HASIL PENELITIAN MODAL POLITIK CALON KEPALA DESA PADA PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA NGEPOSARI TAHUN 2015

51

BAB III HASIL PENELITIAN

Data hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan narasumber guna mendapatkan keterangan secara langsung.

1. Modal Politik Yang Digunakan Calon Kepala Desa Pada Pemilihan

Kepala Desa a. Analisis Kewibawaan Untuk menganalisa kewibawaan kepala desa dalam hasil penelitian ini maka penulis menyampaikan sebagai berikut: 1. Legitimate Power Legitimate berarti pengangkatan, jadi Legitimate Power adalah perolehan kekuasaan melalui pengangkatan. Sebagai contoh menurut UU No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, Kepala Wilayah tidak dipilih tetapi diangkat kecuali kepala wilayah dalam jabatan Bupati dan Gubernur yang masing-masing merangkap sebagai Kepala Daerah Tingat II dan I, masing-masing dipilih oleh DPRD tigkat II dan I. jadi bagaimanapun lemahnya pribadi seorang Camat, apabila Surat Keputusan SK telah diterbitkan untuk pengangkatan dirinya maka yang bersangkutan memiliki kekuasaan di wilayah kecamatannya. 52 Legitimate power adalah tingkat keabsahan jadi pentingnya, kepala desa memiliki keabsahan dari hasil penelitian penulis peroleh sebagai berikut : Tabel 3.1 Pentingnya SK dalam Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu 9 35 2 Perlu 16 62 3 Biasa Saja 1 4 4 Kurang Perlu - - 5 Tidak Perlu Sama Sekali - - Jumlah 26 100 Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2016 Dari tabel 3.1 tersebut di atas menunjukkan bahwa respon masyarakat yang tertinggi adalah perlu yaitu sebesar 62 karena kepala desa perlu mulai berwibawa setelah adanya surat keputusan. Tabel 3.2 Pentingnya Pemilihan pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu 8 31 2 Perlu 9 35 3 Biasa Saja 2 8 4 Kurang Perlu 6 23 53 5 Tidak Perlu Sama Sekali 1 4 Jumlah 26 100 Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2016 Tabel 3.2 tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam memilih kepala desa ada responden yang mengatakan kurang perlu yaitu 6 orang 23. 2. Coersive Power Coercive berarti kekerasan, jadi Coersive power adalah perolehan melalui cara kekerasan bahkan mungkin bersifat perebutan atau perampasan bersenjata, yang sudah menjadi barang tentu di luar jalur konstitusional. Tabel 3.3 Pentingnya Memperlihatkan Marah Fisik pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu 1 4 2 Perlu 4 15 3 Biasa Saja 2 8 4 Kurang Perlu 11 42 5 Tidak Perlu Sama Sekali 8 31 Jumlah 26 100 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016 54 Tabel 3.3 tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam menentukan kewibawaan sangat perlu keberadaan surat keputusan sebagai legitimasi yaitu 42 yang mengatakan kurang perlu. Tabel 3.4 Pentingnya Marah Mental pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu - 2 Perlu - 3 Biasa Saja 5 19 4 Kurang Perlu 12 46 5 Tidak Perlu Sama Sekali 9 35 Jumlah 26 100 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016 Dari tabel 3.4 tersebut di atas menunjukkan bahwa 35 tidak perlu sama sekali untuk menunjukkan marah mental di dalam proses pemilihan kepala desa. 3. Expert Power Expert Power adalah perolehan kekuasaan melalui keahlian seseorang, maksudnya pihak yang mengambil kekuasaan memang memiliki kekuasaan seperti ini berlaku di negara demokrasi karena sistem personalianya dalam memilih karyawan memakai merit sistem. 55 Tabel 3.5 Pentingnya Memiliki Ilmu pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu 6 23 2 Perlu 14 54 3 Biasa Saja 3 12 4 Kurang Perlu 3 12 5 Tidak Perlu Sama Sekali - Jumlah 26 100 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016 Tabel 3.5 berikut ini menunjukkan bahwa ada 12 responden menganggap bahwa kurang perlu, padahal kita tahu bahwa agama sekalipun tanpa ilmu berakibat lumpuh. Tabel 3.6 Pentingnya Memiliki Budi Pekerti Agama pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu 9 35 2 Perlu 14 54 3 Biasa Saja - 4 Kurang Perlu 3 12 5 Tidak Perlu Sama Sekali - Jumlah 26 100 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016 56 Dan pada tabel 3.6 dijelasjkan bahwa ada 12 responden yang mengatakan kurang perlu. Padahal kita telah mengetahui bahwa ilmu sekalipun tanpa agama akan berakibat sesat. Seperti korupsi yang telah banyak dilakukan di Indonesia adalah akibat lemahnya agama. Karena agama bukan hanya menyuruh untuk sholat tetapi juga melarang korupsi. 