Pada keadaan yang berat dapat timbul perubahan bentuk sendi menjadi varus yang akan makin menggeser resultan gaya tersebut ke medial Harry Isbagio, 2006.
Menurut organisasi kesehatan dunia World Health Organization, prevalensi penderita osteoartritis di dunia pada tahun 2004 mencapai 151,4 juta orang dan
27,4 juta orang berada di Asia Tenggara. Prevalensi osteoartritis di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan yang jelas. Namun terdapat beberapa penelitian
seperti di Bandung menyatakan bahawa osteoartritis mencapai 69 dari semua penyakit reumatik yang ada di RS Hasan Sadikin Bandung selama kurun waktu 2
tahun 2003 – 2005 , Sagung Seto 2006. Berdasarkan studi di Jawa Tengah pula, prevalensi osteoartritis lutut mencapai 15,5 pada laki-laki, dan 12,7
pada perempuan Wadiananta, 2009.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah Ada Hubungan AntaraObesitas Dengan
kejadian Oteoartritis Lutut pada Lansia “.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan
umum Untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan kejadian
osteoartris lutut pada lansia di RSUP Adam Malik. 1.3.2.
Tujuan khusus
1. Untuk mendeskripsikan variasi karakteristik subjek
penelitian pasien osteoartritis lutut RSUP Adam Malik. 2.
Untuk mendeskripsikan obesitas pada pasien osteoartritis lutut RSUP Adam Malik.
3. Untuk mendeskripsikan kejadian osteoartritis sendi lutut
pasien RSUP Adam Malik. 4.
Untuk menganalisis hubungan antara obesitas dengan kejadian osteoartritis lutut di RSUP Adam Malik.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi
pasien 1.
Sebagai informasi kepada pasien, akan pentingnya menurunkan kelebihan berat badan untuk mencegah
terjadinya osteoartrtis maupun mengurangi gejalanya. 1.4.2.
Bagi peneliti
1. Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dalam
menerapkan ilmu, metode penelitian dan menambah wawasan pengetahuan tentang kejadian penyakit
osteoartritis pada lansia obesitas. 1.4.3.
Bagi Masyarakat
1. Penelitian ini diharapkan dapat mengenal dan memahami
tentang osteoarthritis dengan hubungannya dengan obesitas. 1.4.4. Bagi institusi pendidikan
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
refrensi atau sumber informasi untuk penelitian berikutnya dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk
meningkatkan pengetahuan tentang penyakit osteoarthritis. 3.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya pencegahan dan
penatalaksanaan terjadinya osteoartritis lutut.
1.5. Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan antara obesitas dengan kejadian osteoartritis lutut.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Osteoartritis
2.1.1. Definisi osteoartritis Osteoartritis OA adalah penyakit sendi degeneratif non inflamasi
yang ditandai dengan degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi tulang pada tepinya dan perubahan pada membran sinovial serta
nyeri setelah aktivitas berkepanjangan dan kekakuan khususnya pada pagi hari atau setelah inaktivitas WAN, 2002.
Osteoartritis menurut American Rheumatism Association ARA adalah sekelompok kondisi heterogen yang menyebabkan
timbulnya gejala dan tanda pada lutut yang berhubungan dengan defek integrasi kartilago, dan perubahan pada tulang di bawahnya
dan pada batas sendi Brandt KD, 2003 2.1.2. Etiopatogenesis osteoartritis
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi dua menurut patogenesisnya, yaitu osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder. Osteoartritis
primer merupakan osteoartritis yang tidak diketahui penyebabnya Idiopatik yaitu OA yang penyebabnya tidak diketahui dan tidak
ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari
oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herideter, jejas mikro dan makro serta immobilisasi yang terlalu
lama Joewono Soeroso H. I., 2009 Patogenesis osteoartritis tidak hanya melibatkan proses degeneratif
saja, namun melibatkan hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi Joewono
Soeroso H. I., 2009. Osteoartritis diperkirakan dapat diakibatkan oleh proses biokimiawi dan biomekanis Ilyas E, .
