10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Legitimasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Legitimasi
Teori legitimasi didasarkan pada pengertian kontrak sosial yang diimplikasikan
antara institusi sosial dan masyarakat. Teori tersebut dibutuhkan oleh institusi-institusi
untuk mencapai tujuan agar kongruen dengan masyarakat luas. Teori legitimasi
menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat
diterima oleh masyarakat. Perusahaan menggunakan laporan tahunan mereka untuk
menggambarkan kesan tanggungjawab lingkungan, sehingga mereka diterima oleh
masyarakat. Dowling dan Preffer (1975) dalam (Ghozali dan Chariri, 2007) menjelaskan
bahwa teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi, karena
legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh
norma-norma dan nilai-nilai sosial dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong
pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Yang
melandasi teori legitimasi adalah “kontrak sosial” yang terjadi antara perusahaan dengan
masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi (Ghozali
dan Chariri, 2007).
Batas dan norma sosial mungkin berubah dari waktu ke waktu, sehingga
perusahaan secara berkelanjutan memperlihatkan bahwa kegiatan operasinya adalah

sesuai dengan batas dan norma tersebut. Di dalam masyarakat yang dinamis, tidak ada
sumber power institusional dan kebutuhan terhadap pelayanan yang bersifat permanen.
Oleh karena itu suatu institusi harus lolos uji legitimasi dan relevansi dengan cara
menunjukkan bahwa masyarakat memang memerlukan jasa perusahaan dan kelompok

10
Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

11

tertentu yang memperoleh manfaat dari penghargaan (reward) yang diterimanya betulbetul mendapat persetujuan masyarakat.
2.1.2 Nilai Perusahaan
Menurut Samuel (2000) dalam (Islahuddin dan Nurlela, 2008) menjelaskan bahwa
enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan
konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan
secara keseluruhan. Menurut Brigham (2001) dalam (Agustina, 2013) nilai perusahaan
merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut
dijual. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan
juga baik. Nilai perusahaan dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat
dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Menurut Fama (1978) dalam (Dewi Dan

Wirajaya, 2013), nilai perusahaan dapat dilihat dari harga sahamnya. Harga saham
terbentuk atas permintaan dan penawaran investor, sehingga harga saham tersebut dapat
dijadikan proksi nilai perusahaan. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal
positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
Dalam penelitian ini nilai perusahaan dihitung menggunakan rasio Tobin’s Q.
Rasio Tobin’s Q dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q
memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan. Tidak hanya saham biasa
dan ekuitas perusahaan saja yang dimasukkan, namun seluruh asset perusahaan
(Agustina, 2013). Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan
adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Jika rasio Q di atas satu, ini menunjukkan bahwa
investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi
daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika rasio Q di
bawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik (Herawaty, 2008) dalam (Susanto
dan Subekti, 2012). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

12


Keterangan :
Tobin’s Q

:

Nilai perusahaan

MVE

:

Nilai pasar ekuitas (MVE = closing price saham x jumlah saham yang
beredar)

DEBT

:

Total kewajiban.


TA

:

Nilai buku dari total aktiva

Nilai perusahaan menurut Rika dan Islahudin (2008) dalam (Retno dkk, 2012)
mendefinisikan sebagai nilai pasar. Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran
pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin
tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai
nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para
profesional. Para profesional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris.

Nilai

perusahaan juga dapat di diukur dengan Price Book Value (PBV). price to book value
ratio (PBV) dikenal juga dengan istilah market to book value. Rasio ini juga merupakan
rasio penilaian yang penting. Salah satu artinya adalah menunjukkan bahwa pasar
keuangan juga berkaitan erat dengan manajemen perusahaan dan organisasi dari
perusahaan yang berjalan (going concern). Rasio PBV merupakan perbandingan antara

nilai saham menurut pasar dengan nilai buku ekuitas perusahaan. Nilai buku dihitung
sebagai hasil bagi antara ekuitas pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar.
Price Book Value (PBV) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Rosy T.W, 2012) :

Keterangan :
PBV : Price Book Value

2.1.3 Good Corporate Governance (GCG)

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

13

Good corporate governance (tata kelola perusahaan) adalah rangkaian proses,
kebiasaan, kebijakan, aturan dan institusi yang memengaruhi pengarahan, pengelolaan,
serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. Tata kelola perusahaan juga
mencakup hubungan antara para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta
tujuan pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama dalam tata kelola perusahaan adalah
pemegang saham, manajemen dan dewan direksi. Tata Kelola Perusahaan adalah suatu
subyek yang memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan

adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab, khususnya implementasi
pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku yang baik dan melindungi
kepentingan pemegang saham. Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang
menyatakan bahwa sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk mengoptimalisasi
hasil ekonomi dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para pemegang saham. Ada
pula sisi lain yang merupakan subyek dari tata kelola perusahaan, seperti sudut pandang
pemangku kepentingan yang menunjuk perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap
pihakpihak lain selain pemegang saham, misalnya karyawan atau lingkungan (Haidar,
2009) dalam (Pertiwi, 2012).
Corporate governance pada prinsipnya menyangkut mengenai kepentingan para
pemegang saham, perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, peranan semua pihak
yang berkepentingan (stakeholder)

