Grafik Persentase Perilaku Merawat Anakan

dimulutnya sampai sedikit halus kemudian dimasukkan ke mulut anakan melalui paruh. Setelah itu B. ibis memperbaiki sarang dilakukan dengan merapat-rapatkan kembali ranting-ranting yang kelihatan renggang menggunakan paruh dan berdiri, sesekali induk betina berdiri menanti induk jantan kembali dari mencari makanan dan menoleh ke kanan dan ke kiri melihat sekeliling sarang untuk memastikan tidak ada musuh yang akan mengganggu anakannya, betina menyambut jantan pulang dilakukan dengan mendekati jantan di yang sudah sampai di sarang dan mengajarkan anakan terbang dengan cara anakan mengikuti sang induk baik jantan maupun betina dengan terbang-terbang kecil di sekitar sarang. Hasil analisis deskriptif terhadap perilaku merawat anakan terdiri dari 1 mengeram, 2 memberi makan anakan melalui muntahan, 3 memberi makan anakan melalui paruh ke paruh, 4 memperbaiki sarang, 5 berdiri 6 menoleh ke kanan dan ke kiri, 7 betina menyambut jantan pulang, 8 mengajarkan anakan terbang. Perilaku yang paling dominan adalah memperbaiki sarang sekitar 28 dan perilaku yang paling rendah yaitu mengeram dan betina menyambut jantan pulang sekitar 5. Persentase perilaku merawat anakan dapat dilihat pada G.rafik 4.1.6.1.

