SIKAP TOLERANSI DALAM MENGHADAPI PERBEDAAN IDEOLOGI KEAGAMAAN PADA AKTIVIS IMM DI KOTA YOGYAKARTA

SIKAP TOLERANSI DALAM MENGHADAPI PERBEDAAN IDEOLOGI
KEAGAMAAN PADA AKTIVIS IMM DI KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Oleh:
Izzuddin Saifullah
NPM: 20120720209

FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

SIKAP TOLERANSI DALAM MENGHADAPI PERBEDAAN IDEOLOGI
KEAGAMAAN PADA AKTIVIS IMM DI KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Islam(S.Pd.I) Strata Satu
pada Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Izzuddin Saifullah
NPM: 20120720209

FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

SIKAP TOLERANSI DALAM MENGHADAPI PERBEDAAN IDEOLOGI
KEAGAMAAN PADA AKTIVIS IMM DI KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Islam(S.Pd.I) Strata Satu
pada Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:
Izzuddin Saifullah
NPM: 20120720209

FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
i

NOTA DINAS

Lamp. : 4eks. Skripsi
Hal

Yogyakarta, 24 Agustus 2016

: Persetujuan
KepadaYth. Dekan Fakultas
Agama IslamUniversitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat
bahwa skripsi Saudara:

Nama : Izzuddin Saifullah
NPM : 20120720209
Judul : SIKAP TOLERANSI DALAM MENGHADAPI PERBEDAAN
IDEOLOGI KEAGAMAAN PADA MAHASISWA AKTIVIS IMM
DJAZMAN AL-KINDI DI KOTA YOGYAKARTA

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada
Fakultas Agama Islam Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat
diterima dan segera dimunaqasyahkan.
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,


Nurwanto, S.Ag.,M.A.,M.Ed.
NIK. 19770101200104113036

ii

PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa

: Izzuddin Saifullah

Nomor Mahasiswa

: 20120720209

Program Studi

: Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)


Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi
manapun, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 15 Agustus 2016

Izzuddin Saifullah
NPM. 20120720209

iii

MOTTO

ٌ‫َوَما َكا َن الْ ُم ْؤِمنُو َن لِيَ ِنف ُروا َكافَةً فَلَ ْوََ نَ َفَر ِمن ُك ّل فِْرقٍَة ّمْن ُه ْم طَائَِفة‬
ِ ‫لّيت َف َقهوا ِِ الدّي ِن ولِي‬
‫نذ ُروا قَ ْوَم ُه ْم إِذَا َر َجعُوا إِلَْي ِه ْم لَ َعلَ ُه ْم ََْ َذ ُرو َن‬
ُ ََ
َُ

١١١ :‫التوبة‬
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu
dapat menjaga dirinya

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk yang terkasih, Ibu, Bapak, Adik dan
serta almamaterku yang kubanggakan
Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Fakultas Agama Islam
Prodi Pendidikan Agama Islam

v


KATA PENGANTAR

‫ال َرحــــــــــــــــــــــــــــــ ْيم‬

‫ســــــــــــــــــــــــــــــم ه ال َر ْح‬
ْ ‫ب‬

‫ش د أ ْ ا إله إاَ ه ْحده ا شر ْيك له‬
ْ ‫ا ْلح ْ د َّ ر ِ ا ْلع ل ي أ‬
‫ش د أ َ مح َ ًدا ع ْبده رس ْ له‬
ْ ‫أ‬
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah melimpahkah nikmat, rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktu
yang telah ditentukan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan untuk
Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang setia
mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.
Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “SIKAP TOLERANSI
DALAM MENGHADAPI PERBEDAAN IDEOLOGI KEAGAMAAN PADA
AKTIVIS


MAHASISWA

IMM

DJAZMAN

AL-KINDI

KOTA

YOGYAKARTA, yang disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah),
Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, peneliti
menyadari sepenuhnya bahwa hal ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak.Oleh karena itu peneliti menyampaiakan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
2. Dr. Mahli Zainudin, M.Si., selaku Dekan Fakultas Agama Islam
vi


3. Dr. Abd. Madjid, M.Ag., selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam.
4. Nurwanto, S. Ag., M. A., M. Ed. Selaku Dosen Pembimbing dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Segenap dosen Fakultas Agama Islam yang telah memberikan sumbangan
ilmu kepada peneliti.
6. Kepala Tata Usaha, Staf Tata Usaha dan segenap karyawan FAI yang telah
memberikan pelayanan dengan baik, sehingga mempermudah peneliti untuk
menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu, adik dan seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan dan do’a demi
kesuksesan

peneliti

selama

menempuh

pendidikan


diUniversitas

Muhammadiyah Yogyakarta.
8. Seluruh teman-teman angkatan XII Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah
(PUTM) Yogyakarta yang telah memberikan motivasi kepada peneliti.
Bantuan dari mereka berupa arahan, bimbingan, motivasi dan lain-lainnya
yang tak ternilai harganya semoga menjadi amal shaleh di sisi Allah Swt. dan
mendapatkan ridha-Nya.

Yogyakarta, 24 Agustus 2016

Izzuddin Saifullah
NIM.20120720209
vii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................

i


HALAMAN NOTA DINAS ..............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .....................................................iv
HALAMAN MOTTO .......................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................ix
ABSTRAK .........................................................................................................xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................xii
BAB I

: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................7
D. Sistematika Pembahasan ...........................................................8

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................10
B. Kerangka Teori.......................................................................... 13

BAB III

: METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 25
B. Lokasi Penelitian ....................................................................... 26

viii

C. Subjek Penelitian.......................................................................26
D. Metode Pengumpulan Data .......................................................27
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum IMM Djasman al-Kindi………………….. 31
1. Sejarah Berdiri…………………………………………… 31
2. Visi/misi IMM Djasman al-Kindi…………………………31
3. Letak Geografis……………………………………………32
4. Struktur Organisasi…………………………………………32
5. Keadaan Sarana dan Prasarana……………………………..34
6. Jumlah Pengurus……………………………………………35
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 32
1. Ideologi Keagamaan Yang Berkembang di Kalangan
Mahhasiswa…… ................................................................. 36
2. Sikap Toeransi Dalam Menghadapi Perbedaan Ideologi .... 43
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................65
B. Saran-Saran ...............................................................................66
C. Kata Penutup…………………………………………………..67
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................69
70