Universitas Sumatera Utara
Pada tulang rawan sendi kartilago dilumasi oleh cairan sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antara tulang yang
terjadi ketika cairan sendi sinovial mengurangi gesekan antara kartilago pada permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya
keletihan kartilago akibat gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan protein pada cairan sendi yang berfungsi
sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi Felson DT 2008 .
Rawan sendi dibentuk oleh sel rawan sendi kondrosit dan matriks rawan sendi. Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara
matriks rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga . Gangguan pada fungsi kondrosit akan memicu proses patogenik
osteoarthritis dengan baik Sumariyono, 2006 . Beberapa penelitian membuktikan bahawa rawan sendi ternyata
dapat melakukan perbaikan sendiri dimana kondrosit akan mengalami replikasi dan memproduksi matriks baru. Proses
perbaikan ini dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan suatu polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu
komunikasi antara sel. Faktor ini menginduksi kondrosit untuk mensintesis asam deoksiribonukleat DNA dan protein seperti
kolagen serta proteoglikan. Faktor pertumbuhan yang berperan adalah insulin-like growth factor IGF-1, growth hormone,
transforming growth factor β TGF-β dan coloni stimulating
factor CFFs . Faktor pertumbuhan seperti IGF-1 memegang peranan penting dalam proses perbaikan rawan sendi. Pada
keadaan inflamasi, sel menjadi kurang sensitif terhadap IGF-1. Faktor pertumbuhan TGF-
β mempunyai efek multiple matriks kartilago yaitu meransang sintesis kologen dan proteoglikan serta
menekan stromelisin, yaitu enzim yang mendegradasi proteoglikan, meningkatkan produksi prostaglandin E
₂ PGE₂ dan melawan efek inhibisi sintesis PGE
₂ oleh interlukin-1 IL-1. Hormone lain yang
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi sintesis komponen kartilago adalah testosterone. β-
estradiol, platelet derivate growth factor PDGF, fibroblast growth factor dan kalsitonin.
Peningkatan degredasi kolagen akan mengubah keseimbangan metabolisme rawan sendi. Kelebihan produk hail degredasi matriks
rawan sendi ini cenderung berakumulasi di sendi menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali suatu respons imun yang
menyebabkan inflamasi sendi. Refarat perbandingan antara sintesis dan pemecahan matriks rawan sendi pada pasien OA kenyataannya
lebih rendah dibanding normal yaitu 0.29 dibanding 1. Pada rawan sendi pasien OA juga terjadi proes peningkatan
aktivitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinololitik. Proses ini menyebabkan terjadinya penumpukan thrombus dan komplek
lipid pada pembuluh darah subkondral yang menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrois jaringan subkondral terebut. Ini
mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan interleukin yang selanjunya menimbulkan bone
angina lewat subkhondral yang diketahui mengandung ujung saraf sensible yang dapat menghantarkan rasa sakit.
Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat dari lepasnya mediator kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang
menyebabkan radang sendi, peragangan tendon atau ligementum serta spasmus otot-otot extra artikuler akibat kerja yang berlebihan.
Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan perioteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla
spinalis serta kenaikan tekanan vena intrameduller akibat stasis vena intrameduller kerana proses remodeling pada trabekula dan
subkondrial. Peran makrofag didalam cairan sendi juga penting, yaitu apabila
apabila diransang jejas mekanis, material hasil nekrosis jaringan atau CSFs, akan memproduksi sitokin activator plasminogen PA
Universitas Sumatera Utara
yang disebut katabolin. Sitokin terebut adalah IL-1, IL-6, TNF α
dan β, dan interferon INF α dan π. Sitokin-sitokin ini akan
meransang kondrosit melalui reseptor permukaan spesifik untuk memproduksi CSFs yang sebaliknya akan mempengaruhi monosit
dan PA untuk mengredasi rawan sendi secara lansung. Pasien OA mempunyai kadar PA yang tinggi pada cairan sendinya. Sitokin ini
juga mempercepat resorpsi rawan sendi. Interleukin-1 mempunyai efek multiple pada sel cairan sendi, yaitu
meningkatkan sintesis enzim yang mengredasi rawan sendi yaitu stromelisin dan kolagenosa, maenghambat proses sintesis dan
perbaikan normal kondrosit. Kondrosit pada pasien OA mempunyai reseptor IL-1 dua kali lipat lebih banyak dibanding
normal dan khondrosit sendiri dapat memproduksi IL-1 secara local.