4.1.6.1 Grafik Persentase Perilaku Merawat Anakan

Keterangan: A: Mengeram B: Memberi makan anakan dengan muntahan C: Memberi makan anakan melalui paruh D: Memperbaiki sarang E: Berdiri F: Menoleh ke kanan dan ke kiri G: Betina menyambut jantan pulang H: Mengajarkan anakan terbang 5 10 15 20 25 30 A B C D E F G H Pers en tas e Aktivitas Angin dan gerakan anakan dapat memberi pengaruh besar terhadap sarang yang ditempati oleh burung tersebut sehingga sering induk memperbaiki sarang agar tidak rusak dan nyaman bagi anakan burung Bubulcus. Sarang yang bagus dapat menjaga kehangatan sarang. Menurut Welty 1982 dalam Jumilawaty 2002, Kehangatan sarang dapat mempercepat pengeraman telur dan perkembangan anakan sehingga akan memperpendek periode anakan yang paling mudah terjadi predasi dan memperpanjang kesempatan hidup bagi anakan yang tumbuh. Pada sarang yang anakannya banyak, seringkali ditemukan anak terakhir mati akibat kelaparan dan juga sakit karena kompetisi untuk mendapatkan kehangatan dari induknya, akibatnya yang termuda kalah dan pertumbuhannya lambat, lemah dan tidak sehat Jumilawaty, 2002. Telur B. ibis menetas secara asynchronous, yaitu telur menetas secara tidak serempak, sehingga ukuran anakan pertama dengan berikutnya berbeda. Anakan Bubulcus pada saat menetas mata sudah terbuka, mempunyai bulu pada saat menetas berwarna putih kusam yang jarang, terlihat basah dan lengket, tubuh hampir seluruhnya berwarna kuning. Tubuh anakan sangat lemah sehingga tidak dapat meninggalkan sarang dan sangat memerlukan perawatan induk. Paruh juga berwarna kuning. Anakan yang sudah berusia 2 minggu mirip anakan Egretta garzetta Kuntul Kecil hanya saja berbeda pada bagian paruh. Paruh pada anakan Egretta garzetta Kuntul Kecil lebih panjang daripada paruh anakan Bubulcus. Pada penetasan asynchronous induk memulai aktivitas pengeraman telur segera setelah telur petama diletakkan Pettingill 1969 dalam Mardiastuti dan Imanuddin. Penetasan asynchronous adalah suatu usaha mengantisipasi ketersediaan pangan yang berfluktuasi Perrins Birkhead 1983 dalam Mardiastuti dan imanuddin, 1999. Jika persediaan makanan cukup berlimpah induk dapat memelihara seluruh anakan sama baiknya namun jika persediaan makanan tiba-tiba menjadi buruk diharapkan masih ada satu anakan yang dapat dibesarkan. A B C D E Gambar 13. A. Anakan B. ibis umur 1 hari, B. Anakan Bulbucus ibis berumur 1 minggu, C. Anakan B. ibis berumur 2 minggu, D. Anakan B. ibis berumur 3 minggu dan E. Anakan B. ibis berumur 4 minggu di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo. Anakan Bubulcus yang berumur 1 hari belum dapat melakukan aktivitas apapun hanya dapat mengeluarkan suara-suara jeritan seperti memanggil induknya dan makan hanya dari induknya. Anakan Bubulcus seminggu sudah mulai belajar jalan tetapi belum meninggalkan sarang dan makan masih bergantung pada induknya. Anakan Bubulcus 2 minggu sudah mampu berjalan meninggalkan sarang tetapi tidak jauh dari sarangnya dan makan masih bergantung pada induknya. Anakan Bubulcus 3 minggu sudah belajar untuk terbang dan berjalan-jalan di air. Anakan 3 minggu sudah mampu menghindari musuh baik itu burung lain maupun manusia. Anakan Bubulcus umur 1 hari sampai 3 minggu masih membutuhkan perawatan dan penjagaan dari induknya baik induk betina maupun induk jantan. Induk Bubulcus merawat anakannya dengan cara menjaga anakan dan memberi makanan. Anakan yang masih berusia 1-6 hari biasanya masih dierami induknya agar anakan tetap hangat dan bertahan hidup. Bubulcus member makan anakan dengan 2 cara yaitu memberikan makanan dari paruh induk ke paruh anakan dan dengan cara memuntahkan makanan yang telah dikunyah oleh induk Bubulcus. Anakan Bubulcus berumur 3 minggu sudah mulai belajar terbang walaupun tidak terbang jauh dan dalam waktu lama. Cara belajar terbang anakan Bubulcus yaitu dengan melihat cara terbang induknya dan belajar terbangnya hanya disekitar sarangnya saja. Anakan usia 1 bulan lebih mampu mencari makan mengikuti induknya. Kemana induk pergi anakan selalu mengikuti dengan terbang-terbang kecil untuk mencari makanan tetapi tidak jauh dari sarang karena masih dalam tahap belajar. Makanan B. ibis hewan-hewan kecil berupa serangga, katak, udang, dan tikus. Saat anakan B. ibis berumur 2 bulan sudah mulai terbang sendiri untuk mencari makan di sekitar jalan dekat tambak Tanjung Rejo. Sedangkan anakan Kuntul kecil saat berumur 3 minggu sudah mulai belajar terbang dengan cara serempak semua anakan mengikuti gerakan induk betina kemana pun induk betina pergi tetapi masih disekitar sarang. Dengan perlahan induk kuntul kecil mengajarkan anakannya untuk terbang. Pertumbuhan anakan yang lambat memiliki kaitan dengan panjangnya waktu pemeliharaan anakan Frere et al. 1998 dalam Mardiastuti Imannuddin 1999. Pada umumnya burung-burung air memiliki waktu pemeliharaan anak yang lebih lama jika