konsumsi tenaga kerja produksi selama proses pembuatan produk kusen pintu sekitar sehari rata-rata sebesar Rp 50.000,00.
Nilai tambah untuk pedagang kayu rata-rata sebesar Rp 68.400,00 54 per unit untuk produk kusen pintu, artinya untuk setiap 1 unit
produk kusen pintu dapat memberikan nilai tambah kepada pedagang kayu rata-rata sebesar Rp 68.400,00 54. Nilai tambah tersebut
meliputi biaya tenaga kerja operator mesin rata-rata sebesar 2.600,00, biaya tenaga kerja penebang rata-rata sebesar Rp 5.000,00, biaya
konsumsi tenaga kerja penebang dan operator mesin rata-rata sebesar Rp 7.400,00, serta biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp 500,00.
b. Mebel Kayu Akasia
1 Nilai Tambah Pelaku Rantai Nilai Model 1
Hasil perhitungan nilai tambah para pelaku yang terlibat dalam rantai nilai sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan
Ponjong, Gunungkidul model 1 tidak merata. Perhitungan nilai tambah tersebut sebagai berikut:
TABEL 5.45.
Perhitungan Nilai Tambah Produk Almari Pakaian dari Kayu Akasia di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 1 Menggunakan Pola Finishing
Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik
No. Pelaku dalam
rantai nilai Penerimaan
Rpunit Nilai Tambah
Rpunit
1.
Petani Rp 475.000,00 Rp 475.000,00
2.
IKM : Almari Pakaian
Rp 2000.000,00 Rp 1.525.000,00 321
Sumber: Data Primer diolah, 2016
Pada tabel 5.45. menunjukkan nilai tambah terbesar diterima oleh Industri Kecil dan Menengah dengan nilai tambah rata-rata sebesar Rp
1.525.000,00 321 per unit untuk produk almari pakaian menggunakan pola finishing sending dan melamin atau pola finishing
klasik, artinya untuk setiap 1 unit produk almari pakaian dapat memberikan nilai tambah kepada pelaku IKM rata-rata sebesar Rp
1.525.000,00 321 baik menggunakan pola finishing sending dan melamin atau pola finishing klasik.
Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja operator mesin rata-rata sebesar 10.500,00, biaya tenaga kerja penebang rata-rata
sebesar Rp 20.000,00, biaya konsumsi tenaga kerja penebang dan operator mesin rata-rata sebesar Rp 29.500,00, biaya tenaga kerja
produksi rata-rata sebesar Rp 437.500,00, biaya tenaga kerja finishing rata-rata sebesar Rp 158.000,00, biaya bahan penolong rata-rata sebesar
Rp 434.800,00 untuk pola finishing sending dan melamin serta Rp 258.000,00 untuk pola finishing klasik, biaya penggergajian rata-rata
sebesar Rp 58.800,00, biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp 102.500,00, biaya tenaga kerja pengangkut rata-rata sebesar Rp
50.000,00, biaya tenaga kerja ukir rata-rata sebesar Rp 150.000,00 serta biaya konsumsi tenaga kerja produksi, ukir dan finishing selama proses
pembuatan produk almari pakaian sekitar 5 hari rata-rata sebesar Rp 300.000,00.
TABEL 5.46.
Perhitungan Nilai Tambah Produk Set Meja dan Kursi Makan dari Kayu Akasia di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 1 Menggunakan Pola
Finishing Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik
No. Pelaku dalam
rantai nilai Penerimaan
Rpunit Nilai Tambah
Rpunit
1.
Petani Rp 356.300,00 Rp 356.300,00
2.
IKM: Set Meja dan
Kursi Makan Rp 2.442.900,00 Rp 2.086.600,00 586
Sumber: Data Primer diolah, 2016 Pada tabel 5.46. menunjukkan nilai tambah terbesar diterima oleh
Industri Kecil dan Menengah dengan nilai tambah rata-rata sebesar Rp 2.086.600,00 586 per unit untuk produk set meja dan kursi makan
dengan menggunakan pola finishing sending dan melamin atau pola finishing klasik, artinya untuk setiap 1 unit produk set meja dan kursi
makan dapat memberikan nilai tambah kepada pelaku IKM rata-rata sebesar Rp 2.086.600,00 586 baik menggunakan pola finishing
sending dan melamin atau pola finishing klasik. Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja operator mesin
rata-rata sebesar 7.900,00, biaya tenaga kerja penebang rata-rata sebesar Rp 15.000,00, biaya konsumsi tenaga kerja penebang dan operator
mesin rata-rata sebesar Rp 22.200,00, biaya tenaga kerja produksi rata- rata sebesar Rp 460.000,00, biaya tenaga kerja finishing rata-rata
sebesar Rp 300.000,00, biaya bahan penolong rata-rata sebesar Rp 259.500,00 untuk pola finishing sending dan melamin serta Rp
159.300,00 untuk pola finishing klasik, biaya penggergajian rata-rata
sebesar Rp 44.100,00, biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp 76.900,00, biaya tenaga kerja pengangkut rata-rata sebesar Rp
50.000,00, biaya tenaga kerja ukir rata-rata sebesar Rp 250.000,00 serta biaya konsumsi tenaga kerja produksi, ukir dan finishing selama proses
pembuatan produk set meja dan kursi makan sekitar 6-7 hari rata-rata sebesar Rp 420.000,00.
