Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)
PENGARUH EKSTRAK KULIT MANGGIS (
Garcinia mangostanaL.) TERHADAP FUNGSI HATI, JUMLAH
ERITROSIT DAN KADAR HEMOGLOBIN TIKUS (
Rattusnorvegicus
) YANG DIPAPARI DENGAN KARBON
TETRAKLORIDA (CCl
4)
SKRIPSI
NOPI KRISTINA LUMBAN GAOL 110805065
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
(2)
PENGARUH EKSTRAK KULIT MANGGIS (
Garcinia mangostanaL.) TERHADAP FUNGSI HATI, JUMLAH
ERITROSIT DAN KADAR HEMOGLOBIN TIKUS (
Rattusnorvegicus
) YANG DIPAPARI DENGAN KARBON
TETRAKLORIDA (CCl
4)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
NOPI KRISTINA LUMBAN GAOL 110805065
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
(3)
PERSETUJUAN
Judul : Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit Dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) Yang Dipapari Dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)
Kategori : Skripsi
Nama : Nopi Kristina Lumban Gaol
Nomor Induk Mahasiswa : 110805065
Program Studi : Sarjana (S1) Biologi
Departemen : Biologi
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan, Februari 2016
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2, Pembimbing 1,
Masitta Tanjung, S.Si. M. Si Dr. Salomo Hutahaean, M. Si NIP. 197109102000122001 NIP. 196510111995011001
Disetujui Oleh
Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,
Dr. Nursahara Pasaribu, M. Sc NIP. 19630123 199003 2
(4)
PERNYATAAN
PENGARUH EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP FUNGSI HATI, JUMLAH ERITROSIT DAN KADAR HEMOGLOBIN TIKUS (Rattus norvegicus) YANG DIPAPARI DENGAN
KARBON TETRAKLORIDA (CCl4)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Februari 2016
NOPI KRISTINA LUMBAN GAOL 110805065
(5)
PENGHARGAAN
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, anugerah dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati Dan Kuantitas Sel Darah Merah Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari Dengan Karbon Tetraklorida (CCl4) dibuat
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Salomo Hutahaean, M.Si selaku Dosen pembimbing I dan Ibu Masitta Tanjung, S.Si, M.Si selaku Dosen Pembimbing II atas segala bimbingan, arahan, saran dan atas segala waktu yang telah disediakan bagi penulis dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini. Terimakasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed selaku Dosen penguji I dan kepada Ibu Dr. Isnaini Nurwahyuni, M.Sc selaku Dosen Penguji II atas segala bimbingan, arahan dan masukan yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku Ketua Departemen Biologi FMIPA USU, Ibu Dr. Saleha Hannum, M.Si selaku Sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU, Bapak Prof. Dr. Ing Ternala Alexander Barus, M.sc selaku dosen pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan arahan dan motivasi mulai dari awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, Ibu Dr. Lisdayani yang telah banyak membimbing saya melakukan penelitian di Laboratorium Kesehatan Medan, Ibu Nurhasni Muluk selaku Laboran di Laboratorium Struktur dan Fisiologi Hewan, Ibu Roslina ginting dan Bang Erwin selaku staff pegawai di Departemen Biologi, dan kepada seluruh dosen di Departemen Biologi atas segala ilmu pengetahuan dan perkuliahan yang diberikan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Ucapan terimakasih banyak juga penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta: Jeparis Lumban Gaol dan Resmi Nababan atas dukungan, motivasi, arahan, semangat dan kasih sayang yang tiada henti kepada penulis. Terimakasih juga kepada kakak dan adik tersayang: Kak Rinta, Jentrio, Gronni dan Samuel yang turut memberi semangat dan dukungan kepada penulis hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Terima kasih juga kepada semua sahabat-sahabat di Biologi USU khususnya Stambuk 2011. Kepada: Sera, Romida, Titis, Corry, Risky, Feby, Berlina, Dewi, Sisca dan Dedek. Kepada teman seperjuangan dalam penelitian dan yang memberikan dukungan: Arisa, Putri, Sisca renata, Rinda, Friska, Imelda,
(6)
Grace, Frico, Jordan, Chandra, sisdew, ristia, famela, taufik, natanael, khairyah, violita, rani dan semua stambuk 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, Kepada Kakak Asuh: Kak Bertua. Kepada Abang dan Kakak atas segala bantuan dan motivasinya: bang Eka prasetiawan, kak Sister Sianturi, kak Mela, kak Anita, kak Chrestina, bang Zais, bang Lintar, bang Samuel, bang Posma, kak Reni, Risda, Calvin, kepada semua adek stambuk 2012, 2013 dan 2014 dan teman-teman yang lain yang turut membantu dalam penelitian hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.
Akhirnya dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan para pembaca serta bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Kasih-Nya Beserta kita, Amin.
Medan, Februari 2016
Penulis
(7)
PENGARUH EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP FUNGSI HATI, JUMLAH ERITROSIT DAN KADAR HEMOGLOBIN TIKUS (Rattus norvegicus) YANG DIPAPARI DENGAN
KARBON TETRAKLORIDA (CCl4)
ABSTRAK
Kulit manggis mengandung senyawa flavonoid bersifat antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit manggis terhadap fungsi hati jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin tikus (Rattus norvegicus) yang dipapari dengan karbon tetraklorida. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 kontrol yang terdiri atas: kontrol CCl4 (KC10 dan KC 24),
kontrol pelarut (KP10 dan KP24), kontrol blank (KB), dan 3 perlakuan yang dibagi atas 3 konsentrasi ekstrak kulit manggis yaitu: 60 mg, 80 mg dan 100 mg serta 4 ulangan. Induksi CCl4 dilakukan selama 10 hari kemudian diberi
pemulihan ekstrak kulit manggis selama 14 hari. Pemberian ekstrak adalah 0,8 ml/hari/oral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kulit manggis konsentrasi 60 mg dapat menurunkan kadar SGPT dan SGOT secara signifikan dan konsentrasi 100 mg dapat menurunkan kadar Hemoglobin secara signifikan dan peningkatan yang tidak signifikan terhadap jumlah eritrosit apabila dibandingkan terhadap kontrol karbon tetraklorida.
Kata Kunci : Eritrosit. Hemoglobin, Kulit Manggis, SGPT, SGOT
(8)
THE EFFECT EXTRACT OF MANGOSTEEN (Garcinia mangostana L.) PERICARP ON THE FUNCTION OF LIVER , NUMBER OF ERITHROCYTES AND LEVEL OF HEMOGLOBIN RAT (Rattus
norvegicus) INDUCED BY CARBON TETRACLORIDA (CCl4)
ABSTRACT
Mangosteen pericarp contains flavonoids, which are antioxidants. This study aims to determine the effect of mangosteen pericarp extract on the function of liver, number of erithrocytes and level of hemoglobin rat (Rattus norvegicus) induced by carbon tetraclorida (CCl4). This experiment using completely randomized
design, with 5 control; CCl4 control (CM010 and CM024), solvent control (KP10
and KP24), blank control (KB), and three treatment. The treatment were: 60 mg, 80 mg and 100 mg respectively. Each class consisted of four rat. Induced by CCl4
for 10 days and then healing process by mangosteen extract for 14 days. The volume of application was 0,8ml/day/oral. Data research by giving extract of mangosteen pericarp showed concentration 60 mg significant reduce in the SGPT and SGOT levels and concentration 100 mg significant reduce hemoglobin levels and indicated significant increase in number of erythrocytes if compared to either the carbon tetraclorida control.
Keywords: Erythrocytes, Hemoglobin, Mangosteen Pericarp, SGPT, SGOT,
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN iii
PERNYATAAN iv
PENGHARGAAN v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan masalah 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Hipotesis 4
1.5 Manfaat 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Karbon tetraklorida (CCl4) 5
2.2 Tanaman Manggis 6
2.3 Kandungan Kimia Kulit Manggis 7
2.4 Karakteristik Darah 8
2.5 Deskripsi Umum Hati 9
2.6 Serum Glutamic Piruvic Transaminase dan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
10
BAB 3 BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat 11
3.2 Alat dan Bahan 11
3.3 Rancangan Penelitian 11
3.4 Prosedur Penelitian 12
3.4.1 Tahap Persiapan Hewan Coba 12
3.4.2 Pembuatan Larutan CCl4 12
3.4.3 Pembuatan Ekstrak Ethyl Acetat Kulit Buah Manggis
13
3.4.4 Cara Pemberian Perlakuan 13
3.4.5 Pengambilan Darah Tikus 13
3.4.6 Pengamatan Morfologi Hati 13
3.4.7 Penentuan Kadar SGPT dan SGOT 14 3.4.7.1 Pembuatan working reagen 13
(10)
SGPT dan SGOT
3.4.7.2 Perhitungan SGPT 14
3.4.7.3 Perhitungan SGOT 14
3.4.8 Jumlah Sel Darah Merah (Eritrosit) 15
3.4.9 Kadar Hemoglobin 15
3.5 Analisis Data 16
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Morfologi Hati 17
4.2 Kadar Serum Glutamic Piruvic Transaminase
18 4.3 Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase
20 4.4 Jumlah Sel Darah Merah (Eritrosit) 22
4.5 Kadar Hemoglobin (Hb) 23
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 25
5.2 Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
(11)
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Judul Halaman
3.3 Taraf Pembagian Perlakuan 12
4.1 Data morfologi hepar tikus setelah pemberian ekstrak kulit manggis
(12)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Judul Halaman
3.4.6 Kamar Hitung (Improved Neubauer) 15
4.1 Gambaran Morfologi Hati Tikus 17
4.2 Kadar SGPT tikus putih yang diberi ekstrak kulit manggis 19 4.3 Kadar SGOT tikus putih yang diberi ekstrak kulit manggis 21 4.4 Kadar Hemoglobin tikus putih yang diberi ekstrak kulit manggis 24
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lamp
Judul Halaman
1 Surat Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Ethyl Acetat Kulit Manggis
30 2 Data Pengamatan Rata-Rata Kadar SGPT, SGOT, Jumlah eritrosit
dan Kadar Hb Tikus
31
3 Analisis Statistik Kadar SGPT 32
4 Analisis Statistik Kadar SGOT 34
5 Analisis Statistik Jumlah Eritrosit 36
6 Analisis Statistik Kadar Hemoglobin 37
7 Pembuatan Ekstrak Ethyl Acetat Kulit Manggis 39
(14)
PENGARUH EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP FUNGSI HATI, JUMLAH ERITROSIT DAN KADAR HEMOGLOBIN TIKUS (Rattus norvegicus) YANG DIPAPARI DENGAN
KARBON TETRAKLORIDA (CCl4)
ABSTRAK
Kulit manggis mengandung senyawa flavonoid bersifat antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit manggis terhadap fungsi hati jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin tikus (Rattus norvegicus) yang dipapari dengan karbon tetraklorida. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 kontrol yang terdiri atas: kontrol CCl4 (KC10 dan KC 24),
kontrol pelarut (KP10 dan KP24), kontrol blank (KB), dan 3 perlakuan yang dibagi atas 3 konsentrasi ekstrak kulit manggis yaitu: 60 mg, 80 mg dan 100 mg serta 4 ulangan. Induksi CCl4 dilakukan selama 10 hari kemudian diberi
pemulihan ekstrak kulit manggis selama 14 hari. Pemberian ekstrak adalah 0,8 ml/hari/oral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kulit manggis konsentrasi 60 mg dapat menurunkan kadar SGPT dan SGOT secara signifikan dan konsentrasi 100 mg dapat menurunkan kadar Hemoglobin secara signifikan dan peningkatan yang tidak signifikan terhadap jumlah eritrosit apabila dibandingkan terhadap kontrol karbon tetraklorida.
