Pengaruh Konsentrasi Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tabulampot Buah Naga (Hylocereus Undatus (Haw.) Britt. Et r)
1
PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP
PERTUMBUHAN VEGETATIF TABULAMPOT BUAH NAGA
(Hylocereus undatus (Haw.) Britt. Et R)
OLEH
FITRI HASTUTI
A24051997
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
2
PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP
PERTUMBUHAN VEGETATIF TABULAMPOT BUAH NAGA
(Hylocereus undatus (Haw.) Britt. Et R)
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
Fitri Hastuti
A24051997
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
3
RINGKASAN
FITRI
HASTUTI.
Pengaruh
Konsentrasi
Pupuk
Daun
terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Tabulampot Buah Naga (Hylocereus undatus (Haw.)
Britt. Et R). (Dibimbing oleh ADIWIRMAN dan WINARSO D. WIDODO).
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh
konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif tabulampot buah naga
(Hylocereus undatus (Haw.) Britt. Et R) yang dilaksanakan di Kebun Percobaan
Babakan Sawah Baru pada bulan Maret 2009 hingga Juli 2009.
Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan satu faktor,
tiga ulangan. Faktor tersebut yaitu konsentrasi pupuk daun yang terdiri dari pupuk
Gandasil D 1.5, 3, dan 4.5 g/l, dan pupuk Fertisim 0.5, 1, dan 1.5 ml/l.
Bahan tanaman yang digunakan berupa stek tanaman buah naga yang
berumur 1 bulan dan belum bertunas. Stek ditanam di dalam pot plastik
berdiameter 50 cm yang sudah berisi media tanam yang merupakan campuran
arang sekam, tanah, pupuk kandang, dolomit, pupuk NPK 15-15-15, garam dapur
kasar, dan Furadan. Setiap pot berisi tiga stek. Aplikasi pupuk daun dilakukan 1
minggu sekali dengan cara disemprotkan seluruh permukaan batang.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk Fertisim dengan
konsentrasi 1.5 ml/l memberikan hasil diameter batang yang lebih besar pada 18
MST dan 19.52 % lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Selain itu penggunaan
pupuk Fertisim dengan konsentrasi 1 ml/l memberikan hasil diameter batang yang
lebih besar saat 19 MST. Jika dibandingkan dengan kontrol perlakuan ini lebih
baik 4.95%. Semua perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap panjang tunas
dan waktu muncul tunas. Warna batang saat pengamatan pertama (1 MST) untuk
semua perlakuan adalah kuning tua dengan kilap sangat cerah, sedangkan pada
pengamatan akhir (19 MST) ketika tanaman sudah cukup dewasa warna batang
menjadi hijau tua dengan kilap sangat cerah untuk perlakuan pupuk Gandasil D
1.5 dan 3 g/l, dan pupuk Fertisim 0.5 ml/l, akan tetapi warna
batang pada
perlakuan pupuk Gandasil D 4.5 g/l, Fertisim 1, dan 1.5 ml/l, dan kontrol adalah
hijau muda kilap sangat cerah.
4
Judul
: PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP
PERTUMBUHAN VEGETATIF TABULAMPOT BUAH
NAGA (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. Et R)
Nama
: Fitri Hastuti
NRP
: A24051997
Menyetujui
Pembimbing I,
Pembimbing II,
(Dr. Ir. Adiwirman, MS)
(Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS)
NIP: 196204161987031001
NIP: 196208311987031001
Mengetahui:
Ketua Departemen,
( Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr)
NIP: 196111011987031003
Tanggal lulus :
5
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 29 Mei 1987. Penulis
merupakan anak pertama dari Bapak Abdul Hasyim dan Ibu Laelah.
Tahun 1993 penulis lulus dari TK Adhyaksa XXI Jakarta, tahun 1999
penulis lulus dari MI Al- Hidayah Lestari Jakarta, kemudian pada tahun 2002
penulis menyelesaikan studi di SMPN 37 Jakarta. Selanjutnya penulis lulus dari
SMAN 29 Jakarta pada tahun 2005.
Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Ujian Seleksi
Masuk IPB). Selanjutnya tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama di IPB
penulis mengikuti kurikulum mayor minor dengan mengambil program
Supporting Course.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai kepanitiaan dan
organisasi. Tahun 2007 penulis aktif
di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Fakultas Pertanian sebagai anggota divisi ekonomi. Selanjutnya tahun 2009
sebagai pengajar di Bimbingan Belajar Unggul College, Bogor.
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi
nikmat, hidayah serta inayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Penelitian yang berjudul pengaruh konsentrasi pupuk daun terhadap
pertumbuhan vegetatif tabulampot buah naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt.
Et R). Judul tersebut dipilih oleh penulis karena melihat semakin banyaknya jenis
dan merek pupuk yang beredar di pasaran dengan konsentrasi anjuran yang belum
tentu cocok untuk semua jenis tanaman. Selain itu masih sedikitnya perhatian
terhadap teknik budidaya tanaman buah naga khususnya mengenai pemupukan,
sedangkan permintaan akan buah naga khususnya di Indonesia terus meningkat.
Penulis menyampaikan terimakasih yang tulus kepada :
1. Dr. Ir Adiwirman, MS dan Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan
penulisan skripsi ini.
2. Dwi Guntoro, Sp. MSi sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran
sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
3. Dr. Ir Memen Surahman, MAgr yang telah memberikan pengarahan selama
penulis menjadi mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura.
4. Bapak, Mama, Aulia, Meutia, dan ilmi yang telah memberikan dorongan yang
tulus baik moril maupun materiil.
5. Andy setiawan sebagai teman istimewa yang telah memberikan kasih sayang,
bantuan, meluangkan waktu, menghibur dan memberikan motivasi.
6. Staf Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru yang telah memberikan bantuan
selama pelaksanaan penelitian.
7. Teman-teman AGH 42 dan Wisma Maharlika Atas yang telah membantu
penelitian ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Bogor, Desember 2009
Penulis
7
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
LatarBelakang .............................................................................
Tujuan .........................................................................................
Hipotesis .....................................................................................
1
3
3
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Buah Naga ...................................................................
Tanaman Buah dalam Pot (Tabulampot)......................................
Pemupukan .................................................................................
4
5
6
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu ......................................................................
Bahan dan Alat ............................................................................
Metode Penelitian .......................................................................
Pelaksanaan percobaan ................................................................
Pengamatan .................................................................................
10
10
11
12
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum................................................................................
Panjang Tunas.................................................................................
Diameter Batang..............................................................................
Waktu Muncul Tunas dan Akar Udara............................................
Warna Batang..................................................................................
14
14
15
16
18
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.....................................................................................
Saran................................................................................................
19
19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
20
LAMPIRAN................................................................................................
22
8
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Kandungan Unsur Hara Pupuk Daun.................................................
11
2. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Daun terhadap Diameter Batang .......
16
3. Waktu Muncul Tunas dan Waktu Muncul Akar Udara Tanaman
Buah Naga pada Berbagai Perlakuan........................................... .....
17
9
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Bibit Buah Naga Umur Satu Bulan ...................................................10
2. Pupuk Daun yang Digunakan pada Penelitian................................... 11
3. Panjang Tunas Tanaman Buah Naga saat 1-19 MST.......................
15
4. Tunas Tanaman Buah Naga Baru Muncul.........................................
17
5. Akar Udara pada Batang Tanaman Buah Naga..................................
18
17
10
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Sidik Ragam Panjang Tunas Tanaman Buah Naga
saat 1-9 MST .................................................................................
22
2. Sidik Ragam Panjang Tunas Tanaman Buah Naga
saat 10-19 MST .............................................................................
23
3. Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Buah Naga
saat 1-9 MST ..................................................................................
24
4. Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Buah Naga
saat 10-19 MST ..............................................................................
25
5. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Orthogonal pada
Peubah Diameter Batang ................................................................
26
6. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Polinomial (K, G1, G2, dan
G3) pada Peubah Diameter Batang.................................... ........ ......
26
7.
5.
Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Polinomial (K, F1, F2, dan
F3) pada Peubah Diameter Batang................................... ............. ...
27
Sidik Ragam Waktu Muncul Tunas pada Berbagai Perlakuan.. ... ...
27
9. Warna Batang Tanaman Buah Naga pada 1 hingga 10 MST... ..... ...
28
10. Warna Batang Tanaman Buah Naga pada 11 hingga 19 MST... ... ...
29
11. Volume Pemakaian Pupuk Selama Penelitian .............................. ...
30
12. Tanaman Buah Naga pada Berbagai Perlakuan saat 19
MST............................................................................................. .. ...
31
8.
11
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman buah naga awalnya dikenal sebagai tanaman hias di Taiwan,
Vietnam, dan Thailand. Kemudian setelah diketahui bahwa buahnya dapat
dimakan, semakin banyak yang mengenalnya. Bagi masyarakat di negara tersebut,
usaha budidaya tanaman buah naga terus dilakukan karena sangat mudah dan
menguntungkan.
Sebagai tanaman eksotik, buah naga dapat di tanam dalam pot. Sehingga
bagi sebagian masyarakat yang memiliki halaman yang tidak begitu luas,
alternatif menanam buah naga dalam pot menjadi tepat, tanaman buah dalam pot
sering disingkat dengan tabulampot.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, buah naga mungkin masih dipandang
asing. Namun berkat perkembangan teknologi, buah ini sekarang sudah mulai
merambah pasaran Indonesia dan tersedia di toko-toko buah dan pasar swalayan.
Para petani pun mulai membudidayakan komoditas ini dikarenakan prospek ke
depan cerah dibandingkan buah lainnya.
Pertengahan tahun 2000, di beberapa swalayan di jakarta pernah dibanjiri
buah naga impor dari Thailand (Kristanto, 2008). Saat itu, promosi dilakukan
besar-besaran. Kehadirannya pun mengejutkan karena buah ini dipromosikan
sebagai buah yang rasanya lebih manis dari semangka walaupun sedikit masam.
Namun, buah naga ini tidak cepat diterima masyarakat. Walaupun tidak cepat,
konsumen buah naga mulai meningkat seiring dengan makin dikenalnya buah ini
sebagai salah satu buah segar yang dapat menghilangkan dahaga.
Trend buah naga bukan hanya dimiliki masyarakat Jakarta, tetapi lambat
laun merambah hingga ke daerah-daerah lain di Indonesia. Di beberapa kota besar
Indonesia sudah terlihat kecenderungan peningkatan permintaan akan buah naga
seperti Surabaya, Denpasar, dan Semarang. Pasar swalayan terkemuka di
Tanjungkarang dan Bandar Lampung, akhir tahun 2002 pun sudah mulai dibanjiri
buah naga walaupun masyarakat belum begitu mengenalnya (Kristanto, 2008).
Melihat dan mengamati perkembangan produksi dan penjualan di pasar
swalayan yang masih sering terjadi kekosongan, maka dapat disimpulkan bahwa
12
prospek buah naga ini sangat terbuka. Bahkan, Thailand dan Vietnam yang
merupakan pemasok buah terbesar di dunia, hanya mampu memenuhi permintaan
kurang dari 50 %.
Pasar lokal saat ini dibanjiri buah ekspor. Berdasarkan catatan dari
eksportir buah di Indonesia, buah naga yang masuk ke Indonesia mencapai antara
400 ton/tahun (BPPP, 2007). Buah naga yang masuk ke Indonesia hampir setiap
tahunnya mengalami peningkatan, akan tetapi buah naga lokal tetap diminati oleh
pasar.
Untuk memenuhi permintaan buah naga baik untuk lokal maupun ekspor,
petani harus benar-benar memperhatikan teknik budidaya yang diterapkan salah
satunya pemupukan. Pemupukan menjadi sangat penting karena keterbatasan
unsur hara yang ada di dalam tanah. Salah satu pupuk yang sering digunakan
untuk tanaman buah adalah pupuk daun, karena pemupukan lewat daun lebih
cepat penyerapan haranya jika dibandingkan pemupukan lewat akar (Lingga,
1998). Pada daun terdapat stomata (mulut daun) yang dapat mempercepat
penyerapan unsur hara sehingga perbaikan tanaman lebih cepat terlihat
(Hardjowigeno, 2003).
Pupuk daun yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu pupuk
Gandasil D dan pupuk Fertisim. Alasan memilih pupuk tersebut karena pupuk
Gandasil D sudah banyak digunakan untuk penelitian tanaman lain dan memiliki
pengaruh yang berbeda-beda, misalnya hasil penelitian Wachjar dan Setiyo (1989)
menunjukkan bahwa pemberian pupuk Gandasil D pada pertumbuhan bibit kopi
Robusta tidak berpengaruh terhadap semua peubah yang diamati, sedangkan hasil
penelitian Muhadjir et al. (1989) menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun
Gandasil D dan B pada tanaman padi sawah dapat meningkatkan hasil sekitar 1%12 %. Begitu pula hasil penelitian dari Tripuspitasari (2006) menunjukkan bahwa
pemupukan Gandasil D diselingi dengan Gandasil B pada tanaman anggrek
memperoleh lebar daun yang maksimal. Hasil penelitian Santi dan Kusumo
(1992) tentang penggunaan pupuk Gandasil D pada tanaman anggrek Mokara
Chark Kuan menyebabkan pengaruh baik terhadap peubah tinggi tanaman,
panjang daun, dan lebar daun. Oleh karena itu penelitian ini ingin mengetahui
apakah pupuk Gandasil D memiliki pengaruh positif ataupun negatif terhadap
13
pertumbuhan tanaman buah naga. Sedangkan pupuk Fertisim dipilih karena
memiliki beberapa manfaat yaitu: 1) Meningkatkan pertumbuhan cabang dan
ranting, 2) Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan
penyakit, dan 3) Menghindarkan tanaman dari penyakit busuk dan kerontokan
buah.