TABEL 5.47.
Perhitungan Nilai Tambah Produk Set Meja dan Kursi Tamu dari Kayu Akasia di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 1 Menggunakan Pola
Finishing Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik
No. Pelaku dalam
rantai nilai Penerimaan
Rpunit Nilai Tambah
Rpunit
1.
Petani Rp 356.300,00 Rp 356.300,00
2.
IKM: Set Meja dan
Kursi Tamu Rp 2.750.000,00 Rp 2.393.700,00 672
Sumber: Data Primer diolah, 2016 Pada tabel 5.47. menunjukkan nilai tambah terbesar diterima oleh
Industri Kecil dan Menengah dengan nilai tambah rata-rata sebesar Rp 2.393.700,00 672 per unit untuk produk set meja dan kursi tamu
dengan menggunakan pola finishing sending dan melamin atau pola finishing klasik, artinya untuk setiap 1 unit produk set meja dan kursi
tamu dapat memberikan nilai tambah kepada pelaku IKM rata-rata sebesar Rp 2.393.700,00 672 baik menggunakan pola finishing
sending dan melamin atau pola finishing klasik. Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja operator mesin
rata-rata sebesar 7.900,00, biaya tenaga kerja penebang rata-rata sebesar
Rp 15.000,00, biaya konsumsi tenaga kerja penebang dan operator mesin rata-rata sebesar Rp 22.200,00, biaya tenaga kerja produksi rata-
rata sebesar Rp 506.300,00, biaya tenaga kerja finishing rata-rata sebesar Rp 312.500,00, biaya bahan penolong rata-rata sebesar Rp
224.900,00 untuk pola finishing sending dan melamin serta Rp 153.900,00 untuk pola finishing klasik, biaya penggergajian rata-rata
sebesar Rp 44.100,00, biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp 76.900,00, biaya tenaga kerja pengangkut rata-rata sebesar Rp
50.000,00, biaya tenaga kerja ukir rata-rata sebesar Rp 250.000,00 serta biaya konsumsi tenaga kerja produksi, ukir dan finishing selama
proses pembuatan produk set meja dan kursi makan sekitar 6-7 hari rata-rata sebesar Rp 420.000,00.
TABEL 5.48.
Perhitungan Nilai Tambah Produk Tempat Tidur dari Kayu Akasia di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 1 Menggunakan Pola Finishing
Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik
No. Pelaku dalam
rantai nilai Penerimaan
Rpunit Nilai Tambah
Rpunit
1.
Petani Rp 237.500,00 Rp 237.500,00
2.
IKM: Tempat Tidur
Rp 1.800.000,00 Rp 1.562.500,00 658
Sumber: Data Primer diolah, 2016 Pada tabel 5.48. menunjukkan nilai tambah terbesar diterima oleh
Industri Kecil dan Menengah dengan nilai tambah rata-rata sebesar Rp 1.562.500,00 658 per unit untuk produk tempat tidur menggunakan
pola finishing sending dan melamin atau pola finishing klasik, artinya
untuk setiap 1 unit produk tempat tidur dapat memberikan nilai tambah kepada pelaku IKM rata-rata sebesar Rp 1.562.500,00 658 baik
menggunakan pola finishing sending dan melamin atau pola finishing klasik.
Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja operator mesin rata-rata sebesar 5.200,00, biaya tenaga kerja penebang rata-rata sebesar
Rp 10.000,00, biaya konsumsi tenaga kerja penebang dan operator mesin rata-rata sebesar Rp 14.800,00, biaya tenaga kerja produksi rata-
rata sebesar Rp 190.000,00, biaya tenaga kerja finishing rata-rata sebesar Rp 200.000,00, biaya bahan penolong rata-rata sebesar Rp
160.100,00 untuk pola finishing sending dan melamin serta Rp 102.800,00 untuk pola finishing klasik, biaya penggergajian rata-rata
sebesar Rp 29.400,00, biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp 51.200,00, biaya tenaga kerja pengangkut rata-rata sebesar Rp
50.000,00, biaya tenaga kerja ukir rata-rata sebesar Rp 150.000,00 serta biaya konsumsi tenaga kerja selama proses pembuatan produk tempat
tidur sekitar 5 hari rata-rata sebesar Rp 300.000,00.