Kata Kunci : Eritrosit. Hemoglobin, Kulit Manggis, SGPT, SGOT
(15)
THE EFFECT EXTRACT OF MANGOSTEEN (Garcinia mangostana L.) PERICARP ON THE FUNCTION OF LIVER , NUMBER OF ERITHROCYTES AND LEVEL OF HEMOGLOBIN RAT (Rattus
norvegicus) INDUCED BY CARBON TETRACLORIDA (CCl4)
ABSTRACT
Mangosteen pericarp contains flavonoids, which are antioxidants. This study aims to determine the effect of mangosteen pericarp extract on the function of liver, number of erithrocytes and level of hemoglobin rat (Rattus norvegicus) induced by carbon tetraclorida (CCl4). This experiment using completely randomized
design, with 5 control; CCl4 control (CM010 and CM024), solvent control (KP10
and KP24), blank control (KB), and three treatment. The treatment were: 60 mg, 80 mg and 100 mg respectively. Each class consisted of four rat. Induced by CCl4
for 10 days and then healing process by mangosteen extract for 14 days. The volume of application was 0,8ml/day/oral. Data research by giving extract of mangosteen pericarp showed concentration 60 mg significant reduce in the SGPT and SGOT levels and concentration 100 mg significant reduce hemoglobin levels and indicated significant increase in number of erythrocytes if compared to either the carbon tetraclorida control.
Keywords: Erythrocytes, Hemoglobin, Mangosteen Pericarp, SGPT, SGOT,
(16)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Tanaman obat tradisional telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk menanggulangi beberapa penyakit. Penggunaan obat tradisional tersebut secara luas telah dirasakan oleh masyarakat (Nugroho, 2011). Obat alami digunakan karena banyak dijumpai efek samping yang tidak dikehendaki akibat penggunaan obat kimia (Hardono, 1997). Salah satu tanaman Indonesia yang dapat digunakan adalah buah manggis (Garcinia mangostana L.), terutama pemanfaatan kulit buah. Manggis merupakan salah satu buah favorit yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Kulit buah manggis yang dibuang, dapat dikembangkan sebagai obat (Nugroho, 2011).
Penelitian fitokimia menunjukkan bahwa kulit buah manggis kaya akan xanthon yang mempunyai berbagai aktivitas biologi seperti antioksidan, anti bakteri, anti jamur, anti tumor, anti agregasi platelet dan anti trombotik (Mukti, 2013). Buah manggis mengadung katekin, potasium, kalsium, fosfor, besi, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, vitamin C dan xanthon (Yatman, 2012).
Menurut Moongkardi dkk. (2004) dalam Mukti (2013) ekstrak kulit buah manggis merupakan antioksidan kuat yang bekerja dengan cara menghambat secara signifikan produksi Reactive Oxygen Species (ROS) intraseluler. Di organ hati radikal bebas dapat menyebabkan gangguan integritas membran hepatosit sehingga menyebabkan berbagai enzim dari hepatosit keluar, antara lain Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT). Enzim SGPT dan SGOT yang keluar dari hepatosit meningkat kadarnya dalam serum sehingga dapat menjadi indikator kerusakan hepar (Handoko, 2005).
Selain dari hasil metabolisme makanan, radikal bebas dipengaruhi oleh faktor lingkungan luar, misalnya asap rokok, bahan kimia toksik, polusi udara,
(17)
dan radiasi. Salah satu sumber radikal bebas yang berasal dari senyawa toksik adalah karbon tetraklorida (Nurdiana dkk. 2011).
Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan salah satu senyawa kimia
diproduksi dalam jumlah besar untuk digunakan dalam berbagai industri antara lain industri refrigerant, bahan bakar, alat pemadam kebakaran, agricultural fumigant, pestisida, cat, tinta, bahan pelarut aspal, karet, minyak, dan lemak, bahan tambahan pada bensin. The National Toxicology Program’s fifth Annual Report on Carcinogen menyatakan bahwa CCl4 adalah senyawa kimia yang harus
diantisipasi karena dapat mengakibatkan karsinogen dan dapat mengakibatkan kerusakan pada sel hati (Junieva 2006; Jakatama, 2009).
Kerusakan oksidatif terhadap struktur biologi yang disebabkan oleh radikal bebas dapat dibatasi dengan adanya antioksidan yang berfungsi sebagai penangkap (scavenger) dan pemutus reaksi berantai radikal bebas. Antioksidan merupakan agensia yang efisien dalam mencegah peroksidasi lipid dan melindungi sel melawan stres oksidatif yang dimediasi oleh Reactive Oxygen Species (Nurdiana dkk. 2011).
Menurut Wahyuni (2005), jika sel hati mengalami kerusakan maka enzim SGPT dan SGOT yang ada di dalam sel hepar akan keluar dan masuk ke dalam peredaran darah sehingga jumlah enzim SGPT dan SGOT dalam darah meningkat. Peningkatan enzim SGPT dan SGOT dapat disebabkan oleh efek toksik dari obat-obatan, alkohol dan pada penyakit kanker hati. Kerusakan hati akan mengakibatkan terganggunya metabolisme bilirubin (substansi yang diproduksi pecahan sel darah merah), yang akan menyebabkan warna kuning pada mata dan kulit, demam, cepat lelah dan pusing.
Gangguan hati akan mengakibatkan masa hidup eritrosit yang memendek, pendarahan dan berkurangnya kemampuan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah (Gultom, 2003). Menurut Fauziah dkk. (2013), kandungan senyawa xanthone dan flavonoid yang terdapat pada kulit buah manggis merupakan senyawa aktif dan bersifat antioksidan yang bersifat sebagai immunomodulator, sehingga bisa menstabilkan dan membantu pembentukan eritrosit di dalam tubuh.
(18)
Beberapa penelitian yang telah dilakukan, sejauh ini belum diketahui pengaruh kandungan dari ekstrak kulit manggis terhadap fungsi hati, jumlah sel darahmerah dan kadar hemoglobin pada tikus yang dipapari karbon tetraklorida, sehingga perlu dilakukan penelitian ini untuk menguji pengaruh ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) yang mengandung senyawa flavonoid xanthon yang memiliki sifat sebagai antioksidan, diduga dapat menangkap radikal bebas dan mengurangi atau meniadakan efek toksik dari karbon tetraklorida.
1.2Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah:
a. Apakah pemberian CCl4 mempengaruhi gambaran morfologi hati?
b. Apakah pemberian CCl4 mempengaruhi kadar SGPT dan SGOT?
c. Apakah pemberian CCl4 mempengaruhi kuantitas sel darah merah dan kadar
Hb?
d. Apakah pemberian ekstrak kulit manggis mempengaruhi kadar SGPT dan SGOT?
e. Apakah pemberian ekstrak kulit manggis mempengaruhi kuantitas sel darah merah?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian CCl4 terhadap morfologi hati.
b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian CCl4 terhadap kadar SGPT dan SGOT.
c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian CCl4 terhadap kuantitas sel darah
merah dan kadar Hb.
d. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis terhadap kadar SGPT dan SGOT.
e. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis terhadap kuantitas sel darah merah dan kadar Hb.
(19)
1.4Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
a. Karbon tetraklorida mempengaruhi morfologi hati.
b. Karbon tetraklorida meningkatkan kadar SGPT dan SGOT.
c. Karbon tetraklorida menurunkan jumlah sel darah merah dan meningkatkan kadar hemoglobin.
d. Ekstrak kulit manggis menurunkan kadar SGPT dan SGOT.
e. Ekstrak kulit manggis meningkatkan jumlah sel darah merah dan meningkatkan kadar Hb.
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang pengaruh CCl4 terhadap
kesehatan terutama hati dan kuantitas sel darah merah. b. Sebagai sumber referensi untuk peneliti selanjutnya.
(20)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Karakteristik Karbon tetraklorida (CCl4)
Karbon tetraklorida (CCl4) termasuk hidrokarbon alifatik tidak berwarna, mudah
menguap dan berbau tajam seperti eter, kelarutannya dalam air rendah dan tidak mudah terbakar. Senyawa CCl4 diketahui bisa merusak lapisan ozon, ada bukti
yang kuat bahwa toksisitas CCl4 meningkat apabila berinteraksi dengan alkohol
dan keton sehingga peminum alkohol mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya kerusakan hati dan ginjal akibat CCl4,. Senyawa CCl4 masuk kedalam
tubuh bisa secara inhalasi, ingesti dan kontak langsung dengan kulit. Efek toksik jangka pendek dan jangka panjang akan menyebabkan kerusakan otak, hepar, ginjal, paru dan pada beberapa kasus bisa menyebabkan kematian (Junieva, 2006). Manifestasi kerusakan hati yang disebabkan oleh karbon tetraklorida terlihat berupa infiltrasi lemak, nekrosis sentrolobular dan akhirnya sirosis. Keracunan akut karbon tetraklorida juga dapat menyebabkan sistem saraf pusat (SSP), depresi serta efek gastrointestinal dan neurologis seperti mual, muntah, sakit perut, diare, sakit kepala, pusing, dikoordinasi, gangguan berbicara, kebingungan, anestesi, kelelahan (Tappi dkk. 2003). Senyawa CCl4 pertama kali
ditemukan pada tahun 1849 kemudian digunakan sebagai bahan anastesi dan antihelminth dalam pengobatan terhadap cacing tambang (Surya, 2009).
Karbon tetraklorida banyak digunakan sebagai pelarut dalam industri. Karbon tetraklorida merusak hampir semua sel dalam tubuh, termasuk sistem saraf pusat, hati, ginjal, dan pembuluh darah. Tanda dan gejala kerusakan hati oleh CCl4 dapat terlihat setelah 2 sampai 3 hari (Haki, 2009). Toksisitas CCl4
tidak disebabkan oleh molekul CCl4 itu sendiri, tetapi adanya konversi molekul
CCl4 menjadi radikal bebas CCl3ˉoleh sitokrom P450, radikal bebas CCl3ˉ akan
bereaksi dengan oksigen membentuk radikal triklorometil peroksida (CCl3O2ˉ )
yang sangat reaktif, radikal bebas tersebut akan bereaksi dengan asam lemak tak jenuh ganda yang merupakan komponen penting dari membran sel yang bila
(21)
terserang radikal bebas akan menghasilkan peroksidasi lipid yang selanjutnya akan mengubah struktur dan fungsi membran sel. Permeabilitas membran sel akan meningkat yang selanjutnya diikuti oleh influks massif kalsium dan adanya kematian sel (Robins & Kumar, 1992).
2.2Tanaman Manggis
Manggis merupakan tumbuhan berupa pohon, yang memiliki tinggi hingga 15 meter. Mempunyai batang berkayu, bulat, tegak bercabang simodial dan berwarna hijau kotor. Berdaun tunggal, lonjong, ujung runcing, pangkal tumpul tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 20-25 cm lebar 6-9 cm, tebal, tangkai silindris hijau. Bunga tunggal, berkelamin dua, diketiak daun. Buah seringkali, bersalut lemak berdiameter 6-8 cm . Biji bulat berdiameter 2 cm, dalam satu buah terdapat 5-7 biji (Hutapea, 1994).
