EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK DI GAPOKTAN PERMATASARI DESA TIRTOSARI KECAMATAN SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG

(1)

Skripsi

Disusun oleh: Adha Tito Pratama

20120220119

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sebagai Bagian Dari Persyaratan Yang Diperlukan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Oleh:

Adha Tito Pratama 20120220119

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI

USAHATANI PADI ORGANIK DI GAPOKTAN PERMATASARI DESA

TIRTOSARI KECAMATAN SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG”.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Rasullullah Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga dengan penuh kerendahan hati dan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orangtua saya, Ayahanda Suroto B.Sc. dan Ibunda Titi Machrusah serta kedua adik saya Gusramdhan Adhitama dan Hanny Anggraeni.


(4)

3. Ir. Eni Istiyanti M.S selaku ketua jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Penguji yang telah memberikan banyak masukan, semangat, motivasi serta perbaikan skripsi ini melalui saran dan masukan sehingga lebih baik. 4. Dr. Sriyadi SP.MP selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah berkenan

memberikan motivasi, semangat dan waktunya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dr. Aris Slamet Widodo SP.M.Sc selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah berkenan memberikan motivasi, semangat dan waktunya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh kepengurusan Gapoktan Permatasari yang telah mengizinkan, memberikan banyak pengalaman di lapangan serta banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian hingga skripsi ini selesai.

7. Terimakasih teruntuk Sulisthiana yang telah memberi motivasi dan menemani penulis dari awal sampai skripsi ini selesai.

8. Terimakasih teruntuk teman-teman Agribisnis 2012 atas segala bentuk motivasi, pertemanan, persaudaraan, kebersamaan dan semanggatnya selama ini.

9. Terimakasih teruntuk teman-teman organisasi IMM, DEMA, dan HIMASEPTA atas segala bentuk kekeluargaan, semangat dan motivasinya selama ini.


(5)

10. Trimakasih untuk Wilda, Tika, Tias, Mukhlisin, Sigit dan Adi yang telah memberi motivasi dan masukan pada skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu hingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan serta kelemahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati demi kesempurnaan skripsiini. Akhirnya besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis serta semua pihak yang memerlukannya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 5 Januari 2017


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

LAMPIRAN ... x

INTISARI ... xi

ABSTRACT ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 5

C. Manfaat Penelitian ... 6

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

B. Kerangka Pemikiran ... 27

C. Hipotesis ... 30

III. METODE PENELITIAN ... 31


(7)

B. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 33

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah ... 34

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35

E. Analisis Data ... 36

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 43

A. Desa Tirtosari... 43

B. Gapoktan Permatasari ... 49

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Profil Petani ... 58

B. Usaha Tani Padi Organik ... 64

C. Analisis Keuntungan Usahatani ... 71

D. Analisis Penggunaan Faktor Produksi Cobb-Douglass ... 81

E. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi ... 87

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah petani padi organik di Gapoktan Permatasari ... 33

Tabel 2. Batasan wilayah Desa Tirtosari... 45

Tabel 3. Luas Wilayah Desa Tirtosri ... 45

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tirtosari tahun 2016 ... 46

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Tirtosari tahun 2016. ... 47

Tabel 6. Komoditas Pertanian Desa ... 47

Tabel 7. Daftar Kelompok Desa Tirtosari ... 48

Tabel 8. Pengelompokan Umur Petani Sampel di Gapoktan Permatasari ... 59

Tabel 9. Tingkat pendidikan petani padi organik di Gapoktan Permatasari ... 60

Tabel 10. Luas Lahan Rata-rata Budidaya Padi Organik di Desa Tirtosari ... 61

Tabel 11. Jumlah Tanggungan Petani Padi Organik di Desa Tirtosari ... 62

Tabel 12. Karateristik petani padi organik berdasarkan pengalaman bertani di Gapoktan Permatasari tahun 2016 ... 63

Tabel 13. Rata-rata Biaya Eksplisit Usahatani Padi Organik di Desa Tirtosari pada luasan lahan 3116 m2 ... 72

Tabel 14. Rata-rata Biaya Penyusutan Alat pada Usahatani Padi Organik di Desa Tirtosari ... 76

Tabel 15. Rata-rata Biaya Implisit Usahatani Padi Organik di Desa Tirtosari pada luasan lahan 3116 m2 ... 77

Tabel 16. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani Padi Organik di Desa Tirtosari ... 78


(9)

Tabel 17. Rata-rata Penerimaan Usahatani Padi Organik di Desa Tirtosari ... 79 Tabel 18. Keuntungan Usahatani Padi Organik di Desa Tirtosari ... 80 Tabel 19. Penggunaan Faktor Produksi Padi Organik di Desa Tirtosari ... 81 Tabel 20. Hasil Analisis Varian Fungsi Produksi Padi Organik Per Usahatani di

Gapoktan Permatasari tahun 2016 ... 82 Tabel 21. Nilai Koefisien Regresi dan Hasil Analisis Uji T ... 84 Tabel 22. Rata-rata penggunaan pupuk padat usahatani Padi Organik di Desa

Tirtosari pada luasan lahan 3116 m2 ... 86 Tabel 23. Perhitungan Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi ... 88


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 10 negara besar dengan area organik terluas di tahun 2014 ... 11

Gambar 2. Grafik hubungan antara kurva-kurva TPP, MPP, dan APP serta pembagian daerah berdasarkan elastisitas produksi. ... 19

Gambar 3. Kerangka Berfikir ... 30

Gambar 4. Struktur organisasi gapoktan permatasari ... 55

Gambar 5. Pola usahatani padi organik... 65


(11)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Identitas Petani ... 94

Lampiran 2. Kepemilikan Lahan Petani Responden ... 95

Lampiran 3. Biaya Saprodi Usahatani Padi Organik ... 98

Lampiran 4. Biaya Penyusutan Alat... 100

Lampiran 5. Pendapatan Ushatani Padi Organik ... 102


(12)

INTISARI

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK DI

GAPOKTAN PERMATASARI DESA TIRTOSARI KECAMATAN

SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG. 2016. ADHA TITO PRATAMA (Skripsi dibimbing oleh SRIYADI & ARIS SLAMET WIDODO). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola usahatani padi organik di Gapoktan Permatasari, mengetahui keuntungan usahatani padi organik, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi organik dan mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi di Gapoktan Permatasari. Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara sengaja atau dengan cara purposive sampling yaitu di Gapoktan Permatasari Desa Tirtosari, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Metode penentuan responden diambil menggunakan metode proporsional random sampling di Gapoktan Permatasari Desa Tirtosari, dengan jumlah 50 petani diambil sebagai sumber data primer. Pengambilan sample dilakukan secara acak. Pola usahatani yang diterapkan oleh Gapoktan Permatasari adalah usahatani monokultur tanaman padi organik dan usaha peternakan sapi. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dengan metode wawancara. Pada penelitian keuntungan yang diperoleh petani padi organik selama satu musim tanam sebesar Rp. 3.153.330,- Data dianalisis menggunakan model fungsi produksi Cobb-douglas untuk mengetahui faktor produksi padi organik. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara bersama-sama luas lahan benih, pupuk padat, pupuk cair, pestisida dan tenaga kerja mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi padi organik. Secara parsial luas lahan dan benih berpengaruh secara nyata. Penggunaan benih pada usahatani padi organik sudah efisien, sedangkan penggunaan luas lahan belum efisien.


(13)

(14)

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK DI GAPOKTAN PERMATASARI DESA TIRTOSARI KECAMATAN

SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG Adha Tito Pratama

SRIYADI / ARIS SLAMET WIDODO Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UMY

ABSTRACT

This research aims to describe patterns of organic rice farming in Gapoktan Permatasari, the amount of profit in organic rice farming, the factors that influencingt the production of organic rice and the efficiency of the use of production factors in organic rice farming in Gapoktan Permatasari. The research was conducted in Gapoktan Permatasari in the village of Tirtosari Sawangan Magelang by committed intentionally or purposive sampling. The metod respondents taken by proportional random sampling metod who are members of Gapoktan Permatasari in the village of Tirtosari, a number of 50 farmers were taken as the primary data. The sampling taken by randomly. Farming patterns applied by Gapoktan Permatasari is organic rice crop monoculture farming and cattle riser. Data obtained by using a questionnaire with the interview methods. In the study the advantages of organic rice farmers during the planting in one season is 3.15333 million rupiah. The data were analyzed using a production fungcion model of Cobb-Douglass to determine production of organic rice. The results showed that the land area, seed, solid fertilizers, liquid fertilizers, pesticides and labor have a real influence of organic rice production. While in partial land area and seed who is influential real. The use of the seed on organic rice farming has been efficient, while the use of land area yet efficient.


(15)

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama sebagian penduduk Indonesia, terutama yang tinggal di kota kecil atau pedesaan. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang dapat meningkatkan devisa negara dari produksinya baik mentah maupun setengah jadi. Disisi lain, pertanian di Indonesia disiapkan untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas yang baik dan nilai ekonomi yang tinggi agar mampu bersaing dengan negara-negara lain.

Pentingnya sektor pertanian dalam meningkatkan hasil-hasil pertanian secara nyata menarik para peneliti dari berbagai lembaga penelitian untuk dapat menghasilkan tanaman-tanaman dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Untuk itu pertanian perlu diusahakan secara modern dengan menyediakan bibit unggul, pestisida, pupuk kimia dan melakukan mekanisasi pertanian. Pengusahaan pertanian secara modern inilah yang disebut sebagai revolusi hijau.

