Sejarah Kementrian Agama: agama dan negara-bangsa di Indonesia

Sejarah Kementrian Agama: Agama dan Negara-Bangsa di Indonesia
Bab III Kementerian Agama dalam Demokrasi Liberal dan Terpimpin

B. Kebijakan Agama pada masa Revolusi dan Demokrasi Parlementer (1946-1957)
Amelia Fauzia

Pendahuluan
Pada tanggal 1 November 2015 baru-baru ini, sebuah Asosiasi Nasional
Konfusianisme/Konghucu di Cina (Kongshengtang --中华孔圣会) melakukan perayaan di Shenzhen.
Ini adalah organisasi non-pe e i tah L“M , e asis fila t opi ya g e tujua
e ju ju g
Konfusianisme, mempromosikan tradisi, merekonstruksi kepercayaan, dan menghidupkan
ke ali udaya Ci a (尊孔崇儒,弘扬传统,重建信仰,复 中华 ). Sekretaris Jenderal organisasi
tersebut, Zhou Beichen, menyatakan bahwa mereka sedang mempersiapkan sebuah usulan
kepada otoritas pemerintah supaya memasukkan Konfusianisme sebagai agama resmi diakui
undang-undang
( 他还提到,在 中华孔圣会 成立之后,准备向有 方面申请,让儒教成为合法的宗教 ).1
Dalam pertemuan mereka, para pegiat organisasi ini menyebutkan bahwa Indonesia sebagai
contoh negara yang mengakui enam agama resmi yang salah satunya adalah Konfusianisme
sebagai salah satu agama resmi/sah yang diakui negara. Ya, Indonesia menjadi rujukan!
Namun para pegiat asosiasi ini akan bingung jika mendengar jawaban Menteri Agama RI saat ini

ketika ditanya apakah betul ada enam agama resmi di Indonesia, atau dapatkan pemerintah
meresmikan status sebuah agama? Jawaban Menteri Agama bisa dilihat dalam beberapa
wawancara terkait kasus kontemporer satu tahun terakhir ini.2 Saya tidak akan beberkan
jawaban Menteri di sini. Tapi yang menarik adalah jawaban Menteri Agama Lukman Hakim
Saifudin memang sudah sesuai dengan Undang-undang Indonesia dan sejalan dengan jawaban
para Menteri Agama pendahulunya di limabelas tahun pertama keberadaan Kementerian
Agama.
Pernyataan—bahkan dibilang propaganda—bahwa pemerintah tidak mencampuri urusan
internal agama itu begitu tegas dan bisa dilihat dari berbagai dokumen program kerja, publikasi,
serta juga pidato menteri Agama ketika itu. Untuk contoh singkat saja, KH. Masykur, dalam
salah satu pidatonya di tahun 1953 e yataka ah a …Pemerintah c.q Kementerian Agama
tidaklah berkompeten dan berkuasa untuk mengakui sesuatu agama karena Pemerintah

1

Berita ini dilangsir oleh the Paper, sebuah media mainstream di Cina. Url berita:
http://www.thepaper.cn/www/v3/jsp/newsDetail_forward_1398790. [Note to editor: huruf kanji bisa
saja dihapus. Itu ditaro sekedar rujukan khawatir terjemahan salah.] Pembelajaran dan Indonesia
dijadikan model oleh organisasi ini dimungkinkan karena adanya hubungan masyarakat khususnya
pengusaha Indonesia dengan Cina. Dan akhir-akhir ada pertemuan pengusaha Indonesia bertempat di

Shenzen pula.
“ i Lesta i, Me ag: ega a tak pe ah es ika e a aga a , Tempo, 18 September 2014, Url:
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/09/140918_agama_minoritas da
‘es i atau
tidak
aga a
uka
oto itas
saya ,
Te po,
Juli
.
U l:
http://nasional.tempo.co/read/news/2014/07/27/078596011/menag-resmi-atau-tidak-agama-bukanotoritas-saya
2