PENGARUH PAPARAN DEBU TOTAL DI TEMPAT KERJA TERHADAP FUNGSI PARU KARYAWAN DI PT. MARUNDA GRAHAMINERAL JOB SITE LAUNG TUHUP KALIMANTAN TENGAH
LAPORAN KHUSUS
PENGARUH PAPARAN DEBU TOTAL DI TEMPAT
KERJA TERHADAP FUNGSI PARU KARYAWAN
DI
PT. MARUNDA GRAHAMINERAL
JOB SITE
LAUNG TUHUP
KALIMANTAN TENGAH
Denis Zulkan Pradika
R.0008029
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta 2011
(2)
(3)
(4)
commit to user
iv
ABSTRAK
PENGARUH PAPARAN DEBU TOTAL DI TEMPAT KERJA TERHADAP
FUNGSI PARU KARYAWAN DI PT. MARUNDA GRAHAMINERAL JOB
SITE LAUNG TUHUP KALIMANTAN TENGAH
Denis Zulkan Pradika 1, Hardjanto2, dan Sarsono3
Tujuan: Tempat kerja yang prosesnya mengeluarkan debu, dapat menyebabkan berkurangnya kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi paru-paru, bahkan dapat menimbulkan keracunan umum. Sehingga diperlukan upaya pengendalian faktor bahaya tersebut dan penanganan terhadap orang yang terpapar faktor bahaya tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh paparan debu total terhadap fungsi paru karyawan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional, jumlah sampel 40 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik
rancangan purposive sampling. Analisis data untuk mengetahui hubungan paparan
debu total dengan pengaruh yang dirasakan oleh karyawan di lapangan dan di office secara subyektif mempertimbangkan umur dan masa kerja, menggunakan uji chi square.
Hasil: Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode analitik untuk mengetahui hubungan paparan debu total dengan pengaruh yang dirasakan oleh
karyawan yang bekerja di lapangan dan di office. Pengambilan data mengenai
kadar debu total dari hasil pengukuran tahun 2010 dan data tentang pengaruh paparan debu dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara dan dengan kuesioner kepada karyawan serta studi kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan program SPSS.17. Dari hasil uji statistik didapatkan hasil yang sangat signifikan yaitu P = 0,000 (P < 0,05). Maka terbukti bahwa ada hubungan paparan debu dengan pengaruh yang dirasakan
Simpulan: Kadar debu total masih di atas baku mutu Ambien PP 41 tahun 1999 dan gejala-gejala yang dirasakan karyawan, debu bepengaruh terhadap fungsi paru. Saran yang diberikan adalah supaya perusahaan melakukan pengendalian terhadap debu yang melebihi baku mutu dan menindaklanjuti hasil penelitian ini untuk mengetahui adanya gangguan pernafasan terutama pada fungsi paru.
Kata kunci: Paparan Debu Total, Fungsi Paru
1. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,
(5)
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta
penyusunan laporan Tugas Akhir GHQJDQMXGXO³ Pengaruh Paparan Debu Total
di Tempat Kerja Terhadap Fungsi Paru Karyawan di PT. Marunda
Grahamineral Job Site Laung Tuhup Kalimantan Tengah´
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., S. PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes. selaku Ketua Program Diploma III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Hardjanto, dr., MS, Sp.Ok selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
4. Bapak Drs. Sarsono, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
5. Bapak dan Ibu Staff pengajar dan karyawan / karyawati Program D.III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
6. Bapak Ir. M. Samanhudi, selaku Mine Operator Manager atau Kepala Teknik
Tambang PT. Marunda Grahamineral, terima kasih telah memperkenankan penulis melaksanakan magang di PT. Marunda Grahamineral.
7. Bapak Meldianto Sandi, selaku HRD & GA Dept Head PT. Marunda
Grahamineral yang telah menerima penulis untuk melaksanakan magang di PT. Marunda Grahamineral
8. Bapak Ali Masruri selaku Safety Superintendent sekaligus pembimbing di
perusahaan, terima kasih banyak atas bantuan dan bimbingannya.
9. Seluruh keluarga besar PT. Marunda Grahamineral yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu terima kasih atas bantuan, bimbingan dan sambutan hangat yang diberikan selama penulis melaksanakan program magang.
10.Untuk Teman magangku, yang selalu saling memberikan motivasi dan
dukungan.
11.Ayah, Ibunda dan adik-adikku yang selalu memberikan motivasi, dukungan
serta doa restunya.
12.Teman-teman Angkatan 2008 D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
motivasi, dukungan VHUWD'R¶D.
13.Kakak-kakak Alumni Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
(6)
commit to user
vi
14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
berperan dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan-kekurangan karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta, 20 Juni 2011 Penulis,
(7)
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR SINGKATAN ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 3
C.Tujuan Penelitian... 3
D.Manfaat Penelitian... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
A.Tinjauan Pustaka ... 6
B.Kerangka Pemikiran ... 18
C.Hipotesis ... 19
BAB III METODE PENELITIAN... 20
(8)
commit to user
viii
B.Lokasi dan Waktu Penelitian... 20
C.Populasi Penelitian ... 20
D.Teknik Sampling ... 21
E.Sampel Penelitian ... 21
F. Variabel Penelitian ... 22
G.Definisi Operasional ... 23
H.Sumber Data ... 23
I. Instrumen Penelitian ... 24
J. Teknik Pengumpulan Data ... 25
K.Analisis Data ... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 28
A. Hasil Penelitian ... 28
B. Pembahasan ... 38
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 45
A. Simpulan... 45
B. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47 LAMPIRAN
(9)
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Kuesioner Karyawan di Jamut yang berada di Lapangan
PT. Marunda Grahamineral Tahun 2011 ... 27 Tabel 2. Data Kuesioner Karyawan di Jamut dan Menyango yang berada di
Office PT. Marunda Grahamineral Tahun 2011 ... 28
Tabel 3. Jumlah jawaban tiap itempertanyaan dari seluruh Responden
PT. Marunda Grahamineral Tahun 2011 ... 29 Tabel 4. Tabel Perhitungan Standar Deviasi ... 31 Tabel 5. Tabel 5. Perhitungan Standar Deviasi dengan program SPSS.17 ... 33 Tabel 6. Data Kriteria Efek Debu yang dirasakan Karyawan
PT. Marunda Grahamineral Tahun 2011 ... 33 Tabel 7. Paparan Debu dengan Tingkat Efek Crosstabulation ... 35 Tabel 8. Chi-Square Tests ... 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pengaruh Partikel Debu Terhadap Manusia ... 13 Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran ... 17
DAFTAR SINGKATAN
CCP : Coal Crushing Plant
MCC : Master Crushing Control
NAB : Nilai Ambang Batas
PT : Perusahaan Terbatas
ROM : Run Of Mine
SD : Standar Deviasi
SDM : Sumber Daya Manusia
SPM : Suspended Particulate Matter
TSP : Total Suspended Particulate
(10)
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat keterangan Magang Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Magang Lampiran 3. Dokumentasi Hasil Observasi
Lampiran 4. Data Pengukuran Kadar Debu Total Tahun 2010 Lampiran 5. Kuesioner
Lampiran 6. Hasil Uji Statistik
(11)
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini di Indonesia banyak didirikan berbagai macam industri. Hal ini akan semakin banyak pula menimbulkan berbagai masalah yang berhubungan dengan proses-proses produksi pada industri tersebut. Pada setiap industri dalam proses produksi akan menghasilkan efek negatif yang berupa pencemaran. Diantara berbagai gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja, debu merupakan salah satu sumber yang tidak dapat diabaikan. Dalam kondisi tertentu debu merupakan bahaya yang dapat menimbulkan kerugian besar. Tempat kerja yang prosesnya mengeluarkan debu, dapat menyebabkan berkurangnya kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi paru-paru, bahkan dapat menimbulkan keracunan umum. Apabila debu-debu yang ada pada ruangan kerja yang konsentrasinya melebihi Baku Mutu Udara Ambien Nasional maka hal ini akan menimbulkan gangguan kesehatan pada karyawan. Untuk itu perlu adanya keseimbangan dan keselarasan antara manusia dan lingkungan kerjanya.
Gangguan-gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor dalam pekerjaan bisa dihindarkan, asal saja pekerja dan pimpinan perusahaan ada kemauan baik untuk mencegahnya. Tentu perundang-undangan tidak akan ada faedahnya, apabila pimpinan perusahaan tidak melaksanakan ketetapan-ketetapan perundang-undangan itu, juga apabila para pekerja tidak mengambil
(12)
commit to user
2
peranan penting dalam menghindarkan gangguan-gangguan tersebut. Cara
mencegah gangguan tersebut adalah dengan cara subtitusi, ventilasi umum,
ventilasi keluar setempat (local exhauster), isolasi, alat pelindung diri,
pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan berkala/ ulangan, penerangan sebelum kerja, pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan
kepada pekerja secara kontinyu.(SXPD¶PXU.