Pestisida sebagai salah satu paket pertanian modern memiliki dampak yang bersifat toksik bagi organisme lain dan mengganggu ekologi tanaman. Pemakaian pupuk dan pestisida kimia secara terus menerus menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan terjadinya kerusakan lingkungan. Revolusi hijau dengan asumsi


(16)

yang mendasarkan pada pertumbuhan itu ternyata salah. Pertumbuhan produksi yang berhasil dicapai tidak mampu mengangkat kesejahteraan petani, revolusi hijau justru meminggirkan petani. Selain meminggirkan petani, revolusi hijau juga membawa dampak kerusakan yang luas terhadap lingkungan dan kesehatan. Tanah persawahan semakin lama menjadi semakin keras. Penggunaan pupuk kimia meningkat dari waktu kewaktu. Serangan hama menjadi semakin ekplosif dan menuntut penggunaan pestisida yang semakin meningkat pula. Pestisida tidak hanya mematikan hama tanaman tetapi juga memusnahkan banyak kehidupan yang lain serta penggunaan pestisida dapat menimbulkan efek samping yang merugikan bagi kesehatan masyarakat. Disamping itu pula dunia barat, sebagai penggagas pertanian modern sudah lama menyadari dampak yang ditimbulkan dari penggunaan bahan-bahan kimia sintesis dalam dunia pertanian. Kini mereka sudah beralih kepada sistem pertanian tanpa bahan kimia sintesis atau yang dikenal dengan sistem pertanian organik. (Suwantoro, 2008)

Sistem pertanian organik adalah sistem manajemen produksi yang holistik untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik menekankan penerapan praktek-praktek manajemen yang lebih mengutamakan penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya dilahan, dengan mempertimbangkan daya adaptasi terhadap keadaan kondisi setempat. (SNI)

Menurut Winarto (2002) dalam Khoirurrohmi (2016) bahwa pertanian organik memiliki dua pemahaman, yaitu pengertian pertanian organik secara luas


(17)

dan sempit atau terbatas. Pertanian organik secara sempit adalah pertanian yang bebas dari bahan-bahan kimia, mulai dari perlakuan untuk mendapatkan benih, penggunaan pupuk, pengendalian hama hingga ke pasca panen. Adapun pertanian organik secara luas adalah sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau membatasi penggunaan bahan-bahan-bahan-bahan kimia sintetis. Konsep awal pertanian organik yang ideal adalah menggunakan seluruh input yang berasal dari pertanian organik itu sendiri dan dijaga hanya minimal sekali input dari luar atau sangat dibatasi.

Padi merupakan salah satu produk pertanian organik. Padi merupakan tanaman pangan yang menghasilkan beras sebagai salah satu sumber makan pokok penduduk Indonesia. Keunggulan beras organik antara lain tekstur nasi pulen, daya simpan yang lama, tidak mengandung residu kimia, serta memiliki harga jual relatif lebih tinggi dari beras non organik. Keunggulan tersebut sangat mendorong petani untuk membudidayakan beras secara organik sementara konsumen terdorong untuk mengkonsumsi beras tersebut.

Desa Tirtosari merupakan salah satu daerah sentral produksi padi organik di Kabupaten Magelang. Gabungan Kelompok Tani (gapoktan) “Permatasari” yang terdapat di Desa Tirtosari merupakan salah satu kelompok yang ikut serta mendukung program nasional dalam mengupayakan ketahanan pangan nasional. Hasil produksi padi yang diperoleh dari gapoktan ini sering disebut sebagai beras organik. Beras yang dikelola gapoktan sudah mendapatkan sertifikasi dari lembaga sertifikasi mutu produksi pertanian PERSADA yang telah menerapkan sistem


(18)

produksi pangan organik sesuai SNI-6729-2010 pada tahun 2011. Proses budidaya yang dilakukan gapoktan ramah lingkungan dan produk yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi. Selain itu pada tahun 2014, Gapoktan Permatasari mendapatkan juara I untuk ketahanan pangan tingkat provinsi Jawa Tengah.

Gapoktan Permatasari dapat mengupayakan pertanian organik dengan menggunakan input benih padi mentik wangi susu organik sebagai padi andalan lokal, pupuk organik dan pestisida alami. Benih padi mentik wangi susu organik didapatkan dari hasil panen sebelumnya untuk menjaga kualitas dan kemurnian organiknya. Pupuk organik yang biasa digunakan yaitu pupuk kandang. Pupuk kandang yang digunakan berasal dari kotoran hewan milik warga sekitar. Kotoran-kotoran hewan tersebut diolah sendiri oleh pihak gapoktan. Namun, jika pupuk kandang yang disediakan gapoktan mengalami kekurangan, biasanya petani membeli di daerah terdekat.

Pada saat musim kemarau, padi yang ditanam oleh Gapoktan Permatasari berisiko terserang hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kerugian bagi petani. Hama yang kerap menyerang padi adalah wereng dan walang sangit. Gapoktan biasanya mengunakan pestisida alami yang dikelola sendiri. Pembuatan pestisida diperoleh dari bahan alami yang terdapat disekitar lokasi, semisal ekstrak bawang merah ataupun daun sirsak. Pestisida alami bersifat ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu berbahaya pada hasil produksi dan tidak merusak lingkungan.


(19)

Permasalahan yang dihadapi oleh petani dalam pengelolaan usahatani padi organik berkaitan dengan penggunaan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi organik. Petani terkadang menggunakan pupuk kandang secara berlebihan ataupun kekurangan. Petani yang memiliki ternak sendiri biasanya menggunakannya secara berlebihan. Sementara bagi petani yang tidak memiliki hewan ternak sendiri, penggunaan pupuk digunakan secara terbatas. Selain itu, terkadang penggunaan pupuk kandang yang diperoleh dari ternak sendiri belum matang. Hal tersebut dapat mempengaruhi hasil produksi padi organik dikarenakan penggunaan faktor produksi yang belum efisien.

Berdasarkan permasalahan tersebut, terdapat perbedaan input faktor produksi padi organik di Desa Tirtosari, maka perlu diteliti mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi padi organik dan seberapa besar tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi padi organik ?.

B. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan pola usahatani padi organik di Gapoktan Permatasari. 2. Mengetahui keuntungan usahatani padi organik.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi organik di Gapoktan Permatasari.

4. Mengetahui tingkat efisiensi penggunaan padi organik di Gapoktan Permatasari.


(20)

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi petani padi organik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dalam menyikapi penggunaan faktor-faktor produksi padi organik agar keuntungan yang diperoleh dapat maksimal.

2. Bagi pemerintah, diharapkan dapat memberikan tambahan masukan bagi para pengambil kebijakan dan pemerhati pertanian dalam pengembangan pertanian padi organik.

3. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dapat digunakan sebagai bahan referensi penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.


(21)

7

II.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pertanian Organik

Menurut Winarto (2002) dalam Khoirurrohmi (2016) bahwa pertanian organik memiliki dua pemahaman, yaitu pengertian pertanian organik secara luas dan sempit atau terbatas. Pertanian organik secara sempit adalah pertanian yang bebas dari bahan-bahan kimia, mulai dari perlakuan untuk mendapatkan benih, penggunaan pupuk, pengendalian hama hingga ke pasca panen. Adapun pertanian organik secara luas adalah sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau membatasi penggunaan bahan-bahan-bahan-bahan kimia sintetis. Konsep awal pertanian organik yang ideal adalah menggunakan seluruh input yang berasal dari pertanian organik itu sendiri dan dijaga hanya minimal sekali input dari luar atau sangat dibatasi.

Sistem pertanian organik adalah sistem manajemen produksi yang holistik untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik menekankan penerapan praktek-praktek manajamen yang lebih mengutamakan penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya dilahan, dengan mempertimbangkan daya adaptasi terhadap keadaan kondisi setempat. (SNI)


(22)

Menurut Mayrowati (2012), “Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan”. Gaya hidup sehat pada sistem pertanian organik itulah yang telah melembaga serta mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut ramah lingkungan, aman dikonsumsi, serta memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Pada pengelolaan pertanian padi organik harus mengacu pada prinsip dasar pertanian organik.

Prinsip – prinsip dasar pertanian organik a. Prinsip kesehatan

Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan. Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem, tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia. Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan. Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia.

b. Prinsip ekologi

Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan. Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi kehidupan.


(23)

Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Bahan-bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan-bahan dan energi secara efisien guna memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam.

c. Prinsip keadilan

Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan makhluk hidup yang lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja, pemproses, penyalur, pedagang dan konsumen. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya.

d. Prinsip perlindungan.

Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup. Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan


(24)

produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya. (IFOAM, 2012)

Dalam perkembangan pertanian padi organik di Indonesia perlunya lembaga sertifikasi pertanian organik. Lembaga sertifikasi berperan untuk mengontrol perkembangan pertanian organik mulai dari proses usahatani hingga pemasaran. Di Indonesia, lembaga sertifikasi internasional yang terindentifikasi beroprasi sebagai pengontrol pertanian organik yaitu IMO (Institute for Market Ecology), Control Union NASSA (Nasional Associatio of Sustainable Agriculture of Australia), Naturland, Ecocert, GOCA (Guaranteed Organic Certification Agency) ACO (Australian Certified Oranik), dan CERES (Certification of Environmental Standards). Adapun lembaga sertifikasi nasional saat ini yang telah terakreditasi KAN (Komite Akreditasi Nasional) dan diakui OKPO (Otoritas Kompeten Pangan Organik), yaitu ; BIOcert (Bogor), INOFICE (Bogor), Sucofindo (Jakarta), LeSOS, Mutu Agung (Depok), PT Persada (Yogyakarta) dan LSO Sumbar (Padang).