TABEL 5.49.
Perhitungan Nilai Tambah Produk Kusen Pintu dari Kayu Akasia di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 1
No. Pelaku
dalam rantai nilai
Penerimaan Rpunit
Nilai Tambah Rpunit
1.
Petani Rp 109.600,00 Rp 109.600,00
2.
IKM: Kusen Pintu
Rp 360.000,00 Rp 250.400,00 228 Sumber: Data Primer diolah, 2016
Pada tabel 5.49. menunjukkan nilai tambah terbesar diterima oleh Industri Kecil dan Menengah dengan nilai tambah rata-rata sebesar Rp
250.400,00 228 per unit untuk produk kusen pintu, artinya untuk setiap 1 unit produk kusen pintu dapat memberikan nilai tambah kepada
pelaku IKM rata-rata sebesar Rp 250.400,00 228. Hal ini sesuai dengan penelitian Maulidah dan Kusmawardani 2011 dalam
Cakswindryandani, dkk. 2016, besar kecilnya nilai tambah dipengaruhi oleh besarnya biaya yang dikeluarkan dan nilai produk
yang dihasilkan. Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja operator mesin
rata-rata sebesar 2.400,00, biaya tenaga kerja penebang rata-rata sebesar Rp 4.600,00, biaya konsumsi tenaga kerja penebang dan operator mesin
rata-rata sebesar Rp 6.800,00, biaya tenaga kerja produksi rata-rata sebesar Rp 45.000,00, biaya bahan penolong rata-rata sebesar Rp
12.300,00, biaya penggergajian rata-rata sebesar Rp 13.600,00, biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp 23.600,00, biaya tenaga kerja
pengangkut rata-rata sebesar Rp 10.000,00, dan termasuk juga biaya konsumsi tenaga kerja produksi selama proses pembuatan produk kusen
pintu sekitar sehari rata-rata sebesar Rp 50.000,00.
3 Nilai Tambah Pelaku Rantai Nilai Model 2
Hasil perhitungan nilai tambah para pelaku yang terlibat dalam rantai nilai sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan
Ponjong, Gunungkidul model 2 tidak merata. Perhitungan nilai tambah tersebut sebagai berikut:
TABEL 5.50.
Perhitungan Nilai Tambah Produk Almari Pakaian dari Kayu Akasia di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola Finishing
Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik
No. Pelaku dalam
rantai nilai Penerimaan
Rpunit Nilai Tambah
Rpunit
1. Petani Rp 450.000,00 Rp 450.000,00
2. Pedagang Kayu Rp 522.200,00 Rp 72.200,00 16
3. IKM: Almari Pakaian
Rp 2.000.000,00 Rp 1.477.800,00 283 Sumber: Data Primer diolah, 2016
Pada tabel 5.50. menunjukkan nilai tambah terbesar diterima oleh Industri Kecil dan Menengah dengan nilai tambah rata-rata sebesar Rp
1.477.800,00 283 per unit untuk produk almari pakaian menggunakan pola finishing sending dan melamin atau pola finishing
klasik, artinya untuk setiap 1 unit produk almari pakaian dapat memberikan nilai tambah kepada pelaku IKM rata-rata sebesar Rp
1.477.800,00 283 baik menggunakan pola finishing sending dan melamin atau pola finishing klasik.
Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja produksi rata- rata sebesar Rp 437.500,00, biaya tenaga kerja finishing rata-rata
sebesar Rp 158.000,00, biaya bahan penolong rata-rata sebesar Rp 434.800,00 untuk pola finishing sending dan melamin serta Rp
258.000,00 untuk pola finishing klasik, biaya penggergajian rata-rata sebesar Rp 58.800,00, biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp
102.500,00, biaya tenaga kerja pengangkut rata-rata sebesar Rp 50.000,00, biaya tenaga kerja ukir rata-rata sebesar Rp 150.000,00 serta
biaya konsumsi tenaga kerja produksi, ukir dan finishing selama proses pembuatan produk almari pakaian sekitar 5 hari rata-rata sebesar Rp
300.000,00. Nilai tambah untuk pedagang kayu rata-rata sebesar Rp 72.200,00
16 per unit untuk produk almari pakaian, artinya untuk setiap 1 unit produk almari pakaian dapat memberikan nilai tambah kepada
pedagang kayu rata-rata sebesar Rp 72.200,00 16. Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja operator mesin rata-rata sebesar
10.500,00, biaya tenaga kerja penebang rata-rata sebesar Rp 20.000,00, biaya konsumsi tenaga kerja penebang dan operator mesin rata-rata
sebesar Rp 29.500,00, serta biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp 2.000,00.
TABEL 5.51.
