. 3. Tahap enam tahun ketiga (12-18 tahun) atau periode sekolah

latin yaitu tahap perkembangan fungsi intelektual.

4. Tahap enam tahun keempat (18-24 tahun) atau periode masuk akademik, yaitu tahap perkembangan fungsi kemampuan berdikari, self direction dan self control.

5. Tahap kematangan pribadi (24 tahun keatas) yaitu tahap ketika intelektual memimpin perkembangan semua aspek kepribadian menuju kematangan pribadi.


(33)

2.4. Penggunaan Waktu Belajar Anak

Menurut Akhmad Aksin (2009) dalam aksindaily.blogspot.com penggunaan waktu belajar yang efektif adalah sebagai berikut :

1. Pukul 04.30-06.00

Pagi hari adalah waktu yang ideal untuk belajar dikarenakan otak dalam keadaan benar-benar fresh setelah bangun tidur, udara pagi yang sejuk, suasana yang tenang, dan juga kondisi jiwa kita yang tenang setelah melaksanakan ibadah subuh.

2. Pukul 15.00-17.00

Sore hari setelah anda mandi merupakan waktu yang tepat untuk belajar. Bagi anda yang punya kebiasaan tidur siang, sore hari tentu badan anda akan kembali segar. kemungkinan daya serap materi pelajaran sekitar 60%-70%. Suasana santai di sore hari akan membuat akan lebih mudah untuk fokus belajar.

3. Pukul 20.00-22.00

Rentang waktu ini juga masih dapat dimanfaatkan dengan baik untuk belajar. Daya serap materi pelajaran akan menurun pada jam-jam ini, yaitu hanya sekitar 20%-30%. Untuk itu rentan waktu ini sangat tepat untuk mengerjakan tugas-tugas yang yang belum terselesaikan dan menyiapkan buku-buku atau materi pelajaran.

Tugas utama anak adalah belajar. Kegiatan belajar dapat dilakukan di sekolah dan di rumah. Waktu untuk kegiatan belajar di sekolah, yaitu kurang lebih 5 jam sehari. Sementara itu, waktu untuk belajar di rumah ditentukan oleh masing-masing anak disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Penggunaan waktu belajar secara efisien dapat meningkatkan keberhasilan belajar. Oleh karena itu, setiap anak sebaiknya dapat mengatur waktu belajarnya secara efisien.

Keterlibatan keluarga dalam memperhatikan kegiatan belajar anak-anaknya sangatlah penting, selama ini kebanyakan orang tua tidak terlalu memperhatikan kegiatan anak-anaknya di rumah. Orang tua hanya terkesan acuh tak acuh terhadap pendidikan anaknya di rumah, anggapan bahwa


(34)

belajar di sekolah sudah cukup tanpa perlu diimbangi dengan belajar di rumah membuat orang tua tidak terlalu memperhatikan anak-anaknya. Disisi lain, masih ada orang tua yang memperhatikan pendidikan anaknya di rumah karena sadar akan pentingnya pembelajaran selain di sekolah. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga dikemukakan oleh Slameto (1983:23) adalah sebagai berikut :

1. Peranan ayah : ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota sari kelompok sosialnya , dan sebagai anggota sari kelompok dari lingkungannya.

2. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelaompok peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannnya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tamabahan dalam kelauarga.

3. Peran anak : anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosual, dan spiritual.

Peran orang tua dalam mendidik dan membimbing anak sangatlah penting, untuk mewujudkan harapan agar anak dapat berhasil dan berprestasi disekolah, orang tua yang bijaksana senantiasa mengikuti perkembangan anaknya di sekolah dan tetap mengawasinya ketika di rumah serta berusaha mengetahui taraf kemampuan yang dimiliki anak.