Tujuan
Mengetahui dan mempelajari pengaruh konsentrasi pupuk daun terhadap
pertumbuhan vegetatif tabulampot buah naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt.
Et R).
Hipotesis
1. Terdapat perbedaan respon tanaman buah naga terhadap jenis pupuk.
2. Semakin tinggi konsentrasi pupuk maka pertumbuhan tanaman buah naga akan
semakin baik.
14
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Buah Naga
Buah naga termasuk dalam famili Cactaceae dengan klasifikasi sebagai
berikut: divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dycotyledonae,
ordo Cactales, famili Cactaceae, subfamili Hylocereanea, genus Hylocereus, dan
spesies Hylocereus undatus. Tanaman ini terdiri dari empat jenis yang dikenal,
yaitu Hylocereus undatus (kulit buah berwarna merah dengan daging buah
berwarna putih), Hylocereus polyrhizus (kulit buah berwarna merah dengan
daging buah berwarna merah keunguan), Hylocereus costaricensis (kulit buah
berwarna merah dengan daging buah berwarna lebih merah dibandingkan
Hylocereus polyrhizus), dan Selenicereus megalanthus (kulit buah berwarna
kuning dengan daging buah berwarna putih) (BPPP, 2007).
Tanaman buah naga secara morfologi termasuk tanaman tidak lengkap
karena tidak memiliki daun. Perakaran tanaman buah naga bersifat epifit, yaitu
merambat
dan
menempel
pada
batang
tanaman
lain.
Namun,
dalam
pembudidayaanya, media untuk merambatkan batang tanaman buah naga ini dapat
digantikan dengan tiang penopang atau kawat. Perakaran tanaman buah naga
sangat tahan dengan kekeringan dan tidak tahan genangan yang cukup lama
(Kristanto, 2008). Tanaman buah naga mempunyai sifat fisiologi long day plant,
yang berarti bahwa tanaman buah naga memerlukan cahaya matahari yang
panjang pada siang hari (Wardi, 2008)
Batang tanaman buah naga berfungsi sebagai daun dalam proses
asimilasi. Pada tanaman buah naga ada yang disebut cabang pokok, cabang
produksi, dan cabang produktif. Cabang pokok merupakan cabang yang mengarah
ke atas melalui pertumbuhan tunas tanaman buah naga. Pilihlah tunas yang
terletak diujung, sedangkan tunas yang lain dipangkas. Cabang pokok berukuran
120-150 cm dari permukaan tanah. Setelah mencapai ukuran tersebut, kemudian
ada beberapa tunas yang muncul di atasnya, pilihlah tiga sampai empat tunas yang
kekar dan sehat sebagai cabang produksi. Pada saat tertentu cabang produksi akan
berhenti memanjang dan pada saat itulah lakukan pangkas pucuk sepanjang 5-10
15
cm pada cabang produksi. Setelah pemangkasan tersebut biasanya akan muncul
tunas, maka pilihlah satu tunas baru saja yang pertumbuhannya baik dan cepat
yang kemudian akan dijadikan cabang produktif (Kristanto, 2008).
Jumlah kuntum bunga yang ditinggalkan pada cabang produksi hanya satu
atau dua kuntum bunga saja. Kuncup bunga berukuran panjang sekitar 30 cm, dan
akan mulai mekar pada sore hari. Ini terjadi karena pada siang hari kuncup bunga
dirangsang untuk mekar oleh sinar matahari dan perubahan suhu yang cukup
tajam antara siang dan malam hari. Bunga ini mekar penuh pada sekitar tengah
malam. Itulah sebabnya tanaman ini dikenal sebagai night blooming cereus. Buah
berbentuk bulat panjang serta berdaging buah sangat tebal. Letak buah pada
umumnya mendekati ujung cabang atau batang. Biji berbentuk bulat berukuran
kecil dengan warna hitam. Kulit biji sangat tipis, tetapi keras. Biji ini dapat
digunakan untuk perbanyakan tanaman secara generatif (Kristanto, 2008).
Tanaman Buah dalam Pot (Tabulampot)
Budaya menanam tanaman buah dalam pot (tabulampot) makin digemari
oleh banyak kalangan. Menanam tanaman buah di dalam pot berawal dari
kegiatan tidak sengaja yang dilakukan para penangkar bibit sekitar tahun 1980-an
(Media Indonesia, 1996).
Banyak manfaat dari semaraknya tabulampot, diantaranya dapat mengatasi
sempitnya lahan bagi penduduk di perkotaan, sebagai wahana penyalur hobi
berkebun, menciptakan ekosistem yang sehat dan indah, menanggulangi
kecenderungan punahnya buah-buahan, menghasilkan makanan bergizi dan
sekaligus sumber penghasilan bagi pembudidayanya.
Menurut Wardi (2008) tabulampot memiliki beberapa keunggulan
diantaranya dapat ditanam di lahan sempit, sebagai penghias taman atau ruangan,
mudah dipindahkan, mudah di rekayasa di lingkungan mikroklimat, dan mudah
dipetik buahnya karena tidak terlalu tinggi.
Penyerapan air dan pupuk pada tabulampot dapat mencapai 80 %. Hal itu
karena tabulampot ditanam di tempat yang terbatas sehingga pasokan air maupun
pupuk dapat diatur sesuai keinginan dan tidak tersebar kemana-mana. Berbeda
dengan tanaman biasa yang ditanam di atas lahan, pasokan air dan pupuk dapat
16
menyebar ke tempat sekitarnya sehingga persediaan pupuk dan air berkurang
(Wardi, 2008).
Tinggi tabulampot umumnya antara 0.25-2 m, tergantung jenis dan ukuran
pot tanaman. Tanaman yang tergolong tinggi banyak digunakan sebagai elemen
dekoratif pekarangan rumah, sedangkan untuk ruangan digunakan tanaman
ukuran sedang dan kecil (Wardi, 2008).
Menurut wardi (2008) agar tabulampot rajin berbuah ada sejumlah syarat
yang harus dipenuhi, diantaranya (1) jenis tanaman harus sesuai dengan
ketinggian tempat, (2) bibit tanaman harus baik, (3) media tanam yang tepat, (4)
pemupukan yang efektif, dan (5) pengendalian hama penyakit tanaman.
Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pokok dalam teknik budidaya,
terutama budidaya buah naga karena sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman serta kualitas dan produktivitas buah (Kristanto,
2008). Pupuk diberikan kepada tanaman dengan tujuan menambah zat (unsur)
hara yang dibutuhkan tanaman. Umumnya unsur hara telah tersedia di dalam
tanah, tetapi karena terus menerus diisap oleh tanaman maka jumlahnya akan
berkurang (Prihmantoro, 1999).
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman sangat banyak, tetapi yang
terpenting dan harus ada sekitar 16 unsur. Tiga unsur yang dibutuhkan diambil
tanaman dari udara, seperti karbondioksida (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).
Ketersediaan unsur tersebut cukup banyak sehingga kurang dipermasalahkan.
Lain halnya dengan ke-13 unsur lainnya yang berada di dalam tanah
(Prihmantoro, 1999). Menurut Marsono dan Sigit (2001) unsur hara terdiri dari
unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara yang diperlukan tanaman
dalam jumlah banyak disebut sebagai unsur makro, yaitu N, P, K, S, Mg, dan Ca.
Sedangkan unsur hara mikro merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman
dalam jumlah sedikit, yaitu meliputi unsur Fe, Cl, Mn, Bo, Zn, Cu, dan Mo.
Adapun fungsi dari beberapa unsur hara Menurut Lakitan (2008)
diantaranya :
17
1. Nitrogen. Dalam jaringan tumbuhan nitrogen merupakan komponen
penyusun dari banyak senyawa esensial bagi tumbuhan, misalnya asamasam amino. Nitrogen juga merupakan unsur penyusun protein dan enzim.
Selain itu nitrogen juga terkandung dalam klorofil, hormon sitokinin, dan
auksin.
2. Fosfor. Fosfor merupakan bagian yang esensial dari berbagai gula fosfat
yang berperan dalam reaksi-reaksi pada fase gelap fotosintesis, respirasi,
dan berbagai metabolisme lainnya. Fosfor juga merupakan bagian dari
nukleotida (dalan RNA dan DNA) dan fosfolipida penyusun membran.
3. Kalium. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang
esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta untuk enzim
yang terlibat dalam sintesis protein dan pati. Menurut arrifin (1998)
tanaman yang kekurangan kalium akan memiliki daun muda berwarna
hijau gelap.
4. Belerang. Sebagian besar belerang dalam tumbuhan terdapat sebagai
penyusun asam amino sistein (cysteine) dan methionin (methionine).
Senyawa lain yang mengandung belerang adalah vitamin thiamine
(thiamine) dam biotin. Belerang juga terkandung dalam koenzim A, yakni
suatu senyawa esensial untuk respirasi dan sintesis serta penguraian asamasam lemak (Fatty acid).
5. Magnesium. Magnesium merupakan unsur penyusun klorofil. Selain itu
yang menjadikan magnesium sebagai unsur hara esensial yang penting
adalah karena magnesium bergabung dengan ATP agar ATP dapat
berfungsi dalam berbagai reaksi. Magnesium juga merupakan aktivator
dari berbagai enzim dalam reaksi fotosintesis, respirasi, dan pembentukan
DNA dan RNA. Menurut Soepardi (1983) apabila tanaman diberikan
konsentrasi pupuk yang tinggi kemungkinan dapat menurunkan Mg di
dalam
daun,
sehingga
fotosintesis
akan
terganggu
dan
akan
mengakibatkan berkurangnya hasil fotosintesis yang diperlukan untuk
pertumbuhan vegetatif.
6. Kalsium. Peran penting unsur kalsium adalah sebagai pengikat antara
molekul-molekul fosfolipida atau antara fosfolipida dengan protein
18
penyusun membran, hal ini menyebabkan membran dapat berfungsi secara
normal pada semua sel. Kalsium juga dapat memacu aktivitas beberapa
enzim, sekaligus dapat menghambat aktivitas beberapa enzim lainnya.
7. Besi. Besi merupakan bagian dari enzim-enzim tertentu dan merupakan
bagian dari protein yang berfungsi sebagai pembawa elektron pada fase
terang fotosintesis dan respirasi.
8. Klor. Unsur klor berfungsi menstimulasi pemecahan molekul air pada fase
terang fotosintesis. Selain itu klor juga dilaporkan esensial untuk proses
pembelahan sel.
9. Mangan. Berfungsi sebagai aktivator dari berbagai enzim. Mangan juga
berperan dalam menstimulasi pemecahan molekul air pada fase terang
fotosintesis. Mangan juga merupakan komponen struktural dari sistem
membran kloroplas.
10. Boron. Boron terlibat dalam proses sintesis asam nukleat.
11. Seng. Seng berpartisipasi dalam pembentukan klorofil dan pencegahan
kerusakan molekul klorofil. Beberapa enzim juga hanya dapat berfungsi
jika terdapat unsur seng yang terikat kuat pada molekul enzim tersebut.
12. Tembaga. Tembaga terdapat pada berbagai enzim atau protein yang
terlibat dalam reaksi oksidasi dan reduksi. Contoh yang penting adalah
pada enzim sitokhrom oksidase (enzim respirasi pada mitokondria) dan
plastosianin (protein pada kloroplas).
13. Molibdenum. Molibdenum sebagai bagian dari enzim nitrat reduktase
yang mereduksi ion nitrat menjadi ion nitrit.
Menurut Marsono dan Sigit (2001) manfaat pupuk dapat dibagi dalam dua
macam, yaitu (1) manfaat berkaitan dengan fisika tanah, berkaitan dengan
memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur dan (2) manfaat yang
berkaitan dengan sifat kimia tanah, yaitu menyediakan unsur hara yang
diperlukan bagi tanaman dan mencegah kehilangan unsur hara yang cepat
hilang.
Menurut Lingga (1998) pupuk dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan
kriterianya, diantaranya :
(1) Berdasarkan asalnya
19
a. Pupuk organik, seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk
hijau.
b. Pupuk anorganik, seperti pupuk urea, TSP, dan KCl.
(2) Berdasarkan cara pemberiannya
a. Pupuk akar, yaitu segala jenis pupuk yang diberikan lewat akar.
Misalnya, TSP, ZA, KCl, kompos, dan pupuk kandang.
b. Pupuk daun, yaitu segala macam pupuk yang diberikan lewat daun
dengan jalan penyemprotan.
(3) Berdasarkan unsur hara yang dikandungnya
a. Pupuk tunggal, yakni pupuk yang hanya mengandung satu unsur.
Misalnya pupuk urea, TSP, dan KCl.
b. Pupuk majemuk, yakni pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur,
seperti pupuk NPK, beberapa pupuk daun, dan kompos.
c. Pupuk lengkap, yaitu pupuk yang mengandung unsur lengkap secara
keseluruhan (baik unsur makro maupun mikro).
Dalam penggunaan pupuk sering dikenal istilah dosis dan konsentrasi.
Dosis adalah jumlah pupuk yang harus diberikan atau dianjurkan untuk per satuan
tanaman atau per satuan lahan, sedangkan konsentrasi merupakan kepekatan
larutan semprot (Marsono dan Sigit, 2001).
Masa pemupukan pada tanaman buah dibagi menjadi dua, masa vegetatif
dan generatif. Masa vegetatif, yaitu pada saat tanaman sedang mengalami
pertumbuhan daun dan tunas. Adapun pada masa generatif tanaman sedang
membentuk bunga dan membesarkan buah. Jenis pupuk yang diaplikasikan pada
kedua masa tersebut sangat berbeda. Kesalahan pemberian pupuk pada kedua
masa tersebut akan menyebabkan hasil buah yang diharapkan tidak tercapai
(Prihmantoro, 1999).
