8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

  Teori keagenan (agency theory) menjelaskan hubungan antara agen dengan principal. Dalam teori keagenan, agen memilki peran sebagai pengambil keputusan menutup kontrak untuk memberikan tugas-tugas tertentu bagi principal, dan principal menutup kontrak untuk memberikan imbalan kepada agen. Menurut Jansen dan Meckling (1976) dalam teori keagenan mendefinisikan hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa, kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Inti dari agency theory adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan principal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan. Dalam penelitian ini, perusahaan bertindak sebagai principal, sementara auditor independen merupakan agen (Lestari, 2010).

  Ariyani dan Budiartha (2014) mengemukakan bahwa konflik kepentingan antara principal dengan agen disebut dengan agency

  problems . Agency problems biasanya terjadi karena agen dan

  8

  principal sama-sama memiliki kepentingan pribadi. Masalah

  keagenan dapat merugikan principal karena principal tidak terlibat langsung dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Laporan keuangan yang disampaikan dengan segera atau tepat waktu dapat mengurangi asimetri informasi yang menjadi penyebab dari agency

  problems .

  2.1.2 Laporan Keuangan

  Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam mendukung keberlangsungan suatu perusahaan. Kieso dalam Sutikno (2015) mengatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang berfokus pada pembuatan informasi keuangan yang relevan bagi pihak eksternal perusahaan dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan juga dapat berguna sebagai sarana komunikasi yang digunakan entitas dalam mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada pihak luar.

  2.1.3 Peraturan Penyampaian Laporan Keuangan di Indonesia

  Peraturan mengenai ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan di Indonesia diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

  Peraturan tersebut diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 1 tahun 2008 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. X.K.7 keputusan Ketua OJK No. 40/BI/2007 yang menggantikan peraturan sebelumnya yaitu Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003.

  Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, berisi tentang laporan keuangan tahunan yang harus disertai dengan laporan auditor dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang sekarang bernama Otoritas Jasa Keuangan selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90) hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.

  X.K.7 keputusan Ketua OJK No. 40/BI/2007 berisi tentang jangka waktu penyampaian laporan keuangan berkala dan laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik yang efeknya tercatat di bursa efek di Indonesia dan di bursa efek di negara lain. Namun peraturan tersebut tidak berlaku bagi emiten yang terdaftar di bursa efek Negara lain.

2.1.4 Standar Auditing

  Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, yaitu “prosedur” berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing, yang berbeda dengan prosedur auditing, berkaitan degan tidak hanya kualitas dengan tidak hanya kualitas profesional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dalam laporannya.

  Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut :

  a. Standar Umum

  1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

  2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

  3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

  b. Standar Pekerjaan Lapangan

  1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

  2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

  3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

  c. Standar Pelaporan

  1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

  2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

  3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

  4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

  2.1.5 Audit Report Lag Audit report lag yaitu jarak antara tanggal penutupan tahun

  buku hingga tanggal diselesaikan laporan auditor independen (Ashton et al, 1987 dalam Ariyani dan Budiartha, 2014). Sedangkan menurut Sutikno (2015), audit report lag dapat didefinisikan sebagai rentang waktu antara tanggal laporan keuangan perusahaan sampai pada laporan keuangan diumumkan ke public (laporan keuangan auditan). Menurut Togasima dan Christiawan (2014), audit report lag menunjukkan rentang penyelesaian audit, dengan tujuan menyeluruh dari laporan audit keuangan yaitu menyatakan pendapat akan laporan keuangan yang disajikan secara wajar dalam semua hal yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

  Penyusunan atau pengauditan suatu laporan keuangan perusahaan dapat berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut.

  Sehingga semakin panjang audit delay, maka semakin lama auditor menyelesaikan tugasnya (Ariyani & Budiartha, 2014).

  2.1.6 Profitabilitas

  Menurut Sudarmadji dan Lana (2007), profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Sedangkan menurut Azlina (2009), profitabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit). Namun Dewi (2008) berpendapat bahwa profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.

  Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari kegiatan bisnis yang dilakukan. Rasio profitabilitas tinggi yang dimiliki oleh perusahaan berarti menghasilkan laba yang tinggi, sebaliknya perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas yang rendah berarti menghasilkan laba yang rendah, maka akan cenderung lama dalam pengauditan laporan keuangan. Menurut Christiawan dan Togasima (2014) profitabilitas pada umunya dapat diukur dengan rasio Return on Sales (ROS), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE).

  Rasio ROS diukur dengan cara membagi net profit dengan sales

  

revenue (Christiawan dan Togasima (2014). Menurut Suharli (2006),

  ROA sering disebut dengan ROI yang merupakan tingkat pengembalian investasi atas investasi perusahaan pada aktiva, sedangkan ROE merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas pemilik perusahaan.

  Penelitian ini menggunakan rasio ROA sebagai pengukurannya. Hal ini didukung dengan penelitian Juanita dan Satwiko (2012) dan Lianto dan Kusuma (2010). Rasio ini dihitung dengan menggunakan satuan persen.

2.1.7 Ukuran Perusahaan

  Menurut Christiawan dan Togasima (2014) memaparkan bahwa ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Sedangkan menurut Apriliane (2015), ukuran perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan yang diukur dengan menggunakan logaritma natural total aset. Namun menurut Damiari dan Ulupui (2014), ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan, yang dapat dilihat dari beberapa segi seperti total aset, total penjualan, total kapitalisasi pasar dan sebagainya. Dari beberapa pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu skala yang dapat dilihat dari berbagai segi total aset, total aktiva dan lain-lain yang berkorelasi tinggi.

  Perusahaan besar biasanya memiliki jumlah sampel yang lebih banyak jika dibandingkan dengan perusahaan menengah dan kecil.

  Ariyani dan Budiartha (2014) berpendapat bahwa perusahaan yang besar akan lebih cepat dalam proses penyelesaian audit karena diawasi oleh para investor, pengawas permodalan dan pemerintah jika dibandingkan dengan perusahaan kecil.

  Menurut Damiari dan Ulupui (2014), variabel ukuran perusahaan diukur dengan Logaritma Natural (Ln) dari total aset. Hal ini dikarenakan besarnya total aktiva masing-masing perusahaan berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga untuk menghindari adanya data yang tidak normal tersebut maka data total aktiva perlu di Ln kan.

  2.1.8 Kompleksitas Operasi Perusahaan

  Kompleksitas organisasi atau operasi merupakan akibat dari pembentukan departemen dan pembagian pekerjaan yang memiliki fokus terhadap jumlah unit yang berbeda (Ariyani & Budiartha, 2014). Sedangkan menurut Damiari dan Ulupui (2014), kompleksitas operasi perusahaan menunjukkan jumlah cabang operasinya, keberadaan anak perusahaan, serta perbedaan jalur produknya. Kompleksitas operasi perusahaan merupakan salah satu karakteristik perusahaan yang dapat menambah suatu tantangan pada audit dan akuntansi (Siuko, 2009 dalam Ningsih, 2013).

  Pengukuran kompleksitas operasi perusahaan dengan variabel . Apabila perusahaan tersebut memiliki anak perusahaan maka

  dummy

  diberi nilai 1, sebaliknya apabila perusahaaan tersebut tidak memiliki anak perusahaan maka diberi nilai 0.

  2.1.9 Reputasi KAP

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), reputasi adalah perbuatan dan sebagainya sebagai sebab mendapat nama baik.

  KAP adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang berusaha dibidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik (Togasima dan Christiawan, 2012).

  Menurut Khrisna (2013), reputasi KAP merupakan reputasi pengaudit pada sebuah perusahaan yang dilakukan oleh auditor yang berkualitas tinggi. Namun Mada dan Laksito (2013) berpendapat bahwa reputasi KAP adalah faktor yang dapat meningkatkan kepercayaan publik serta independensi auditor. Sedangkan menurut Simamora et al (2014) mengemukakan bahwa reputasi KAP menunjukkan seberapa luas dikenalnya nama suatu kantor akuntan publik dan seberapa baik nama suatu kantor akuntan publik dalam pandangan pengguna jasa audit.

