Technology Clearing House TCH

Tindakan mitigasi terhadap perubahan iklim bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia dilakukan lewat pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Implementasinya melalui pemanfaatan ‘Climate Friendly Technology’ proses alih teknologi yang difasilitasi oleh mekanisme pendanaan Internasional. Tujuannya yaitu untuk dapat memberikan kontribusi dalam upaya penurunan emisi karbon. Tindakan mitigasi terhadap perubahan iklim bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia dilakukan lewat pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Implementasinya melalui pemanfaatan ‘Climate Friendly Technology’ proses alih teknologi yang difasilitasi oleh mekanisme pendanaan Internasional. Tujuannya yaitu untuk dapat memberikan kontribusi dalam upaya penurunan emisi karbon. Namun, bagi negara berkembang seperti Indonesia persoalannya tidak semudah membalik tangan. Partisipasi aktif melakukan gerakan mitigasi terkendala bukan pada pendanaan dan pelaksanaan pembangunan berkelanjutannya, tetapi justru pada awal memulainya yaitu pada jenis pilihan dan proses alih-teknologinya. Faktor yang menjadi kendala teknologi mitigasi perubahan iklim di Indonesia: 1. Ketersediaan teknologi yang notabene berasal dari luar dan tentu saja memerlukan proses waktu adaptasi. Bagi Indonesia misalnya, teknologi yang dipilih tersebut memerlukan proses tropikalisasi. Yakni penyesuaian teknologi terhadap lokasi. 2. Proses adopsi teknologi juga tidak mudah. Bagi teknologi yang non-disruptive, persoalan tersebut muncul pada strata perbedaan masyarakat penerima teknologi yang oleh Rogers 1962 disebut sebagai polapsikografik. Pola ini terbagi dalam lima kelompok masyarakat penerima adopter teknologi. Dua kelompok pertama, yaitu kelompok inovator 2.5, dan kelompok yang mudah menerima teknologi baru 13.5. Kedua kelompok ini biasanya dari kalangan terdidik, hidup pada tingkat sosial yang tercukupi dan sebagiannya berupa orang-orang yang senang menghadapi risiko. Kemudian kelompok yang konservatif namun terbuka terhadap gagasan-gagasan baru yang pada umumnya terdiri dari pemimpin informal, dan aktif di dalam masyarakat late adopter. Dan dua kelompok sisanya terdiri dari late majority 34, dan laggards 16. Kelompok terakhir ini dicirikan oleh latar belakang pendidikan yang rendah dan tertinggal, sangat konservatif dan tertutup, bahkan sering tidak tersentuh dalam strata kemajuan dan tata-pergaulan masyarakat. 3. Dibutuhkan waktu yang cukup lama bagi sebuah teknologi untuk bisa diterima dan diterapkan dalam kegiatan pembangunan sehari-hari. Belum lagi persoalan apakah jenis teknologi yang bersangkutan merupakan jenis teknologi yang memberikan kontribusi bagi upaya pengurangan emisi karbon. Dalam konteks ini, diperlukan dua tahap evaluasi terhadap teknologi yang tersedia dan akan diterapkan. Pertama, evaluasi terhadap jenis teknologi yang layak terap. Dan, kedua, evaluasi jenis-jenis teknologi yang memang memberikan kontribusi bagi upaya pengereman laju peningkatan konsentrasi karbon.

b. Technology Clearing House TCH

Pemerintah melalui Kementerian Negara Riset dan Teknologi KNRT maupun Dewan Riset Nasional DRN telah mengeluarkan kebijakan 6 prioritasi bidang dan kebijakan strategic nasional dalam bidang iptek. Implementasinya pun difasilitasi dengan berbagai bentuk insentif. Namun, seperti yang sering dikeluhkan, belum banyak hasil-hasil dari penelitian yang dimanfaatkan dalam aktifitas pembangunan. Belum lagi memilih dan memilah hasil-hasil teknologi yang memberikan dukungan bagi upaya mitigasi. Untuk itu, perlu ada hubungan antara litbang tiap departemen agar ilmu dan riset yang dihasilkan bisa dipakai pemerintah dalam menentukan kebijakan terutama dalam mitigasi menghadapi perubahan iklim. Selanjutnya butuh upaya terlembaga dan terstruktur dalam rangka mempersiapkan kesemuanya: i jenis teknologi, ii arah pengembangan, iii besar skala pengembangan, iv road-map pengembangannya, dan v basis-data turunan teknologinya. Hal ini diperlukan agar bentuk teknologi yang terpilih lolos dari berbagai hambatan baik teknis maupun non- teknis, di hulu maupun hilirnya. Upaya ini tentu tidak bisa datang hanya pada tingkat individu. Maka dari situlah direncanakan dan dibuatlah sebuah satuan khusus yang bertugas untuk menyediakan informasi terkait dengan ketersediaan jenis-jenis teknologi yang layak untuk mendukung upaya mitigasi perubahan iklim, yang dinamai Technology Clearing House. Fungsinya yaitu memberikan satu inti pelayanan untuk berbagai penjelasan terhadap teknologi tersebut, termasuk didalamnya cara penerapan, karakteristik kondisi yang dibutuhkan, serta kelebihan dan kekurangannya. Lembaga ini bisa juga menjadi forum bagi para pihak yang berkepentingan mengkaji dan mendiskusikan kebijakan untuk memacu pemanfaatannya, serta memperbaharui pemanfaatan dari teknologi yang bersangkutan. Unit ini pula yang memberikan fasilitas jaminan perlindungan bagi konsumen pemakainya.

c. Teknologi Antisipasi Dampak Iklim Pengkajian - Sumberdaya Pertanian