CURRICULUM VITAE

PEDOMAN PENGUMPULAN DATA……………………………………72
PEDOMAN WAWANCARA……………………………………………73

ix

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ideologi keagamaan apa saja
yang berkembang di kalangan aktivis muda terutama para mahasiswa. Selain itu
juga ingin mengetahui sejauh mana sikap toleransi yang ditunjukkan oleh
mahasiswa dalam menyikapi perbedaan ideologi keagamaan dalam lingkungan
pergaulannya, serta lebih khusus yang ditunjukkan oleh aktivis IMM Djazman alkindi cabang Kota Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah penelitian field research (penelitian lapangan)
dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan bersifat deskriptif. Lokasi
penelitian ini adalah kantor sekretariat IMM Djasman al-Kindi di Kantor PDM
Kota, Jln Sultan Agung no. 14 Gunungketir, Pakualaman, Kota Yogyakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa aktivis
IMM Djazman al-Kindi dan diklasifikasikan berdasarkan jabatan serta tugas
masing-masing yang berjumlah Sembilan anggota. Diantara para anggota yang
diteliti adalah ketua, sekretaris , ketua bidang Dakwah yang bertanggungjawab
terhadap program peningkatan keagamaan serta lima orang anggota yang dipilih
secara acak untuk mengetahui sejauh mana peningkatan program keagamaan yang
sudah berlangsung. Data dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara dan
dokumentasi. Setelah itu dianalisis dengan mengumpulkan beberapa macam
pemahaman ideologi yang ada dan melihat bagaimana respon para aktivis dalam
menyikapinya dengan menggunakan teori toleransi yang dikembangkan oleh
Hasyim Umar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa memang ada perbedaan ideologi di
kalangan mahasiswa aktivis IMM, khususnya Djazman al-Kindi, yang terletak
pada pemahaman keagamaan serta manhaj yang tidak sama dengan
Muhammadiyah. Perbedaan tersebut menyebabkan keyakinan keagamaan serta
perjuangan dalam organisasi sedikit goyah, bahkan tidak sedikit pula ada beberapa
anggota yang keluar dari keorganisasian karena tidak puas dengan Perbedaan
tersebut. Dalam menyikapinya, mereka masih bersikap toleran selama
pemahaman yang ada masih dalam ranah khilafiyah serta sesuai dengan tujuan
Nasionalisme dan tidak menyimpang dari ajaran Islam. Sedangkan jika sudah
menyimpang, mereka tidak memberikan toleransi, artinya akan dikeluarkan dari
keanggotaan.

Key Word: Toleransi, Ideologi Keagamaan, Aktivis, IMM.

x

PEDOMAN TRANSLITERASIARAB-LATIN
Transliterasi kata Arab-Latin yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No: 158/1987 dan 0543b/U/1987
tertanggal 22 Januari 1988.
I.

Konsonan Tunggal
Huruf

Nama

Huruf Latin

Keterangan

Alif

tidak dilambangkan

tidak dilambangkan

Ba’

b

-

Ta

t

-

Sa



s (dengan titik di atas)

Jim

J

-

Ha



h (dengan titik di bawah)

Kha’

kh

-

‫د‬

Dal

d

-

‫ذ‬

Zal

ż

z (dengan titik di atas)

Ra’

r

-

Za’

z

-

Sin

s

-

Syin

sy

-

‫ص‬

Sad



e (dengan titik di bawah)

‫ض‬

Dad



d (dengan titik di bawah)

‫ط‬

Ta



t (dengan titik di bawah)

‫ظ‬

Za „



z (dengan titik di bawah)

‫ع‬

„Ain



koma tebalik di atas

‫غ‬

Gain

g

-

‫ف‬

Fa’

f

-

Qaf

q

-

Kaf

k

-

Arab
‫أ‬

‫ج‬

xi

‫ء‬

Lam

l

-

Mim

m

-

Nun

n

-

Wawu

w

-

Ha’

h

-

Hamzah



apostrof

Ya’

y

-

II. Konsonan rangkap karena Syaddah ditulis rangkap

ََ َ

Ditulis

rabbanā

َ ََ

Ditulis

nazzala

III. Ta Marbūṭ di akhir kata
a. Bila dimatikan tulis h

‫ض‬
َ َْ
َ ْ َ‫ط‬

Ditulis

rauḍah

Ditulis

ṭalḥah

(Ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, salat dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya)
b. Bila ta-marbuṭdiikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu
terpisah, maka ditulis dengan h

ْ َ‫ض ْأ‬
َ‫ط‬
َ ْ َ

Ditulis

xii

rauḍah al-aṭfāl

IV. Vokal Pendek
_____

fatḥaḥ

ditulis

A

__ِ___

Kasrah

ditulis

I

_____

ḍammah

ditulis

U

ditulis

ā

ditulis

ī

ditulis

ū

V. Vokal Panjang

. َ....

. َ...

. ِ....
. ....

fatḥaḥ dan alif
atau ya
kasrah dan ya
ḍammah dan
wawu

Contoh:

َ َ‫ق‬

Ditulis

qāla

َ َ

Ditulis

ramā

َ ‫قِ ْي‬

Ditulis

qīla

ْ َ‫ي‬

Ditulis

yaqūlu

VI. Vokal Rangkap

.َ...

fatḥaḥ dan ya’ mati

ditulis

ai

.َ...

fatḥaḥ dan wawu mati

ditulis

au

Contoh:

َ َ ‫َك‬
َ‫يَ ْ ه‬
َ ِ‫س‬

Ditulis

kataba

Ditulis

yażhabu

Ditulis

su’ila

xiii

VII. Kata sandang(‫)ال‬
Dalam transliterasi ini kata sandang dibedakan atas kata sandang yang
diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf
qamariyah.
a. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai
bunyinya, yaitu huruf /1/ diganti dengan huruf yang langsung mengikuti
kata sandang itu.
b. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai
dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya.
Contoh:

‫َج‬

Ditulis

ar-rajulu

ََ ْ

Ditulis

al-qamaru

VIII. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya

َ ‫َ ِ قِ ْي‬

َ َ ‫ْ ِ ْي‬

‫َ ِإ َ هَ َ َ َخ ْي‬

ditulis

Wa innallāha lahuwa khair arrāziqīn.

َ ‫فَأ َ ْ ف ْ ْ ْي‬

Ditulis

Wa aufū al-kaila wa al-mīzān.