Untuk mewujudkan pertanian organik, Depatermen Pertanian (2002) telah menyusun sistem sertifikasi bertahap. Ada empat jenis sertifikat, yaitu; sertifikat label BIRU untuk produk non pestisida, sertifikat label KUNING untuk transisi organik, sertifikat label HIJAU untuk prosuk setara dengan SNI organik, dan produk pertanian yang tumbuh secara organik dengan sendirinya. Dengan mekanisme seperti ini, diharapkan dapat mencegah para produsen organik tanpa verifikasi dari pihak berwenang, membedakan produk unggulan dengan produk


(25)

yang biasa, mendidik produsen untuk meningkatkan mutu produk, dan memantau residu pestisida.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan The Research Institute of Organic Agriculture (FiBL, 2016) terdapat 10 negara terbesar di asia yang memiliki area organik terluas pada tahun 2014. Berdasarkan data statistik Indonesia adalah salah satu negara Asia yang masuk 10 besar pada urutan ke empat yang memiliki area organik terluas setelah negara China, India dan Kazakhstan. Berikut statistik yang menunjukkan urutan 10 negara asia yang memiliki luas area organik.

Gambar 1. 10 negara besar dengan area organik terluas di tahun 2014

Berdasarkan gambar1, Indonesia menempati urutan ke 4 dengan total luas lahan organik sebesar 113.638 ha. Disisi lain, Indonesia masih tertinggal dengan negara Cina, India dan Kazakhstan yang memiliki 291.203 ha. Namun di tingkat negara-negara Asia tenggara, Indonesia menempati tingkat tertinggi dibandingkan dengan negara Philipina, Sri Langka, Vietnam, Thailand dan Timor laste dengan


(26)

demikian Indonesia memiliki peluang yang besar dalam mengembangkan produksi maupun produktivitas pada usahatani padi organik.

2. Usahatani Padi Organik

Usahatani padi organik yaitu usaha bercocok tanam padi menggunakan bahan-bahan alami. Penggunaan input dalam usahatani padi organik membatasi pada penggunaan bahan-bahan kimia, mulai dari pendapatan bibit, pengunaan pupuk, pengendalian hama, hingga pasca panen.

Menurut Soekartawi (1995) dalam Shinta (2011) bahwa ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tumbuhan, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak. (Mubyarto, 1991)

Sedangkan menurut Shinta (2011) dikatakan bahwasannya ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh


(27)

hasil yang maksimal. Aspek penting yang dimasukkan dalam klasifikasi sumberdaya pertanian itu adalah lahan (tanah), tenaga kerja, modal, dan salah satu faktor yang dianggap penting dalam pengelolaan sumber daya adalah manajemen. Hal tersebut dinyatakan karena penggunaan sumberdaya tidak akan lebih efisien walaupun dalam jumlah yang memadai tanpa disertai kemampuan untuk mengelola sumberdaya yang tersedia. Salah satu usahatani dibidang pertanian yaitu usahatani padi organik.

3. Faktor Produksi

Suatu fungsi produksi akan berfungsi ketika terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi output produksi. Dalam sektor pertanian padi organik, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi yaitu :

a. Lahan Pertanian

Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Semakin luas lahan (yang digarap/ditanami), maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Menurut Mubyarto (1989), lahan sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan dari mana hasil produksi keluar. Dan menurut Suratiyah (2006), tanah merupakan faktor produksi yang penting karena tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak, dan usahatani keseluruhannya. Dalam pertanian, terutama di negara Indonesia, faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Tanah mempunyai sifat istimewa antara lain bukan


(28)

merupakan barang produksi tidak dapat dipindah-pindah. Oleh karena itu, tanah dalam usahatani mempunyai nilai terbesar. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Rachman (2014) di Kabupaten Gabongan menunjukkan bahwa faktor produksi yaitu luas lahan secara signifikan mempengaruhi hasil produksi padi.

b. Modal

Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha setelah tanah. Modal sangat penting pada produksi pertanian dalam arti sumbangannya pada nilai produksi. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu, dalam hal ini, hasil pertanian. Modal petani adalah ternak beserta kandangnya, cangkul, bajak, dan alat-alat pertanian lain pupuk, bibit, hasil panen yang belum dijual, tanaman yang masih di sawah dan lain-lain. (Mubyarto, 1989).

Modal dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu modal tetap (fixed assets) dan modal tidak tetap (current assets). Modal tetap adalah modal yang dapat dipergunakan dalam berkali-kali proses produksi. Modal tetap ada yang bergerak atau mudah dipindahkan, ada yang hidup maupun mati (misalnya cangkul, sabit, ternak), sedangkan yang tidak dapat dipindahkan juga ada yang hidup maupun mati (misalnya bangunan, tanaman keras). Modal tidak tetap adalah modal yang hanya dapat digunakan dalam satu kali proses produksi saja (misalnya pupuk dan bibit unggul untuk tanaman semusim) (Suratiyah, 2006).


(29)

c. Benih

Menurut Andoko (2005), benih bermutu merupakan syarat untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal. Bila pemilihan benih tidak baik, hasilnya tidak akan baik walaupun perawatan sudah dilakukan dengan benar. Benih yang unggul cenderung menghasilkan produk dengan kualitas yang baik. Semakin unggul benih komoditas pertanian, semakin tinggi produksi pertanian yang akan dicapai. Benih dalam pengertiannya adalah biji yang disediakan untuk ditanam atau disemai haruslah baik dan tua. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Silvira (2014) di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus bahwa faktor produksi benih secara signifikan mempengaruhi hasil produksi padi sawah.

d. Pupuk Organik

Menurut Sutejo (2002) pupuk organik adalah sisa-sisa atau seresah tanaman, limbah atau kotoran hewan demikian pula kompos yang dapat diubah di dalam tanah menjadi bahan-bahan organik tanah. Pupuk organik mempunyai fungsi yang penting yaitu untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, yang seluruhnya dapat meningkatkan kesuburan tanah. Pada penjelasan diatas maka dapat dikatakan pupuk organik sebagai nutrisi vitamin yang dibutuhkan bagi tanaman sebagai salah satu faktor produksi pada pertanian. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Widyaningsih (2014) di Desa Wijirejo Pandak Bantul menunjukkan bahwa faktor produksi pupuk kandang mempunyai pengaruh yang nyata terhadap tingkat produksi padi organik.


(30)

e. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah energi yang dicurahkan dalam suatu proses kegiatan untuk menghasilkan suatu produk. Tenaga kerja manusia (laki-laki, perempuan, anak-anak) bisa berasal dari dalam maupun luar keluarga. Tenaga kerja luar biasanya diperoleh dengan cara upahan. Ukuran satuan kerja digunakan untuk mengukur efisiensi yaitu jumlah pekerjaan produktif yang berhasil diselesaikan oleh seorang pekerja yang biasa dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK). (Shinta, 2011)

Menurut Mubyarto (1989), dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga, istri, dan anak-anak petani. Tenaga kerja dari luar keluarga dapat berupa tenaga kerja harian ataupun borongan tergantung dengan keperluan. Tenaga kerja dari luar keluarga untuk penggarap sawah biasanya diatur secara borongan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Widyaningsih (2014) di Desa Wijirejo Pandak Bantul bahwa faktor tenaga kerja secara signifikan mempengaruhi hasil produksi padi.

f. Manajemen

Menurut Shinta (2011) menyebutkan bahwa pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani dalam merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi faktor produksi yang dikuasai/dimiliki sehingga mampu memberikan produksi seperti yang diharapkan. Kemampuan manajemen usahatani perlu didorong dan dikembangkan mulai dari perencanaan, proses produksi, pemanfaatan potensi pasar, serta pemupukan modal/investasi.


(31)

Langkah-langkah yang diperlukan dalam mendorong peran serta petani dalam penyediaan modal/investasi untuk pengembangan usahatani antara lain memberikan penyuluhan atau informasi serta insentif dan kondisi yang kondusif agar petani mampu memanfaatkan sumber permodalan dan sumber daya lainnya secara optimal.

4. Fungsi Produksi

Fungsi produksi menguraikan cara-cara bagaimana berbagai masukan (input) dapat digabungkan untuk menghasilkan suatu produk dengan jumlah produk yang telah direncanakan. Menurut Kartasapoetra (1988) menyatakan bahwa faktor produksi menggambarkan hukum proporsi, tercukupinya masukan-masukan yang diperlukan maka proses produksi produk yang telah direncanakan untuk suatu waktu tertentu akan dapat diwujudkan dengan baik. Menurut Soekartawi (2006), fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input.

Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat kombinasi penggunaan input-input (Boediono, 2000). Bila Y adalah produksi dan X1, X2, X3, . . . Xn adalah sejumlah faktor produksi, maka secara sistematis dapat ditulis:

Y = f (X1, X2, X3, . . . Xn) Keterangan:

Y : Tingkat produksi (output)


(32)

Dalam teori ekonomi di ambil satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi yaitu produksi dari semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut “The Law of Diminishing Returns”. Hukum ini mengatakan bahwa “Bila satu macam input ditambah penggunaannya sedang input-input lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus ditambah”. (Boediono, 2000).

Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total (Y) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel (input-input lain dianggap tetap).

TPP = f (X) atau Y = f (X)

Kurva Marginal Physical Product (MPP) adalah kurva yang menunjukkan tambahan dari TPP, yaitu TPP atau Y, yang disebabkan oleh penggunaan tambahan satu unit input variabel. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

MPP

Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per unit variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut.


(33)

Secara grafik hubungan antara kurva TPP, MPP, dan APP adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Grafik hubungan antara kurva-kurva TPP, MPP, dan APP serta pembagian daerah berdasarkan elastisitas produksi.

Dalam gambar 2 dijelaskan tahap-tahap produksi yang dipengaruhi oleh hukum The Law of Diminishing Returns. Gambar 2 merupakan kurva hasil produksi (TPP) yang bergerak dari titik 0 menuju titik A, B, dan C pada berbagai tingkat penggunaan input.

Titik A : Adalah titik belok (Inflection Point) dimana kurva TPP berubah arah yang merupakan batas mulai berlakunya hukum The Law of Diminishing Returns.


(34)

Pada titik ini, MPP mencapai maksimal, sedangkan TPP mulai naik (cekung ke atas), begitu pula dengan APP mulai naik.

Titik B : Adalah titik pada saat kurva TPP naik (cekung ke atas) dan menyinggung garis bantu. Pada titk ini, kurva APP mencapai maksimal dan memotong kurva MPP.

Titik C : Adalah titik pada saat kurva TPP mencapai maksimal. Pada titik ini, kurva MPP memotong sumbu X, sedangkan kurva APP mulai menurun.

Dengan mengaitkan kurva TPP, MPP, dan APP, maka hubungan antara input dan output akan lebih informatif, artinya dengan cara seperti ini akan dapat diketahui elastisitas produksi yang sekaligus juga akan diketahui apakah proses produksi yang sedang berjalan dalam keadaan elastisitas produksi yang rendah atau sebaliknya.

Elastisitas produksi (Ep) adalah persentase perubahan hasil produksi total dibagi dengan persentase perubahan faktor produksi, atau dapat dituliskan sebagai :

Ep =

atau ( )

Dimana Y adalah hasil produksi (output) dan X adalah faktor produksi (input), karena adalah APP, dan

adalah MPP

Jadi, EP =

Daerah pada kurva di gambar 1 dapat dibagi menjadi tiga daerah yaitu: a. Daerah I (daerah irrasional)


(35)

Pada daerah ini keuntungan maksimum belum tercapai sebab dengan penambahan penggunaan input masih akan diikuti dengan penambahan keuntungan. Di sini petani masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang menguntungkan apabila sejumlah input masih ditambahkan.

b. Daerah II (daerah rasional) 0 < Ep < 1, saat 0 < MPP < APP

Pada daerah ini keuntungan maksimum dapat tercapai sebab dengan penggunaan input yang optimal dapat diperoleh produksi yang optimal dan keuntungan yang maksimal pula. Petani sebaiknya melakukan kegiatan produksinya pada daerah ini, karena pada daerah ini bisa dicapai keuntungan yang maksimum.

c. Daerah III (daerah irrasional) Ep < 0, saat MPP < APP

Pada daerah ini penambahan input secara terus-menerus akan menyebabkan produksi semakin menurun. Di sini petani akan mengalami kerugian apabila terus menambah sejumlah input yang dipergunakan.

5. Biaya Produksi

Dalam melakukan usahatani diperlukan biaya produksi untuk mendukung kegiatan proses produksi agar dapat berjalan dengan dan berhasil. Menurut Kartasapoetra (1988), biaya produksi adalah semua pengeluaran yang harus dikeluarkan produsen untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan


(36)

penunjang lainnya yang akan didayagunakan agar produk-produk tertentu yang telah direncanakan dapat terwujud dengan baik.

Biaya produksi usahatani padi organik adalah semua pengeluaran yang harus dikeluarkan petani untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan penunjang lainnya yang akan didayagunakan agar hasil dari usahatani padi organik yang telah direncanakan dapat terwujud dengan baik. Biaya usahatani padi organik terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap yaitu semua biaya yang besarnya tidak tergantung pada banyak sedikitnya jumlah barang yang dihasilkan. Termasuk biaya tetap antara lain meliputi sewa lahan milik sendiri dan tenaga kerja dalam keluarga. Biaya variabel yaitu biaya yang banyak sedikitnya tergantung pada jumlah produksi yang dihasilkan. Termasuk biaya variabel antara lain biaya untuk sarana produksi, penyusutan alat, penggunaan tenaga kerja luar keluarga dan upah giling.

Menurut Soekartawi (2006), untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani, terdapat 2 konsep biaya yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit merupakan biaya yang dikeluarkan secara nyata dalam proses produksi, seperti biaya pembelian saran produksi, upah tenaga kerja, biaya menyewa tanah, biaya membayar bunga dari modal pinjaman. Sedangkan biaya implisit merupakan biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan tetapi diikutsertakan dalam proses produksi, seperti nilai sewa lahan sendiri, nilai tenaga kerja keluarga, biaya modal sendiri dan semua nilai sarana produksi milik petani yang tidak dibeli.


(37)

Keseluruhan biaya total (total cost) dalam suatu usahatani terdiri dari biaya eksplisit total (TEC) ditambah biaya implisit total (TIC) yang dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut :

TC = TEC + TIC Keterangan:

TC = Total Cost (biaya total)

TEC = Total Explicit Cost (biaya eksplisit total) TIC = Total Implicit Cost (biaya implisit total) 6. Penerimaan dan Keuntungan

Penerimaan yang didapat petani merupakan hasil kali dari produksi (Y) yang diperoleh petani dengan harga jualnya (Py) pada waktu panen, ditulis dengan rumus:

TR = Y . Py Keterangan:

TR = Penerimaan (Total Revenue) Y = Produksi

Py = Harga produk

Keuntungan yang diperoleh petani merupakan selisih antara penerimaan total (TR) dengan biaya total (TC), dimana biaya yang diperhitungkan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, baik berupa biaya eksplisit maupun biaya implisit, yang biasa dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :


(38)

Keterangan Π = Keuntungan

TR = Total Penerimaan (Total Revenue)

TC = Biaya Total Eksplisit dan Implisit (Total Cost) 7. Efisiensi

Menurut Soekartawi (1990), pengertian efisiensi sangat relatif. Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Keuntungan yang maksimal ini dapat dicapai jika Nilai Produk Marjinal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input (P) tersebut. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

= atau = 1

Pada kondisi tersebut, efisiensi penggunaan input atau faktor produksi dapat tercapai. Secara matematis dapat dibuktikan sebagai berikut :

= x

Maka 1

Dalam banyak kenyataan, tidak selalu sama dengan . Yang sering terjadi adalah sebagai berikut :

a. / > 1, artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk mencapai efisien, maka penggunaan input X perlu ditambah.


(39)

b. / < 1, artinya penggunaan input X tidak efisien. Untuk menjadi efisien, maka penggunaan input X perlu dikurangi.

8. Penelitian Terdahulu

Menurut Angelia (2011), petani pemilik penggarap menunjukkan bahwa hanya faktor produsi luas lahan dan tenaga kerja yang berpengaruh nyata terhadap produksi, sedangkan faktor produksi benih, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, pestisida padat dan pestisida cair tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sedangkan petani penggarap menunjukkan bahwa hanya faktor produksi pupuk KCl, pestisida cair dan tenaga kerja yang berpengaruh nyata terhadap produksi. Sedangkan faktor produksi luas lahan, benih, pupuk urea pupuk SP-36 dan pestisida padat tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Hasil analisis efisiensi harga terhadap faktor-faktor produksi usahatani padi yang dilakukan oleh petani pemilik penggarap dan petani penggarap di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor belum efisien.

Menurut Soleh (2012), faktor-faktor produksi yang berpengaruh secara nyata terhadap produksi usahatani wortel adalah benih, pestisida dan tenaga kerja dimana nilai t hitung benih 1,72, pestisida 2,514 dan tenaga kerja 5,353 > t tabel 1,67. Sedangkan faktor penggunaan pupuk tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi wortel karena nilai t hitung 0,746 < t tabel 1,67. Selain itu, berdasarkan hasil analisis alokatif, diketahui bahwa pengunaan benih belum efisien karena didapat NPMx.Px untuk penggunaan benih > 1, yaitu 3,94. Saran dari peneliti agar


(40)

penggunaan benih dapat optimal maka penggunaan benih dalam luasan 1 hektar sebesar 35 kg. Berdasarkan hasil analisis efisiensi alokatif pada penggunaan pestisida tidak efisien karena didapat penggunaan pestisida < 1 yaitu sebesar 0,94, sehingga penggunaan pestisida dapat optimal jika dilakukan pengurangan. Efisiensi untuk penggunaan tenaga kerja belum efisien, sehingga penggunaan tenaga kerja dapat optimal jika penggunaan tenaga kerja sebesar 607,19 HKO.

Menurut Widyaningsih (2014), faktor produksi lahan, benih, pupuk kandang, pupuk petroganik, tenaga kerja dan musim mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi padi organik. Sedangkan secara parsial lahan, pupuk kandang, tenaga kerja dan musim yang berpengaruh nyata. Penggunaan lahan dan tenaga kerja pada usahatani padi organik sudah efisien, sedangkan penggunaan pupuk kandang belum efisien. Keuntungan yang diperoleh petani padi organik sebesar 700 ribu rupiah.