Pemeliharaan dan peningkatan kondisi kesehatan tenaga kerja mutlak diperlukan agar karyawan dapat terlindungi dari dampak negatif dalam melaksanakan pekerjaan. Kesehatan merupakan hak dasar (asasi) manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kesehatan dan keselamatan bagi masyarakat pekerja memiliki korelasi terhadap produktivitas dan kesejahteraan karyawan. Oleh karena itu perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga pada akhirnya dapat memberikan sumbangan nyata dalam meningkatkan daya saing bangsa (Depkes RI, 2003: MD-2).
Untuk memelihara kesehatan, manusia memerlukan berbagai sarana kesehatan seperti kebutuhan akan gizi, lingkungan kerja yang baik dan pelayanan kesehatan kerja yang memadai. Lingkungan kerja merupakan ruang dimana pekerja berada dengan pekerjaannya dan kemungkinan terpapar dengan faktor fisik, kimia, biologi, psikologi dan ergonomi. Untuk mencapai tujuan tersebut Departemen Kesehatan menetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yang merupakan visi pembangunan nasional yang ingin dicapai dengan tujuan meningkatkan kualitas SDM yang dilakukan secara berkelanjutan.
(13)
3
Visi Indonesia Sehat 2010 mengandung cita-cita bahwa pada tahun 2010 telah terwujud masyarakat pekerja yang bekerja dalam lingkungan kerja yang sehat dan dengan perilaku kerja sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan dan produktivitas yang setinggi-tingginya. (Depkes, 2003: MD-3)
PT. Marunda Grahamineral, Laung Tuhup site, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah. merupakan salah satu tambang batubara yang daerah
operasinya berada di kawasan Barito ± Kalimanatan, Kalimantan Tengah, dalam
produksinya yang melibatkan tenaga manusia dan lingkungan tempat kerja. Lingkungan tempat kerja di perusahaan tersebut memiliki faktor-faktor bahaya yang dapat mengganggu kesehatan karyawannya. Salah satunya karena debu total yang ada di udara lingkungan tempat bekerja. Sehingga perlu dilakukan analisis mengenai paparan debu total apakah mempengaruhi fungsi paru. Oleh
NDUHQDLWXSHQXOLVPHQJDPELOMXGXOSHQHOLWLDQ³3HQJDUXK3DSDUDQ'HEX7RWDOGL
Tempat Kerja Terhadap Fungsi Paru Karyawan di PT. Marunda Grahamineral,
-RE6LWH/DXQJ7XKXS.DOLPDQWDQ7HQJDK´
B. Rumusan masalah
³$SDNDK DGD pengaruh paparan debu total di tempat kerja terhadap fungsi
paru karyawan di PT. Marunda Grahamineral, Job Site Laung Tuhup Kalimantan
7HQJDK"´
C. Tujuan Penelitian
(14)
commit to user
4
1. Mengetahui pengaruh paparan debu total terhadap fungsi paru karyawan di
PT. Marunda Grahamineral.
2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh paparan debu total terhadap
fungsi paru karyawan di PT. Marunda Grahamineral.
3. Untuk mengetahui langkah pengendalian yang dilakukan guna meminimalkan
resiko faktor bahaya tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Perusahaan
Memberikan sumbangan pemikiran tentang paparan debu total dengan fungsi paru karyawan dan pertimbangan untuk mengusahakan upaya pengendalian faktor bahaya tersebut serta dapat digunakan untuk menentukan tindakan yang sesuai agar dalam pengendalian menjadi efektif.
2. Peneliti
Meningkatkan wawasan dalam menganalisa paparan debu total dengan fungsi paru karyawan yang ada di tempat kerja yang diteliti secara langsung sehingga dapat merencanakan tindakan pengendalian secara praktis agar gangguan kesehatan tidak terjadi.
3. Pembaca
Diharapkan menjadi informasi bagaimana paparan debu total dengan fungsi paru karyawan di tempat kerja/ perusahaan.
(15)
5
Dapat menambah kepustakaan tentang paparan debu total dengan fungsi paru karyawan sebagai langkah awal pencegahan gangguan kesehatan kerja di perusahaan atau tempat kerja, sehingga dapat diambil manfaatnya untuk perkembangan kurikulum dan keilmuan kesehatan dan keselamatan kerja.
(16)
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Debu
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel
yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter / SPM) dengan
ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron. Dalam kasus pencemaran udara
baik dalam maupun di ruang gedung (Indoor and Out Door Pollution) debu
sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukkan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja.
Debu industri yang terdapat di udara dibagi menjadi 2, yaitu : a. Deposit Particulate Matter
Deposit particulate matter yaitu partikel debu yang hanya sementara di
udara. Partikel ini akan segera mengendap karena daya tarik bumi. b. Suspended Particulate Matter
Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap. (Pudjiastuti, 2002)
0HQXUXW6XPD¶PXU6: 104), debu adalah partikel-partikel zat padat
yang ditimbulkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan baik organik maupun anorganik Secara fisik
(17)
7
debu atau particulate dikategorikan sebagai pencemar yaitu dust udara aerosol. Debu terdiri dari 2 golongan, yaitu padat dan cair.
Debu yang terdiri atas partikel-partikel padat dapat menjadi 3 macam : a. Dust
Dust terdiri dari berbagai ukuran mulai dari yang submikroskopik sampai yang besar. Debu yang berbahaya adalah ukuran yang bisa terhirup ke dalam sistem pernafasan, umumnya lebih kecil dari 100 mikron dan bersifat dapat terhirup ke dalam paru-paru
b. Fumes
Fumes adalah partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena
kondensasi dari bentuk gas, biasannya sesudah penguapan benda padat yang dipijarkan dan lain-lain dan biasanya disertai dengan oksidasi
kimiawi sehingga terjadi zat-zat seperti logam (Cadmium) dan timbal
(Plumbum). c. Smoke
Smoke atau asap adalah produk dari pembakaran bahan organik yang tidak sempurna dan berukuran sekitar 0,5 mikron.
2. Sifat-sifat Debu
Sifat-sifat debu tidak berflokulasi, kecuali oleh gaya tarikan elektris, tidak berdifusi, dan turun karena tarikan gaya tarik bumi. Debu di atmosfer lingkungan kerja biasanya berasal dari bahan baku atau hasil produksi (Depkes RI, 1994).
(18)
commit to user
8
a. Sifat Pengendapan
Yaitu debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya gravitasi bumi. Debu yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel yang lebih besar dari debu yang terdapat di udara.
b. Permukaan cenderung selalu basah
Permukaan debu yang cenderung selalu basah disebabkan karena permukaannya selalu dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini menjadi penting sebagai upaya pengendalian debu di tempat kerja.
c. Sifat Penggumpalan
Debu bersifat menggumpal karena permukaan debu yang selalu basah maka debu satu dengan yang lainnya cenderung menempel membentuk gumpalan. Tingkat kelembaban di atas titik saturasi dan adanya turbelensi di udara mempermudah debu membentuk gumpalan.
d. Debu Listrik Statik
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang berlawanan dengan demikian partikel dalam larutan debu mempercepat terjadinya penggumpalan.
e. Sifat Opsis
Opsis adalah partikel yang basah/lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang dapat terlihat dalam kamar gelap.
3. Jenis debu
(19)
9
a. Debu organik adalah debu yang berasal dari makhluk hidup (debu kapas,
debu daun-daunan, tembakau dan sebagainya).
b. Debu metal adalah debu yang di dalamnya terkandung unsur-unsur logam
(Pb, Hg, Cd, dan Arsen)
c. Debu mineral ialah debu yang di dalamnya terkandung senyawa kompleks
(SiO2, SiO3, dll).
Debu memiliki karakter atau sifat yang berbeda-beda, antara lain debu fisik (debu tanah, batu, dan mineral), debu kimia (debu organik dan anorganik), dan debu biologis (virus, bakteri, kista), debu eksplosif atau debu yang mudah terbakar (batu bara, Pb), debu radioaktif (uranium, plutonium), debu inert (debu yang tidak bereaksi kimia dengan zat lain).
Menurut sifatnya, debu diklasifikasikan menjadi : a. Inert dust
Golongan debu inert tidak menyebabkan kerusakan atau reaksi fibrosis pada paru efeknya sangat sedikit atau tidak sama sekali pada penghirupan normal. Reaksi jaringan pada paru terhadap jenis debu ini adalah susunan nafas alat tetap utuh, tidak terbentuk fibrosis di paru, reaksi jaringan potensi dapat pulih kembali, dan tidak merupakan predisposing faktor penyakit TBC.
b. Proliferative dust
Golongan debu proliferatif di dalam paru akan membentuk fibrosis, fibrosis
ini akan membuat pengerasan pada jaringan alveoli sehinnga mengganggu
fungsi paru.