4. Reward Power Reward Power adalah perolehan kekuasaan melalui suatu pemberian atau karena berbagai pemberian. Tabel 3.7 Pentingnya Memiliki Uang pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu - 2 Perlu - 3 Biasa Saja 2 8 4 Kurang Perlu 12 46 5 Tidak Perlu Sama Sekali 12 46 Jumlah 26 100 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016 Tabel 3.7 tersebut di atas menunjukkan bahwa 46 mengatakan kurang perlu uang untuk menjadi kepala desa bahkan 46 lagi mengatakan tidak perlu sama sekali. Tentu gunanya uang adalah untuk promosi kampanye, biaya transportasi dan keperluan lain-lain. 57 Tabel 3.8 Pentingnya Memiliki Barang pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu - 2 Perlu - 3 Biasa Saja 3 12 4 Kurang Perlu 7 27 5 Tidak Perlu Sama Sekali 16 62 Jumlah 26 100 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016 Selanjutnya pada tabel 3.8 diatas menunjukkan bahwa 62 responden mengatakan tidak pelu sama sekali memilki barang. 5. Reverent Power Reverent power adalah perolehan kekuasaan melalui daya tarik seseorang. Tabel 3.9 Pentingnya Fisik pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu 1 4 2 Perlu 3 12 3 Biasa Saja 3 12 4 Kurang Perlu 11 42 5 Tidak Perlu Sama Sekali 8 31 58 Jumlah 26 100 Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 Berikut ini merupakan penjelasan dari tabel 3.9 yang menunjukkan bahwa terdapat 42 responden mengatakan kurang perlu bahkan 31 mengatakan tidak perlu sama sekali memiliki fisik yang besar dan tinggi tegap. Padahal seorang kepala desa dalam menanggulangi keberadaan kemasyarakatan, pembangunan dan pemerintahan memerlukan fisik yang kokoh karena, akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang akan memilihnya. Tabel 3.10 Pentingnya Pangkat pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu 9 35 2 Perlu 12 46 3 Biasa Saja 4 15 4 Kurang Perlu - 5 Tidak Perlu Sama Sekali 1 4 Jumlah 26 100 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016 Dalam tabel 3.10 tersebut di atas menunjukkan bahwa ada 4 yang mengatakan bahwa pangkat tidak perlu sama sekali digunakan dalam urusan kedinasannya. Padahal sebenarnya ketika melakukan urusan terkait kedinasannya kepala desa harus menggunakan tanda jabatan agar dapat dibedakan. 59

b. Analisis Kekuasaan

1. Be Strong Approach Be Strong Approach adalah suatu pendekatan di mana untuk memotivasi bawahan dan massyarakaat yang dipergunakan cara paksa dengan keras. Tabel 3.11 Pentingnya Memiliki Suara Keras pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu 1 4 2 Perlu 2 8 3 Biasa Saja 2 8 4 Kurang Perlu 14 54 5 Tidak Perlu Sama Sekali 7 27 Jumlah 26 100 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016 Pada tabel 3.11 akan dijelaskan bahwa terdapat 54 responden yang menyatakan kurang perlu dan 27 tidak perlu sama sekali. Tabel 3.12 Pentingnya Lokasi Fisik pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu - 60 2 Perlu 3 12 3 Biasa Saja 7 27 4 Kurang Perlu 9 35 5 Tidak Perlu Sama Sekali 7 27 Jumlah 26 100 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016 Pada tabel 3.12 telah dijelaskan bahwa terdapat 35 responden menyatakan kurang perlu dan 27 tidak perlu sama sekali . Padahal ketika sesorang menduduki jabatan sebagai kepala desa harus menempatkan posisi yang strategis artinya ketika ada suatu forum dan lainnya terlihat oleh bawahannya atau masyarakat banyak. 