Perhitungan Nilai Tambah Produk Set Meja dan Kursi Makan dari Kayu Akasia di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola
Finishing Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik
No. Pelaku dalam
rantai nilai Penerimaan
Rpunit Nilai Tambah
Rpunit
1. Petani Rp 337.500,00 Rp 337.500,00
2. Pedagang Kayu Rp 391.700,00 Rp 54.200,00 16
3. IKM: Set Meja dan
Kursi Makan Rp 2.442.900,00
Rp 2.051.200,00 524 Sumber: Data Primer diolah, 2016
Pada tabel 5.51. menunjukkan nilai tambah terbesar diterima oleh Industri Kecil dan Menengah dengan nilai tambah rata-rata sebesar Rp
2.051.200,00 524 per unit untuk produk set meja dan kursi makan dengan menggunakan pola finishing sending dan melamin atau pola
finishing klasik, artinya untuk setiap 1 unit produk set meja dan kursi makan dapat memberikan nilai tambah kepada pelaku IKM rata-rata
sebesar Rp 2.051.200,00 524 baik menggunakan pola finishing sending dan melamin atau pola finishing klasik.
Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja produksi rata- rata sebesar Rp 460.000,00, biaya tenaga kerja finishing rata-rata
sebesar Rp 300.000,00, biaya bahan penolong rata-rata sebesar Rp 259.500,00 untuk pola finishing sending dan melamin serta Rp
159.300,00 untuk pola finishing klasik, biaya penggergajian rata-rata sebesar Rp 44.100,00, biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp
76.900,00, biaya tenaga kerja pengangkut rata-rata sebesar Rp 50.000,00, biaya tenaga kerja ukir rata-rata sebesar Rp 250.000,00 serta
biaya konsumsi tenaga kerja produksi, ukir dan finishing selama proses pembuatan produk set meja dan kursi makan sekitar 6-7 hari rata-rata
sebesar Rp 420.000,00. Nilai tambah untuk pedagang kayu rata-rata sebesar Rp 54.200,00
16 per unit untuk produk set meja dan kursi makan, artinya untuk setiap 1 unit produk set meja dan kursi makan dapat memberikan nilai
tambah kepada pedagang kayu rata-rata sebesar Rp 54.200,00 16.
Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja operator mesin rata- rata sebesar 7.900,00, biaya tenaga kerja penebang rata-rata sebesar Rp
15.000,00, biaya konsumsi tenaga kerja penebang dan operator mesin rata-rata sebesar Rp 22.200,00, serta biaya penyusutan alat rata-rata
sebesar Rp 1.500,00.
TABEL 5.52.
Perhitungan Nilai Tambah Produk Set Meja dan Kursi Tamu dari Kayu Akasia di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola
Finishing Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik
No. Pelaku dalam
rantai nilai Penerimaan
Rpunit Nilai Tambah
Rpunit
1. Petani Rp 337.500,00 Rp 337.500,00
2. Pedagang Kayu Rp 391.700,00 Rp 54.200,00 16
3. IKM: Set Meja dan
Kursi Tamu Rp 2.750.000,00 Rp 2.358.300,00 602
Sumber: Data Primer diolah, 2016 Pada tabel 5.52. menunjukkan nilai tambah terbesar diterima oleh
Industri Kecil dan Menengah dengan nilai tambah rata-rata sebesar Rp 2.358.300,00 602 per unit untuk produk set meja dan kursi tamu
dengan menggunakan pola finishing sending dan melamin atau pola finishing klasik, artinya untuk setiap 1 unit produk set meja dan kursi
tamu dapat memberikan nilai tambah kepada pelaku IKM rata-rata sebesar Rp 2.358.300,00 602 baik menggunakan pola finishing
sending dan melamin atau pola finishing klasik. Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja produksi rata-
rata sebesar Rp 506.300,00, biaya tenaga kerja finishing rata-rata
sebesar Rp 312.500,00, biaya bahan penolong rata-rata sebesar Rp 224.900,00 untuk pola finishing sending dan melamin serta Rp
153.900,00 untuk pola finishing klasik, biaya penggergajian rata-rata sebesar Rp 44.100,00, biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp
76.900,00, biaya tenaga kerja pengangkut rata-rata sebesar Rp 50.000,00, biaya tenaga kerja ukir rata-rata sebesar Rp 250.000,00 serta
biaya konsumsi tenaga kerja produksi, ukir dan finishing selama proses pembuatan produk set meja dan kursi makan sekitar 6-7 hari rata-rata
sebesar Rp 420.000,00. Nilai tambah untuk pedagang kayu rata-rata sebesar Rp 54.200,00
16 per unit untuk produk set meja dan kursi tamu, artinya untuk setiap 1 unit produk set meja dan kursi tamu dapat memberikan nilai
tambah kepada pedagang kayu rata-rata sebesar Rp 54.200,00 16. Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja operator mesin rata-
rata sebesar 7.900,00, biaya tenaga kerja penebang rata-rata sebesar Rp 15.000,00, biaya konsumsi tenaga kerja penebang dan operator mesin
rata-rata sebesar Rp 22.200,00, serta biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp 1.500,00. Hasil penelitian ini didukung pernyataan dari
Soeharjo 1991 dalam Cakswindryandani, dkk. 2016, bahwa nilai tambah tergantung pada perlakuan dan teknologi yang digunakan.