B. Kerangka Pikir

Televisi adalah salah satu jenis media massa elektronik yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak yang dilengkapi dengan suara sehingga melihat peristiwa atau kejadian yang jaraknya berjauhan dengan waktu yang bersamaan. Kebutuhan masyarakat akan televisi sekarang telah menjadi kebutuhan yang dasar karena televisi sangat digemari hampir


(35)

disegala jenjang usia. Televisi memiliki beragam tayangan acara yang disajikan yaitu senitron, film dan film kartun. Siswa atau remaja pada usia sekolah dianggap sebagai sasaran utama untuk menjadi pemirsa pada tayangan-tayangan yang disiarkan karena pada masa remaja usia sekolah cenderung mudah tertarik pada sesuatu hal sehingga mempengaruhi waktu belajar. Waktu belajar adalah waktu yang digunakan dalam suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang di dapat dari hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

Penggunaan waktu untuk menonton televisi tentu berpengaruh bagi kegiatan belajar dan prestasi para siswa. Pengendalian konsumsi media ini penting dalam menjaga keseimbangan atau pengelolaan media.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat ditarik kerangka pikir sebagai berikut :

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Acara Televisi

(X) 1. Sinetron 2. Film 3. Film kartun 4. Berita

Penggunaan Waktu Belajar (Y)

1. Waktu yang digunakan untuk belajar

2. Lama waktu belajar 3. Tempat belajar

4. Jumlah mata pelajaran yang dipelajari


(36)

C. Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritik yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh televisi terhadap penggunaan waktu belajar anak di Lingkungan II Kelurahan Beringin Jaya Kemiling Bandar Lampung.


(37)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode merupakan cara kerja yang digunakan untuk memahami, mengerti, segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Sesuai dengan sasaran penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang menentukan tujuan untuk menentukan tingkat pengaruh variabel-variabel dalam suatu populasi.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif karena dalam penelitian ini peneliti memaparkan Pengaruh Acara Televisi Terhadap Penggunaan Waktu Belajar Anak di Lingkungan II Kelurahan Beringin Jaya Kemiling Bandar Lampung Tahun 2013.

B. Populasi 1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:173) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian merupakan peelitian populasi. Studi atau penelitianya juga disebut studi populasi atau studi sensus“. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010:62) “Apabila subjek dalam suatu penelitian kurang dari 100 orang maka semua


(38)

sampelnya digunakan, sehingga penelitian tersebut menggunakan penelitian populasi. Dan apabila subjeknya lebih dari 100 orang dapat diambil antara 10-15%, 20-25%, ataupun lebih”.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas bahwa populasi dalam penelitian ini adalah 37 orang. Dengan demikian, penelitian ini merupakan penelitian populasi karena seluruh yang menjadi populasi menjadi sampel penelitian (total sampling). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan SMP di Lingkungan II Kelurahan Beringin Jaya Kemiling Bandar Lampung.

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan SMP Lingkungan II Kelurahan Beringin Jaya Kemiling Bandar Lampung.

RT

Anak Menurut Tingkat Pendidikan SMP Laki-laki Perempuan Jumlah (orang)

RT 01 4 2 6

RT 02 1 3 4

RT 03 3 2 5

RT 04 2 2 4

RT 05 1 2 3

RT 06 3 2 5

RT 07 3 4 7

RT 08 - 3 3

Jumlah 17 20 37

Sumber :Kasi Pemerintahan Kelurahan Beringin Jaya Kemiling Bandar Lampung Tahun 2013

C. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas (X)


(39)

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penggunaan waktu belajar anak.

D. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel 1. Definisi Konseptual

Definisi konseptual variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Televisi adalah salah satu jenis media masa elektronik yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak yang dilengkapi dengan suara sehingga melihat peristiwa atau kejadian yang jaraknya berjauhan dengan waktu yang bersamaan.

b. Waktu belajar adalah waktu yang digunakan dalam suatu proses usaha atau kegiatan yang dilakukan individu untuk menyerap atau memahami materi yang di dapat dari sekolah, di rumah ataupun lingkungan masyarakat sekitarnya, sehingga penggunaan waktu belajar secara efisien dapat meningkatkan keberhasilan belajar siswa.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Acara televisi siaran atau pertunjukan yang ditayangkan oleh stasiun televisi yang bertujuan untuk memberikan hiburan, informasi atau wawasan kepada pemirsa yang menyaksikan siaran tersebut. Diukur melalui indikator :


