Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

commit to user 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tempat Kerja Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat 1, yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Oleh karena pada tiap tempat kerja terdapat sumber bahaya maka pemerintah mengatur keselamatan kerja baik di darat, di tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Ketentuan tersebut berlaku dalam tempat kerja, yang merupakan tempat-tempat : a. Dibuat, dicoba, dipakai, atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan. b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit atau beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi. commit to user 7 c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dilakukan pekerjaan persiapan. d. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan, lapangan kesehatan. e. Dilakukan usaha pertambangan, dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batuan-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan. f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia baik di daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara. g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau gudang. h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air. i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan. j. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau yang rendah. k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting. commit to user 8 l. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang. m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran. n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah. o. Dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar, televisi atau telepon. p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset penelitian yang menggunakan alat tehnis. q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air. r. Diputar filem, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik. Pungky, 2004 2. Kecelakaan Kerja Suatu industri sangat tidak menginginkan terjadi kecelakaan kerja di lingkungan kerjanya, karena dapat menghancurkan reputasi perusahaan- nya. Definisi dari kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan WLGDNGLLQJLQNDQ6XPD¶PXU1996, definisi lain adalah suatu peristiwa atau kejadian yang tidak diinginkan, yang mengakibatkan cidera pada manusia kerusakan pada harta benda atau kerugian pada proses produksi Frank. E. Bird, 2007. Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan manusia yang tidak aman unsafe act dan keadaan lingkungan yang tidak commit to user 9 aman unsafe condition. Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui dari hasil-hasil penelitian, bahwa 80-85 kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat, bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Kurang kendali dari sistem manajemen merupakan sebab utama terjadinya kecelakaan Frank. E. Bird dan Jr. George L Jerman, 2007. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyebab terjadinya suatu kecelakaan, banyak para praktisi yang memperkenalkan teori loss causation model model penyebab kerugian. Salah satu model teori domino yang diperkenalkan oleh International Loss Control Institut ILCI. Dalam teori sederhana ini dinyatakan bahwa kecelakaan tidak datang dengan sendirinya, ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului adanya suatu kecelakaan, dalam teori ini rangkaian peristiwa tersebut digambarkan sebagai rangkaian kartu domino. Rangkaian kartu domino berikut ini menggambarkan hubungan manajemen secara langsung dengan sebab dan akibat dari suatu kejadian yang dapat menurunkan prestasi dari suatu kegiatan produksi. Gambar. 1 Teori domino Untuk lebih detailnya, diagram alur tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut ini : Lack of Control Basic Casual Immadiate Causes inciden Loss commit to user 10 a. Kurangnya Sistem Pengendalian Lack of Control Kurangnya kontrol merupakan urutan pertama menuju terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerugian. Kontrol merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen yaitu: Planning, Organizing, Leading, dan Controling. Tanpa manajemen pengendalian yang kuat, penyebab kecelakaan dan rangkaian efek akan dimulai dan memicu faktor penyebab kerugian. Kurangnya pengendalian dapat disebabkan karena faktor : 1 Program yang tidak memadai 2 Standar program yang tidak memadai. 3 Tidak memenuhi standar. Domino pertama akan jatuh pada pihak manajemen yang tidak mampu mengorganisasi, memimpin dan mengontrol pekerja dalam memenuhi standar yang telah di tentukan Rudi, 2007. b. Penyebab Dasar Basic Cause Dari adanya kontrol yang tidak memadai akan menyebabkan timbulnya peluang pada penyebab dasar dari kejadian yang menyebabkan kerugian. Penyebab dasar terdiri dari : 1 Faktor manusia Kurangnya kemampuan fisik atau mental, kurangnya pengetahuan, keterampilan, stress atau tegang, atau motivasi yang keliru. commit to user 11 2 Faktor pekerjaan Adanya standar kerja tidak cukup, rancang bangun dan pemeliharaan yang tidak memadai, standar pembelian yang kurang atau lain-lain Suardi, 2007. c. Penyebab Langsung Immediate Cause Jika penyebab dasar terjadi, maka terbuka peluang untuk menjadi tindakan dan kondisi tidak aman. Menurut Heinrich dalam Dasar-Dasar K3 2007, menyebutkan bahwa 88 kecelakaan diakibatkan oleh tindakan yang tidak aman, 10 karena kondisi yang tidak aman dan 2 disebabkan oleh faktor yang tidak disebutkan. 