Penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh : ROBIATUL ADAWIYAH

NIM: 107015001143

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

LBMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENERAPAN MODBL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENIGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Al-Fatah Jakarta Utara) Skripsi

Diajukan Kepada X'akultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sariana Pendidikan

OLEH Robiatul Adawivah NIM : 107015001173

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 20t0t20tl DOSEN


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi

ini

berjudul "Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di

SMP Islam

Al-Fatah

Jakarta Utara)

,

disusun

oleh Robiatul

Adawiyah, NIM: 107015001173, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

UIN

Syarif

Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah, pada hari Kamis

tanggal 6 Oktober 2011 di hadapan Dewan Penguji. Karena

itu,

penulis berhak memperoleh gelar Sarjana

51

(S.Pd) dalam bidang Pendidikan

Ilmu

Pengetahuan Sosial (Pendidikan IPS/Pendidikan Ekonomi) "

Jakarta,6 Oktober 2011

Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Sidang (Ketua JurusarVProgram Studi) Drs. H. Nurochim. MM

NrP. i9s9 0715 1984 03 1003

Sekretaris Sidang (Sekretaris Jurusan) Dr. Iwan Purwanto. M.Pd

NrP. 19730424200801 r AI2

Penguji I

Dr. Iwan Purwanto" M.Pd NIP" 19730424 2008A1

I

012

Penguii II

Dr. Rukmina Gonibala. M.Si NrP. 196

rrr

20 199202 0 2002

Tanggal

;/"f-tt-Jaft

A

-il^?rlt

Jl

-rt*Jo

(

Mengetahui,

Dekan F Itas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

JI-lt -)-olt

frr,nowrnfr^--"

Tanda Tan

---F-2

--

Z-=\----,_4

---2

, ZG

----,*o


(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama

Tempat/Tgl.Lahir NIM

Jurusan / Prodi Judul Skripsi

Robiatul Adawiyah

J akarta, 27 Desember I 989

107015001 173

Pendidikan IPS / Ekonomi

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Al-Fatah Jakarta Utara)

Dosen Pembimbing : 1. Drs. H. Nurochim,MM.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan

saya berlanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

J akarta,23 Agustus 20 1 1

Mahasiswa Ybs.

rw

1 381

"ffiffi,

Robiatul.Adawiyah NIM.107015001173


(5)

v

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, Penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa di SMP I Al – Fatah Jakarta.

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Dimana penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi aktivitas siswa, hasil wawancara, lembar soal tes akhir siklus, catatan lapangan dan dokumentasi.

Berdasarkan analisis dan pengamatan hasil dari penelitian tersebut diperoleh informasi bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, dapat terlihat pada siklus I rata persentase aktivitas belajar sebesar 55,2% dan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 46,9. Sedangkan pada siklus II rata-rata-rata-rata persentase aktivitas sebsesar 82% dan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 71,04. Pada siklus I masih ada siswa yang mendapat nilai dibawah KKM yaitu 65, namun pada siklus II nilai terendahnya adalah 67 dan sudah tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar rata-rata aktivitas belajar siswa, semakin besar pula rata-rata nilai tes hasil belajar siswa, dan sebaliknya.

Kata kunci : Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL), Proses aktivitas Pembelajaran, Hasil belajar, IPS TERPADU (Ekonomi)


(6)

v

Faculty and UIN Syarif Hidayatullah's teachership, Learnings Model implement Problem Based Learning (PBL) to Increase Student Studying Activity at i. SMP Al – Fatah Jakarta.

In this research utilize action research method brazes (PTK). Where does this research aim to increase student studying activity via implemented model learning Problem Based Learning (PBL). Instrument that is utilized as sheet of student activity observation, interview result, trifling sheet essays cycle final, field and documentation note.

Base analisis and result watch of that research is acquired that information learnings model implement Problem Based Learning (PBL) can increase activity and student studying result, can visually on i. cycle average activity percentage studies as big as 55,2% and average yielding learned students as big as 46,9. Meanwhile on cycle II. activity percentage average sebsesar 82% and average yielding learned students as big as 71,04. On extant i. cycle student which get point under KKM which is 65, but on cycle II. point be contemned is 67 and have no more student which get points under KKM. Thus can be concluded that the greater average students learned activity, the greater too average appreciative essays student studying result, conversely.

Key word: Learning model Problem Based Learning (PBL), Learning activity process, Learned result, COHERENT IPS (Economy)


(7)

vi

Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang seperti sekarang ini. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islan Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Nurochim, MM. Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus pembimbing skripsi, yang tak lelah telah membimbing dan memberikan arahan pada penulisan skripsi saya .

3. Seluruh Dosen Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah.

4. Kepala Sekolah dan Guru bidang studi IPS di SMP I Al – Fatah, yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian ini.

5. Ayahanda dan Ibunda tercinta, H. A. Badrudin dan Hj. Sri Murni yang telah memberikan banyak dukungan moril dan materil serta do’a restu dalam masa perkuliahan.

6. Adek Zaki, Kak Isal dan Kak Winarsih yang tercinta semoga Allah selalu memberikan kemudahan kepada kita semua. Canda dan semangat kalian yang selalu mengiringi perjalanan kita, semoga menjadikan motivasi yang lebih dalam menapaki makna kehidupan ini hendaknya. Amien.

7. Rekan-rekan Mahasiswa Pendidikan IPS, khususnya sahabat-sahabatku yang tersayang, Neli, Yenni, Pipit, Ayu 3, Dwi, dan keluarga PPKT terima kasih kalian selalu memberikan semangat kepada saya. Canda dan tawa kalian yang selalu menemani hari-hari saya. Semoga kalian selalu menjadi yang terbaik untuk saya.


