Latar Belakang Hubungan Antara Obesitas Dengan Kejadian Osteoartritis Lutut Pada Lansia di RSUP. Haji Adam Malik

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prevalensi obesitas di seluruh dunia selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dibandingkan antara tahun 1976-1980 dengan tahun 1999-2000 terdapat peningkatan prevalensi overweight dari 46 menjadi 64,5. Demikian hal ini dengan prevalensi obesitas yang meningkat dua kali lipat menjadi 30,5 Malnick dan Kobler, 2006. World Health Organization WHO pada tahun 2003 mencatat bahwa sekitar satu milyar penduduk dunia mengalami overweight dan sedikitnya 300 juta menderita obesitas secara klinis. WHO juga memprediksikan bahwa pada tahun 2015, 2,3 milyar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta yang mengalami obesitas. Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu menyebabkan perubahan dalam gaya hidup terutama pola makan. Pola makan tradisional yang tinggi karbohidrat, tinggi serat, dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat, dan tinggi lemak. Perubahan pola makan ini dipercepat oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Perbaikan tingkat ekonom i juga menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik masyarakat tertentu. Perubahan pola makan dan aktivitas fisik ini berakibat kepada semakin banyaknya penduduk yang mengalami masalah overweight dan obesitas Almatsier, 2006. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko yang dapat dimodifikasi terkuat untuk terjadinya osteoartritis OA, terutama pada sendi lutut. Setengah dari berat badan seseorang bertumpu pada sendi lutut selama berjalan. Berat badan yang meningkat akan memperberat beban sendi lutut. Penelitian di Chingford menyimpulkan risiko meningkatnya osteoartritis lutut disebabkan oleh peningkatan berat badan. Penurunan 5 kg berat badan mengurangi risiko osteoartritis lutut pada wanita sebesar 50 secara simtomatik. Demikian juga peningkatan risiko osteoartritis progresif tampaknya akan terlihat pada seseorang Universitas Sumatera Utara yang kelebihan berat badan dengan penyakit pada bagian tubuh tertentu Murphy. E, 2003 . Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5 pada usia 40 tahun, 30 pada usia 40-60 tahun, dan 65 pada usia 61 tahun. Untuk osteoarthritis lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5 pada pria dan 12,7 pada wanita Isbagio H, 2006 . Dianggarkan 25 orang yang berumur 55 tahun atau lebih sering mengalami sakit lutut setiap hari dalam sebulan dalam setahun, dan setengah daripadanya menderita radiographic osteoarthritis pada lutut. Dalam sekumpulan dipertimbangkan mengalami osteoartritis yang simtomatik David T. Felson 2006 . Prevalensi osteoartritis lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15.5 pada pria, dan 12.7 pada wanita. Pasien osteoartritis biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien. Karena prevalensinya yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-progresif, osteoartritis mempunyai dampak sosio-ekonomi yang besar, baik di Negara maju maupun di Negara yang berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat kerana osteoartritis. Pada abad mendatang tantangan terhadap dampak osteoartritis akan lebih besar kerana semakin banyaknya populasi yang berumur tua Handono Kalim, 2009 Osteoartritis OA atau penyakit sendi degeneratif merupakan gangguan sendi yang sering ditemukan pada seseorang yang mulai menginjak usia lanjut. Osteoartritis lebih banyak terjadi pada sendi yang menopang badan, terutama sendi lutut Isbagio H, 2006 Osteoartritis pada sendi lutut ini dapat menyebabkan nyeri yang dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari dan mengurangi kualitas hidup Soenarwo BM, 2011 Pada keadaan normal, gaya berat badan akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot-otot paha bagian lateral sehingga resultan gaya tersebut akan jatuh pada bagian sentral sendi lutut. Pada keadaan obesitas, resultan gaya tersebut akan bergeser ke medial sehingga beban yang diterima tidak seimbang. Universitas Sumatera Utara Pada keadaan yang berat dapat timbul perubahan bentuk sendi menjadi varus yang akan makin menggeser resultan gaya tersebut ke medial Harry Isbagio, 2006. Menurut organisasi kesehatan dunia World Health Organization, prevalensi penderita osteoartritis di dunia pada tahun 2004 mencapai 151,4 juta orang dan 27,4 juta orang berada di Asia Tenggara. Prevalensi osteoartritis di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan yang jelas. Namun terdapat beberapa penelitian seperti di Bandung menyatakan bahawa osteoartritis mencapai 69 dari semua penyakit reumatik yang ada di RS Hasan Sadikin Bandung selama kurun waktu 2 tahun 2003 – 2005 , Sagung Seto 2006. Berdasarkan studi di Jawa Tengah pula, prevalensi osteoartritis lutut mencapai 15,5 pada laki-laki, dan 12,7 pada perempuan Wadiananta, 2009.

1.2. Rumusan Masalah