Pertumbuhan Bibit Buah Naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt & Rose) Dengan Perbedaan Panjang Setek dan Pemberian BAP (Benzyl Amino Purine)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu tanaman yang sekarang sudah bisa diekspor yaitu buah. Di Indonesia banyak
sekali tanaman buah yang tumbuh. Didaerah dataran tinggi maupun daerah dataran rendah.
Tanaman semusim atau pun tahunan banyak sekali tumbuh di negara kita ini. Salah satu buah
tahunan yaitu buah naga atau yang sering disebut sebagai “Dragon Fruit” yang mana buah
ini mempunyai nilai jual yang sangat tinggi karena banyak masyarakat yang belum
mengetahui tentang buah naga dan bagaimana cara budidaya buah naga itu sendiri. (Djoko,
2005).
Tanaman buah naga memang belum lama dikenal, dibudidayakan, dan diusahakan di
Indonesia. Tanaman dengan buah berwarna merah dan bersisik hijau ini merupakan
pendatang baru bagi dunia pertanian di Indonesia. Membudidayakan tanaman buah naga
merupakan salah satu peluang usaha yang menjanjikan karena pengembangannya sangat
bagus di daerah tropis seperti di Indonesia (Putra, 2011).
Buah naga merupakan salah satu komoditi hortikultura yang mempunyai potensi pasar cukup
cerah. Hal ini dapat di lihat dari segi tingginya peminat akan buah naga tersebut. Tercatat
kebutuhan buah naga di Indonesia mencapai 200-400 ton per tahun, namun kebutuhan buah
naga yang dapat dipenuhi masih kurang dari 50% (Winarsih, 2007).
Peningkatan usaha pengembangan buah naga, mengakibatkan permintaan akan bibit buah
naga ini semangkin tinggi. Bibit tanaman buah naga dapat dihasilkan melalui cara generatif
dan vegetatif. Cara generatif ini sangat jarang dilakukan karena dibutuhkan waktu yang

relatif lama untuk bibit siap tanam di lapangan. Perbanyakkan buah naga yang paling banyak
dilakukan adalah dengan cara vegetatif yaitu dengan menggunakan stek batang. Salah satu
keuntungan perbanyakan buah naga dengan stek ini adalah bibit yang dihasilkan seragam.

Universitas Sumatera Utara

Stek yang biasanya digunakan berukuran 30 cm yang berasal dari cabang yang produktif
(Kristanto, 2009). Mengingat kebutuhan bibit yang begitu besar dan dalam batas waktu yang
cukup singkat, sedangkan pohon induk yang terpilih tersebut jumlahnya terbatas, maka perlu
diusahakan penggunaan bahan stek seefisien mungkin.
Hartman dan Kester (1978) menyatakan bahwa perbanyakan dengan stek mempunyai
beberapa kendala, yaitu zat tumbuh tidak tersebar merata sehingga pertumbuhan stek tidak
seragam, sehingga dibutuhkan zat pengatur pertumbuhan dari luar (eksogen). ZPT yang biasa
digunakan dalam pertumbuhan stek ialah auksin. Auksin merupakan ZPT yang berperan
dalam proses pemanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi jaringan pembuluh dan inisiasi
akar (Heddy, 1996).
Sitokinin adalah salah satu hormon tumbuhan yang terlibat langsung dalam pembelahan sel
dan diferensiasi. Contoh hormon sitokinin yang bersifat alami dan buatan adalah zeatin,
kinetin dan BA (benzil adenin). Sitokinin berperan aktif dalam pembentukan tunas, contoh
ZPT Sitokinin yaitu BAP (Benzyl Amino Purine) (Hartman et al, 1978).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan
panjang setek tanaman buah naga dengan berbagai kombinasi panjang setek, serta pemberian
BAP dengan berbagai konsentrasi.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari respon pertumbuhan tunas bibit akibat
penambahan ZPT BAP (Benzyl Amino Purine) serta rekomendasi panjang setek terbaik
dalam pertumbuhan pembibitan buah naga putih (Hylocereus undatus (Haw.) Britt & Rose).

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis Penelitian
Pemberian BAP dapat meningkatkan pertumbuhan bibit buah naga putih (Hylocereus undatus
(Haw.) Britt & Rose).
Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan informasi dan perkembangan keilmuan terhadap budidaya tanaman

buah

naga putih (Hylocereus undatus (Haw.) Britt & Rose) dan sebagai salah satu syarat untuk

dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Universitas Sumatera Utara