َ ‫ِ ْ ِ هِ َ ْ ِ ه َ َ ْ َس‬

Ditulis

Bismillāhi majrēha wa mursāhā

xiv

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya, manusia merupakan makhluk individu sekaligus
makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia hidup dalam suatu
bentuk hubungan tertentu (bersosialisasi) dengan dunia sekitarnya dan
dengan individu lain. Bersosialisasi merupakan jalan bagi manusia untuk
memenuhi kebutuhan kemanusiannya. Organisasi merupakan bentuk
masyarakat yang terbaik karena di dalamnya terdapat aturan main yang
tertuang dalam peraturan organisasi dan dalam budaya organisasi,
memiliki jenjang struktural yang jelas, memiliki tujuan dan prinsip-prinsip
dasar yang menginspirasi kehidupan berorganisasi yang eksplisit. Oleh
karena itu, individu yang berorganisasi adalah individu yang memiliki
peluang mewujudkan fitrah kemanusiaannya yang merdeka, berkehendak
untuk tumbuh, dan saling memberi dengan yang lainnya.
Menurut Sarplin dalam Susanto (2006: 120) Budaya oganisasi
adalah suatu sistem nilai, kepercayaan dan kebiasaan dalam suatu
organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur sistem formalnya untuk
menghasilkan norma-norma perilaku organisasi. Menurut Ivancevich
(2006: 46) Budaya organisasi yang kuat dicirikan dengan adanya karyawan
yang memiliki nilai inti bersama. Semakin banyak nilai berbagi dan
menerima nilai inti, semakin kuat budaya, dan semakin besar pengaruhya
terhadap perilaku organisasi. Budaya organisasi meresap dalam kehidupan
organisasi dan selanjutnya mempengaruhi setiap kehidupan organisasi.
1

2

Oleh karena itu, budaya organisasi berpengaruh sangat besar pada aspekaspek fundamental dari kinerja organisasi. Pernyataan tersebut telah
diterima dengan luas dan didukung oleh beberapa penelitian yang
menghubungkan kinerja dengan budaya organisasi. Jika budaya organisasi
merupakan aspek penting dalam meningkatkan kinerja maka budaya
organisasi harus dikelola dengan baik. Untuk dapat mengelola organisasi
dengan baik diperlukan pengertian yang jelas dan perhatian terhadap
budaya organisasi.
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang lahir dari
perenungan Ahmad Dahlan tentang surat Ali Imran ayat 104.

ِ ‫اْ ِْ ويأْمرو َن بِالْمعر‬
ِ
‫وف َويَنْ َه ْو َن َع ِن‬
ُْ َ
ُ ُ َ َ َْْ ََ ‫َولْتَ ُكن ّمن ُك ْم أَُمةٌ يَ ْد ُعو َن إ‬
]٣:١٠٤[

‫ك ُ ُم الْ ُم ْفلِ ُحو َن‬
َ ِ‫الْ ُمن َك ِر ۚ َوأُوٰلَئ‬

Dan hendaklah ada diantara kalian ummat yang menyeru
kepada kebaikan, mengajak kebada kebenaran dan mencegah kepada
kemungkaran. Mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Ali
Imran: 104).
Muhammadiyah bergerak di bidang sosial dan keagamaan. Sebagai
organiasasi yang besar, Muhammadiyah memiliki banyak anak cabang
organisasi yang berafiliasi ke Muhammadiyah yang mendukung gerakan
Muhammadiyah.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan organisasi
otonom Muhammadiyah yang bediri di Yogyakarta pada tanggal 29
Syawal 1384 H atau bertepatan dengan 14 Maret 1946 M. sebelumnya

3

Muhammadiyah memiliki ortom-ortom seperti Hisbul Wathan (HW)
berdiri tahun 1918, Nasyiatul Aisyiyah (NA) berdri tahun 1931, Pemuda
Muhammadiyah (PM) berdiri tahun 1932, Ikatan pelajar Muhammadiyah
berdiri tahun 1961, dan Tapak Suci Putra Muhammadiyah berdiri tahun
1962 (Muhammadiyah.or.id).
Semangat berorganiasi Muhammadiyah kemudian diaplikasikan
kembali dalam beberapa Organisasi Otonom yang ada di Muhammadiyah.
Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) merupakan Organisasi Otonom
Muhammadiyah yang terdiri dari Pemuda Muhammadiyah (PM),
Nasyiatul Aisyiyah (NA), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM),
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Organisasi Otonom adalah
organisasi yang dibentuk oleh persyarikatan Muhammadiyah guna
membina warga persyarikatan dan kelompok masyarakat tertentu sesuai
bidang-bidang yang diadakan dalam rangka mencapai tujuan dan maksud
persyarikatan. Organisasi Otonom diberi wewenang mengurus rumah
tangganya sendiri dengan bimbingan dan pengendalian pimpinan
Persyarikatan. ( Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, 2002: 02).
Kelahiran IMM merupakan konsekwensi bagi Muhammadiyah
dalam hal kaderisasi berdasarkan periodisasi kelompok umur. Pada
kelompok pelajar, Muhammadiyah mempunyai IPM; kelompok pemuda
mempunyai PM untuk putra dan NA untuk putri. Agaknya disini terdapat
keterputusan kaderisasi bila melihat banyaknya sekolah Muhammadiyah
yang telah berdiri, diserti dengan eksistensi IPM di sana. Sedangkan

4

Muhammadiyah tidak memiliki perguruan tinggi. Pada kongres ke 25 di
Betawi (Jakarta) tahun 1936, muncu gagasan untuk segera mendirikan
Universitas Muhammadiyah di Indonesia. Gagasan itu ditindaklanjuti pada
Muktamar ke 31 di Yogyakarta yang salah satu keputusannya melanjutkan
keputusan kongres ke 25 berdirinya Universitas Muhammadiyah
(Purnawan, 2007: 4).
Dengan berdirinya Perguruan Tinggi Muhammadiyah di berbagai
propinsi di Indonesia, Muhammadiyah menyadari belum memikirkan
format kaderisasi bagi Mahasiswa di Perguruan Tinggi. Secara tersirat,
rumusan Muktamar Muhammadiyah pasca Purwokerto 1953 baru
menyebutkan perlu dibentukny badan-badan yang menggrap kaderisasi di
Perguruan Tinggi (www.muhammadiyah.or.id). Oleh karena berbagai
persoalan, usaha ini baru terealisir tahun 1964 dengan nama IMM
(Purnawan, 2007: 5).
Sebagai

sebuah

organisasi

resmi,

Ikatan

mahasiswa

Muhammadiyah (IMM) memiliki anggaran dasar yang dijadikan acuan
dalam proses pergerakannya. Dalam Anggran Dasar IMM BAB II pasal 7
disebutkan bahwa (https://immthariqbinziad.wordpress.com/about/):
1. Membina

para

anggotanya

menjadi

kader

persyarikatan

Muhammadiyah, kader umat dan kader bangsa yang senantiasa setia
terhadap keyakinan dan cita-citanya.