(40)

a. Sinetron b. Film c. Film Kartun d. Berita

b. Penggunaan waktu belajar anak adalah adalah pemanfaatan waktu yang digunakan dalam suatu proses usaha atau kegiatan yang dilakukan individu untuk menyerap atau memahami materi yang di dapat dari sekolah, di rumah ataupun lingkungan masyarakat sekitarnya, sehingga penggunaan waktu belajar secara efisien dapat meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Diukur melalui indikator :

a. Waktu yang digunakan untuk belajar b. Lama waktu belajar

c. Tempat belajar

d. Jumlah mata pelajaran yang dipelajari

E. Pengukuran Variabel

1. Variabel (x) yang diukur dalam penelitian ini adalah pengaruh acara televisi, yang terdiri dari beberapa komponen yaitu sinetron, film, film kartun, dan berita. Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan alat ukur berupa skoring yang berisikan pengaruh acara televisi dengan ukuran sebagai berikut :


(41)

a. Berpengaruh

b. Cukup Berpengaruh c. Tidak Berpengaruh

2. Variabel (y) yang diukur dalam penelitian ini adalah penggunaan wakru belajar anak, yang terdiri dari beberapa komponen yaitu waktu yang digunakan untuk belajar, lama waktu belajar, dan tempat belajar. Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan alat ukur berupa skoring yang berisikan penggunaan waktu belajar anak dengan ukuran sebagai berikut :

a. Efektif

b. Cukup Efektif c. Tidak Efektif

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pokok

a. Teknik Angket

Menurut Sugiyono (2009:199) “Teknik angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.

Teknik angket atau kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara membuat pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan maksud menjaring data dan informasi langsung dari responden yang bersangkutan. sasaran angket adalah anak yang berada


(42)

pada jenjang pendidikan SMP di Lingkungan II Kelurahan Beringin Jaya Kemiling Bandar Lampung. Agar dapat memperoleh data yang tepat dan sesuai maka penelitian ini menggunakan angket tertutup.

Responden memilih jawaban yang telah disediakan sesuai dengan keadaan subjek. Setiap item memiliki tiga alternatif jawaban yang masing-masing mempunyai skor bobot berbeda-beda,yaitu:

1. Alternatif jawaban yang mendukung diberi skor 3 2. Alternatif jawaban yang cukup mendukung diberi skor 2 3. Alternatif jawaban yang tidak mendukung diberi skor 1

2. Teknik Penunjang a. Teknik Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data langsung dari responden serta untuk melengkapi data yang belum lengkap atau terjawab melalui angket. Pihak yang akan diwawancarai adalah masyarakat Lingkungan II Kelurahan Beringin Jaya Kemiling Bandar Lampung.

b. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder yang berupa keterangan, catatan, laporan, yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.


(43)

G. Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu tindakan yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2010: 211) bahwa “Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat diukur, apabila dapat diungkapkan data dari variabel yang hendak diteliti dengan tepat”.

Berdasarkan pendapat di atas validitas merupakan tingkat kepercayaan dan kekuatan instrumen penelitian yang dilakukan dengan indikator faktor. Untuk uji validitas dilihat dari logika validity dengan cara “judgement” yaitu dengan mengkonsultasikan kepada beberapa orang ahli penelitian dan tenaga pengajar di lingkungan FKIP UNILA. Dalam penelitian ini peneliti melakukannya dengan cara konsultasi kepada dosen pembimbing yang kemudian diambil revisinya.

2. Uji Reliabilitas

Suatu alat ukur dinyatakan baik bila mempunyai tingkat reliabilitas yang baik pula yakni ketetapan suatu alat ukur. Dimana ketetapan ukur ini akan menentukan layak tidaknya suatu alat ukur untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. Pendapat Suharsimi Arikunto (2010 :221) bahwa reliabilitas adalah: ”Suatu instrumen dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data instrumen tersebut sudah baik”.


(44)

Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Menyebarkan angket dan tes untuk uji cobakan kepada 10 orang di luar responden

2. Untuk menguji reliabilitas angket dan tes digunakan teknik belah dua atau ganjil genap

3. Mengkorelasikan kelompok ganjil dan genap dengan korelasi Product Moment yaitu :

N N N ) y ( y ( ) x ( x ) y )( x ( -xy r 2 2 2 2 XY Keterangan:

rXY = Koefisien korelasi antara gejala X dan gejala Y

X = Skor gejala X

Y = Skor gejala Y

N = Jumlah sampel

(Suharsimi, 2010 : 331)

4. Untuk menentukan reliabilitas angket digunakan rumus Sperman Brown, yaitu: rxy = rgg rgg 1 ) ( 2


(45)

Keterangan :

rxy : Koefisien reliabilitas seluruh tes rgg : Koefisien korelasi item x dan y (Sutrisno Hadi, 1989: 294).

5. Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabel menurut Guilford dalam Ruseffendi (1994:144) sebagai berikut:

0,00 – 0,20= Reliabilitas kecil

0,20 – 0,40 = Reliabilitas rendah.

0,40 – 0,70 = Reliabilitas sedang

0,70 – 0,90 = Reliabilitas tinggi.

0,90 – 1,00 = Reabilitas sangat tinggi

H. Teknik Analisa Data

Analisis data yang telah didapat digunakan rumus interval sebagai berikut : I = NT – NR

K Keterangan : I : Interval NT : nilai tertinggi NR : nilai terendah K : jumlah kategori


(46)

Penentuan tingkat persentase digunakan rumus yang dikemukakan oleh Muhammad Ali (1984: 184) sebagai berikut :

% 100 X N F P Keterangan

P = Besarnya Presentase

F = Jumlah Skor Yang Diperoleh Diseluruh Item N = Jumlah Berkalian Seluruh Item Dengan Responden

Untuk menafsirkan banyaknya presentase yang diperoleh digunakan kriteria Suharsimi Arikunto (2010: 196) sebagai berikut:

76%-100% = Baik 56%-75% = Cukup 40%-55% = Kurang Baik 0-39% = Tidak Baik

Pengujian keeratan hubungan dilakukan dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat sebagai berikut :

b i k j Eij Eij Oij x 1 1 2 2 Keterangan : 2

x : Chi Kuadrat.

b

i1 : Jumlah baris.

k


(47)

Oij : Banyaknya data yang diharapkan. Eij : Banyaknya data hasil pengamatan. (Sudjana, 1996 : 280)

Selanjutnya data akan diuji dengan menggunakan rumus koefisien korelasi, yaitu :

n x

x

c 2

2

Keterangan :

c : koefisien kontigensi X2 : chi kuadrat

n : jumlah sampel (Sudjana, 1996 : 280)

Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajat asosiasi faktor-faktor, maka harga C dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum yang bisa terjadi. Harga C maksium ini dapat dihitung dengan rumus :

C maks M

M 1

Keterangan :

C maks : Koefisien kontigensi maksimum.

M : Harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan kreteria uji hubungan “ makin dekat harga C pada Cmaks, makin besar derajat asosiasi antara faktor”.


(48)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data mengenai pengaruh acara televisi terhadap penggunaan waktu belajar anak di Lingkungan II Kelurahan Beringin Jaya Kemiling Bandar Lampung, dapat disimpulkan bahwa acara-acara yang ditayangkan di televisi maupun waktu menonton televisi yang dilakukan oleh anak berpengaruh terhadap penggunaan waktu belajar anak di rumah, karena acara televisi yang ditayangkan telah mampu menarik perhatian si anak untuk terus menyaksikan acara demi acara yang dikemas sedemikian rupa dengan hal-hal yang menarik, sehingga mereka akan berlama-lama di depan televisi menyaksikan acara tersebut. Penggunaan waktu menonton televisi tersebut tentu berpengaruh bagi kegiatan waktu belajar yang mereka lakukan di rumah. Walaupun waktu belajar anak di rumah tidak menentu, apakah si anak ketika sehabis menonton televisi lalu akan mulai belajar ataupun sebaliknya, karena sejalan dengan paradigma bahwa setiap anak mempunyai cara atau gaya belajar yang berbeda-beda.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:


(49)

1. Kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), hendaknya dapat memilih acara-acara televisi yang mengandung unsur informasi dan pendidikan (education) pada jam-jam tayang saat anak menonton televisi, termasuk jadwal penanyangan acara televisi tersebut pada waktu yang tepat.

2. Kepada anak anak harus dapat memiliki jadwal belajar di rumah secara terstruktur, walaupun kapan, dimana, dengan situasi dan kondisi apapun si anak dapat melakukan kegiatan belajar.

