Mahasiswa dan Sejarah Bangsa Indonesia

Mahasiswa dan Sejarah Bangsa Indonesia

Apa yang terjadi jika Ir. Soekarno dulu bukan mahasiswa yang kritis saat kuliah di
Technische Hoge School dan masa bodoh dengan nasib bangsa? Atau founding father kita
yang tak acuh dengan pentingnya hak merdeka dan berdaulat karena terlalu sibuk dengan
kuliah mereka di luar negeri dan mengejar cita-cita masing-masing? Apakah kita akan
merdeka tanggal 17 Agustus 1945 jika tidak terjadi peristiwa Rengasdengklok?. Pertanyaanpertanyaan mendasar seperti ini menjadi penentu maju mundurnya sebuah bangsa di tangan
mahasiswa. Mahasiswa sudah berperan aktif dalam sejarah pembentukannya republik ini
mulai dari didirikannya Boedi Utomo oleh mahasiswa-mahasiswa kedokteran STOVIA sampai
runtuhnya rezim Soeharto tahun 1998.
Menurut Susanturo, mahasiswa adalah kalangan muda yang berumur 19 – 28 tahun,
yang memang pada masa itu mengalami peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa.
Susantoro mengatakan bahwa sosok mahasiswa kental dengan suasana kedinamisan dan sikap
keilmuannya yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, rasional dan
sistematis. Mahasiswa merupakan representasi dari rakyat terpelajar dan mengenyam
pendidikan yang lebih tinggi sehingga mampu berpikir kritis, analitis dan menjadi orang yang
dapat mengubah suatu keadaan yang negatif. Mahasiswa diharapkan menjadi Agent of
Change, Social Control, dan Iron Stock. Agent of Change maksudnya mahasiswa menjadi
pemicu berubahnya cara pandang masyarakat yang konservatif karena sifat mahasiswa yang
dinamis dan kritis sehingga mampu membawa masyarakat ke tempat yang lebih baik.
Mahasiswa sebagai Social Control yaitu mahasiswa berperan sebagai pengawas jalannya

pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Mahasiswa sebagai bagian rakyat yang
terpelajar harus menyampaikan suaranya kepada penguasa jika terjadi penyelewangan,
penindasan, dan ketidakadilan yang terjadi di masyarakat. Iron Stock berarti mahasiswa
sebagai generasi muda akan menjadi calon pemimpin di masa yang akan datang
menggantikan generasi tua. Peran mahasiswa di atas tidak akan terjadi jika mahasiswa
bersikap statis dan apatis.
Mahasiswa perlu bergerak ikut turun dalam mengubah nasib bangsa. Gerakan
mahasiswa pada dasarnya merupakan suatu gerakan sosial yang salah satu bentuk utamanya
1
Gigih S Prakasa 103060017337 Akuntansi 2010 gigihprakasa@gmail.com

adalah perilaku kolektif. Menurut Turner dan Killian dalam karya mereka Collective
Behaviour (1987), mengemukakan gerakan sosial sebagai ‘… a collectivity acting with some
continuity to promote or resist a change in the society or organisation of which it is
part’ yakni suatu kolektivitas yang melakukan kegiatan dengan kadar kesinambungan tertentu
untuk menunjang atau menolak perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau kelompok
yang mencakup kolektivitas itu sendiri. Pergerakan mahasiswa ini juga perlu tujuan jelas,
murni, dan mulia yang bersifat kerakyatan.
Pergerakan nasional di Indonesia yang dimotori pemuda dan kaum terpelajar tidak
lepas dari tanggal 21 Mei 1908 saat didirikan sebuah organisasi modern pertama bernama