5

2. Membina para anggotanya untuk selalu tertib dalam ibadah, tekun
dalam

studi

dan

mengamalkan

ilmu

pengetahuannya

untuk

melaksanakan ketakwaannya dan pengabdiannya kepada Allah SWT.
3. Membantu para anggota khususnya dan mahasiswa pada umumnya
dalam menyelesaikan kepentingannya.
4. Mempergiat, mengefektifkan dan menggembirakan dakwah Islam dan
dakwah amar ma’ruf nahi munkar kepada masyarakat teristimewa
masyarakat mahasiswa.
5. Segala usaha yang tidak menyalahi asas, gerakan dan tujuan
organisasi dengan mengindahkan segala hukum yang berlaku dalam
Negara Republik Indonesia.
IMM dalam mempolakan gerakannya menjadi tiga macam, yang
salah satunya yaitu bidang keagamaan yang memfokuskan diri terhadap
pemahaman al-Qur’an dan hadis yang otentik. Sebagaimana halnya
Muhammadiyah, IMM juga berkomitmen untuk mengikis bid’ah dalam
amalan-amalan ibadah murni seperti shalat. Seorang Muslim dilarang
untuk menambah atau mengurangi gerakan dalam sholat. Karena adanya
tambahan tersebut akan mengakibatkan peerbuatan bid’ah yang dilarang
dalam

Islam

(http://www.kompasiana.com/fahman_habibi/cara-

dakwahnya-kader-muhammadiyah-imm)
Dari beberapa pemaparan di atas, jelas bahwa dalam gerakannya,
IMM dipersilahkan melakukan kegiatan apa saja, selama kegiatan tersebut

6

tidak bertentangan dengan paham Muhammadiyah, terutama bertentangan
dengan Islam. Akan tetapi di lapangan, banyak kader IMM yang justru
pindah menuju organisasi lain karena berbagai macam alasan. Ada yag
mengatakan kurangnya proses pembinaan keagamaan dalam IMM,
kurangnya pergaulan Islami dalam IMM, atau menganggap IMM kurang
serius dalam meningkatkan kompetensi keagamaan bagi para mahasiswa.
Selain itu, tidak sedikit juga anggota kader yang memiliki pemahaman
yang jauh dari Muhammadiyah, bahkan dari Islam, seperti beranggapan
bahwa sholat itu cukup doa dan lain-lain.
Beberapa permasalahan tersebut jika tidak diatasi dengan serius,
tentu akan menimbulkan banyak permasalahan, baik dari IMM itu sendiri
maupun dalam Muhammadiyah. Karena pada hakikatnya mereka adalah
kader yang membawa nama Muhammadiyah.
Melihat permasalahan tersebut, diperlukan sebuah penelitian yang
lebih komprehensif terkait dengan permasalahn keagamaan yang terjadi
dalam organisasi IMM, kususnya Djazman al-Kindi dan juga respon para
anggota IMM dalam menyikapi perbedaan ideologi yang berkembang
pada organisasi tersebut.

7

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,
dapat diambil beberapa pokok permasalahan yang menjadi fokus utama
penulisan skripsi ini yaitu:
1. Apa saja ideologi keagamaan yang banyak berkembang di generasi
muda saat ini?
2. Bagaimana sikap toleran mahasiswa aktivis IMM Djazman al-Kindi?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.

Tujuan Penelitian
Penelitian mengenai sikap toleransi dalam menghadapi perbedaan

ideologi pada aktivis IMM Djazman al-Kindi Yogyakarta memiliki tujuan
dan manfaat.
Tujan penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Ingin mengetahui berbagai macam ideologi keagamaan yang
berkembang pada generasi muda saat ini.
b. Ingin mengetahui sejauh mana sikap toleransi mahasiswa aktivis IMM
Djazman al-Kindi dalam menyikapi perbedaan ideologi keagamaan
dan perbedaan pendapat.
2. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:

8

a.

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangan

pemikiran bagi pengembangan keilmuan Islam dalam bidang
pendidikan.
b.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para

aktivis IMM dalam menyelesaikan permasalah perbedaan pendapat.
D. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih mengetahui gambaran penelitian ini, maka penulis perlu
mengemukakan tentang sistematika yang terbagi menjadi tiga bagian
yaitu:
Bagian awal yang terdiri dari : halaman judul, halaman nota dinas
pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan,
abstrak, kata pengantar, dan daftar isi.
Bagian pokok atau inti berisi uraian penelitian mulai dari bagian
Pendahuluan sampai bagian penutup yang tertuang dalam bentuk bab-bab
sebagai satu kesatuan. Pada skripsi ini peneliti menuangkan penelitian
dalam lima bab yang bersangkutan yaitu :
Bab pertama, berisi gambaran umum penulisan skripsi yang meliputi
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua memuat uraian tentang tinjauan pustaka dan kerangka
teoritik yang relevan dan terkait dengan perbedaan ideologi.

9

Bab ketiga, memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan
beserta alasannya, mencakup jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber
data, metode pengumpulan data serta analisis data yang digunakan.
Bab keempat, merupakan hasil dan pembahasan yang meliputi
gambaran umum IMM Yogyakarta, identitas, visi dan misi, sistem
pelaksanaan organisasi, permasalahan dan solusi beberapa perbedaan
pendapat dari setiap organisasi dan individu. Kemudian dilanjutkan
dengan menerangkan dengan lebih rinci mengenai berbagai macam
ideology keagamaan

yang

berkembang

di

kalangan

mahasiswa.