2. Be Good Approach Be Good Approach adalag suatu pendekatan dimana untuk memotivasi bawahan masyarakat dipergunakan cara pemanjaan. Tabel 3.13 Pentingnya Memiliki Sifat Lemah Lembut pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu 4 15 2 Perlu 8 31 3 Biasa Saja 5 19 4 Kurang Perlu 9 35 5 Tidak Perlu Sama Sekali - Jumlah 26 100 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016 61 Pada tabel 3.13 dapat disimpulkan sebanyak 31 responden menyatakan bahwa seorang kepala desa perlu memiliki sifat lemah lembut. Karena Jogjakarta dikenal sebagai daerah yang sudah maju, berbeda dengan provinsi Papua contohnya disana diperlukan sifat yang keras untuk memimpin masyarakat. Tabel 3.14 Pentingnya Tegas dengan Prinsip Kebenaran pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu 6 23 2 Perlu 16 62 3 Biasa Saja - 4 Kurang Perlu 3 12 5 Tidak Perlu Sama Sekali 1 4 Jumlah 26 100 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016 Selanjutnya pada tabel 3.14 dijelaskan bahwa seorang kepala desa harus tegas dengan prinsip kebenarannya. Terdapat 62 responden mengatakan hal itu perlu karena hal ini sesuai dengan teori ilmu pemerintahan bahwa pemimpin harus mempunyai prinsip dalam kebenaran. 3. Competition Competition adalah suatu pendekatan di mana untuk memotivasi bawahan dan masyarakat diperlukan usaha mengadu 62 mereka dalam berbagai jenis perlombaan, baik perlombaan antar individu, group, ataupun perlombaan dengan organisasi lain negara lain di luar organisasi negara yang dimiliki. Tabel 3.15 Pentingnya Memiliki Kerapihan Surat Menyurat pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu 4 15 2 Perlu 14 54 3 Biasa Saja 3 12 4 Kurang Perlu 5 19 5 Tidak Perlu Sama Sekali - Jumlah 26 100 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016 Selanjutnya pada tabel 3.15 akan dijelaskan terdapat 54 responden mengatakan hal itu perlu karena dengan rapinya surat menyurat dapat mempermudah untuk mengambil keputusan. Tabel 3.16 Pentingnya Memiliki Ruang Kantor yang Harum dan Rapi di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu - 2 Perlu 5 19 3 Biasa Saja 7 27 63 4 Kurang Perlu 8 31 5 Tidak Perlu Sama Sekali 6 23 Jumlah 26 100 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016 4. Internalized Motivation Internalized Motivation adalah suatu pendekatan dimana untuk memotivasi bawahan dan masyarakat diperlukan penenaman kesadaran kerja kepada mereka. Tabel 3.17 Pentingnya Menjanjikan Kenaikan Pangkat pada Staf di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu - 2 Perlu 1 4 3 Biasa Saja 3 12 4 Kurang Perlu 10 38 5 Tidak Perlu Sama Sekali 12 46 Jumlah 26 100 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016 Selanjutnya pada tabel 3.17 dapat dilihat terdapat 46 responden mengatakan tidak perlu sama sekali. Sebenarnya menjanjikan kenaikan pangkat itu adalah merupakan salah satu Reward dan Punishment yang di berikan oleh kepala desa kepada stafnya. 64 Tabel 3.18 Pentingnya Pujian pada Staf di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu - 2 Perlu - 3 Biasa Saja 3 12 4 Kurang Perlu 15 58 5 Tidak Perlu Sama Sekali 8 31 Jumlah 26 100 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016 Selanjutnya pada tabel 3.18 dapat dilihat terdapat 58 responden mengatakan kurang perlu dan 31 tidak perlu sama sekali seorang kepala desa memberikan pujian terhadap bawahannya. Pada kenyataannya seorang kepala desa perlu memberikan pujian terhadap bawahannya sebagai Reward dan Punishment. 5. Implicit Bargaining Implicit Bargaining adalah suatu pendekatan dimana untuk memotivasi bawahan dan masyarakat diperlukan perjanjian. Tabel 3.19 Pentingnya Memberikan Penghargaan pada Staf di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu - 2 Perlu - 65 3 Biasa Saja 4 15 4 Kurang Perlu 10 38 5 Tidak Perlu Sama Sekali 12 46 Jumlah 26 100 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016 Selanjutnya pada tabel 3.19 dapat dilihat terdapat 38 responden mengatakan kurang perlu dan 46 tidak perlu sama sekali memberikan penghargaan kepada bawahannya. Tabel 3.20 Pentingnya Memberikan Janji pada Staf di Desa Ngeposari Tahun 2015 No Alternatif Jawaban Jumlah Responden Persentase 1 Sangat Perlu 2 8 2 Perlu 7 27 3 Biasa Saja 4 15 4 Kurang Perlu 12 46 5 Tidak Perlu Sama Sekali 1 4 Jumlah 26 100 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016 Selanjutnya pada tabel 3.20 dapat dilihat terdapat 4 responden mengatakan tidak perlu sama sekali memberikan janji. Karena mungkin responden tersebut