Menurut Lingga (1998) ada satu hal kelebihan atau keuntungan dari
pemupukan lewat daun, yakni: penyerapan hara yang diberikan berjalan lebih
cepat jika dibandingkan dengan pupuk yang diberikan lewat akar. Hasil penelitian
Santi (1992) menunjukkan bahwa pemupukan lewat daun pada tanaman anggrek
Aranda Lilac akan lebih efektif dan lebih efisien apabila pupuk diberikan dengan
konsentrasi rendah, tetapi intensitas pemberian pupuk ditingkatkan.
20
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Bogor,
Jawa Barat. Lokasi ini memiliki ketinggian tempat 250 m di atas permukaan laut.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2009 sampai Juli 2009.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi bibit buah naga jenis
Hylocereus undatus (Haw.) Brtitt. Et R (Gambar 1), tanah bagian top soil, arang
sekam, pupuk kandang, dolomit, pupuk majemuk NPK (15-15-15), pupuk daun
Gandasil D (Gambar 2a) dan Fertisim (Gambar 2b), Furadan, garam dapur kasar,
pot berdiameter 50 cm, kerangka besi beton, ijuk, paralon 0.5 inci, dan karet ban.
Alat yang digunakan meliputi cangkul, ember, gunting pangkas, meteran,
alat semprot (sprayer), jangka sorong, pipet, timbangan digital, munshell colors
chart, pengaduk, gelas takar, camera digital, dan alat tulis.
Gambar 1. Bibit Tanaman Buah Naga Umur Satu Bulan
21
(a)
(b)
Gambar 2. Pupuk Daun yang Digunakan pada Penelitian. (a) Pupuk Gandasil
D (b) Pupuk Fertisim
Tabel 1. Kandungan Unsur Hara Pupuk Daun
Gandasil D
N 14%
P2O5 12%
K2O 14%
Mg 1%
Mn, B, Cu, Co, Zn
Jenis pupuk
Fertisim
N 15%
P2O5 18%
K2O 18%
S 5%
Protein 40%
Lemak 1,2%
Organik lain 1,8%
ZPT, Fe, Mn, Cu, Mg, Zn, Ca, B, Co, dan
air hingga 100%
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu
faktor, yaitu konsentrasi pupuk daun masing-masing terdiri dari tiga taraf dengan
satu perlakuan kontrol tanpa penggunaan pupuk daun. Untuk konsentrasi pupuk
digunakan setengah konsentrasi : G1(1.5 g/ l dan F1(0.5 ml/l), satu konsentrasi:
G2 (3 g/ l) dan F2(1 ml/l), dan satu setengah konsentrasi : G3 (4.5 g/ l) dan F3
(1.5 ml/l). Percobaan dilakukan dengan tiga ulangan. Setiap satuan percobaan
terdiri dari tiga tanaman, sehingga terdapat 54 tanaman dalam 18 pot untuk semua
satuan percobaan dan kontrol (K) sebanyak sembilan tanaman atau tiga pot.
Jumlah keseluruhan satuan percobaan ada 63 tanaman atau 21 pot. Pengamatan
22
dilakukan terhadap semua tanaman dalam satuan percobaan sehingga jumlah
semua tanaman yang diamati sama dengan jumlah tanaman keseluruhan yaitu 63
tanaman. Model aditif dari rancangan tersebut adalah:
Yij = µ +
i
+
j+
ij
Keterangan:
i
= 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
j
= 1, 2, 3
Yij
= Nilai peubah yang diamati akibat perlakuan konsentrasi pupuk daun ke-i
dan ulangan ke-j
µ
= Nilai tengah umum
i
= Pengamatan akibat pengaruh konsentrasi pupuk daun ke-i
j
= Pengamatan akibat pengaruh ulangan ke-j
ij
= Pengaruh galat percobaan konsentrasi pupuk daun ke-i, ulangan ke-j
Selanjutnya pengolahan data
dilakukan dengan uji F menggunakan
program SAS versi 6. 12. Uji beda nilai tengah menggunakan uji lanjut DMRT
5%.
Pelaksanaan Percobaan
Percobaan ini terdiri dari beberapa kegiatan yang meliputi:
1. Persiapan bahan dan alat
Persiapan berbagai alat mulai dari pengadaan alat dan bahan percobaan.
2. Persiapan media tanam dan penanaman bibit.
Media tanam yang digunakan terdiri atas top soil dan pupuk kandang dicampur
dengan perbandingan 1:3. Media tanam yang telah dicampur dimasukkan ke
dalam pot setinggi 60 % dari tinggi pot, kemudian dimasukkan dolomit 1 kg,
arang sekam 2 kg, dan garam dapur kasar satu sendok makan kedalam pot
kemudian diaduk sampai merata dengan media tanam. Sebelum menanam bibit
ke dalam pot telebih dahulu media tanam diberi Furadan satu sendok makan dan
pupuk majemuk NPK (15-15-15) 100 g. Selanjutnya bibit dipindahkan dari
polybag ke dalam pot. Masing-masing pot berisi tiga bibit.
3. Pemeliharaan
23
Pemeliharaan meliputi pemangkasan, pemberian pupuk daun, penyiangan serta
pengendalian hama dan penyakit. Pemberian pupuk daun dilaksanakan setelah 1
Minggu Setelah Tanam (MST) dan setiap 1 minggu sekali pada pagi hari (pukul
08.00 WIB), pemberian pupuk ini dilakukan sesuai perlakuan yaitu ada yang
dilakukan dengan perlakuan G1, G2, G3, F1, F2, F3, dan K. Jumlah aplikasi
pupuk daun sampai dengan akhir penelitian sebanyak 18 kali. Teknik pemberian
pupuk daun disemprotkan dengan sprayer ke seluruh bagian batang sampai
basah. Untuk perlakuan kontrol tanaman hanya disemprot dengan air hingga
seluruh bagian batang basah.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan seminggu sekali dengan peubah yang harus diamati
meliputi :
1. Waktu munculnya tunas, umur tanaman pada saat munculnya tunas.
2. Panjang tunas, diukur dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan
dari pangkal tunas sampai ujung tunas. Pengamatan ini dilakukan setiap 1
minggu sekali dimulai dari awal munculnya tunas.
3. Waktu muncul akar udara, umur tanaman pada awal muncul akar udara.
4. Diameter batang, diukur menggunakan jangka sorong. Diukur pada bagian
setengah dari panjang tunas. Pengamatan ini dilakukan setiap 1 minggu sekali
dimulai dari awal muncul tunas.
5. Warna batang. Warna batang menggunakan munshell colors chart.
6. Waktu munculnya cabang, umur tanaman pada saat munculnya cabang.
7. Jumlah cabang, dihitung banyaknya jumlah cabang produksi per tanaman.
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2009 sampai Juli 2009,
berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi dan Geofisika, Dramaga, Bogor
diperoleh data curah hujan saat penelitian berkisar 131.1 mm - 570.6 mm. Curah
hujan rata-rata per bulan 312.2 mm dan curah hujan tertinggi ada pada bulan Mei
570.6 mm. Jumlah hari hujan terbanyak 24 hari pada bulan Maret dan Mei. Untuk
suhu rata-rata per bulan 26oC, dengan suhu tertinggi pada bulan April 26.2oC.
Bibit yang digunakan untuk penelitian ini adalah bibit buah naga jenis
Hylocereus undatus berumur 1 bulan dan belum bertunas. Tanaman buah naga
masih sedikit ditanam di daerah bogor, sehingga hama dan penyakit yang
menyerang tanaman ini hampir tidak ada, hanya saja untuk hama terdapat ulat
bulu akan tetapi berdasarkan pengamatan visual tampak tidak adanya gangguan
serangan hama dan penyakit yang berarti sehingga hanya dilakukan pengendalian
hama dan penyakit secara manual.
Tanaman yang ada di sekitar lahan penelitian adalah tanaman obat-obatan
(serai wangi, kemangi, dan sambung nyawa) dan tanaman buah naga yang sudah
lebih tua.
Panjang Tunas
Panjang tunas merupakan salah satu peubah yang diamati dalam
pertumbuhan tanaman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua
perlakuan yang diterapkan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap
peubah panjang tunas mulai dari 1 MST hingga 19 MST.
Adanya unsur yang cukup dalam tanah atau media tanam dapat membantu
pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga aplikasi pupuk tidak memberikan respon
yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman (Mutiasari, 2005). Selain faktor
fisiologi ada kemungkinan faktor lingkungan yang membuat semua perlakuan
tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tunas. Curah hujan yang tinggi saat
penelitian terutama saat aplikasi pupuk daun dapat memungkinkan pupuk yang
disemprotkan tercuci oleh air hujan dan belum diserap oleh batang, sehingga tidak
25
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Sutapraja dan Sumpena (1996) bahwa pemberian pupuk daun
pada tanaman kubis kultivar Victory tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar tajuk. Hal ini kemungkinan ada
unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun yang disemprotkan pada tanaman,
memerlukan waktu untuk dapat masuk ke dalam daun sehingga bila selama waktu
tersebut turun hujan atau keadaan cuaca kering dan panas, maka menjadi
berkurang penyerapannya.
140
G1
F1
K
Panjang Tunas (cm)
120
100
G2
F2
G3
F3
80
60
40
20
0
1
2
3 4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Umur Tanaman (MST)
Gambar 3. Panjang Tunas Tanaman Buah Naga saat 1-19 MST
Diameter Batang
Berbeda dengan hasil yang diperoleh pada panjang tunas, perbedaan
konsentrasi dari dua jenis pupuk daun memberikan pengaruh nyata pada saat 18
dan 19 MST (Tabel 2). Akan tetapi saat 1-17 MST belum terlihat pengaruh dari
konsentrasi dua jenis pupuk daun tersebut.
Perlakuan F3 menghasilkan diameter batang yang lebih besar saat 18 MST
yaitu 3.55 cm dan perlakuan G1 memiliki diameter yang terkecil yaitu 2.39 cm.
Perlakuan F3 19.52% lebih baik dibandingkan kontrol. Pada pupuk Gandasil D
perlakuan G2 memberikan hasil diameter batang lebih besar dibandingkan dengan
G1 dan G3, akan tetapi masih lebih kecil diameternya jika dibandingkan tanaman
26
kontrol. Sedangkan pada pupuk Fertisim perlakuan F3 memiliki hasil diameter
yang lebih besar dibandingkan perlakuan F1, F2, dan kontrol.
Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Daun terhadap Diameter Batang
Perlakuan
18
G1
G2
G3
F1
F2
F3
K
2.39c
2.89abc
2.71bc
3.05abc
3.37ab
3.55a
2.97abc
Umur Tanaman (MST)
19
(....cm....)
2.56b
2.85ab
3.12a
3.12a
3.39a
3.28a
3.23a
Keterangan : Angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan hasil
yang berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%
Pada akhir pengamatan atau saat tanaman berumur 19 MST, diameter
batang terbesar adalah 3.39 cm dengan perlakuan F2 dan diameter terkecil adalah
2.56 cm pada perlakuan G1. Perlakuan F2 4.95% lebih baik dibandingkan dengan
kontrol. Perlakuan G3 memiliki diameter batang lebih besar dibandingkan
perlakuan G1 dan G2, akan tetapi masih lebih kecil jika dibandingkan dengan
kontrol. Untuk pupuk Fertisim perlakuan F2 diameter batangnya lebih besar
dibandingkan dengan perlakuan F1, F3, dan kontrol.
Pada peubah diameter batang dilakukan uji lanjut kontras orthogonal dan
polinomial. Uji lanjut kontras orthogonal dilakukan untuk mengetahui pengaruh
perbandingan kualitatif dalam hal ini jenis pupuk daun, sedangkan uji lanjut
kontras polinomial digunakan untuk mengetahui pengaruh perbandingan
kuantitatif dalam hal ini konsentrasi dari masing-masing pupuk daun.
Berdasarkan uji lanjut kontras orthogonal, pupuk Gandasil D dan pupuk
Fertisim memiliki pengaruh sangat nyata terhadap peubah diameter batang saat 18
dan 19 MST (Lampiran 5).
Waktu Muncul Tunas dan Akar Udara
Bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit yang belum
bertunas. Dengan mengaplikasikan perlakuan yang telah ditentukan diharapkan
dapat mempercepat munculnya tunas. Akan tetapi dari hasil analisis statistik
27
diperoleh bahwa semua perlakuan konsentrasi pupuk daun tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap waktu munculnya tunas (Tabel 3). Adanya zat
pengatur tumbuh yang terkandung dalam pupuk Fertisim ternyata tidak
memberikan perbedaan waktu munculnya tunas. Menurut Wuryaningsih dan
Andyanto (1998) proses awal tumbuhnya tunas ditentukan oleh pembelahan dan
pemanjangan sel meristematis yang lebih banyak ditentukan dengan adanya
keseimbangan antara auksin, sitokinin, dan senyawa-senyawa lain yang dapat
mengaktifkan sitokinin.
Tanaman buah naga termasuk tanaman epifit, sehingga jika tanaman ini
dicabut dari tanah tanaman ini akan tetap hidup terus karena menyerap air dan
mineral melalui akar udara yang ada pada batangnya (Kristanto, 2008). Sama
halnya dengan waktu muncul tunas, semua perlakuan juga tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap waktu munculnya akar udara. Berdasarkan Tabel 3
perlakuan G3 sampai akhir pengamatan belum muncul akar udara.