(20)
commit to user
10
Debu yang tidak termasuk dalam debu inert maupun debu ganas, yaitu keluhan debu yang tidak ditahan dalam paru, namun dapat menimbulkan efek iritasi yaitu debu bersifat asam atau basa kuat. Efek keracunan secara umum misalnya debu arsen, lead, sedangkan efek alergia khususnya debu golongan organik.
4. Konsentrasi dan Ukuran Debu
Konsentrasi debu dalam udara semakin tinggi konsentrasi kemungkinan mendapatkan keracunan semakin besar.
Ukuran partikel debu besar akan ditangkap oleh daluran nafas bagian atas. Untuk menghitung konsentrasi debu ini dipakai alat pengukur debu Electro precipitation yaitu yang mempergunakan aliran listrik dan Dust Midget Impinger yang mempergunakan tenaga hisapan udara.
5. Faktor yang menentukan besarnya gangguan kesehatan
Lingkungan debu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenikmatan kerja. Fakta yang menentukan besarnya gangguan kesehatan antara lain :
a. Kadar debu di udara : makin pekat kadar debu, makin cepat menimbulkan
gangguan kesehatan dan kenikmatan.
b. Ukuran/ diameter debu : debu yang berdiameter kecil akan dapat masuk
jauh ke dalam alveoli sementara yang besar akan tertahan di cilia dari
saluran nafas atas.
c. Sifat debu : berdasarkan sifat debu dalam memberikan gangguan
kesehatan, maka ada debu yang digolongkan mempunyai sifat inert,
(21)
11
d. Reaktifitas debu : debu organik kurang reaktif namun dapat menyebabkan
reaksi alergik. Debu anorganik lebih reaktif namun dapat menyebabkan reaksi iritasi.
e. Cuaca kerja : lingkungan kerja yang panas dan kering, mendorong
timbulnya debu, dan debu yang terbentuk dalam keadaan demikian akan menjadi lebih reaktif.
f. Lama waktu pemaparan : debu menimbulkan kelainan dalam paru dalam
jangka waktu yang cukup lama.
g. Kepekaan individu : bentuk kepekaan seseorang sangat berbeda satu
dengan yang lain. Kepekaan disini tidak hanya dalam bidang imonologis namun juga dalam bidang psikologis dan iritasi.
6. Efek Debu Terhadap Fungsi Pernafasan
Partikel debu melayang (Suspended Particulated Matter) adalah suatu
kumpulan senyawa dan bentuk padatan maupun cair yang tersebar di udara dengan diameter yang sangat kecil, kurang dari 1 mikron sampai maksimal 500 mikron. Ukuran partikel debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai 10 mikron. Partikel debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang dan dapat masuk melalui saluran pernafasan.
Dengan menarik nafas, udara yang mengandung debu masuk ke dalam paru-paru. Jalur yang ditempuh hidung, pharinx, tracea, bronchus, bronchioli dan alveoli. Apa yang terjadi dengan debu ini sangat tergantung dari pada besarnya ukuran debu.
(22)
commit to user
12
Debu yang berukuran antara 5 ± 10 mikron bila terhisap akan tertahan
dan tertimbun pada saluran nafas bagian atas; debu yang berukuran antara 3 ±
5 mikron tertahan dan tertimbun pada saluran nafas tengah. Partikel debu
dengan ukuran 1 ± 3 mikron disebut debu respirabel merupakan yang paling
berbahaya karena tertahan dan tertimbun mulai dari bronkhiolus terminalis sampai alveoli.
Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap
di alveoli, debu yang ukurannya antara 0,1 ± 0,5 mikron berdifusi dengan
gerak Brown keluar masuk alveoli; bila membentur alveoli ia dapat tertimbun disitu. Bila debu masuk ke dalam alveoli, jaringan mengeras, yang disebut fibrosis. Meskipun batas debu respirabel adalah 5 mikron, tetapi debu dengan
ukuran 5 ± 10 mikron dengan kadar berbeda dapat masuk ke dalam alveoli.
Debu yang berukuran lebih dari 5 mikron akan dikeluarkan semuanya bila jumlahnya kurang dari 10 partikel per milimeter kubik udara. Bila jumlahnya 1.000 partikel per milimeter kubik udara, maka 10% dari jumlah itu akan ditimbun dalam paru (WHO, 1993).
Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada saluran pernafasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai target organ sebagai berikut :
1. Partikel diameter > 5,0 mikron terkumpul di hidung dan tenggorokan., ini dapat menimbulkan efek berupa iritasi yang ditandai dengan gejala faringitis.
2. Partikel diameter 0,5 ± 5,0 mikron terkumpul di paru ± paru hingga alveoli,
(23)
13
3. Partikel diameter < 0,5 mikron terkumpul di alveoli dan dapat terabsorbsi ke dalam darah.
Gambar 1 : Pengaruh Partikel Debu Terhadap Manusia
Sumber : (Depkes RI Ditjen PPM dan PL, Dampak Pemanfaatan Batubara Terhadap Kesehatan. 2001)
7. Diagnosa Pneumoconioses
Pneumoconioses adalah segolongan penyakit yang disebabkan oleh penimbunan debu-debu dalam paru.
Cara menegakkan diagnosa untuk penyakit akibat kerja harus pula dipergunakan disini. Harus ada riwayat pekerjaan yang menghadapi debu
berbahaya dan menyebabkan pneumoconioses , misalnya pernah atau sedang
bekerja di pertambangan, di pabrik keramik, dan lain-lain. Gejala klinis berbeda-beda tergantung dari derajat banyaknya debu yang ditimbun dalam paru-paru; sudah tentu makin besar bagian paru-paru yang terkena, makin hebaylah gejala-gejalanya, walaupun hal itu tidak selalu benar.
(24)
commit to user
14
Gejala-gejalanya antara lain batuk-batuk kering, sesak nafas, kelelahan umum, susut berat badan, banyak dahak dan lain-lain. Gambaran Ro paru-paru menunjukkan kelainan-kelainan dalam paru-paru, baik noduler, ataupun lain-lainnya. Pemeriksaan tempat kerja harus menunjukkan adanya
debu yang diduga menjadi sebab penyakit pneumoconioses itu. Bila
pemeriksaan akan diteruskan dengan biopsi paru-paru maka paru-paru harus menunjukkan kadar zat penyebab yang lebih tinggi dari pada kadar yang biasa.
Diagnosa pneumoconioses adalah sukar, sebab sesungguhnya tak
seorangpun manusia yang tidak menimbun debu-debu dalam paru-parunya. Lebih-lebih kehidupan dikota atau ditempat kerja yang sangat berdebu itu. Makin tua umur berarti makin banyak pulalah debu ditimbun dalam paru-paru
sebagai hasilpenghirupan debu sehari-hari. Lebih-lebih pneumoconioses
tingkat permulaan sangaW VXNDU GLSDVWLNDQ GLDJQRVDQ\D6XPD¶PXU
128)
Macam-macam Pneumoconioses yang mungkin ada ditambang: a. Silicoses adalah penyakit golongan Pneumoconioses akibat debu silica
bebas (SiO2)
b. Anthracoses adalah penyakit golongan Pneumoconioses akibat debu
batubara.
c. Asbestoses adalah penyakit golongan Pneumoconioses akibat debu asbes.
d. Stannoses adalah penyakit golongan Pneumoconises akibat debu timah
(25)
15
8. Pengendalian Debu
Pengendalian debu di lingkungan kerja dapat dilakukan terhadap 3 hal yaitu pencegahan terhadap sumbernya, media pengantar (transmisi) dan terhadap manusia yang terkena dampak.
a. Substitusi yaitu mengganti bahan yang memiliki bahaya dengan bahan
yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali.
b. Ventilasi umum yaitu mengalirkan udara ke ruang kerja agar kadar debu
yang ada dalam ruangan kerja menjadi lebih rendah dari kadar nilai ambang batas (NAB). Memakai metode basah yaitu, penyiraman lantai
dan pengeboran basah (Wet Drilling). Dengan alat berupa Scrubber,
Elektropresipitator, dan Ventilasi Umum.
c. Isolasi yaitu menutup proses, bahan atau alat kerja yang merupakan
sumber debu agar tidak tersebar ke ruangan lain.
d. Memodifikasi proses yaitu mengubah proses atau cara kerja sedemikian
rupa agar hamburan debu yang dihasilkan berkurang seperti melengkapi water sprayer pada sumber.
e. Mengadakan pemantauan terhadap lingkungan kerja yaitu pemantauan
terhadap lingkungan kerja agar dapat diketahui apakah kadar debu yang dihasilkan sudah melampaui nilai ambang batas atau baku mutu yang diperkenankan.
f. Alat pelindung diri yaitu upaya perlindungan terhadap karyawan agar
terlindungi dari resiko bahaya yang dihadapi. Misalnya masker, sarung tangan, kaca mata dan pakaian pelindung.
(26)
commit to user
16
g. Penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja secara intensif agar
karyawan tetap waspada dalam melaksanakan pekerjaannya.