dalam corporate governance, transparansi dan

penjelasan, serta peranan penting komisaris dan komite audit. Penerapan good corporate
governance perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan
perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar dan masyarakat sebagai
pengguna produk dan jasa dunia usaha (Windah, 2013).
Sulistyanto dan Wibisono (2003) dalam (Herawaty dan Guna, 2010)

mengemukakan bahwa good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

14

dapat didefinisikan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk
menciptakan nilai tambah bagi setiap stakeholders. Sulit dipungkiri, selama sepuluh tahun
terakhir ini istilah Good Corporate Governance (GCG) kian populer. Tak hanya populer,
tetapi istilah tersebut juga ditempatkan di posisi terhormat. Hal itu, setidaknya terwujud
dalam dua keyakinan. Pertama, GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan
untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan
persaingan bisnis global, terutama bagi perusahaan yang telah mampu berkembang
sekaligus menjadi terbuka. Kedua, krisis ekonomi dunia, di kawasan Asia dan Amerika
Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan GCG.
Good corporate governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua
stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak
pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada
waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure)

secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan,
kepemilikan, dan stakeholder. Atau secara singkat, ada empat komponen utama yang
diperlukan dalam konsep GCG ini, yaitu Fairness ,Transparancy, Accountability dan
Esponsibilit.
Tumirin (2007), menyatakan adanya penerapan GCG akan mempengaruhi
tercapainya nilai perusahaan. Perusahaan tentunya harus memastikan kepada para
penanam modal bahwa dana yang mereka tanamkan untuk kegiatan pembiayaan,
investasi dan pertumbuhan perusahaan digunakan secara tepat dan seefisien mungkin
serta memastikan bahwa manajemen bertindak terbaik untuk kepentingan perusahaan.
Penerapan GCG dapat didorong dari dua sisi, yaitu etika dan peraturan. Dorongan dari
etika (ethical driven) datang dari kesadaran individu pelaku bisnis untuk menjalankan
praktik bisnis yang mengutamakan kelangsungan hidup perusahaan, kepentingan

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

15

stakeholder dan menghindari cara-cara menciptakan keuntungan sesaat. Sedangkan
dorongan dari peraturan (regulatory driven) “memaksa” perusahaan untuk patuh terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pedoman Umum Good Corporate

Governance Indonesia, 2006).
Mekanisme corporate governance meliputi banyak hal, dewan komisaris
independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan keberadaan komite
audit. Dengan adanya salah satu mekanisme corporate governance ini diharapkan
monitoring terhadap manajer perusahaan dapat lebih efektif sehingga dapat meningkatkan
kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. Jadi jika perusahaan menerapkan sistem
corporate governance diharapkan kinerja tersebut akan meningkat menjadi lebih baik,
dengan meningkatnya kinerja perusahaan diharapkan juga dapat meningkatkan harga
saham perusahaan sebagai indikator dari nilai perusahaan sehingga nilai perusahaan akan
tercapai. Good corporate governance merupakan bentuk pengelolaan perusahaan yang
baik, dimana didalamnya tercakup suatu bentuk perlindungan terhadap kepentingan
pemegang saham (publik) sebagai pemilik perusahaan dan kreditor sebagai penyandang
dana eksternal. Sistem corporate governance yang baik akan memberikan perlindungan
efektif kepada para pemegang saham dan kreditor untuk memperoleh kembali atas
investasi dengan wajar, tepat dan seefisien mungkin, serta memastikan bahwa manajemen
bertindak sebaik yang dapat dilakukannya untuk kepentingan perusahaan (Bukhori, 2012)
dalam (Setyaningsih, 2014).
Menurut Komite Nasional Kebijkan Governance (KNKG,2006), good corporate
governance diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan
konsisten sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk penerapan GCG sendiri

perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya
sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar dan masyarakat sebagai pengguna

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

16

produk dan jasa. Oleh karena itu, penerapan good corporate governance (GCG) pada
perusahaan-perusahaan di Indonesia diharapkan mampu untuk menunjang pertumbuhan
dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. Corporate governance biasanya
mengacu pada sekumpulan mekanisme yang mempengaruhi keputusan yang akan diambil
oleh menejer ketika ada pemisah antara kepemilikan dan pengendalian. Beberapa
pengendalian ini terletak dari fungsi dewan direksi, pemegang saham institusional dan
pengendalian dari mekanisme pasar (Kartina, 2011). Ada tiga mekanisme dalam
penelitian ini yaitu dewan komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan
institusional. Dari keempat mekanisme good corporate governance dapat diuraikan
sebagai berikut :
a) Dewan Komisaris Independen
Board independent atau dewan komisaris independen adalah jumlah dewan
komisaris independen dalam perusahaan. Jumlah dewan komisaris independen yang

semakin banyak menandakan bahwa dewan komisaris independen melakukan fungsi
pengawasan dan koordinasi dalam perusahaan yang semakin baik. Dewan komisaris
memegang peranan penting dalam perusahaan terutama dalam pelaksanaan good
corporate governance (GCG). Dewan komisaris merupakan inti dari corporate
governance yang ditugaskan untuk menjamin strategi perusahaan, mengawasi manajer
dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas.
Adanya komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan
komisaris sehingga tercipta good corporate governance di dalam perusahaan. Jika
ternyata investor bersedia membayar lebih mahal, maka nilai pasar perusahaan yang
menerapkan good corporate governance juga akan lebih tinggi dibanding perusahaan
yang tidak menerapkan atau mengungkapkan praktek good corporate governance
(Rachmawati dan Triatmoko, 2007) dalam (Perdana, 2014). Didasarkan pada pemikiran