berpendapat bahwa dengan memberikan janji itu tidak perlu yang diperlukan adalah memberikan bukti-bukti nyata. Dari tabel-tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa banyak hal- hal penting yang perlu dilakukan baik sebagai calon kepala desa maupun 66 sesudah menjadi kepala desa Ngeposari sebagai modal politik yaitu antara lain : 1. Kepala desa mulai berwibawa setelah adanya surat keputusan 2. Kepala desa memerlukan pemilihan terlebih dahulu 3. Kepala desa perlu memperlihatkan kemarahan secara fisik 4. Kepala desa memerlukan sindiran 5. Kepala desa perlu memiliki keilmuan yang mumpuni hebat 6. Kepala desa perlu memiliki budi pekerti agama yang luhur 7. Kepala desa perlu mempunyai uang yang cukup untuk dibagi pada masyarakat 8. Kepala desa perlu mempunyai barang yang dijanjikan 9. Kepala desa memerlukan fisik yang tinggi, besar dan tegap 10. Kepala desa harus memakai tanda jabatan setiap urusan dinasnya 11. Kepala desa memerlukan suara yang berwibawa 12. Kepala desa memerlukan tempat duduk yang khusus 13. Kepala desa perlu bersifat lemah-lembut untuk memunculkan kewibawaan 14. Kepala desa perlu tegas dengan prinsip kebenarannya 15. Kepala desa perlu memperlihatkan kerapihan surat menyurat 16. Kepala desa perlu memiliki ruang kantor yang harum dan rapi 17. Kepala desa perlu menjanjikan kenaikan pangkat dan status pada staf 18. Kepala desa perlu memberikan pujian pada bawahan 67 19. Kepala desa perlu memeberikan jani hadiah 20. Kepala desa perlu memberikan janji perubahan Dari kedua analisis kewibawaan dan kekuasaan data hasil penelitian diatas yang didapatkan dilapangan mengenai modal-modal politik yang dimiliki oleh kepala desa terpilih dapat dihubungkan bahwa modal politik yang dimiliki tidak selalu tentang uang. Ternyata, modal politik non finasial seperti modal sosial dan budaya jauh lebih berperan dalam memperoleh dukungan. Karena, hal itu juga bisa mempengaruhi konstituen untuk menjatuhkan pilihannya dengan pertimbangan yang lebih matang. Seperti pengalaman yang berkaitan dengan psikologi yang dilahirkan dari modal tersebut sehingga dapat membawa pemilih kearah yang lebih objektif namun tetap terkesan dengan modal politik yang ia punya kemudian berangsur menjadikan itu sebagai kekuatannya sendiri. Berbicara masalah kewibawaan berdasarkan data hasil penelitian lapangan sebanyak 62 menyatakan bahwa hal tersebut perlu untuk dimiliki sedangkan, sebanyak 35 menyatakan sangat perlu dan sisanya menganggap hal tersebut biasa saja. Namun, dari kecenderungan ini kita dapat melihat bahwa modal politik kewibawaan yang dimiliki oleh kepala desa terpilih memiliki pengaruh dalam proses pemilihannya sebagai kepala desa. Didalam memunculkan wibawa banyak hal yang dapat dilakukan salah satunya dengan cara menunjukkan kemarahan secara fisik namun data yang muncul dari lapangan mengenai hal ini sangat bervariatif, dan 68 dapat diambil kesimpulan dari persentase paling tinggi yang yaitu 42 menyatakan bahwa hal tersebut kurang perlu dilakukan, 31 menyatakan bahwa hal tersebut sangat tidak perlu untuk dilakukan dan sisanya memilih hal tersebut biasa saja dengan kata lain boleh dilakukan atau pun juga tidak. Selain dengan memunculkan kemarahan ada banyak hal yang dapat membentuk wibawa seorang diantaranya yaitu: pertama, dengan menyindir hal tersebut dianggap sangat tidak perlu dilakukan karena terlihat dari hasil responden yang menunjukkan persentase cukup tinggi yaitu 75. Dan selebihnya di dalam kuesioner menyatakan pilihan biasa saja. Yang kedua, yaitu memiliki keilmuan atau nilai intelektual untuk memunculkan kewibawaan tenyata hasil tersebut didapat berbeda dari hasil penelitian bahwa memiliki intelektualitas cukup dipandang dapat memunculkan kewibawaan seseorang seperti hasil dari kuesioner yang menunjukkan persentase yang sangat tinggi mengenai hal tersebut yaitu 73 dan 12 menunjukkan hal tersebut biasa saja dan 12 lagi menyatakan kurang perlu. Maka dari itu, kita bisa menarik kesimpulan bahwa memiliki kecerdasan dapat mendongkrak kewibawaan seseorang. Yang ketiga, yaitu memiliki sifat agamis. Ternyata memiliki