Faktor pertumbuhan dan sitokin tampaknya mempunyai pengaruh yang berlawanan selama perkembangan OA. Sitokin cenderung
meransang degradasi komponen matriks rawan sendi, sebaliknya faktor pertumbuhan meransang sintesis, padahal IGF-1 pasien OA
lebih rendah dibandingkan individual normal pada umur yang sama Joewono Soeroso 2009.
2.1.3 Faktor Resiko Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
osteoartrits lutut, antara lain : 1. Usia
Usia merupakan
faktor risiko paling penting pada
osteoartritis. Prevalensi osteoartritis lutut akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan osteoartritis lutut ini
terjadi pada usia lebih dari 65 tahun dengan rata-rata usia pada laki-laki 59,7 tahun dan rata-rata usia pada perempuan 65,3 tahun
Isbagio H, 2006
Universitas Sumatera Utara
2. Jenis kelamin
Osteoartritis lutut umumnya terjadi dua kali lipat pada wanita dibanding pria. Wanita dengan umur diatas 50 tahun dapat
meningkatkan risiko terjadinya osteoartritis lutut. Pada wanita kulit hitam lebih tinggi untuk terjadinya osteroartritis lutut dibanding
pada wanita kulit putih, sedangkan pada pria kulit hitam memiliki risiko yang sama dengan pada kulit putih untuk terjadinya
osteoartritis lutut Arthritis Research UK, 2011 3. Raswarna
kulit Osteoartritis lutut diduga disebabkan oleh faktor ras.
Osteoartritis lebih banyak ditemukan pada ras kulit berwarna dibandingkan kulit putih Misnadiarly,2010
4. Aktivitas Fisik
Aktivitas dan latihan yang normal tidak menyebabkan osteoartritis, tetapi bila aktivitas tersebut dilakukan sangat berat,
berulang atau pekerjaan yang menuntut fisik seseorang dapat meningkatkan risiko osteoartritis.Pekerjaan dan olahraga yang
berat dapat meningkatkan risiko osteoartritis lutut. Penelitian HANES I menyebutkan bahwa pekerja yang sering membebani
sendi lutut mempunyai risiko lebih besar dibanding dengan pekerja yang jarang membebani sendi lutut Arthritis Reasearch UK,2011
5. Trauma Trauma dapat mengakibatkan rusaknya rawan sendi, baik
yang bersifat trauma akut maupun trauma berulang yang melebihi kekuatan otot dan tendon periartikular untuk menahan beban
mekanik dan menyalurkannya ke rawan sendi, sendi menjadi rusak hingga dapat menimbulkan osteoarthritis Misnidiarly,2010
6. Faktor Genetik
Faktor genetik berperan utama dalam timbulnya osteoartritis lutut. Jika orang dengan salah satu anggota keluarga
memiliki osteoartritis lutut, maka orang tersebut mempunyai
Universitas Sumatera Utara
kesempatan besar untuk terjadinya osteoartritis lutut Arthritis UK, 2011
7. Nutrisi
Penelitian menunjukkan faktor nutrisi mempengaruhi perjalanan penyakit osteoartritis. Asupan makanan yang
mengandung banyak mikronutrien, seperti vitamin E, vitamin C, dan buah-buahan yang mengandung karoten dapat mencegah
timbulnya osteoartritis. Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa ada dampak sebagai antioksidan dari vitamin C dan vitamin
E. Vitamin C dibutuhkan pada metabolisme kolagen dan vitamin E mempunyai dampak pada inflamasi ringan atau sinovitis yang
terjadi pada osteoartritis.Sedangkan, delta dan gamma, yang ditemukan dalam kedelai, sawit dan minyak lainnya, ditemukan
dua kali lipat mengalami osteoartritis lutut. Kekurangan vitamin D juga berhubungan dengan peningkat an risiko penyempitan ruang
sendi dan progresivitas penyakit osteoarthritis Arthritis UK,2011. 8.