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

17

bahwa semakin tinggi proporsi komisaris independen dalam perusahaan, maka
diharapkan pemberdayaan dewan komisaris ini dapat melakukan tugas pengawasan dan
pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi
perusahaan (Carningsih, 2009). Komisaris independen merupakan semua komisaris yang
tidak memiliki kepentingan bisnis yang substansial dalam perusahaan. Independensi
dewan komisaris diukur dari prosentase komisaris independen terhadap total dewan
komisaris yang ada (Carningsih, 2009). Komisaris independen yang memiliki sekurangkurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris, berarti telah memenuhi pedoman
GCG guna menjaga independensi, pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat.
Oleh karena semakin banyak anggota dewan komisaris independen, maka tingkat
integritas pengawasan terhadap dewan direksi yang dihasilkan semakin tinggi, sehingga
mewakili kepentingan stakeholders lainnya selain daripada kepentingan pemegang saham
mayoritas dan dampaknya akan semakin baik terhadap nilai perusahaan. Dengan adanya
komisaris independen, maka akan dapat mengurangi konflik agensi dalam perusahaan
sehingga perusahaan dapat lebih berfokus dalam meningkatkan nilai perusahaan.

b) Komite Audit
Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih dari dewan komisaris
perusahaan yang bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan
independensinya dari manajemen. Dalam lampiran surat keputusan dewan direksi PT.
Bursa Efek Jakarta No. Kep-315/BEJ/06-2000 poin 2f, peraturan tentang pembentukan
komite audit disebutkan bahwa komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris perusahaan tercatat yang anggotanya diangkatdan diberhentikan oleh dewan
komisaris perusahaan tercatat untuk membantu dewan komisaris perusahaan tercatat
melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi
direksi dalam pengelolaan perusahaan tercatat. Jika kualitas dan karakteristik komite

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

18

audit dapat tercapai, maka transparansi pertanggungjawaban manajemen perusahaan
dapat dipercaya, sehingga akan meningkatkan kepercayaan para pelaku pasar modal.
Selain itu, tanggung jawab komite audit dalam melindungi kepentingan pemegang saham
minoritas dapat meyakinkan investor untuk mempercayakan investasinya terhadap
perusahaan tersebut. Keputusan Menteri BUMN no. 117/Tahun 2000 dan Undang-undang
BUMN Nomor 19/2003, pembentukan komite audit merupakan suatu keharusan.komite
audit merupakan salah satu komite yang memiliki peranan penting dalam corporate
governance. Komite audit harus terdiri dari individu-individu yang mandiri dan tidak
terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang mengelola perusahaan dan yang
memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif.
c) Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusioanl dalam jalannya perusahaan dalam mencapai tujuan
perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan (Saraswati, 2012). Kepemilikan
institusional adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi. Jensen dan
Meckling (1976) dalam (Pertiwi, 2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusional
memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang
terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap
mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil
oleh manajer. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5 %)
mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen. Semakin besar
kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan.
Dengan meningkatnya kepemilikan institusional, diharapkan dapat memberikan
tekanan agar perusahaan dapat terus melaksanakan praktek good corporate governance
sesuai yang diharapkan investor institusional. Tingkat kepemilikan institusional yang
tinggi akan manimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor
institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistik manajer (Muwarningsih,

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

19

2009) dalam (Natalynova, 2009). Oleh karena itu, kinerja perusahaan akan semakin baik
dan semakin meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan (Sukirni, 2012) yang menunjukan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

2.1.4 Corporate Social Responsibility
Konsep corporate social responsibility (CSR) merupakan konsep yang sulit
diartikan. Hal inilah yang membuat definisi corporate social responsibility sangatlah luas
dan bervariasi. Pengertian corporate social responsibility menurut Lord Holme dan
Richard Watt, dalam (Hadi, 2011) corporate social responsibility adalah komitmen
berkelanjutan dari perusahaan yang berjalan secara etis dan memiliki kontribusi terhadap
pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarga mereka, dan
juga komunitas lokal serta masyarakat luas. Tujuan utama dari perusahaan tidak hanya
untuk memenuhi keinginan shareholders tetapi juga stakeholders, baik yang secara
langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Untuk itu
perusahaan harus mampu menggabungkan antara market value dari perusahaan dan
keharmonisan pihak-pihak yang terkait. Menurut Carroll’s (1979) dalam (T.Jones, 1999)
mendefisinikan pertanggungjawaban social sebagai berikut:
“The social responcibility of business encompasses the economic, legal, ethical,
and discretionary expectations that society has of organizations at a givent point time.”
Bahwa Tanggung jawab sosial bisnis meliputi ekspektasi ekonomi, hukum, etika,
dan kebijaksanaan bahwa masyarakat memiliki organisasi pada waktu titik tertentu.
Kesadaran akan penerapan tanggung jawab sosial ini menjadi sangat penting
seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk/barang
yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial.
Tanggung jawab sosial dari perusahaan terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