sikap agamis juga dapat memunculkan wibawa sesorang dalam berinteraksi sosial yang pada akhirnya, dapat mempengaruhi masyarakat secara emosional sekaligus religius dapat menjatuhkan pilihannya kepada kandidat di dalam pemilihan kepala desa. Hal ini terbukti dari persentase yang menunjukkan 69 angka sebesar 54 yang menyatakan hal tersebut perlu, sebesar 35 menyatakan sangat perlu, dan sisanya menganggap itu kurang perlu. Yang keempat yaitu, mempunyai uang kemudian dibagikan kepada masyarakat agar muncul kewibawaan, setelah dilakukan penelitian dilapangan dapat disimpulkan bahwa hal tersebut salah atau tidak perlu sama sekali dilakukan terbukti dari munculnya 46 responden menyetujui hal itu, sebesar 46 menyatakan kurang perlu dan sisanya sebesar 8 menganggap hal tersebut biasa saja. Yang kelima, mempunyai barang yang dijanjikan dibagikan kepada masyarakat agar memperoleh kewibawaan, tak berbeda jauh dengan hal sebelumnya yang menyatakan bahwa hal ini tidak perlu sama sekali dilakukan oleh kandidat calon kepala desa terlihat persentase paling tinggi yang berada di angka 62 kemudian sisanya memilih hal tersebut kurang perlu dilakukan, dari dua cara untuk memperoleh kewibawaan diatas ternyata sampai disini kita kembali dapat menarik satu kesimpulan bahwa modal politik yang dimiliki oleh kandidat harus bervariatif dan tidak hanya berbentuk material karena masyarakat di Desa Ngeposari pada khususnya mulai menyadari bahwa selain materi ada hal lain yang lebih penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Yang keenam, untuk memunculkan kewibawaan bisa juga dengan cara mempunyai fisik yang tinggi dan besar serta tegap atau dengan kata lain menarik. Tetapi pada kenyataannya hal tersebut tidak berpengaruh banyak terhadap ketertarikan pemilih dalam menentukan pilihannya terhadap kandidat para calon kepala desa terlihat dari hasil penelitian 70 lapangan yang menunjukkan data sebesar 42 kurang perlu, 31 menyatakan hal tersebut tidak perlu sama sekali, 12 biasa saja, 12 perlu dan 4 sangat perlu. Yang ketujuh, kewibawaan dapat muncul lewat penampilan fisik dan tingkah dalam menjalani kegiatan kedinasan selama menjabat sebagai kepala desa seperti memakai tanda jabatan, memiliki suara yang keras, mempunyai tempat duduk yang khusus, bersifat lemah- lembut, kerapihan di ruang kantor, bersikap tegas dan memuji terhadap bawahan. Semuanya itu menunjukkan hasil responden yang sangat bervariatif ada yang menganggap hal tersebut biasa saja perlu dilakukan sampai tidak perlu sama sekali dilakukan seperti hasil persentase berikut ini sangat perlu 12, perlu sebanyak 27, biasa saja sebanyak 15, kurang perlu sebanyak 28 dan tidak perlu sama sekali sebanyak 16. Bisa dilihat perbandingan persentase angka antara variabel satu dengan yang lain tidak terpaut jauh berarti responden sekaligus pemilih memiliki pandangan berbeda tentang hal tersebut hal ini juga tidak begitu bisa mempengaruhi perolehan suara pada saat pertarungan pemilihan kepala desa. Karena hal ini semua bersifat sangat berlebihan. Yang kedelapan, membentuk kewibawaan dapat juga dilakukan dengan cara mengumbar janji agar mendapat wibawa seperti menjanjikan untuk perubahan menjanjikan baik jabatan terhadap anak buah dilihat dari rata-rata persentase dapat disimpulkan bahwa hal tersebut kurang perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan dan 25 menyatakan bahwa hal tersebut tidak perlu sama sekali. 71 Dari semua penjabaran hasil penelitian di atas tentunya kita memiliki pandangan sendiri atas modal politik yang dimiliki oleh kandidat calon kepala dengan Ngeposari namun penulis menyimpulkan bahwa modal politik yang paling dominan yang dimiliki oleh kepala desa terpilih desa Ngeposari yaitu modal sosial baik itu seperti kewibawaan maupun budaya dibandingakan dengan modal ekonomi, masyarakat menganggap hal itu kurang perlu karena untuk menjadi seorang kepala desa juga membutuhkan kedekatan kepada masyarakat banyak. Selain itu, menurut penulis pendekatan secara kulural itu juga bisa mempengaruhi seorang untuk menjatuhkan pilihannya kepada kandidat yang bersangkutan.