Klasifikasi tanaman Manggis yaitu Kingdom :Plantae
Divisi :Spermatophyte Sub-divisi :Angiospermae Kelas :Dicotyledoneae Ordo :Guttiferanales Family :Guttiferae Genus :Garcinia
Spesies :Garcinia mangostana L.
Manggis berasal dari hutan tropis dikawasan Asia tenggara, yaitu dari Kalimantan Timur di Indonesia atau semenanjung Malaya. Dari Asia Tenggara, menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawai, dan Australis Utara (Arsana, 2014).
2.3Kandungan Kimia Kulit Manggis
Pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional pada saat ini terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan dari sebagian besar masyarakat bahwa penggunaan tanaman obat tradisonal tidak menimbulkan efek samping. Salah satu tanaman yang berkhasiat untuk obat adalah kulit manggis (Garcinia mangostana
L.) dikenal sebagai “The Queen of Tropical Fruit” karena keistimewaan dan
(22)
manggis memiliki berbagai aktivitas seperti antioksidan, antitumor, antialergi, antiinflamasi, antibakteri, serta antiviru, pengobatan diare dan disentri (Chaverri et al. 2008). Manggis merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Tanaman manggis berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan Indonesia dan Malaysia. Salah satu kandungan kimia kulit manggis adalah xanthone (Oktaviani, 2013).
Menurut Clarinta (2014), bahwa ekstrak kulit manggis mampu memberikan efek protektif terhadap hepar yang diinduksi oleh rifampisin yaitu pengiduksi enzim sitokrom P 450 yang mengakibatkan proses inflamasi dan mekanisme stress oksidatif yang menghasilkan radikal bebas. Menurut Ruslami (2010) menyatakan bahwa immunomodulator adalah senyawa yang dapat menormalkan atau mengoptimalkan kerja sistem imun sehingga komponen dalam darah stabil, dan menurut Fauziah dkk. (2013), menyatakan bahwa kelebihan senyawa xanthone pada kulit buah manggis dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan tingkat depresi dan menstabilkan fungsi jaringan dalam tubuh. Senyawa xanthone berperan dalam mempercepat pembentukan eritrosit dalam darah yang berhubungan dengan proses hematopoetik. Menurut Handoko (2005), flavonoid berfungsi sebagai antioksidan. Flavonoid diduga berpengaruh dalam menghambat kerusakan hepar dengan cara mengikat radikal bebas sehingga dampaknya terhadap hepar berkurang.
Menurut Alviventiasari (2012) bahwa asam askorbat yang lebih dikenal dengan vitamin C dapat meningkatkan jumlah eritrosit melalui aktivasi enzim katalase. Asam askorbat atau vitamin C memiliki peran yang sangat penting sebagai koenzim dan pendonor elektron di dalam reaksi organik enzimatik dioksigenase seperti hidroksilasi disamping hal-hal tersebut ternyata kulit manggis juga mengandung banyak antioksidan yang tinggi dengan aktivitas yang kuat, selain itu juga disebutkan bahwa manggis memiliki kandungan berbagai jenis vitamin yang penting bagi tubuh seperti Besi, Serat, Kalsium, Vitamin C, Kalium, Vitamin B2, Protein, tannin, Fosforus, Natrium, Vitamin B1, Niasin. Buah manggis dengan anti oksidannya yang terdapat pada kulitnya dikenal sebagai anti oksidan yang efektif, karena mengandung senyawa biologi xanthon (Sitiatava, 2011).
(23)
2.4Karakteristik Darah
Darah adalah jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Darah memiliki rasa dan bau yang khas, serta pH 7,4 (7,35-7,45). Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan, bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah. Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-rata, dan kurang sedikit pada perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi sesuai perubahan cairan darah dan konsentrasi elektroniknya (Sloane, 2003).
Sel darah ada tiga yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Sel darah merah menyusun sedikitnya 45% dari total volume darah, sedangkan sel darah putih yang tersusun atas neutrofil, basofil, eosinofil, limfosit dan monosit menyusun kurang dari 1% dari seluruh total volume darah (Sloane, 2003). Nilai normal hematokrit tergantung jenis kelamin. Menurut Smith & Mangkoewidjojo (1988), rata-rata jumlah eritrosit mencit normal adalah berkisar 4x106– 6x106 butir/mm3, Jumlah eritrosit total pada tikus putih berkisar antara 7,2-9,6 juta/mm3 dan kadar hemoglobin normal pada mencit berkisar antara 10-14 gr/dL dan Kadar hemoglobin normal pada tikus putih antara 15-16 g/dL.
Menurut Shier et al. (2002) dalam Ganong (1979) eritrosit adalah sel yang berukuran kecil dan berdiameter kira-kira 7,5 μm. Sel ini berbentuk lempeng bikonkaf yang artinya tipis di bagian tengah dan tebal di bagian pinggir. Bentuk khusus eritrosit ini merupakan adaptasi fungsi sel darah merah yaitu dalam mentranspor gas. Bentuknya menyebabkan luas permukaan menjadi lebih besar di mana gas-gas dapat berdifusi. Pria normal, jumlah rata-rata sel darah merah per milliliter kubik adalah 46 x 105 – 62 x 105 dan pada wanita normal 42 x 105– 54 x 105 Jumlah sel darah merah biasanya naik setelah beberapa hari melakukan latihan berat atau jika sedang berada di tempat yang lebih tinggi karena kenaikan jumlah oksigen yang dibutuhkan.
Pembentukan eritrosit merupakan subyek dari kontrol umpan balik. Pembentukannya dihambat oleh kenaikan level sirkulasi sel darah merah terhadap
(24)
nilai supernormal dan distimulasi oleh anemia, juga distimulasi oleh hipoksia dan kenaikan pada jumlah sel darah merah yang bersirkulasi merupakan ciri umum karena aklimatisasi ketinggian (Ganong, 1979). Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis pigmen pernapasan yang mengikat oksigen. Volume hemoglobin mencapai sepertiga volume sel. Hemoglobin adalah molekul yang tersusun dari suatu protein, globin. Di dalam globin terdapat hem yang mengandung zat besi dan hem berperan dalam proses pewarnaan darah (Sloane, 2003).
Menurut Patimah (2007) bahwa zat besi merupakan prekursor yang sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dan sel darah merah (eritrosit). Defisiensi zat besi penyebab utama anemia gizi dibanding dengan defisiensi zat gizi lain seperti asam folat, vitamin B12, protein, vitamin, dan trace elements lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, anemia gizi zat besi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: kandungan zat besi dalam makanan sehari-hari yang kurang, penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah, adanya zat-zat yang menghambat penyerapan zat besi, dan parasit di dalam tubuh seperti cacing tambang atau cacing pita, diare, atau kehilangan banyak darah akibat kecelakaan atau operasi (Wirakusumah, 1998).
2.5 Deskripsi umum hati
Hati adalah organ terbesar kedua di tubuh dan kelenjar terbesar, dengan berat sekitar 1,5 kg. Organ ini terletak dalam rongga perut di bawah diafragma. Hati merupakan organ sensitif.Salah satu fungsinya yang penting adalah melindungi tubuh terhadap terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar, seperti obat tertentu. Sebagian besar obat masuk melalui saluran cerna, dan hati terletak diantara permukaan absortif dari saluran cerna dan organ target obat dimana hati berperan sentral dalam metabolisme obat. Obat-obatan merupakan bahan kimia yang sangat mungkin mempengaruhi fungsi organ dalam tubuh, terutama hati.Istilah yang digunakan untuk obat penyebab kerusakan hati disebut
obat penginduksi kerusakan hati’ (drug induced liver injury), sedangkan efeknya
disebut hepatotoksik atau toksik ke hati (Julita, 2012 dalam Clarianta & Fiana 2014).
(25)
Semua bahan kimia yang dikonsumsi, akan mengalami berbagai proses dalam tubuh, di antaranya adalah proses metabolisme di hati. Jika sel-sel hati terpapar oleh zat yang bersifat toksis dalam dosis dan waktu tertentu, maka sel-sel hati dapat mengalami kerusakan, sehingga enzim-enzim yang terdapat di dalam sel akan terlepas dan kadarnya dalam darah akan meningkat. Perubahan kadar enzim-enzim hati ini dalam darah dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui adanya kerusakan pada hati (Arfeliana, 2010). Gangguan hati dapat ditandai dengan peningkatan kadar SGOT dan SGPT, laktat dehidrogenase, kadar bilirubin serum, serta pepanjangan masa protombin (Wilmana, 1995).
2.6Serum Glutamic Piruvic Transaminase dan Serum Glutamic Oxaloacetik Transaminase
Hati merupakan organ pertama yang dicapai oleh obat-obatan dan zat lain yang diabsorbsi usus melalui vena porta, sehingga hepar adalah tempat utama metabolisme dan detoksifikasi (Minckler, 1991 dalam Lisdiana, 2004). Enzim SGPT merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif dalam mendiagnosis kerusakan hepatoseluler. Kadar SGPT dapat lebih tinggi dari kadar sekelompok transaminase lainnya dalam kasus kerusakan hati akibat penggunaan obat atau zat kimia (Surya, 2009). Enzim SGOT SGPT merupakan dua enzim transaminase yang dihasilkan oleh sel-sel hati dalam peningkatan SGOT dan SGPT mengindikasikan adanya kerusakan sel-sel hati, karena kedua enzim ini meningkat terlebih dahulu dan meningkat drastis bila dibandingkan dengan enzim-enzim lain ketika terjadi kerusakan sel-sel hepar (Fajariyah dkk. 2010).
Kadar enzim SGOT dan SGPT normal pada mencit yaitu SGOT 23,2 - 48,4 U/Ldan SGPT 2,1 – 23,8 U/L (Arfeliana, 2010), kadar normal SGOT tikus putih adalah 141 ± 67,4 U/Ldan kadar normal SGPT tikus putih adalah 12,6 ±4,40 U/L, Kadar enzim SGPT normal pada manusia yaitu berkisar antara 3 sampai dengan 45 U/L, sedangkan SGOT yang dianggap normal adalah 8 sampai dengan 33 U/L ( Fajariyah dkk. 2010). Radikal bebas akan menyebabkan gangguan integritas membran hepatosit sehingga menyebabkan keluarnya berbagai enzim dari hepatosit, antara lain SGOT dan SGPT, sehingga dapat menjadi indikator kerusakan hepar (Handoko, 2005).
(26)
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1Waktu dan tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 di Laboratorium Fisiologi Hewan Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara Medan, dan di Balai Laboratorium Kesehatan Medan Sumatera Utara.
3.2Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah mikroskop, masker, sarung tangan, jarum gavage, gelas beaker, jarum pentul, bak bedah, alat penghitung, gelas penutup, gelas ukur, blender, pisau, rotary evaporator, kertas saring, haemositometer, pipet eritrosit, spatula, spit 1 ml, pipet tetes, spektrofotometer microlab 300, tabung reaksi, mikropipet 100 µL dan 1000 µL, sentrifuge, rak tabung, water bath, beaker glass, timbangan digital, spatula dan kamera digital.