20

stakeholder, termasuk di dalamnya adalah pelanggan, pegawai, komunitas, pemilik atau
investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Selain memberikan keuntungan
bagi pemegang saham, dalam suatu perusahaan juga memiliki tanggung jawab terhadap
pihak-pihak lain seperti pemerintah, konsumen dan masyarakat. Harmonisasi antara
perusahaan dengan masyarakat sekitarnya dapat tercapai apabila komitmen penuh dari top
management perusahaan terhadap penerapan corporate social responsibility (CSR)
sebagai akuntabilitas publik (Effendi, 2006) dalam (Saraswati, 2012).
Corporate social responsibility (CSR) juga merupakan salah satu informasi yang
harus tercantum di dalam laporan tahunan perusahaan seperti yang diatur dalam UU RI
No. 40 Tahun 2007 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan yang mewajibkan
perseroan yang kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya
alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dengan adanya dasar
hukum yang kuat sehingga pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan yang
semula hanya pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) yang merupakan
pengungkapan yang tidak diwajibkan peraturan menjadi pengungkapan wajib (mandatory
disclosure). Pengungkapan corporate social responsibility mencerminkan suatu
pendekatan manajemen adaptive dalam menghadapi lingkungan yang dinamis dan
multidimensional serta kemampuan untuk mempertemukan tekanan sosial dengan reaksi
kebutuhan

masyarakat.

Dengan

demikian,

keterampilan

manajemen

perlu

dipertimbangkan untuk survive dalam lingkungan perusahaan masa kini (Florence,et
al.,2004) dalam (Agustina, 2013). Perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika
informasi tersebut dapat menigkatkan nilai perusahaan.
Pengukuran indeks pengungkapan CSR menggunakan metode analisis isi (content
analysis) yaitu suatu metode pengkodifikasian teks dengan ciri– ciri yang sama ditulis

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

21

dalam berbagai kelompok atau kategori berdasar pada kinerja yang ditentukan (Weber,
1988 dalam Sembiring, 2005). Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut :

Keterangan :
CSRIij = Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j tahun i
Nj

= Jumlah Item Untuk Perusahaan J, Nj

Xij

= Dummy Variable: Nilai 1 = Jika Item I Diungkapkan ; 0 = Jika Item I
Tidak Diungkapkan. Dengan demikian, 0

Hal ini didukung dengan penelitian Agustina (2013) dan Setyaningsih, dkk
(2014) yang menunjukan bahwa corporate social responsibility berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.

2.1.5 Struktur Modal
Menurut Brigham dan Westonv (1994) dalam (Panghulu, 2014), struktur modal
yang optimal pada suatu perusahaan adalah gabungan dari hutang dan ekuitas yang
memaksimumkan harga saham perusahaan. Struktur modal erat kaitannya dengan harga
saham, hal ini dikarenakan salah satu unsur yang membentuk harga saham adalah
persepsi investor atas kinerja perusahaan, dan struktur modal adalah salah satu unsur yang
menentukan baik buruknya kinerja perusahaan, karena struktur modal akan menentukan
sumber pembiayaan dan pembelanjaan yang dilakukan oleh perusahaan atas kegiatan
operasionalnya.
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang
jangka panjang dengan modal sendiri. Dengan kata lain, seandainya perusahaan
mengganti sebagai modal sendiri dengan hutang (atau sebaliknya) apakah harga saham
akan berubah, apabila perusahaan tidak merubah keputusan-keputusan keuangan lainnya.

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

22

Jika perubahan struktur modal tidak merubah nilai perusahaan, bearti bahwa tidak ada
struktur modal yang terbaik. Tetapi jika dengan mengubah struktur modal ternyata nilai
perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal
yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan, atau harga saham, adalah strktur modal
yang terbaik (Husnan) dalam (Yuliana dkk, 2012). Struktur modal menjelaskan bahwa
kebijakan pendanaan (financial policy) perusahaan dalam menentukan struktur modal
(bauran antara hutang dan ekuitas) bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan
(value of the firm). Struktur modal yang optimal suatu perusahaan adalah kombinasi dari
utang dan ekuitas (sumber eksternal) yang memaksimumkan harga saham perusahaan.
Pada saat tertentu, manajemen perusahaan menetapkan struktur modal yang ditargetkan,
yang mungkin merupakan struktur yang optimal, meskipun target tersebut dapat berubah
dari waktu ke waktu. Sejumlah faktor mempengaruhi keputusan mengenai struktur modal
perusahaan, seperti stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, peluang
pertumbuhan, tingkat profitabilitas, pajak penghasilan, tindakan manajemen dan
sebagainya. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi struktur modal perusahaan adalah
ukuran perusahaan, perusahaan yang lebih besar pada umumnya lebih mudah
memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil. Oleh sebab itu dengan
memperoleh pinjaman perusahaan dapat berkembang lebih baik lagi (Mai, 2006) dalam
(Hermuningsih, 2013)
Konsep struktur modal berkaitan erat dengan leverage atau pengukuran rasio
hutang (Rajan & Zingales, 1995) dalam (Marchyta Dan Astuti, 2015), karena jumlah
leverage pada struktur modal perusahaan akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Mustapha, Ismail, dan Minai (2011) menjelaskan bahwa leverage dapat diukur dengan
rasio hutang yang mencerminkan total hutang, baik dalam jangka pendek atau jangka
panjang (dalam Marchyta Dan Astuti, 2015),. Teori yang dianggap relevan untuk
mendukung penentuan keputusan struktur modal, antara lain :
a. Trade-off Theory