2. Strategi Kepala Desa Mempengaruhi Masyarakat Untuk Mengerjekan

Perintah-Perintahnya a. Pembahasan Menurut pendapat bapak Ciptadi saat diwawancarai adalah untuk menjadi seorang kepala desa merupakan suatu tantangan karena di era saat ini. Karena, untuk berdemokrasi saat ini biaya politik yang dibutuhkan sangatlah mahal. Untuk itu pendekatan yang dilakukan dengan masyarakat bukan pendekatan dengan uang karena ia merasa secara ekonomis keluarganya tergolong ekonomi yang tidak mampu. Karena sadar dengan hal itu, maka pendekatan yang dilakukan yaitu dengan pendekatan sosial. Beliau meyakinkan pada masyarakat bahwa ia mampu untuk membawa desa Ngeposari ini menjadi desa yang lebih maju. 72 Kemudian tidak semudah itu masyarakat menerima sosialisasi darinya, tetapi beliau tidak pantang menyerah dan tetap terus dilakukan. Karena untuk biaya-biaya politik kalau misalnya ada money politic dan sebagainya ia tidak bisa apa-apa. Karena yang terpenting masyarakat desa di Desa Ngeposari ini betul-betul masih mempunyai jiwa demokasi yang tinggi. Artinya tanpa membeli suara, mereka ternyata percaya apa yang telah disampaikan kepada masyarakat bahwa bapak Ciptadi mampu untuk memimpin Ngeposari ini ke arah yang lebih baik. Motivasi bapak ciptadi ingin menjadi kepala desa yaitu dia merasa mempunyai andil dalam membangun desanya sendiri. Selain itu, beliau mempunyai keinginan untuk memajukan desanya karena beliau tidak mau desanya tertinggal dari desa-desa yang lain. Dari hasil wawancara bersama bapak ciptadi menjelaskan : “Karena saya terjun langsung kemasyarakat saya mengenalkan diri secara langsung supaya masyarakat mengenal saya mengenal program-program, visi dan misi disampaikan seperti apa saja dan Ngeposari kedepannya harus seperti apa. Ini terus saya lakukan langsung ke masyarakat yang paling bawah jadi mereka tau mereka percaya saya mampu dan akhirnnya ketika pilkades tanpa uang saya ternyata diberikan kepercayaan oleh masyarakat.” Bapak ini juga turun langsung ke masyarakat jadi perintahnya disampaikan kepada warga masyarakat bahwa mengurus surat ke desa itu gratis. Kalau masyarakat ditarik biaya silahkan melaporkan akan tindak tegas perangkatnya dan itu ternyata bisa berjalan dengan baik aparatnya 73 menerima dan masyarakat juga menerima dan masyarakat juga merespon dengan baik. Kondisi masyarakat saat itu ternyata setelah beliau memimpin menjadi kepala desa sekarang dibuktikan dengan apa yang sudah dijanjikan. Bahwa akan dibawanya pemerintah desa Ngeposari ini menjadi pemerintah yang bersih dan berwibawa. Contohnya sebelum presiden jokowi membuat saberpungli Sapu Bersih Pungutan Liar beliau sudah duluan karena setelah dilantik pada tanggal 17 desember 2015 awal januari sudah melakukan gebrakan kepada aparatnya yang melaksanakan pungutan-pungutan tanpa payung hukum itu sudah dilarang untuk memungut pungutan-pungutan yang tidak ada payung hukumnya. Inilah demokrasi yang semestinya bisa dituru oleh para elit-elit politik Jakarta karena sebenarnya untuk menduduki posisi jabatan sekecil apapun itu tanpa harus dengan biaya yang mahal bisa, yang terpenting dalam hal ini adalah masyarakat itu percaya setelah terpilih tidak mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan oleh masyarakat. Maka ini sebenarnya hal yang demikian bisa dikembangkan ternyata tergantung bagaimana figure itu bisa dipercaya apa tidak. Diakuinya dalam wawancara terkait proses pencalonan Kepala desa apakah ada masyarakat yang meminta bantuan berupa barang dengan janji dukungannya dan bagaimana respon yag diberikan ketika hal itu terjadi : 74 “Ada yang meminta seperti itu tetapi saya