1 Tindakan tidak aman Unsafe Act Tindakan tidak aman adalah pelanggaran terhadap cara kerja yang aman yang mempunyai resiko terjadinya kecelakaan, antara lain: a Menjalankan sesuatu tanpa izin. b Gagal mengingat atau mengamankan. c Menjalankan sesuatu peralatan dengan kecepatan yang tidak sesuai. d Tidak menggunakan alat-alat keselamatan kerja. e Menggunakan peralatan dangan cara tidak benar. f Tidak menggunakan alat pelindung diri. g Cara memuat dan membongkar tidak benar. h Cara mengangkat yang tidak benar. i Posisi yang tidak betul. j Menggunakan peralatan yang rusak. commit to user 12 2 Kondisi tidak aman Unsafe Condition Adalah kondisi fisik yang berbahaya dan keadaan yang berbahaya yang langsung membuka peluang terjadinya kecelakaan, antara lain : a Pengaman atau pelindung yang tidak cukup. b Alat, peralatan atau bahan yang rusak. c Penyumbatan . d Sistem peringatan yang tidak memadai. e Bahaya kebakaran dan peledakan. f Kurang bersih. g Kondisi yang berbahaya seperti : debu, gas, uap. h Kebisingan yang berlebih. i Kurangnya ventilasi dan penerangan. Suardi, 2007 d. Kejadian Incident Bila tindakan atau kondisi tidak aman tersebut tidak dilakukan kontrol maka akan menyebabkan insiden. Insiden adalah kejadian yang tidak di inginkan, dalam keadaan yang sedikit berbeda dapat mengakibatkan bahaya fisik terhadap manusia, kerusakan harta benda atau terganggunya suatu proses, atau bisa dikatakan bahwa insiden adalah suatu kondisi yang dapat menyebabkan hampir terjadinya suatu kerugian meskipun kondisi bahaya belum benar-benar terjadi. Insiden dapat menyebabkan cidera fisik atau kerusakan benda digolongkan sesuai dengan tipe-tipe kecelakaan yang terjadi, seperti: terjatuh, terbentur, commit to user 13 terpeleset, terperangkap, terkena listrik, panas, dingin, kebisingan dan bahaya lainya Suardi, 2007. e. Kerugian Loss Keseluruhan urutan di atas apabila terjadi, maka akan menyebabkan adanya kerugian terhadap manusia, harta benda dan akan mempengaruhi produktifitas dan kualitas kerja. Kecelakaan akan mengakibatkan cidera dan atau mati, kerugian harta benda bahkan sangat mempengaruhi moral pekerja termasuk keluarganya. Biaya yang timbul sebagai akibat kecelakaan dapat digambarkan seperti Gunung es yang kemudian sering disebut Teori Gunung Es yang artinya biaya langsung sebagai bongkahan gunung es yang terlihat pada pemukaan laut, sedang biaya tidak langsung yaitu bongkahan gunung es yang berada dibawah permukaan laut yang jauh lebih besar. Gambar 2. Teori Gunung Es commit to user 14 Dari kecelakaan yang ditimbulkan dapat diketahui kerugian yang dicapai baik ekonomi maupun non ekonomi. Kerugian ekonomi dapat berupa biaya langsung dan biaya tidak langsung. 1 Biaya Langsung meliputi : a Biaya perawatan dokter b Biaya kompensasi 2 Biaya tidak langsung meliputi : a Kerusakan dan kerugian harta benda, meliputi : 1 Biaya kerusakan bangunan 2 Biaya kerusakan perkakas 3 Biaya kerusakan hasil produksi dan material 4 Gangguan dan keterlambatan produksi 5 Biaya untuk pemenuhan aturan 6 Biaya untuk peralatan gawat darurat. 7 Biaya sewa peralatan 8 Waktu untuk penyelidikan b Biaya lain terdiri dari : 1 Gaji selama tidak bekerja 2 Biaya pergantian serta pelatihan. 3 Lembur. 4 Ekstra waktu untuk Supervisor. 5 Penurunan hasil kerja bagi yang celaka sewaktu memulai kerja Suardi, 2007 commit to user 15 3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara- FDUDPHODNXNDQSHNHUMDDQ6XPD¶PXU Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dalam Ilmu KesehatanKedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerjamasyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi- tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakitgangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit- SHQ\DNLWXPXP6XPD¶PXU. Untuk menghindari terjadinya suatu kecelakaan diperlukan suatu unsur pengaturan terhadap seluruh unsur di perusahaan yang terintregrasi oleh seluruh pihak perusahaan yang melibatkan keterkaitan unsur tersebut dalam menimbulkan suatu kondisi dengan potensi yang dapat menimbulkan kecelakaan. Pengaturan tersebut merupakan wujud dari program Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 yang harus menjadi komitmen setiap perusahaan. Untuk mendorong agar perusahaan menerapkan program K3 tersebut maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Bab III pasal 3 mengenai syarat-syarat keselamatan kerja yang menyatakan bahwa dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja, antara lain : Point A. Mencegah dan mengurangi kecelakaan. commit to user 16 Point M. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat, lingkungan, cara kerja dan prosedur kerja. Point R. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. Bab V Tentang pembinaan, pasal 9 point 1.d bahwa pengurus wajib menunjukkan dan menjelaskan pada pekerja tentang cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaan, serta point 3 mengenai kewajiban manajemen untuk melakukan Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berlaku di tempat kerja. Undang-undang tersebut ditambah dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI, No. PER.05MEN1996, point 2 tentang perencanaan yang menyatakan bahwa identifikasi bahaya, penilaian risiko dari kegiatan produksi barang dan jasa harus dipertimbangkan saat merumuskan rencana kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya Pungky, 2004. 4. Manajemen Risiko Risiko adalah kemungkinan probability terjadinya suatu kecelakaan cidera dan atau kerusakan terhadap manusia, peralatan dan atau lingkungan yang terpapar didalam suatu bahaya Marunda Grahamineral, 2010. commit to user 17 Bahaya adalah sumber atau situasi yang berpotensi menyebabkan kerusakan cidera kecelakaan pada manusia, peralatan dan lingkungan Marunda Grahamineral, 2010. Risiko bisa terjadi dikarenakan adanya peluang sesuatu terjadi yang akan berpengaruh terhadap tujuan dan Risiko terukur dari kemungkinan terjadi dan konsekwensi yang ditimbulkan ASNZS 4360. 1995. Manajemen risiko adalah suatu proses atau perencanaan identifikasi, penilaian, dan prioritas risiko diikuti dengan koordinasi dan aplikasi ekonomis sumber daya yang ada untuk mengurangi, memonitor, dan mengendalikan probabilitas dan atau dampak dari severitas atau untuk memaksimalkan realisasi peluang. ISO IEC Guide 73:2009. Menurut OHSAS 18001:2007, manajemen K3 adalah upaya terpadu untuk mengelola risiko yang ada dalam aktivitas perusahaan yang dapat mengakibatkan cedera pada manusia, kerusakan atau gangguan terhadap bisnis perusahaan. Karena itu salah satu klausul dalam siklus manajemen K3 adalah mengenai manajemen risiko. Manajemen resiko terbagi atas 3 bagian yaitu hazard identification, risk assesment, dan risk control. Manajemen risiko Risk Management adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana, dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Menurut teori domino kecelakaan tidak timbul dengan sendirinya, akan tetapi ada serangkaian peristiwa yang sebelumnya mendahului atau menjadi faktor penyebab atau pemicu terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu commit to user 18 manajemen risiko sangat diperlukan untuk mencari atau mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya risiko kecelakaan agar faktor penyebab atau pemicu dapat segera diatasi. Manajemen risiko sangat berkaitan sekali dengan bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja, dimana bahaya dan risiko tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Apabila dalam suatu perusahaan tidak ada manajemen risiko yang baik, kemungkinan besar perusahaan akan mengalami kesalahan dalam sistem pengendalian risiko, yang berdampak pada kerugian perusahaan. Untuk meraih semua itu maka dibutuhkan sistem manajemen risiko yang sangat baik di dalam perusahaan. Dalam pelaksanaannya untuk mewujudkan sistem manajemen risiko yang baik, maka harus melalui beberapa tahapan, yaitu : a. Identifikasi Bahaya Hazard Identification Identifikasi bahaya merupakan upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Menurut Stuart Hawthorn I. Eng., M.I. Plant E. dalam buku Risk Management Process, cara sederhana melakukan identifikasi bahaya adalah dengan melakukan pengamatan lapangan secara langsung. Ada 3 pertanyaan yang dapat dipakai sebagai pendahuluan : 1 Apakah ada sumber untuk menimbulkan cederaloss? Sumber potensi bahaya merupakan faktor penyebab kerja yang dapat ditentukan dan dikendalikan. Sumber-sumber bahaya berasal dari : commit to user 19 a Bangunan, Peralatan dan Instalasi Di dalam bangunan suatu tempat kerja perlu di perhatikan masalah kontruksi dan desain. Hal tersebut dimaksudkan agar tempat kerja yang dibangun dapat menjamin keselamatan dan kesehatan bagi setiap pekerja dan orang lain yang bekerja di tempat kerja, baik dari segi penerangan, ventilasi, ergonomi, jalan dan persimpangan harus beri marka yang jelas. Begitu juga penempatan rambu-rambu pada bagian yang membutuhkan. Tersedianya jalan untuk menyelamatkan diri dan dibutuhkan lebih dari satu pada sisi yang berlawanan. Pintu harus membuka keluar guna memudahkan dalam melakukan penyelamatan diri. Suatu proses produksi tidak lepas dari penggunakan peralatan yang berguna untuk menunjang kegiatan produksi, dan dalam penggunaanya sudah pasti akan menimbulkan potensi bahaya yang apabila tidak digunakan secara baik akan menimbulkan bermacam-macam bahaya. Untuk memastikan suatu peralatan aman dipakai maka diperlukan alat pengaman yang diatur oleh peraturan-perturan dibidang keselamatan kerja. Untuk peralatan yang rumit pengoperasianya perlu disediakan operation manual dan suatu petunjuk sebagai daftar periksa cheklist. b Bahan Karakteristik bahan yang ditimbulkan dari suatu bahan tergantung dari sifat bahan, antara lain : commit to user 20 1 Mudah terbakar. 2 Mudah meledak. 3 Menimbulkan energi. 4 Menimbulkan kerusakaan pada kulit dan jaringan tubuh. 5 Menyebabkan kanker. 