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

23

Menurut trade off theory manajer dapat memilih rasio utang untuk memaksimakan
nilai perusahaan. Fama (1978) berpendapat bahwa nilai perusahaan akan tercermin dari
harga saham. Jensen (2001) menjelaskan bahwa untuk memaksimalkan nilai perusahaan
tidak hanya dengan nilai ekuitas saja yang harus diperhatikan, tetapi jenis semua sumber
keuangan seperti hutang, waran maupun saham preferen (dalam Hermuningsih,2013).
Trade off theory merupakan teori struktur modal yang didasarkan pada cost dan benefit
antara biaya modal dan keuntungan penggunaan hutang yaitu antara biaya kebangkrutan
dan keuntungan pajak.
Berdasarkan teori ini kebijakan struktur modal memiliki kelebihan dan
kelemahan, yaitu di satu sisi dapat memberikan keuntungan karena pemerintah
membolehkan perusahaan untuk membebankan bunga sebagai return bagi kreditor
sehingga dapat mengurangi pajak. Sedangkan bila perusahaan menerbitkan saham dengan
memberikan return kepada investor berupa dividen, maka dividen tersebut tidak bisa
dibebankan sebagai pengurang pajak. Namun di sisi lain perusahaan akan memiliki resiko
kebangkrutan yang kewajiban utamanya adalah melunasi hutang-hutangnya. Tradeoff
theory menyatakan jika posisi struktur modal berada di bawah titik optimal maka setiap
peningkatan hutang dalam komponen pendanaan akan meningkatkan nilai perusahaan.
Sebaliknya, jika posisi struktur modal berada di atas titik optimal maka setiap
peningkatan hutang dalam komponen pendanaan akan menurunkan nilai perusahaan
(Marchyta dan Astuti, 2015).
Trade off theory mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan merupakan
hasil trade off dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang dengan biaya yang
akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang tersebut. Poin penting trade off theory
dalam struktur modal yaitu menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul
sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, tambahan hutang masih

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

24

diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar, maka
tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan.
b. Pecking Order Hyphotesis
Teori pecking order memprediksi bahwa perusahaan lebih menyukan pendanaan
internal untuk membiayai investasi. Apabila mempergunakan pendanaan eksternal maka
perusahaan akan menggunakan hutang terlebih dahulu daripada ekuitas (Babu &
Jain,1998; Myers, 1984) dalam (Bukit, 2012). Pecking order hyphotesis merupakan salah
satu teori yang mendasarkan pada asimetri informasi akan mempengaruhi struktur modal
perusahaan dengan cara membatasi akses pada sumber pendanaan dari luar. Menurut
Panghulu (2014), bahwa adanya peningkatan jumlah hutang dalam struktur modal suatu
perusahaan menandakan bahwa perusahaan telah merasa yakin akan prospek pendapatan
perusahaan di masa yang akan datang sehingga tidak perlu khawatir dengan pembayaran
hutang dan bunganya. Investor akan merasa aman akan investasi yang mereka berikan.
Hal ini akan menyebabkan permintaan saham perusahaan tersebut naik dan akhirnya akan
meningkatkan nilai perusahaan.
Teori struktur modal ini menjelaskan bahwa perusahaan lebih mengutamakan
pendanaan ekuitas internal (menggunakan laba ditahan) daripada pendanaan ekuitas
eksternal (penerbitan saham baru). Hal ini disebabkan penggunaan laba ditahan lebih
murah dan tidak perlu mengungkap sejumlah informasi perusahaan yang harus
diungkapkan dalam prospektus saat menerbitkan obligasi maupun saham baru. Apabila
perusahaan membutuhkan pendanaan eksternal, maka pertama kali perusahaan akan
menggunakan hutang sebelum menerbitkan saham baru. Penerbitan saham baru
merupakan opsi terakhir yang akan dilakukan perusahaan karena penerbitan saham baru
merupakan tanda atau sinyal bagi pemegang saham dan calon investor tentang kondisi
perusahaan sekarang dan prospek perusahaan mendatang yang tidak baik. Struktur modal
yang digunakan antara lain debt to asset ratio (DTAR), debt to equity ratio (DTER), long-

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

25

term debt to total asset (LTTA), dan short-term debt to total asset (STTA). Secara
matematis pengukuran ratio tersebut yaitu :
1) Debt To Asset Ratio ( DTAR) :

2) Debt To Equity Ratio (DTER):

3) Long-Term Debt To Total Asset (LTTA) :

4) Short-Term Debt To Total Asset (STTA) :

Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun jangka
panjang) sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal sendiri (total modal
saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan.
2.1.6 Kinerja Keuangan
Rasio Keuangan sebagai pengukuran kinerja keuangan dalam laporan keuangan
perusahaan dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk memprediksi laba bersih dan
dividen pada masa yang akan datang. Cara yang digunakan untuk mendukung prediksi
tersebut adalah dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis tersebut
mengkombinasikan hubungan antara komponen keuangan yang satu dengan komponen
keuangan yang lain. Pada umumnya, hubungan tersebut dilihat dari rasio antara
komponen-komponen keuangan yang satu dengan yang lain. Dalam konteks manajemen
keuangan, analisis tersebut dikenal dengan analisis rasio keuangan. Analisis rasio ini
berguna untuk membandingkan kinerja perusahaan yang satu dengan perusahaan yang
lain atau membandingkan kinerja satu perusahaan pada tahun ini dengan tahun yang