Bahan yang digunakan adalah tikus jantan (Rattus norvegicus.) strain Wistar, Kulit Manggis (Garcia mangostana L.), tabung Na-EDTA, pakan, sekam, minyak kelapa, akuades, larutan Hayem, CCl4, HCL 0,1, darah, Serum, larutan
drabkins, DMSO, reagent 1 SGPT (Tris, pH 7,5, L-alanin, LDH), reagen 2 (2-oxaglutarate, NADH), reagen 2 SGOT (Tris, pH 7,8, L-Aspartate, MDH, LDH) dan reagen 2 (2-Oxoglutarate, NADH), FeCl3, Ethyl Acetate.
3.3Rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 kontrol dan 3 perlakuan, dengan masing-masing 4 ulangan. Kontrol yang digunakan adalah kontrol CCl4 (kontrol karbon tetraklorida), kontrol pelarut
(minyak kelapa), kontrol blank (pemberian aquades), sedangkan perlakuan yang diberikan adalah dengan pemberian ekstrak kulit manggis dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 60 mg/100 BB, 80 mg/100 BB, 100 mg/100 BB. Jumlah tikus
(27)
setiap perlakuan adalah 4 ekor sehingga jumlah tikus yang digunakan adalah 32 ekor.
Tabel 3.3 Taraf Pembagian Perlakuan
Kelompok Pembagian Perlakuan
a. CCl4 KC10: CCl4 (0,7 mL/200 g BB ; 10 hari)
KC24: CCl4 (0,7 mL/200 g BB ;10 hari) dibedah hari ke 24
Kontrol
b. Pelarut (Minyak kelapa)
KP10: Minyak kelapa (0,7 mL/200 g BB ; 10 hari) KP24: Minyak kelapa (0,7 ml/200 g BB ;10 hari) dibedah hari ke 24
c. Normal (KB)
Aquades selama (10 hari), DMSO (14 hari)
Perlakuan
P1: CCl4 + ekstrak kulit manggis 60 mg/100 g BB 14 hari
P2: CCl4 + ekstrak kulit manggis 80 mg/100 g BB 14 hari
P3:CCl4 + ekstrak kulit manggis100 mg/100 g BB 14 hari
3.4Prosedur penelitian
3.4.1 Tahap Persiapan Hewan Coba
Tikus dipelihara dalam kandang plastik dengan anyaman kawat sebagai penutup, dasar kandang dilapisi sekam padi setebal 0,5-1 cm dan diganti sekali dalam tiga hari, ditempatkan dalam ruangan yang memiliki ventilasi dan mendapat cahaya matahari secara tidak langsung. Pemberian makan dan minum dilakukan setiap hari, pakan yang diberikan berupa pelet yang dicampur jagung halus dengan perbandingan 2 : 1 diberikan secara ad libitum serta air minum. Cahaya ruangan, kelembaban ruangan dan suhu berada pada kisaran alamiah. Jumlah tikus yang digunakan setiap perlakuan sebanyak 4 ekor dengan berat badan rata-rata 200-250 g.
3.4.2 Pembuatan Larutan CCl4
Dosis CCl4 yang menunjukkan efek kerusakan hati adalah 7 x 10-3 mL/ 20 g pada
mencit (Haki, 2009), setelah dikonversikan untuk tikus diperoleh dosis 0,049 mL/200 g pada tikus (Lampiran 8). karena sulitnya mengambil dosis CCl4 yang
diperlukan, maka CCl4 dilarutkan dalam minyak kelapa sehingga terbentuk
larutan CCl4 dan minyak kelapa (7 x 10-3 mL CCl4 dalam 0,1 mL minyak kelapa).
Minyak kelapa untuk mencit 0.1 mL/20 g BB (Haki, 2009), setelah dikonversikan dosis untuk tikus sebanyak 0,7 mL/200 gr BB. Untuk membuat stok larutan,
(28)
sebanyak 4,9 mL CCl4 dicampur dengan 70 mL minyak kelapa. Dosis larutan
yang diberikan kepada tikus sebanyak 0,7 mL/tikus.
3.4.3 Pembuatan Ekstrak Ethyl acetat Kulit Buah Manggis
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit buah manggis diperoleh dari Desa Sidikalang Kabupaten Dairi. Kulit buah dibersihkan dari pengotor lalu dicuci hingga bersih, dikupas kulit buah bagian paling dalam, dengan cara dikerok dengan menggunakan sendok, ditimbang dan diperoleh berat basah, selanjutnya kulit buah tersebut dikering anginkan selama 3 hari. Kulit manggis yang telah kering di blender menjadi serbuk lalu dimasukkan ke dalam botol bertutup kemudian dibasahi dengan Ethyl acetat sampai semua serbuk terendam, lalu di biarkan selama dua hari. Serbuk disaring dengan menggunakan kertas penyaring. Hasil penyaringan yang diperoleh diuapkan diatas water bath dan diperoleh ekstrak kental kulit manggis yang telah siap digunakan.
3.4.4 Cara Pemberian Perlakuan
Sebelum diberi perlakuan, tikus pada tiap-tiap kelompok terlebih dahulu dipuasakan selama 24 jam, kemudian ditimbang berat badannya, dosis diberikan sesuai dengan pembagian perlakuan (Tabel 3.3), tikus dibedah setelah diberi perlakuan dan ditentukan kadar SGPT, SGOT, jumlah eritrosit dan kadar Hb.
3.4.5 Pengambilan Darah Tikus
Setelah pemberian ekstrak kulit manggis selama 14 hari, hewan uji tikus jantan dibunuh dengan cara mendislokasi bagian leher, lalu dibedah, dan kemudian diambil darahnya dibagian pembuluh darah diantara jantung dan hati dengan menggunakan spuit lalu dimasukkan ke dalam tabung Na-EDTA.
3.4.6 Pengamatan morfologi hati
Pengamatan morfologi dilakukan dengan cara tikus jantan didislokasi dan dibedah, diambil organ hati serta diamati bagian permukaan luar hati dan warna hati. Penilaian tersebut normal bila permukaan rata dan halusmserta berwarna merah kecoklatan, sedangkan abnormal permukaan berupa jaringan ikat, kista
(29)
kecil, permukaan yang benjol-benjol atau abses dan menunjukkan perubahan warna (Robbins & Kumar, 1992).
Pengamatan morfologi hati dapat dihitung dengan rumus:
Jumlah hepar dengan morfologi normal
Jumlah total hepar x 100%
3.4.7 Penentuan kadar SGPT dan SGOT
3.4.7.1Pembuatan working reagen SGPT Dan SGOT
Reagen yang digunakan siap pakai yang disediakan di Balai Laboratorium Kesehatan Medan dengan cara, dicampur empat bagian reagen satu dengan 1 bagian reagent 2 dimasukkan dalam botol kemudian dihomogenkan.
3.4.7.2Penentuan SGPT
Darah tikus disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit hingga didapatkan serum. Tiga buah tabung yang bersih disediakan, tabung blanko, tabung kontrol dan tabung sampel, dimasukkan reagen SGPT sebanyak 1000 µL kedalam tabung blanko, langsung baca pada alat spektrofotometer mikrolab 300, kemudian masukkan 100 µLkontrol, kedalam tabung kontrol, dan masukkan working reagen SGPT sebanyak 1000 µL, kemudian baca pada alat spektrofotometer mikrolab 300, pada tabung sampel dimasukkan 100 µLserum ke dalam tabung sampel dan ditambahkan working reagen SGPT sebanyak 1000 µL, kemudian baca pada alat spektrofotometer mikrolab 300 dan dicatat hasil (Subrata, 1988).
3.4.7.3Penentuan SGOT
Tiga buah tabung yang bersih disediakan, tabung blanko, tabung kontrol dan tabung sampel, dimasukkan reagen SGOT sebanyak 1000 µL kedalam tabung blanko, langsung baca pada alat spektrofotometer mikrolab 300, kemudian masukkan 100 µL kontrol, kedalam tabung kontrol, dan masukkan working reagen SGOT sebanyak 1000 µL, kemudian baca pada alat spektrofotometer mikrolab 300, pada tabung sampel dimasukkan 100 µLserum ke dalam tabung
(30)
sampel dan ditambahkan working reagen SGOT sebanyak 1000 µL, kemudian baca pada alat spektrofotometer mikrolab 300 dan dicatat hasil (Subrata, 1988).
3.4.8 Penentuan Jumlah Eritrosit
Dimasukkan larutan Hayem (pengencer) sebanyak 1990 μL ke dalam tabung, ditambahkan darah EDTA sebanyak 10 μL kedalam tabung berisi larutan hayem, dihomogenkan agar larutan hayem melisiskan sel-sel selain eritrosit. Diletakkan bilik hitung dibawah mikroskop, ditutup dengan deck glass, diambil campuran darah dengan menggunakan pipet tetes, diteteskan disalah satu sisi bilik hitung, dibaca dengan pembesaran 40x. Dihitung jumlah eritrosit dalam bilik hitung dengan 5 bilik hitung daerah R. Perhitungan dimulai dari sebelah kiri secara zig zag (Subrata, 1988).
Jumlah Total Eritosit = a x 104
Keterangan: a = jumlah eritrosit hasil perhitungan dalam hemositometer
Gambar 3.4.6 Kamar hitung
3.4.9 Penentuan Kadar Hemoglobin
Penetapan kadar hemoglobin menggunakan metode Cyanmeth hemoglobin. Dua buah tabung reaksi disediakan, tabung reaksi pertama sebagai blanko, tabung reaksi kedua sebagai sampel. Larutan drabkins dimasukkan ke dalam masing-masing tabung sebanyak 5 mL, diambil darah dengan menggunakan mikropipet 0,02 mL dimasukkan ke dalam tabung sampel, dihomogenkan selama 3 menit,
(31)
kemudian di masukkan tabung blanko ke dalam spektrofotometer, tujuannya untuk menzero kan alat lalu, tunggu sampai hasil keluar, kemudian di masukkan tabung sampel ke dalam spektrofotometer tunggu sebentar lalu catat hasil yang ada pada alat spektofotometer dengan panjang gelombang 546 nm (Subrata, 1988).
3.5 Analisis Data
Data yang didapat dari setiap parameter (variabel) pengamatan dicatat dan disusun di dalam bentuk tabel. Data kuantitatif (variabel dependen) yang didapatkan, diuji dengan bantuan program statistik komputer program SPSS release 22.