6 Menyebabkan kelainan pada janin. 7 Bersifat racun. 8 Radioaktif. Selain resiko yang berbeda-beda, setiap bahan mempunyai intensitas atau tingkat bahaya yang berbeda, misalnya pengaruh dari suatu bahan kimia ada yang akut dan ada yang kronis. Untuk mengetahui setiap karakteristik suatu bahan dan penanganannya dibuat MSDS Material Safety Data Sheet sebagai alat informasi kepada tenaga kerja agar dapat mengenali karakteristik dan cara penanganan bahan-bahan kimia tersebut. c Proses Bahaya yang timbul dari faktor proses tergantung dari teknologi yang dipakai. Proses yang dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana dan peralatan yang komplek rumit mempunyai potensi bahaya yang berbeda. Dalam suatau proses sering digunakan faktor tambahan yang dapat memperbesar faktor risiko bahaya. Dari proses produksi terkadang timbul debu, asap, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti tangan terjepit, commit to user 21 terpotong, memar, tertimpa bahan. Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. d Cara kerja Cara kerja mempunyai efek bahaya baik terhadap karyawan sendiri atau orang yang berada di sekitar. Cara kerja yang dimaksud antara lain : 1 Cara mengangkat dan mengangkut, apabila terjadi kesalahan akan mengakibatkan cidera umumnya cidera tulang belakang. 2 Cara kerja yang salah dapat menyebabkan hamburan pertikel debu, serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan kimia. 3 Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara pemakaian yang salah. e Lingkungan kerja Terdiri atas : 1 Fisik a Temperatur Kondisi tempat kerja yang terlalu panas dapat menyebabkan tenaga kerja cepat lelah, karena kehilangan cairan dan garam dalam tubuh. Bila suhu lingkungantempat kerja berlebih maka suhu tubuh akan meningkat yang akan menyebabkan gangguan kesehatan dan hilangnya konsentrasi. Sedangkan untuk suhu yang dingin akan commit to user 22 menyebabkan tenaga kerja mudah sakit, karena daya tahan tubuh menurun. b Kebisingan Kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan atau suara yang intensitasnya melebihi Nilai Ambang Batas NAB yaitu sekitar 85 dB selama 8 jam sehari atau 40 jam perminggu. Dengan kondisi melebihi NAB secara tidak langsung akan mempengaruhi alat pendengaran, gangguan komunikasi, konsentrasi dan ganguan fisik. Pada awalnya gangguan tersebut bersifat sementara tapi kemudian berubah menjadi permanen. c Penerangan Penerangan yang intensitasnya kurang memadai atau menyilaukan akan menyebabkan kelelahan pada mata yang pada akhirnya akan menyebabkan rasa kantuk dan hal ini dapat menyebabkan kecelakaan pada operator. d Getaran Getaran yang berlebih akan dapat menyebabkan kelainan pada sistem peradaran darah, saraf, sendi dan tulang punggung. e Radiasi Radiasi dapat menyebabkan kelainan pada tubuh dan dapat menaikan suhu tubuh sehingga akan menimbulkan hal-hal seperti efek panas. commit to user 23 2 Kimia Sumber bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan-bahan yang di pakai maupun yang digunakan selama proses produksi yang terhambur, tercecer ke lingkungan kerja akibat dari instalasi dan penanganan yang kurang memadai. Sumber bahan kimia dapat mengakibatkan gangguan lokal dan sistematik. Gejala yang timbul dapat bersifat akut dan kronis. 3 Biologis Sumber bahaya yang dapat menyebabkan gangguan kesehatanpenyakit akibat kerja atau penyakit umum. Sumber bahaya biologis dapat berupa jasad renik, gangguan serangga dan gangguan lain. 4 Psikologis Ganguan psikologis dapat terjadi karena adaya pressure ditempat kerja, hubungan kerja yang tidak harmonis. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik tekanan darah, stres, dan sebagainya. 5 Fisiologis Gangguan ini bersifat faal dapat diakibatkan karena overload dan peralatan yang tidak sesuai atau tidak serasi dangan tenaga kerja. 2 Target apa saja yang terkenaterpengaruh bahaya? Target yang mungkin terkenaterpengaruh sumber bahaya; a Manusia b Produk commit to user 24 c Peralatanfasilitas d Lingkungan e Proses downtime f Reputasi 3 Bagaimana mekanisme cederaloss dapat timbul? Mekanisme cederaloss dapat timbul : a Jatuh dari elevansi sama dan berbeda b Tertimpaterkena benda jatuh c Terbenturtertabrak d Terjebakterjepit e Mengeluarkan tenaga berlebihan f Terpaparkontak dengan suhu berlebihan g Terpaparkontak dengan arus listrik h Terpaparkontak dengan bahan berbahaya Ramli, 2009 Identifikasi bahaya adalah suatu tekhnik komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya yang ada dari suatu bahan, alat, atau sistem. Tekhnik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat di klasifikasikan atas : 1 Metoda pasif Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara langsung. Seseorang akan mengetahui adanya bahaya lobang dijalan setelah tersandung atau terperosok kedalamnya. Namun commit to user 25 metoda ini sangat rawan, karena tidak semua bahaya dapat menunjukkan eksistensinya sehingga dapat terlihat. 