Menutrut Widyananto (2010), faktor produksi luas lahan, bibit, pupuk dan variabel tenaga kerja mempengaruhi produksi bawang putih. Berdasarkan hasil analisis efesiensi harga bahwa luas lahan, fungisida, insektisida, dan tenaga kerja memiliki nilai efesiensi kurang dari satu yang artinya penggunaan faktor produksi tersebut tidak efesien sehingga penggunaan faktor produksi tersebut perlu dikurangi. Sedangkan penggunaan faktor produksi bibit dan pupuk memiliki nilai efisiensi lebih dari satu yang artinya belum efisien sehingga penggunaan faktor produksi tersebut perlu ditambah.


(41)

Menurut Khazanani (2011), faktor produksi luas lahan, bibit, tenaga kerja dan pupuk secara signifikan mempengaruhi terhadap produksi cabai, sedangkan faktor pestisida tidak signifikan dalam mempengaruhi produksi cabai. Penggunaan faktor produksi bibit dan tenaga kerja masih belum efisiensi, dan penggunaannya perlu ditambah untuk memperoleh tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Sedangkan faktor produksi pupuk dan pestisida penggunaannya telah melampaui batas efisiensi, sehingga perlu dikurangi untuk memperoleh tingkat efisiensi yang lebih tinggi.

Menurut Rahayu (2010) , faktor produksi luas lahan, pupuk kandang, dan pestisida padat berpengaruh nyata terhadap hasil produksi kedelai di Kabupaten Sukoharjo sedangkan faktor produksi pestisida cair tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai. Penggunaan faktor produksi lahan, pupuk kandang dan pestisida padat lebih besar daripada satu yang berarti penggunaan faktor-faktor produksi tersebut belum efisien sehinga untuk mengingkatkan efisisiensi, faktor-faktor produksi tersebut perlu ditambah. Sedangkan faktor-faktor produksi pestisida cair kurang dari satu yang berarti bahwa penggunaan pestisida cair pada usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo tidak efisien sehingga untuk mencapai efiseiensi, faktor tersebut perlu dikurangi pengunaannya.

B. Kerangka Pemikiran

Kecamatan Sawangan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Magelang yang berpotensi pada usahatani pertanian padi organik yang menggunakan varietas lokal mentik wangi susu. Produktivitas usahatani dipengaruhi oleh besar kecilnya input yang digunakan dalam usahatani. Input yang


(42)

dimaksud adalah faktor -faktor produksi. Penggunaan faktor produksi diperlukan oleh pelaku usahatani untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal yang berpengaruh terhadap pendapatan. Permasalahan petani di Kecamatan Sawangan dalam usahatani padi organik yaitu tidak efisien dalam penggunaan faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi yang digunakan antar petani berbeda satu dengan yang lainnya terutama pada petani yang memiliki modal. Petani yang mimiliki modal lebih akan menggunakan faktor produksi semaksimal mungkin, berbeda halnya pada petani yang kekurangan modal yang hannya menggunakan faktor produksi sehemat mungkin dalam melakukan usahatani. Faktor modal bisa meliputi uang atau barang seperti benih maupun pupuk yang digunakan, sementara faktor produksi lainnya adalah tenaga kerja. Ketiga faktor mempengaruhi dalam proses produksi usahatani terutama pada produktivitas sesuai dengan penggunaan dan pemanfaatannya. Produktivitas merupakan perbandingan antara penerimaan dan pengeluaran yang digunakan dalam usahatani. Sementara pendapatan yang diterima oleh petani dipengaruhi oleh produktifitas.

Faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi padi organik di daerah penelitian di Kecamatan Sawangan yaitu lahan, tenaga kerja, benih, dan pupuk. Lahan merupakan tempat dimana proses usahatani berlangsung yang dilihat dari satuan luas. Sementara kebutuhan jumlah tenaga kerja tergantung dengan luasan lahan yang dikelola dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses produksi usahatani. Benih merupakan sarana produksi yang digunakan oleh petani, dimana rata-rata petani memperoleh benih dari hasil panen


(43)

sebelumnya. Pupuk digunakan oleh pelaku usahatani padi organik sebagai penunjang pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk akan mempengaruhi produktivitas tanaman padi organik. Pupuk yang digunakan petani dalam usahatani padi organik yaitu pupuk kandang.

Metode yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi padi organik yaitu dengan menggunakan analisis fungsi produksi Cobb-douglas. Alat yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda untuk mengetahui faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi organik. Sementara penggunaan analisis efisiensi alokatif digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan faktor produksi sehingga dapat memungkinkan pendapatan petani padi organik meningkat. Untuk memperjelas tentang kerangka pemikiran tersebut, maka dapat digambarkan sebagai berikut:


(44)

Gambar 3. Kerangka Berfikir C. Hipotesis

1. Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi organik yaitu luas lahan, benih, pupuk, dan tenaga kerja;

2. Diduga penggunaan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi padi organik belum efisien secara teknis


(45)

31

III.

METODE PENELITIAN

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan untuk mengggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Metode ini digunakan untuk memperoleh gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini mengenai efisiensi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi organik.

A. Teknik Pengambilan Sampel 1. Lokasi

Pengambilan sampel daerah ditentukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu sampel dipilih berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dianggap mempunyai sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2015). Dalam penelitian ini dipilih Gapoktan permatasari Desa Tirtosari Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang, karena merupakan penghasil padi organik varietas mentik wangi susu dan salah satu gapoktan yang mendapat sertifikasi organik dari Lembaga Sertifikasi Organik Persada Yogakarta. Gapoktan tersebut telah menerapkan sistem produksi pangan organik sesuai SNI 6729-2010. Selain itu, gapoktan permatasari mendapatkan peringkat satu penghargaan ketahanan pangan


(46)

tingkat Jawa Tengah tahun 2014 sebagai pelaku ketahanan pangan lembaga distribusi pangan masyarakat.

2. Pengambilan Responden

Berdasarkan data yang diperoleh dari gapoktan “Permata Sari”, jumlah kelompok tani yang ada di Desa Tirtosari yang tergabung sebanyak 6 kelompok tani yaitu Piyungan Barat, Piyungan Tengah, Sumber Rejeki, Rukun Makmur, Denokan dan Paitan. Pengambilan sampel petani dalam penelitian ini dilakukan dengan cara teknik proporsional random sampling di mana penentuan responden dilakukan dengan cara acak sederhana. Jumlah responden yang diambil dari masing-masing kelompok tani ditentukan menggunakan rumus berikut sebanyak 50 orang.

n =

Keterangan:

n = sampel yang akan diambil jkt = Jumlah anggota kelompok tani tps = Total Populasi Sampel

jks = Jumlah Kelompok Sampel yang telah ditentukan Piyungan Barat

dibulatkan menjadi 8 orang Piyungan Tengah


(47)

Sumber Rejeki

= 12,40 dibulatkan menjadi 12 orang Rukun Makmur

= 10,33 dibulatkan menjadi 10 orang Denokan

= 11,16 dibulatkan menjadi 11 orang

Hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut, maka diperoleh jumlah masing-masing populasi berdasarkan kelompok taninya. Daftar jumlah sampel dari kelompok tani selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Jumlah petani padi organik di Gapoktan Permatasari

Desa Nama Kelompok

Jumlah Anggota Jumlah Sampel

Dusun

(orang) (orang)

Tirtosari Piyungan Barat 20 8 Piyungan Barat

Piyungan Tengah 20 8 Piyungan Tengah

Sumber Rejeki 30 12 Ngepoh

Rukun Makmur 25 10 Wonokerso

Denokan 27 11 Denokan

Paitan* 19 0 Paitan

Jumlah 141 50

Sumber : Ketua gapoktan “ Permata Sari” Paitan* kelompok tani kurang aktif B. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder, yaitu:


(48)

1. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari indivindu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. (Umar,2005). Data yang dikumpulkan yaitu profil petani (nama, umur, tingkat pendidikan, pengalaman, dan jumlah tanggungan), luasan lahan, status kepemilikan, biaya, dan penggunaan faktor-faktor produksi (benih, pupuk organik, pestisida alami, tenaga kerja), produksi, dan harga jual produksi.

2. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram (Umar,2005). Contoh data sekunder yang diambil meliputi data keadaan umum wilayah, keadaan pertanian, keadaan penduduk, topografi dan letak geografis dan keadaan penduduk.

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah 1. Asumsi

Hasil produksi terjual semua dalam bentuk beras. 2. Batasan Masalah

a. Responden yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah petani padi organik yang tergabung dalam Gapoktan “Permata Sari” di Desa Tirtosari.

b. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data musim tanam padi organik tahun 2016.


(49)

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Faktor-faktor produksi pertanian adalah faktor yang berperan dalam pengelolaan pertanian untuk mendapatkan hasil produksi yang diinginkan. Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Luas lahan petani adalah besarnya areal tanah yang disiapkan untuk usahatani padi organik dalam 1 musim tanam, dinyatakan dalam meter persegi (m2). b. Benih adalah biji padi yang disediakan untuk disemai, dinyatakan dalam

kilogram (kg).

c. Pupuk adalah unsur organik yang diberikan pada tanaman dengan tujuan meningkatkan produksi padi organik dalam proses produksi. Dalam hal ini yang termasuk pupuk organik adalah pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk padat terdiri dari kandang, kompos dan petroganik yang dinyatakan dalam kilogram (kg). Sementara pupuk cair dinyatakan dalam liter (l).

d. Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga yang dipergunakan dalam proses produksi baik dari dalam keluarga ataupun luar keluarga. Kegiatan usahatani dari menyemai sampai menjemur.Satuan tenaga kerja adalah hari kerja orang (HKO).