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

26

lainnya. Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan
untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah
dilaksanakan pada periode waktu tertentu.
Menurut Sucipto (2003) pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuranukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan
dalam menghasilkan laba. Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian
keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai
aktivitas yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu
analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Fahmi,
2012). Sedangkan menurut Mulyadi, (2007) menguraikan pengertian kinerja keuangan
ialah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya
berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya.
Menurut Janes C. Horne (1998) dalam bukunya Finance management policy
mengatakan bahwa kinerja kuangan adalah merupakan ukuran prestasi perusahaan maka
keuntungan adalah merupakan salah satu alat yang digunakan oleh para manajer. Kinerja
keunagan juga akan memberikan gambaran efisiensi atas pengunaan dana mengenai hasil
akan memperoleh keuntungan dapat dilihat setelah membandingkan pendapatan bersih
setelah pajak. Sedangkan menurut Inryo (1999) dalam bukunya Manajemen Keuangan
mengatakan bahwa kinerja keuangan adalah merupakan prestasi keuangan yang dicapai
oleh perusahaan dalam priode tertentu.
Dalam pengukuran kinerja keuangan investor biasanya melihat kinerja keuangan
yang tercermin dari berbagai macam rasio. Return on equity (ROE) dan return on asset
(ROA) adalah contoh indicator penting yang sering digunakan investor untuk menilai
tingkat profitabilitas perusahaan sebelum melakukan investasi.

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

27

Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba yang
bermanfaat bagi para pemegang saham. Ukuran dari keberhasilan pencapain ini adalah
semakin besar Return on equity (ROE) dan return on asset (ROA) mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang
saham. Hal ini berdampak terhadap peningkatan nila perusahaan. Berikut uraian dari
Return on Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA):
a) Return On Asset (ROA)
Return on asset mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan
menggunakan total asset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan
biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut (Sundjaja dan Barlian, 2003) dalam
(Mulyawati dkk, 2015). Bagi perusahaan meningkatkan kinerja keuangan adlaah salah
satu keharusan agar saham tersebut diminati oleh investor sehingga meningkatkan nilai
dari perusahaan tersebut.
Secara matematis dapat dilihat dengan rumus sebagai berikut:

b) Return On Equity (ROE)
Menurut Harahap dalam (Mulyawati, 2015) adalah rasio yang menunjukan berapa
persen laba bersih yang diperoleh perusahaan bila diukur dari pemilik modal. Menurut
Sundjaja dan Barlian (2003), menunjukan bahwa Hasil atas Ekuitas (HAE) atau Return
on Equity (ROE) adalah ukuran hasil yang diperoleh pemilik (baik pemegang saham
preferen atau saham biasa) atas investasi di perusahaan. Secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

28

2.1.6 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu mengenai good corporate governance, corporate
social responsibility, struktur modal, kinerja keuangan, terhadap nilai perusahaan antara
lain terlihat pada tabel berikut :

Table 2.1
Ringkasan Hasil dari Penelitian Terdahulu
Peneliti
dan Tahun

Variabel

Alat Analisis

Hasil Penelitian

Dependen

Independen

Agustina
(2013)

Nilai
Perusahaan

Profitabilitas
dan
Corporate
Social
Responsibilit
y

Statistik
Deskriptif, Uji
Asumsi klasik
(Uji Normalitas,
Multikolonierita
s,Heteroskedasti
sitas,Autokorela
si),Uji Model
Penelitian (Uji
F, Uji Koefisien
Determinasi
(R2), Uji
Regresi
Berganda
(Konstanta (α),
Koefisien
Regresi, Uji
Hipotesis (uji
t)).

Profitabilitas
berpengaruh
signifikan positif
terhadap nilai
perusahaan.
Dan corporate
social
responsibility
berpengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan

Dewi
(2011)

Nilai
perusahaan

Kinerja
keuangan dan
good
corporate
governance

ROA berpengaruh
positif terhadap
nilai perusahaan
dan good
corporate
governance
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan.

Dewi dan
wirajaya
(2013)

Nilai
perusahaan

Struktur
Modal,
Profitabilitas

Statistik
Deskriptif, Uji
Asumsi klasik
(Uji Normalitas,
Multikolonierita
s,Heteroskedasti
sitas,Autokorela
si),Uji Model
Penelitian (Uji
F, Uji Koefisien
Determinasi
(R2),
analisis regresi
linear berganda

struktur modal
berpengaruh
negatif dan

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

29

dan Ukuran
Perusahaan

Kusumaja
ya (2011)

Profitabilita
s dan Nilai
perusahaan

Struktur
modal dan
pertumbuhan
perusahaan

Asumsi klasik
(Uji Normalitas,
Multikolonierita
s,Heteroskedasti
sitas,Autokorela
si), analisis
regresi berganda

Pangulu
(2014)

Nilai
Perusahaan

Profitabilitas,
Growth
Opportunity,
Struktur
Modal

Uji Spesifikasi
Model, Uji
Kriteria Statistik
Random Effect

Puspaning
rum
(2014)