Selanjutnya data dari hasil observasi, wawancara dan hasil dokumentasi
ditampilkan untuk kemudian dilakukan analisis data. Pada tahap ini akan
diuraikan mengenai sikap yang dilakukan oleh aktivis IMM Djazman alKindi dalam menyikapi perbedaan ideologi keagamaan yang terjadi di
organisasi tersebut.
Bab ke lima Merupakan penutup yang meliputi : Kesimpulan hasil
penelitian, saran dan kata penutup.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang perbedaan ideologi ini sudah dilakukan oleh
beberapa peneliti maupun beberapa buku yang sudah membahas terlebih
dahulu, diantaranya adalah:
Buku karya Harun Yahya yang berjudul yang berjudul “Justice and
Tolerance In The Islam”. Di dalam buku tersebut terdapat perintah Allah
untuk menegakkan keadilan, sifat-sifat keadilan Nabi Muhammad SAW
dalam

sejarahnya

dalam

menghadapi

perbedaan

pendapat

dan

kepercayaan, status dan sifat yang harus dimiliki oleh setiap manusia
dalam konsep al-Qur’an dan juga membahas keadilan-keadilan sosial yang
terjadi pada zaman kerajaan Ottoman (Yahya:2003)
Skripsi karya Nurhayati tentang toleransi antar umat beragama (Studi
Kasus Tentang Umat Islam dan Hindu di Kampung Lebah Kabupaten
Klungkung- Bali). Skripsi ini menggunakan metode wawancara dengan
pendekatan kuantitatif. Skripsi ini memaparkan tentang kasus perbedaan
agama di Kampung Lebah Kabupaten Klungkung Bali, penjelasan sejarah
masuknya Islam di Klungkung dan kehidupan masyarakat di sekitar yang
toleran (Nurhayati:2003).

10

11

Arif Darmawan hasil penelitiannya mengatakan bahwa pendidikan
Islam mempunyai peran yang cukup besar dalam menumbuhkan sikap
toleransi antar umat beragama siswa. Diantaranya sebagai sarana,
pembimbing, pengarah memberikan pemahaman dan sekaligus sebagai
motivator dalam menumbuhkan sikap toleransi antar umat beragama siswa
SMK Karya Rini YHI KOWANI Yogyakarta. Arif Darmawan medasari
hasil penelitiannya denga dari hasil pengolahan data tentang interprertasi
siswa terhadap pendidikan agama Islam. Ia membuktikan bahwa dalam
mempelajari PAI, materi tentang toleransi yang banyak disampaikan oleh
guru Agama Islam porsinya termasuk banyak, sehingga siswa sangat
mengedepankan sikap toleransi. Namun yang sangat disayangkan dari
penelitiannya tersebut, ia tidak menjelaskan pelajaran PAI mana yang
berbicara tentang toleransi. Padahal pelajaran PAI yang berkaitan dengan
toleransi ada pada kelas XII semester 1 (Darmawan, 2005: 4).
Jurnal At-Tajdid dari Dwi Rangga Vischa Dewayanie (2014) dengan
judul

“Aplikasi

Pendidikan

Multikultural

di

Berbagai

Lembaga

Pendidikan”. Penelitian jurnal ini menggunakan metode dokumentasi
dengan pendekatan kualitatif. Jurnal ini membahas tentang berbagai
macam suku, ras, kelompok, dan agama di Indonesia, akan tetapi banyak
yang tidak bias mengaplikasikan sikap toleransi untuk mengatasi
perbedaan tersebut. Dalam pembahasannya, penulis jurnah menggunakan
beberapa teori tentang pentingnya sikap toleransi dalam pendidikan

12

multikultural, diantaranya meninjau dari segia agama (al-Qur’an dan
hadis), segi politik dan undang-undang Nasional.
Jurnal Pendidikan Islam dari Zuhairi Miswari dengan judul
“Kesadaran

Multikultural

dan

Deradikalisasi

Pendidikan

Islam:

Pengalaman Bhineka Tunggal Ika dan Khabul al Akhbar). Jurnal
penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dengan pendekatan
kualitatif. Jurnal ini mengkritisi tentang maraknya sikap intoleransi dan
kekerasan yang terjai di Indonesia dikarenakan perbedaan agama, ras, suku
dan budaya di Indonesia. Menurut penulis, adanya perbedaan tersebut
justru telah menimbulkan kesadaran kebangsaan menjadi besar seperti
sekarang ini. Artikel ini membahas tentang pentingnya multikulturalisme
sebagai alternatif membangun kesadaran hidup kebersamaan secara damai
dalam konteks kebangsaan dan kemanusiaan universal (Miswari: 2012).
Dalam

hal

ini,

multikulturalisme

meniscayakan

keeksistensi,

keterbukaan, pengenalan, pengakuan dan penghargaan. Perbandingan
antara Indonesia dan Mesir dalam membangun kesadaran multikultural,
terutama melalui falsafah Bhineka Tunggal Ika dan Qobul al-Akhar.
Kesimpulan dari jurnal ini adalah bahwa multikulturalisme adalah
sebuah keniscayaan yang harus ada dalam setiap bangsa. Alasannya
adalah: pertama,
kebangsaan.

multikulturalisme dapat

Kedua,

dapat

menumbuhkan

menimbulkan solidaritas
pentingnya

nilai-nilai

13

kemanusiaan. Ketiga, dapat menjadi kekuatan kultural yang berfungsi
untuk mengantisipasi konflik sektarian.
Dari beberapa buku dan penelitian di atas, banyak yang membahas
tentang sikap intoleransi, multikulturalisme serta perbedaan pendapat
dalam beragama. Dalam peleitian yang akan diteliti, penulis memfokuskan
tentang perbedaan ideologi dan pandangan yang terdapat di organisasi
IMM, yang belum pernah ada sebelumnya.
Oleh karena itu, penelitian ini bersifat baru dan belum pernah ditelti
sebelumnya.
B. Kerangka Teori
1. Pengertian Organisasi
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti
alat. Menurut Pabundu (2010: 3) organisasi adalah suatu kelompok orang
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan dari sebuah
organisasi sangat mempengaruhi kinerja dari organisasi itu sendiri maupun
untuk mencari massa atau anggota baru dalam pengembangan sebuah
organisasi dan untuk menjaga kaderisasi anggota (http://id.wikipedia.org).
Kaderisasi bertujuan untuk menjaga sebuah organisasi tetap bisa bertahan
dan eksis dalam jangka waktu yang panjang.
Pengertian organisasi telah banyak disampaikan oleh para ahli, tetapi
pada dasarnya tidak ada perbedaan prinsip, sebagai bahan perbandingan

14

ada beberapa pendapat mengenai organisasi dari beberapa pakar
organisasi, diantaranya:
Menurut