9. Pencegahan dan Pengobatan
Tindakan pencegahan merupakan tindakan yang paling penting pada penatalaksanaan penyakit paru akibat debu industri. Berbagai tindakan pencegahan perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit atau mengurangi laju penyakit. Perlu diketahui apakah pada suatu industri atau tempat kerja ada zat-zat yang dapat menimbulkan gangguan pernafasan. Kadar debu pada tempat kerja diturunkan serendah mungkin dengan memperbaiki teknik pengolahan bahan, misalnya pemakaian air untuk mengurangi debu yang beterbangan. Bila kadar debu tetap tinggi pekerja diharuskan memaki alat pelindung diri. Bila seseorang telah menderita penyakit, memindahkan ketempat yang tidak terpapar mungkin dapat mengurangi laju penyakit.
Perokok hendaklah berhenti merokok terutama bila bekerja pada tempat-tempat yang mempunyai risiko terjadi penyakit bronkitis industri dan kanker paru, karena asap rokok cepat meninggikan risiko timbulnya penyakit. Penderita yang atopik idealnya dianjurkan menghindari tempat yang jelas tepat mencetuskan serangan asma, seperti produksi sutra, deterjen, dan pekerjaan yang mempunyai paparan garam platinum. Industri dan tempat kerja yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan serangan asma hendaklah tidak menerima pegawai yang atopik. Pekerja yang menderita asma kerja hendaklah dihindari dan paparan zat di tempat kerja. Tidak ada pengobatan
(27)
17
spesifik dan efektif pada penyakit paru yang disebabkan oleh debu industri. Penyakit biasanya memberikan gejala bila kelainan telah lanjut. Pada silikosis dan asbestosis bila diagnosis telah ditegakkan penyakit dapat terus berlanjut menjadi fibrosis masif meskipun paparan dihilangkan ( Irga, 2009).
10. Nilai Ambang Batas (NAB) Untuk Debu
6XPD¶PXU 6: 106) menyatakan Nilai Ambang Batas (NAB adalah
kadar yang pekerja sanggup menghadapinya dengan tidak menunjukkan penyakit atau kelainan dalam pekerjaan mereka sehari-hari untuk waktu 8 jam sehari dan 40 jam seminggunya. Debu-debu yang hanya mengganggu
kenikmatan kerja (nuisance dust) adalah debu-debu yang tidak berakibat
fibrosis kepada paru-paru, melainkan berefek sangat sedikit atau tidak sama sekali pada penghirupan normal. Dahulu debu-debu demikian disebut debu inert (lamban), tetapi ternyata tidak ada debu yang sama sekali tanpa reaksi seluler, sehingga istilah inert tidak dipakai lagi. Reaksi jaringan paru-paru terhadap penghirupan debu yang demikian adalah :
a. Susunan saluran udara tetap utuh.
b. Tidak berbentuk jaringan parut.
c. Reaksi jaringan potensil dapat pulih kembali.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara di lingkungan kerja perlu dilakukan upaya pengendalian pencemaran udara dengan penetapan nilai ambang batas yaitu menurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Kimia di Lingkungan Kerja yaitu sebesar 3 mg/m3,
(28)
commit to user
18
tidak boleh melebihi 3,0 mg/m³. NAB dari debu-debu yang hanya mengganggu kenikmatan kerja adalah 10 mg/m³ atau 30 dalam juta partikel perkaki kubik / 30 jppkk.
Menurut PP 41-1996 tentang Baku Mutu Udara Ambien NAB debu
total untuk waktu pemaparan selama 24 jam adalah 230 µg/m3. NAB batubara
menurut Menteri Tenaga Kerja No. 51/MEN/1999 tentang NAB Faktor Fisik
di Tempat Kerja adalah 2 mg/m3.
B. Kerangka Pemikiran
Tempat Kerja
-kadar debu di
udara.
-ukuran/
diameter debu. -sifat debu. -reaktifitas debu. -cuaca kerja.
-lama waktu
pemaparan.
-kepekaan
individu.
Identifikasi dan Pengendalian Tidak ada identifikasi
dan pengendalian
Gangguan pernafasan dan kenikmatan kerja
Tidak ada gangguan pernafasan
Keuntungan bagi perusahaan dan
karyawan Terjadi Kerugian bagi
perusahaan dan penyakit akibat kerja
bagi karyawan
Udara lingkungan kerja
Karyawan
(29)
19
C. Hipotesis
Ada pengaruh paparan debu total terhadap fungsi paru karyawan di PT. Marunda Grahamineral, Job Site Laung Tuhup Kalimantan Tengah.
(30)
commit to user
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan rancangan Cross
Sectional (potong lintang). Dalam penelitian ini variabel bebas (faktor risiko) dan terikat (efek) dinilai secara simultan dengan pengukuran pada satu saat dan akan diperoleh efek populasi pada suatu saat sehingga dapat dibandingkan antara prevalensi kesehatan pada kelompok risiko dengan prevalensi kesehatan pada kelompok tanpa risiko serta dapat menentukan hubungan antara faktor risiko dan kesehatan.
Studi Cross Sectional adalah untuk menilai faktor risiko dalam kejadian
efek. Pengukuran variabel bebas (faktor risiko) dan terikat (efek) dilakukan pada saat yang sama dan hanya satu kali.
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian bertempat perusahaan ³37 0DUXQGD *UDKDPLQHUDO
Laung Tuhup site,Kalimanatan Tengah´ Pada 8 Februari sampai 8 April 2011.
C. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan ³37 0DUXQGD
*UDKDPLQHUDO ODXQJ WXKXS VLWH .DOLPDQWDQ 7HQJDK´ yang bekerja di bagian
coal chrushing plant (CCP), laboratorium, stone crusher, work shop, ruangan control panel di Jamut, serta karyawan di kantor Menyango. Jumlah populasi 120 orang.
(31)
21
1. Yang bekerja dilapangan.
2. Yang bekerja di dalam office.
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Purposive
sampling atau disebut juga sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu agar pengukuran yang dilakukan menjadi akurat. Dengan kata lain, sampel penelitian ini ditentukan oleh peneliti menurut pertimbangan kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk
mendapatkan sampel yang eligible atau yang memenuhi syarat penelitian maka
diterapkan kriteria inklusi.
E. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2005: 56). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sample, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dan adanya tujuan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2002: 117).
Sampel penelitian ini adalah karyawan yang terpapar debu total dan yang tidak terpapar debu total. Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria berikut:
1. Umur 20± 45 tahun
Hal ini dimaksud karena faktor umur berperan penting dengan kejadian penyakit dan gangguan kesehatan. Hal ini merupakan konsekuensi adanya hubungan faktor umur dengan potensi kemungkinan untuk terpapar terhadap suatu sumber infeksi, tingkat imunitas kekebalan tubuh, aktivitas fisiologis
(32)
commit to user
22
berbagai jaringan yang mempengaruhi perjalanan penyakit seseorang. Bermacam-macam perubahan biologis berlangsung seiring dengan bertambahnya usia dan ini akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam bekerja (Rosbinawati : 2002).
2. Masa kerja lebih dari 1 tahun
Hal ini dimaksud bagi karyawan yang telah merasakan dampak paparan debu total.
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002: 96). Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent variable), variabel terikat (dependen variabel) dan variabel pengganggu.
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Jadi variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi (Sugiyono, 2005: 3). Variabel bebas atau variabel independen adalah kadar debu total.
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat atau variabel dependen dalam penelitian ini adalah ganggauan fungsi paru karyawan.
Variabel pengganggu dalam penelitian ini meliputi umur, masa kerja, status gizi, cuaca kerja, kadar debu, ukuran debu, sifat debu, reaktifitas debu, lama waktu pemaparan dan kepekaan individu. Cuaca kerja, kadar debu, ukuran debu, sifat debu, reaktifitas debu, lama waktu pemaparan dan kepekaan individu
(33)
23
dianggap sama karena tempat sama, sedangkan umur dan masa kerja dikendalikan.
G. Definisi Operasional
1. Kadar debu total
Adalah jumlah kandungan debu yang terdapat di lingkungan kerja pada
semua ukuran. Diukur dengan alat High Volume Sampler untuk mengetahui
Total Partikel Debu (Total Suspended Particulate/TSP) dengan Satuan :
µg/m3. Skala data rasio
2. Gangguan fungsi paru
Adalah gangguan terhadap fungsi paru yang dirasakan oleh karyawan selama bekerja ditempat kerja yang berdebu. Untuk mengetahui secara subyektif dengan menggunakan kuesioner. Untuk mengetahui kepastian adanya gangguan pernafasan pada fungsi paru lebih lanjut dengan alat spirometri atau medical check up. Skala data nominal.
H. Sumber Data
Data merupakan faktor yang sangat penting dalam setiap penelitian. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka digunakan teknik-teknik sebagai berikut:
1. Data Primer
Adalah data yang diperoleh secara langsung melalui kuesioner yang dipandu pengisiannya mengenai identitas responden, umur, masa kerja serta pengamatan lingkungan kerja, perhitungan hasil kuesioner.
