xlii
pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok manusia memiliki
perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau
kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-
beda.
d Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan
tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang
mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat
berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri, Devy Irma Sari, 2010: 9-10.
c. Struktur Konflik
Menurut Paul Conn Surbakti dalam Ngarto Februana, 2009: 14 struktur konflik
dibedakan menjadi dua, yakni konflik menang-kalah zero-sum conflict dan konflik menang- menang non zero- sum conflict. Konflik menang-kalah ialah situasi konflik yang bersifat
antagonistik sehingga tidak memungkinkan tercapainya suatu kompromi di antara pihak- pihak yang terlibat dalam konflik. Ciri utama dari struktur konflik menang-kalah adalah tidak
mungkin diadakan kerja sama dan kompromi. Sedangkan konflik menang-menang memiliki ciri bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam konflik masih mungkin untuk mengadakan
kompromi dan bekerja sama sehingga semua pihak akan mendapatkan bagian dari konflik tersebut. Kompromi adalah salah satu fungsi politik yang utama.
Dalam masyarakat demokratis, lembaga-lembaga disesuaikan dengan tujuan ini. Proses-proses demokratis tidak saja berlaku untuk mengungkapkan pergolakan politik oleh
xliii cara-cara non violent, mereka juga ditentukan untuk memutuskan konflik dengan
kompromi.
Pruitt 2009: 4-6 mengemukakan ada lima strategi yang biasa digunakan oleh pihak-pihak yang mengalamai konfik, 1 sebagai strategi dasar adalah
contending
bertanding, yaitu mencoba menerapkan solusi yang lebih disukai oleh salah satu pihak atas pihak lain; 2
yielding
mengalah, yaitu menurunkan aspirasi sendiri dan bersedia menerima kurang dari yang sebetulnya diinginkan; 3
problem solving
pemecahan masalah, yaitu mencari alternatif yang memuaskan aspirasi kedua belah pihak; 4
withdrawing
menarik diri, yaitu memilih meninggalkan situasi konflik, baik secara fisik maupun psikologi; dan 5
ina ction
diam, yaitu tidak melakukan apa pun. Kelima strategi tersebut tidak ada yang lebih ideal atau
eksklusif. Kenyataannya,
penyelesaian konflik
atau pertikaian
menuntut diterapkannya kombinasi dari beberapoa strategi di atas.
Secara umum tujuan konflik dapat dirumuskan sebagai mendapatkan dan atau mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting. Menurut Surbakti Devy
Irma Sari, 2010: 12 tujuan konflik dapat dikategorikan sebagai berikut, “1 Pihak- pihak yang terlibat dalam konflik memiliki tujuan yang sama, yakni sama-sama
berupaya mendapatkan; dan 2 disatu pihak hendak mendapatkan, sedangkan di pihak lain berusaha keras mempertahankan apa yang dimiliki.”
Konflik selalu ada dalam kelompok-kelompok masyarakat, karena konfliks tidak akan dapat dihilangkan. Maka konflik harus dapat diatur, agar konflik tidak
mengakibatkan perpecahan pada masyarakat. Sehingga, pengaturan konflik merujuk
xliv
pada bentuk-bentuk pengendalian konflik yang lebih diarahkan pada manifestasi konflik daripada sebab-sebab terjadinya konflik.
Metode pengaturan konflik yang dikemukakan ilmuwan lain lebih melihat pengaturan konflik yang cenderung bersifat kekerasan political violence. Metode ini
dilandasi oleh asumsi bahwa negara pemerintah mewakili kewenangan yang sah dalam melakukan pengendalian konflik tersebut. Ziegenhagen dalam
Devy Irma Sari, 2010: 13 berpendapat bahwa pemerintah dapat melakukan salah satu dari tiga kebijaksanaan
intervensi sebagai upaya mengendalikan konflik politik, yaitu kemampuan pemaksaan secara fisik coercive capacity dan ancaman penggunaannya, penggunaan sanksi negatif
atas salah satu atau kedua pihak yang berkonflik, dan pengurangan atau penghapusan sanksi negatif. Namun, sanksi kekerasan terhadap konflik akan melahirkan kekerasan yang
berkepanjangan. Kehadiran politik adalah untuk memberantas penggunaan kekerasan dalam
kelompok-kelompok yang bertikai. Namun, kenyataannya tidak pernah berhasil seluruhnya. Kekerasan senantiasa ada, bahkan di dalam masyarakat yang dianggap paling beradab,
paling baik diorganisir, dan paling demokratis.
3. Novel Sebagai Sebuah Karya Sastra