2 Metoda semi proaktif Metoda ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak perlu mengalaminya sendiri. Metoda ini lebih baik karena tidak perlu mengalaminya sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya, namun metoda ini juga kurang efektif kareana : a Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian kecelakaan. b Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak laim untuk diambil sebagai pelajaran c Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian, walaupun menimpa pihak lain. 3 Metoda Proaktif Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan. Tindakan proaktif memiliki kelebihan : a Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan kecelakaan atau cedera. b Bersifat peningkatan berkelanjutan continual improvement karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan. commit to user 26 c Meningkatkan kepedulian awareness semua pekerjaan setelah mengetahui dan mengenal adanya bahaya disekitar tempat kerjanya. d Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya bahaya dapat menimbulkan kerugian. Dewasa ini telah berkembang berbagai macam tekhnk identifikasi bahaya yang bersifat proaktif antara lain : 1 Daftar periksa dan audit atau inspeksi K3 2 Analisa bahaya awal 3 Analisa pohon kegagalan 4 Analisa what if 5 Analisa Modal Kegagalan dan efek 6 Hazops Hazard and Operability study 7 Analisa Keselamatan Kerja Job Safety Analysis 8 Analisa Risiko Pekerjaan Task Risk Analysis Ramli, 2009 Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat bagi perusahaan antara lain : 1 Mengurangi peluang kecelakaan Identifikasi bahaya dapat mengurangi peluang terjadinya kecelakaan, karena identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan. Dengan identifikasi bahaya maka berbagai sumber bahaya yang merupakan pemicu kecelakaan dapat diketahui commit to user 27 dan kemudian dihilangkan, sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan. 2 Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak pekerja, manajemen ataupun semua pihak yang terkait mengenai potensi bahaya dari aktivitas perusahaan, sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan. 3 Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan mengenal bahaya yang ada, manajemen dapat menentukan skala prioritas penanganannya sesuai dengan tingkat resikonya, sehingga diharapkan hasilnya akan lebih efektif. 4 Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan. Dengan demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai resiko suatu usaha yang dilakukan Ramli, 2009 b. Penilaian Risiko Risk Assessment Penilaian resiko adalah upaya untuk menghitung besarnya suatu resiko dan menetapkan apakah resiko tersebut dapat diterima atau tidak. Penilaian risiko Risk Assessment mencakup dua tahapan proses yaitu : 1 Analisa Risiko Risk Analysis Analisa risiko Risk Analysis adalah untuk menentukan besarnya suatu risiko yang mempunyai kombinasi antara commit to user 28 kemungkinan terjadinya kemungkinan atau likelihood dan keparahan bila risiko tersebut terjadi severity atau consequences. 2 Evaluasi Risiko Risk Evaluation Evaluasi risiko Risk Evaluation adalah untuk menilai apakah resiko tersebut dapat diterima atau tidak dan untuk menentukan prioritas risiko. Peringkat risiko sangat penting sebagai alat manajemen untuk dapat mengambil keputusan. Melalui peringkat resiko manajemen dapat menentukan skala prioritas dalam penanganan segala risiko yang ada. c. Pengendalian Risiko Risk Control Menurut ILO dalam Dasar-Dasar K3 2007, langkah-langkah penanggulangan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan : 1 Peraturan perundang-undangan Ketentuan dan syarat K3 mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik dan teknologi; penerapan ketentuan dan syarat K3 sejak tahap rekayasa; penyelenggaraan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3. 2 Standarisasi Standar K3 maju akan menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan K3. 3 Inspeksi Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi tempat kerja masih memenuhi ketentuan dan persyaratan K3. commit to user 29 4 Riset teknis, medis, psikologis dan statistik Riset penelitian untuk menunjang tingkat kemajuan bidang K3 sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik dan teknologi. 5 Pendidikan dan latihan Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan dan ketrampilan K3 bagi tenaga kerja. 6 Persuasi Cara penyuluhan dan pendekatan di bidang K3, bukan melalui penerapan dan pemaksaan melalui sanksi-sanksi. 7 Asuransi Insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan dengan pembayaran premi yang lebih rendah terhadap perusahaan yang memenuhi syarat K3. 8 Penerapan K3 di tempat kerja Langkah-langkah pengaplikasikan di tempat kerja dalam upaya memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja. Pendekatan yang paling sering dipakai dan yang dianjurkan dalam perundangan dalam pengendalian kecelakaan adalah dengan menggunakan hirarki pengendalian, yaitu sebagai berikut : 1 Eliminasi Eliminasi merupakan langkah memodifikasi atau menghilangkan metode, bahan ataupun proses untuk menghilangkan commit to user 30 bahaya secara keseluruhan nol. Efektifitas dari eliminasi ini adalah 100, artinya dapat menghilangkan bahaya sampai pada titik nol. 2 Substitusi Subtitusi merupakan penggantian material, bahan, proses yang mempunyai nilai risiko yang tinggi dengan yang mempunyai nilai risiko lebih kecil. 