Tabel 3. Waktu Muncul Tunas dan Waktu Muncul Akar Udara Tanaman Buah
Naga pada Berbagai Perlakuan
Perlakuan
G1
G2
G3
F1
F2
F3
K
Waktu muncul tunas
(HST)
18.56
25.11
22.67
20.89
21.22
22.11
13.67
Waktu muncul akar udara
(HST)
88
88
87
105
91
112
Keterangan : HST: Hari Setelah Tanam
Gambar 4. Tunas Tanaman Buah Naga Baru Muncul
28
Gambar 5. Akar Udara pada Batang Tanaman Buah Naga
Warna Batang
Perlakuan konsentrasi pupuk tidak mempengaruhi warna batang. Warna
batang pada tanaman buah naga berbeda dikarenakan faktor umur tanaman.. Pada
1 MST ketika tanaman masih muda warna batang pada semua perlakuan sama
yaitu kuning tua dengan kilap sangat cerah (lampiran 9). Sedangkan pada akhir
pengamatan (19 MST) ketika tanaman sudah cukup dewasa warna batang menjadi
hijau tua dengan kilap sangat cerah untuk perlakuan G1, G2, dan F1, Sedangkan
pada perlakuan G3, F2, F3, dan K warna batangnya adalah hijau muda kilap
sangat cerah (lampiran 10). Menurut Sari (2008) penentuan warna tergantung
pada posisi mata memandang tanaman, faktor cahaya, sudut pandang, dan bias
yang dapat memberikan hasil yang berbeda dalam penentuan skala atau kode
warna.
29
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penggunaan pupuk Fertisim dengan konsentrasi 1.5 ml/l memberikan hasil
diameter batang yang lebih besar pada 18 MST dan 19.52 % lebih baik
dibandingkan dengan kontrol. Selain itu, penggunaan pupuk Fertisim dengan
konsentrasi 1 ml/l memberikan hasil diameter batang yang lebih besar saat 19
MST, jika dibandingkan dengan kontrol perlakuan ini lebih baik 4.95%.
Warna batang saat pengamatan pertama (1 MST) untuk semua perlakuan
adalah kuning tua dengan kilap sangat cerah, sedangkan pada pengamatan akhir
(19 MST) ketika tanaman sudah cukup dewasa warna batang menjadi hijau tua
dengan kilap sangat cerah untuk perlakuan pupuk Gandasil 1.5 dan 3 g/l, dan
pupuk Fertisim 0.5 ml/l, akan tetapi warna
batang pada perlakuan pupuk
Gandasil D 4.5 g/l, Fertisim 1, dan 1.5 ml/l, dan kontrol adalah hijau muda kilap
sangat cerah.
Saran
Perlu penambahan waktu pengamatan (>19 MST) untuk melihat
pengaruh kedua pupuk tersebut. Untuk pengamatan warna batang sebaiknya
dilakukan pada semua sisi.
30
DAFTAR PUSTAKA
Arrifin. 1998. Pemanfaatan kalium untuk meningkatkan daya tahan tanaman
kacang hijau terhadap kekeringan. Jur. Agrista 22:58-62.
BPPP. 2007. Buah Naga (Dragon Fruit): Eksotika Sang Primadona Baru. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 87 hal.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 286 hal.
Harjadi, S. S. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
195 hal.
Kristanto, D. 2008. Buah Naga: Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar
Swadaya. Jakarta. 92 hal.
Lakitan, B. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan . PT Raja Grafindo. Jakarta.
206 hal.
Lingga, P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hal.
Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar: Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya.
Jakarta. 96 hal.
Media Indonesia. 2006. Kumpulan Kliping Tabulampot. Pusat Informasi
Pertanian Trubus. Jakarta.
Muhadjir, F. 1989. Peranan pupuk daun dan zat pengatur tumbuh pada tanaman
pangan. Bul. Agron. Edisi Khusus: 82-97.
Mutiasari, M. 2005. Efektivitas Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Cabai Merah (Capsicum annum L.). Skripsi. Program Studi Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian, Bogor. Bogor. 46 hal.
Prihmantoro, P. 1999. Memupuk Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. 76
hal.
Santi, A. 1992. Pengaruh beberapa pupuk daun terhadap pertumbuhan angggrek
aranda lilac. J. Hort. 2(3): 28-30.
Santi, A dan S. Kusumo. 1992. Pengaruh pupuk daun dan sitosim untuk
pertumbuhan vegetatif anggrek Mokara Chark Kuan pada media arang dan
sabut kelapa. J. Hort. 2(2): 33-35.
Sari, I. P. 2008. Aplikasi Pewarnaan Biru pada Bunga Potong Krisan
(Dendrathema grandiflora Tzvelev), Gerbera (Gerbera jamesonii Bolus),
31
dan Mawar (Rosa hybrida L). Skripsi. Program Studi Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian, Bogor. Bogor. 78 hal.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. 591 hal.
Sutapraja dan Sumpena. 1996. Pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi pupuk
daun Complesai Cair terhadap pertumbuhan dan hasil kubis kultivar
Victory. J. Hort. 5(5): 51-55.
Tabloid Nova. 2008. Penampilan Eksotis Sang Naga di Pot. http://www.Tabloid
nova.com. [ 8 Desember 2008 ].
Tripuspitasari, D. 2006. Pengaruh Perlakuan Pemupukan terhadap Pertumbuhan
Vegetatif dan Generatif Tanaman Anggrek Dendrobium sp. Var Thongcai
Viroj. Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 40 hal.
Wachjar, A dan B. Setiyo. 1989. Pengaruh pemindahan berbagai stadia kecambah
dan konsentrasi pupuk daun Gandasil D terhadap pertumbuhan bibit kopi
robusta (Coffea canephora Pierre ex Froehner). Bul. Agron. 18(2):9-15.
Wardi. 2008. Percantik Ruang dengan Tanaman Buah. PT Prima Infosarana
Media. Jakarta. 64 hal.
Wuryaningsih, S. dan S. Andryantoro. 1998. Pertumbuhan stek melati berbuku
satu dan dua pada beberapa macam media. Agri Journal 5 (1-2): 32-41.
32
LAMPIRAN
Lampiran 1. Sidik Ragam Panjang Tunas Tanaman Buah Naga saat 1-9 MST
Umur Tanaman
(MST)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Keterangan :
a)
Sumber
Keragaman
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
0.82
0.75
0.46
0.62
26.73a)
0.29
0.60
0.75
0.72
28.29 a)
0.10
0.89
0.91
0.53
28.72 a)
0.50
0.97
0.62
0.49
28.46 a)
0.29
0.26
0.75
0.94
28.89 a)
0.54
0.22
0.59
0.96
24.20 a)
0.69
0.29
0.52
0.93
20.13 a)
0.70
0.32
0.52
0.92
30.41
0.70
0.39
0.51
0.87
25.39
: data ditransformasikan dengan x + 0.5
33
Lampiran 2. Sidik Ragam Panjang Tunas Tanaman Buah Naga saat 10-19 MST
Umur Tanaman
(MST)
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Sumber
Keragaman
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
0.62
0.49
0.55
0.80
22.18
0.85
0.16
0.45
0.98
25.97
0.32
0.29
0.73
0.93
21.29
0.51
0.27
0.61
0.94
21.68
0.79
0.47
0.48
0.82
22.43
0.62
0.69
0.55
0.66
21.89
0.37
0.48
0.70
0.81
21.61
0.22
0.45
0.80
0.83
21.24
0.27
0.44
0.77
0.84
22.24
0.27
0.43
0.77
0.85
22.99
34
Lampiran 3. Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Buah Naga saat 1-9 MST
Umur Tanaman
(MST)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Keterangan :
a)
Sumber
Keragaman
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
0.88
0.59
0.44
0.73
9.09a)
0.29
0.66
0.76
0.69
11.85 a)
0.25
1.01
0.79
0.46
18.00 a)
0.12
0.94
0.89
0.50
17.58 a)
0.11
0.63
0.90
0.71
20.02 a)
0.45
0.49
0.65
0.80
14.96 a)
1.42
0.45
0.28
0.83
24.49
5.43
0.50
0.02
0.8
13.68
2.89
0.42
0.09
0.85
10.35
: data ditransformasikan dengan x + 0.5
35
Lampiran 4. Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Buah Naga saat 10-19 MST
Umur Tanaman
(MST)
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Sumber
Keragaman
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
0.46
0.35
0.64
0.90
13.82
0.21
0.03
0.81
1.00
16.67
0.88
0.09
0.44
1.00
14.28
0.13
0.58
0.88
0.74
18.00
0.97
0.44
0.41
0.84
12.34
1.23
0.50
0.33
0.80
10.32
0.82
2.30
0.46
0.10
11.72
2.44
2.55
0.13
0.08
8.40
1.22
3.20
0.33
0.04
12.60
0.82
2.30
0.46
0.10
11.72
36
Lampiran 5. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Orthogonal pada Peubah Diameter
Batang
Umur Tanaman
(MST)
18
19
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Ulangan
K vs G dan F
G vs F
Galat
Total
Perlakuan
Ulangan
K vs G dan F
G vs F
Galat
Total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
6
2
1
1
12
20
6
2
1
1
12
20
3.20
1.22
0.01tn
13.63**
0.04
0.33
0.92
0.003
12.60
2.99
0.77
0.94tn
9.84**
0.05
0.49
0.35
0.008
9.30
Keterangan : tn : tidak nyata
** : sangat nyata pada taraf 1 %
Lampiran 6. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Polinomial (K, G1, G2, dan G3) pada
Peubah Diameter Batang
Umur Tanaman
(MST)
18
19
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Ulangan
Linier
Kuadratik
Kubik
Galat
Total
Perlakuan
Ulangan
Linier
Kuadratik
Kubik
Galat
Total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
3
2
1
1
1
6
11
3
2
1
1
1
6
11
0.84
0.66
1.03
0.48
1.01
0.52
0.55
0.35
0.51
0.35
17.89
2.02
0.02
0.43
4.99
0.64
0.21
0.98
0.54
0.07
0.45
12.36
37
Lampiran 7. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Polinomial (K, F1, F2, dan F3) pada
Peubah Diameter Batang
Umur Tanaman
(MST)
18
19
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Ulangan
Linier
Kuadratik
Kubik
Galat
Total
Perlakuan
Ulangan
Linier
Kuadratik
Kubik
Galat
Total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
3
2
1
1
1
6
11
3
2
1
1
1
6
11
1.89
1.13
2.54
0.06
3.05
0.23
0.38
0.16
0.81
0.13
10.63
1.65
6.86
0.09
0.00
4.84
0.28
0.03
0.77
0.96
0.07
4.87
Lampiran 8. Sidik Ragam Waktu Muncul Tunas pada Berbagai Perlakuan
Sumber
Keragaman
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
2
6
12
20
0.13 tn
1.01tn
0.88
0.46
30.54
Keterangan : tn : tidak nyata
38
Lampiran 9. Warna Batang Tanaman Buah Naga pada 1 MST hingga 10 MST
Perlakuan
Umur tanaman (MST)
G1
G2
G3
F1
F2
F3
K
1
I
I
I
I
I
I
I
2
I
I
I
I
I
I
I
3
II
V
II
I
II
I
II
4
III
II
I
III
III
I
III
Keterangan : I : Kuning tua kilap sangat cerah
II : Kuning tua kilap cerah sedang
III : Kuning tua kilap cerah lemah
IV : kuning tua kecoklatan kilap sangat cerah
V : Kuning tua kecoklatan kilap cerah sedang
VI : Hijau muda kilap sangat cerah
VII : Hijau muda kilap cerah sedang
VIII: Hijau muda kilap cerah lemah
IX : Hijau tua kilap sangat cerah
X : Hijau tua kilap cerah sedang
5
II
I
II
IV
IV
II
II
6
III
II
III
II
III
III
III
7
VI
X
VIII
VIII
VII
VIII
X
8
VI
VIII
VIII
X
X
VII
X
9
IX
X
X
VI
VI
VI
VI
10
IX
VI
IX
VI
VI
VI
VI
39
Lampiran 10. Warna Batang Tanaman Buah Naga pada 11 MST hingga 19 MST
Perlakuan
Umur Tanaman (MST)
G1
G2
G3
F1
F2
F3
K
11
IX
VI
IX
IX
IX
VI
VI
12
IX
VI
IX
IX
IX
IX
IX
13
IX
VI
IX
IX
VI
IX
VI
Keterangan : I : Kuning tua kilap sangat cerah
II : Kuning tua kilap cerah sedang
III : Kuning tua kilap cerah lemah
IV : kuning tua kecoklatan kilap sangat cerah
V : Kuning tua kecoklatan kilap cerah sedang
VI : Hijau muda kilap sangat cerah
VII : Hijau muda kilap cerah sedang
VIII: Hijau muda kilap cerah lemah
IX : Hijau tua kilap sangat cerah
X : Hijau tua kilap cerah sedang
14
IX
VI
IX
IX
IX
IX
IX
15
VI
IX
IX
VI
VI
IX
IX
16
IX
IX
IX
VI
VI
VI
VI
17
IX
VI
VI
VI
VI
VI
VI
18
IX
IX
VI
VI
VI
VI
VI
19
IX
IX
VI
IX
VI
VI
VI
40
Lampiran 11. Volume Pemakaian Pupuk Selama Penelitian
Perlakuan
G1
G2
G3
F1
F2
F3
K
11-Mar
18-Mar
25-Mar
200
200
180
190
190
170
170
220
240
250
250
200
180
200
350
290
330
300
340
320
300
13-Mei
20-Mei
27-Mei
860
780
840
880
890
900
900
860
840
950
880
900
900
900
880
900
950
900
900
880
940
Perlakuan
G
PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP
PERTUMBUHAN VEGETATIF TABULAMPOT BUAH NAGA
(Hylocereus undatus (Haw.) Britt. Et R)
OLEH
FITRI HASTUTI
A24051997
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
2
PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP
PERTUMBUHAN VEGETATIF TABULAMPOT BUAH NAGA
(Hylocereus undatus (Haw.) Britt. Et R)
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
Fitri Hastuti
A24051997
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
3
RINGKASAN
FITRI
HASTUTI.