(8)

vii

Jakarta, 11 Agustus 2011 11 Ramadhan 1432


(9)

viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1.Hakikat Problem Based Learning (PBL) ... 7

a. Pengertian Problem Based Learning (PBL) ... 7

b. Ciri-ciri Pembelajaran Problem Based Learning(PBL) ... 9

c. Tahap-tahap PBL ... 10

d. Manfaat Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 11

B. Aktivitas Belajar 1. Hakikat Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ... 11

a. Pengertian Aktivitas ... 11

b. Prinsip Aktivitas ... 13

c. Klasifikasi Aktivitas belajar siswa ... 14

d. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran ... 15

2. Pembelajaran IPS a. pengertian Pembelajaran IPS ... 15


(10)

ix

D. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ... 20

E. Hipotesis ... 21

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

B. Metode dan Rancangan Siklus ... 22

C. Subjek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian ... 25

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 25

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 26

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 29

G. Sumber Data ... 29

H. Instrumen-instrumen Penelitian ... 29

I. Teknik Pengumpulan Data ... 30

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 31

K. Analisis Data dan Interprestasi Hasil Analisis ... 32

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Intervensi Tindakan 1. Penelitian Pendahuluan ... 34

2. Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 35

3. Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 44

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 52

C. Analisis Data ... 53

D. Interpretasi Hasil Analisis ... 57


(11)

x


(12)

xi

2. Tabel 4.2……….. 39

3. Tabel 4.3……….. 42

4. Tabel 4.4……….. 43

5. Tabel 4.5……….. 45

6. Tabel 4.6……….. 48

7. Tabel 4.7………. 51

8. Tabel 4.8……….………. 53

9. Tabel 4.9……….…….……… 55


(13)

xii


(14)

xiii

2. Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa ... 74

3. Lampiran 3 Lembar Obsevasi Aktivitas Belajar Siswa ... 83

4. Lampiran 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 84

5. Lampiran 5 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 85

6. Lampiran 6 Lembar Observasi Guru Pada KBM ... 87

7. Lampiran 7 Rekapitulasi Hasil Observasi Guru Pada KBM ... 88

8. Lampiran 8 Lembar Instrumen Tes Siklus I ... 89

9. Lampiran 9 Lembar Instrumen Tes Siklus II ... 91

10.Lampiran 10 Lembar Hasil Wawancara Guru pada Pra Penelitian ... 93

11.Lampiran 11 Lembar Hasil Wawancara Siswa pada Pra Penelitian ... 94

12.Lampiran 12 Lembar Hasil Wawancara pada Guru Siklus I ... 95

13.Lampiran 13 Lembar Hasil Wawancara Siswa pada Siklus I ... 96

14.Lampiran 14 Lembar Hasil Wawancara Guru pada Siklus II ... 98

15.Lampiran 15 Lembar Hasil Wawancara Siswa pada Siklus II ... 99

16.Lampiran 16 Daftar Kelompok Diskusi Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 101 17.Lampiran 17 Lembar Pedoman Catatan Lapangan ... 102


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sangat diperlukan oleh manusia sebagai sarana untuk pengembangan diri, karena pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Jalur pendidikanpun dapat diperoleh melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan proses pembelajaran yang baik dan seoptimal mungkin. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I, Pasal I, dijelaskan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1

Pelaksanaan pembelajaran saat ini telah mengalami perubahan, dinama siswa tidak hanya dianggap sebagai objek pembelajaran semata, tetapi harus diberikan peran aktif serta dijadikan mitra dalam proses pembelajaran

1

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Bidang DIKBUD KBRI Tokyo. hal:1


(16)

sehingga siswa bertindak sebagai peserta didik yang aktif sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan mediator yang kreatif.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu disiplin ilmu yang didalamnya mengkaji berbagai kajian sosial diantaranya geografi, sejarah, ekonomi dan sosial. Mata pelajaran IPS ini sangat penting kedudukannya dalam masyarakat karena membahas tentang kehidupan sehari-hari. Namun selama ini masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami dan mengikuti pelajaran ini.

Menurut Slameto adanya kesulitan atau kekurangsenangan siswa terhadap pelajaran IPS dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, faktor ini dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, dimana faktor ini mempengaruhi siswa dalam kegiatan belajar adalah faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.2

Para siswa hanya bisa mendengar dan melihat bagaimana sang guru menjelaskan suatu pokok bahasan dan siswa terbiasa selalu menerima penjelasan dari guru. Ketika ditanyakan apakah ada yang belum mengerti, mereka hanya diam, diam karena sudah paham atau diam karena takut untuk mengajukan pertanyaan.

Tidak sedikit siswa beranggapan IPS sebagai mata pelajaran yang sangat membosankan dan tidak sedikit pula siswa yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut. Anggapan ini salah satunya disebabkan oleh cara mengajar guru yang membuat siswa menjadi bosan.

Dalam proses belajar mengajar, perhatian siswa terhadap materi yang diberikan guru akan sangat mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar mengajar. Perhatian siswa yang lebih intensif terhadap materi yang diberikan guru akan menyebabkan transfer pengetahuan yang terjadi lebih mudah, sehingga di harapkan proses belajar mengajar akan dapat lebih berhasil.

2

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta; PT. Rineka Cipta, 2003, hal. 54


(17)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di kelas VIII SMP Islam AL-Fatah Jakarta diperoleh kenyataan sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru adalah metode

ceramah dan pemberian tugas.

2. Siswa merasa takut untuk bertanya tentang materi pelajaran yang belum dipahami.

3. Siswa tidak berani mengerjakan soal di depan kelas, karena dikhawatirkan jawaban akan salah

4. Guru lebih mendominasi jalannya pembelajaran di kelas, sehingga mengakibatkan siswa pasif.3

Berhubungan dengan hal tersebut, guru harus dapat memilih dan menyajikan strategi dan pendekatan belajar yang efektif. Tugas guru adalah menerapkan suatu metode yang memberikan jaminan tertinggi untuk mencapai tujuan dari kegiatan belajar mengajar. Dengan pemilihan metode belajar yang menarik, maka akan tumbuh semangat para siswa untuk lebih aktif dan menyukai pelajaran IPS.

Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan melakukan terobosan dalam pembelajaran IPS sehingga tidak menyajikan materi yang bersifat abstrak, tetapi juga harus melibatkan siswa secara aktif di dalam pembelajaran

Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, guru harus dapat memilih dan menyajikan strategis dan pendekatan belajar yang efektif. Salah satunya dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Dalam model ini terdapat tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya. Salah satunya adalah diskusi kelompok dimana siswa harus beraktivitas di dalam kelompok tersebut seperti mengeluarkan pendapat, memecahkan soal dan menjadi tutor sebaya. Model pembelajaran PBL secara efektif akan membantu meningkatkan aktivitas belajar siswa karena mengharuskan siswa untuk aktif dalam tahapan diskusi kelompok. Dengan kegiatan ini diharapkan

3


(18)

aktivitas belajar siswa akan meningkat yang berdampak pada peningkatan hasil belajar.

Berdasarkan kenyataan bahwa rendahnya aktivitas siswa dalam belajar IPS, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa di SMP AL-FATAH Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Penelitian ini mengenai penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa, dengan identifikasi masalah :

1. Semangat belajar siswa kurang

2. Rendahnya perhatian siswa terhadap pelajaran IPS 3. Rendahnya keaktifan belajar siswa

4. Rendahnya hasil belajar siswa

5. Cara mengajar masih dilakukan secara konvesional.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dibatasi hanya pada : 1. Aktivitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) pada konsep permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga keseimbangan.