3 Isolasi Isolasi yaitu memisahkan bahaya dari manusia dengan pagar, ruang atau pemisah waktu. Perubahan struktural dilakukan terhadap lingkungan kerja atau proses kerja untuk menghambat atau menutup jalannya transmisi pekerja dan bahan. Untuk itu dipergunakan room control, penjaga mesin, penutup bahaya, penggunaan ventilasi penghisap dan alat untuk penanganan manual. 4 Administrasi Pengendalian administratif dengan mengurangi atau menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau instruksi. Pengendalian tersebut diantaranya adalah mengurangi pemaparan terhadap kandungan bahaya dengan pergiliran atau perputaran kerja job rotation, sistem ijin kerja atau hanya dengan menggunakan tanda bahaya. Pengendalian administratif tergantung pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan. 5 Alat Pelindung Diri APD Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pengaman ini dapat commit to user 31 mengurangi keparahan risiko yang timbul. Keberhasilan pengendalian ini tergantung dari alat pelindung diri yang dikenakan itu sendiri, artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan benar. Dalam melakukan pengendalian risiko kecelakaan ini, maka dapat ditentukan jenis pengendalian terhadap bahaya tersebut dengan mempertimbangkan tingkat paling atas dari hirarki pengendalian, jika tingkat atas tidak dapat dipenuhi maka melakukan upaya tingkat pengendalian selanjutnya, demikian seterusnya sehingga pengendalian risiko kecelakaan dilakukan berdasarkan hirarki pengendalian. Akan tetapi mungkin juga dapat dilakukan upaya-upaya gabungan dari pengendalian tersebut untuk mencapai tingkat pengendalian risiko yang diinginkan, yaitu dengan : 1 Pemantauan dan Tinjauan Ulang Setelah rencana tindakan pengendalian risiko dilakukan maka selanjutnya perlu dipantau ulang apakah tindakan tersebut sudah efektif atau belum. Bentuk pemantauan antara lain : a Inspeksi K3 b Pemantauan Lingkungan c Audit 2 Komunikasi dan Konsultasi Hasil manajemen risiko harus dikomunikasikan dan diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan sehingga akan memberikan manfaat dan keuntungan bagi semua. Manajemen harus memperoleh commit to user 32 informasi yang jelas mengenai semua resiko yang ada di bawah kendalinya. Demikian pula dengan para pekerja, perlu diberi informasi mengenai semua potensi yang ada di tempat kerjanya sehingga mereka bias melakukan pekerjaan atau kegiatannya dengan aman. Pihak lainpun, seperti pemasok, kontraktor, dan masyarakat sekitar aktivitas perusahaan juga perlu mendapat informasi yang jelas tentang kegiatan perusahaan dan potensi bahaya yang dapat timbul dan akan membawa pengaruh terhadap keselamatannya. Komunikasi yang digunakan dapat berupa edaran, petunjuk praktis, forum komunikasi, buku panduan atau pedoman kerja. Untuk pekerja tingkat bawah dan masyarakat sekitar, aspek manajemen resiko harus dikomunikasikan dengan bahasa praktis dan sederhana sehingga mudah dipahami. Dengan mengetahui dan memahami semua resiko yang ada di lingkungannya, maka semua pihak akan dapat bertindak hati-hati. Upaya pencegahan kecelakaan akan dapat dilakukan dengan efektif. Manajemen resiko mengisyaratkan perlunya partisipasi semua pihak dalam pengembangan dan penerapannya. Tanpa partisipasi aktif, manajemen resiko tidak akan dapat berhasil dengan baik. Oleh karena itu, dalam proses manajemen risiko semua pihak harus dilibatkan sesuai dengan porsinya masing-masing dan lingkup kegiatannya. Bentuk konsultasi atau partisipasi dalam pengembangan manajemen resiko dapat dilakukan melalui berbagai bentuk, antara lain : a Membentuk Tim Manajemen Risiko commit to user 33 Penerapan manajemen risiko harus dilakukan secara terencana dan terpadu dengan melibatkan banyak pihak. Karena itu manajemen perlu membentuk tim implementasi yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan dan menerapkan manajemen risiko di lingkungan perusahaan atau organisasi. Tim ini dapat dipilih atau disusun berdasarkan kompetensi atau menurut disiplin sehingga dapat mewakili semua unsur sehingga tingkat partisipasi akan lebih tinggi. b Tim Identifikasi Bahaya Perusahaan juga dapat membentuk tim khusus untuk menangani aspek tertentu, misalnya tim identifikasi bahaya. Tim ini dapat dibentuk khusus untuk melakukan identifikasi bahaya diseluruh area kegiatan, misalnya tim khusus untuk kajian analisa keselamata kerja Job Safety AnalysisJSA. Untuk melakukan risk management, Job Safety Analysis JSA bermanfaat untuk mengidentifikasi dan menganalisa bahaya dalam suatu pekerjaan Job. Hal ini sejalan dengan pendekatan sebab kecelakaan yang bermula dari adanya kondisi atau tindakan tidak aman saat melakukan aktivitas. Karena itu dengan melakukan identifikasi bahaya pada setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan langkah pencegahan yang tepat dan efektif Ramli, 2009. 