(32)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap fungsi hati dan kuantitas sel darah merah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan strain wistar yang dipapari dengan karbon tetraklorida (CCl4) diperoleh hasil sebagai berikut:
4.1. Gambaran Morfologi Hati Tikus
Tabel 4.1. Data morfologi hepar tikus setelah pemberian ekstrak kulit manggis
Perlakuan Pengamatan
Warna Permukaan
KC10 100 (A) 50 (N)
50 (A)
KC24 100 (A) 25 (N)
75 (A)
KB 100 (N) 100 (N)
KP10 100 (N) 100 (N)
KP24 75 (N)
25 (A)
100 (N
P1 75 (N)
25 (A)
75 (N) 25 (A)
P2 75 (N)
25 (A)
75 (N) 25 (A)
P3 75 (N)
25 (A)
100 (N)
Keterangan: Normal (N) dan Abnormal (A)
Pada Tabel 4.1, gambaran morfologi hati dapat dilihat bahwa pada kontrol blank semua hati normal baik warna dan permukaan hati sebesar (100 %), sedangkan yang diinduksi kerusakan hati pakai CCl4 selama 10 hari dan 24 hari terlihat
warna hati mencapai 100% abnormal dan permukaan hati pada KC10 abnormal (50 %) abnormal dan KC24 abnormal (75 %), sedangkan yang diberi minyak kelapa sebagai pelarut karbon tetraklorida warna dan permukaan hati pada KP10 normal (100 %), pada KP24 warna hati abnormal (25 %) tetapi permukaan hati 100 % normal, sehingga dapat diketahui bahwa yang mengakibatkan kerusakan hati adalah karbon tetraklorida dan minyak kelapa hanya sebagai pelarut. Karbon tetraklorida merupakan salah satu jenis hepatotoksin yang dapat menghasilkan
(33)
senyawa radikal bebas. Karbon tetraklorida tertimbun dalam lemak tubuh, hati dan sumsum tulang belakang. Karbon tetraklorida diaktifkan oleh enzim sitokrom P 450 menjadi radikal triklorometil peroksi yang reaktivitasnya tinggi dapat menyebabkan autooksidasi pada asam lemak yang terdapat dalam membran sel (Klassen, 2001 dalam Adikusuma & Moch, 2014). Dalam proses metabolisme tubuh, terjadi reaksi oksidasi dan reduksi sehingga terbentuk radikal bebas yang bersifat oksidator dengan oksigen yang reaktif. Karena kereaktifannya, radikal bebas itu mengoksidasi zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh, sehingga menyebabkan sejumlah jaringan tubuh rusak (Yatman, 2012).
Menurut Robins & Kumar (1992), permukaan hati yang normal memilki permukaan yang rata dan halus serta berwarna merah kecoklatan, sedangkan hati yang abnormal memiliki permukaan bintik-bintik dan mengalami perubahan warna. Menurut Sulistianto dkk. (2004), di dalam hati zat kimia akan mengalami metabolisme yang dapat mengurangi sifat toksik. Hati memiliki daya regenerasi yang sangat baik, tetapi bila kerusakan terjadi berulang, maka akan mengakibatkan kerusakan hati seperti struktur hepar yang tidak teratur, dan CCl4
dapat mengakibatkan perubahan warna dan perlemakan pada hati karena CCl4
bersifat hepatotoksik.
Pemberian ekstrak kulit manggis dengan konsentrasi 60 mg, 80 mg dan 100 mg/100 g BB setelah terjadinya kerusakan hati oleh CCl4, gambaran hati
dapat dilihat pada P1, P2 dan P3 warna hati 75 % normal dan permukaan hati pada P1 dan P2 normal 75 % tetapi pada P3 permukaan hati 100 % normal. Kulit buah manggis mengandung senyawa xanthon, tanin dan flavonoid. Xanthon merupakan senyawa ketin siklik polifenol dengan rumus molekul C15H8O2 yang
memiliki aktifitas sebagai antioksidan, antiinflamasim antibakteri, dan antikanker. Ekstrak kulit manggis dapat memberikan efek protektif terhadap gambaran histologi hepar yang mengalami pembengkakan sel setelah diinduksi dengan rifampisin (Clarianta & Fiana, 2014) .
Penelitian yang dilakukan oleh The National Research Institute of Chinese Medicine di Taiwan menyatakan bahwa garcinone E (derivat xanton), efektif untuk menghambat kanker hati, kanker lambung, dan kanker paru. Khasiat garcinone E lebih efektif untuk menghambat sel kanker bila dibandingkan
(34)
dengan obat kanker seperti flauraucil, cisplatin, vincristin, metohotrexete, dan mitoxiantrone (Yatman, 2012). Gambaran morfologi hati tikus yang normal dan abnormal dapat dilihat pada gambar 4.1
(a) (b)
Gambar 4.1 Morfologi hepar tikus setelah pemberian Karbon tetraklorida. (a) Hepar normal dengan warna merah kecoklatan
(b) Hepar abnormal dengan warna coklat gelap dan permukaan berbintik
4.2 Kadar Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT)
Pengamatan terhadap kadar SGPT tikus yang diberi ekstrak kulit manggis dapat dilihat pada lampiran 2, berdasarkan hasil uji anova diperoleh hasil yang signifikan, artinya setiap perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kadar SGPT. Nilai Kadar SGPT dapat dilihat pada kontrol blank sebesar 205,2 U/L, sedangkan yang diinduksi kerusakan hati pakai CCl4 pada KC10 nilai SGPT
sebesar 308,7 U/L dan pada KC24 sebesar 343,7 U/L, sedangkan nilai SGPT pada pelarut minyak kelapa pada KP10 sebear 242,6 U/L dan pada KP24 sebesar 215,6 U/L, sehingga dapat diketahui yang mengakibatkan peningkatan kadar SGPT adalah karbon tetraklorida dan minyak kelapa hanya sebagai pelarut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Surya (2009) pemberian karbon tetraklorida selama 24 jam dapat mengakibatkan peningkatan kadar SGPT.
Pemberian ekstrak kulit manggis setelah terjadinya peningkatan SGPT oleh CCl4, diperoleh hasil pada P1 kadar SGPT sebesar 153,3 U/L, pada P2
sebesar 230 U/L dan pada P3 sebesar 263,4 U/L, masing-masing hasil dari perlakuan pemberian ekstrak kulit manggis mengalami penurunan mendekati normal. Penurunan kadar SGPT akibat pemberian ekstrak kulit manggis
(35)
disebabkan karena pada kulit manggis mengandung senyawa flavonoid xanthon yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas yang ditimbulkan oleh CCl4, sehingga kadar SGPT turun.
Gambar 4.2 Kadar SGPT tikus putih yang diberi ekstrak kulit manggis dengan konsentrasi yang berbeda. KC10= Kontrol CCl4 10 hari;
KC24=Kontrol CCl4 24 hari; KP10= Kontrol pelarut kelapa 10 hari;
KP24= Kontrol pelarut minyak kelapa 24 hari; KB= Kontrol Blank; P1, P2 dan P3= Ekstrak kulit manggis masing-masing 60 mg, 80 mg dan 100 mg.
Menurut Zarena (2009) dalam Dewita (2015), kulit manggis yang diekstrak dengan menggunakan ethyl asetat dapat sebagai sumber antioksidan yang baik dengan cara mendonasikan elektron kepada radikal bebas untuk membentuk produk stabil sehingga tidak menimbulkan reaksi lanjut. Antioksidan dapat mencegah terjadinya peroksidasi lipid baik pada tahap inisiasi, propagasi maupun pada tahap terminasi. Pada tahap inisiasi, peroksidasi lipid dapat dicegah oleh peredam radikal bebas, dan pada tahap propagasi diputus oleh peredam radikal peroksi seperti antioksidan flavonoid sedangkan pada tahap terminasi, radikal lipid seperti radikal lipid peroksi dan radikal alkoksil dapat diredam oleh antioksidan fenol yang ada pada kulit manggis (Middleton et al. 2000 dalam Arsana, 2014). Ekstrak kulit manggis mengandung gula sakarosa, dekstrosa xanton, tannin, dan katekin. Buah manggis merupakan buah yang bermanfaat,
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
KC10 KC24 KP10 KP24 KB P1 P2 P3
Rerata kad ar SGP T (U /L ) Perlakuan ab ab ab a ab b ab ab
(36)
pada kulit buah manggis ditemukan zat xanthon, yang memiliki aktifitas sebagai antioksidan, antibakteri, dan antiinflamasi (Nurchasanah, 2013 dalam Clarianta & Fiana, 2014).
4.3 Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT)
Pengamatan terhadap kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) tikus putih yang diberi ekstrak kulit manggis dengan konsentrasi 60 mg, 80 mg dan 100 mg dapat dilihat pada lampiran 3, berdasarkan hasil uji anova diperoleh hasil yang signifikan yang artinya perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kadar SGOT. Nilai Kadar SGOT dapat dilihat pada kontrol blank sebesar 228,6 U/L, sedangkan yang diinduksi kerusakan hati pakai CCl4 pada KC10 nilai
SGOT sebesar 392,3 U/L dan pada KC24 sebesar 418,6 U/L, sedangkan nilai SGOT pada pelarut minyak kelapa pada KP10 sebesar 343,2 U/L dan pada KP24 sebesar 330,8 U/L, sehingga dapat diketahui yang mengakibatkan peningkatan kadar SGOT adalah karbon tetraklorida dan minyak kelapa hanya sebagai pelarut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Handoko (2005) terjadinya peningkatan kadar SGOT setelah pemberian karbon tetraklorida.
Pemberian ekstrak kulit manggis setelah terjadinya peningkatan SGOT oleh CCl4, diperoleh hasil pada P1 kadar SGOT sebesar 240,4 U/L, pada P2
sebesar 301,9 U/L dan pada P3 sebesar 247,6 U/L, masing-masing hasil dari perlakuan pemberian ekstrak kulit manggis mengalami penurunan mendekati normal. Penurunan kadar SGOT pada perlakuan ekstrak kulit manggis dikibatkan karena senyawa fenol yang terdapat pada kulit manggis bersifat antioksidan yang dapat mencegah adanya radikal bebas dalam tubuh sehingga dapat menurunkan kadar SGOT dan mencegah kerusakan hati yang diakibatkan oleh karbon tetraklorida, sehingga bersifat sebagai hepatoprotektor.
Menurut Wilmana (1995 dalam Haki, 2009) gangguan hati ditandai dengan peningkatan aktivitas serum transaminase berupa SGPT dan SGOT. Enzim SGOT merupakan salah satu enzim aminotransferase yang sering digunakansebagai indikator adanya gangguan fungsihati, karena enzim AST yang terdapat di intraselular akan dilepaskan ke dalam sirkulasi darah bila terdapat nekrosis atau kerusakan sel hati secara akut.
(37)
Gambar 4.3 Kadar SGOT tikus putih yang diberi ekstrak kulit manggis dengan konsentrasi yang berbeda. KC10= Kontrol CCl4 10 hari;
KC24=Kontrol CCl4 24 hari; KP10= Kontrol pelarut kelapa 10 hari;
KP24= Kontrol pelarut minyak kelapa 24 hari; KB= Kontrol Blank; P1, P2 dan P3= Ekstrak kulit manggis masing-masing 60 mg, 80 mg dan 100 mg.
Antioksidan yang terdiri dari flavonoid, tannin, triterpene, saponin, dan polifenol menunjukkan aktivitas antioksidan yang menyebabkan peroksida lipid yang ditimbulkan oleh radikal bebas CCl4 berkurang, sehingga fungsi membran
sel tetap terjaga (Hodgsons, 2000 dalam Haki, 2009). Menurut Maulina (2011), pemberian ekstrak kulit manggis selama 14 hari dapat memperbaiki fungsi hati, meskipun mencit tersebut telah terpapar sebelumnya dengan MSGselama 21 hari, sesuai dengan penelitian (Weecharangsan et al. 2006), kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) mengandung senyawa yang memiliki aktifitas farmakologi sebagai antioksidan, yaitu senyawa flavonoid, tanin dan xanthones. Mekanisme kerja senyawa xanthone yaitu dengan cara menghambat produksi Reactive Oxigen Spesies intraseluler secara signifikan (Moongkardi et al. 2004). Menurut Arsana (2014), Antioksidan pada kulit manggis akan menangkal atau meredam dampak negatif bebas dalam tubuh dengan cara mendonorkan elektronnya kepada radikal bebas sehingga aktivitasnya bisa dihambat.
Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), kadar normal SGPT tikus adalah 17,5–30,2 U/L dan kadar normal SGOT tikus adalah 45,7-80,8 U/L, pada penelitian ini kadar SGPT dan SGOT pada kelompok kontrol nilai nya lebih besar
0 200 400 600
KC10 KC24 KP10 KP24 KB P1 P2 P3
Re rat a k ad ar S G OT (U/L)
a
c
a
ab
b
b
ab
b
Perlakuan(38)
dibandingkan dengan nilai normal tikus, perbedaan hasil analisis tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor stres yang dapat terjadi melalui peningkatan aktivitas syaraf simpatik perifer (Arakawa et al. 1996), perbedaan bobot tikus, hemolisis, keadaan fisiologis dan makroenzim yang berbeda, alat dan metode analisis dan perbedaan kit reagen yang digunakan (Arakawa et al. 1996., Hollans &Logan, 1996 dalam Adikususma, 2014).
4.4 Jumlah Sel Darah Merah (Eritrosit)
Pengamatan terhadap jumlah sel darah merah (Eritrosit) terhadap tikus putih yang diberi ekstrak kulit manggis dengan konsentrasi 60 mg, 80 mg dan 100 mg dapat dilihat pada lampiran 4. Berdasarkan hasil uji Anova yang telah dilakukan hasil yang didapat tidak signifikan yang artinya perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap jumlah eritrosit, sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut. Jumlah sel darh merah dapat dilihat pada kontrol blank sebesar 7,56 x 106/mm3, sedangkan yang diinduksi kerusakan hati pakai CCl4 pada KC10 jumlah
sel darah merah sebesar 7,49 x 106/mm3, dan pada KC24 sebesar 5,71 x 106/mm3, sedangkan jumlah sel darah merah pada pelarut minyak kelapa pada KP10 7,62 x 106/mm3, dan pada KP24 sebesar 7,61 x 106/mm3, sehingga dapat diketahui yang mengakibatkan penurunan jumlah eritrosit adalah karbon tetraklorida dan minyak kelapa hanya sebagai pelarut.
Pemberian ekstrak kulit manggis setelah terjadinya penurunan jumlah eritrosit oleh CCl4, diperoleh hasil pada P1 jumlah eritrosit sebesar 7,60 x
106/mm3 pada P2 sebesar 7,86 x 106/mm3 dan pada P3 sebesar 8,29 x 106/mm3, masing-masing hasil dari perlakuan pemberian ekstrak kulit manggis mengalami peningkatan jumlah eritrosit mendekati normal. Peningkatan jumlah eritrosit pada perlakuan pemberian ekstrak kulit manggis diduga disebabkan karena adanya senyawa flavonoid yaitu xanthon yang terdapat di dalam kulit manggis yang bersifat antioksidan dan dapat membantu pembentukan sel darah merah di dalam tubuh sehingga jumlahnya dalam tubuh normal, dengan cara menghambat pembentukan radikal bebas yang diakibatkan oleh CCl4.
Kekurangan eritrosit dalam tubuh akan mengakibatkan anemia, karena kandungan hemoglobin rendah dalam tubuh dan menurunnya volume darah dari
(39)
normal, sedangkan kelebihan eritrosit dalam tubuh akan menimbulkan polistemia, karena meningkatnya viskositas (kekentalan) darah. Eritrosit tidak memiliki nukleus, organel, atau ribosom, tetapi dipenuhi oleh hemoglobin, yaitu molekul mengandung besi yang dapat berikatan dengan O2 secara longgar dan reversibel.
Oksigen sukar larut dalam darah sehingga hemoglobin merupakan pengangkut oksigen dalam darah. Didalam eritrosit matang terdapat sedikit enzim glikolitik dan karbonat anhidrase yang berperan untuk menghasilkan energi dan CO2 dalam
darah dan umur eritrosit 120 hari (Zulkifli dkk., 2014).
Senyawa xanthone yang terkandung dalam kulit buah manggis memiliki antioksidan yang tinggi serta bersifat sebagai immunomodulator yang bisa menstabilkan sel-sel di dalam tubuh serta dapat membantu dalam proses pembentukan eritrosit (Fauziah, 2013). Immunomodulator adalah senyawa yang dapat menormalkan atau mengoptimalkan kerja sistem imun sehingga komponen dalam darah stabil (Ruslami, 2010). Menurut Yunitasari (2011), kulit buah manggis mengandung senyawa xanthone yang penting bagi tubuh yang berperan dalam membantu pembentukan eritrosit.
4.5 Kadar Hemoglobin (Hb)
Pengamatan terhadap kadar hemoglobin (Hb) tikus yang diberi ekstrak kulit manggis dengan konsentrasi 60 mg, 80 mg dan 100 mg dapat dilihat pada lampiran 5, berdasarkan hasil uji anova diperoleh hasil yang signifikan artinya perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kadar hemoglobin.
Nilai Kadar Hb dapat dilihat pada kontrol blank sebesar 12,3 g/100mL, sedangkan yang diinduksi kerusakan hati pakai CCl4 pada KC10 nilai Hb sebesar 15,5
g/100mL dan pada KC24 sebesar 14,4 g/100mL, sedangkan nilai Hb pada pelarut minyak kelapa pada KP10 sebesar 13,9 g/100mL dan pada KP24 sebesar 13,4 g/100mL, sehingga dapat diketahui yang mengakibatkan peningkatan kadar Hb adalah karbon tetraklorida dan minyak kelapa hanya sebagai pelarut.
Pemberian ekstrak kulit manggis setelah peningkatan kadar Hb oleh CCl4,
diperoleh hasil pada P1 kadar Hb sebesar 12,4 g/100mL, pada P2 sebesar 12,0 g/100mL dan pada P3 sebesar 11,6 g/100mL, masing-masing hasil dari perlakuan pemberian ekstrak kulit manggis mengalami penurunan kadar hemoglobin
(40)
mendekati normal. Dari penelitian yang telah dilakukan, adanya peningkatan kadar hemoglobin pada masing-masing perlakuan, disebabkan karena senyawa flavonoid yang terdapat dalam kulit manggis dapat membantu proses pembentukan hemoglobin serta dapat mengurangi atau menetralkan dan menstabilkan sel-sel yang telah dirusak oleh radikal bebas yang ada dalam tubuh yang ditimbulkan oleh karbon tetraklorida. Xanthon merupakan senyawa ketin siklik polifenol dengan rumus molekul C15H8O2 yang memiliki aktifitas sebagai
antioksidan (Clarianta & Fiana, 2014).
Gambar 4.4 Kadar Hb tikus putih yang diberi ekstrak kulit manggis dengan konsentrasi yang berbeda. KC10= Kontrol CCl4 10 hari;
KC24=Kontrol CCl4 24 hari; KP10= Kontrol pelarut kelapa 10 hari;
KP24= Kontrol pelarut minyak kelapa 24 hari; KB= Kontrol Blank; P1, P2 dan P3= Ekstrak kulit manggis masing-masing 60 mg, 80 mg dan 100 mg.
Menurut Evani (2013), Kulit buah manggis yang mengandung senyawa xanthon memiliki fungsi antioksidan tinggi sehingga dapat menetralkan dan menghancurkan radikal bebas yang memicu munculnya penyakit. Radikal bebas akan mengoksidasi zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh, menyebabkan sejumlah jaringan tubuh rusak dan radikal peroksil akan mengoksidasi xanthon dengan cepat, sehingga radikal peroksil akan berubah menjadi R-H. Perubahan terjadi karena molekul oksigen direduksi oleh garcinon B sebagai derivat xanthon, sehingga dapat menghambat radikal bebas (Yatman, 2012).
0 5 10 15 20
KC10 KC24 KP10 KP24 KB P1 P2 P3
Re rat a k ad ar Hem oglob in ( g/d L) Perlakuan a ab
ab
ae bde(41)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
a.Gambaran morfologi hati tikus setelah pemberian CCl4 dan ekstrak kulit
manggis pada perlakuan P1 dan P2 warna dan permukaan hati 75% normal tetapi pada perlakuan P3 warna hati 75 % normal dan permukaan hati 100 % normal.
b. Pemberian CCl4 dosis 0,7 ml/200g BB tikus dapat meningkatkan kadar SGPT
dan SGOT.
c. Pemberian CCl4 dosis 0,7 ml/200g BB tikus dapat menurunkan jumlah eritrosit
dan meningkatkan kadar Hemoglobin
d. Pemberian ekstrak kulit manggis pada konsentrasi 60 mg/100 g BB dapat menurunkan kadar SGPT dan SGOT mendekati normal.
e. Pemberian ekstrak kulit manggis pada konsentrasi 100 mg/100 g BB dapat menurunkan kadar hemoglobin dan meningkatkan jumlah eritrosit.
5.2 Saran
Saran dari penelitian ini adalah:
a. Perlu diketahui konsentrasi yang tepat untuk dapat menurunkan kadar SGPT dan SGOT mendekati normal.
b. Perlu dilakukan penelitian terhadap hewan yang penanganannya lebih mudah terutama dalam pengambilan sampel darah.
(42)
DAFTAR PUSTAKA
Adikusuma, W dan Moch, S. B. 2014. Efek Hepatoprotektif Serbuk Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) Dilihat Dari Aktivitas SGPT dan SGOT Tikus Jantan Yang Diinduksi CCl4. 4(2): 165-170.
Alviventiasari, R.S. 2012. Pengaruh Pemberian Dosis Bertingkat Jus Mengkudu (Morinda citrifolia L) Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Galur Wistar (Rattus norvegicus) Yang Diberi Paparan Asap Rokok. [Karya Tulis Ilmiah]. Semarang: Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. hlm 22. Arfeliana, C. 2010. Pengaruh Pemberian Teh Hitam Terhadap Kadar SGPT Dan
SGOT Mencit BALB/C. [Karya Tulis Ilmiah]. Semarang: Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. hlm 4.
Arsana, I. Y. 2014.Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Dan Pelatihan Fisik Menurunkan Stres Oksidatif Pada Tikus Wistar (Rattus Norvegicus) Selama Aktivitas Fisik Maksimal. [Disertasi]. Denpasar. Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana.
Chaverri, J. P., N. C. Rodriguez, M. O. I and Rojas, J. M. P. 2008. Medicinal
Properties of Mangosteen (Garcinia mangostana). Food and Chem.
Toxicol. 46(2): 3227-3239
Clarinta U., Muhartono dan Fiana D. N. 2014. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 40% Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Hepar Tikus Putih(Rattus Norvegicus) Galur Sprague dawley yang DiinduksiRifampisin. Medical journal of lampung university. 3(2): 2337-3776
Dewita, G. 2015. Efektivitas Ekstrak Kulit Manggis Sebagai Nefroprotektor. Artikel review. 4(2): 13-14.
Fajariah, S., Eva Tyas., Yunita Arisandi. 2010. Efek Pemberian Estrogen Sintetis (Diethylstillbestrol) Terhadap Struktur Hepar Dan Kadar SGOT Dan SGPT Pada Mencit (Mus musculus) Betina Strain Balb’C. Jurnal ILMU DASAR. 11(1): 76-82.
Fauziah, N., Ramadhan, S dan Gustina, I. 2013. Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Hematokrit Mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster. [Skripsi]. Sumatera Barat: Fakultas MIPA, Universitas Negeri Padang.