kembali meyakinkan kalau anda atau saudara mendukung saya karena saya memberikan imbalan itu adalah demokrasi yang tidak baik. Silahkan jika anda memiliki keinginan seperti itu tapi maaf untuk saya tidak mampu memberikan apa yang saudara minta kalau memang itu menjadi tolak ukur menjadi target saudara memberikan suara kepada yang memberikan saja itu silahkan saya jawab seperti itu saya yakinkan seperti itu. Ini demokrasi jika kalian ingin akan menggunakan hak suara anda dengan calon memberi sesuatu itu silahkan . Tapi maaf saya tidak bisa karena memang saya tidak memiliki modal untuk ini itu bantuan ini itu pada saudara.” Hal seperti itu tidak banyak terjadi karena masyarakat di Desa Ngeposari itu paham betul dengan kondisi perekonomiannya. Jadi masyarakat memilih mungkin karena dari pandangan masyarakat salah satu dari dua calon ini adalah Bapak Ciptadi yang bisa di percaya. Maka dari dia memanfaatkan peluang adalah modal kepercayaan. Sedangkan lawan bapak ciptadi ini bukan orang yang berdomisili asli di Desa Ngeposari tetapi duluan yang berdomisili lawannya karena bapak Ciptadi ini walaupun beliau lahir di desa Ngeposari tetapi dia besar di Jogja. Pada saat di wawancarai beliau berkata : “Sejak lulus SMP saya sudah merantau dan kembali ke desa tahun 1999 tepatnya bulan september sedangkan lawannya walaupun asli Cilacap tetapi sudah tinggal di desa Ngeposari sejak tahun 1994 ”. Ketika diperkenankan memasang poster ataupun baliho Bapak Ciptadi kalah jauh sekitar 50:1. Tetapi ketika telah dilakukan perhitungan suara dari 19 TPS yang ada, Bapak Ciptadi menang di 90 TPS. Setelah beliau menjabat menjadi kepala desa cara beliau mengatur mempengaruhi mengajak masyarakat dalam wawancara: 75 “Saya sampaikan kepada masyarakat bahwa kalau kita ini sudah diberikan kepercayaan kepada masyarakaat kuncinya adalah saya harus menjaga kepercayaan itu baik tingkah laku, maupun dalam cara saya memimpin pemerintahan desa ini harus bersih dan berwibawa dengan itu karena masyarakat itu menaruh kepercayaan yang tinggi apapun yang saya sampaikan kepada masyarakat baik itu tentang pembangunan, sosial kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat merespon dengan positif. Dan saya selalu mengajak masyarakat mari kita membangun Desa Ngeposari ini secara partisipatif jika hanya seorang kepala desa tidak didukung oleh lembaga, tokoh masyarakat dan masyarakat maka saya tidak mungkin untuk mewujudkan visi dan misi saya. Saya selalu meyakinkan masyarakat bahwa saya mampu mengemban amanat yang sudah diberikan ”. Modal sosial adalah yang paling kuat karena jika mengandalkan modal ekonomi hanya habis sekitar 13 juta itu sudah untuk biaya operasional sampai dengan pelantikan. Telah disampaikan kepada perangkat desa secara keseluruhan untuk tetap berdisiplin bekerja dengan disiplin kemudian disampaikan kepada warga masyarakat bahwa untuk mengantisipasi kecurigaan masyarakat bahwa kita harus benar-benar bersih itu bukan dalam slogan tetapi dilaksanakan didalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Bapak Ciptadi menekankan kepada perangkat desa secara keseluruhan bahwa era sekarang perangkat desa itu harus melayani masyarakat bukan untuk dilayani. Jadi kita melayani masyarakat kami punya motto bagaimana kami melayani masyarakat motto kami adalah sebagai berikut : “Melayani dengan hati, sepenuh hati, dengaan hati-hati dan tidak sesuka hati” Maksudnya dengan hati-hati itu karena jangan sampai pelayanan yang kita berikan kepada masyarakat itu menabrak aturan yang telah 76 dibuat maka dari itu kita harus melayani dengan hati-hati sekali supaya tetap sesuai jalur dan