5. Job Safety Analysis JSA commit to user 34 Seperti yang disebutkan diatas, salah satu kegiatan yang dilakukan untuk melakukan manajemen risiko adalah dengan pembuatan Job Safety Analysis. Job Safety Analysis atau sering disebut Analisa Keselamatan Pekerjaan merupakan salah satu sistem identifikasi bahaya dan manajemen risiko yang dalam pelaksanaan ditekankan pada identifikasi risiko dari bahaya yang muncul pada tiap-tiap tahapan pekerjaantugas yang dilakukan tenaga kerja atau analisa keselamatan pekerjaan merupakan suatu carametode yang digunakan untuk memeriksa dan menemukan bahaya- bahaya sebelumnya diabaikan dalam merancang tempat kerja, fasilitasalat kerja, mesin yang digunakan dan proses kerja. Menurut NOSA 1999, JSA merupakan salah satu usaha dalam menganalisa tugas dan prosedur yang ada di suatu industri. JSA didefinisikan sebagai metode mempelajari suatu pekerjaan untuk mengidentifikasi bahaya dan potensi insiden yang berhubungan dengan setiap langkah, mengembangkan solusi yang dapat menghilangkan dan mengkontrol bahaya serta insiden. Job Safety Analysis merupakan salah satu langkah utama dalam analisa bahaya dan kecelakaan dalam usaha menciptakan keselamatan kerja. Bila bahaya telah dikenali maka dapat dilakukan tindakan pengendalian yang berupa perubahan fisik atau perbaikan prosedur kerja yang dapat mereduksi bahaya kerja. Dalam pelaksanaannya, prosedur analisa keselamatan kerja memerlukan latihan, pengawasan dan penulisan uraian commit to user 35 kerja yang dikenal sebagai JSA untuk mempermudah pengertian prosedur kerja pada karyawan. Hal-hal positif yang dapat diperoleh dari pelaksanaan JSA, adalah : a. Sebagai upaya pencegahan kecelakaan b. Sebagai alat kontak safety safety training terhadap tenaga kerja baru c. Melakukan review pada Job prosedur setelah terjadi kecelakaan d. Memberikan pre job intruction pada pekerjaan yang baru e. Memberikan pelatihan secara pribadi kepada karyawan f. Meninjau ulang SOP sesudah kecelakaan atau nearmiss accident terjadi. Dalam pembuatan JSA, terdapat teknik yang dapat memudahkan pengerjaannya, yaitu : a. Memilih orang yang tepat untuk melakukan pengamatan, misalnya orang yang berpengalaman dalam pengerjaan, mampu dan mau bekerja sama dan saling tukar pikiran dan gagasan. b. Apabila orang tersebut tidak paham akan perannya dalam pembuatan JSA, maka diberi pengarahan dahulu tentang maksud dan tujuan pembuatan JSA. c. Bersama orang tersebut melakukan pengamatanpengawasan terhadap pekerjaan dan mencoba untuk membagi atau memecahkan pekerjaan tersebut menjadi beberapa langkah dasar. d. Mencatat pekerjaan tersebut setelah membagi pekerjaan tersebut. e. Memeriksa dengan seksama dan mendiskusikan hasil tersebut ke bagian section head yang diamati. commit to user 36 Tujuan pelaksanaan Job Safety Analysis secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya disetiap aktivitas pekerjaan sehingga tenaga kerja diharapkan mampu mengenali bahaya tersebut sebelum terjadi kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Sebagai tujuan jangka panjang dari program JSA ini diharapkan tenaga kerja dapat ikut berperan aktif dalam pelaksanan JSA, sehingga dapat menanamkan kepedulian tenaga kerja terhadap kondisi lingkungan kerjanya guna menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman dan meminimalisasi kondisi tidak aman unsafe condition dan perilaku tidak aman unsafe action. Pelaksanaan Job Safety Analysis mempunyai manfaat dan keuntungan sebagai berikut : 1 Dapat digunakan untuk memberikan pelatihan atau training mengenai prosedur kerja dengan lebih aman dan efisien. 2 Memberikan training kepada tenaga kerjakaryawan baru. 3 Memberikan Pre-job instruction pada pekerjaan yang tidak tetap. 4 Melakukan review pada job prosedur setelah terjadi kecelakaan. 5 Melakukan studi terhadap pekerjaan untuk memungkinan dilakukan improvement metode kerja. 6 Identifikasi pengaman apa saja yang perlu dipakai saat bekerja 7 Meningkatkan produktifitas kerja dan tingkah laku positif mengenai safety. commit to user 37 Didalam melaksanakan program JSA, terdapat empat langkah dasar yang harus dilakukan, yaitu : a. Menentukan pekerjaan yang akan dianalisis Langkah pertama dari kegiatan pembuatan JSA adalah mengidentifikasi pekerjaan yang dianggap kritis. Langkah ini sangat menentukan keberhasilan program ini. Hal ini didasarkan pada program klasik yaitu masalah waktu untuk menganalisa setiap tugas disuatu perusahaan. Untuk keluar dari masalah tersebut, diperlukan usaha untuk identifikasi pekerjaantugas kritis dengan cara mengklarifikasi tugas yang mempunyai dampak terhadap kecelakaanmelihat dari daftar statistik kecelakaan, apakah itu kecelakaan yang menyebabkan kerusakan harta benda, cidera pada manusia, kerugian kualitas dan kerugian produksi. Hasil dari identifikasi tersebut tergantung pada tingkat kekritisan dari kegiatan yang berlangsung. Dalam menentukan pekerjaantugas kritis atau tidak didasarkan pada : 1 Frekuensi kecelakaan Pekerjaan yang sering menyebabkan terjadinya kecelakaan merupakan sasaran dari JSA. Semakin tinggi kekerapan terjadinya kecelakaan makin diperlukan pembuatan JSA untuk pekerjaan tersebut. 2 Kecelakaan yang mengakibatkan luka commit to user 38 Setiap pekerjaan yang memiliki potensi untuk mengakibat- kan luka baik luka yang dapat menyebabkan cacat sementara atau luka yang menyebabkan cacat tetap. 