TABEL 5.53.
Perhitungan Nilai Tambah Produk Tempat Tidur dari Kayu Akasia di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola Finishing
Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik
No. Pelaku dalam
rantai nilai Penerimaan
Rpunit Nilai Tambah
Rpunit
1. Petani Rp 225.000,00 Rp 225.000,00
2. Pedagang Kayu Rp 261.100,00 Rp 36.100,00 16
3. IKM: Tempat Tidur
Rp 1.800.000,00 Rp 1.538.900,00 589 Sumber: Data Primer diolah, 2016
Pada tabel 5.53. menunjukkan nilai tambah terbesar diterima oleh Industri Kecil dan Menengah dengan nilai tambah rata-rata sebesar Rp
1.538.900,00 589 per unit untuk produk tempat tidur menggunakan pola finishing sending dan melamin atau pola finishing klasik, artinya
untuk setiap 1 unit produk tempat tidur dapat memberikan nilai tambah kepada pelaku IKM rata-rata sebesar Rp 1.538.900,00 589 baik
menggunakan pola finishing sending dan melamin atau pola finishing klasik.
Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja produksi rata- rata sebesar Rp 190.000,00, biaya tenaga kerja finishing rata-rata
sebesar Rp 200.000,00, biaya bahan penolong rata-rata sebesar Rp 160.100,00 untuk pola finishing sending dan melamin serta Rp
102.800,00 untuk pola finishing klasik, biaya penggergajian rata-rata sebesar Rp 29.400,00, biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp
51.200,00, biaya tenaga kerja pengangkut rata-rata sebesar Rp 50.000,00, biaya tenaga kerja ukir rata-rata sebesar Rp 150.000,00 serta
biaya konsumsi tenaga kerja produksi, ukir dan finishing selama proses pembuatan produk tempat tidur sekitar 5 hari rata-rata sebesar Rp
300.000,00. Nilai tambah untuk pedagang kayu rata-rata sebesar Rp 36.100,00
16 per unit untuk produk tempat tidur, artinya untuk setiap 1 unit produk tempat tidur dapat memberikan nilai tambah kepada pedagang
kayu rata-rata sebesar Rp 36.100,00 16. Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja operator mesin rata-rata sebesar 5.200,00,
biaya tenaga kerja penebang rata-rata sebesar Rp 10.000,00, biaya konsumsi tenaga kerja penebang dan operator mesin rata-rata sebesar
Rp 14.800,00, serta biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp 1000,00.
TABEL 5.54.
Perhitungan Nilai Tambah Mebel Kayu Akasia untuk Produk Kusen Pintu di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2
No. Pelaku dalam
rantai nilai Penerimaan
Rpunit Nilai Tambah
Rpunit
1. Petani Rp 103.800,00 Rp 103.800,00
2. Pedagang Kayu Rp 120.500,00 Rp 16.700,00 16
3. IKM: Kusen Pintu
Rp 360.000,00 Rp 239.500,00 199 Sumber: Data Primer diolah, 2016
Pada tabel 5.54. menunjukkan nilai tambah terbesar diterima oleh Industri Kecil dan Menengah dengan nilai tambah rata-rata sebesar Rp
239.500,00 199 per unit untuk produk kusen pintu, artinya untuk setiap 1 unit produk kusen pintu dapat memberikan nilai tambah kepada
pelaku IKM rata-rata sebesar Rp 239.500,00 199.
Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja produksi rata- rata sebesar Rp 45.000,00, biaya bahan penolong rata-rata sebesar Rp
12.300,00, biaya penggergajian rata-rata sebesar Rp 13.600,00, biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp 23.600,00, biaya tenaga kerja
pengangkut rata-rata sebesar Rp 10.000,00, dan termasuk juga biaya konsumsi tenaga kerja produksi selama proses pembuatan produk kusen
pintu sekitar sehari rata-rata sebesar Rp 50.000,00. Nilai tambah untuk pedagang kayu rata-rata sebesar Rp 16.700,00
per unit untuk produk kusen pintu, artinya untuk setiap 1 unit produk kusen pintu dapat memberikan nilai tambah kepada pedagang kayu
rata-rata sebesar Rp 16.700,00. Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja operator mesin rata-rata sebesar 2.400,00, biaya tenaga
kerja penebang rata-rata sebesar Rp 4.600,00, biaya konsumsi tenaga kerja penebang dan operator mesin rata-rata sebesar Rp 6.800,00, serta
biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp 500,00. c.