Boedi Oetomo yang dipelopori Dr. Sutomo dan mahasiswa STOVIA bernama Gunawan
Mangunkusumo dan Suraji. Organisasi ini memiliki tujuan memajukan kehidupan sosial,
budaya, dan ekonomi masyarakat indonesia terutama Jawa. Saat itu mereka merasa kaum
tualah yang harus memimpin organisasi dan kaum muda yang menjadi dinamo penggerak
organisasi. Walau bukan bersifat politik, didirikannya organisasi ini menjadi tonggak awal
pergerakan nasional di Indonesia. Disamping Boedi Oetomo, berdiri juga Indische
Vereeninging oleh Mohammad Hatta dan mahasiswa lainnya yang berkuliah di Belanda.
Indische Vereeninging berganti nama menjadi Indonesische Vereeninging tahun 1922,
organisasi ini menjadi pusat kegiatan diskusi dan wadah yang berorientasi politik dengan
jelas. untuk lebih mempertegas identitas nasionalisme yang diperjuangkan, organisasi ini
kembali berganti nama baru menjadi Perhimpunan Indonesia di tahun 1925.
Tahun-tahun berikutnya, para pemuda menyadari bahwa perjuangan mereka masih
bersifat kedaerahan dan tidak akan terwujud sebuah kemerdekaan jika tidak bersatu. Para
pemuda dan kaum terpelajar bersatu membentuk kelompok studi yang aktif membahas
kemerdekaan Indonesia yang pertama, adalah Kelompok Studi Indonesia (Indonesische
Studie-club) yang dibentuk di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1924 oleh Soetomo. Kedua,
Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie-club) direalisasikan oleh para nasionalis dan
mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang dimotori oleh Soekarno pada tanggal 11
Juli 1925. Puncaknya tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda sepakat untuk bersatu dengan
keluarnya Sumpah Pemuda saat kongres Pemuda II di Jakarta yang diselenggarakan oleh

PPPI.

2
Gigih S Prakasa 103060017337 Akuntansi 2010 gigihprakasa@gmail.com

Para pemuda dan kaum terpelajar masa itu juga harus ikut angkat senjata saat pecah
Perang Dunia II. Jepang yang saat itu menduduki Indonesia membentuk Tentara Pelajar yang
nantinya menjadi elemen penting saat masa perang kemerdekaan Indonesia. Perselisihan
antara generasi tua dan generasi muda kemerdekaan Indonesia juga menjadi pemicu
terjadinya Peristiwa Rengasdengklok yang dipimpin Soekarni, Wikana, dan Chaerul Saleh.
Para pemuda saat itu menuntut kemerdekaan secepat dan sedapat mungkin sebelum sekutu
masuk ke Indonesia. Atas desakan para pemuda, Soekarno memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.
Tahun 1966 Mahasiswa ikut ambil bagian dalam meruntuhkan Orde Lama. Pada saat
itu harga-harga sembako melambung tinggi, pembangunan tidak merata, dan PKI meguasai
berbagai komponen baik di pemerintahan maupun di masyarakat. Mahasiswa kemudian
bersatu dalam gerakan nasional untuk menentang hal-hal diatas yang terangkum dalam
Tritura. Generasi ini mengangkat komunis sebagai bahaya laten negara. Tokoh penting di
generasi ’66 adalah Cosmas Batubara, Akbar Tanjung, Sofyan Wanadi dan Yusuf Wanadi.
Setelah runtuhnya orde lama, generasi ’66 banyak mendapat tempat dan jabatan di dalam

pemerintahan. Tokoh yang menentang keadaan seperti ini adalah Soe Hok Gie. Ia adalah
aktivis yang sangat idealis dan menjadi panutan bagi mahasiswa idealis pada masa setelahnya.
Pergerakan mahasiswa sempat terhambat saat rezim orde baru berkuasa. Rezim yang
berkuasa saat itu dinilai telah melakukan banyak praktek KKN dan kecurangan saat pemilu.
Mahasiswa bahkan sudah melakukan perlawanan kepada pemerintah dengan tidak memilih
(Golongan Putih) saat pemilu pertama Orba tahun 1972 karena golkar melakukan kecurangan
dengan membuat peraturan dan undang-undang tentang pemilu, penyederhanaan partai
politik,