Pengaruh
Konsentrasi
Pupuk
Daun
terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Tabulampot Buah Naga (Hylocereus undatus (Haw.)
Britt. Et R). (Dibimbing oleh ADIWIRMAN dan WINARSO D. WIDODO).
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh
konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif tabulampot buah naga
(Hylocereus undatus (Haw.) Britt. Et R) yang dilaksanakan di Kebun Percobaan
Babakan Sawah Baru pada bulan Maret 2009 hingga Juli 2009.
Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan satu faktor,
tiga ulangan. Faktor tersebut yaitu konsentrasi pupuk daun yang terdiri dari pupuk
Gandasil D 1.5, 3, dan 4.5 g/l, dan pupuk Fertisim 0.5, 1, dan 1.5 ml/l.
Bahan tanaman yang digunakan berupa stek tanaman buah naga yang
berumur 1 bulan dan belum bertunas. Stek ditanam di dalam pot plastik
berdiameter 50 cm yang sudah berisi media tanam yang merupakan campuran
arang sekam, tanah, pupuk kandang, dolomit, pupuk NPK 15-15-15, garam dapur
kasar, dan Furadan. Setiap pot berisi tiga stek. Aplikasi pupuk daun dilakukan 1
minggu sekali dengan cara disemprotkan seluruh permukaan batang.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk Fertisim dengan
konsentrasi 1.5 ml/l memberikan hasil diameter batang yang lebih besar pada 18
MST dan 19.52 % lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Selain itu penggunaan
pupuk Fertisim dengan konsentrasi 1 ml/l memberikan hasil diameter batang yang
lebih besar saat 19 MST. Jika dibandingkan dengan kontrol perlakuan ini lebih
baik 4.95%. Semua perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap panjang tunas
dan waktu muncul tunas. Warna batang saat pengamatan pertama (1 MST) untuk
semua perlakuan adalah kuning tua dengan kilap sangat cerah, sedangkan pada
pengamatan akhir (19 MST) ketika tanaman sudah cukup dewasa warna batang
menjadi hijau tua dengan kilap sangat cerah untuk perlakuan pupuk Gandasil D
1.5 dan 3 g/l, dan pupuk Fertisim 0.5 ml/l, akan tetapi warna
batang pada
perlakuan pupuk Gandasil D 4.5 g/l, Fertisim 1, dan 1.5 ml/l, dan kontrol adalah
hijau muda kilap sangat cerah.
4
Judul
: PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP
PERTUMBUHAN VEGETATIF TABULAMPOT BUAH
NAGA (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. Et R)
Nama
: Fitri Hastuti
NRP
: A24051997
Menyetujui
Pembimbing I,
Pembimbing II,
(Dr. Ir. Adiwirman, MS)
(Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS)
NIP: 196204161987031001
NIP: 196208311987031001
Mengetahui:
Ketua Departemen,
( Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr)
NIP: 196111011987031003
Tanggal lulus :
5
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 29 Mei 1987. Penulis
merupakan anak pertama dari Bapak Abdul Hasyim dan Ibu Laelah.
Tahun 1993 penulis lulus dari TK Adhyaksa XXI Jakarta, tahun 1999
penulis lulus dari MI Al- Hidayah Lestari Jakarta, kemudian pada tahun 2002
penulis menyelesaikan studi di SMPN 37 Jakarta. Selanjutnya penulis lulus dari
SMAN 29 Jakarta pada tahun 2005.
Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Ujian Seleksi
Masuk IPB). Selanjutnya tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama di IPB
penulis mengikuti kurikulum mayor minor dengan mengambil program
Supporting Course.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai kepanitiaan dan
organisasi. Tahun 2007 penulis aktif
di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Fakultas Pertanian sebagai anggota divisi ekonomi. Selanjutnya tahun 2009
sebagai pengajar di Bimbingan Belajar Unggul College, Bogor.
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi
nikmat, hidayah serta inayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Penelitian yang berjudul pengaruh konsentrasi pupuk daun terhadap
pertumbuhan vegetatif tabulampot buah naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt.
Et R). Judul tersebut dipilih oleh penulis karena melihat semakin banyaknya jenis
dan merek pupuk yang beredar di pasaran dengan konsentrasi anjuran yang belum
tentu cocok untuk semua jenis tanaman. Selain itu masih sedikitnya perhatian
terhadap teknik budidaya tanaman buah naga khususnya mengenai pemupukan,
sedangkan permintaan akan buah naga khususnya di Indonesia terus meningkat.
Penulis menyampaikan terimakasih yang tulus kepada :
1. Dr. Ir Adiwirman, MS dan Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan
penulisan skripsi ini.
2. Dwi Guntoro, Sp. MSi sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran
sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
3. Dr. Ir Memen Surahman, MAgr yang telah memberikan pengarahan selama
penulis menjadi mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura.
4. Bapak, Mama, Aulia, Meutia, dan ilmi yang telah memberikan dorongan yang
tulus baik moril maupun materiil.
5. Andy setiawan sebagai teman istimewa yang telah memberikan kasih sayang,
bantuan, meluangkan waktu, menghibur dan memberikan motivasi.
6. Staf Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru yang telah memberikan bantuan
selama pelaksanaan penelitian.
7. Teman-teman AGH 42 dan Wisma Maharlika Atas yang telah membantu
penelitian ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Bogor, Desember 2009
Penulis
7
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
LatarBelakang .............................................................................
Tujuan .........................................................................................
Hipotesis .....................................................................................
1
3
3
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Buah Naga ...................................................................
Tanaman Buah dalam Pot (Tabulampot)......................................
Pemupukan .................................................................................
4
5
6
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu ......................................................................
Bahan dan Alat ............................................................................
Metode Penelitian .......................................................................
Pelaksanaan percobaan ................................................................
Pengamatan .................................................................................
10
10
11
12
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum................................................................................
Panjang Tunas.................................................................................
Diameter Batang..............................................................................
Waktu Muncul Tunas dan Akar Udara............................................
Warna Batang..................................................................................
14
14
15
16
18
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.....................................................................................
Saran................................................................................................
19
19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
20
LAMPIRAN................................................................................................
22
8
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Kandungan Unsur Hara Pupuk Daun.................................................
11
2. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Daun terhadap Diameter Batang .......
16
3. Waktu Muncul Tunas dan Waktu Muncul Akar Udara Tanaman
Buah Naga pada Berbagai Perlakuan........................................... .....
17
9
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Bibit Buah Naga Umur Satu Bulan ...................................................10
2. Pupuk Daun yang Digunakan pada Penelitian................................... 11
3. Panjang Tunas Tanaman Buah Naga saat 1-19 MST.......................
15
4. Tunas Tanaman Buah Naga Baru Muncul.........................................
17
5. Akar Udara pada Batang Tanaman Buah Naga..................................
18
17
10
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Sidik Ragam Panjang Tunas Tanaman Buah Naga
saat 1-9 MST .................................................................................
22
2. Sidik Ragam Panjang Tunas Tanaman Buah Naga
saat 10-19 MST .............................................................................
23
3. Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Buah Naga
saat 1-9 MST ..................................................................................
24
4. Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Buah Naga
saat 10-19 MST ..............................................................................
25
5. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Orthogonal pada
Peubah Diameter Batang ................................................................
26
6. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Polinomial (K, G1, G2, dan
G3) pada Peubah Diameter Batang.................................... ........ ......
26
7.
5.
Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Polinomial (K, F1, F2, dan
F3) pada Peubah Diameter Batang................................... ............. ...
27
Sidik Ragam Waktu Muncul Tunas pada Berbagai Perlakuan.. ... ...
27
9. Warna Batang Tanaman Buah Naga pada 1 hingga 10 MST... ..... ...
28
10. Warna Batang Tanaman Buah Naga pada 11 hingga 19 MST... ... ...
29
11. Volume Pemakaian Pupuk Selama Penelitian .............................. ...
30
12. Tanaman Buah Naga pada Berbagai Perlakuan saat 19
MST............................................................................................. .. ...
31
8.
11
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman buah naga awalnya dikenal sebagai tanaman hias di Taiwan,
Vietnam, dan Thailand. Kemudian setelah diketahui bahwa buahnya dapat
dimakan, semakin banyak yang mengenalnya. Bagi masyarakat di negara tersebut,
usaha budidaya tanaman buah naga terus dilakukan karena sangat mudah dan
menguntungkan.
Sebagai tanaman eksotik, buah naga dapat di tanam dalam pot. Sehingga
bagi sebagian masyarakat yang memiliki halaman yang tidak begitu luas,
alternatif menanam buah naga dalam pot menjadi tepat, tanaman buah dalam pot
sering disingkat dengan tabulampot.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, buah naga mungkin masih dipandang
asing. Namun berkat perkembangan teknologi, buah ini sekarang sudah mulai
merambah pasaran Indonesia dan tersedia di toko-toko buah dan pasar swalayan.
Para petani pun mulai membudidayakan komoditas ini dikarenakan prospek ke
depan cerah dibandingkan buah lainnya.
Pertengahan tahun 2000, di beberapa swalayan di jakarta pernah dibanjiri
buah naga impor dari Thailand (Kristanto, 2008). Saat itu, promosi dilakukan
besar-besaran. Kehadirannya pun mengejutkan karena buah ini dipromosikan
sebagai buah yang rasanya lebih manis dari semangka walaupun sedikit masam.
Namun, buah naga ini tidak cepat diterima masyarakat. Walaupun tidak cepat,
konsumen buah naga mulai meningkat seiring dengan makin dikenalnya buah ini
sebagai salah satu buah segar yang dapat menghilangkan dahaga.
Trend buah naga bukan hanya dimiliki masyarakat Jakarta, tetapi lambat
laun merambah hingga ke daerah-daerah lain di Indonesia. Di beberapa kota besar
Indonesia sudah terlihat kecenderungan peningkatan permintaan akan buah naga
seperti Surabaya, Denpasar, dan Semarang. Pasar swalayan terkemuka di
Tanjungkarang dan Bandar Lampung, akhir tahun 2002 pun sudah mulai dibanjiri
buah naga walaupun masyarakat belum begitu mengenalnya (Kristanto, 2008).
Melihat dan mengamati perkembangan produksi dan penjualan di pasar
swalayan yang masih sering terjadi kekosongan, maka dapat disimpulkan bahwa
12
prospek buah naga ini sangat terbuka. Bahkan, Thailand dan Vietnam yang
merupakan pemasok buah terbesar di dunia, hanya mampu memenuhi permintaan
kurang dari 50 %.
Pasar lokal saat ini dibanjiri buah ekspor. Berdasarkan catatan dari
eksportir buah di Indonesia, buah naga yang masuk ke Indonesia mencapai antara
400 ton/tahun (BPPP, 2007). Buah naga yang masuk ke Indonesia hampir setiap
tahunnya mengalami peningkatan, akan tetapi buah naga lokal tetap diminati oleh
pasar.
Untuk memenuhi permintaan buah naga baik untuk lokal maupun ekspor,
petani harus benar-benar memperhatikan teknik budidaya yang diterapkan salah
satunya pemupukan. Pemupukan menjadi sangat penting karena keterbatasan
unsur hara yang ada di dalam tanah. Salah satu pupuk yang sering digunakan
untuk tanaman buah adalah pupuk daun, karena pemupukan lewat daun lebih
cepat penyerapan haranya jika dibandingkan pemupukan lewat akar (Lingga,
1998). Pada daun terdapat stomata (mulut daun) yang dapat mempercepat
penyerapan unsur hara sehingga perbaikan tanaman lebih cepat terlihat
(Hardjowigeno, 2003).
Pupuk daun yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu pupuk
Gandasil D dan pupuk Fertisim. Alasan memilih pupuk tersebut karena pupuk
Gandasil D sudah banyak digunakan untuk penelitian tanaman lain dan memiliki
pengaruh yang berbeda-beda, misalnya hasil penelitian Wachjar dan Setiyo (1989)
menunjukkan bahwa pemberian pupuk Gandasil D pada pertumbuhan bibit kopi
Robusta tidak berpengaruh terhadap semua peubah yang diamati, sedangkan hasil
penelitian Muhadjir et al. (1989) menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun
Gandasil D dan B pada tanaman padi sawah dapat meningkatkan hasil sekitar 1%12 %. Begitu pula hasil penelitian dari Tripuspitasari (2006) menunjukkan bahwa
pemupukan Gandasil D diselingi dengan Gandasil B pada tanaman anggrek
memperoleh lebar daun yang maksimal. Hasil penelitian Santi dan Kusumo
(1992) tentang penggunaan pupuk Gandasil D pada tanaman anggrek Mokara
Chark Kuan menyebabkan pengaruh baik terhadap peubah tinggi tanaman,
panjang daun, dan lebar daun. Oleh karena itu penelitian ini ingin mengetahui
apakah pupuk Gandasil D memiliki pengaruh positif ataupun negatif terhadap
13
pertumbuhan tanaman buah naga. Sedangkan pupuk Fertisim dipilih karena
memiliki beberapa manfaat yaitu: 1) Meningkatkan pertumbuhan cabang dan
ranting, 2) Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan
penyakit, dan 3) Menghindarkan tanaman dari penyakit busuk dan kerontokan
buah.