2. Biaya produksi meliputi biaya sarana produksi (benih dan pupuk) biaya tenaga kerja dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan dalam proses produksi dan diperhitungkan dengan nilai uang (Rp).

3. Hasil produksi adalah seluruh hasil panen yang dihasilkan petani padi organik berupa beras dalam satu musim yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).


(50)

4. Harga produksi adalah harga atas penjualan produksi beras organik dengan satuan rupiah per kg (Rp/kg).

5. Penerimaan adalah jumlah hasil produksi padi organik dikalikan dengan harga produksi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

6. Keuntungan adalah total penerimaan petani dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan petani, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

7. Efisiensi adalah penggunaan faktor-faktor produksi secara optimal untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dijelaskan dalam perbandingan dari Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan harga inputnya (Px).

E. Analisis Data

Data yang sudah terkumpul dari wawancara dengan petani kemudian dianalisis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah teknik analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran mengenai keadaan usahatani padi organik di Gapoktan Permatasari.

2. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Analisis fungsi produksi dilakukan untuk memperoleh informasi bahwa dengan sumber daya yang terbatas seperti lahan, tenaga kerja, benih, pupuk kandang dan jika dikelola dengan baik akan memperoleh keuntungan yang maksimum. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis dengan pendekatan model fungsi produksi tipe Cobb-Douglas.


(51)

Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel independen yang menjelaskan (X) (Soekartawi 1990). Dalam penelitian ini yang termasuk variabel independen (X) antara lain: penggunaan lahan, benih, pupuk kandang, pupuk petroganik, tenaga kerja dan musim. Sedangkan variabel dependen (Y) adalah produksi padi organik.

Secara matematis fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan dalam bentuk persamaan :

Y = aX1b1 X2b2... X6b6eu Keterangan:

Y = Hasil produksi (kg) a = konstanta

bi = besaran yang akan diduga (i= 1,2,3,4,5,6) e = logaritma natural, e = 2,718

u = kesalahan (disturbance term) X1 = lahan (m2)

X2 = benih (kg)

X3 = pupuk kandang (kg) X4 = Pestisida (ml) X5 = tenaga kerja (HKO)

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan, maka persamaan tersebut harus diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :


(52)

Pengujian model yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien determinasi (R2), uji F dan uji t.

a. Koefisien Determinasi (R2)

Untuk menunjukkan sampai seberapa besar variasi variabel tidak bebas dijelaskan oleh variabel bebas digunakan koefisien determinasi (R2). Koefisien Determinasi (R2) merupakan suatu ukuran kesesuaian yang digunakan untuk mengetahui ketepatan model yang digunakan. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1. Apabila nilai R2 semakin tinggi atau mendekati 1, maka model yang digunakan sudah tepat. Nilai R2 dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

R2 = ∑

Keterangan:

R2 = koefisien determinasi

Ŷi = hasil estimasi nilai variabel dependen = rata-rata nilai variabel dependen Yi = nilai observasi variabel dependen b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah faktor-faktor produksi (X) secara keseluruhan berpengaruh terhadap produksi padi organik (Y).

Perumusan hipotesis :

Ho : bi = 0, faktor produksi (X) secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi organik (Y).


(53)

Ha : bi ≠ 0, artinya faktor produksi (X) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi padi organik (Y).

F hitung = ∑( )

F tabel = F(α% ; k-1 ; n-k) Keterangan:

k = jumlah variabel bebas/independen n = jumlah sampel

α = tingkat kesalahan Pengambilan keputusan:

1) Jika F hit ≥ dari F tabel, Ho ditolak Hi diterima , artinya faktor produksi (X) secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi padi organik (Y).

2) Jika F hit < dari F tabel, maka Ho diterima Hi ditolak, artinya faktor produksi (X) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap produksi padi organik (Y). c. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

Perumusan hipotesis:

Ho : bi = 0, artinya faktor-faktor produksi ke-i tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi organik (Y).

Ha : bi ≠ 0, artinya faktor-faktor produksi ke-i berpengaruh nyata terhadap produksi padi organik (Y).


(54)

t hitung =

t tabel = t (α%, (n-k-1) Keterangan:

Bi = koefisien regresi bi Sbi = standar devisiasi bi α = tingkat kesalahan k = jumlah variabel bebas n = jumlah sampel

Pengambilan keputusan:

1) Jika t hitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak, artinya faktor produksi ke-i berpengaruh nyata terhadap produksi padi organik (Y).

2) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, artinya faktor produksi ke-i tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi organik (Y).

3. Analisis Efisiensi

Untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan suatu faktor produksi dapat dilakukan dengan menghitung nilai yang menunjukkan perbandingan antara NPM (Nilai Produk Marjinal) dengan harga input (Px) atau dapat ditulis dalam bentuk : NPMx/Px = k. Dengan ketentuan sebagai berikut :

NPMxi/Pxi = 1, artinya penggunaan input sudah efisien.

NPMxi/Pxi > 1, artinya penggunaan input belum efisien, untuk mencapai efisien input perlu ditambahkan.


(55)

NPMxi/Pxi < 1, artinya penggunaan input tidak efisien, untuk mencapai efisien input perlu dikurangi.

Dalam pengujiannya dihitung menggunakan uji-t variabel dengan menggunakan nilai k, yaitu :

Ho : K = 1, artinya penggunaan input efisien.

Ha : K ≠ 1, artinya penggunaan input tidak efisien / belum efisien.

t hitung =

Keterangan:

Var K = (K/bi)2 . var (bi) t tabel = (α%, (n–k-1))

Pengambilan kesimpulan:

a. t hitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak, artinya nilai K tidak sama dengan 1 maka penggunaan input tersebut tidak/belum efisien.

b. t hitung < t tabel, maka Ho diterima, artinya nilai K sama dengan 1 maka penggunaan input tersebut efisien.

4. Analisis Keuntungan

Untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh petani dari usahatani padi organik, digunakan analisis keuntungan yaitu:

π = TR – TC(eksp+imp) π = Y. Py – TC


(56)

Keterangan:

π = Keuntungan

TR = Total penerimaan (Total Revenue)

TC = Total biaya yang dikeluarkan (Total Cost) Y = Total produksi


(57)

43

IV.

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Desa Tirtosari

1. Sejarah Desa

Desa Tirtosari berasal dari nama cikal bakal yang bebodro desa Tirtosari yakni berasal dari bebodro Kyai Yungani Jatiwurung beliau Tokoh Pemikir terdahulu pada jaman penjajahan untuk mewujudkan sebuah Air bersih dengan menggali sumur sedalam-dalamnya sampai air yang diharapkan terwujud, alhamdulillah dengan bekerja keras secara bergotongroyong sesama masyarakat yang ada timbulah kemutakhiran yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa Air bisa terwujud walaupun masih bercampur lumpur, air mengalir terus dan lumpur bertumpuk menjadi gunung yang di beri Nama GUNUNG WURUNG kemudian air lumpur tersebut di saring/disuling sehinga menjadi air yang bersih (menjadi sarinya Air) ini merupakan cerita rakyat secara turun temurun. Karena yang bebodro Kyai Yungani Jatiwurung maka oleh beliau wilayah tersebut dinamai TIRTOSARI. Adapun Kepala Desa yang pernah menjabat di Desa TIRTOSARI adalah :

Kepala Desa I : H.Sudalmin ( th.1935-1942 )

Kepala Desa II : Bandung ( th.1942-1946 )

Kepala Desa III : Sastro Sudarmo ( th.1946-1962 )

Kepala Desa IV : Sumadi ( th.1962-1966 )


(58)

Kepala Desa VI : Muh Hilal ( th.1974-1988 ) Kepala Desa VII : Dra.Sri Wulan Tambah Parimah ( th.1988-1998 ) Kepala Desa VIII : Suharmanto ( th.1998-2007 ) Kepala Desa IX : Muh Sutiyono ( th.2007-2013 )

Kepala Desa X : Nuryadi ( th.2014-2020 )

2. Topografi Desa Tirtosari

Desa Tirtosari merupakan desa yang berada di Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Sawangan adalah salah satu wilayah kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Magelang, posisinya berada paling ujung timur wilayah Kabupaten Magelang letaknya di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pakis sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, sebelah selatan dengan Kecamatan Dukun dan sebelah barat bersebelahan dengan Kecamatan Mungkid. Luas wilayah Kecamatan Sawangan 70 km2. Terdiri dari 15 Desa terluas adalah Desa Wonolelo yaitu sekitar 12,30 km2, sedangkan Desa terkecil adalah Desa Mangunsari yaitu 2,67 km2.