DPR/MPR

sehingga

membuat

golkar

mempertahankan

status


quo

dan

mempertahankan kekuasaan, memberangus lawan-lawan politik dan menangkap torang-orang
yang dianggap kritis melawan pemerintah. Tidak hanya itu, saat itu Indonesia banyak
melakukan pinjaman kepada IGGI, IMF dan lembaga keuangan lainnya untuk membangun
proyek mercusuar yang eksklusif dan memperkaya Jakarta dengan sistem sentralisasi.
Mahasiswa juga berdemonstrasi menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah
karena harus menggusur banyak rumah warga yang tinggal di daerah itu. Aksi mahasiswa
terus meluas setelah naiknya harga bahan bakar minyak dengan berdirinya gerakan
“Mahasiswa Mengguggat” dimotori oleh Arif Budiman disuusul aksi-aksi lain dalam skala
yang lebih luas seperti pada 1970 pemuda dan mahasiswa kemudian mengambil inisiatif
3
Gigih S Prakasa 103060017337 Akuntansi 2010 gigihprakasa@gmail.com

dengan membentuk Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai oleh Wilopo. Terbentuknya
KAK ini dapat dilihat merupakan reaksi kekecewaan mahasiswa terhadap tim-tim khusus
yang disponsori pemerintah, mulai dari Tim Pemberantasan Korupsi (TPK), Task Force UI

sampai Komisi Empat.
Protes berlanjut saat harga beras naik, protes kedatangan Perdana Menteri Jepang
Kakuei Tanaka ke Indonesia, dan meletusnya Peristiwa Malari 15 Januari 1974. Gerakan
mahasiswa di jakarta akhirnya berbuntut dengan penghapusan jabatan Asisten Pribadi
presiden. Pemerintah kemudian menganggap tindakan para mahasiswa sudah mulai
keterlaluan sehingga pemerintah dianggap perlu menekan kegiatan mahasiswa apalagi yang
berkaitan dengan tindakan kritis terhadap kebijakan pemerintah. Tahun-tahun berikutnya
demonstrasi menentang pemerintah meredup walau masih ada beberapa protes kecil di
berbagai daerah di Indonesia.
Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah
muncul

kembali

pergolakan

mahasiswa

yang


berskala

masif.

Berbagai

masalah

penyimpangan politik diangkat sebagai isu, misalnya soal pemilu mulai dari pelaksanaan
kampanye, sampai penusukan tanda gambar, pola rekruitmen anggota legislatif, pemilihan
gubernur dan bupati di daerah-daerah, strategi dan hakekat pembangunan, sampai dengan
tema-tema kecil lainnya yang bersifat lokal. Gerakan ini juga mengkritik strategi
pembangunan dan kepemimpinan nasional. Pemerintah membuat Tim Dialog Pemerintah di
kampus-kampus tapi tenyata usaha pemerintah ini ditolak oleh mahasiswa. Pemerintah
kemudian menganggap mahasiswa sudah melakukan pembangkangan politik. Mahasiswa
tetap berdemonstrasi walau hanya terkonsentrasi di dalam kampus untuk menghindari
terulangnya kejadian tahun 1974. Pada akhirnya pihak militer menyerbu masuk dan
menduduki kampus diikuti keluarnya kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan
Koordinasi Kemahasiswaan dan dihapusnya Dewan Mahasiswa. Praktis setelah kebijakan itu
dikeluarkan tahun-tahun berikutnya tidak ada lagi gerakan mahasiswa yang terkoordinasi