2. Hasil Belajar pada konsep permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga keseimbangan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah dan identifikasi masalah diatas, maka peneliti merumuskan :

1. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa?


(19)

2. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Mengetahui sejauhmana proses penerapan model Problem Based Learning

(PBL) sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam belajar IPS

2. Mengetahui bagaimana hasil belajar IPS siswa pada konsep permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga keseimbangan setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based learning (PBL).

F. Manfaat Penelitan

Penelitian ini diharapkan berguna bagi para pendidik untuk memanfaatkan model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menjadi alternatif penggunaan media yang efektif dalam pengajaran IPS TERPADU. 1. Bagi sekolah

Menjadi bahan masukan untuk para guru untuk mengembangkan kompetensinya, terutama yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa dengan penerapan model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran IPS.

2. Bagi guru

Menjadi bahan masukan untuk para praktisi pendidikan khususnya guru IPS dalam penggunaan model Pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) agar mengarah kepada keaktifan siswa sehingga hasil belajar dapat tercapai dengan maksimal.

3. Bagi siswa, penelitian ini dapat membantu siswa lebih mengaktifkan dirinya dalam proses belajar mengajar sehingga keinginan siswa untuk belajar meningkat. Selain itu, dengan menggunakan model PBL dapat menunjukkan cara berpikir siswa, serta saling tukar menukar pengalaman informasi .


(20)

3. Bagi peneliti sendiri bermanfaat untuk mengenalkan dan memanfaatkan model Problem Based Learning (PBL) kepada siswa sebagai alternatif penggunaan media yang efektif dan peneliti dapat memahami lebih jauh penggunaan model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai upaya memperbaiki dan memudahkan mengajar konsep permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga keseimbangan sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dengan baik. Sedangkan bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan menjadi awal bagi penelitian selanjutnya sehingga dapat menambah khasanah penggunaan dalam bidang yang dikaji.


(21)

7

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Hakikat Problem Based Learning (PBL) a. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model yang dapat menjadikan siswa aktif, mandiri, menyenangkan dan mampu membentuk kerja sama yang baik antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa yang lainnya dalam menemukan dan memahami konsep tersebut.

Menurut I wayan Dasna „„PBL merupakan pelaksanaan pembelajaran berangkat dari sebuah kasus tertentu dan kemudian di analisis lebih lanjut guna untuk ditemukan masalahnya, dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa”.1

Menurut Wiantinaisyah “Problem Based Learning adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru-baru”.2

Model pembelajaran berbasis masalah adalah “suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah faktual sebagai suatu konteks bagi

1

I wayan Dasna dan Sutrisno, Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dari http://lubisgrafura.wordpress.com. Diakses pada tanggal 10 Maret 2011

2

Wiantinaisyah, dkk. Pembelajaran melalui metode PBL dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran. http:/wiantimultiply.com/journal/ item/7/. diakses tanggal 10 Maret 2011


(22)

siswa untuk belajar berpikir kritis dan terampil dalam pemecahan masalah, sehingga mereka memperoleh pengetahuan dan konsep-konsep yang esensial dari materi pembelajaran”.3

Menurut Ibrahim dan Nur (2002) “pembelajaran berdasarkan masalah merupakan salah satu bentuk pengajaran yang memberikan penekanan untuk membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Melalui bimbingan yang diberikan secara berulang akan mendorong mereka mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah konkrit oleh mereka sendiri serta menyelesaikan tugas – tugas tersebut secara mandiri”.4

Menurut Muhibbin Syah “Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, rasional, lugas, dan teratur, dan teliti”.5

Menurut Nurhayati Abbas “PBL merupakan suatu pendekatan pengajaran

yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran”.6

Menurut Stepien, dkk, yang dikutip I wayan bahwa “PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah”.7

Dalam model Problem Based Learning (PBL), fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi

3

Standar penilaian dan Buku pelajaran sosial SD, SMP, dari

www.dikdasdki.go.id/download/standarbuku/ips.doc. diakses pada tanggal 10 Maret 2011

4

Latifah, Upaya meningkatkan proses dan Hasil Belajar IPA siswa kelas 6 SD Negeri Loktabat I melalui pembelajaran berdasarkan masalah, wordpress, dari http ://latifah04.wordpress.com, diakses pada tanggal 11 Maret 2011

5

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Dengan Pendekatan Baru). Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. hal. 123

6

Nurhayati Abbas, Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (problem based Instruction) dalam pembelajaran matematika di SMU, dalam jurnal Pendidikan dan kebudayaan Jakarta, November 2004 Tahun ke-10, No.051, hal. 834

7

I wayan Dasna dan Sutrisno, Pembelajaran berbasis masalah... Diakses pada tanggal 10 Maret 2011


(23)

juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu siswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menggunakan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) merupakan salah satu model yang dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir, pengetahuan, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual (belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau stimulasi dan menjadi pembelajar yang otonom atau mandiri) serta bertanggung jawab. Model pengajaran ini sangat efektif untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi, membantu peserta didik membangun sendiri pengetahuannya tentang dunia sosial dan fisik di sekelilingnya.

Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut.

b. Ciri-ciri Pembelajaran Problem Based Learning(PBL)

Nurhayati mengemukakan “pelaksanaan model pembelajaran PBL memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1). Mengajukan pertanyaan atau masalah 2). Berfokus pada keterkaitan antar disiplin 3). Penyelidikan auntentik

4). Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya 5). Kerja sama”.8

Selain itu menurut I wayan Dasna dan Sutrisno, Problem Based

8

Achmad Saifudin, Upaya meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL), Jakarta; UIN Syarif Hidayatullah. Hal. 14


(24)

learning (PBL) memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1) Belajar dimulai dengan suatu masalah

2) Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa.

3) Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah,

4) Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pembelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri

5) Menggunakan Kelompok kecil.

6) Menuntut siswa untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu kinerja.9

Berdasarkan uraian tersebut terdapat tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya untuk memecahkan masalah tersebut sehingga siswa terdorong berperan aktif dalam belajar.

c. Tahap-tahap PBL

Menurut Nurhayati, pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah meliputi lima tahapan, yaitu:

1) Orientasi siswa terhadap masalah auntentik. Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.

2) Mengorganisasikan peserta didik. Pada tahap ini guru membagi peserta didik ke dalam kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.

3) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ini guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang

9

I wayan Dasna dan Sutrisno, Pembelajaran berbasis masalah... Diakses pada tanggal 20 Agustus 2011


(25)

mereka gunakan.10

Menurut Iwayan Sadia, langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam merancang program pembelajaran PBL sehingga proses pembelajaran benar-benar menjadi berpusat pada siswa (student center) adalah sebagai berikut :

1) Fokuskan permasalahan, sekitar pembelajaran konsep-konsep sains yang esensial dan strategis.

2) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi gagasannya melalui eksperimen atau studi lapangan. Siswa akan menggali data-data yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

3) Berikan kesempatan siswa untuk mengelola data yang mereka miliki yang merupakan proses latihan metakognisi.

4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan solusi-solusi yang mereka kemukaan. Penyajiannya dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau publikasi atau dalam bentuk penyajian poster.11

d. Manfaat Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menurut Sudjana “manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya”.12

B. Aktivitas Belajar

1. Hakikat Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran a. Pengertian Aktivitas

Sebelum membahas tentang aktivitas belajar, akan diuraikan terlebih dahulu maksud dari belajar itu sendiri. Menurut Sadirman belajar memiliki maksud antara lain untuk :

10

Nurhayati Abbas, Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah..., hal. 833

11

Sadia, I Wayan. “Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa SMA Melalui Penerapan Model Pembelajaran "Problem Based Learning" dan "Cycle Learning" Dalam

Pembelajaran Fisika”. dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA Jakarta, No. 1

Th.XXXX Januari 2007. Diakses pada tanggal 14 Maret 2011. hal. 6-7

12

Anwar Holil, Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dari

http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/model-pembelajaran -berdasarkan-masalah.html. diakses pada tanggal 10 Maret 2011


(26)

1) Mengetahui kepandaian, kecakapan atau konsep yang sebelumnya tidak pernah diketahui.

2) Dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat diperbuat, baik tingkah laku maupun keterampilan.

3) Mampu mengombinasikan dua pengetahuan (dua lebih) ke dalam suatu pengertian baru, baik keterampilan, pengetahuan, konsep maupun sikap/tingkah laku.

4) Dapat memahami dan/ atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.13

Dengan melihat beberapa maksud belajar seperti disebut di atas, faktor keaktifan siswa sebagai subjek belajar sangat menentukan. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Menurut Sadirman “berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”.14

Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didiknya. Sedangkan mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar.

Aktivitas siswa merupakan salah satu ciri interaksi belajar mengajar sebagaimana yang dikemukakan oleh Edi Suardi dalam bukunya pedagogik (1980), yaitu “bahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar”.15

Menurut Sriyono “aktivitas adalah segala kegiatan yang

dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani”.16

Menurut Ahmad Rohani “aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain, ataupun bekerja,

13

Sadirman AM, Interaksi dan motivasi belajar mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2008. hal. 3

14

Sadirman AM, Interaksi dan motivasi belajar mengajar... hal. 95

15

Sadirman AM, Interaksi dan motivasi belajar mengajar... hal. 17

16

Aktivitas dan Prestasi Belajar. Dalam http:ipotes.wordpress.com. diakses pada tanggal 14 Maret 2011


(27)

ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif. Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran”.17

Dari pengertian beberapa di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah segala kegiatan yang dilakukan siswa baik kegiatan fisik ataupun mental selama proses belajar mengajar.

b. Prinsip Aktivitas

Menurut Pieget “seorang anak berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa

perbuatan anak tak berpikir. Agar anak berpikir sendiri, ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri”.18 Menurut Pieget ada 4 prinsip belajar aktif yaitu :

1) Siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, sehingga bermakna.

2) Cara belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi dengan objek yang konkrit.

3) Belajar harus berpusat pada siswa yang bersifat pribadi

4) Interaksi sosial dari kerja sama harus diberi peranan penting dalam kelas.19

Dengan demikian dalam kegiatan belajar, siswa yang sebagai subjek haruslah aktif berbuat. Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar tidak akan mungkin berlangsung dengan baik. Jadi, dalam proses belajar mengajar siswalah yang harus membangun pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna. Siswa harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan objek yang nyata.

17

Ahmad Rohani. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Bhineka Cipta. hal. 6-9

18

S. Nasution. Didaktik Asas-asas mengajar (Jakarta: Bumi Aksara,2000). Cet.II. hal. 89

19

http://hemow.wordpress.com. Implementasi Improving Learning dengan teknik Inquiry sebagai usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Diakses pada tanggal 14 Maret 2011


(28)

c. Klasifikasi Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Ditinjau dari segi proses dan hasil, Sriyono mengemukakan “bahwa siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila memiliki ciri-ciri perilaku sebagi berikut :

1) Sering bertanya kepada guru atau siswa lain 2) Mampu menjawab pertanyaan

3) Senang dan mau mengerjakan tugas yang diberikan 4) Mengajukan pendapat

5) Dapat bekerjasama dengan siswa lain”.20

Menurut Paul B. Diedrich menyimpulkan kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, klasifikasinya antara lain sebagai berikut :

1) Visual activitiest, membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya. 2) Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebagainya.

3) Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya.

4) Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin, dan sebagainya.

5) Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.

6) Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, dan sebagainya.

7) Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.

8) Emitional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya. 21

Dari beberapa klasifikasi aktivitas di atas siswa diminta untuk memiliki aktivitas tersebut dalam proses pembelajaran agar proses belajarnya lebih bermakna dan aktif dalam melakukan kegiatan belajar.

20

Aktivitas dan prestasi belajar dalam http//ipotes.wordpress.com. diakses pada tanggal 14 Maret 2011

21


(29)

d. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dengan melakukan aktivitas peseta didik dapat memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup bermasyarakat.

Menurut Oemar Hamalik, penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, karena :

1). Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri

2). Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral

3). Memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan siswa 4). Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri 5). Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan

antara orang tua dengan guru

6). Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalitas

7). Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.22

2. Pembelajaran IPS

a. Pengertian Pembelajaran IPS

Ada beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli pendidikan dan teori belajar itu sendiri.

Menurut Slameto secara psikologis “Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.23

22

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara,2008.Cet. ke-8. hal. 175

23

Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet. 1 hal. 78


(30)

Dari definisi belajar tersebut di atas dapat dikatakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu hasil proses pengalaman dalam suatu prubahan yang berlangsung aktif dengan lingkungan dalam pengetahuannya memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa.