Nilai
perusahaan
dengan
profitabilita
s dan
ukuran
perusahaan

Corporate
social
responsibility
dan
kepemilikan
manajerial

Statistik
deskriptif,
asumsi klasik,
uji linieritas,
analisis regresi.

signifikan pada
nilai perusahaan,
profitabilitas
berpengaruh
positif dan
signifikan pada
nilai perusahaan.
ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
pada nilai
perusahaan
Struktur modal
mempunyai
pengaruh positif
dan signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
Pertumbuhan
perusahaan
mempunyai
pengaruh positif
dan signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
1) profitabilitas
berhubungan
positif dan
signifikan
dengan nilai
perusahaan
2) growth
opportunity
berhubungan
positif dan
signifikan
dengan nilai
perusahaa
3) struktur modal
berhubungan
positif dan
signifikan
dengan nilai
perusahaan
CSR memiliki
pengaruh negatif
dan tidak
signifikan terhadap
nilai perusahaan
Kepemilikan
manajerial

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

30

sebagai
moderating

Setianings
ih (2014)

Kinerja
Perusahaan
Dan Nilai
Perusahaan

Goog
Corporate
Governance
dan
Corporate
Social
Responsibilit
y

Sukirni

Nilai

Kepemilikan

memiliki pengaruh
positif dan tidak
signifikan terhadap
nilai perusahaan
asumsi klasik
1) adanya
(uji normalitas,
pengaruh
multikolinieritas
positif dan
,
signifikan
heroskedastisitas
terhadap GCG
, dan
dengan kinerja
autokorelasi),
perusahaan,
dan statistic.
2) adanya
pengaruh
positif dan
tidak signifikan
terhadap CSR
dengan kinerja
perusahaan
3) adanya
pengaruh
positif dan
signifikan
terhadap GCG
dengan Nilai
Perusahaan
4) adanya
pengaruh
positif dan
signifikan
terhadap CSR
dengan Nilai
Perusahaan
5) adanya
pengaruh
positif dan
signifikan
terhadap GCG
dan CSR
terhadap
Kinerja
Perusahaan
6) adanya
pengaruh
positif dan
signifikan
terhadap GCG
dan CSR
terhadap Nilai
Perusahaan
analisis
1) kepemilikan

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

31

(2012)

Perusahaan

Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Kebijakan
Deviden Dan
Kebijakan
Hutang

Wijaya
dan
Nanik
(2015)

Nilai
Perusahaan

Kinerja
Keuangan

Wardoyo
dan
Theodora
(2013)

Nilai
Perusahaan

Goog
Corporate
Governance,
Corporate
Social
Responsibilit

deskriptif,
analisis regresi
berganda,
Asumsi Klasik
dan pengujian
hipotesis,
Koefisien
Determinasi
(R2).

manajerial
secara
signifikan
berpengaruh
negatif
terhadap nilai
perusahaan.
2) kepemilikan
institusi
berpengaruh
signifikan
Variabel
adalah positif
pada nilai
perusahaan.
3) Kebijakan
dividen
variabel tidak
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
4) efek utang
Variabel
Kebijakan
positif dan
signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
ROA berpengaruh
uji asumsi klasik positif signifikan
yang (uji
terhadap Tobin's Q
normalitas,
heterokedastisita
s,
multikolinearitas
, dan
autokorelasi),
regresi linear
berganda,
Pengujian
hipotesis (uji F
dan uji t).
asumsi klasik
Ukuran dewan
(uji normalitas,
direksi memiliki
multikolinieritas pengaruh secara
,
signifikan terhadap
heroskedastisitas nilai perusahaan
, dan
sedangkan variabel

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

32

Retno dan
Priantinah
(2012)

Nilai
perusahaan

Susanti,
dkk
(2010)

Nilai
perusahaan

y, Kinerja
Keuangan

autokorelasi),
analisis regresi
berganda,
determinasi, uji t
dan uji F

Good
corporate
governance
dan
pengungkapa
n corporate
social
responsibility
Mekanisme
good
corporate
governance

Statistik
deskriptif,
asumsi klasik
dan regresi
berganda.

Statistik
deskriptif dan
analisis regresi
berganda.

Good Corporate
Governance
lainnya, yaitu
ukuran dewan
komisaris,
independensi
dewan komisaris
dan jumlah
anggota komite
audit tidak
memiliki pengaruh
secara signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
Corporate Social
Responsibility
tidak berpengaruh
secara signifikan
terhadap nilai
perusahaan. Return
on Assets (ROA)
dan Return on
Equity (ROE)
memiliki pengaruh
secara signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
GCG dan
Pengungkapan
CSR berpengaruh
positif terhadap
nilai perusahaan

Kepemilikan
manajerial dan
kepemilikan
institusional
berpengaruh
positif terhadap
nilai perusahaan.

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

33

2.2 Kerangka Pemikiran
Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Jika nilai sahamnya tinggi
bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik. Good Corporate Governance merupakan
salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka
panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global, terutama bagi perusahaan
yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka. Kesadaran akan penerapan
tanggung jawab sosial ini menjadi sangat penting seiring dengan semakin maraknya
kepedulian masyarakat global terhadap produk/barang yang ramah lingkungan dan
diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial. Berdasarkan landasan teori dan
penelitian terdahulu, sehingga dapat ditentukan untuk penelitian ini adalah menggunakan
variabel independen good corporate governance yang diproksikan dengan dewan
komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
corporate social responsibility, struktur modal dan kinerja keuangan. Sedangkan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan.