Penyakit Sendi Lainnya Osteoartritis kadang kala merupakan akibat kerusakan dari
berbagai penyakit sendi yang jarang terjadi, seperti gout atau asam urat yang terjadi selama bertahun-tahun sebelumnya
Eustice.C,2008 9.
Obesitas Kegemukan merupakan faktor penting untuk terjadinya
osteoartritis, terutama pada lutut. Obesitas juga dapat meningkatkan prognosa menjadi lebih buruk.Pada Penelitian
Marks dengan metode Cohort dilaporkan bahwa terdapat setidaknya 80 penderita osteoartritis lutut yang obesitas dengan
BMI yang lebih tinggi mengalami nyeri lebih dari individu dengan BMI yang lebih rendah p 0,05 dan nyeri yang terkait dengan
pengerahan tenaga fisik yang dirasakan p 0,05.
Universitas Sumatera Utara
Risiko terjadinya osteoartritis akan meningkat sebanyak 9 - 13 pada individu dengan peningkatan 1 kg berat badan. I tu
berarti bahwa jika seseorang mengalami peningkatan berat badan 10 pound 4,54 kg maka akan mengakibatkan peningkatan risiko
40 sampai 59 persen. Kelebihan berat badan selama masa dewasa awal juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit di
kemudian hari. Sebagai contoh, sebuah studi longitudinal 1.180 orang, yang tidak memiliki osteoartritis lutut antara usia 20 sampai
29, didapatkan bahwa peserta terberat IMT 24,7-37,6 adalah tiga kali lebih mungkin untuk terjadinya osteoartritis lutut dengan usia
6 5 tahun dibanding mereka yang memiliki IMT 15,6-22,8 Weight Wather, 2011
Berat badan lebih berhubungan dengan meningkatnya risiko timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pria.
Kegemukan tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain
tangan atas sternoklavikula. Selain faktor mekanis yang berperan karena meningkatnya beban mekanis, diduga terdapat faktor lain
metabolik yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor metabolik dan hormonal berhubungan erat antara
osteoartritis dan kegemukan yang disokong oleh adanya kaitan antara osteoartritis dengan penyakit jantung koroner, diabetes
mellitus dan hipertensi, Isbagio,H, 2011 2.1.4 Gambaran
Klinis 1.
Nyeri Sendi Nyeri sendi merupakan keluhan utama yang sering dirasakan
penderita ketika berkunjung ke dokter, meskipun sebelumnya perrnah mengalami kaku sendi dan deformitas. Nyeri ini akan bertambah berat
saat melakukan gerakan dan akan berkurang bila penderita istirahat Isbagio,H, 2006
2. Kaku Sendi
Universitas Sumatera Utara
Kaku sendi pada osteoartritis dapat terjadi setelah imobilitas, seperti duduk dalam waktu cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur
dan berlangsung kurang dari 30 menit Isbagio, H, 2006 3.
Hambatan Gerak Sendi Hambatan gerak pada osteoartritis disebabkan oleh nyeri,
inflamasi, fleksi menetap, kelainan sendi atau deformitas. Hambatan gerak tergantung pada lokasi dan beratnya kelainan sendi yang terkena.