Menurut Isjoni menyatakan Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempngaruhi mncapai tujuan pmbelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan spidol, fotografi, slide dan film, audio dan vido tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.24

Menurut Sudjana “Pembelajaran adalah penyiapan suatu kondisi agar terjadinya belajar. Sedangkan menurut Mariana

“Pembelajaran adalah upaya logis yang didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan belajar anak. Pembelajaran sangat tergantung kepada pemahaman guru tentang hakikat anak sebagai peserta atau sasaran belajar”.25

Rumusan tersebut di atas tidak terbatas dalam ruang saja, akan tetapi juga sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di sekolah. Pembelajaran diarahkan pada pengembangan dan penyempurnaan potensi kemampuan yang dimiliki seperti kemampuan berbahasa, sosio-emosional, motorik, dan intelektual.

Setelah memahami definisi dari pembelajaran di atas selanjutnya akan dipaparkan mengenai pengertian dan

pembelajaran IPS. Menurut S. Nasution “IPS adalah pembelajaran

24

Isjoni, Model pembelajaran yang efektif Pendidikan Anak Usia Dini, .yang dikutip dari

http://www.isjoni.net/, diakses pada tanggal 18 Juli 2011

25

Isjoni, Model pembelajaran yang efektif Pendidikan Anak Usia Dini, .yang dikutip dari


(31)

yang merupakan suatu fungsi atau paduan dari sejumlah mata

pelajaran sosial.”26

Menurut Ali Amran Udin, “Social studies atau ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah illmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah (elementary and scondary school)”.27

Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah perpaduan semua mata pelajaran sosial di antaranya ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, yang mempunyai tujuan pembelajaran di SD maupun Di SMP. Pembelajaran IPS mempunyai sasaran utama yaitu pengembangan aspek teoritis seperti yang menjadi penekanan pada social sciences.

Dapat juga disimpulkan bahwa pembelajaran IPS merupakan proses belajar dimana ada interaksi antara peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dalam mencapai tujuan kurikulum yang terdiri dari mata pelajaran sosial. Dimana pembelajaran IPS bukan hanya hafalan tetapi menerapkannya dalam kehidupan sosial.

b. Tujuan Pembelajaran IPS

Menurut Cranton yang dikutip oleh Hisyam Zaini

mengemukakan bahwa “tujuan pembelajaran adalah pernyataan -pernyataan tentang pengetahuan dan kemampuan yang diharapkan

dari peserta setelah selesai pembelajaran”.28

Sedangkan menurut Mager dalam bukunya yang berjudul Preparing Instructional Objectives yang dikutip oleh Hisyam Zaini, menyatakan “bahwa

“tujuan pembelajaran adalah gambaran kemampuan

siswa/mahasiswa yang menunjukkan kinerja yang diinginkan yang

26

N. Daldjoeni, Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial, Bandung: Alumni, 1992, hal. 9

27

Abu Ahmadi, ilmu Sosial Dasar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991, hal. 2

28

Hisyam Zaini dkk, Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002, hal. 56


(32)

sebelumnya mereka tidak mampu”.29

Berdasarkan pendapat Cranton dan Mager dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah hasil belajar yang akan dicapai untuk menunjukkan kemampuannya dalam menuntut ilmu.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia dipermukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) selama ini diajarkan melalui penyampaian yang umumnya bersifat hafalan. Dengan demikian materi yang cukup luas tersebut menjadi beban tersendiri bagi siswa. Karena itulah keaktifan siswa sangat dibutuhkan dalam kegiatan interaksi pada saat proses pembelajaran.

c. Aktivitas Siswa pada konsep Permintaan dan Penawaran serta Terbentuknya Harga Keseimbangan

1). Pengertian dan Hukum Permintaan

Permintaan adalah jumlah barang yang akan dibeli oleh pembeli pada tingkat harga yang beragam yang berlaku pada tempat dan waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan meliputi; harga barang itu sendiri, harga barang lain, pendapatan penduduk, jumlah penduduk, cita rasa (selera) masyarakat, waktu, ramalan masa datang, dan kualitas barang yang bersangkutan.

Bunyi hukum permintaan adalah “Permintaan itu berbanding terbalik dengan harga”, artinya sebagai berikut:

a). Apabila harga barang naik maka permintaan barang berkurang. b). Apabila harga barang turun maka permintaan barang bertambah.

Apabila ditinjau dari sebaliknya yaitu permintaan dan

29


(33)

pengaruhnya terhadap harga maka terjadi hubungan fungsional sebagai berikut:

a). Apabila permintaan naik bertambah maka harga akan naik. b). Apabila permintaan berkurang maka harga akan turun.

Kurva permintaan adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga. Apabila kurva permintaan bergeser ke kiri, berarti terjadi penurunan permintaan.

2). Pengertian dan Hukum Penawaran

Penawaran adalah jumlah barang yang ditawarkan pada berbagai tingkat harga dalam waktu dan tempat tertentu. Faktor-faktor yang memengaruhi penawaran adalah biaya produksi, tingkat teknologi, harga barang lain, dan tujuan perusahaan.

Bunyi hukum penawaran adalah “penawaran itu berbanding lurus dengan harga barang”, artinya:

a). Apabila harga barang naik maka penawaran barang bertambah. b). Apabila harga barang turun maka penawaran barang berkurang.

Apabila ditinjau dari sebaliknya yaitu penawaran, pengaruhnya terhadap harga, maka terjadi hubungan fungsional sebagai berikut:

a). Apabila penawaran bertambah maka harga akan turun. b). Apabila penawaran berkurang maka harga akan naik.

Kurva penawaran adalah kurva yang menunjukkan hubungan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan oleh penjual pada berbagai tingkat harga. Apabila kurva penawaran bergeser ke kanan,berarti terjadi kenaikan penawaran, tapi apabila kurva penawaran bergeser ke kiri, berarti terjadi penurunan penawaran.


(34)

3). Menentukan Harga Keseimbangan

Harga keseimbangan adalah harga kesepakatan antara penjual dan pembeli yang tercipta melalui proses tawar menawar. kurva keseimbangan harga adalah kurva yang dibuat dengan menggabungkan kurva penawaran dengan kurva permintaan. Titik pertemuan antara kurva penawaran disebut ekuilibrium.

Penggunaan model pembelajaran Based Problem Learning

(PBL) ini memberikan keuntungan kepada siswa sebagai alat yang sempurna untuk selalu memproses dan mengolah pengetahuan belajarrnya secara efektif, siswa harus aktif secara fisik, intelektual dan emosional. Selain memberikan keuntungan bagi siswa, dapat juga digunakan profesor dan pengajar untuk mengetahui sejauh mana kualitas hasil belajar siswa dengan diberikan penilaian. Hal ini memberi peluang bagi guru untuk mengembangkan belajar mengajar bermakna kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk mendukung penelitian ini, berikut ini disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian ini dirujuk pada skripsi yang dilakukan oleh Achmad Saifudin (2010) dalam penelitian yang berjudul “Upaya meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di MAN 12 Jakarta Barat. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa Hasil penelitian tersebut dapat meningkatkan hasil belajar, serta siswa aktif dan berpikir kritis dalam proses pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran kimia.