  Perusahaan menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam mengaudit laporan keuangannya. Jasa KAP yang biasanya digunakan oleh perusahaan adalah KAP yang memiliki reputasi atau nama yang baik untuk meningkatkan kualitas laporan keuangannya (Darmiari & Ulupui, 2014). Menurut Lee dan Jahng (2011) menyatakan bahwa Big Four perusahaan akuntansi memiliki akses yang lebih baik ke teknologi canggih dan spesialis staf bila dibandingkan dengan Non-Big four.

  Berdasarkan data afiliasi KAP big four Indonesia yang terdaftar di BEI pada tahun 2012 tercatat KAP big four meliputi Price Waterhouse Coopers (Tanudiredja, Wibisana & Rekan), Deloitte Touche Tohmatsu (Osama Bing Satrio & Rekan), KPMG (Siddharta & Widjaja), dan Ernest & Young (Purwantono, Suherman & Surja).

  Namun pada tahun 2013-2014 ada sedikit perubahan nama KAP Indonesia yang dicatat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meliputi Price Waterhouse Coopers (Tanudiredja, Wibisana & Rekan), Deloitte Touche Tohmatsu (Osman Bing Satrio & Eny), KPMG (Siddharta & Widjaja), dan Ernest & Young (Purwantono, Suherman & Surja).

  Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) mencatat daftar KAP Indonesia terbaru pada tahun 2015 meliputi Price Waterhouse Coopers (Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan), Deloitte Touche Tohmatsu (Osman Bing Satrio & Eny), KPMG (Siddharta Widjaja & Rekan), dan Ernest & Young (Purwantono, Sungkoro & Surja).

  Reputasi KAP diukur dengan menggunakan variabel dummy melalui perbandingan penggunaan jasanya. Jika jasa KAP yang digunakan perusahaan memiliki afiliasi dengan KAP big four diberikan nilai 1, sedangkan jika KAP yang digunakan perusahaan tidak memiliki afiliasi dengan KAP big four diberikan nilai 0.

  • Profitabilitas - Ukuran Perusahaan - Kompleksitas Operasi Perusahaan - Reputasi KAP
  • Profitabilitas - Solvabilitas - Ukuran Perusahaan - Umur Perusahaan - Jenis Industri Profitabilitas dan jenis industri berpengaruh negatif terhadap audit

  report lag . Sedangkan

  perusahaan berpengaruh positif terhadap audit

  company ownership , umur

  (2014)

  4. Togasima dan Christiawan

  (2012)

  3. Juanita dan Satwiko

  report lag .

  ukuran perusahaan, solvabilitas, dan umur perusahaan berpengaruh positif terhadap audit

  (2010)

  2. Lianto dan Kusuma

  kompleksitas operasi perusahaan dan reputasi KAP berpengaruh positif terhadap audit report lag.

  report lag . Sedangkan

  Profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit

  (2014)

  Ariyani dan Budiartha

  

Report Lag

Hasil Penelitian 1.

  2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti

Variabel Penelitian yang

Mempengaruhi Audit

  • Ukuran Perusahaan - Ukuran KAP
  • Profitabilitas - Struktur Kepemilikan - Pelaporan Laba Rugi - Debt to Equity Ratio - Debt to Total Asset Ukuran perusahaan, profitabilitas, DER, dan DTA berpengaruh positif terhadap audit report lag. Sedangkan ukuran KAP, struktur kepemilikan, dan pelaporan laba rugi berpengaruh negatif terhadap audit report lag.
  • Profitabilitas - Ukuran Perusahaan - Reputasi KAP
  • Opini Audit - Jenis Industri - Solvabilitas - Company Ownership - Umur Perusahaan Ukuran perusahaan, profitabilitas, opini audit, jenis industri dan reputasi KAP berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Sedangkan solvabilitas,

  report lag .

  Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan reputasi

  • Ukuran Perusahaan KAP berpengaruh positif
  • Profitabilitas terhadap audit report lag.
  • Kompleksitas Operasi Damiari dan Sedangkan kompleksitas

  5. Perusahaan Ulupui (2014) operasi perusahaan, jenis

  • Reputasi KAP industri, dan umur
  • Jenis Industri perusahaan berpengaruh
  • Umur Perusahaan negatif terhadap audit report lag .