(34)
commit to user
24
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi Arikunto, 2002: 128).
Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk penyaringan responden yang berisi data identitas responden, gangguan yang dirasakan
seperti irtasi mata, sesak nafas, sakit dada, batuk±batuk, dll.
b. Pengamatan
Dalam penelitian pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Soekidjo Notoatmojo, 2002: 97).
Pengamatan dilakukan terhadap keadaan umum lingkungan kerja (perorangan, kadar debu dan cuaca kerja). Pengamatan dilakukan juga terhadap luas ruangan, proses kerja.
2. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari perusahaan mengenai perusahaan secara umum. Data sekunder diperoleh secara studi dokumen meliputi data perusahaan secara umum, data-data pengukuran dan kondisi fisik lingkungan tempat kerja, data-data pengukuran serta jumlah karyawan.
I. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data dari suatu penelitian. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
(35)
25
akan lebih baik dalam arti cepat, lengkap, sistematis sehingga akan lebih mudah untuk diolah (Suharsimi Arikunto, 2002: 126). Instrumen penelitian ini meliputi: 1. Alat tulis.
2. Kuesioner tentang karakteristik responden.
3. Kamera.
4. Komputer.
J. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Teknik yang dilakukan pertama kali adalah dengan observasi. Pengamatan dilakukan terhadap keadaan umum lingkungan kerja (perorangan, kadar debu dan cuaca kerja). Pengamatan dilakukan juga terhadap luas ruangan, proses kerja.
2. Wawancara dan Kuesioner
Teknik pengumpulan data dengan wawancara dilakukan untuk melengkapi data yang ada dari hasil observasi dan kuesioner. Kuesioner digunakan untuk mengetahui gangguan yang dirasakan oleh karyawan akibat debu.
3. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data yang diperoleh melalui studi kepustakaan. Data sekunder diperoleh secara studi dokumen meliputi data perusahaan secara umum, data-data pengukuran dan kondisi fisik lingkungan tempat kerja, serta jumlah karyawan yang relevan dengan objek penelitian melengkapi data.
(36)
commit to user
26
K. Analisis Data
Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian. Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian dianalisa agar memberikan arti yang berguna dalam memecahkan masalah dalam penelitian ini (Moh. Nasir, 1995: 405)
Pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1. Editing
Pengecekan data untuk kelengkapan data, kesinambungan data, keseragaman data sehingga validitas data dapat terjamin.
2. Coding
Adalah memberikan kode pada jawaban yang ada untuk mempermudah dalam proses pengelompokan dan pengolahan data serta menjadi kerahasiaan identitas responden.
3. Scoring
Dilakukan untuk memberikan skor terhadap variabel yang akan dianalisis
berdasarkan skor, yaitu skor 1 untuk index catagory (kategori indeks) dan
skor 0 untuk reference catagory (kategori pembanding). 4. Cleaning
Data yang dikumpulkan kemudian dilaksanakan cleaning (pembersihan) data, artinya sebelum dilakukan pengolahan, dilakukan pengecekan data agar supaya tidak terdapat data yang tidak diperlukan.
(37)
27
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu:
1. Analisis Univariat
Yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang disajikan dalam bentuk mean (rata-rata), nilai terendah, nilai tertinggi dan standar deviasi dari tiap variabel.
2. Analisis Bivariat
Yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang berhubungan atau berkorelasi, yaitu antara variabel bebas dan variabel terikat dengan uji statistik yang disesuaikan dengan skala data yaitu nominal.
Analisis bivariate dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat, karena variabel penelitian ini terkait
dengan skala pengukuran data nominal/ordinal maka digunakan uji
Chi-Square. Uji Chi-Square adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi/sampel terdiri atas dua atau lebih klas, data berbentuk nominal dan sampelnya besar. Untuk menguji signifikansi
dilakukan dengan menguji harga Chi Square hitung yang didapat dengan
harga Chi Square tabel, pada taraf kesalahan dan dk tertentu. Ho ditolak bila
harga Chi Square hitung > Chi Square tabel atau bila p value < 0,05 pada
(38)
commit to user
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Feb-15 Maret 2011 yang pertama kali dilakukan adalah observasi ke lapangan untuk mengamati kegiatan yang dilakukan dan mengamati sumber debu dan tempat-tempat yang terkena debu. Sumber debu berasal dari proses dari jalan penimbangan, peremukan batubara di mesin CCP dan proses hauling dari ROM ke Hopper. Dari hasil pengamatan di mesin CCP debu dapat dilihat beterbangan dan mengkilat. Debu itu beterbangan sampai ke area workshop yang jaraknya hanya beberapa meter. Di area jalan hauling dari ROM ke Hopper juga
terdapat banyak debu karena proses hauling dan dumping oleh dump truck
ketika cuaca cerah. Ketika cuaca hujan atau setelah hujan debu tidak terlalu banyak.
(Dokumentasi : Lampiran 3)
Kemudian melakukan studi kepustakaan ke enviro dept. tentang data pengukuran debu yang telah dilakukan oleh Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru. Pada pengukuran bulan november 2010 di office
Menyango 115 µg/m3, office jamut 187 µg/m3 hasil ini masih dibawah nilai
baku mutu Ambient PP 41 tahun 1999 dan di workshop hasilnya adalah 337,5
µg/m3, hasil ini melebihi baku mutu Ambient PP 41 tahun 1999 yaitu 230
(39)
commit to user
29
(Data Pengukuran Kadar Debu Total Tahun 2010 : Lampiran 4)
Selanjutnya melakukan wawancara dan memberikan pertanyaan melalui kuesioner dengan para karyawan. Hasil dari kuesioner :
(Kuesioner : Lampiran 5)
Tabel 1. Data Kuesioner karyawan di Jamut yang berada dilapangan Data keadaan umum sampel meliputi; usia dan masa kerja.
No Sampel Usia (Tahun) Masa Kerja
(Tahun)
Banyak jawaban ya pada item
1 A 40 3 9
2 B 26 1 8
3 C 38 6 7
4 D 31 7 7
5 E 28 10 8
6 F 25 6 6
7 G 21 2 8
8 H 27 2 8
9 I 28 10 8
10 J 29 8 5
11 K 29 7 9
12 L 21 1 9
13 M 25 3 9
14 N 40 2 6
15 O 37 1 7
16 P 27 2 7
17 Q 40 6 4
18 R 25 1 5
19 S 35 7 3
(40)
commit to user
30
20 T 40 2 5
Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 13Maret 2011
Tabel 2. Data karyawan di Jamut dan di Menyango yang berada di office.
Data keadaan umum sampel meliputi; usia dan masa kerja.
No Sampel Usia (Tahun) Masa Kerja
(Tahun)
Banyak jawaban ya pada item
1 A1 25 5 2
2 B1 27 2 1
3 C1 30 5 1
4 D1 29 8 0
5 E1 38 7 0
6 F1 27 6 6
7 G1 28 7 0
8 H1 40 1 1
9 I1 24 2 4
10 J1 40 2 0
11 K1 31 2 0
12 L1 34 5 1
13 M1 25 7 3
14 N1 27 1 0
15 O1 27 1 0
16 P1 25 2 1
17 Q1 40 1 0
18 R1 26 3 0
19 S1 22 3 0
20 T1 20 3 0
Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 13Maret 2011 Sambungan
(41)
31
Tabel 3. Jumlah jawaban tiap item pertanyaan dari seluruh responden
No Item
pertanyaan
Jumlah jawaban dari 20 responden yang berada dilapangan dari tiap item
pertanyaan
Persentase
1 1 19 95%
2 2 16 80%
3 3 18 90%
4 4 17 85%
5 5 14 70%
6 6 16 80%
7 7 17 85%
8 8 0 0%
9 9 13 65%
10 10 11 55%
No Item
pertanyaan
Jumlah jawaban dari 20 responden yang
berada office dari tiap item pertanyaan Persentase
1 1 6 30%
2 2 1 5%
3 3 5 25%
4 4 2 10%
5 5 1 5%
6 6 2 10%
7 7 1 5%
8 8 0 0%
9 9 1 5%
10 10 1 5%
(42)
commit to user
32
1. Wawancara
Hasil wawancara dengan karyawan debu memang sangat menggangu pekerjaan maupun fungsi pernafasan mereka. Hal ini disebabkan karena penyiraman kurang dan ketika setelah hujan dilakukan penyiraman, tetapi ketika cuaca cerah jarang disiram pada jalan hauling dan ROM.