D. Pengajuan konseptual Perencanaan Tindakan

Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), dapat membuka ruang yang luas bagi peserta didik untuk mengalami sebuah


(35)

pengalaman belajar yang lebih bermakna, berkesan, dan menyenangkan. Pembelajaran Problem Based learning (PBL) lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa perlu belajar berpikir, memecahkan masalah dan belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan, serta saling memberitahukan pengetahuan, konsep kepada siswa yang membutuhkan.

Pembelajaran model PBL dalam IPS diduga membantu para siswa dalam meningkatkan aktivitas belajarnya. Para siswa dalam kelompok dapat bekerja sama dalam mengerjakan tugas, memecahkan masalah, dan dapat saling bertukar pendapat dengan yang lain sehingga siswa akan termotivasi untuk berperan aktif dalam proses belajar dan pembelajaran. Salah satu metode dalam pembelajaran ini yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran ini diterapkan dalan proses belajar dan pembelajaran IPS pada konsep permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga keseimbangan di kelas VIII dengan menggunakan diskusi kelompok sehingga meningkatkan aktivitas siswa untuk belajar IPS.

Berdasarkan pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka diharapkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

E. Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritis dan hasil penelitian yang relevan di atas, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: ”Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Islam Al – Fatah Jakarta Utara”.


(36)

22 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2011 (Semester Genap) yang beralokasi di SMP Islam Al-Fatah Jl. Pluit Dalam No.10 Penjaringan Jakarta Utara, yang telah terakreditasi dengan peringkat B.

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mencoba untuk memperbaiki proses belajar mengajar di dalam kelas tersebut.

Menurut Suharsimi Arikunto “Penelitian tindakan kelas atau lebih dikenal dengan Action Research adalah sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas”.1

Penelitian tindakan kelas berkembang dari penelitian tindakan. Oleh karena itu, untuk memahami pengertian PTK perlu kita telusuri pengertian penelitian tindakan. Menurut Kemmis, penelitian tindakan adalah suatu bentuk

1

Suharsimi Arikunto (ed), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara, 2008, Cet. Ke- 7, hal. 2


(37)

penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka.2

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar di kelas. Dengan demikian, prosedur langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini akan mengikuti prinsip-prinsip dasar penelitian tindakan yang telah umum dilakukan. Pada penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang, pada penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus. Prosedur penelitian ini tersebut terdiri dari empat tahap kegiatan setiap siklus, yaitu:

1. Perencanaan (planning)

Dalam tahap ini peneliti merencanakan dengan merumuskan pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan dilakukan.

2. Tindakan (acting)

Pada tahap ini peneliti melaksanakan apa yang telah direncanakan pada tahap perencanaan.

3. Pengamatan (observing)

Peneliti melakukan pengamatan pada siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan lembar observasi.

4. Refleksi (reflection)

Pada tahap ini peneliti beserta guru menganalisis data yang telah diperoleh dari kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hal ini kemudian dianalisis dan akan digunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

Keempat tahapan kegiatan tersebut dapat di ilustrasikan sebagai berikut:

2

Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, Cet. Ke-2, hal. 24


(38)

Alur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, dkk. 2007:74)

Siklus I

Siklus II

Siklus II

Permasalahan Perencanaan

tindakan I

Pengamatan/peng umpulan data I

Perencanaan tindakan II

Pengamatan/pengumpul an data II

Permasalahan baru hasil refleksi

Pelaksanaan

tindakan I

Pelaksanaan tindakan II

Refleksi II

Apabila masalah belum

terselesaikan

Refleksi I

Dilanjutkan ke siklus berikutnya


(39)

C. Subjek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Islam Al – Fatah yang terletak di jalan pluit dalam Penjaringan Jakarta Utara. Penelitian dilakukan di kelas VIII terdiri atas 21 siswa, laki-laki 15 siswa dan perempuan 6 siswa.

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah peneliti sendiri. Dalam hal ini peneliti berperan langsung sebagai guru yang melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) . Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah guru IPS dan siswa kelas VIII SMP Islam Al-Fatah. Guru bidang studi IPS dalam penelitian ini terlibat sebagai obsever sedangkan siswa kelas VIII/A SMP Islam Al-Fatah sebagai objek dari penelitian ini.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam pelaksanaannya, peran dan posisi peneliti dalam penelitian bertindak sebagai guru yang melakukan proses pembelajaran IPS Terpadu dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Sedangkan guru bidang studi IPS dalam penelitian ini terlibat sebagai kolaborator dan obsever. Dimana guru membantu peneliti dalam hal membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membantu dalam melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya. Selain itu, guru bidang studi sebagai pemberi penilaian terhadap peneliti dalam mengajar dengan menerapkan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) dan mengamati seluruh aktivitas belajar IPS siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Peneliti dan guru bidang studi masing-masing memilki kedudukan yang setara artinya masing-masing mempunyai peran dan posisi yang saling membutuhkan satu sama lain dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.


(40)

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilakukan, peneliti melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian). Kemudian akan dilanjutkan dalam dua siklus pada Mata Pelajaran IPS TERPADU. Hal ini dimaksudkan untuk melihat perkembangan aktivitas siswa pada setiap siklus setelah diberikan tindakan. Bila pada siklus I terdapat masalah dalam tindakan, dan indikator keberhasilan belum tercapai. Selanjutnya, dilakukan tindakan ulang melalui siklus berikutnya (siklus II) lebih banyak diarahkan pada perbaikan dan penyempurnaan terhadap kekurangan yang terdapat pada siklus I.

Adapun uraian dari tahap-tahap penelitian penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian Pendahuluan

a. Wawancara antara peneliti dan guru serta peneliti dan siswa tentang tinggi rendahnya aktivitas belajar siswa, Respon siswa terhadap mata pelajaran IPS.

b. Observasi proses pembelajaran

Pada kegiatan ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran IPS di kelas VIII SMP I Al – Fatah Jakarta. Peneliti mengamati segala aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran IPS di kelas tersebut.

2. Siklus I

a. Tahap Perencanaan Tindakan

1). Peneliti dan guru bidang studi IPS bekerjasama membuat acuan program pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL).

2). Guru bidang studi IPS menentukan materi yang akan diajarkan oleh peneliti untuk setiap pertemuan.