secara nasional. Organisasi mahasiswa dibatasi oleh kampus-kampusnya sendiri dengan
pertanggungjawaban kepada menteri, dan tidak ada koordinasi antar fakultas karena
pelarangan konsolidasi antar mahasiswa. Mahasiswa dipaksa hanya menjalani kehidupan
akademis secara normal tanpa ikut campur mengawasi kebijakan pemerintah walau masih ada
pergerakan mahasiswa aktivis bawah tanah yang terus berusaha melakukan perlawanan di
bawah tekanan intelijen saat itu. Sampai era 1990-an pihak mahasiswa yang lantang
4
Gigih S Prakasa 103060017337 Akuntansi 2010 gigihprakasa@gmail.com

melakukan demonstrasi ditangkap bahkan hilang, media-media yang meliput aksi mahasiswa
juga ikut dibredel dan dibubarkan oleh pemerintah. Walau mengakibatkan kegiatan
mahasiswa dibatasi, kejadian pada tahun 1978 ini membuktikan bahwa pergerakan mahasiswa
yang bersifat nasional saat itu mampu melawan dan menolak Presiden yang berkuasa saat itu.
Puncaknya tahun 1998 diawali saat krisis ekonomi yang menerpa kawasan Asia tahun
1997 yang mengakibatkan inflasi, turunnya nilai Rupiah, dan pemecatan ribuan karyawan
yang menimbulkan pengangguran. Gerakan 1998 menuntut reformasi pemerintahan dan
dihapuskannya "KKN" (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada 1997-1998, lewat pendudukan
gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa, akhirnya memaksa Presiden Soeharto melepaskan
jabatannya. Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis mahasiswa dilakukan
pemerintah untuk meredam gerakan ini di antaranya Peristiwa Cimanggis, Peristiwa

Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II , dan Tragedi Lampung. Gugurnya 4
mahasiswa Trisakti karena ditembak oleh aparat mejadi pemicu aksi mahasiswa yang lebih
besar melawan pemerintah. Gerakan ini terus berlanjut hingga pemilu 1999. Terlepas dari
kepentingan dan motif pihak lain, mahasiswa bersama rakyat terbukti mampu menggulingkan
rezim yang telah berkuasa selama 32 tahun saat itu.
Setelah masa reformasi, kegiatan dan pergerakan mahasiswa mulai terpencar. Ini
karena tidak adanya isu utama dan common enemy yang dapat mempersatukan mahasiswa
untuk bergerak secara nasional. Demonstrasi yang dilakukan baik oleh mahasiswa atau pihak
yang mengaku “rakyat” banyak ditunggangi oleh kepentingan politik partai-partai tertentu
sehingga dianggap tidak murni keinginan rakyat. Teknik-teknik demo bayaran banyak
digunakan oposisi untuk menekan pemerintah dan rakyat sudah muak dengan dagelan politik
baik yang dilakukan pemerintah maupun rakyat. Kasus-kasus seperti century gate, mafia
pajak, mafia hukum dan kasus wisma atlet banyak yang belum terselesaikan. Mahasiswa
jaman sekarang juga sudah banyak kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Sikap
mahasiswa yang apatis, hedon, dan semau gue ala barat tentu tidak mencerminkan kehidupan
rakyat. Di era globalisasi ini pemuda terlalu terlena dengan kemajuan teknologi. Mahasiswa
banyak menghabiskan waktunya dengan hang out bersama teman-teman, nonton bioskop,
bermain game online sampai lupa akan kewajibannya sebagai mahasiswa, terlalu sibuk
dengan kehidupan akademis, tidak peduli dengan lingkungan sengkitarnya, dan lain-lain.
Seiring dengan bertambahnya ilmu, mahasiswa seharusnya ikut berpartisipasi dalam

menerapkan ilmunya di lingkungan sekitarnya.
5
Gigih S Prakasa 103060017337 Akuntansi 2010 gigihprakasa@gmail.com

Era ini, mahasiswa harus merebut lagi peran dan kepercayaan yang telah hilang di
mata masyarakat. Mahasiswa sebagai cerminan masyarakat yang berpendidikan menjadi
tauladan dan panutan bagi masyarakat. Ilmu yang didapatkan dan dimiliki harus dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kesejahteraan dan kepentingan rakyat. Mahasiswa tidak boleh diam
melihat penindasan dan ketidakadilan. Mahasiswa harus tetap bergerak menyuarakan
kebenaran

dan

idealismenya

untuk

pembangunan

dan


kesejahteraan

masyarakat.