Ganong, W.F. 1979. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. hlm 8.
(43)
Gultom, I. N. 2003. Hubungan Beberapa Parameter Anemia Dengan Derajat Keparahan Sirosis Hati. [Skripsi]. Medan. Fakultas kedokteran. USU. Haki, M. 2009. Efek Ekstrak Daun Talok (Muntingia calabura L.) Terhadap Aktivitas Enzim SGPT Pada Mencit Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret.
Hardono, J. 1997. Obat Tradisional Dalam Zaman Teknologi. Majalah Kesehatan Masyarakat. 56: 3-6.
Handoko, L. 2005. Pengaruh Ekstrak Daun Apium graviolens Terhadap Perubahan SGOT Dan SGPT Tikus Wistar Jantan Yang Dipapar Karbon Tetraklorida. [Skripsi]. Semarang: Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. hlm 13.
Hutapea, J.R. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. hlm 69.
Jakatama, W.S. 2009. Pengaruh Ekstrak Buah Merah (Pandanus conoideus lam) Terhadap Penurunan Kadar SGOT Hepar Tikus Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus L.) Yang Diinduksi CCl4. Karya Tulis Ilmiah.
Bandung. Fakultas Kedokteran: Universitas Kristen Maranatha.
Junieva, P. N. 2006. Pengaruh Pemberian Ekstrak Meniran (Phyllanthus sp.) Terhadap Gambaran Mikroskopik Paru Tikus Wistar yang Diinduksi Karbon Tetraklorida. [Skripsi]. Semarang: Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro.
Lisdiana, 2004. Pemanfaatan Rimpang Kunir Putih (Curcuma zeduaria) sebagai pengurang Kerusakan Struktur Mikroanatomi Hepar Mencit Akibat Alkohol. Hayati. 9: 119-123
Mukti, L. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis Dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Strain DDW Yang Di Papari Oleh Monosodium Glutamate (MSG) Dibandingkan Dengan Vitamin E. [Tesis]. Medan: Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara.
Nugroho, A. E. 2011. Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Bagian Farmakologin dan Farmasi Klinik. Fakultas Farmas :Universitas Gadjah Mada. hlm 3.
Nurdiana, Sidharta, B, dan Cholifah, A.2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Mawar Merah (Rosa damascena Mill.) Dalam Bentuk Tablet Effervescent
(44)
Terhadap Kadar MDA (Malondialdehid) Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus) Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida (CCl4).
Oktaviani, E. 2013. Pengaruh Jus Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Profil Farmakokinetik Parasetamol Pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Galur Wistar. [Skripsi]. Pontianak: Fakultas Kedokteran. Universitas Tanjungpura.
Patimah, S. 2007. Pola Konsumsi Ibu Hamil dan Hubungannya Dengan Kejadian Anemia Defisensi Besi. Jurnal Penelitian Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kedokteran. hlm 8-9.
Persada, N. I. 2009. Pengaruh Ekstrak Kulit Apel Rome Beauty Dalam Mengurangi Kerusakan Histologis Hati Mencit Yang Diinduksi CCl4.
[Skripsi]. Surakarta: Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret. hlm 20.
Robbins, S. L. dan Kumar, V. 1992. Buku Ajar Patologi 1. Surabaya: Penerbit Buku Kedokteran EGC. hlm. 14.
Ruslami, R. 2010. Peranan Immunomodulator Untuk Penanganan Penyakit. Departemen Farmakologi dan Terapi FK UNPAD.
Sitiatava, R.P. 2011. Manggis Pembasmi Kanker. Penerbit: DIVA Press.
Sloane, E. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. hlm 218-219.
Smith, J.B dan Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan,Pembuahan dan Penggunaan Hewan Percobaan Didaerah Tropis. Jakarta: Universitas Indonesia. hlm 72.
Subrata, G. 1988. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.
Sulistianto, D.E., Marti, H dan Noor, S. H. 2004. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl] terhadap Struktur Histologis Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) setelah Perlakuan dengan Karbon Tetraklorida (CCl4) secara Oral. BIO SMART. 6(2): 91-95.
Surya, H. D. 2009. Efek Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L) Terhadap Kadar Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit Dengan Induksi Karbon Tetraklorida. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Kedokteran: Universitas Sebelas Maret.
Tappi, E. S., Poppy. L dan Lily L. L. 2013. Gambaran Histopatologi Hati Tikus Wistar Yang Diberikan Jus Tomat (Solanum Lycopersicum) Pasca
(45)
Kerusakan Hati Wistar Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida (CCl4). 1(3):
1126-1127
Wahyuni, S. 2005. Pengaruh Daun Sambiloto (Andrographis paniculata NEES) Terhadap Kadar SGPT dan SGOT Tikus Putih. Malang. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadyah.
Weecharangsan, WP and Opanasopit, 2006. Antioxidative And Neuroprotective Activities Of Extracts From The Fruit Hull Of Mangosteen (Garcinia mangostana Linn.). Med Princ Pract 15(4): 281-282.
Wilmana F. 1995. Analgesik Antipiretik, Analgesik Anti Inflamasi Nonsteroid dan obat Pirai. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Bagian Farmakologi FKUI. hlm 214.
Wirakusumah, E. S. 1998. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta: Trubus Agriwidya. hlm. 5-11.
Yatman, E. 2012. Kulit Buah Manggis Mengandung Xanton Yang Berkhasiat Tinggi. Universitas Diponegoro. hlm 3.
Yunitasari, L. 2011. Gempur 41 Penyakit dengan Buah Manggis: Khasiat dan Cara Pengolahannya untuk Kesehatan. Pustaka Baru Press: Yogyakarta. Zulkifli., Maruni. W.D., Yunan, J dan Laksmi, S. 2014. Jumlah Eritrosit Darah
Tepi Hewan Coba Tikus Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistaryang Diberikan Air Seduhan Kelopak Bunga Rosela Merah (Hibiscus sabdariffa). Media Bina Ilmiah 11. 8(4): 16-18.
(46)
Lampiran 2
Analisis Statistik Kadar SGPT Tikus
ANOVA
Kadar_SGPT
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 100904,920 7 14414,989 2,663 ,034
Within Groups 129900,295 24 5412,512
Total 230805,215 31
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kadar_SGPT Bonferroni
(I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
KC10 KC24 -35,0250 52,0217 1,000 -217,757 147,707
KP10 66,1250 52,0217 1,000 -116,607 248,857
KP24 93,1250 52,0217 1,000 -89,607 275,857
KB 103,5250 52,0217 1,000 -79,207 286,257
P1 155,3500 52,0217 ,180 -27,382 338,082
P2 78,7250 52,0217 1,000 -104,007 261,457
P3 45,2750 52,0217 1,000 -137,457 228,007
KC24 KC10 35,0250 52,0217 1,000 -147,707 217,757
KP10 101,1500 52,0217 1,000 -81,582 283,882
KP24 128,1500 52,0217 ,597 -54,582 310,882
KB 138,5500 52,0217 ,381 -44,182 321,282
P1 190,3750* 52,0217 ,035 7,643 373,107
P2 113,7500 52,0217 1,000 -68,982 296,482
P3 80,3000 52,0217 1,000 -102,432 263,032
KP10 KC10 -66,1250 52,0217 1,000 -248,857 116,607
KC24 -101,1500 52,0217 1,000 -283,882 81,582
KP24 27,0000 52,0217 1,000 -155,732 209,732
KB 37,4000 52,0217 1,000 -145,332 220,132
P1 89,2250 52,0217 1,000 -93,507 271,957
P2 12,6000 52,0217 1,000 -170,132 195,332
P3 -20,8500 52,0217 1,000 -203,582 161,882
KP24 KC10 -93,1250 52,0217 1,000 -275,857 89,607
KC24 -128,1500 52,0217 ,597 -310,882 54,582
(47)
KB 10,4000 52,0217 1,000 -172,332 193,132
P1 62,2250 52,0217 1,000 -120,507 244,957
P2 -14,4000 52,0217 1,000 -197,132 168,332
P3 -47,8500 52,0217 1,000 -230,582 134,882
KB KC10 -103,5250 52,0217 1,000 -286,257 79,207
KC24 -138,5500 52,0217 ,381 -321,282 44,182
KP10 -37,4000 52,0217 1,000 -220,132 145,332
KP24 -10,4000 52,0217 1,000 -193,132 172,332
P1 51,8250 52,0217 1,000 -130,907 234,557
P2 -24,8000 52,0217 1,000 -207,532 157,932
P3 -58,2500 52,0217 1,000 -240,982 124,482
P1 KC10 -155,3500 52,0217 ,180 -338,082 27,382
KC24 -190,3750* 52,0217 ,035 -373,107 -7,643
KP10 -89,2250 52,0217 1,000 -271,957 93,507
KP24 -62,2250 52,0217 1,000 -244,957 120,507
KB -51,8250 52,0217 1,000 -234,557 130,907
P2 -76,6250 52,0217 1,000 -259,357 106,107
P3 -110,0750 52,0217 1,000 -292,807 72,657
P2 KC10 -78,7250 52,0217 1,000 -261,457 104,007
KC24 -113,7500 52,0217 1,000 -296,482 68,982
KP10 -12,6000 52,0217 1,000 -195,332 170,132
KP24 14,4000 52,0217 1,000 -168,332 197,132
KB 24,8000 52,0217 1,000 -157,932 207,532
P1 76,6250 52,0217 1,000 -106,107 259,357
P3 -33,4500 52,0217 1,000 -216,182 149,282
P3 KC10 -45,2750 52,0217 1,000 -228,007 137,457
KC024 -80,3000 52,0217 1,000 -263,032 102,432
KP10 20,8500 52,0217 1,000 -161,882 203,582
KP24 47,8500 52,0217 1,000 -134,882 230,582
KB 58,2500 52,0217 1,000 -124,482 240,982
P1 110,0750 52,0217 1,000 -72,657 292,807
P2 33,4500 52,0217 1,000 -149,282 216,182
(48)
Lampiran 3
Analisis Statistik Kadar SGOT Tikus
ANOVA
Kadar_SGOT
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 141837,120 7 20262,446 3,460 ,011
