Faktor Pembebanan Konsentrasi Biomassa MLSS

II - 6 BAB I PENDAHULUAN

2.1.2.3 Faktor Pembebanan

Faktor pembebanan proses disebut juga sebagai nisbah pakan terhadap mikroorganisme food to microorganism ratio, nisbah FM, yakni laju BOD atau COD yang ditambahkan ke dalam unit volum bioreaktor, dan didefinisikan dalam persamaan berikut : reaktor dalam isme mikroorgan massa hari reaktor dalam digunakan yang substrat massa M F Nisbah  2.11 Untuk reaktor dengan pengadukan sempurna, nisbah FM bisa didefinisikan dengan persamaan berikut. 2.12 Dimana : V = volume bak aerasi, liter X = MLSS dalam bak aerasi, mgL Q = laju volumetris influent, Lhari τ = waktu tinggal cairan hydraulic retention time, HRT, hari S = initial substrate concentration Nisbah FM juga dikendalikan dengan laju pembuangan lumpur. Dengan demikian laju pembuangan lumpur akan mengendalikan dua parameter sekaligus yaitu SRT dan nisbah FM. Nisbah FM yang terjadi berbanding terbalik dengan HRT. Proses lumpur aktif konvensional biasanya beroperasi pada nisbah FM antara 0,2-0,6 kg CODkg MLSS.hari. Pemakaian nisbah di luar kisaran tersebut, akan menimbulkan beberapa permasalahan pengendapan di dalam bak sedimentasi Sundstroms dan Klei, 1979. Pada proses yang bekerja dengan baik, lumpur akan mudah mengendap, hal ini dapat terjadi bila cell-cell mikroba bergabung membentuk flok. Apabila tumbuh mikroba berfilamen filamentous organism secara berlebihan, pengendapan lumpur akan lambat. Peristiwa ini disebut “bulking sludge”. Pertumbuhan mikroba Penggunaan Membran Bioreaktor MBR Pada Activated Sludge Dalam Pengolahan Limbah Cair Industri II - 7 BAB I PENDAHULUAN berfilamen terjadi bila O 2 terlarut atau BOD telalu kecil. Mikroba berfilamen mempunyai luas permukaan lebih besar sehingga menyerap O 2 atau makanan lebih banyak, sebelum mereka terserap oleh flok. Jenis-jenis lumpur tersebut sangat sulit mengendap secara gravitasi. Adanya kesulitan dalam proses pemisahan lumpur tersebut dalam bak sedimentasi mengakibatkan sebagian lumpur akan terbuang keluar washout. Hal ini dapat mengakibatkan menurunnya kadar kualitas effluent. Namun, kinetika menunjukkan bahwa mikroba-flokulasi zoogleal lebih efektif dengan O 2 dan BOD lebih tinggi. Di samping itu ia dapat mengoksidasi zat organik yang komplek di mana mikroba filament tidak mampu. Adanya oksigen yang terlarut dalam bak aerasi dapat memberikan efek secara kuantitatif terhadap laju pertumbuhan organisme filament maupun non-filament pembentuk flok. Kemampuan difusi oksigen ke dalam flok tergantung dari konsentrasi oksigen terlarut di dalam cairan curah. Konsentrasi oksigen yang rendah dapat menyebabkan sebagian besar dari flok berada dalam kondisi anoksik atau anaerobik.

2.1.3 SMBR Submerged Membrane Bioreactor