dibandingkan dengan jenis lain Perrins Birkhead 1983 dalam Mardiastuti Imannuddin 1999. Menurut Mendall 1936 dalam Jumilawaty 2002, induk akan melindungi anaknya secara hati-hati dari pengaruh cuaca yang buruk. Saat suhu dingin atau hujan, induk akan menghangatkan dan menutupi anaknya dengan cara duduk di sarang, sedangkan saat cuaca panas induk akan berdiri diatas anakan dan menutupinya dari sinar matahari, seringkali diikuti dengan mengembangkan sayapnya. Setelah anakan dapat bergerak, perlindungan induk seperti menghangatkan dan menutupi anaknya pada siang hari akan dikurangi, tetapi pada saat malam hari atau angin kencang induk masih harus melindungi anaknya sampai benar-benar telah cukup dewasa untuk mencari makan dan melindungi dirinya. Pasca berbiak. Anakan Bubulcus ibis yang sudah bias terbang akan meninggalkan sarangnya. Sarang yang ditinggalkan biasanya sudah berantakan, banyak kotoran dan perlahan-lahan akan rusak dan akhirnya jatuh dari pohon akibat hujan. Bahan sarang yang sudah ditinggalkan anakan B. ibis tersebut yang masih bagus biasanya akan diambil oleh burunglain untuk membangun sarang. Menurut Jumilawaty 2002, sarang yang ditinggalkan oleh anakan yang sudah terbang akan tahan lebih lama dibandingkan sarang yang kosong karena telurnya hilang atau anakan mati muda, sehingga sempat digunakan oleh burung lain yang bersarang berikutnya. Hal ini disebabkan karena kotoran yang dihasilkan anakan yang sudah mengering akan memperkuat konstruksi sarang. Gambar 14.Sarang Bubulcus ibis yang sudah ditinggalkan di Kawasan Mangrove Desa Tanjung Rejo. B. ibis yang sudah selesai masa berbiaknya akan merubah warna pada bulunya sehingga menjadi berubah warna kembali berwarna putih. Perubahan warna dimulai dari bagian punggung dari orange menjadi putih selama 2 hari, perubahan warna bulu bagian dada dari orange menjadi putih selama 2 hari, perubahan warna bulu bagian kepala dari orange menjadi putih selama 2 hari, perubahan warna kaki dari hitam menjadi abu-abu selama 1 hari dan perubahan warna paruh dari orange menjadi kuning muda selama 2 hari. Siklus berbiak Bubulcus ibis akan begitu seterusnya sampai saat dimana burung tersebut tidak berbiak lagi di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun perilaku berbiak burung Bubulcus ibis di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara yaitu: 1. Perilaku berbiak Bubulcus ibis di kawasan Mangrove Desa Tanjung Rejo sudah sedikit berubah akibat aktivitas pemancing yang begitu banyak. 2. Persentase perilaku Pra Breeding Bubulcus ibis yang paling dominan adalah perubahan warna bulu sekitar 37, Persentase perilaku membangun sarang Bubulcus ibis yang paling dominan adalah menyusun ranting sekitar 46, Persentase perilaku mengundang pasangan Bubulcus ibis yang paling dominan adalah mengeluarkan suara indah sekitar 25, Persentase perilaku Fertilisasi Bubulcus ibis yang paling dominan adalah jantan menggoyangkan badan sambil mengepak-ngepakkan sayap sekitar 32, Persentase perilaku mengeram Bubulcus ibis yang paling dominan adalah mengerami telur sekitar 63 dan Persentase perilaku merawat anakan Bubulcus ibis yang paling dominan adalah memperbaiki sarang sekitar 28.

5.2. Saran

Dari data hasil penelitian dan pembahasan diatas ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk kelestarian jenis kuntul kerbau : a. Sebaiknya warga Desa Tanjung Rejo lebih memperhatikan habitat satwa di Kawasan Hutan Mangrove tersebut agar perkembangan burung-burung yang dilindungi tidak terganggu. b. Sebaiknya Lembaga Konservasi juga turut serta dalam melindungi burung- burung dan habitatnya di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

Dokumen yang terkait

Perilaku Berbiak Burung Bubulcus ibis di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

4 41 51

Perilaku Berbiak Burung Bubulcus ibis di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

0 0 12

Perilaku Berbiak Burung Bubulcus ibis di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

0 0 2

Perilaku Berbiak Burung Bubulcus ibis di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

0 0 3

Perilaku Berbiak Burung Bubulcus ibis di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

0 0 6

Perilaku Berbiak Burung Bubulcus ibis di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

0 0 3

Perilaku Berbiak Burung Bubulcus ibis di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

0 0 5

Perilaku Harian Anakan Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis L.) di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Sumatera Utara

0 0 4

Perilaku Harian Anakan Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis L.) di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Sumatera Utara

1 1 3

Perilaku Harian Anakan Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis L.) di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Sumatera Utara

0 0 7