2. Mengetahui kriteria efek debu
Dari data kuesioner dengan 10 item pertanyaan tersebut, jawaban ³WLGDN
SHUQDK´ EHUDUWL WHUPDVXN NDWHJRUL ³WLGDN´ GDQ GDUL VDODK VDWX MDZDEDQ ³SHUQDKNDGDQJGDQVHULQJ´WHUPDVXNGDODPNDWHJRUL³\D´
-DZDEDQ ³\D´ PHPLOLNL QLODL GDQ MDZDEDQ ³WLGDN´ PHPLOLNL QLODL ELOD MDZDEDQ ³\D´ EHUDUWL PHPLOLNL SHQJDUXK GDUL GHEX GDQ ELOD ³WLGDN´
berarti tidak ada pengaruh dari debu terhadap fungsi pernafasan karyawan.
5HNDSLWXODVLQLODL\DQJGLSHUROHKGDULUHVSRQGHQPHQJDFXSDGDVNRU³<D´
Dari data yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam tabulasi data dan mencari standar deviasi (simpangan baku) dari populasi dengan rumus :
Keterangan :
SD = standar deviasi.
x2 = jumlah dari kuadrat x, artinya masing-masing x dikuadratkan
dahulu kemudian dijumlah.
(x)2 = hasil penjumlahan dari x kemudian kita kuadratkan.
(43)
commit to user
33
x = nilai/ skor dari responden.
Tabel 4. tabel perhitungan standar deviasi :
No (x) x2
1 9 81
2 8 64
3 7 49
4 7 49
5 8 64
6 6 36
7 8 64
8 8 64
9 8 64
10 5 25
11 9 81
12 9 81
13 9 81
14 6 36
15 7 49
16 7 49
17 4 16
18 5 25
19 3 9
20 5 25
21 2 4
22 1 1
23 1 1
24 0 0
(44)
commit to user
34
25 0 0
26 6 36
27 0 0
28 1 1
29 4 16
30 0 0
31 0 0
32 1 1
33 3 9
34 0 0
35 0 0
36 1 1
37 0 0
38 0 0
39 0 0
40 0 0
i 158 1082
( )2 24964
Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 13Maret 2011
Perhitungan dengan rumus :
(45)
commit to user
35
Tabel 5. Perhitungan standar deviasi dengan program SPSS.17 :
Statistics
standar deviasi & mean
N Valid 40
Missing 0
Mean 3.95
Std. Deviation 3.427
Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 13Maret 2011
Kategori penilaian :
1. Efek Tinggi = bila responden yang diperoleh x > mean + 1SD
2. Ada Efek = bila nilai mean, ± 1SD x mean + 1SD
3. Tidak Ada Efek = bila nilai responden yang diperoleh x < mean ± 1SD
Tabel 6. Kriteria efek debu yang dirasakan
No Sampel Kriteria efek debu yang dirasakan
1 A Efek tinggi
2 B Efek tinggi
3 C Ada efek
4 D Ada efek
5 E Efek tinggi
6 F Ada efek
7 G Efek tinggi
8 H Efek tinggi
(46)
commit to user
36
9 I Efek tinggi
10 J Ada efek
11 K Efek tinggi
12 L Efek tinggi
13 M Efek tinggi
14 N Ada efek
15 O Ada efek
16 P Ada efek
17 Q Ada efek
18 R Ada efek
19 S Ada efek
20 T Ada efek
21 A1 Ada efek
22 B1 Ada efek
23 C1 Ada efek
24 D1 Tidak ada efek
25 E1 Tidak ada efek
26 F1 Ada efek
27 G1 Tidak ada efek
28 H1 Ada efek
29 I1 Ada efek
30 J1 Tidak ada efek
31 K1 Tidak ada efek
32 L1 Ada efek
33 M1 Ada efek
34 N1 Tidak ada efek
35 O1 Tidak ada efek
36 P1 Ada efek
Sambungan
(47)
37
37 Q1 Tidak ada efek
38 R1 Tidak ada efek
39 S1 Tidak ada efek
40 T1 Tidak ada efek
Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 13Maret 2011
3. Uji Statistik
Uji statistik terhadap hubungan paparan debu dengan pengaruh yang
dirasakan menggunakan Pearson Chi- Square diolah menggunakan SPSS
17.00. Dari hasil uji statistik didapatkan hasil yang sangat signifikan yaitu P = 0,000 (P < 0,05). Maka terbukti bahwa ada hubungan paparan debu dengan pengaruh yang dirasakan pada fungsi pernafasan. Berikut adalah hasil uji statistic dengan program SPSS.17 tersebut:
Tabel 7. paparan debu * tingkat efek Crosstabulation
tingkat efek
Total Efek tinggi Ada efek Tidak ada efek
paparan debu
dilapangan Count 9 11 0 20
Expected Count 4.5 10.0 5.5 20.0
% within paparan debu 45.0% 55.0% .0% 100.0%
% of Total 22.5% 27.5% .0% 50.0%
dioffice Count 0 9 11 20
Expected Count 4.5 10.0 5.5 20.0
% within paparan debu .0% 45.0% 55.0% 100.0%
% of Total .0% 22.5% 27.5% 50.0%
Total Count 9 20 11 40
Expected Count 9.0 20.0 11.0 40.0
% within paparan debu 22.5% 50.0% 27.5% 100.0%
% of Total 22.5% 50.0% 27.5% 100.0%
(48)
commit to user
38
Tabel 8. Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 20.200a 2 .000
Likelihood Ratio 27.926 2 .000
Linear-by-Linear Association 19.598 1 .000
N of Valid Cases 40
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,50.
Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 13Maret 2011 (Hasil uji statistik: Lampiran 6)
Interpretasi :
1. Jika p hitung p 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.
2. Jika p hitung 0,01 p 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.
3. Jika p hitung p > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan.
(Hastono, 2008).
B. Pembahasan
Penelitian yang di lakukan di PT. Marunda Grahamineral ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh paparan debu terhadap fungsi pernafasan terutama pada fungsi paru karyawan. Penelitian ini mengambil
lokasi di jamut site pada karyawan work shop, laboratorium, ruangan MCC,
CCP, office Jamut dan Menyango.
Variabel pada penelitian ini adalah Kadar debu sebagai variabel bebas dan fungsi pernafasan terutama pada fungsi paru karyawan sebagai variabel terikat atau variabel tergantung.
(49)
39
Setelah mengadakan pengamatan, studi kepustakaan, wawancara dan pemberian kuesioner serta pengolahan data, maka pembahasannya adalah sebagai berikut :
1. Hasil pengamatan
Dari hasil pengamatan di mesin CCP debu masih banyak beterbangan walaupun telah ada alat penyiramnya di beberapa titik. Karena penyiraman pada alat hanya mengucurkan air saja dan sifatnya tidak merata, sehingga debu masih bisa beterbangan. Debu batubara akan terlihat mengkilat bila terkena sinar matahari. Debu batu bara ini beterbangan sampai ke
workshop karena jaraknya hanya beberapa meter dari mesin CCP. Dan
bahkan sampai ke lingkungan office dan camp. Sebagai cara pengendalian
penyiraman pada mesin CCP diberi water sprayer dibuat menyemprot dan
merata agar debu batu bara yang beterbangan dapat tertahan oleh semprotan air.
Di area jalan ROM juga terdapat banyak debu akibat proses hauling
dari ROM ke Hopper mesin CCP. Debu ini merupakan debu campuran dari
debu batubara dan bahan-bahan lainnya. Penyiraman di jalan ini jarang
dilakukan karena terbatasnya water tank dari kontraktor dan pihak perusahaan
sendiri belum mempunyai water tank untuk penyiraman. Penyiraman hanya
dilakukan dengan dengan selang dan penyiramannya tidak dapat menyebar rata. Dan kran selang air hanya ada di satu titik yaitu di ROM 1 yang berada
di dekat Hopper mesin CCP. Agar dapat mengurangi dan mengendalikan
(50)
commit to user
40
spray dan penyiraman dilakukan secara rutin setiap harinya secara merata di
area jamut site terutama di ROM dan di sepanjang jalan sekitar ROM. Karena
unit water tank milik kontraktor fokus di jalan hauling dari tambang. Pada
saat dumping batubara ke Hopper debu juga terlihat beterbangan karena tidak
ada waterspray hanya disemprot oleh checker dengan selang. Di mulut hopper juga perlu di buat water sprayer agar pada saat dumping debu dapat dikurangi dan dikendalikan.
2. Hasil Studi Kepustakaan
Pada pengukuran kadar debu total (Total Suspended Particulate) bulan
November 2010 di office Menyango 115 µg/m3 karena jaraknya jauh dari area
CCP, di office jamut 187 µg/m3 hasil ini masih dibawah nilai baku mutu
Ambient PP 41 tahun 1999 karena jaraknya yang tidak terlalu dekat dengan
CCP dan tertutup, dan di workshop jamut hasilnya adalah 337,5 µg/m3, hasil
ini melebihi baku mutu Ambient PP 41 tahun 1999 yaitu 230 µg/m3 karena
jaraknya dekatdengan area CCP dan ROM 1 yang Pengukuran kadar debu ini
dilakukan di area workshop karena di ditempat itu terdapat banyak karyawan yang bekerja dan mewakili semua lingkungan kerja yang dilapangan area jamut site.