  2.3 Kerangka Pemikiran

  Kerangka pemikiran pada penelitian ini sebagaimana tampak pada gambar dibawah ini : Gambar 2.1 Profitabilitas

  H 1 (-)

  Ukuran Perusahaan

  Audit Report Lag

H (-)

2

Kompleksitas Operasi

  Perusahaan

  H

3 (+)

H 4 (-)

  Reputasi KAP

  2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Report Lag

  Jika perusahaan menghasilkan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi maka audit report lag akan lebih pendek dibandingkan perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang lebih rendah (Lianto & Kusuma, 2010). Sedangkan Tiono (2013) berpendapat bahwa jika perusahaan yang mempunyai rugi atau tingkat profitabilitas rendah nantinya akan membawa dampak buruk dari reaksi pasar dan akan menyebabkan turunnya penilaian kinerja suatu perusahaan, sehingga perusahaan akan cenderung mengulur waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya.

  Hasil penelitian Ariyani dan Budiartha (2014), Lianto dan Kusuma (2010), dan Togasima dan Christiawan (2014) membuktikan adanya pengaruh negatif profitabilitas terhadap audit report lag. Maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

  H 1 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit report lag

2.4.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Report Lag

  Togasima dan Christiawan (2014) mengemukakan bahwa dalam mengukur suatu perusahaan dapat didasarkan pada nilai buku aset yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin rumit pula proses dalam melakukan auditnya. Terkait komponen dalam audit report lag, ukuran perusahaan mempengaruhi seluruh komponen baik scheduling, fieldwork, dan reporting lag.

  Hasil penelitian Ariyani dan Budiartha (2014) dan Togasima dan Christiawan (2014) menemukan adanya pengaruh negatif ukuran perusahaan terhadap audit report lag. Maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

  H 2 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit report lag

2.4.3 Pengaruh Kompleksitas Operasi Perusahaan terhadap Audit

  Report Lag

  Tingkat kompleksitas operasi perusahaan yang bergantung pada cabang operasi atau perbedaan jalur produknya, dapat berpengaruh pada waktu penyelesaian audit (Owusu-Ansah, 2000). Perusahan yang memiliki anak perusahaan memiliki tingkat ketepatwaktuan lebih rendah dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan, begitu juga sebaliknya. Apabila perusahaan memiliki anak cabang perusahaan maka transaksi yang dimiliki klien rumit karena terdapat laporan konsolidasi yang perlu diaudit oleh auditor sehingga akan memerlukan waktu yang cukup lama bagi auditor untuk melakukan pekerjaan auditnya (Ariyani & Budiartha, 2014).

  Penelitian yang dilakukan oleh Ariyani dan Budiartha (2014) menemukan pengaruh positif kompleksitas operasi perusahaan dengan

  

audit report lag . Maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H : Kompleksitas Operasi Perusahaan berpengaruh positif

  3 terhadap Audit Report Lag

2.4.4 Pengaruh Reputasi KAP terhadap Audit Report Lag

  Jasa KAP yang biasanya digunakan oleh perusahaan adalah KAP yang memiliki reputasi atau nama yang baik untuk meningkatkan kualitas laporan keuangannya. Menurut Juanita dan Satwiko (2012), KAP yang besar akan memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan KAP lainnya. KAP besar juga akan berusaha mempertahankan reputasinya dengan waktu audit yang lebih cepat. Di Indonesia terdapat empat kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan the big four, sehingga dapat memudahkan perusahaan- perusahaan besar di Indonesia apabila perusahaannya ingin diaudit oleh kantor akuntan publik yang telah memiliki reputasi (Ariyani & Budiartha, 2014).

  Penelitian yang dilakukan oleh Juanita dan Satwiko (2012) serta Togasima dan Christiawan (2014) membuktikan adanya pengaruh negatif reputasi KAP dengan audit report lag. Maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

  H4 : Reputasi KAP berpengaruh negatif terhadap Audit Report Lag.