Sejarah indonesia sudah menerangkan secara jelas peran dan pengaruh pergerakan
mahasiswa dari masa ke masa. Setiap generasi mengusung isu masing-masing dalam setiap
perjuangan yang bersumber dari suara hati masyarakat yang murni. Mahasiswa sebagai calon
pemimpin bangsa juga harus dipersiapkan sedemikian rupa untuk mengganti generasi tua
yang duduk di pemerintahan. Masa-masa mahasiswa menjadi waktu yang tepat untuk
menyampaikan dan mempertahankan idealisme sebelum berubah pemikiran menjadi orang
yang berpikir umum saat masuk dunia kerja. Ide-ide tentang perbaikan dan perubahan berasal
dari dunia kampus yang mewajibkan mereka berpikir kritis, analitis dan rasional. Pemikiran
mahasiswa yang membentuk kehidupan masyarakat yang ideal merupakan hasil dari
pembelajaran di kampus dan menjadi tren tentang perubahan dari masa ke masa. Akhirnya
harus mahasiswa terus menerus tetap bergerak dan berjuang untuk menyampaikan suara
perubahan tentang perbaikan nasib dan kesejahteraan masyarakat.

Daftar Pustaka:
http://ahmedfikreatif.wordpress.com/category/pendidikan/
http://aliflukmanulhakim.wordpress.com/2008/09/06/selintas-potret-pergerakan-mahasiswa-diindonesia/
http://bumirakyat.wordpress.com/2011/11/06/sejarah-singkat-pergerakan-pers-mahasiswa-indonesia1908-1998/
http://gitacintanyawilis.blogspot.com/2010/04/dinamika-gerakan-mahasiswa-dalam.html
http://hijauhitam.forumn.net/t48-sejarah-pergerakan-mahasiswa-dan-relevansinya-terhadapperadaban-bangsa
http://id.wikipedia.org/wiki/Boedi_Oetomo
http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_mahasiswa_di_Indonesia
6
Gigih S Prakasa 103060017337 Akuntansi 2010 gigihprakasa@gmail.com

http://id.wikipedia.org/wiki/NKK/BKK
http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Malari
http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno
http://id.wikipedia.org/wiki/Tragedi_Semanggi_I
http://id.wikipedia.org/wiki/Tragedi_Trisakti
http://jasmerah.pbworks.com/w/page/30878731/Gerakan%20Mahasiswa%20Indonesia%20Tahun
%201998%3A%20Sebuah%20Gerakan%20Perubahan%20Sosial
http://khairulalfikri.wordpress.com/2010/01/24/mahasiswa-agent-of-change-social-control-and-ironstock/
http://muda.kompasiana.com/2011/09/29/mahasiswa-agen-of-change-iron-stock-social-control/
http://rhisy.blogsome.com/2006/08/22/periodesasi-gerakan-mahasiswa/
http://sejarah.kompasiana.com/2011/03/16/lunturnya-semangat-pergerakan-mahasiswa-di-indonesiaabad-21/
http://syaldi.web.id/2008/02/gerakan-mahasiswa-indonesia-tahun-1998-sebuah-proses-perubahansosial/
http://udin.staff.umm.ac.id/category/artikel-gerakan-mahasiswa/
http://www.limaupn.com/wacana/analisis-singkat-sejarah-gerakan-mahasiswa-indonesia-1966-2001/
index.html
http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?
fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=111101

7
Gigih S Prakasa 103060017337 Akuntansi 2010 gigihprakasa@gmail.com

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24