3. Kepada orang tua untuk dapat meningkatkan pengawasan kepada anak-anaknya terhadap tayangan televisi yang kurang mendidik, dapat mengawasi penggunaan dan mendisiplinkan waktu belajar pada anak di rumah.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Aksin, Ahmad. 2009. Waktu yang Tepat untuk Belajar. http: //aksindaily.blogspot. com/ diakses pada 25 Maret 2013 pukul 19.35 WIB.

Ali, Muhammad. 1984. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa: Bandung. A.M. Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo

Persada: Jakarta.

Amri, Nurul. 2012. Dampak Film Televisi Terhadap Siswa. http://adiazuree. blogspot.com/ diakses tanggal 1 April 2013 pukul 15.45 WIB.

Ardianto, Elvinaro dkk. 2007. Komunikasi Massa. Rimbiosa Rekatama Media: Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Ayonana. 2010. Definisi Film. http://ayonana.tumblr.com/post/390644470/definisi

film.html/ diakses pada 29 Maret pukul 14.50 WIB.

Bangun. 2012. Makalah Jenis-jenis Berita. http://bangunsclan.blogspot.com/2012/ 10/makalah-jenis-jenis-berita.html/ diakses pada 30 Maret 2013 pukul 19.47 WIB.

Chairul, Bahar. 2012. Pengertian dan Definisi Waktu. http:/carapedia.com/definisi waktu-info3404.html/ diakses pada 29 Maret 2013 pukul 14.30 WIB. Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Raja Grafindo: Jakarta. Darmawan. 2008. 3D Animation. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Dimyati. Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Rineka Cipta: Jakarta.

Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya: Bandung.


(51)

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Rineka Cipta: Jakarta.

Malo, Manase. 1986. Metode Penelitian Sosial. Kurnia: Jakarta.

Mastoni, dkk. 1994. Dasar-dasar Komunikasi Penyuluhan. Universitas Terbuka: Jakarta.

Prasetyo, Teguh. 2012. Psikologi Perkembangan. http://m.kompasiana.com/podt/ edukasi/2012/05/27/psikologi.perkembangan/ diakses pada 9 April 2013 pukul 09.15 WIB.

Rusman, Deni Kurniawan dkk. 2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Rajawali Pers: Jakarta.

Shihab, M. Quraish. 2010. Wawasan Waktu. http://media.isnet.org/islam/Quraish/ wawasan/waktu1.html/ diakses pada 29 Maret pukul 21.05 WIB.

Slameto. 1983. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Tarsindo: Bandung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandung. Wahyudi, JB. 1986. Media Komunikasi Massa Televisi. Alumni: Bandung.


(1)

Penentuan tingkat persentase digunakan rumus yang dikemukakan oleh Muhammad Ali (1984: 184) sebagai berikut :

% 100 X N F P Keterangan

P = Besarnya Presentase

F = Jumlah Skor Yang Diperoleh Diseluruh Item N = Jumlah Berkalian Seluruh Item Dengan Responden

Untuk menafsirkan banyaknya presentase yang diperoleh digunakan kriteria Suharsimi Arikunto (2010: 196) sebagai berikut:

76%-100% = Baik 56%-75% = Cukup 40%-55% = Kurang Baik 0-39% = Tidak Baik

Pengujian keeratan hubungan dilakukan dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat sebagai berikut :

b i k j Eij Eij Oij x 1 1 2 2 Keterangan : 2

x : Chi Kuadrat. b

i1 : Jumlah baris.

k


(2)

46

Oij : Banyaknya data yang diharapkan.

Eij : Banyaknya data hasil pengamatan. (Sudjana, 1996 : 280)

Selanjutnya data akan diuji dengan menggunakan rumus koefisien korelasi, yaitu :

n x

x

c 2

2

Keterangan :

c : koefisien kontigensi X2 : chi kuadrat

n : jumlah sampel (Sudjana, 1996 : 280)

Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajat asosiasi faktor-faktor, maka harga C dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum yang bisa terjadi. Harga C maksium ini dapat dihitung dengan rumus :

C maks M M 1

Keterangan :

C maks : Koefisien kontigensi maksimum.

M : Harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan kreteria uji hubungan “ makin dekat harga C pada Cmaks, makin besar derajat asosiasi antara faktor”.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data mengenai pengaruh acara televisi terhadap penggunaan waktu belajar anak di Lingkungan II Kelurahan Beringin Jaya Kemiling Bandar Lampung, dapat disimpulkan bahwa acara-acara yang ditayangkan di televisi maupun waktu menonton televisi yang dilakukan oleh anak berpengaruh terhadap penggunaan waktu belajar anak di rumah, karena acara televisi yang ditayangkan telah mampu menarik perhatian si anak untuk terus menyaksikan acara demi acara yang dikemas sedemikian rupa dengan hal-hal yang menarik, sehingga mereka akan berlama-lama di depan televisi menyaksikan acara tersebut. Penggunaan waktu menonton televisi tersebut tentu berpengaruh bagi kegiatan waktu belajar yang mereka lakukan di rumah. Walaupun waktu belajar anak di rumah tidak menentu, apakah si anak ketika sehabis menonton televisi lalu akan mulai belajar ataupun sebaliknya, karena sejalan dengan paradigma bahwa setiap anak mempunyai cara atau gaya belajar yang berbeda-beda.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:


(4)

102

1. Kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), hendaknya dapat memilih acara-acara televisi yang mengandung unsur informasi dan pendidikan

(education) pada jam-jam tayang saat anak menonton televisi, termasuk

jadwal penanyangan acara televisi tersebut pada waktu yang tepat.

2. Kepada anak anak harus dapat memiliki jadwal belajar di rumah secara terstruktur, walaupun kapan, dimana, dengan situasi dan kondisi apapun si anak dapat melakukan kegiatan belajar.

3. Kepada orang tua untuk dapat meningkatkan pengawasan kepada anak-anaknya terhadap tayangan televisi yang kurang mendidik, dapat mengawasi penggunaan dan mendisiplinkan waktu belajar pada anak di rumah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aksin, Ahmad. 2009. Waktu yang Tepat untuk Belajar. http: //aksindaily.blogspot. com/ diakses pada 25 Maret 2013 pukul 19.35 WIB.

Ali, Muhammad. 1984. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa: Bandung. A.M. Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo

Persada: Jakarta.

Amri, Nurul. 2012. Dampak Film Televisi Terhadap Siswa. http://adiazuree. blogspot.com/ diakses tanggal 1 April 2013 pukul 15.45 WIB.

Ardianto, Elvinaro dkk. 2007. Komunikasi Massa. Rimbiosa Rekatama Media: Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Ayonana. 2010. Definisi Film. http://ayonana.tumblr.com/post/390644470/definisi

film.html/ diakses pada 29 Maret pukul 14.50 WIB.

Bangun. 2012. Makalah Jenis-jenis Berita. http://bangunsclan.blogspot.com/2012/ 10/makalah-jenis-jenis-berita.html/ diakses pada 30 Maret 2013 pukul 19.47 WIB.

Chairul, Bahar. 2012. Pengertian dan Definisi Waktu. http:/carapedia.com/definisi waktu-info3404.html/ diakses pada 29 Maret 2013 pukul 14.30 WIB. Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Raja Grafindo: Jakarta. Darmawan. 2008. 3D Animation. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Dimyati. Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Rineka Cipta: Jakarta.

Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya: Bandung.


(6)

Hadi, Sutrisno. 1986. Metode Research. Yayasan Fakultas Psikologi UGM: Yogyakarta.

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Rineka Cipta: Jakarta.

Malo, Manase. 1986. Metode Penelitian Sosial. Kurnia: Jakarta.

Mastoni, dkk. 1994. Dasar-dasar Komunikasi Penyuluhan. Universitas Terbuka: Jakarta.

Prasetyo, Teguh. 2012. Psikologi Perkembangan. http://m.kompasiana.com/podt/ edukasi/2012/05/27/psikologi.perkembangan/ diakses pada 9 April 2013 pukul 09.15 WIB.

Rusman, Deni Kurniawan dkk. 2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi

dan Komunikasi. Rajawali Pers: Jakarta.

Shihab, M. Quraish. 2010. Wawasan Waktu. http://media.isnet.org/islam/Quraish/ wawasan/waktu1.html/ diakses pada 29 Maret pukul 21.05 WIB.

Slameto. 1983. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Tarsindo: Bandung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandung. Wahyudi, JB. 1986. Media Komunikasi Massa Televisi. Alumni: Bandung.