Tujuan
Mengetahui dan mempelajari pengaruh konsentrasi pupuk daun terhadap
pertumbuhan vegetatif tabulampot buah naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt.
Et R).
Hipotesis
1. Terdapat perbedaan respon tanaman buah naga terhadap jenis pupuk.
2. Semakin tinggi konsentrasi pupuk maka pertumbuhan tanaman buah naga akan
semakin baik.
14
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Buah Naga
Buah naga termasuk dalam famili Cactaceae dengan klasifikasi sebagai
berikut: divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dycotyledonae,
ordo Cactales, famili Cactaceae, subfamili Hylocereanea, genus Hylocereus, dan
spesies Hylocereus undatus. Tanaman ini terdiri dari empat jenis yang dikenal,
yaitu Hylocereus undatus (kulit buah berwarna merah dengan daging buah
berwarna putih), Hylocereus polyrhizus (kulit buah berwarna merah dengan
daging buah berwarna merah keunguan), Hylocereus costaricensis (kulit buah
berwarna merah dengan daging buah berwarna lebih merah dibandingkan
Hylocereus polyrhizus), dan Selenicereus megalanthus (kulit buah berwarna
kuning dengan daging buah berwarna putih) (BPPP, 2007).
Tanaman buah naga secara morfologi termasuk tanaman tidak lengkap
karena tidak memiliki daun. Perakaran tanaman buah naga bersifat epifit, yaitu
merambat
dan
menempel
pada
batang
tanaman
lain.
Namun,
dalam
pembudidayaanya, media untuk merambatkan batang tanaman buah naga ini dapat
digantikan dengan tiang penopang atau kawat. Perakaran tanaman buah naga
sangat tahan dengan kekeringan dan tidak tahan genangan yang cukup lama
(Kristanto, 2008). Tanaman buah naga mempunyai sifat fisiologi long day plant,
yang berarti bahwa tanaman buah naga memerlukan cahaya matahari yang
panjang pada siang hari (Wardi, 2008)
Batang tanaman buah naga berfungsi sebagai daun dalam proses
asimilasi. Pada tanaman buah naga ada yang disebut cabang pokok, cabang
produksi, dan cabang produktif. Cabang pokok merupakan cabang yang mengarah
ke atas melalui pertumbuhan tunas tanaman buah naga. Pilihlah tunas yang
terletak diujung, sedangkan tunas yang lain dipangkas. Cabang pokok berukuran
120-150 cm dari permukaan tanah. Setelah mencapai ukuran tersebut, kemudian
ada beberapa tunas yang muncul di atasnya, pilihlah tiga sampai empat tunas yang
kekar dan sehat sebagai cabang produksi. Pada saat tertentu cabang produksi akan
berhenti memanjang dan pada saat itulah lakukan pangkas pucuk sepanjang 5-10
15
cm pada cabang produksi. Setelah pemangkasan tersebut biasanya akan muncul
tunas, maka pilihlah satu tunas baru saja yang pertumbuhannya baik dan cepat
yang kemudian akan dijadikan cabang produktif (Kristanto, 2008).
Jumlah kuntum bunga yang ditinggalkan pada cabang produksi hanya satu
atau dua kuntum bunga saja. Kuncup bunga berukuran panjang sekitar 30 cm, dan
akan mulai mekar pada sore hari. Ini terjadi karena pada siang hari kuncup bunga
dirangsang untuk mekar oleh sinar matahari dan perubahan suhu yang cukup
tajam antara siang dan malam hari. Bunga ini mekar penuh pada sekitar tengah
malam. Itulah sebabnya tanaman ini dikenal sebagai night blooming cereus. Buah
berbentuk bulat panjang serta berdaging buah sangat tebal. Letak buah pada
umumnya mendekati ujung cabang atau batang. Biji berbentuk bulat berukuran
kecil dengan warna hitam. Kulit biji sangat tipis, tetapi keras. Biji ini dapat
digunakan untuk perbanyakan tanaman secara generatif (Kristanto, 2008).
Tanaman Buah dalam Pot (Tabulampot)
Budaya menanam tanaman buah dalam pot (tabulampot) makin digemari
oleh banyak kalangan. Menanam tanaman buah di dalam pot berawal dari
kegiatan tidak sengaja yang dilakukan para penangkar bibit sekitar tahun 1980-an
(Media Indonesia, 1996).
Banyak manfaat dari semaraknya tabulampot, diantaranya dapat mengatasi
sempitnya lahan bagi penduduk di perkotaan, sebagai wahana penyalur hobi
berkebun, menciptakan ekosistem yang sehat dan indah, menanggulangi
kecenderungan punahnya buah-buahan, menghasilkan makanan bergizi dan
sekaligus sumber penghasilan bagi pembudidayanya.
Menurut Wardi (2008) tabulampot memiliki beberapa keunggulan
diantaranya dapat ditanam di lahan sempit, sebagai penghias taman atau ruangan,
mudah dipindahkan, mudah di rekayasa di lingkungan mikroklimat, dan mudah
dipetik buahnya karena tidak terlalu tinggi.
Penyerapan air dan pupuk pada tabulampot dapat mencapai 80 %. Hal itu
karena tabulampot ditanam di tempat yang terbatas sehingga pasokan air maupun
pupuk dapat diatur sesuai keinginan dan tidak tersebar kemana-mana. Berbeda
dengan tanaman biasa yang ditanam di atas lahan, pasokan air dan pupuk dapat
16
menyebar ke tempat sekitarnya sehingga persediaan pupuk dan air berkurang
(Wardi, 2008).
Tinggi tabulampot umumnya antara 0.25-2 m, tergantung jenis dan ukuran
pot tanaman. Tanaman yang tergolong tinggi banyak digunakan sebagai elemen
dekoratif pekarangan rumah, sedangkan untuk ruangan digunakan tanaman
ukuran sedang dan kecil (Wardi, 2008).
Menurut wardi (2008) agar tabulampot rajin berbuah ada sejumlah syarat
yang harus dipenuhi, diantaranya (1) jenis tanaman harus sesuai dengan
ketinggian tempat, (2) bibit tanaman harus baik, (3) media tanam yang tepat, (4)
pemupukan yang efektif, dan (5) pengendalian hama penyakit tanaman.
Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pokok dalam teknik budidaya,
terutama budidaya buah naga karena sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman serta kualitas dan produktivitas buah (Kristanto,
2008). Pupuk diberikan kepada tanaman dengan tujuan menambah zat (unsur)
hara yang dibutuhkan tanaman. Umumnya unsur hara telah tersedia di dalam
tanah, tetapi karena terus menerus diisap oleh tanaman maka jumlahnya akan
berkurang (Prihmantoro, 1999).
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman sangat banyak, tetapi yang
terpenting dan harus ada sekitar 16 unsur. Tiga unsur yang dibutuhkan diambil
tanaman dari udara, seperti karbondioksida (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).
Ketersediaan unsur tersebut cukup banyak sehingga kurang dipermasalahkan.
Lain halnya dengan ke-13 unsur lainnya yang berada di dalam tanah
(Prihmantoro, 1999). Menurut Marsono dan Sigit (2001) unsur hara terdiri dari
unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara yang diperlukan tanaman
dalam jumlah banyak disebut sebagai unsur makro, yaitu N, P, K, S, Mg, dan Ca.
Sedangkan unsur hara mikro merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman
dalam jumlah sedikit, yaitu meliputi unsur Fe, Cl, Mn, Bo, Zn, Cu, dan Mo.
Adapun fungsi dari beberapa unsur hara Menurut Lakitan (2008)
diantaranya :
17
1. Nitrogen. Dalam jaringan tumbuhan nitrogen merupakan komponen
penyusun dari banyak senyawa esensial bagi tumbuhan, misalnya asamasam amino. Nitrogen juga merupakan unsur penyusun protein dan enzim.
Selain itu nitrogen juga terkandung dalam klorofil, hormon sitokinin, dan
auksin.
2. Fosfor. Fosfor merupakan bagian yang esensial dari berbagai gula fosfat
yang berperan dalam reaksi-reaksi pada fase gelap fotosintesis, respirasi,
dan berbagai metabolisme lainnya. Fosfor juga merupakan bagian dari
nukleotida (dalan RNA dan DNA) dan fosfolipida penyusun membran.
3. Kalium. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang
esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta untuk enzim
yang terlibat dalam sintesis protein dan pati. Menurut arrifin (1998)
tanaman yang kekurangan kalium akan memiliki daun muda berwarna
hijau gelap.
4. Belerang. Sebagian besar belerang dalam tumbuhan terdapat sebagai
penyusun asam amino sistein (cysteine) dan methionin (methionine).
Senyawa lain yang mengandung belerang adalah vitamin thiamine
(thiamine) dam biotin. Belerang juga terkandung dalam koenzim A, yakni
suatu senyawa esensial untuk respirasi dan sintesis serta penguraian asamasam lemak (Fatty acid).
5. Magnesium. Magnesium merupakan unsur penyusun klorofil. Selain itu
yang menjadikan magnesium sebagai unsur hara esensial yang penting
adalah karena magnesium bergabung dengan ATP agar ATP dapat
berfungsi dalam berbagai reaksi. Magnesium juga merupakan aktivator
dari berbagai enzim dalam reaksi fotosintesis, respirasi, dan pembentukan
DNA dan RNA. Menurut Soepardi (1983) apabila tanaman diberikan
konsentrasi pupuk yang tinggi kemungkinan dapat menurunkan Mg di
dalam
daun,
sehingga
fotosintesis
akan
terganggu
dan
akan
mengakibatkan berkurangnya hasil fotosintesis yang diperlukan untuk
pertumbuhan vegetatif.
6. Kalsium. Peran penting unsur kalsium adalah sebagai pengikat antara
molekul-molekul fosfolipida atau antara fosfolipida dengan protein
18
penyusun membran, hal ini menyebabkan membran dapat berfungsi secara
normal pada semua sel. Kalsium juga dapat memacu aktivitas beberapa
enzim, sekaligus dapat menghambat aktivitas beberapa enzim lainnya.
7. Besi. Besi merupakan bagian dari enzim-enzim tertentu dan merupakan
bagian dari protein yang berfungsi sebagai pembawa elektron pada fase
terang fotosintesis dan respirasi.
8. Klor. Unsur klor berfungsi menstimulasi pemecahan molekul air pada fase
terang fotosintesis. Selain itu klor juga dilaporkan esensial untuk proses
pembelahan sel.
9. Mangan. Berfungsi sebagai aktivator dari berbagai enzim. Mangan juga
berperan dalam menstimulasi pemecahan molekul air pada fase terang
fotosintesis. Mangan juga merupakan komponen struktural dari sistem
membran kloroplas.
10. Boron. Boron terlibat dalam proses sintesis asam nukleat.
11. Seng. Seng berpartisipasi dalam pembentukan klorofil dan pencegahan
kerusakan molekul klorofil. Beberapa enzim juga hanya dapat berfungsi
jika terdapat unsur seng yang terikat kuat pada molekul enzim tersebut.
12. Tembaga. Tembaga terdapat pada berbagai enzim atau protein yang
terlibat dalam reaksi oksidasi dan reduksi. Contoh yang penting adalah
pada enzim sitokhrom oksidase (enzim respirasi pada mitokondria) dan
plastosianin (protein pada kloroplas).
13. Molibdenum. Molibdenum sebagai bagian dari enzim nitrat reduktase
yang mereduksi ion nitrat menjadi ion nitrit.
Menurut Marsono dan Sigit (2001) manfaat pupuk dapat dibagi dalam dua
macam, yaitu (1) manfaat berkaitan dengan fisika tanah, berkaitan dengan
memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur dan (2) manfaat yang
berkaitan dengan sifat kimia tanah, yaitu menyediakan unsur hara yang
diperlukan bagi tanaman dan mencegah kehilangan unsur hara yang cepat
hilang.
Menurut Lingga (1998) pupuk dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan
kriterianya, diantaranya :
(1) Berdasarkan asalnya
19
a. Pupuk organik, seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk
hijau.
b. Pupuk anorganik, seperti pupuk urea, TSP, dan KCl.
(2) Berdasarkan cara pemberiannya
a. Pupuk akar, yaitu segala jenis pupuk yang diberikan lewat akar.
Misalnya, TSP, ZA, KCl, kompos, dan pupuk kandang.
b. Pupuk daun, yaitu segala macam pupuk yang diberikan lewat daun
dengan jalan penyemprotan.
(3) Berdasarkan unsur hara yang dikandungnya
a. Pupuk tunggal, yakni pupuk yang hanya mengandung satu unsur.
Misalnya pupuk urea, TSP, dan KCl.
b. Pupuk majemuk, yakni pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur,
seperti pupuk NPK, beberapa pupuk daun, dan kompos.
c. Pupuk lengkap, yaitu pupuk yang mengandung unsur lengkap secara
keseluruhan (baik unsur makro maupun mikro).
Dalam penggunaan pupuk sering dikenal istilah dosis dan konsentrasi.
Dosis adalah jumlah pupuk yang harus diberikan atau dianjurkan untuk per satuan
tanaman atau per satuan lahan, sedangkan konsentrasi merupakan kepekatan
larutan semprot (Marsono dan Sigit, 2001).
Masa pemupukan pada tanaman buah dibagi menjadi dua, masa vegetatif
dan generatif. Masa vegetatif, yaitu pada saat tanaman sedang mengalami
pertumbuhan daun dan tunas. Adapun pada masa generatif tanaman sedang
membentuk bunga dan membesarkan buah. Jenis pupuk yang diaplikasikan pada
kedua masa tersebut sangat berbeda. Kesalahan pemberian pupuk pada kedua
masa tersebut akan menyebabkan hasil buah yang diharapkan tidak tercapai
(Prihmantoro, 1999).