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini secara radiologis . Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya
penyakit, sampai sendi hanya bia digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat konsentris seluruh arah gerakan maupun
eksentris salah satu arah gerakan sahaja. 4.
Krepitasi Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada
awalnya hanya berupa perasaan akan adanya seuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya
penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai jarak tertentu. Gejala ini mungkin timbul gerakan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi
digerakkan atau secara pasif di manipulasi. 5.
Pembengkakan Sendi Pembengkakan sendi dapat terjadi karena efusi pada sendi yang
biasanya tak banyak 100 cc.Deformitas dapat terlihat pada sendi yang terkena yang disebabkan terbentuknya osteofit. Tanda-tanda adanya
peradangan pada sendi nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan mungkin dijumpai pada osteoartritis karena
adanya sinovitis Isbagio.H , 2006 6.
Perubahan Gaya Berjalan Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain
merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian penderita usia lanjut. Keadaan ini hamper selalu berhubungan dengan nyeri kerana menjadi
tumpuan berat badan. Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha dan
Universitas Sumatera Utara
OA tulang belakang dengan stenosis spinal. Pada sendi-sendi lain, seperti tangan bahu, siku dan pergelangan tangan, osteoartitis juga menimbulkan
gangguan fungsi. 2.1.5 Diagnosa
Diagnosis OA biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografis. a.
Radiografis Sendi yang Terkena. Pada sebahagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena
osteoartritis sudah cukup memberikan gambaran diagnostik yang lebih canggih.
Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnose OA ialah :
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris lebih berat pada bahagian yang menanggung beban.
Peningkatan densitas sclerosis tulang subkondral.
Kista tulang
Osteofit pada pinggir sendi
Perubahan struktur anatomi sendi
Berdasarkan perubahan-perubahan radiografi di atas, secara radiografi OA dapat degradasi menjadi ringan sampai berat
kriteria Kellergen dan Lawrence . Harus diingat bahawa diawal penyakit, radiografi sendi seringkali masih normal.
Pemeriksaan penginderaan dan radiologi sendi lain.
Pemeriksaan radiogrfi sendi lain atau penginderaan magnetik mungkin diperlukan pada beberapa keadaan
tertentu. Bila osteoartritis pada pasien dicurigai berkaitan dengan penyakit metabolik atau genetik seperti
alkaptonuria, oochronosis, diplasia epifisis, hiperparatiroidisme, penyakit paget atau hemokromatosis
terutama pemeriksaan radiografi pada tengkorak dan tulang belakang.
Universitas Sumatera Utara
Radiografi sendi lain perlu dipertimbangkan juga pada
pasien yang mempunyai keluhan banyk sendi osteoartritis generalista .
Paien-pasien yang dicurigai mempunyai penyakit-penyakit
yang meskipun jarang tetapi berat osteonekrosis, neuropati Charcot, pigmented sinovitis perlu pemeriksaan yang lebih
mendalam. Untuk diagnosis pasti penyakit-penyakit terebut seringkali diperlukan pemeriksaan lain yang lebih canggih
seperti sidikan tulang, penginderaan dengan resonansi magnetic MRI, atroskopi dan atrografi.
Pemeriksaan lebih lanjut khususnya MRI dan mielografi
mungkin juga diperlukan pada pasien dengan OA tulang belakang untuk menetapkan sebab-sebab gejala dan
keluhan-keluhan kompresi radikular atau medulla spinalis. 2.1.6 Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biaanya tidak banyak berguna. Darah tepi hemoglobin, leukosit , laju endap darah
dalam batas-batas normal, kecuali OA generalista yang harus dibedakan dengan artritis peradangan. Pemeriksaan imunologi
ANA, faktor rheumatoid dan komplemen juga normal. Pada OA yang diertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan
viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan 8000m dan peningkatan protein.