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

34

Berikut uraian kerangka pemikir berdasar pemaparan diatas:

Dewan Komisaris
independen

(+)

Komite audit

(+)

Kepemilikan
Institusional

(+)

Corporate Social
Responsibility

(+)

NILAI
PERUSAHAAN

(-)
Struktur Modal
(+)
ROA

(+)

ROE

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis Penelitian
Kerangka pemikiran teoritis di atas menunjukkan bahwa good corporate
governance, corporate social responsibility, struktur modal dan kinerja keuangan dapat
berguna dalam meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal ini, peneliti hanya
menggunakan periode 2012-2014. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas, dapat
diambil hipotesis sementara penelitian ini sebagai berikut :
2.3.1 Pengaruh dewan komisaris independen terhadap nilai perusahaan
Jumlah dewan komisaris independen yang semakin banyak menandakan bahwa
dewan komisaris independen melakukan fungsi pengawasan dan koordinasi dalam
perusahaan yang semakin baik. Dewan komisaris memegang peranan penting dalam
perusahaan terutama dalam pelaksanaan good corporate governance (GCG). Oleh karena
semakin banyak anggota dewan komisaris independen, maka tingkat integritas

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

35

pengawasan terhadap dewan direksi yang dihasilkan semakin tinggi, sehingga mewakili
kepentingan stakeholders lainnya selain daripada kepentingan pemegang saham
mayoritas dan dampaknya akan semakin baik terhadap nilai perusahaan. Dengan adanya
komisaris independen, maka akan dapat mengurangi konflik agensi dalam perusahaan
sehingga perusahaan dapat lebih berfokus dalam meningkatkan nilai perusahaan.
Setyaningsih, (2014) menunjukan bahwa komisaris independen berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga perumusan hipotesisnya adalah sebagai
berikut :
: Dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
2.3.2 Pengaruh komite audit terhadap nilai perusahaan
Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih dari dewan komisaris
perusahaan yang bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan
independensinya dari manajemen. Komite audit, diukur dengan anggota komite audit
yang dimiliki suatu perusahaan (Siallagan, 2006). Midiastuty (2011), manunjukan bahwa
komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Raharja dan perdana (2012)
komite Audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Sehingga perumusan
hipotesisnya adalah sebagai berikut :
: Komie audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
2.3.3 Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan
Kepemilikan institusional diukur dengan menggunakan indikator jumlah
presentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusi dari seluruh jumlah
modal saham yang beredar dengan satuan persentase. Sukirni (2012) kepemilikan institusi
berpengaruh signifikan positif pada nilai perusahaan. Sukirni (2012) kepemilikan
institusional berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga
perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :
: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

36

2.3.4 Pengaruh pengungkapan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan
Pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan dalam laporan tahunan
dapat diukur dengan cara menghitung indeks pengungkapan sosial. Tanggung jawab
sosial dari perusahaan terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder,
termasuk di dalamnya adalah pelanggan, pegawai, komunitas, pemilik atau investor,
pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Selain memberikan keuntungan bagi
pemegang saham, dalam suatu perusahaan juga memiliki tanggung jawab terhadap pihakpihak lain seperti pemerintah, konsumen dan masyarakat. Adapun pengaruh Corporate
Social Responsibility dapat meningkatkan nilai perusahaan. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Setyaningsih (2014) menunjukan bahwa adanya pengaruh positif dan
signifikan CSR terhadap nilai perusahaan. Sehingga perumusan hipotesisnya adalah
sebagai berikut :
: Pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan

2.3.5 Pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang
jangka panjang dengan modal sendiri. Oleh karena itu, struktur modal diukur dengan debt
to equity ratio (DER). DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki
perusahaan. Dewi (2013) struktur modal mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan. Sehingga perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :
: Struktur modal berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan

2.3.6 Pengaruh ROA terhadap nilai perusahaan
Return on asset adalah salah satu bentuk rasio profitabilitas yang dimaksudkan
untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016

37

aktivitas operasi perusahaan bertujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva
yang dimilikinya. ROA diperoleh dengan cara membandingkan net income terhadap total
asset. Mulyawati (2015), yang menunjukan bahwa return on asset berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Dewi (2011) menunjukan bahwa ROA berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Sehingga perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :
: Return On Asset berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
2.3.7 Pengaruh ROE terhadap nilai perusahaan
Menurut Sundjaja dan Barlian (2003), menunjukan hasil atas Ekuitas (HAE)
atau Return on Equity (ROE) adalah ukuran hasil yang diperoleh pemilik (baik
pemegang saham preferen atau saham biasa) atas investasi di perusahaan. Return on
Equity (ROE) merupakan rasio antara laba bersih terhadap total equity. Semakin tinggi
ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk
menghasilkan laba atau keuntungan bersih. ROE digunakan untuk mengukur tingkat
pengembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan ekuitas (shareholders’ equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Hal
ini didukung oleh penelitan yang dilakukan oleh (Martikartini, 2012) yang menunjukan
bahwa ROE berpengaruh positif terhadap nilai prusahaan. Sehingga perumusan
hipotesisnya adalah sebagai berikut :
: Return on equity berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

Pengaruh Good Corporate..., Reni Nilasari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016