aturannya jangan sampai melaksanakan pelayanan maksudnya untuk melayani masyarakat dengan baik tapi manakala menabrak aturan maka itulah yang jangan sampai terjadi maka dari itu harus dengan penuh kehati-hatian. Sebagai penutup bab ini penulis akan mencantumkan kronologis penelitian dalam tabel observasi berikut ini : Tabel 3.21 Observasi Penelitian No Hari Tanggal Kegiatan KET 1. Senin, 31 Oktober 2016 Mengantar surat ke kantor Desa Ngeposari 2. Selasa, 1 November 2016 Melakukan penyebaran kuesioner Melakukan wawancara ke responden 4. Rabu, 2 November 2016 Melakukan wawancara dengan kepala desa Bapak Ciptadi Melakukan wawancara dengan Kepala Bagian Pemerintahan 77 5. Selasa, 8 November 2016 Meminta data-data yang diperlukan terkait penelitian. 6. Rabu, 9 November 2016 Kembali untuk mengambil data hasil Rekapitulasi suara Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

b. Implikasi Hasil

1. Pemilihan kepala desa bertujuan untuk memilih calon kepala desa yang bersaing dalam pemilihan kepala desa untuk dapat memimpin desa. Menurut hasil keputusan panitia pemilihan kepala desa di Desa Ngeposari Kecamatan Semanu Kabupaten Gunung Kidul ada dua pasangan calon yang akan maju sebagai kepala desa di Desa Ngeposari, calon tersebut adalah : 1. Ciptadi 2. Aziz Istiyanto Kedua calon tersebut berkompetisi untuk merebut hati nurani masyarakat Desa Ngeposari agar diberikan kepercayaan untuk memimpin Desa Ngeposari 2015-2021. Maka pada hari Sabtu tanggal 24 Oktober 2015 telah dilaksanakan Rekapitulasi Perhitungan Suara Pemilihan Kepala Desa. Hal ini dilakukan untuk menentukan siapa kepala desa yang akan memimpin Desa Ngeposari 6 tahun kedepan. 78 Modal politik yang paling kuat digunakan oleh Ciptadi adalah modal sosial. Karena Ciptadi merasa dengan biaya politik yang terbatas beliau tidak merasa terhambat dan pantang menyerah karena financial yang dimiliki. Sedangkan di dalam melakukan manajemen kampanye politik untuk mengorganisir massa, financial sangat dibutuhkan dilapangan. Modal sosial yang dimiliki menjadi kekuataan Ciptadi untuk memenangkan pemilihan kepala desa. Karena ia merasa ternyata calon itu harus betul-betul dikenal masyarakat dan msyarakat harus mengetahui program-program, visi dan misi disampaikan seperti apa saja. Calon itu harus membuka baju supaya masyarakat mengetahui persis siapa nanti calon yang akan dipilih. Dan akhirnya ketika penentuan hasil rekpitulasi suara Bapak Ciptadi ini diberikan kepercayaan oleh masyarakat untuk memimpin desa Ngeposari. 2. Kita telah mengetahui bahwa di era sekarang ini untuk merebutkan jabatan baik dimulai dari yang terendah maupun yang tertinggi itu memerlukan biaya politiknya sangatlah mahal. Karena jika kita hanya mengandalkan modal ekonomi untuk mengukur tingkat kepecayaan masyarakat itu sangatlah sulit. Maka dari itu kita harus memperkuat modal sosial agar masyarakat mengetahui siapa calon yang akan mereka pilih nantinya. Contohnya didalam pemilihan kepala desa di Desa Ngeposari ini bapak Ciptadi yang merupakan salah satu calon terpilih itu mengandalkan modal sosial sebagai kekuatannya dalam berpolitik. Karena dia menyadari jika hanya mengandalkan financial 79 yang dimilikinya tidaklah mungkin. Maka seharusnya demokrasi seperti inilah yang harus ditiru oleh para elit-elit politik di kalangan manapun. Dapat di buktikan oleh bapak Ciptadi untuk menduduki posisi jabatan sekecil apapun tanpa harus dengan biaya yang mahal itu bisa, yang terpenting dalam hal ini adalah masyarakat itu percaya kemudian ketika sudah terpilih tidak akan menghiatanati kepercayaan yang sudah diberikan oleh masyarakat. 80

BAB IV PENUTUP