Secara administratif Desa Tirtosari berada di wilayah Kecamatan Sawangan yang terdiri dari 8 dusun. Pusat pemerintahan desa Tirtosari dipimpin seorang kepala desa dengan dibantu 13 perangkat desa, yaitu satu kasi pemerintahan, kasi kesejahteraan rakyat, sekretaris desa. Ditambah kaur umum dan kaur keuangan. Dua kaur ini dibawah wewenang sekretaris desa secara struktur organisasi


(59)

pemerintahan sedangkan kepala dusun ada 8 orang. Adapun pembina RT/RW berdasarkan jumlah RT ada sebanyak 21 orang dan jumlah RW sebanyak 8 orang. Letak Desa Tirtosari berbatasan dengan desa lain diwilayah Kecamatan Sawangan. Tirtosari dapat dilihat pada Tabel 2. Desa Tirtosari terletak di ketinggian 33 375 mdpl yang berbatasan dengan desa lain diwilayah Kecamatan Sawangan. Batas-batas wilayah Desa Tirtosari sebagai berikut.

Tabel 2. Batasan wilayah Desa Tirtosari

Batasan Wilayah

Sebelah utara Kecamatan Candimulyo

Sebelah timur Desa Podosoko

Sebelah selatan Desa Mangunsari

Sebelah barat Kecamatan Mungkit

Sumber : Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Sawangan

Luas wilayah di Desa Tirtosari sebesar 294,086 Ha. Penggunaan lahan dibedakan atas lahan sawah dan lahan bukan sawah. Daftar rincian penggunaan lahan Desa Tirtosari dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 3. Luas Wilayah Desa Tirtosri

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase %

1 Lahan bukan sawah

a. Tegal 48,091 16,33%

b. Pekarangan 89,525 30,40%

c. Kolam Perikanan 1,024 0,35%

d. Hutan -

e. Lainnya 6,430 2,18%

2 Lahan sawah

a. Sawah irigasi teknis -

b. Sawah irigasi setengah teknis 149,446 50,74%

Jumlah 294,516 100%


(60)

3. Iklim dan Cuaca

Desa Tirtosari Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang mempunya iklim yang bersifat tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, dengan temeratur udara 20 C-27 C. Kabupaten Megalang memiliki curah hujan yang cukup tinggi dengan curah hujan rata-rata 2,186 mm/tahun serta jumlah hari hujan rata-rata 103 hari.

4. Kondisi Tanah

Desa Tirtosari Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang memiliki tipe tanah sebagian latosol dan regosol dengan kesuburan tanah berkisar pada pH 6-7, sebagian lainnya yaitu andosol, mediteran merah kuning dan alluvial. Rata-rata mempunyai kedalaman efektif tanah yanga cukup 30-90 cm, dengan tekstur tanah sebagian besar sedang dan lainnya bertektur halus dan kasar.

5. Kependudukan

Jumlah penduduk di Desa Tirtosari pada akhir tahun 2015 adalah 3112 jiwa dengan penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1532 jiwa dan 1680 jiwa berjenis kelamin perempuan. Rincian penduduk Desa Tirtosari menurut tingkatan pendidikan dan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tirtosari tahun 2016

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase %

1 Perguruan tinggi 234 10%

2 SLTA 781 34%

3 SLTP 528 23%

4 SD 755 33%

Jumlah 2298 100%


(61)

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Tirtosari tahun 2016.

No Mata Pencaharian Jumlah(orang) Persentase %

1 Petani 992 53%

2 Buruh tani 363 19%

3 Buruh swasta 104 6%

4 PNS/TNI/Polri 69 4%

5 Pengrajin 6 0%

6 Pedagang 73 4%

7 Lain-lain 273 15%

Jumlah 1880 100%

Sumber : Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Sawangan 6. Komoditas Desa

Keadaan pertanian yang diusahakan masyarakat di Desa Tirtosari meliputi sector tanaman pangan, hortikultura, kehutanan, perikanan dan peternakan. Adapun komoditas unggulan dari masing-masing sector dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Komoditas Pertanian Desa

No Sektor Komoditas

1 Tanaman pangan Padi, jagung, ubi kayu 2 Hortikultura Cabe, tomat, pepaya, terong

3 Peternakan Sapi, kambing, kelinci bebek, ayam, marmut, entok

4 Kehutanan Sengon

5 Perikanan Lele, nila

Sumber : Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Sawangan 7. Kelompok Tani Desa Tirtosari

Keadaan kelembagaan tani di Desa Tirtosari terdapat kelompok tani yang dibentuk berdasarkan pembagian wilayah dusun (disesuaikan kondisi wilayah masing-masing). Jumlah kelompok tani di Desa Tirtosari ada 9 kelompok tani. Nama kelompoktani dan letak wilayah dapat dilihat pada tabel 7.


(62)

Tabel 7. Daftar Kelompok Desa Tirtosari

No Nama Kelompok Tani Alamat Ketua

1 Rukun Makmur Mudal, Wonokerso Hartono

2 Sumber Rejeki Ngepoh Bugel Windarto

3 Denokan Denokan Sarwidi

4 Piyungan Piyungan Wartono

5 Paitan Paitan Sudarmmin

6 Piyungan Tengah Piyungan Tengah Widarto

7 KWT Rukun Lestari Wanasri VIC Tuminah

8 Langgeng makmur Piyungan Barat G. Sapto S.N

Sumber : Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Sawangan

Desa Tirtosari memiliki 8 Kelompok tani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok tani (GAPOKTAN) yang bernama Gapoktan Permatasari. Kepengurusan Gapoktan Permatasari Desa Tirtosari diketuai oleh Wartono.

8. Visi dan Misi Desa Tirtosari a. Visi

Terwujudnya Pemerintahan Desa Yang Bersih dan Berwibawa Dalam Rangka Melayani Masyarakat .Membangun pemerintah Desa Tirtosari berdasarkan Pancasila dan Undang – undang Dasar Tahun 1945.

b. Misi

1. Menyelenggarakan Pemerintahan yang bersih,ramah dan transparan,terbebas dari Korupsi,Kolosi dan Nepotisme serta bentuk-bentuk penyelewengan lainya. Pemerintahan akan mengadakan pembagian kerja kepada Perangkat Desa sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsinya.

2. Meningkatkan pelayanan pada Masyarakat. Menyelenggarakan pelayanan pemerintahan yang baik, dengan pelayanan yang sama tanpa akan membeda –


(63)

bedakan suku, agama, ras maupun adat istiadat, tetapi akan dilayani secara sama – sama sebagai warga Desa Tirtosari.

3. Melaksanakan pembangunan manusia seutuhnya,yaitupembangunan Moral,Material dan Sepiritul. Melaksanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang dipergunakan untuk pembangunan secara transparan dan pelaksanaanya secara partisipatif, sehingga seluruh warga masyarakat mapu bersama – sama baik dalam usulan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan yang berjalan.

4. Meningkatkan Perekonomian Masyarakat berbasis pada SDA dan SDM yang ada di Wilayah. Selalu bekerja sama dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai Partner kerja dan kontrol dari penyelenggaraan pemerintahan Desa sesuai dengan perundang – undangan yang berlaku.

5. Meningkatkan Sumber daya Manusia. Memberdayakan kelembagaan desa sebagai pemandu dan pendorong kemajuan Desa Krogowanan di segala bidang

6. Menjaga Stabilitas Keamanan. B. Gapoktan Permatasari

1. Latar belakang

Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan nasional. Ada tiga alasan utama yang melandasi arti pentingnya ketahanan pangan yaitu akses pangan yang cukup jumlah dan mutunya, beragam gizi bagi setiap orang. b.) konsumsi pangan dan gizi yang cukup merupakan basis pembentukan


(64)

sumberdaya manusia untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif. C.) ketahanan pangan merupakan basis ekonomi bagi ketahanan pangna nasional suatu negara yang berdaulat.

Ketahanan pangan nasional merupakan salah satu dicirikan ketersediaan pangan yang cukup dengan makro. Sampai saat ni secara nasional Indonesia memiliki ketahanan pangan yang baik, namun demikian masih ada beberapa daerah yang masyarakatnya tidak mempu mengakses pangan karena kondisi wilayahnya miskin dan pendapatannya rendah sehingga tidak mencukupi untuk akses pangan. Sebagian besar penduduk miskin tinggal di wilayah pedesaan dengan mata pencaharian dari sektor pertanian dengan skala usaha kurang dari 0,5 Ha, bahkan banyak yang bekerja sebagai buruh tani. Disisi lain Indonesia merupakan sentra produksi pertanian yang sangat luas khususnya padi dan jagung yang tersebar dalam topografi yang beragam, sementara gapoktan yang berada di wilayah tersebut sarana dan prasarananya terbatas (produksi, pengolahan dan penyimpanan) sarana yang sangat bervariasi, waktu panen yang tidak bersamaan, iklim yang tidak mendukung saat musim tanam maupun panen.

Dalam hal inilah petani memiliki kedudukan strategis dalam ketahanan pangan artinya bahwa petani merupakan produsen pangan selalu menghadapi masalah jatuhnya harga komoditas pangan pada saat panen raya, sedangkan posisi tawar menawar petani sangat rendah. Disamping itu, petani juga sekalipun kelompok konsumen terbesar yang mempunyai masalah dalam mengakses pangan disaat kondisi tidak panen karena kemampuan untuk memproduksi pangan


(65)

sekaligus harus memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dengan kondisi tersebut baik petani, kelompok tani maupun gabungna kelompok tani dihadapkan berbagai masalah yaitu a). Terbatasnya modal usaha pengolahan, penyimpanan, pendistribusian maupun pemasaran setelah panen, b). Rendahnya posisi tawar saat panen raya bersamaan dengan musim hujan, c). Terbatasnya akses pangan khususnya beras yang dikonsumsi saat paceklik karena tidak memiliki cadangan pangan yang cukup.