3. Hasil Kuesioner
Pada hasil pengolahan data menunjukkan hasil yang signifikan antara Uji statistik terhadap hubungan paparan debu dengan pengaruh yang
dirasakan menggunakan Pearson Chi- Square diolah menggunakan SPSS
(51)
41
0,000 (P < 0,05). Maka terbukti bahwa ada hubungan paparan debu dengan pengaruh yang dirasakan.
Dari item pertanyaan nomor 1, apakah debu menggangu kenyamanan
anda saat bekerja? Yang di lapangan 90% dan di officePHQMDZDE³<D´
Hal ini sebabkan karena debu dapat menempel pada anggota tubuh, pakaian, alat-alat kerja ataupun ditempat kerja sehingga mengganggu. Perbedaan
jumlah jawaban dari karyawan di lapangan dan di office karena di lapangan
terpapar debu langsung dan di office walaupun di dalam ruang tertutup masih
dapat terkena debu saat jendela atau pintu terbuka, dan atau saat karyawan berada diluar ruangan. Agar tidak terkena efek debu lebih lanjut dilakukan perawatan dan membersihkan tempat kerja, pakaian kerja, alat-alat kerja dan biasakan mencuci tangan setelah kerja.
Dari item pertanyaan nomor 2 apakah debu menggangu pandangan/
penglihatan? Yang di lapangan 80% dan di office 5PHQMDZDE³<D´ Debu
yang tebal dapat mengganggu jarak pandang dan debu tersebut juga dapat menempel pada kaca unit kendaraan atau pada kacamata. Cara pengendaliannya dengan penyiraman pada sumber debu atau tempat yang dapat menimbulkan debu.
Dari item pertanyaan nomor 3 apakah debu membuat mata anda iritasi/
mata perih/ kelilipan? Yang di lapangan 90% dan di office 25% menjawab
³<D´ Debu yang tertiup angin masih dapat masuk ke dalam mata walaupun
sudah memakai kacamata, karena pemilihan kacamata yang tidak tepat dan kesadaran memakai APD yang kurang. Debu yang masuk mata dapat
(52)
commit to user
42
menyebabkan mata perih. Ketika mata terkena debu jangan langsung dikucek, karena dapat merusak mata. Untuk penanganannya cucilah mata dengan air bersih atau gunakan obat tetes mata.
Dari item pertanyaan nomor 4 apakah debu membuat hidung anda
iritasi? Yang di lapangan 85% dan di office 10PHQMDZDE³<D´ Jalan nafas
yang pertama adalah hidung, Debu yang berukuran antara 5 ± 10 mikron bila
terhisap akan tertahan dan tertimbun pada saluran nafas bagian atas (WHO, 1990). Kesadaran untuk memakai masker perlu ditingkatkan. Bila hidung terasa perih karena timbunan debu, lakukan pemeriksaan kesehatan hidung agar mendapatkan perawatan. Hal ini dapat terjadi karena kepekaan individu, reaktifitas debu, lama pemaparan dan sifat debu.
Dari item pertanyaan pertanyaan nomor 5 apakah debu membuat
tenggorokan anda sakit? Yang di lapangan 70% dan di office 5% menjawab
³<D´ Yang menyebabkan tenggorokan sakit adalah debu yang berukuran
antara 3 ± 5 mikron tertahan dan tertimbun di saluran nafas bagian tengah.
Bila debu telah tertimbun disitu maka dapat menyebabkan radang tenggorokan. Selain mengendalikan debu terhadap sumbernya, masker juga perlu dipakai sebagai langkah pencegahan.
Dari item pertanyaan pertanyaan nomor 6 apakah debu membuat
pernafasan anda sesak? Yang di lapangan 80% dan di office 10% menjawab
³<D´ Akibat Partikel debu dengan ukuran 1 ± 3 mikron disebut debu
respirabel merupakan yang paling berbahaya karena tertahan dan tertimbun mulai dari bronkhiolus terminalis sampai alveoli. Hal ini sebagai diagnosa
(53)
43
awal timbulnya penyakit, untuk mengetahui pasti penyakit yang diderita dapat dilakukan pemeriksaan fungsi paru dengan spirometri atau foto
rontgen. Pengendalian hal ini dengan memindahkan karyawan ke tempat
kerja yang tidak terpapar debu secara langsung dan pemakaian masker. Dari item pertanyaan pertanyaan nomor 7 apakah debu membuat
batuk-batuk? Yang di lapangan 85% dan di office 5 PHQMDZDE ³<D´ Batuk
ternyata merupakan salah satu sistem pertahanan untuk mengeluarkan benda asing dari dalam tubuh. Batuk juga merupakan gejala yang paling umum akibat penyakit pernafasan. Bila ditempat yang berdebu mengalami batuk-batuk segera pindah ke tempat yang udaranya segar dan apabila sudah sering mengalami batuk-batuk sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan. Pengendalian hal ini dengan memindahkan karyawan ke tempat kerja yang tidak terpapar debu secara langsung dan pemakaian masker.
Dari item pertanyaan pertanyaan nomor 8 apakah debu membuat batuk
darah? Yang di lapangan 0% dan di office 0PHQMDZDE³<D´ Adanya lesi
saluran pernafasan dari hidung paru yang juga mengenai pembuluh darah. Debu yang dapat menyebabkan batuk darah biasanya berbentuk runcing dan tajam yang dapat merobek saluran pernafasan. Pemantauan lingkungan udara di tempat kerja sangat penting sebagai langkah awal mengurangi dampak dari debu.
Dari item pertanyaan pertanyaan nomor 9 apakah debu membuat
berdahak? Yang di lapangan 65% dan di office 5PHQMDZDE³<D´ Dahak
(54)
commit to user
44
masuk dalam tubuh. Dahak orang dewasa normal membentuk sputum sekitar 100 ml per hari dalam saluran nafas, sedangkan dalam keadaan gangguan pernafasan sputum dihasilkan melebihi 100 ml per hari. Bila sering dahak berarti paparan debu sangat tinggi. Dahak akibat debu batubara berwarna
hitam (melanophtys).
Dari item pertanyaan pertanyaan nomor 10 apakah debu membuat dada
nyeri saat bernafas? Yang di lapangan 55% dan di office 5PHQMDZDE³<D´
Nyeri dada terjadi dari berbagai penyebab, tetapi yang paling khas dari penyakit paru-paru adalah akibat radang pleura.
Hasil uji statistik menunjukkan hasil yang signifikan, hal ini berarti ada pengaruh dari debu terhadap fungsi pernafasan terutama pada fungsi paru karyawan dan karyawan yang dilapangan memiliki efek yang lebih besar
dibanding karyawan yang berada di office.
Untuk itu perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian debu agar
penyakit akibat kerja seperti Pneumoconioses (segolongan penyakit yang
disebabkan penimbunan debu-debu di dalam paru) dan gangguan pernafasan lainnya dapat dihindarkan. Penyakit akibat penimbunan debu batubara di
dalam paru disebut Anthracoses. Penyakit akibat penimbunan debu silica
(55)
commit to user
45
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Pada pengukuran kadar debu total (Total Suspended Particulate) bulan
November 2010 oleh Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru di
office Menyango 115 µg/m3, di office jamut 187 µg/m3 hasil ini masih
dibawah nilai baku mutu Ambient PP 41 tahun 1999, dan di workshop jamut
hasilnya adalah 337,5 µg/m3, hasil ini melebihi baku mutu Ambien PP 41
tahun 1999 yaitu 230 µg/m3.
2. Sumber debu terdapat pada Mesin CCP pada proses crushing dan jalan ROM
juga terdapat banyak debu akibat proses pengangkutan ke Hopper.
3. Penyiraman pada sumber-sumber berdebu jarang dilakukan.
4. Dari hasil penelitian dan analisa, teridentifikasi bahwa debu mengakibatkan
gangguan fungsi pernafasan terutama pada fungsi paru.
5. Dari hasil analisa pengaruh gangguan debu terhadap fungsi pernafasan
terutama pada fungsi paru karyawan di lapangan lebih besar dibanding karyawan yang di office.
6. Kesadaran pemakaian APD yang kurang, menjadi salah satu penyebab
(56)
commit to user
46
B. Saran
1. Supaya PT. Marunda Grahamineral menambahkan water sprayer di mesin
CCP dan di Hopper saat Dumping ke Hopper.
2. Supaya melakukan penyiraman rutin setiap harinya di area Jamut site
terutama di jalan sekitar ROM dan di ROM.
3. Untuk menindaklanjuti adanya gangguan pernafasan pada karyawan perlu
dilakukan Medical Check Up seperti tes fungsi paru dengan spirometri dan
Rontgen.
4. Supaya melakukan penambahan alat penghisap debu pada lab jamut agar
debu terhisap keluar, setelah pekerjaan selesai lakukan penyiraman pada lantai yang digunakan untuk menghampar batu bara pada pengambilan sampel.