Sheldon,

organisasi

adalah proses

penggabungan

pekerjaan yang para individu atau kelompok harus melakukan dengan
bakat-bakat yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas sedemikian
rupa, memberikan seluruh kemampuan terbaik untuk pemikiran yang
efisien, sistematis, positif dan terkordinasi. Menurut Trecker organisasi
adalah perbuatan atau proses penghimpunan atau mengatur kelompok
yang sedang berhubungan dari instansi menjadi suatu keseluruhan yang
bekerja. Menurut beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa
organisasi adalah kumpulan satu orang atau lebih yang diatur dengan baik
yang saling berinteraksi dan bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Organisasi sengaja didirikan untuk jangka waktu tertentu dan
terkordinasi dengan baik pola kerja yang terstruktur dengan tujuan
bersama (Sutarto, 2006:24).
2. Pengertian IMM
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan organisasi
otonom Muhammadiyah yang bediri di Yogyakarta pada tanggal 29
Syawal 1384 H atau bertepatan dengan 14 Maret 1946 M. sebelumnya
Muhammadiyah memiliki ortom-ortom seperti Hisbul Wathan (HW)
berdiri tahun 1918, Nasyiatul Aisyiyah (NA) berdri tahun 1931, Pemuda
Muhammadiyah (PM) berdiri tahun 1932, Ikatan pelajar Muhammadiyah

15

berdiri tahun 1961, dan Tapak Suci Putra Muhammadiyah berdiri tahun
1962 (Purnawan, 2007: 3).
Semangat berorganiasi muhammadiyah kemudian diaplikasikan
kembali dalam beberapa Organisasi Ortonom yang ada di Muhammadiyah.
Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) merupakan Organisasi Otonom
Muhammadiyah yang terdiri dari Pemuda Muhammadiyah (PM),
Nasyiatul Aisyiyah (NA), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM),
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Organisasi Otonom adalah
organisasi yang dibentuk oleh persyarikatan muhammadiyah guna
membina warga persyarikatan dan kelompok masyarakat tertentu sesuai
bidang-bidang yang diadakan dalam rangka mencapai tujuan dan maksud
persyarikatan. Organisasi Otonom diberi wewenang mengurus rumah
tangganya sendiri dengan bimbingan dan pengendalian pimpinan
Persyarikatan. ( Berita Resmi Muhammadiyah, 2002).
Kelahiran IMM merupakan konsekwensi bagi Muhammadiyah
dalam hal kaderisasi berdasarkan periodisasi kelompok umur. Pada
kelompok pelajar, Muhammadiyah mempunyai IPM; kelompok pemuda
mempunyai PM untuk putra dan NA untuk putri. Agaknya disini terdapat
keterputusan kaderisasi bila melihat banyaknya sekolah Muhammadiyah
yang telah berdiri, diserti dengan eksistensi IPM di sana. Sedangkan
Muhammadiyah tidak memiliki perguruan tinggi. Pada kongres ke 25 di
Betawi (Jakarta) tahun 1936, muncul gagasan untuk segera mendirikan
Universitas Muhammadiyah di Indonesia. Gagasan itu ditindaklanjuti pada

16

Muktamar ke 31 di Yogyakarta yang salah satu keputusannya melanjutkan
keputusan kongres ke 25 berdirinya Universitas Muhammadiyah
(Purnawan, 2007: 4).
Dengan berdirinya Perguruan Tinggi Muhammadiyah di berbagai
propinsi di Indonesia, Muhammadiyah menyadari belum memikirkan
format kaderisasi bagi Mahasiswa di Perguruan Tinggi. Secara tersirat,
rumusan Muktamar Muhammadiyah pasca Purwokerto 1953 baru
menyebutkan perlu dibentukny badan-badan yang menggrap kaderisasi d
Perguruan Tinggi (www.muhammadiyah.or.id). Oleh karena berbagai
persoalan, usaha ini baru terealisir tahun 1964 dengan nama IMM
(Purnawan, 2007: 5)
3. Sikap Toleransi
a. Sikap
Sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),
pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap
suat aspek di lingkungan sekitarnya (Saefuddin: 1995: 5). Dari definisi
tersebut dapat disimpuka bahwa sikap terdiri dari tiga komponen yang
saling menunjang. Tiga komponen tersebut yaitu, komponen kognitif,
komponen afektif dan kompnen konatif sebagai struktur pembentukn
sikap. Adapun penjelasan ketiga komponen tersebut sebagai berikut;
(Saefuddin: 1995: 24-28).
Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang
dimiliki individu mengenai sesuatu. Maksudnya, komponen kogntif berisi

17

kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar
bagi objek sikap. kemudian komponen afektif merupakan subjektif
individu terhadap suatu objek sikap yang menyangkut aspek emosional.
Sedangkan komponen konatif atau sering disebut dengan komponen
perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau
kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan
dengan objek sikap yang dihadapinya (Nurdiansyah, 2013: 17)
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh
individu. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi
diantara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal
balik yang turut mempengaruhi pola perilku masing-masing individu
sebagai anggota masyarakat. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi
membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang
dihadapinya. Diantara berbagi faktor yang memengaruhi pembentukan
sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap
penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga
agama, serta faktor emosi dalam diri idividu (Saefuddin, 1995: 30).
b.

Toleransi
Toleransi berasal dari kata tolere (bhs. Inggris), yang berarti

memperkenankan atau sabar dengan tanpa protes terhadap perilaku
orang/kelompok lain. Ia juga berarti saling menghormati, melindungi, dan
kerjasama terhadap yang lain (Mansur, 2012: 1). Secara harfiah, toleransi

18

berarti

sikap

menenggang

(menghargai,membolehkan)

pendirian

(pendapat, pandangan, kepercayaan, dan sebagainya) (KBBI, 1990: 955).
Dalam bahasa Arab, kata toleransi mengutip kamus al-Munawwir
biasa disebut dengan istilah tasamuh yang berarti sikap membiarkan atau
lapang dada. (Munawwir, 1994:702). Dalam bahasa Yunani, toleransi
diebut dengan istilah “sophrosyne” yang artinya adalah moderasi
(moderation) atau mengambil jalan tengah. Sedangkan istilah toleransi
berasal dari bahasa latin “tolerantia”, yang artinya “menahan”. Ketika
seseorang memiliki toleransi dalam menahan rasa sakit, bearti dia dapat
menahan rasa sakit. Dengan demikian, toleransi adalah istilah untuk
sebuah sikap menahan diri dari hal hal yang dinilai negatif (Masduqi,
2011: 7). A. Zaki Badawi mengatakan, tasamuh (toleransi) adalah
pendirian atau sikap yang termanifestasikan pada kesediaan untuk
menerima berbagai pandangan dan pendirian yang beranekaragam,
meskipun tidak sependapat dengannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
toleransi ini erat kaitannya dengan masalah kebebasan atau kemerdekaan
hak asasi manusia dalam tata kehidupan bermasyarakat, sehingga
mengizinkan berlapang dada terhadap adanya perbedaan pendapat dan
keyakinan dari setiap individu. (Dalam, 2003: 15)
c. Sikap Toleransi
Dalam menyikapi perbedaan pendapat dan keyakinan, maka toleransi
adalah sikap menahan diri untuk tidak menggunakan cara-cara negatif
dalam menyikapi pendapat dan keyakinan yang berbeda. Definisi toleransi