(41)

3). Peneliti membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru pada KBM, lembar observasi aktivitas belajar IPS TERPADU, lembar wawancara untuk guru dan siswa, lembar kerja siswa (LKS) serta lembar soal pada akhir siklus ini.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1). Guru memberikan penjelasan mengenai materi dan langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) kepada siswa

2). Guru melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi dengan menggunakan LKS

3). Guru memonitor kegiatan-kegiatan siswa pada saat proses pembelajaran

4). Pada akhir pembelajaran guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran

5). Guru memberikan tugas kepada siswa pada materi yang akan dibahas selanjutnya

c. Tahap observasi

1). Observer (guru bidang studi) mencatat secara detail aktivitas guru dan siswa di kelas pada format observasi.

2). Wawancara kepada guru dan beberapa siswa untuk mengetahui tanggapan tentang proses pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) yang telah dilaksanakan.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap ini peneliti dan guru bidang studi IPS melakukan refleksi. Refleksi dilakukan untuk mengkaji dan memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan atau


(42)

observasi tindakan. Kemudian hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada tahap perencanaan siklus II.

3. Siklus II

a. Tahap Perencanaan Tindakan

1). Guru membuat acuan program pembelajaran rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

2). Peneliti membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru pada KBM, lembar observasi aktivitas belajar IPS TERPADU, lembar wawancara untuk guru dan siswa, lembar kerja siswa (LKS) serta lembar soal pada akhir siklus ini.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1). Guru melakukan proses model pembelajaran Problem Based Learnig (PBL) dengan menggunakan metode diskusi

2). Peneliti membagikan LKS kepada siswa, untuk dikerjakan secara kelompok

3). Setelah semua kelompok mengerjakan LKS, peneliti meminta hasil kerja setiap kelompok di kemukakan di depan kelas. Apabila hasil kerja kelompok ada yang berbeda, peneliti kelompok tersebut mengemukakan alasannya.

4). Pada akhir pelajaran guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran

c. Tahap Observasi dan evaluasi

1). Observer (guru bidang studi IPS) mencatat secara detail aktivitas guru dan siswa di kelas pada format observasi

2). Wawancara kepada guru dan beberapa siswa untuk mengetahui tanggapan tentang proses pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) yang telah dilaksanakan. d. Tahap Analisis dan Refleksi


(43)

2). Menyimpulkan dan merefleksi proses pembelajaran siklus II dengan melihat perkembangan peningkatan aktivitas siswa, tes hasil belajar dan wawancara. Jika masih terdapat kekurangan dapat diperbaiki pada siklus selanjutnya. Tetapi, jika pada saat refleksi dari siklus II sudah tidak ditemukan masalah, dan indikator keberhasilan sudah tercapai, maka penelitian diberhentikan.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), hasil penelitian yang diharapkan oleh penulis adalah aktivitas belajar IPS siswa semakin meningkat, sehingga dapat memperoleh hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.

G. Sumber Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data Kualitatif : hasil observasi aktivitas belajar siswa, hasil observasi guru pada KBM, hasil wawancara terhadap guru dan siswa, catatan lapangan, serta hasil dokumentasi.

2. Data Kuantitatif : hasil lembar kerja siswa dan nilai tes siswa pada setiap akhir siklus.

H. Instrumen-instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Lembar wawancara

Wawancara terhadap guru dan siswa dilakukan pada saat peneliti melakukan observasi pendahuluan (pra penelitian) dan pada saat akhir siklus. Wawancara ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui pandangan guru dan siswa, peran dan permasalahan yang


(44)

dihadapi siswa dalam pembelajaran IPS serta penerapan model pembelajaran “Problem Based Learning (PBL)”

2. Lembar observasi aktivitas belajar IPS siswa

Lembar observasi aktivitas belajar IPS siswa digunakan untuk mengetahui persentase aktivitas belajar IPS siswa dengan diterapkan model pembelajaran “Problem Based Learning (PBL)”. Aktivitas belajar siswa yang diukur tercantum dalam lembar observasi tersebut.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang kejadian-kejadian yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan ini berfungsi untuk menganalisis apabila terdapat temuan-temuan aktivitas siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

4. Lembar soal tes akhir siklus

Lembar soal diberikan kepada siswa-siswi untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal. Lembar soal pada akhir siklus I berbentuk pilihan ganda, sedangkan lembar soal pada siklus II berbentuk pilihan ganda dan essay.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi guru pada KBM, data diperoleh dari lembar observasi guru pada KBM yang diisi oleh guru bidang studi IPS yang bertindak sebagai observer dengan cara mengamati peneliti yang bertindak sebagai guru yang mengajar di kelas dengan mencheklist setiap aspek yang dinilai pada setiap pertemuan.

2. Observasi aktivitas siswa belajar IPS siswa, data diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar IPS siswa yang diisi oleh guru bidang studi


(45)

yang bertindak sebagai observer dengan mencheklist skor untuk setiap aktivitas yang diukur pada setiap pertemuan.

3. Wawancara, data diperoleh dengan mewawancarai guru bidang studi IPS dan beberapa siswa kelas VIII pada observasi pendahuluan dan pada setiap akhir siklus.

4. Dokumentasi, dokumentasi diperoleh dengan cara mengambil gambar segala bentuk aktivitas siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

5. Catatan lapangan, diperoleh dengan cara mencatat setiap aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran.

Data yang sudah terkumpul, kemudian didiskusikan dan dianalisis oleh peneliti dan guru bidang studi untuk perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sebagai pembanding. Untuk itu perlu diadakan pengecekan ulang terhadap sumber data yang berbeda yaitu pengamatan aktivitas belajar siswa, wawancara dan catatan lapangan.

Selain itu, penelitian ini juga menggunakan instrumen tes hasil belajar. Menurut suharsimi arikunto “sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur”.3

Sebelum tes hasil belajar diberikan kepada siswa maka peneliti terlebih dahulu mengukur validitasnya yaitu menggunakan validitas tes secara rasional. Validitas rasional adalah validitas yang diperoleh berdasarkan hasil pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berpikir secara logis. Dengan demikian maka suatu tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas rasional, apabila setelah dilakukan

3

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT . Bumi Aksara, 2006, edisi revisi, Cetakan. Ke- 6. hal. 65


(46)

penganalisisan secara rasional ternyata bahwa tes hasil belajar itu memang (secara rasional) dengan tepat telah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.4

Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional ataukah belum, dapat dilakukan penelusuran dari segi isinya

(content). Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar yaitu: sejauhmana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan).