Within Groups 140557,148 24 5856,548
Total 282394,267 31
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kadar_SGOT LSD (I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean Difference (I-J) Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
KC10 KC24 -26,2750 54,1135 ,632 -137,960 85,410
KP10 49,0500 54,1135 ,374 -62,635 160,735
KP24 61,4500 54,1135 ,267 -50,235 173,135
KB 163,7000* 54,1135 ,006 52,015 275,385
P1 151,8500* 54,1135 ,010 40,165 263,535
P2 90,4250 54,1135 ,108 -21,260 202,110
P3 144,7250* 54,1135 ,013 33,040 256,410
KC24 KC10 26,2750 54,1135 ,632 -85,410 137,960
KP10 75,3250 54,1135 ,177 -36,360 187,010
KP24 87,7250 54,1135 ,118 -23,960 199,410
KB 189,9750* 54,1135 ,002 78,290 301,660
P1 178,1250* 54,1135 ,003 66,440 289,810
P2 116,7000* 54,1135 ,041 5,015 228,385
P3 171,0000* 54,1135 ,004 59,315 282,685
KP10 KC10 -49,0500 54,1135 ,374 -160,735 62,635
KC24 -75,3250 54,1135 ,177 -187,010 36,360
KP24 12,4000 54,1135 ,821 -99,285 124,085
KB 114,6500* 54,1135 ,045 2,965 226,335
P1 102,8000 54,1135 ,070 -8,885 214,485
P2 41,3750 54,1135 ,452 -70,310 153,060
P3 95,6750 54,1135 ,090 -16,010 207,360
KP24 KC10 -61,4500 54,1135 ,267 -173,135 50,235
(49)
KB 102,2500 54,1135 ,071 -9,435 213,935
P1 90,4000 54,1135 ,108 -21,285 202,085
P2 28,9750 54,1135 ,597 -82,710 140,660
P3 83,2750 54,1135 ,137 -28,410 194,960
KB KC10 -163,7000* 54,1135 ,006 -275,385 -52,015
KC24 -189,9750* 54,1135 ,002 -301,660 -78,290
KP10 -114,6500* 54,1135 ,045 -226,335 -2,965
KP24 -102,2500 54,1135 ,071 -213,935 9,435
P1 -11,8500 54,1135 ,829 -123,535 99,835
P2 -73,2750 54,1135 ,188 -184,960 38,410
P3 -18,9750 54,1135 ,729 -130,660 92,710
P1 KC10 -151,8500* 54,1135 ,010 -263,535 -40,165
KC24 -178,1250* 54,1135 ,003 -289,810 -66,440
KP10 -102,8000 54,1135 ,070 -214,485 8,885
KP24 -90,4000 54,1135 ,108 -202,085 21,285
KB 11,8500 54,1135 ,829 -99,835 123,535
P2 -61,4250 54,1135 ,268 -173,110 50,260
P3 -7,1250 54,1135 ,896 -118,810 104,560
P2 KC10 -90,4250 54,1135 ,108 -202,110 21,260
KC24 -116,7000* 54,1135 ,041 -228,385 -5,015
KP10 -41,3750 54,1135 ,452 -153,060 70,310
KP24 -28,9750 54,1135 ,597 -140,660 82,710
KB 73,2750 54,1135 ,188 -38,410 184,960
P1 61,4250 54,1135 ,268 -50,260 173,110
P3 54,3000 54,1135 ,326 -57,385 165,985
P3 KC10 -144,7250* 54,1135 ,013 -256,410 -33,040
KC24 -171,0000* 54,1135 ,004 -282,685 -59,315
KP10 -95,6750 54,1135 ,090 -207,360 16,010
KP24 -83,2750 54,1135 ,137 -194,960 28,410
KB 18,9750 54,1135 ,729 -92,710 130,660
P1 7,1250 54,1135 ,896 -104,560 118,810
P2 -54,3000 54,1135 ,326 -165,985 57,385
(50)
Lampiran 4
Analisis Statistik Jumlah Eritrosit Tikus
ANOVA
Jumlah_Eritrosit
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 2188771875000
,000 7
312681696428,
571 ,988 ,463
Within Groups 7597075000000
,000 24
316544791666, 667
Total 9785846875000
(51)
Lampiran 5
Analisis Statistik Kadar Hb Tikus
ANOVA
kadar_Hb
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 57,210 7 8,173 10,597 ,000
Within Groups 18,510 24 ,771
Total 75,720 31
Multiple Comparisons
Dependent Variable: kadar_Hb Bonferroni
(I) perlakuan (J) perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
KC10 KC24 1,1000 ,6210 1,000 -1,081 3,281
KP10 1,6750 ,6210 ,352 -,506 3,856
KP24 2,1500 ,6210 ,057 -,031 4,331
KB 3,6750* ,6210 ,000 1,494 5,856
P1 3,1750* ,6210 ,001 ,994 5,356
P2 3,6500* ,6210 ,000 1,469 5,831
P3 3,9750* ,6210 ,000 1,794 6,156
KC24 KC10 -1,1000 ,6210 1,000 -3,281 1,081
KP10 ,5750 ,6210 1,000 -1,606 2,756
KP24 1,0500 ,6210 1,000 -1,131 3,231
KB 2,5750* ,6210 ,010 ,394 4,756
P1 2,0750 ,6210 ,076 -,106 4,256
P2 2,5500* ,6210 ,011 ,369 4,731
P3 2,8750* ,6210 ,003 ,694 5,056
KP10 KC10 -1,6750 ,6210 ,352 -3,856 ,506
KC24 -,5750 ,6210 1,000 -2,756 1,606
KP24 ,4750 ,6210 1,000 -1,706 2,656
KB 2,0000 ,6210 ,102 -,181 4,181
P1 1,5000 ,6210 ,663 -,681 3,681
P2 1,9750 ,6210 ,113 -,206 4,156
P3 2,3000* ,6210 ,031 ,119 4,481
(52)
KC24 -1,0500 ,6210 1,000 -3,231 1,131
KP10 -,4750 ,6210 1,000 -2,656 1,706
KB 1,5250 ,6210 ,607 -,656 3,706
P1 1,0250 ,6210 1,000 -1,156 3,206
P2 1,5000 ,6210 ,663 -,681 3,681
P3 1,8250 ,6210 ,201 -,356 4,006
KB KC10 -3,6750* ,6210 ,000 -5,856 -1,494
KC24 -2,5750* ,6210 ,010 -4,756 -,394
KP10 -2,0000 ,6210 ,102 -4,181 ,181
KP24 -1,5250 ,6210 ,607 -3,706 ,656
P1 -,5000 ,6210 1,000 -2,681 1,681
P2 -,0250 ,6210 1,000 -2,206 2,156
P3 ,3000 ,6210 1,000 -1,881 2,481
P1 KC10 -3,1750* ,6210 ,001 -5,356 -,994
KC24 -2,0750 ,6210 ,076 -4,256 ,106
KP10 -1,5000 ,6210 ,663 -3,681 ,681
KP24 -1,0250 ,6210 1,000 -3,206 1,156
KB ,5000 ,6210 1,000 -1,681 2,681
P2 ,4750 ,6210 1,000 -1,706 2,656
P3 ,8000 ,6210 1,000 -1,381 2,981
P2 KC10 -3,6500* ,6210 ,000 -5,831 -1,469
KC024 -2,5500* ,6210 ,011 -4,731 -,369
KP10 -1,9750 ,6210 ,113 -4,156 ,206
KP24 -1,5000 ,6210 ,663 -3,681 ,681
KB ,0250 ,6210 1,000 -2,156 2,206
P1 -,4750 ,6210 1,000 -2,656 1,706
P3 ,3250 ,6210 1,000 -1,856 2,506
P3 KC10 -3,9750* ,6210 ,000 -6,156 -1,794
KC24 -2,8750* ,6210 ,003 -5,056 -,694
KP10 -2,3000* ,6210 ,031 -4,481 -,119
KP24 -1,8250 ,6210 ,201 -4,006 ,356
KB -,3000 ,6210 1,000 -2,481 1,881
P1 -,8000 ,6210 1,000 -2,981 1,381
P2 -,3250 ,6210 1,000 -2,506 1,856
(53)
Lampiran 6
Pembuatan Ekstrak Ethyl acetat Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.)
Dicuci
Dikupas bagian kulit buah bagian dalam dengan menggunakan sendok
Ditimbang
Diperoleh berat basah
Dikering anginkan selama tiga hari Dipotong kecil-kecil dan diblender
Dimasukkan kedalam botol tertutup
Dibasahi dengan Ethyl acetat, sampai semua serbuk terendam
Dibiarkan selama dua hari
Disaring dengan menggunakan kertas saring Diuapkan diatas water bath
Kulit Buah Manggis
Serbuk
(54)
Lampiran 7 Foto Penelitian
7.1 Pembuatan Ekstrak Kulit Manggis
Prose meserasi Penyaringan bubuk kulit
buah manggis
Diuapkan di atas water bath Ekstrak kental kulit buah manggis
(55)
7.2Pembedahan hewan coba
Dislokasi hewan coba Pembedahan hewan coba
Pengambilan darah hewan coba Memasukkan darah ke
dalam tabung EDTA
(56)
7.3Pengukuran Kadar Hb Dan Menghitung Jumlah Eritrosit
Sediaan darah Pembuatan reagen Hb
Pengukuran kadar Hb Pembuatan reagen Eritrosit
(57)
7.4 Pengukuran Kadar SGPT dan SGOT
Sentrifugasi darah Serum darah
Reagen SGPT dan SGOT Mikropipet
Pembuatan reagen SGPT dan Pengukuran Kadar SGPT SGOT dan SGOT
(1)
Lampiran 7 Foto Penelitian
7.1 Pembuatan Ekstrak Kulit Manggis
Prose meserasi Penyaringan bubuk kulit
buah manggis
Diuapkan di atas water bath Ekstrak kental kulit buah manggis
(2)
7.2Pembedahan hewan coba
Dislokasi hewan coba Pembedahan hewan coba
Pengambilan darah hewan coba Memasukkan darah ke
dalam tabung EDTA
(3)
7.3Pengukuran Kadar Hb Dan Menghitung Jumlah Eritrosit
Sediaan darah Pembuatan reagen Hb
Pengukuran kadar Hb Pembuatan reagen Eritrosit
(4)
7.4 Pengukuran Kadar SGPT dan SGOT
Sentrifugasi darah Serum darah
Reagen SGPT dan SGOT Mikropipet
Pembuatan reagen SGPT dan Pengukuran Kadar SGPT SGOT dan SGOT
(5)
Lampiran 8
Perhitungan Dosis CCl4 Dosis CCl4
Dosis mencit 0,007ml/20 g BB
Konversi dosis mencit Tikus 200 gram = 7,0 Maka dosis untuk tikus 200 g adalah : 0,007 x 7 = 0,049 ml
Dosis Minyak Kelapa Dosis mencit 0,1 ml/20 g BB
Konversi dosis mencit Tikus 200 gram = 7,0 Maka dosis untuk tikus 200 g adalah : 0,1 x 7 = 0,7 ml
Pembuatan stok larutan CCl4 dan minyak kelapa
(0,049 ml larutan CCl4 dilarutkan dalam 0,7 ml larutan minyak kelapa) jadi
sebanyak 4,9 ml larutan CCl4 dilarutkan dalam 70 ml minyak kelapa, dosis CCl4
yang diberikan sebanyak 0,7 ml/200 g BB.
Dosis Ekstrak Kulit Manggis Dosis I
Dosis 60 mg/100 BB 60 mg/100 g : x/200 = 120 mg/200 g BB Dosis II
Dosis 80 mg/100 BB 80 mg/100 g : x/200 = 160 mg/200 g BB Dosis III
(6)
Lampiran 9
Tabel Konversi Perhitungan Dosis Untuk Berbagai Jenis (Spesies) Hewan Uji Menurut Laurence & Bacharah, 1984
Mencit 20 g Tikus 200 g Marmut 400 g Kelinci 1,5 Kg Kucing 2 Kg Anjing 4 Kg Manusia 70 Kg Mencit 20 g
1,0 7,0 13,25 27,8 29,7 64,1 387,9
Tikus 200 g
0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 56,0
Marmut 400 g
0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 31,5
Kelinci 1,5 Kg
0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 14,2
Kucing 2 Kg
0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 13,0
Kera 4 Kg 0,016 0,12 0,19 0,42 0,45 1,0 6,1
Anjing 4 Kg
0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 3,1
Manusia 70 Kg
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 1,0