19

melibatkan kondisi yang saling terkait ketika kita berhadapan dengan
perbedaan pendapat. Pertama, kita memiliki penilaian negatif (negative
judgement) terhadap pendapat atau keykinan yang berbeda; kedua, kita
bisa saja menegasikannya,tetapi; ketiga, kita sengaja menahan diri untuk
tidak menegasikannya.
Dalam kondisi pertama, kita punya penilian negatif. Biasanya penilaian
negative mendorong kita menggunakan aksi negatif. Namun, toleransi
terjadi ketika kita menolak aksi negativ-seperti kekerasan atas nama
agama- akibat penilaian negatif terhadap pendapat yang berbeda. Dalam
kondisi kedua, kita memiliki kekuatan untuk bertindak negatif terhadap
pendapat yang berbeda dengan cara menegasikannya. Namun, dalam
kondisi ketiga kita sengaja “menahan diri” dari cara-cara negatif untuk
menegasikannya karena kita punya alasan menoleransinya (Masduqi,
2011: 8).
Bagus menjelaskan, toleransi adalah sikap seseorang yang bersabar
terhadap keyakinan filosofis dan moral orang lain yang dianggap berbeda,
dapat disanggah, atau bahkan keliru, sikap semacam ini tidak berarti setuju
terhadap keyakinan-keyakinan tersebut, juga tidak berarti acuh tak acuh
terhadap kebenaran dan kebaikan, dan tidak harus didasarkan atas
agnostitisme, atau skeptisisme, melainkan lebih pada sikap hormat
terhadap pluriformitas dan martabat manusia yang berbeda. (Lorens, 1996:
111-112).

20

Sikap toleransi dapat ditinjau dari indikator-indikator sebagai berikut
(Hasyim, 1991: 23-25):
1. Mengakui hak setiap orang; suatu sikap mental yang mengakui hak
setiap orang dalam menentukan perilaku dan sikapnya masing-masing
dengan melanggar hak orang lain.
2. Menghormati keyakinan orang lain; tidak dibenarkan seseorang atau
golongan tertentu yang bersikeras memaksakan kehendaknya sendiri
berkaitan dengan keyakinan ataupun keberagaman kepada orang atau
golongan.
3. Agree in disagreement; setuju dalam perbedaan. Prinsip ini selalu
digaungkan oleh mantan menteri agama; Mukti Ali, perbedaan tidak
harus ada permusuhan dan pertentangan.
4. Saling mengerti; tidak saling menjelekkan; tidak saling membenci dan
selalu saling menghargai satu sama lain. Tidak akan terjadi saling
menghormati antara sesama manusia bila mereka tidak saling
mengerti, saling anti dan saling membenci, saling berebut pengaruh
adalah salah satu akibat dari tidak adanya saling mengerti dan
menghargai.
Jadi, toleransi adalah bersikap sabar, menahan diri,dan menerima
keberadaannya dalam sebuah kelompok karena adanya perbedaan
keyakinan pada perbedaan keyakinan.

21

4. Ideologi Keagamaan
Ideologi adalah sebagai sistem paham. Menurut Kamus Bahasa
Indonesia (1995:366) ialah 1) kumpulan konsep bersistem yang
dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan
untuk kelangsungan hidup, 2) cara berfikir seseorang atau golongan, 3)
paham, teori, dan tujuan yang berpadu merupakan suatu kesatuan
program sosial politik.
Ideologi sebagai suatu sistem paham mengandung unsur-unsur: a)
pandangan yang bersifat komprehensif tentang manusia, dunia dan
alam semesta dalam kehidupan; b) rencana penataan sosial politik
berdasarkan paham tersebut; c) kesadaran dan perencanaan dalam
bentuk perjuangan melakukan perubahan-perubahan berdasarkan
paham dan rencana dari ideologi tersebut; d) usaha mengarahkan
masyarakat untuk menerima ideologi tersebut yang menuntut loyalitas
dan keterlibatan para pengikutnya’ dan e) usaha mobilisasi seluas
mungkin para kader dan masa yang akan menjadi pendukung ideologi
tersebut (Riberu, 1986: 5).
Dalam hal ini Islam juga memiliki ideologi yang berbasis agama,
memiliki akar pada teologi dari agama Islam yang dikenal dengan
ideologi Islam, yang memiliki keterkaitan dengan karakter Islam
sebagai agama. Ideologi Islam berbeda dengan ideologi Marxisme,
sosialisme dan kapitalisme, maupun ideologi lainnya yang tidak
memiliki basis theologis. Pandangan tentang persaudaraan, kebebasan,

22

kesamaan, kemanusiaan, dan relasi-relasi sosial dalam ideologi Islam,
sehingga memiliki pijakan yang kokoh. Kemudian dalam hal gerakan
Islam, Muhammadiyah sebagai pijakan yang kokoh untuk membangun
sebuah ideologi.
Munculnya Muhammadiyah merupakan sebagai gerakan sosial
keagamaan dalam sosial budaya waktu itu merupakan eksperimen
sejarah yang cukup spektakuler. Menurut kacamaya sosial agama,
Muhammadiyah pada awal berdirinya merupakan suatu “gerakan
sempalan” organisasi keagamaan, tetapi memberikan konotasi yang
bagus, bukan sekedar tampil beda dan beberapa kemudian hilang
ditelan masa. Banyak gerakan sempalan keagamaan kontemporer yang
tidak

berumur

panjang

cenderung

agak

neko-neko,

tapi

Muhammadiyah terus berusia Panjang bahka amal usahanya terus
bertambah (Abdullah, 2000:40).
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam baik karena alasan
substansi yang merujuk pada ajara Islam yang multi aspek maupun
pada pengalaman dan pergumulan hidup bersama kekuatan lain di
pentas sejarah, telah menyentuh aspek ideologis dalam gerakannya
bahkan sampai batas tertentu menjadi suatu ideologi gerakan
tersendiri, yaitu ideologi gerakan Islam kaum modernis. Bagi umat
Islam khususnya Muhammadiyah, ideologi hanyalah salah satu aspek
kehidupan yang jika ingin dikembangkan merupakan bagian dari pilar

23

sistem muslim, yang tumbuh bersama pilar-pilar lainnya seperti
akhlak, ilmu pengetahuan dan lain-lain.
Dalam konteks Muhammadiyah ideologi dapat dipahami sebagai
sistem pemikiran dan teori perjuangan untuk mengimplementasikan
ajaran Islam dalam kehidupan umat menuju terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya melalui suatu sistem gerakan yang
bernama persyarikatan. Dalam Muhammadiyah ideologi dapat
ditempatkan sebagai salah satu dimensi dari sistem gerakan, bukan
merupakan sistem paham tersendiri, sehingga lebih merupakan
dimensi ideologis dalam sistem gerakan Muhammadiyah. Karena
rujukan dasarnya ialah Islam, maka gerakan ideologi Muhammadiyah
tidak bersifat dogmatif dan eksklusif yang harus diikuti secaa taklid
buta,

sehingga

tetap

memiliki

watak

yang

terbuka.