Menurut Lingga (1998) ada satu hal kelebihan atau keuntungan dari
pemupukan lewat daun, yakni: penyerapan hara yang diberikan berjalan lebih
cepat jika dibandingkan dengan pupuk yang diberikan lewat akar. Hasil penelitian
Santi (1992) menunjukkan bahwa pemupukan lewat daun pada tanaman anggrek
Aranda Lilac akan lebih efektif dan lebih efisien apabila pupuk diberikan dengan
konsentrasi rendah, tetapi intensitas pemberian pupuk ditingkatkan.
20
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Bogor,
Jawa Barat. Lokasi ini memiliki ketinggian tempat 250 m di atas permukaan laut.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2009 sampai Juli 2009.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi bibit buah naga jenis
Hylocereus undatus (Haw.) Brtitt. Et R (Gambar 1), tanah bagian top soil, arang
sekam, pupuk kandang, dolomit, pupuk majemuk NPK (15-15-15), pupuk daun
Gandasil D (Gambar 2a) dan Fertisim (Gambar 2b), Furadan, garam dapur kasar,
pot berdiameter 50 cm, kerangka besi beton, ijuk, paralon 0.5 inci, dan karet ban.
Alat yang digunakan meliputi cangkul, ember, gunting pangkas, meteran,
alat semprot (sprayer), jangka sorong, pipet, timbangan digital, munshell colors
chart, pengaduk, gelas takar, camera digital, dan alat tulis.
Gambar 1. Bibit Tanaman Buah Naga Umur Satu Bulan
21
(a)
(b)
Gambar 2. Pupuk Daun yang Digunakan pada Penelitian. (a) Pupuk Gandasil
D (b) Pupuk Fertisim
Tabel 1. Kandungan Unsur Hara Pupuk Daun
Gandasil D
N 14%
P2O5 12%
K2O 14%
Mg 1%
Mn, B, Cu, Co, Zn
Jenis pupuk
Fertisim
N 15%
P2O5 18%
K2O 18%
S 5%
Protein 40%
Lemak 1,2%
Organik lain 1,8%
ZPT, Fe, Mn, Cu, Mg, Zn, Ca, B, Co, dan
air hingga 100%
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu
faktor, yaitu konsentrasi pupuk daun masing-masing terdiri dari tiga taraf dengan
satu perlakuan kontrol tanpa penggunaan pupuk daun. Untuk konsentrasi pupuk
digunakan setengah konsentrasi : G1(1.5 g/ l dan F1(0.5 ml/l), satu konsentrasi:
G2 (3 g/ l) dan F2(1 ml/l), dan satu setengah konsentrasi : G3 (4.5 g/ l) dan F3
(1.5 ml/l). Percobaan dilakukan dengan tiga ulangan. Setiap satuan percobaan
terdiri dari tiga tanaman, sehingga terdapat 54 tanaman dalam 18 pot untuk semua
satuan percobaan dan kontrol (K) sebanyak sembilan tanaman atau tiga pot.
Jumlah keseluruhan satuan percobaan ada 63 tanaman atau 21 pot. Pengamatan
22
dilakukan terhadap semua tanaman dalam satuan percobaan sehingga jumlah
semua tanaman yang diamati sama dengan jumlah tanaman keseluruhan yaitu 63
tanaman. Model aditif dari rancangan tersebut adalah:
Yij = µ +
i
+
j+
ij
Keterangan:
i
= 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
j
= 1, 2, 3
Yij
= Nilai peubah yang diamati akibat perlakuan konsentrasi pupuk daun ke-i
dan ulangan ke-j
µ
= Nilai tengah umum
i
= Pengamatan akibat pengaruh konsentrasi pupuk daun ke-i
j
= Pengamatan akibat pengaruh ulangan ke-j
ij
= Pengaruh galat percobaan konsentrasi pupuk daun ke-i, ulangan ke-j
Selanjutnya pengolahan data
dilakukan dengan uji F menggunakan
program SAS versi 6. 12. Uji beda nilai tengah menggunakan uji lanjut DMRT
5%.
Pelaksanaan Percobaan
Percobaan ini terdiri dari beberapa kegiatan yang meliputi:
1. Persiapan bahan dan alat
Persiapan berbagai alat mulai dari pengadaan alat dan bahan percobaan.
2. Persiapan media tanam dan penanaman bibit.
Media tanam yang digunakan terdiri atas top soil dan pupuk kandang dicampur
dengan perbandingan 1:3. Media tanam yang telah dicampur dimasukkan ke
dalam pot setinggi 60 % dari tinggi pot, kemudian dimasukkan dolomit 1 kg,
arang sekam 2 kg, dan garam dapur kasar satu sendok makan kedalam pot
kemudian diaduk sampai merata dengan media tanam. Sebelum menanam bibit
ke dalam pot telebih dahulu media tanam diberi Furadan satu sendok makan dan
pupuk majemuk NPK (15-15-15) 100 g. Selanjutnya bibit dipindahkan dari
polybag ke dalam pot. Masing-masing pot berisi tiga bibit.
3. Pemeliharaan
23
Pemeliharaan meliputi pemangkasan, pemberian pupuk daun, penyiangan serta
pengendalian hama dan penyakit. Pemberian pupuk daun dilaksanakan setelah 1
Minggu Setelah Tanam (MST) dan setiap 1 minggu sekali pada pagi hari (pukul
08.00 WIB), pemberian pupuk ini dilakukan sesuai perlakuan yaitu ada yang
dilakukan dengan perlakuan G1, G2, G3, F1, F2, F3, dan K. Jumlah aplikasi
pupuk daun sampai dengan akhir penelitian sebanyak 18 kali. Teknik pemberian
pupuk daun disemprotkan dengan sprayer ke seluruh bagian batang sampai
basah. Untuk perlakuan kontrol tanaman hanya disemprot dengan air hingga
seluruh bagian batang basah.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan seminggu sekali dengan peubah yang harus diamati
meliputi :
1. Waktu munculnya tunas, umur tanaman pada saat munculnya tunas.
2. Panjang tunas, diukur dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan
dari pangkal tunas sampai ujung tunas. Pengamatan ini dilakukan setiap 1
minggu sekali dimulai dari awal munculnya tunas.
3. Waktu muncul akar udara, umur tanaman pada awal muncul akar udara.
4. Diameter batang, diukur menggunakan jangka sorong. Diukur pada bagian
setengah dari panjang tunas. Pengamatan ini dilakukan setiap 1 minggu sekali
dimulai dari awal muncul tunas.
5. Warna batang. Warna batang menggunakan munshell colors chart.
6. Waktu munculnya cabang, umur tanaman pada saat munculnya cabang.
7. Jumlah cabang, dihitung banyaknya jumlah cabang produksi per tanaman.
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2009 sampai Juli 2009,
berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi dan Geofisika, Dramaga, Bogor
diperoleh data curah hujan saat penelitian berkisar 131.1 mm - 570.6 mm. Curah
hujan rata-rata per bulan 312.2 mm dan curah hujan tertinggi ada pada bulan Mei
570.6 mm. Jumlah hari hujan terbanyak 24 hari pada bulan Maret dan Mei. Untuk
suhu rata-rata per bulan 26oC, dengan suhu tertinggi pada bulan April 26.2oC.
Bibit yang digunakan untuk penelitian ini adalah bibit buah naga jenis
Hylocereus undatus berumur 1 bulan dan belum bertunas. Tanaman buah naga
masih sedikit ditanam di daerah bogor, sehingga hama dan penyakit yang
menyerang tanaman ini hampir tidak ada, hanya saja untuk hama terdapat ulat
bulu akan tetapi berdasarkan pengamatan visual tampak tidak adanya gangguan
serangan hama dan penyakit yang berarti sehingga hanya dilakukan pengendalian
hama dan penyakit secara manual.
Tanaman yang ada di sekitar lahan penelitian adalah tanaman obat-obatan
(serai wangi, kemangi, dan sambung nyawa) dan tanaman buah naga yang sudah
lebih tua.
Panjang Tunas
Panjang tunas merupakan salah satu peubah yang diamati dalam
pertumbuhan tanaman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua
perlakuan yang diterapkan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap
peubah panjang tunas mulai dari 1 MST hingga 19 MST.
Adanya unsur yang cukup dalam tanah atau media tanam dapat membantu
pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga aplikasi pupuk tidak memberikan respon
yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman (Mutiasari, 2005). Selain faktor
fisiologi ada kemungkinan faktor lingkungan yang membuat semua perlakuan
tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tunas. Curah hujan yang tinggi saat
penelitian terutama saat aplikasi pupuk daun dapat memungkinkan pupuk yang
disemprotkan tercuci oleh air hujan dan belum diserap oleh batang, sehingga tidak
25
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Sutapraja dan Sumpena (1996) bahwa pemberian pupuk daun
pada tanaman kubis kultivar Victory tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar tajuk. Hal ini kemungkinan ada
unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun yang disemprotkan pada tanaman,
memerlukan waktu untuk dapat masuk ke dalam daun sehingga bila selama waktu
tersebut turun hujan atau keadaan cuaca kering dan panas, maka menjadi
berkurang penyerapannya.
140
G1
F1
K
Panjang Tunas (cm)
120
100
G2
F2
G3
F3
80
60
40
20
0
1
2
3 4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Umur Tanaman (MST)
Gambar 3. Panjang Tunas Tanaman Buah Naga saat 1-19 MST
Diameter Batang
Berbeda dengan hasil yang diperoleh pada panjang tunas, perbedaan
konsentrasi dari dua jenis pupuk daun memberikan pengaruh nyata pada saat 18
dan 19 MST (Tabel 2). Akan tetapi saat 1-17 MST belum terlihat pengaruh dari
konsentrasi dua jenis pupuk daun tersebut.
Perlakuan F3 menghasilkan diameter batang yang lebih besar saat 18 MST
yaitu 3.55 cm dan perlakuan G1 memiliki diameter yang terkecil yaitu 2.39 cm.
Perlakuan F3 19.52% lebih baik dibandingkan kontrol. Pada pupuk Gandasil D
perlakuan G2 memberikan hasil diameter batang lebih besar dibandingkan dengan
G1 dan G3, akan tetapi masih lebih kecil diameternya jika dibandingkan tanaman
26
kontrol. Sedangkan pada pupuk Fertisim perlakuan F3 memiliki hasil diameter
yang lebih besar dibandingkan perlakuan F1, F2, dan kontrol.
Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Daun terhadap Diameter Batang
Perlakuan
18
G1
G2
G3
F1
F2
F3
K
2.39c
2.89abc
2.71bc
3.05abc
3.37ab
3.55a
2.97abc
Umur Tanaman (MST)
19
(....cm....)
2.56b
2.85ab
3.12a
3.12a
3.39a
3.28a
3.23a
Keterangan : Angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan hasil
yang berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%
Pada akhir pengamatan atau saat tanaman berumur 19 MST, diameter
batang terbesar adalah 3.39 cm dengan perlakuan F2 dan diameter terkecil adalah
2.56 cm pada perlakuan G1. Perlakuan F2 4.95% lebih baik dibandingkan dengan
kontrol. Perlakuan G3 memiliki diameter batang lebih besar dibandingkan
perlakuan G1 dan G2, akan tetapi masih lebih kecil jika dibandingkan dengan
kontrol. Untuk pupuk Fertisim perlakuan F2 diameter batangnya lebih besar
dibandingkan dengan perlakuan F1, F3, dan kontrol.
Pada peubah diameter batang dilakukan uji lanjut kontras orthogonal dan
polinomial. Uji lanjut kontras orthogonal dilakukan untuk mengetahui pengaruh
perbandingan kualitatif dalam hal ini jenis pupuk daun, sedangkan uji lanjut
kontras polinomial digunakan untuk mengetahui pengaruh perbandingan
kuantitatif dalam hal ini konsentrasi dari masing-masing pupuk daun.
Berdasarkan uji lanjut kontras orthogonal, pupuk Gandasil D dan pupuk
Fertisim memiliki pengaruh sangat nyata terhadap peubah diameter batang saat 18
dan 19 MST (Lampiran 5).
Waktu Muncul Tunas dan Akar Udara
Bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit yang belum
bertunas. Dengan mengaplikasikan perlakuan yang telah ditentukan diharapkan
dapat mempercepat munculnya tunas. Akan tetapi dari hasil analisis statistik
27
diperoleh bahwa semua perlakuan konsentrasi pupuk daun tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap waktu munculnya tunas (Tabel 3). Adanya zat
pengatur tumbuh yang terkandung dalam pupuk Fertisim ternyata tidak
memberikan perbedaan waktu munculnya tunas. Menurut Wuryaningsih dan
Andyanto (1998) proses awal tumbuhnya tunas ditentukan oleh pembelahan dan
pemanjangan sel meristematis yang lebih banyak ditentukan dengan adanya
keseimbangan antara auksin, sitokinin, dan senyawa-senyawa lain yang dapat
mengaktifkan sitokinin.
Tanaman buah naga termasuk tanaman epifit, sehingga jika tanaman ini
dicabut dari tanah tanaman ini akan tetap hidup terus karena menyerap air dan
mineral melalui akar udara yang ada pada batangnya (Kristanto, 2008). Sama
halnya dengan waktu muncul tunas, semua perlakuan juga tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap waktu munculnya akar udara. Berdasarkan Tabel 3
perlakuan G3 sampai akhir pengamatan belum muncul akar udara.
