ii
HALAMAN PENGESAHAN
KADAR BETA KAROTEN DAN DAYA TERIMA
COOKIES
GARUT DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING
OLEH TITIK DWI NOVIATI
J 310 120 082
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Sabtu, 29 Oktober 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Eni Purwani, S.Si., M.Si
.................... Ketua Dewan Penguji
2. Zulia Setiyaningrum, S.Gz., M.Gizi
.................... Anggota I Dewan Penguji
3. Dyah Intan Puspitasari, S.Gz., M.Nutr
.................... Anggota II Dewan Penguji
Dekan,
Dr. Suwaji, M.Kes NIPNIDN.19531123198303100200-2311-5301
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 02 November 2016 Penulis
TITIK DWI NOVIATI J 310 120 082
1
KADAR BETA KAROTEN DAN DAYA TERIMA
COOKIES
GARUT DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING
ABSTRAK
Perlu dilakukan pengembangan produk pangan lokal sebagai bahan subtitusi atau bahan pengganti tepung terigu salah satunya umbi garut. Kekurangan vitamin A
KVA merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Bahan pangan lokal yang berpotensi untuk diolah menjadi produk pangan dan mengandung
vitamin A yang tinggi adalah labu kuning. Penelitian mengenai kadar beta karoten dan daya terima
cookies
dari tepung garut dengan substitusi tepung labu kuning perlu dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar beta
karoten dan daya terima
cookies
garut dengan substitusi tepung labu kuning. Rancangan penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap RAL yaitu
3 perlakukan dan 1 kontrol dengan 2 kali pengulangan. Besar substitusi tepung labu kuning yaitu 0, 15, 20 dan 25. Kadar beta karoten menggunakan
metode Spektrofotometri dan daya terima menggunakan uji kesukaan ke 30 panelis. Uji statistik beta karoten dengan
annova
dan daya terima dengan
kruskall wallis
dan dilanjutkan dengan uji
Duncan Multiple Range Test
DMRT. Nilai ρ value kadar beta karoten
cookies
yaitu 0.000. Hasil uji
kruskall wallis
menunjukkan bahwa nilai ρ value daya terima
cookies
terhadap warna 0.000 aroma 0.005, rasa 0.000, tekstur 0.015, dan kesukaan keseluruhan 0.000. Kadar
beta karoten tertinggi pada substitusi 25.
Cookies
garut dengan substitusi tepung labu kuning 20 paling disukai. Terdapat pengaruh substitusi tepung labu kuning
terhadap kadar beta karoten dan daya terima
cookies
garut.
Cookies
garut yang disarankan yaitu
cookies
dengan substitusi tepung labu kuning 25. Disarankan menggunakan gula rendah kalori pada pembuatan
cookies
garut yang diperuntukkan untuk penderita Diabetes Mellitus. Perlu dilakukan penanganan
khusus untuk mendapatkan warna, aroma, rasa dan tekstur yang lebih disukai oleh panelis.
Kata kunci: Tepung labu kuning,
cookies
garut, beta karoten, daya terima
ABSTRACT
Public dependence on wheat flour is very high. It is necessary for the development of local food products as a substitute for wheat flour, one of which is the tubers of
Garut. Vitamin A deficiency VAD is one of the main nutritional problem in Indonesia. One local food that has the potential to be processed into food products
and contains a high vitamin A is pumpkin. Therefore, it is necessary to do a
research about levels of beta carotene and receptivity of cookies from Garut’s flour with pumpkin flour substitution. The purpose of this study was to determine
the level of beta carotene and receptivity of cookies Garut with the substitution of pumpkin flour. This research method was experimental with a completely
randomized design with three treatments and one control twice. The pumpkin flour substitution was 0, 15, 20 and 25. The beta carotene and receptivity
2 levels were obtained with spectrophotometer method and a test of 30 panelists.
The statistical test of beta carotene and receptivity were analyzed using
annova
and
kruskall wallis
continued with
Duncan Multiple Range Test.
The anova showed the ρ value of beta carotene of cookies at 0.000. The
kruskall wallis
described the ρ value of receptivity of cookies to colors at 0.000, 0.005 for aroma, 0.015 for texture and 0.000 for all favorite. The highest beta carotene was at 25
substitution. The most preferred cookies Garut of panelists was with the substitution of pumpkin flour at 25. There pumpkin flour substitution effected
on levels of beta carotene and receptivity of cookies Garut. It is necessary to use pumpkin flour substitution 25 for Vitamin A deficiency VAD. It is necessary
to use corn sugar on making garut’s cookies that cater to people with Diabetes Mellitus. Special measures need to be done during the manufacturing process to
get the receptivity of cookies from Garut’s flour are preferred by the panelis.
Keywords: Pumpkin flour, cookies garut, beta carotene, receptivity
1. PENDAHULUAN