Mebel Kayu Mahoni 1
Nilai Tambah Pelaku Rantai Nilai Model 2
Hasil perhitungan nilai tambah para pelaku yang terlibat dalam rantai nilai sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan Kecamatan
Ponjong, Gunungkidul model 2 tidak merata. Perhitungan nilai tambah tersebut sebagai berikut:
TABEL 5.55.
Perhitungan Nilai Tambah Produk Almari Pakaian dari Kayu Mahoni di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola Finishing
Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik
No. Pelaku dalam
rantai nilai Penerimaan
Rpunit Nilai Tambah
Rpunit
1. Petani Rp 283.300,00 Rp 283.300,00
2. Pedagang Kayu Rp 400.000,00 Rp 116.700,00 41
3. IKM: Almari Pakaian
Rp 1.733.300,00 Rp 1.333.300,00 333 Sumber: Data Primer diolah, 2016
Pada tabel 5.55. menunjukkan nilai tambah terbesar diterima oleh Industri Kecil dan Menengah dengan nilai tambah rata-rata sebesar Rp
1.333.300,00 333 per unit untuk produk almari pakaian menggunakan pola finishing sending dan melamin atau pola finishing
klasik, artinya untuk setiap 1 unit produk almari pakaian dapat memberikan nilai tambah kepada pelaku IKM rata-rata sebesar Rp
1.333.300,00 333 baik menggunakan pola finishing sending dan melamin atau pola finishing klasik.
Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja produksi rata- rata sebesar Rp 408.300,00, biaya tenaga kerja finishing rata-rata
sebesar Rp 150.000,00, biaya bahan penolong rata-rata sebesar Rp 419.100,00 untuk pola finishing sending dan melamin serta Rp
242.100,00 untuk pola finishing klasik, biaya penggergajian rata-rata sebesar Rp 58.800,00, biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp
102.500,00, biaya tenaga kerja pengangkut rata-rata sebesar Rp 50.000,00, biaya tenaga kerja ukir rata-rata sebesar Rp 150.000,00 serta
biaya konsumsi tenaga kerja produksi, ukir dan finishing selama proses pembuatan produk almari pakaian sekitar 5 hari rata-rata sebesar Rp
300.000,00. Nilai tambah untuk pedagang kayu rata-rata sebesar Rp
116.700,00 41 per unit untuk produk almari pakaian, artinya untuk setiap 1 unit produk almari pakaian dapat memberikan nilai tambah
kepada pedagang kayu rata-rata sebesar Rp 116.700,00 41. Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja operator mesin rata-rata
sebesar 10.500,00, biaya tenaga kerja penebang rata-rata sebesar Rp 20.000,00, biaya konsumsi tenaga kerja penebang dan operator mesin
rata-rata sebesar Rp 29.500,00, serta biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp 2.000,00.
TABEL 5.56.
Perhitungan Nilai Tambah Produk Set Meja dan Kursi Makan dari Kayu Mahoni di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola
Finishing Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik
No. Pelaku dalam
rantai nilai Penerimaan
Rpunit Nilai Tambah
Rpunit
1. Petani Rp 170.000,00 Rp 170.000,00
2. Pedagang Kayu Rp 240.000,00 Rp 70.000,00 41
3. IKM: Set Meja dan
Kursi Makan Rp 1.600.000,00 Rp 1.360.000,00 567
Sumber: Data Primer diolah, 2016 Pada tabel 5.56. menunjukkan nilai tambah terbesar diterima oleh
Industri Kecil dan Menengah dengan nilai tambah rata-rata sebesar Rp 1.360.000,00 567 per unit untuk produk set meja dan kursi makan
dengan menggunakan pola finishing sending dan melamin atau pola finishing klasik, artinya untuk setiap 1 unit produk set meja dan kursi
makan dapat memberikan nilai tambah kepada pelaku IKM rata-rata sebesar Rp 1.360.000,00 567 baik menggunakan pola finishing
sending dan melamin atau pola finishing klasik. Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja produksi rata-
rata sebesar Rp 475.000,00, biaya tenaga kerja finishing rata-rata sebesar Rp 275.000,00, biaya bahan penolong rata-rata sebesar Rp
208.500,00 untuk pola finishing sending dan melamin serta Rp 218.700,00 untuk pola finishing klasik, biaya penggergajian rata-rata
sebesar Rp 35.300,00, biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp 61.500,00, biaya tenaga kerja pengangkut rata-rata sebesar Rp
50.000,00, biaya tenaga kerja ukir rata-rata sebesar Rp 250.000,00 serta biaya konsumsi tenaga kerja produksi, ukir dan finishing selama proses
pembuatan produk set meja dan kursi makan sekitar 6-7 hari rata-rata sebesar Rp 420.000,00.