3 Pekerjaan dengan potensi kerugian yang tinggi Perubahan pekerjaan dapat menimbulkan perubahan pola kerja sehingga dapat menimbulkan kecelakan di lingkungan kerja. 4 Pekerjaan baru Perubahan peralatan atau menggunakan mesin baru dapat menyebabkan timbulnya kecelakaan. JSA perlu segera dibuat setelah penggunaan mesin baru. Analisa tersebut tidak boleh ditunda sehingga dapat menyebabkan terjadi nearmiss atau kecelakaan terlebih dahulu. b. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar Dari setiap pekerjaan diatas dapat dibagi menjadi beberapa bagian atau tahapan yang beruntun yang pada akhirnya dapat digunakandimanfaatkan menjadi suatu prosedur kerja. Tahap-tahap ini nantinya akan dinilai keefektifannya dan potensi kerugian yang mencakup aspek keselamatan, kualitas dan produksi. Tahapan kerja dapat diartikan bagian atau rangkaian dari keseluruhan pekerjaan, ini bukan berarti bahwa kita harus menulismembuat daftar dari detail pekerjaan yang sekecil-kecilnya pada uraian kerja tersebut. Untuk mengetahui tahapan pekerjaan diperlukan observasi ke lapangantempat kerja untuk mengamati secara langsung bagaimana commit to user 39 suatu pekerjaan dilakukan. Dari proses tersebut dapat kita ketahui aspek- aspeklangkah-langkah kerja apa yang perlu kita cantumkan. Dalam membuatmenulis langkah-langkah kerja tidak terdapat standart yang pasti harus sedetail apa suatu langkah kerja harus ditulis. Proses yang efektif dalam proses penyusunan tahapan pekerjaan ini adalah memasukkan semua tahapan kerja utama yang kritis. Setelah melakukan observasi dicek kembali dan diskusikan kepada foremansection head yang bersangkutan untuk keperluan evaluasi dan mendapatkan persetujuan tentang apa yang dilakukan dalam pembuatan JSA. c. Mengidentifikasi bahaya pada masing-masing pekerjaan Dari proses pembuatan tahapan pekerjaan, secara tidak langsung akan dapat menganalisamengidentifikasi dampakbahaya apa saja yang disebabkan atau ada dari setiap langkah kerja tersebut. Dari proses yang diharapkan kondisi risiko bagaimanapun diharapkan dapat dihilangkan atau minimalkan sampai batas yang dapat diterima dan ditoleransikan baik dari kaidah keilmuan maupun tuntutan standarthukum. Bahaya disini dapat diartikan sebagai suatu benda, bahan atau kondisi yang bisa menyebabkan cidera, kerusakan dan atau kerugian kecelakaan. Identifikasi potensi bahaya merupakan alat manajemen untuk mengendalikan kerugian dan bersifat proaktif dalam upaya pengendalian bahaya di lapangan tempat kerja. Dalam hal ini tidak ada seorang pun yang dapat meramalkan seberapa parah atau seberapa besar commit to user 40 akibatkerugian yang akan terjadi jika suatu insiden terjadi, namun identifikasi bahaya ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya insiden dengan melakukan upaya-upaya tertentu. Untuk melakukan identifikasi yang efektif, diperlukan hal-hal seperti dibawah ini : 1 Melakukan pengamatan secara dekat. 2 Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang diamati. 3 Pengamatan dilakukan secara berulang-ulang. 4 Melakukan dialog dengan operator yang dinilai berpengalaman dalam pekerjaan yang diamati. d. Mengendalikan bahaya Langkah terakhir dalam pembuatan JSA adalah mengembangkan suatu prosedur kerja yang aman yang dapat dianjurkan untuk mencegah terjadinya suatu kecelakaan. Pendekatan yang paling sering dipakai dan yang dianjurkan dalam perundangan dalam pengendalian kecelakaan adalah dengan menggunakan hirarki pengendalian, yaitu sebagai berikut : 1 Eliminasi Eliminasi merupakan langkah memodifikasi atau menghilang- kan metode, bahan ataupun proses untuk menghilangkan bahaya secara keseluruhan nol. Efektifitas dari eliminasi ini adalah 100, artinya dapat menghilangkan bahaya sampai pada titik nol. commit to user 41 2 Substitusi Subtitusi merupakan penggantian material, bahan, proses yang mempunyai nilai risiko yang tinggi dengan yang mempunyai nilai resiko lebih kecil. 3 Isolasi Isolasi yaitu memisahkan bahaya dari manusia dengan pagar, ruang atau pemisah waktu. Perubahan struktural dilakukan terhadap lingkungan kerja atau proses kerja untuk menghambat atau menutup jalannya transmisi pekerja dan bahan. Untuk itu dipergunakan room control, penjaga mesin, penutup bahaya, penggunaan ventilasi penghisap dan alat untuk penanganan manual. 4 Administrasi Pengendalian administratif dengan mengurangi atau menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau instruksi. Pengendalian tersebut diantaranya adalah mengurangi pemaparan terhadap kandungan bahaya dengan pergiliran atau perputaran kerja job rotation, sistem ijin kerja atau hanya dengan menggunakan tanda bahaya. Pengendalian administratif tergantung pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan. 5 Alat Pelindung Diri APD Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pengaman ini dapat mengurangi keparahan risiko yang timbul. Keberhasilan pengendalian ini tergantung dari alat pelindung diri yang dikenakan itu sendiri, artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan benar. commit to user 42

B. Kerangka Pemikiran