Tabel 3. Waktu Muncul Tunas dan Waktu Muncul Akar Udara Tanaman Buah
Naga pada Berbagai Perlakuan
Perlakuan
G1
G2
G3
F1
F2
F3
K
Waktu muncul tunas
(HST)
18.56
25.11
22.67
20.89
21.22
22.11
13.67
Waktu muncul akar udara
(HST)
88
88
87
105
91
112
Keterangan : HST: Hari Setelah Tanam
Gambar 4. Tunas Tanaman Buah Naga Baru Muncul
28
Gambar 5. Akar Udara pada Batang Tanaman Buah Naga
Warna Batang
Perlakuan konsentrasi pupuk tidak mempengaruhi warna batang. Warna
batang pada tanaman buah naga berbeda dikarenakan faktor umur tanaman.. Pada
1 MST ketika tanaman masih muda warna batang pada semua perlakuan sama
yaitu kuning tua dengan kilap sangat cerah (lampiran 9). Sedangkan pada akhir
pengamatan (19 MST) ketika tanaman sudah cukup dewasa warna batang menjadi
hijau tua dengan kilap sangat cerah untuk perlakuan G1, G2, dan F1, Sedangkan
pada perlakuan G3, F2, F3, dan K warna batangnya adalah hijau muda kilap
sangat cerah (lampiran 10). Menurut Sari (2008) penentuan warna tergantung
pada posisi mata memandang tanaman, faktor cahaya, sudut pandang, dan bias
yang dapat memberikan hasil yang berbeda dalam penentuan skala atau kode
warna.
29
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penggunaan pupuk Fertisim dengan konsentrasi 1.5 ml/l memberikan hasil
diameter batang yang lebih besar pada 18 MST dan 19.52 % lebih baik
dibandingkan dengan kontrol. Selain itu, penggunaan pupuk Fertisim dengan
konsentrasi 1 ml/l memberikan hasil diameter batang yang lebih besar saat 19
MST, jika dibandingkan dengan kontrol perlakuan ini lebih baik 4.95%.
Warna batang saat pengamatan pertama (1 MST) untuk semua perlakuan
adalah kuning tua dengan kilap sangat cerah, sedangkan pada pengamatan akhir
(19 MST) ketika tanaman sudah cukup dewasa warna batang menjadi hijau tua
dengan kilap sangat cerah untuk perlakuan pupuk Gandasil 1.5 dan 3 g/l, dan
pupuk Fertisim 0.5 ml/l, akan tetapi warna
batang pada perlakuan pupuk
Gandasil D 4.5 g/l, Fertisim 1, dan 1.5 ml/l, dan kontrol adalah hijau muda kilap
sangat cerah.
Saran
Perlu penambahan waktu pengamatan (>19 MST) untuk melihat
pengaruh kedua pupuk tersebut. Untuk pengamatan warna batang sebaiknya
dilakukan pada semua sisi.
30
DAFTAR PUSTAKA
Arrifin. 1998. Pemanfaatan kalium untuk meningkatkan daya tahan tanaman
kacang hijau terhadap kekeringan. Jur. Agrista 22:58-62.
BPPP. 2007. Buah Naga (Dragon Fruit): Eksotika Sang Primadona Baru. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 87 hal.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 286 hal.
Harjadi, S. S. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
195 hal.
Kristanto, D. 2008. Buah Naga: Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar
Swadaya. Jakarta. 92 hal.
Lakitan, B. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan . PT Raja Grafindo. Jakarta.
206 hal.
Lingga, P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hal.
Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar: Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya.
Jakarta. 96 hal.
Media Indonesia. 2006. Kumpulan Kliping Tabulampot. Pusat Informasi
Pertanian Trubus. Jakarta.
Muhadjir, F. 1989. Peranan pupuk daun dan zat pengatur tumbuh pada tanaman
pangan. Bul. Agron. Edisi Khusus: 82-97.
Mutiasari, M. 2005. Efektivitas Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Cabai Merah (Capsicum annum L.). Skripsi. Program Studi Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian, Bogor. Bogor. 46 hal.
Prihmantoro, P. 1999. Memupuk Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. 76
hal.
Santi, A. 1992. Pengaruh beberapa pupuk daun terhadap pertumbuhan angggrek
aranda lilac. J. Hort. 2(3): 28-30.
Santi, A dan S. Kusumo. 1992. Pengaruh pupuk daun dan sitosim untuk
pertumbuhan vegetatif anggrek Mokara Chark Kuan pada media arang dan
sabut kelapa. J. Hort. 2(2): 33-35.
Sari, I. P. 2008. Aplikasi Pewarnaan Biru pada Bunga Potong Krisan
(Dendrathema grandiflora Tzvelev), Gerbera (Gerbera jamesonii Bolus),
31
dan Mawar (Rosa hybrida L). Skripsi. Program Studi Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian, Bogor. Bogor. 78 hal.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. 591 hal.
Sutapraja dan Sumpena. 1996. Pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi pupuk
daun Complesai Cair terhadap pertumbuhan dan hasil kubis kultivar
Victory. J. Hort. 5(5): 51-55.
Tabloid Nova. 2008. Penampilan Eksotis Sang Naga di Pot. http://www.Tabloid
nova.com. [ 8 Desember 2008 ].
Tripuspitasari, D. 2006. Pengaruh Perlakuan Pemupukan terhadap Pertumbuhan
Vegetatif dan Generatif Tanaman Anggrek Dendrobium sp. Var Thongcai
Viroj. Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 40 hal.
Wachjar, A dan B. Setiyo. 1989. Pengaruh pemindahan berbagai stadia kecambah
dan konsentrasi pupuk daun Gandasil D terhadap pertumbuhan bibit kopi
robusta (Coffea canephora Pierre ex Froehner). Bul. Agron. 18(2):9-15.
Wardi. 2008. Percantik Ruang dengan Tanaman Buah. PT Prima Infosarana
Media. Jakarta. 64 hal.
Wuryaningsih, S. dan S. Andryantoro. 1998. Pertumbuhan stek melati berbuku
satu dan dua pada beberapa macam media. Agri Journal 5 (1-2): 32-41.
32
LAMPIRAN
Lampiran 1. Sidik Ragam Panjang Tunas Tanaman Buah Naga saat 1-9 MST
Umur Tanaman
(MST)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Keterangan :
a)
Sumber
Keragaman
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
0.82
0.75
0.46
0.62
26.73a)
0.29
0.60
0.75
0.72
28.29 a)
0.10
0.89
0.91
0.53
28.72 a)
0.50
0.97
0.62
0.49
28.46 a)
0.29
0.26
0.75
0.94
28.89 a)
0.54
0.22
0.59
0.96
24.20 a)
0.69
0.29
0.52
0.93
20.13 a)
0.70
0.32
0.52
0.92
30.41
0.70
0.39
0.51
0.87
25.39
: data ditransformasikan dengan x + 0.5
33
Lampiran 2. Sidik Ragam Panjang Tunas Tanaman Buah Naga saat 10-19 MST
Umur Tanaman
(MST)
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Sumber
Keragaman
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
0.62
0.49
0.55
0.80
22.18
0.85
0.16
0.45
0.98
25.97
0.32
0.29
0.73
0.93
21.29
0.51
0.27
0.61
0.94
21.68
0.79
0.47
0.48
0.82
22.43
0.62
0.69
0.55
0.66
21.89
0.37
0.48
0.70
0.81
21.61
0.22
0.45
0.80
0.83
21.24
0.27
0.44
0.77
0.84
22.24
0.27
0.43
0.77
0.85
22.99
34
Lampiran 3. Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Buah Naga saat 1-9 MST
Umur Tanaman
(MST)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Keterangan :
a)
Sumber
Keragaman
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
0.88
0.59
0.44
0.73
9.09a)
0.29
0.66
0.76
0.69
11.85 a)
0.25
1.01
0.79
0.46
18.00 a)
0.12
0.94
0.89
0.50
17.58 a)
0.11
0.63
0.90
0.71
20.02 a)
0.45
0.49
0.65
0.80
14.96 a)
1.42
0.45
0.28
0.83
24.49
5.43
0.50
0.02
0.8
13.68
2.89
0.42
0.09
0.85
10.35
: data ditransformasikan dengan x + 0.5
35
Lampiran 4. Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Buah Naga saat 10-19 MST
Umur Tanaman
(MST)
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Sumber
Keragaman
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
2
6
12
20
0.46
0.35
0.64
0.90
13.82
0.21
0.03
0.81
1.00
16.67
0.88
0.09
0.44
1.00
14.28
0.13
0.58
0.88
0.74
18.00
0.97
0.44
0.41
0.84
12.34
1.23
0.50
0.33
0.80
10.32
0.82
2.30
0.46
0.10
11.72
2.44
2.55
0.13
0.08
8.40
1.22
3.20
0.33
0.04
12.60
0.82
2.30
0.46
0.10
11.72
36
Lampiran 5. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Orthogonal pada Peubah Diameter
Batang
Umur Tanaman
(MST)
18
19
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Ulangan
K vs G dan F
G vs F
Galat
Total
Perlakuan
Ulangan
K vs G dan F
G vs F
Galat
Total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
6
2
1
1
12
20
6
2
1
1
12
20
3.20
1.22
0.01tn
13.63**
0.04
0.33
0.92
0.003
12.60
2.99
0.77
0.94tn
9.84**
0.05
0.49
0.35
0.008
9.30
Keterangan : tn : tidak nyata
** : sangat nyata pada taraf 1 %
Lampiran 6. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Polinomial (K, G1, G2, dan G3) pada
Peubah Diameter Batang
Umur Tanaman
(MST)
18
19
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Ulangan
Linier
Kuadratik
Kubik
Galat
Total
Perlakuan
Ulangan
Linier
Kuadratik
Kubik
Galat
Total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
3
2
1
1
1
6
11
3
2
1
1
1
6
11
0.84
0.66
1.03
0.48
1.01
0.52
0.55
0.35
0.51
0.35
17.89
2.02
0.02
0.43
4.99
0.64
0.21
0.98
0.54
0.07
0.45
12.36
37
Lampiran 7. Sidik Ragam Uji Lanjut Kontras Polinomial (K, F1, F2, dan F3) pada
Peubah Diameter Batang
Umur Tanaman
(MST)
18
19
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Ulangan
Linier
Kuadratik
Kubik
Galat
Total
Perlakuan
Ulangan
Linier
Kuadratik
Kubik
Galat
Total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
3
2
1
1
1
6
11
3
2
1
1
1
6
11
1.89
1.13
2.54
0.06
3.05
0.23
0.38
0.16
0.81
0.13
10.63
1.65
6.86
0.09
0.00
4.84
0.28
0.03
0.77
0.96
0.07
4.87
Lampiran 8. Sidik Ragam Waktu Muncul Tunas pada Berbagai Perlakuan
Sumber
Keragaman
Ulangan
Perlakuan
Galat
total
db
F hit
Pr > F
KK (%)
2
6
12
20
0.13 tn
1.01tn
0.88
0.46
30.54
Keterangan : tn : tidak nyata
38
Lampiran 9. Warna Batang Tanaman Buah Naga pada 1 MST hingga 10 MST
Perlakuan
Umur tanaman (MST)
G1
G2
G3
F1
F2
F3
K
1
I
I
I
I
I
I
I
2
I
I
I
I
I
I
I
3
II
V
II
I
II
I
II
4
III
II
I
III
III
I
III
Keterangan : I : Kuning tua kilap sangat cerah
II : Kuning tua kilap cerah sedang
III : Kuning tua kilap cerah lemah
IV : kuning tua kecoklatan kilap sangat cerah
V : Kuning tua kecoklatan kilap cerah sedang
VI : Hijau muda kilap sangat cerah
VII : Hijau muda kilap cerah sedang
VIII: Hijau muda kilap cerah lemah
IX : Hijau tua kilap sangat cerah
X : Hijau tua kilap cerah sedang
5
II
I
II
IV
IV
II
II
6
III
II
III
II
III
III
III
7
VI
X
VIII
VIII
VII
VIII
X
8
VI
VIII
VIII
X
X
VII
X
9
IX
X
X
VI
VI
VI
VI
10
IX
VI
IX
VI
VI
VI
VI
39
Lampiran 10. Warna Batang Tanaman Buah Naga pada 11 MST hingga 19 MST
Perlakuan
Umur Tanaman (MST)
G1
G2
G3
F1
F2
F3
K
11
IX
VI
IX
IX
IX
VI
VI
12
IX
VI
IX
IX
IX
IX
IX
13
IX
VI
IX
IX
VI
IX
VI
Keterangan : I : Kuning tua kilap sangat cerah
II : Kuning tua kilap cerah sedang
III : Kuning tua kilap cerah lemah
IV : kuning tua kecoklatan kilap sangat cerah
V : Kuning tua kecoklatan kilap cerah sedang
VI : Hijau muda kilap sangat cerah
VII : Hijau muda kilap cerah sedang
VIII: Hijau muda kilap cerah lemah
IX : Hijau tua kilap sangat cerah
X : Hijau tua kilap cerah sedang
14
IX
VI
IX
IX
IX
IX
IX
15
VI
IX
IX
VI
VI
IX
IX
16
IX
IX
IX
VI
VI
VI
VI
17
IX
VI
VI
VI
VI
VI
VI
18
IX
IX
VI
VI
VI
VI
VI
19
IX
IX
VI
IX
VI
VI
VI
40
Lampiran 11. Volume Pemakaian Pupuk Selama Penelitian
Perlakuan
G1
G2
G3
F1
F2
F3
K
11-Mar
18-Mar
25-Mar
200
200
180
190
190
170
170
220
240
250
250
200
180
200
350
290
330
300
340
320
300
13-Mei
20-Mei
27-Mei
860
780
840
880
890
900
900
860
840
950
880
900
900
900
880
900
950
900
900
880
940
Perlakuan
G