Dalam

Muhammadiyah apa yang disebut ideologi gerakan lebih merupakan
dimensi ideologis dari sistem gerakan dalam Muhammadiyah yang
menuntut komitmen dan solidaritas kolektif yang kuat untuk mencapai
cita-cita atau tujuan Muhammadiyah (Nashir, 2001: 27).
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam baik dalam dimensi ajaran
Islam sendiri maupun sejarah umat Islam yang dilaluinya, memiliki
persentuhan dengan ideologi Islam, kendati dalam sejumlah hal
mungkin dapat menimbulkan pro dan kontra. Muhammadiyah sebagai
gerakan sosial-keagamaan, lebih-lebih ketika masuk area dunia politik,
sedikit atau banyak bersentuhan dengan ideologi dan hingga batas

24

tertentu memiliki elemen-elemen sistem ideologis. Muhammadiyah
dalam perkembangannya bahkan memiliki format pemikiran ideologis
sebagaimana dirujuk pada konsep muqaddimah anggaran dasar
Muhammadiyah

serta

mata

keyakinan

dan

cita-cita

hidup

Muhammadiyah.
5. Kesimpulan masalah
Hadirnya

IMM

merupakan

jawaban

dari

kegundahan

Muhammadiyah karena tidak adanya organisasi kader dari kalangan
Mahasiswa. Sebagai kader dari Muhammadiyah, para aktivis IMM sudah
tentu harus berjuang sepenuhya untuk Muhammadiyah dan melakukan
gerakan sesuai dengan paham yang dianut oleh Muhammadiyah serta
ideologi yang sesuai dengan Muhammadiyah sebaiana yang tercantum
dalam MADM dan MKCHM. Adanya perbedaan pandangan keagamaan
dalam IMM harus disikapi dengan tepat, supaya tidak merugikan para
nama organisasi secara pribadi, maupun
umumnya.

Muhammadiyah pada

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati (Moleong, 2006:4).
Berdasarkan sumber data, jenis penelitian ini dapat dikategorikan sebagai
penelitian lapangan (fieldresearch), yang bermaksud mempelajari secara
intensif tentang latar belakang, keadaan sekarang, dan suatu interaksi sosial,
individu, kelompok, lembaga dan masyarakat, sehingga menghasilkan
gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial
tersebut (Purnomo,1996:15).
Teknik pengambilan sampel subyek penelitian adalah apa saja yang
menjadi subyek penelitian.

Menurut

sumbernya, data penelitian ini

digolongkan kedalam data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang diperoleh langsung dari subyek yang diteliti (Saefudin,1999:91). Dalam
hal ini yang dimaksudkan data primer adalah para anggota IMM Yogyakarta.
Sedangkan data sekunder adalah data yang ada dalam organisasi IMM tentang
beberapa permasalahan yang pernah terjadi antar organisasi IMM Yogyakarta
beserta hasil penyelesaiannya.

25

26

B. Lokasi Penelitian
Penelitian

ini

dilaksanakan

di

kantor

PDM

Kota

Yogyakarta

sekaliguskantor IMM Djasman al-Kindi yang berada di Jln. Sultan Agung no.
14 GunungKetir, Pakualaman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah subjek darimana data diperoleh. Dalam penelitian
ini, data diperoleh dari informan yang dipilih, yaitu dengan meneliti hanya
sebagian dari populasi (Arikunto, 2010: 172). Penetapan informan dilakukan
dengan mengambil orang yang telah terpilih betul berdasarkan parameter
sampel sehingga mampu menjadi sumber data yang memberikan informasi
secara maksimum. Subjek dalam penelitian ini adalah para anggota IMM
Djazman al-Kindi yang aktif dalam formatur keanggotaan. Dalam hal ini
penulis mengambil sampel sebanyak sembilan orang berdasarkan jabatan
masing-masing, sehingga diharapkan akan mendapatkan informasi yang
setidaknya dapat mewakili dari setiap bidang:
a. Ketua IMM Djasma al-kindi
Ketua, sekretaris atau anggota yang berada di jajaran IMM sebagai
informan, yaitu sumber data yang akan memberikan informasi mengenai
gambaran umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, baik mengenaisejarah
berdiri, perkembangan, dan gerakannya.
b. Ketua bidang dakwah IMM Djasman al-Kindi

27

Ketua bidang dakwah akan memberikan penjelasan tentang program apa
saja yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi keagamaan padaanggota
IMM.
c. Anggota IMM Djasma al-kindi
Para anggota akan memberikan informasi tentang pendapat mereka
terhadap pemahaman keagamaan. Mereka juga akan dimintai keterangan
tentang efektifitas program yang ada, serta bagaimana seharusnya memahami
perbedaan ideologi itu sendiri.

D. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data yang terkait dengan tema penelitian, metode
pengumpulan data yang penulis gunakan adalah:
a. Metode Observasi
Metode observasi digunakan untuk mengetahui keadaan umum objek.
Metode ini dilakukan dengan pencatatan dan pengamatan secara sisitematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Hadi, 1998: 129). Jenis
metode observasi yang digunakan dalam peneitian ini adalah observasi
partisipasipasif (passi participation), yaitu dengan mendatangi tempat
penelitian, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2005:
66).
Metode observasi ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai letak
geogafis kantor, keadaan fisik gedung dan lingkungannya. Selain itu juga

28

untuk mengetahui bagaimana model pendidikan keagamaan yang ada sehingga
muncul pemahaman yang berbeda-beda.
b. Metode Wawancara
Metode wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan jalan
tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematika berlandaskan kepada
tujuan penelitian (Marzuki,2000:62).
D