Memiliki rembung atau musyawarah tani, maka kelompok tani di Desa Tirtosari sangat berantusias dalam membentuk kelompok tani dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani, kelompok tani dan gapoktan terhadap jatuhnya harga gabah, beras saat panen raya dan aksebilitas pangan. Desa Tirtosari terdiri dari 8 dusun pada tahun 2003 dibentuklah 5 kelompok tani.

Melalui kemampuan dan sarana yang ada untuk mengembangkan dan memperluas usaha maka pada tanggal 22 oktober 2008, kelima kelompok tani tersebut bergabung menjadi gabungan kelompok tani yang bernama gapoktan permatasari (persatuan petani Desa Tirtosari). Namun kelompok tani sekarang tidak hanya berorientasi pada tingginya jumlah produksi dan peningkatan hasil saja melainkan lebih berorientasi pada pendapatan, keselamatan produksi, keselamatan konsumen, keselamatan lingkungan dan keselamatan usahanya. Tingginya harga pupuk merupakan hal yang menggungah para petani diDesa Tirtosari untuk mulai kembali ke alam lingkungna dengan pupuk organik sebagai langkah menghindari


(66)

ketergantungan terhadap pupuk kimia. Gapoktan permatasari berinisiatif untuk memproduksi padi dari petani di lingkungna Desa Tirtosari, diolah atau diproses dan dikemas menjadi beras yang memiliki nilai tambah sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.

Gapoktan permatasari memiliki beberapa unit usaha yang saling mendukung dan menunjang satu sama lainnya dari hulu dan hilir hingga pemasaran. Begitu juga dalam melaksanakan kegiatan usaha hulu hilirnya dikerjakan oleh para pengelola diunit sesuai tugas masing-masing, yang pengelolanya diawasi oleh pengawas dan pengurus gapoktan permatasari. Unit usaha yang dimiliki gapoktan permatasari meliputi unit distribusi atau pengolahan atau pemasaran, unit cabang pangan dan unit sarana dan prasarana produksi pertanian dan unit lembaga keuangna mikro.

Gapoktan permatasari membeli padi dari peani di lingkungna Desa Tirtosarri, hal ini untuk memudahkan petani menjual padinya kepada gapoktan dengan harga wajar (minimal harga pembelian pemerintah/ HPP) sehingga hasil panen petani tidak jatuh walaupun panen raya. Gapoktan Permarasari juga membebaskan anggotanya untuk menjual padi atau beras di gapoktan atau diluar gapoktan permatasari.

2. Kegiatan gapoktan permatasari

Gapoktan permatasari memiliki kegiatan unggulan dan program kerja untuk memajukan anggota dan kelompoknya beserta masyarakat sekitar. Kegiatan unggulan gapoktan permatasari meliputi pembelian gabah, pemasaran beras khas yaitu mentik wangi susu sawangan, pembuatan pupuk organik cair, penggilingan


(67)

padi atau huller, pengemasan dan jasa perontokan padi. Sedangkan program kerja gapoktan permatasari tahun 2010-2016 untuk setiap bidang usaha sebagai berikut; 2.1 unit usahatani

a. Pengajuan program bantuan sekolah lapang pengelolahan tanaman terpadu (SLPTT) metode system of rice intensification (SRI) untuk kelompok tani b. Mencari komoditi tanaman yang layak menjadi kegiatan usaha anggota c. Pengembangan budidaya pad organik

d. Mengadakan lomba pertanian e. Menerapan program IP

2.2 Unit Usaha Penyediaan Sarana Produksi a. Pengelolaan jasa alat mesin pertanian (alsinta) b. Mengupayakan penambahan alat mesin pertanian c. Mengadakan benih, pupuk dan obat-obatan pertanian d. Mengupayakan perbaikan sarana pertanian

2.3 Usaha Pengelolaan Hasil

a. Mencari dan belajar tentang strategi pengolahan hasil pertanian

b. Melakukan kemitraan dengan pihak ketiga sesuai standar oprasional prosedur (SOP) budidaya padi organik yang diterapkan gapoktan permatasari.

2.4 Usaha Pemasaran Hasil Pertanian

a. Menyusun perencanaan program tunda jual sebagai salah satu unit usaha pemasaran


(1)

41

Sugeng TB

7

10000

70000

200

500

100000

260

1100

286000

5

20000

100000

1

25000

25000

581000

42

Usman

12

10000

120000

400

1100

440000

10

20000

200000

760000

43

Suparlan

8

9000

72000

900

200

180000

300

500

150000

100

1100

110000

7,5

20000

150000

2

30000

60000

722000

44

Purwanto

12

10000

120000

400

1100

440000

10

25000

250000

810000

45

Sudakir

12

10000

120000

1000

500

500000

10

20000

200000

8

20000

160000

980000

46

Timbul H.P.

12,5

9000

112500

400

1100

440000

10

20000

200000

4

20000

80000

832500

47

Sarju

13

10000

130000

400

1100

440000

10

20000

200000

6

20000

120000

890000

48

Nurhadi

9

9000

81000

300

200

60000

750

500

375000

300

1100

330000

7,5

15000

112500

958500

49

Sarmadi

10

9000

90000

600

500

300000

300

1100

330000

7,5

20000

150000

870000

50

Tuwuh

15

10000

150000

1000

500

500000

12,5

30000

375000

1025000


(2)

(3)

(4)

Lampiran 5. Pendapatan Ushatani Padi Organik

No Nama Responden Luasan (m2) Produksi (kg) Harga (Rp) Penerimaan / Kg

1 Wartono 3000 960 Rp 11.000 Rp 10.560.000

2 Yasro Sugondo 3000 950 Rp 11.000 Rp 10.450.000

3 Darlan 4000 1250 Rp 11.000 Rp 13.750.000

4 Rahmat 4000 1200 Rp 11.000 Rp 13.200.000

5 Yuliati 2900 910 Rp 11.000 Rp 10.010.000

6 Jumiran 1000 400 Rp 11.000 Rp 4.400.000

7 Budi Utomo 2500 750 Rp 11.000 Rp 8.250.000

8 Suharta 4000 1200 Rp 11.000 Rp 13.200.000

9 Mandar 3000 900 Rp 11.000 Rp 9.900.000

10 Suparno 4000 1300 Rp 11.000 Rp 14.300.000

11 Toni R. 3000 850 Rp 11.000 Rp 9.350.000

12 Supratiq 5000 1650 Rp 11.000 Rp 18.150.000

13 Hadi W. 4000 1150 Rp 11.000 Rp 12.650.000

14 Sugiyanto 2000 750 Rp 11.000 Rp 8.250.000

15 Irfannudin N. 3000 900 Rp 11.000 Rp 9.900.000

16 Widarta 3000 900 Rp 11.000 Rp 9.900.000

17 Bugel W. 2000 700 Rp 11.000 Rp 7.700.000

18 Suadi 1400 450 Rp 11.000 Rp 4.950.000

19 Dariyoto 4000 1250 Rp 11.000 Rp 13.750.000

20 Wiyono 1500 500 Rp 11.000 Rp 5.500.000

21 Gimar 3000 950 Rp 11.000 Rp 10.450.000

22 Darsi 3000 850 Rp 11.000 Rp 9.350.000

23 Sarwadi 3000 900 Rp 11.000 Rp 9.900.000

24 Widianta 4000 1100 Rp 11.000 Rp 12.100.000

25 Rusdi Dahlan 1500 450 Rp 11.000 Rp 4.950.000

26 Panut 1000 250 Rp 11.000 Rp 2.750.000

27 Dwi Febrian 3000 850 Rp 11.000 Rp 9.350.000

28 Didi Ridwan 1000 300 Rp 11.000 Rp 3.300.000

29 Tasmidi 1000 350 Rp 11.000 Rp 3.850.000

30 Daryantno 3000 900 Rp 11.000 Rp 9.900.000

31 Darwito 6000 1850 Rp 11.000 Rp 20.350.000

32 Sudiyo 2000 600 Rp 11.000 Rp 6.600.000

33 Darwanto 5000 1400 Rp 11.000 Rp 15.400.000

34 Waryanto 2000 600 Rp 11.000 Rp 6.600.000

35 Mulyono 6000 2000 Rp 11.000 Rp 22.000.000

36 Sumaryoto 3000 900 Rp 11.000 Rp 9.900.000

37 Rohmad 2000 600 Rp 11.000 Rp 6.600.000

38 Sukrisno 1000 350 Rp 11.000 Rp 3.850.000

39 Sarno 5000 1650 Rp 11.000 Rp 18.150.000

40 Sarwidi 4000 1200 Rp 11.000 Rp 13.200.000

41 Sugeng TB 2000 600 Rp 11.000 Rp 6.600.000

42 Usman 4000 1400 Rp 11.000 Rp 15.400.000

43 Suparlan 3000 950 Rp 11.000 Rp 10.450.000

44 Purwanto 4000 1500 Rp 11.000 Rp 16.500.000

45 Sudakir 4000 1300 Rp 11.000 Rp 14.300.000

46 Timbul H.P. 4000 1200 Rp 11.000 Rp 13.200.000

47 Sarju 4000 1200 Rp 11.000 Rp 13.200.000

48 Nurhadi 3000 955 Rp 11.000 Rp 10.505.000

49 Sarmadi 3000 900 Rp 11.000 Rp 9.900.000

50 Tuwuh 5000 1600 Rp 11.000 Rp 17.600.000


(5)

(6)