Nilai tambah untuk pedagang kayu rata-rata sebesar Rp 70.000,00 41 per unit untuk produk set meja dan kursi makan, artinya untuk
setiap 1 unit produk set meja dan kursi makan dapat memberikan nilai tambah kepada pedagang kayu rata-rata sebesar Rp 70.000,00 41.
Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja operator mesin rata- rata sebesar 6.300,00, biaya tenaga kerja penebang rata-rata sebesar Rp
12.000,00, biaya konsumsi tenaga kerja penebang dan operator mesin
rata-rata sebesar Rp 17.700,00, serta biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp 1.200,00.
TABEL 5.57.
Perhitungan Nilai Tambah Produk Set Meja dan Kursi Tamu dari Kayu Mahoni di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola
Finishing Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik
No. Pelaku dalam
rantai nilai Penerimaan
Rpunit Nilai Tambah
Rpunit
1. Petani Rp 212.500,00 Rp 212.500,00
2. Pedagang Kayu Rp 300.000,00 Rp 87.500,00 41
3. IKM mebel kayu: Set Meja dan
Kursi Tamu Rp 2.100.000,00 Rp 1.800.000,00 600
Sumber: Data Primer diolah, 2016 Pada tabel 5.57. menunjukkan nilai tambah terbesar diterima oleh
Industri Kecil dan Menengah dengan nilai tambah rata-rata sebesar Rp 1.800.000,00 600 per unit untuk produk set meja dan kursi tamu
dengan menggunakan pola finishing sending dan melamin atau pola finishing klasik, artinya untuk setiap 1 unit produk set meja dan kursi
tamu dapat memberikan nilai tambah kepada pelaku IKM rata-rata sebesar Rp 1.800.000,00 600 baik menggunakan pola finishing
sending dan melamin atau pola finishing klasik. Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja produksi rata-
rata sebesar Rp 566.700,00, biaya tenaga kerja finishing rata-rata sebesar Rp 316.700,00, biaya bahan penolong rata-rata sebesar Rp
257.900,00 untuk pola finishing sending dan melamin serta Rp 215.200,00 untuk pola finishing klasik, biaya penggergajian rata-rata
sebesar Rp 44.100,00, biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp 76.900,00, biaya tenaga kerja pengangkut rata-rata sebesar Rp
50.000,00, biaya tenaga kerja ukir rata-rata sebesar Rp 250.000,00 serta biaya konsumsi tenaga kerja produksi, ukir dan finishing selama proses
pembuatan produk set meja dan kursi tamu rata-rata sebesar Rp 420.000,00.
Nilai tambah untuk pedagang kayu rata-rata sebesar Rp 87.500,00 41 per unit untuk produk set meja dan kursi tamu, artinya untuk
setiap 1 unit produk set meja dan kursi tamu dapat memberikan nilai tambah kepada pedagang kayu rata-rata sebesar Rp 87.500,00 41.
Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja operator mesin rata- rata sebesar 7.900,00, biaya tenaga kerja penebang rata-rata sebesar Rp
15.000,00, biaya konsumsi tenaga kerja penebang dan operator mesin rata-rata sebesar Rp 22.200,00, serta biaya penyusutan alat rata-rata
sebesar Rp 1.500,00.
TABEL 5.58.
Perhitungan Nilai Tambah Produk Tempat Tidur dari Kayu Mahoni di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2 Menggunakan Pola Finishing
Sending dan Melamin serta Pola Finishing Klasik
No. Pelaku dalam
rantai nilai Penerimaan
Rpunit Nilai Tambah
Rpunit
1. Petani Rp 121.400,00 Rp 121.400,00
2. Pedagang Kayu Rp 171.400,00 Rp 50.000,00 41
3. IKM mebel kayu: Tempat Tidur
Rp 1.550.000,00 Rp 1.378.600,00 804 Sumber: Data Primer diolah, 2016
Pada tabel 5.58. menunjukkan nilai tambah terbesar diterima oleh Industri Kecil dan Menengah dengan nilai tambah rata-rata sebesar Rp
1.378.600,00 804 per unit untuk produk tempat tidur menggunakan pola finishing sending dan melamin atau pola finishing klasik, artinya
untuk setiap 1 unit produk tempat tidur dapat memberikan nilai tambah kepada pelaku IKM rata-rata sebesar Rp 1.378.600,00 804 baik
menggunakan pola finishing sending dan melamin atau pola finishing klasik.
Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja produksi rata- rata sebesar Rp 200.000,00, biaya tenaga kerja finishing rata-rata
sebesar Rp 200.000,00, biaya bahan penolong rata-rata sebesar Rp 138.300,00 untuk pola finishing sending dan melamin serta Rp
90.600,00 untuk pola finishing klasik, biaya penggergajian rata-rata sebesar Rp 25.200,00, biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp
43.900,00, biaya tenaga kerja pengangkut rata-rata sebesar Rp 50.000,00, biaya tenaga kerja ukir rata-rata sebesar Rp 150.000,00 serta
biaya konsumsi tenaga kerja produksi, ukir dan finishing selama proses pembuatan produk tempat tidur sekitar 5 hari rata-rata sebesar Rp
300.000,00. Nilai tambah untuk pedagang kayu rata-rata sebesar Rp 50.000,00
41 per unit untuk produk tempat tidur, artinya untuk setiap 1 unit produk tempat tidur dapat memberikan nilai tambah kepada pedagang
kayu rata-rata sebesar Rp 50.000,00 41. Nilai tambah tersebut
meliputi biaya tenaga kerja operator mesin rata-rata sebesar 4.500,00, biaya tenaga kerja penebang rata-rata sebesar Rp 8.600,00, biaya
konsumsi tenaga kerja penebang dan operator mesin rata-rata sebesar Rp 12.700,00, serta biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp 800,00.
TABEL 5.59.
Perhitungan Nilai Tambah Mebel Kayu Mahoni untuk Produk Kusen Pintu di Setiap Pelaku Rantai Nilai Model 2
No. Pelaku dalam
rantai nilai Penerimaan
Rpunit Nilai Tambah
Rpunit
1. Petani Rp 56.700,00 Rp 56.700,00
2. Pedagang Kayu Rp 80.000,00 Rp 23.300,00 41
3. IKM mebel kayu: Kusen Pintu
Rp 350.000,00 Rp 270.000,00 338 Sumber: Data Primer diolah, 2016
Pada tabel 5.59. menunjukkan nilai tambah terbesar diterima oleh Industri Kecil dan Menengah dengan nilai tambah rata-rata sebesar Rp
270.000,00 338 per unit untuk produk kusen pintu, artinya untuk setiap 1 unit produk kusen pintu dapat memberikan nilai tambah kepada
pelaku IKM rata-rata sebesar Rp 270.000,00 338. Nilai tambah tersebut meliputi biaya tenaga kerja produksi rata-
rata sebesar Rp 40.000,00, biaya bahan penolong rata-rata sebesar Rp 12400,00, biaya penggergajian rata-rata sebesar Rp 11.800,00, biaya
penyusutan alat rata-rata sebesar Rp 20.500,00, biaya tenaga kerja pengangkut rata-rata sebesar Rp 7.000,00, dan termasuk juga biaya
konsumsi tenaga kerja produksi selama proses pembuatan produk kusen pintu sekitar sehari rata-rata sebesar Rp 50.000,00.
Nilai tambah untuk pedagang kayu rata-rata sebesar Rp 23.300,00 41 per unit untuk produk kusen pintu, artinya untuk setiap 1 unit
produk kusen pintu dapat memberikan nilai tambah kepada pedagang kayu rata-rata sebesar Rp 23.300,00 41. Nilai tambah tersebut
meliputi biaya tenaga kerja operator mesin rata-rata sebesar 2.100,00, biaya tenaga kerja penebang rata-rata sebesar Rp 4.000,00, biaya
konsumsi tenaga kerja penebang dan operator mesin rata-rata sebesar Rp 6.000,00, serta biaya penyusutan alat rata-rata sebesar Rp 400,00.
151
BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN
A. Simpulan
Berdasarakan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Rantai pasok industri pengolahan kayu pada sentra IKM mebel kayu di Desa
Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul terdiri dari 2 model. Model 1 terdiri dari petani - pemilik jasa penggergajian - pelaku IKM - konsumen.
Model 2 terdiri dari petani - pedagang kayu - pemilik jasa penggergajian - pelaku IKM - konsumen.
2. Rantai nilai industri pengolahan kayu pada sentra IKM mebel kayu di Desa
Genjahan Kecamatan Ponjong, Gunungkidul melibatkan 4 pelaku utama petani dan pedagang kayu sebagai penyedia bahan baku, pemilik jasa
penggergajian sebagai penyedia jasa penggergajian dan pelaku IKM. Pengadaan bahan baku yang digunakan untuk membuat mebel berasal dari
daerah setempat. Teknologi yang digunakan sudah tergolong modern, sehingga mampu untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik dan
menekan biaya. Pelatihan Sumber Daya Manusia melalui pelatihan masih perlu ditingkatkan lagi agar menambah keterampilan. Akses pasar masih
kurang memadai, karena kurangnya pengetahuan pelaku IKM terhadap teknologi informasi.