5. Pemberian APD dan Meningkatkan kesadaran karyawan akan pentingnya
(1)
0,000 (P < 0,05). Maka terbukti bahwa ada hubungan paparan debu dengan pengaruh yang dirasakan.
Dari item pertanyaan nomor 1, apakah debu menggangu kenyamanan anda saat bekerja? Yang di lapangan 90% dan di office PHQMDZDE³<D´ Hal ini sebabkan karena debu dapat menempel pada anggota tubuh, pakaian, alat-alat kerja ataupun ditempat kerja sehingga mengganggu. Perbedaan jumlah jawaban dari karyawan di lapangan dan di office karena di lapangan terpapar debu langsung dan di office walaupun di dalam ruang tertutup masih dapat terkena debu saat jendela atau pintu terbuka, dan atau saat karyawan berada diluar ruangan. Agar tidak terkena efek debu lebih lanjut dilakukan perawatan dan membersihkan tempat kerja, pakaian kerja, alat-alat kerja dan biasakan mencuci tangan setelah kerja.
Dari item pertanyaan nomor 2 apakah debu menggangu pandangan/ penglihatan? Yang di lapangan 80% dan di office 5PHQMDZDE³<D´ Debu yang tebal dapat mengganggu jarak pandang dan debu tersebut juga dapat menempel pada kaca unit kendaraan atau pada kacamata. Cara pengendaliannya dengan penyiraman pada sumber debu atau tempat yang dapat menimbulkan debu.
Dari item pertanyaan nomor 3 apakah debu membuat mata anda iritasi/ mata perih/ kelilipan? Yang di lapangan 90% dan di office 25% menjawab
³<D´ Debu yang tertiup angin masih dapat masuk ke dalam mata walaupun
sudah memakai kacamata, karena pemilihan kacamata yang tidak tepat dan kesadaran memakai APD yang kurang. Debu yang masuk mata dapat
(2)
commit to user
menyebabkan mata perih. Ketika mata terkena debu jangan langsung dikucek, karena dapat merusak mata. Untuk penanganannya cucilah mata dengan air bersih atau gunakan obat tetes mata.
Dari item pertanyaan nomor 4 apakah debu membuat hidung anda iritasi? Yang di lapangan 85% dan di office 10PHQMDZDE³<D´ Jalan nafas yang pertama adalah hidung, Debu yang berukuran antara 5 ± 10 mikron bila terhisap akan tertahan dan tertimbun pada saluran nafas bagian atas (WHO, 1990). Kesadaran untuk memakai masker perlu ditingkatkan. Bila hidung terasa perih karena timbunan debu, lakukan pemeriksaan kesehatan hidung agar mendapatkan perawatan. Hal ini dapat terjadi karena kepekaan individu, reaktifitas debu, lama pemaparan dan sifat debu.
Dari item pertanyaan pertanyaan nomor 5 apakah debu membuat tenggorokan anda sakit? Yang di lapangan 70% dan di office 5% menjawab
³<D´ Yang menyebabkan tenggorokan sakit adalah debu yang berukuran
antara 3 ± 5 mikron tertahan dan tertimbun di saluran nafas bagian tengah. Bila debu telah tertimbun disitu maka dapat menyebabkan radang tenggorokan. Selain mengendalikan debu terhadap sumbernya, masker juga perlu dipakai sebagai langkah pencegahan.
Dari item pertanyaan pertanyaan nomor 6 apakah debu membuat pernafasan anda sesak? Yang di lapangan 80% dan di office 10% menjawab
³<D´ Akibat Partikel debu dengan ukuran 1 ± 3 mikron disebut debu
respirabel merupakan yang paling berbahaya karena tertahan dan tertimbun mulai dari bronkhiolus terminalis sampai alveoli. Hal ini sebagai diagnosa
(3)
awal timbulnya penyakit, untuk mengetahui pasti penyakit yang diderita dapat dilakukan pemeriksaan fungsi paru dengan spirometri atau foto rontgen. Pengendalian hal ini dengan memindahkan karyawan ke tempat kerja yang tidak terpapar debu secara langsung dan pemakaian masker.
Dari item pertanyaan pertanyaan nomor 7 apakah debu membuat batuk-batuk? Yang di lapangan 85% dan di office 5 PHQMDZDE ³<D´ Batuk ternyata merupakan salah satu sistem pertahanan untuk mengeluarkan benda asing dari dalam tubuh. Batuk juga merupakan gejala yang paling umum akibat penyakit pernafasan. Bila ditempat yang berdebu mengalami batuk-batuk segera pindah ke tempat yang udaranya segar dan apabila sudah sering mengalami batuk-batuk sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan. Pengendalian hal ini dengan memindahkan karyawan ke tempat kerja yang tidak terpapar debu secara langsung dan pemakaian masker.
Dari item pertanyaan pertanyaan nomor 8 apakah debu membuat batuk darah? Yang di lapangan 0% dan di office 0PHQMDZDE³<D´ Adanya lesi saluran pernafasan dari hidung paru yang juga mengenai pembuluh darah. Debu yang dapat menyebabkan batuk darah biasanya berbentuk runcing dan tajam yang dapat merobek saluran pernafasan. Pemantauan lingkungan udara di tempat kerja sangat penting sebagai langkah awal mengurangi dampak dari debu.
Dari item pertanyaan pertanyaan nomor 9 apakah debu membuat berdahak? Yang di lapangan 65% dan di office 5PHQMDZDE³<D´ Dahak juga merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh mencegah benda asing
(4)
commit to user
masuk dalam tubuh. Dahak orang dewasa normal membentuk sputum sekitar 100 ml per hari dalam saluran nafas, sedangkan dalam keadaan gangguan pernafasan sputum dihasilkan melebihi 100 ml per hari. Bila sering dahak berarti paparan debu sangat tinggi. Dahak akibat debu batubara berwarna hitam (melanophtys).
Dari item pertanyaan pertanyaan nomor 10 apakah debu membuat dada nyeri saat bernafas? Yang di lapangan 55% dan di office 5PHQMDZDE³<D´ Nyeri dada terjadi dari berbagai penyebab, tetapi yang paling khas dari penyakit paru-paru adalah akibat radang pleura.
Hasil uji statistik menunjukkan hasil yang signifikan, hal ini berarti ada pengaruh dari debu terhadap fungsi pernafasan terutama pada fungsi paru karyawan dan karyawan yang dilapangan memiliki efek yang lebih besar dibanding karyawan yang berada di office.
Untuk itu perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian debu agar penyakit akibat kerja seperti Pneumoconioses (segolongan penyakit yang disebabkan penimbunan debu-debu di dalam paru) dan gangguan pernafasan lainnya dapat dihindarkan. Penyakit akibat penimbunan debu batubara di dalam paru disebut Anthracoses. Penyakit akibat penimbunan debu silica bebas disebut Silicoses.
(5)
commit to user
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Pada pengukuran kadar debu total (Total Suspended Particulate) bulan November 2010 oleh Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru di office Menyango 115 µg/m3, di office jamut 187 µg/m3 hasil ini masih dibawah nilai baku mutu Ambient PP 41 tahun 1999, dan di workshop jamut hasilnya adalah 337,5 µg/m3, hasil ini melebihi baku mutu Ambien PP 41 tahun 1999 yaitu 230 µg/m3.
2. Sumber debu terdapat pada Mesin CCP pada proses crushing dan jalan ROM juga terdapat banyak debu akibat proses pengangkutan ke Hopper.
3. Penyiraman pada sumber-sumber berdebu jarang dilakukan.
4. Dari hasil penelitian dan analisa, teridentifikasi bahwa debu mengakibatkan gangguan fungsi pernafasan terutama pada fungsi paru.
5. Dari hasil analisa pengaruh gangguan debu terhadap fungsi pernafasan terutama pada fungsi paru karyawan di lapangan lebih besar dibanding karyawan yang di office.
6. Kesadaran pemakaian APD yang kurang, menjadi salah satu penyebab gangguan pernafasan.
(6)
commit to user
B. Saran
1. Supaya PT. Marunda Grahamineral menambahkan water sprayer di mesin CCP dan di Hopper saat Dumping ke Hopper.
2. Supaya melakukan penyiraman rutin setiap harinya di area Jamut site terutama di jalan sekitar ROM dan di ROM.
3. Untuk menindaklanjuti adanya gangguan pernafasan pada karyawan perlu dilakukan Medical Check Up seperti tes fungsi paru dengan spirometri dan Rontgen.
4. Supaya melakukan penambahan alat penghisap debu pada lab jamut agar debu terhisap keluar, setelah pekerjaan selesai lakukan penyiraman pada lantai yang digunakan untuk menghampar batu bara pada pengambilan sampel.
5. Pemberian APD dan Meningkatkan kesadaran karyawan akan pentingnya memakai APD sesuai dengan jenis pekerjaannya.