Secara radiologik didapatkan penyempitan celah sendi, pembentukan osteofit, sklerosis subkondral dan pada keadaan yang berat akan tampak
kista subkondral. Bila dicurigai terdapat robekan meniskus atau ligamen, dapat dilakukan pemeriksaan MRI yang akan menunjukkan gambaran
tersebut lebih jelas. Walaupun demikian, MRI bukan alat diagnostik yang rutin, karena mahal dan seringkali tidak merubah rancangan terapi.
Gambaran laboratorium umumnya normal. Bila dilakukan analisis cairan sendi juga didapatkan gambaran cairan sendi yang normal. Bila didapatkan
Universitas Sumatera Utara
peninggian jumlah leukosit, perlu dipikirkan kemungkinan artropati kristal atau artritis inflamasi atau artritis septic Setiyohadi Bambang, 2003
Terdapat tiga cara utama untuk memantau progresivitas dan outcome OA:
Pengukuran nyeri sendi dan disabilitas pada pasien patient- related measure of joint pain and diability, misalnya nilai
algofungsional dari WOMAC, indeks beratnya nyeri lutut dan panggul.
Pengukuran perubahan struktural anatomi pada sendi yang
terseraang measurement of the structural anatomical changes in the affected joints misalnya radiografi polos, MRI, artroskopi dan
ultrasound frekuensi tinggi.
Pengukuran proses penyakit yang dinyatakan dengan perubahan metabolisme atau perubahan kemampuan fungsional dari rawan
sendi artikuler, tulang subkondral atau jaringan sendi lainnya measurement of the disease process exemplified by changes in
metabolism or functional properties of the articular cartilage, subchondral bone or other joints tissues misalnya marker rawan
sendi dalam cairan tubuh, skintigrafi tulang, pengukuran resistensi terhadap kompresi pada rawan sendi dengan mengukur
kemampuan identasi atau penyebaran. Nilai algofungsional, radiologic polo dan artroskopi telah banyak
digunakan pada berbagai uji klinik OA, tetapi hanya nilai algofungsional saja yang telah divalidasi sebagai instrument outcome.
Foto polos sendi selama ini digunakan sebagai standard emas untuk menilai perubahan struktur sendi pada berbagai uji klinik penggunaan obat
DMOA Disease Modifying Osteoartritis Drugs . Kelemahan teknik ini terletak pada kenyataan bahawa teknik ini hanya dapat menilai secara
tidak lansung, suatu surrogate marker, perubahan yang terjadi akibat destruksi rawan sendi dan bukan penilaian secara lansung proses yang
terjadi pada rawan sendi. Hal ini sama ditemukan pada MRI, hingga saat ini MRI tidak dapat memantau kualitas dan komposisi rawan sendi,
Universitas Sumatera Utara
informasi yang diperoleh hanyalah pengukuran tidak lansung dari proses penyakit. Melihat hal tersebut maka diperlukan suatu metode yang secara
cepat memberikan informasi dari dari fungsi, komposisi dan proses metabolik pada rawan sendi yang dapat digunakan memantau hasil
pengobatan. Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini
Tabel 2.1 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut Setiyohadi B, 2010
Klinik dan laboratorik Klinik dan radiologic
Klinik Nyeri lutut + minimal 5
dari criteria berikut:
- Usia 50 tahun
- Kaku pagi 30 menit
- Krepitus
- Nyeri
tekan - Pembesaran tulang
- Tidak panas pada perabaan
- LED 40 menit jam
- RF 1:40 - Analisa cairan sendi
normal Nyeri lutut + minimal 1
dari criteria berikut:
- Usia 50 tahun
- Kaku pagi 30
menit -
Krepitus
+
- Osteofit
Nyeri lutut + minimal 3 dari 6 kriteria berikut:
- Usia 50 tahun
- Kaku pagi 30 menit
- Krepitus
- Nyeri tekan
- Pembesaran tulang
- Tidak panas pada
perabaan.
Universitas Sumatera Utara
Table 2.2 Skala Gambaran Radiologi Kellgren – Lawrence Wachjudi RG, 2006
Derajat Status Keterangan
1
2
3
4 Normal
Meragukan
Minimal
Sedang
Berat Tidak terdapat gambaran OA
Kemungkinan osteofit dan penyempitan celah sendi yang belum jelas
Osteofit dengan atau tanpa penyempitan celah sendi
Osteofit sedang, penyempitan celah sendi nyata, sedikit sklerosis, kemungkinan ada deformitas
Deformitas yang nyata: jarak sendi sangat terganggu dengan sklerosis tulang subkondral.
2.1.6 Penatalaksanaan dan Progresivitas Ada 3 tiga modalitas penatalaksanaan pada osteoartritis :
A. Non Farmakologis 1. Edukasi perawatan sendiri, konsep nyeri
2. Olahraga, penguatan otot, perbaikan lebar jangkauan gerakan 3. Memodifikasi faktor risiko : penurunan berat badan, alas kaki
yang sesuai, pengaturan kegiatan, tongkat, alat -alat pembantu, spin 4. Terapi fisik dan rehabilitasi : panas, dingin, rangsangan elektrik
B. Farmakologis 1. Topikal : gel OAINS, capsaicin
2. Injeksi lokal : Kortikosteroid, Hyaluronan 3. Obat-obat per oral : Analgesik, OAINS, antidepresan, dan
disease modifying osteoartritis
Universitas Sumatera Utara
C. Operatif 1. Intervensi fisik invasif : bilas atroskopi, irigasi
2. Artroplasti : Osteotomi, penggantian sendi Osteoartritis dapat dipantau progresivitas dan outcome dengan tiga cara utama,
yaitu : 1. Pengukuran nyeri sendi dan disabilitas pada pasien : misalnya dengan
menggunakan nilai algofungsional dari WOMAC, indeks beratnya sendi lutut dan panggul Indeks Lequesne.
2. Pengukuran perubahan struktural anatomi pada sendi yang terserang, misalnya radiografi polos, MRI, atroskopi dan ultrasound frekuensi tinggi.
3. Pengukuran frekuensi penyakit yang dinyatakan dengan perubahan metabolisme atau perubahan kemampuan fungsional dari rawan sendi
artrikuler, tulang subkondral atau jaringan sendi lainnya : misalnya marker rawan sendi dalam cairan tubuh, skintigrafi tulang, pengukuran resistensi
terhadap kompresi pada rawan sendi dengan mengukur kemampuan identasi atau penyebaran.
2.1.7 Pencegahan Osteoartritis dapat dicegah dengan beberapa langkah, antara lain :
1. Menghindari setiap faktor risiko, misal mencegah obesitas 2. Istirahat atau proteksi terhadap sendi yang terkena
3. Olahraga yang tepat untuk membantu mempertahankan kesehatan tulang rawan, meningkatkan daya gerak sendi dan kekuatan otot -otot
disekitarnya sehingga otot dapat menyerap benturan dengan lebih baik 4. Menjaga berat badan agar senantiasa dalam kondisi seimbang
5. Menjaga pola makan dan minum diet agar selalu baik dan seimbang sehingga pertumbuhan sendi dan tulang rawan sempurna dan normal
6. Berdiri, berjalan, mengangkat barang harus pada posisi yang benar 7. Senantiasa berhati-hati agar terhindar dari berbagai kecelakaan yang
mengakibatkan sendi rusak 8. Dianjurkan menggunakan kursi dengan sandaran keras, kasur yang
tidak terlalu lembek dan tempat tidur yang dialas dengan papan
Universitas Sumatera Utara
9. Menekan lembut dengan hati-hati pada bagian yang bengkak dan kaku sambil memberi terapi pemanasan sederhana dengan minyak oles atau
krim balsem 10. Untuk nyeri pada jari tangan, dianjurkan merendam tangan dalam
campuran parafin panas dengan minyak mineral pada suhu 45-52°C atau mandi dengan air hangat.
2.2 Obesitas