K. Analisis Data dan Interprestasi Hasil Analisis

Menganalisis data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya oleh orang yang meneliti, tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian .

Data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan aktivitas-aktivitas guru dan siswa, diubah menjadi kalimat yang bermakna dan ilmiah. Analisis data tersebut dilakukan saat pengumpulan data dengan mempertimbangkan pembahasan pembelajaran untuk tindakan selanjutnya.

Untuk menganalisis setiap indikator aktivitas belajar siswa digunakan teknik analisis secara deskriptif dengan rumus sebagai berikut :

X 100% Sedangkan dalam menganalisis data pada aspek kognitif/penguasaan konsep dengan menggunakan gain Skor. Gain adalah selisih antara nilai postes

4

Anas, Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 1996), Hal. 164.


(47)

dan pretes. Gain ini menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep setelah pembelajaran dilakukan guru.

Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Peningkatan pemahaman konsep diperoleh dari N-Gain. N-Gain = skor postes – skor pretes

Skor ideal – skor pretes

Terdapat kategorisasi perolehan skor gain ternormalisasi, yaitu: a. g tinggi : nilai (<g>) > 0,70

b. g sedang : nilai 0,70 > (<g>) < 0,30 c. g rendah : nilai (<g>) < 0,305

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Peneliti mengawali penelitian ini dengan dilakukannya penelitian pendahuluan (pra penelitian), dan akan dilanjutkan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II.

Penelitian ini akan dihentikan jika indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) telah tercapai, yaitu aktivitas siswa meningkat dan seluruh indikator aktivitas belajar IPS siswa meningkat dan seluruh indikator mencapai ≥ 70% serta nilai rata-rata tes ≥ 70.

5

Yanti, “Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Siswa Melalui permainan Bernuansa

Nilai”, skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: Perpustakaan UIN Jakarta, 2008, hal.


(48)

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Intervensi Tindakan

1. Penelitian Pendahuluan

Penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan melakukan observasi pembelajaran di SMP Islam Al – Fatah Jakarta di kelas VIII serta melakukan wawancara terhadap guru IPS kelas VIII dan orang siswa kelas VIII. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 16 dan 18 Mei 2011.

Penelitian diawali dengan melakukan kunjungan ke sekolah SMP Islam Al-Fatah Jakarta untuk konfirmasi tentang penerapan model pembelajaran “Problem Based Learning (PBL)” pada pembelajaran IPS Terpadu sudah atau

belum diterapkan di SMP I AL-Fatah Jakarta.

Setelah mendapat izin, penentuan kelas yang dapat dijadikan objek penelitian yaitu kelas VIII. Pada tahapan ini peneliti melakukan wawancara dengan guru bidang studi IPS dan siswa. Tujuan dari wawancara ini adalah mengetahui tingkat aktivitas belajar siswa, tanggapan guru tersebut tentang model pembelajaran “Problem Based Learning(PBL)” dan permasalahan yang

terjadi pada pembelajaran IPS di kelas tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di kelas, diperoleh informasi sebagai berikut:


(49)

1) Beberapa siswa menyukai pelajaran IPS, tetapi sebagian siswa ada yang kurang senang dengan IPS disebabkan IPS materinya banyak sehingga membuat siswa bosan (ngantuk).

2) Umumnya siswa memperhatikan penjelasan guru, tetapi terkadang masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, tergantung kondisi guru

3) Metode pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru adalah metode ceramah

4) Guru masih mendominasi jalannya pembelajaran di kelas, sehingga mengakibatkan siswa pasif

5) Beberapa siswa masih takut jika di minta oleh guru untuk mengerjakan soal di depan kelas, karena khawatir jawabannya akan salah.

6) Beberapa siswa masih takut untuk bertanya atau menjawab kepada gurunya.1

Hasil wawancara dan observasi pembelajaran IPS di kelas tersebut digunakan sebagai bahan untuk merencanakan tindakan siklus I selanjutnya.

2. Tindakan Pembelajaran Siklus I a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan seluruh informasi yang telah diperoleh, pada penelitian ini dilakukan proses perencanaan penelitian. Adapun proses perencanaannya adalah merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran “Problem Based Learning

(PBL)”, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat instrument-instrument penelitian yaitu lembar observasi aktivitas, lembar observasi guru pada KBM, pedoman wawancara untuk guru dan siswa, membuat LKS untuk setiap pertemuan serta soal tes untuk akhir siklus I ini. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat dan didiskusikan bersama guru IPS yang bertidak sebagai kolaborator sehingga apa yang

1


(50)

disusun dalam RPP sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan di sekolah tersebut. Selain itu, peneliti juga menjelaskan cara mengisi lembar observasi serta cara penilaian baik pada lembar observasi guru pada KBM, ataupun lembar observasi aktivitas belajar IPS siswa.

b. Tahap Pelaksanaan

Pembelajaran siklus I ini terdiri dari 2 pertemuan (4x40 menit) dengan menggunakan model pembelajaran “Problem Based Learning

(PBL). Pada pertemuan pertama siswa tidak hadir 2 orang siswa sedangkan pada pertemuan kedua siswa yang tidak hadir 4 orang siswa. Pembelajaran ini terdiri dari 3 bagian yaitu penjelasan materi, diskusi dengan menggunakan LKS dan pembahasan. Materi yang dibahas adalah pengertian permintaan, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, Hukum permintaan, pengertian dan contoh daftar permintaan dalam permintaan, kurva permintaan serta macam-macam permintaan. Pelaksanaan penerapan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di kelas VIII sebagai berikut:

Tabel 4.1 Tindakan Siklus I

No. Tahapan Tindakan Siswa

1. Orientasi siswa pada masalah

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan siswa siswa dalam diskusi kelompok. b. Guru memotivasi

siswa untuk aktif dalam pembelajaran. c. Guru menjelaskan

materi pelajaran dan

a. Siswa

mendengarkan, menyimak dan mencatat

penjelasan guru. b. Siswa

termotivasi untuk aktif dalam


(51)

memberikan masalah berupa LKS yang telah dibuat guru. 2. Mengorganisasi

siswa untuk belajar

a. Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari teman sebangku dan meminta setiap kelompok untuk menggunakan ide dari kelompoknya sendiri menyelesaikan

masalah yang diberikan.

b. Guru

menginformasikan kepada siswa untuk mempersiapkan diri menjawab pertanyaan di depan kelas.

a. Siswa bekerja sama dalam kelompok untuk

menyelesaikan LKS yang diberikan.

3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

a. Guru mengaktifkan diskusi antar kelompok dan berkeliling memantau kerja masing-masing kelompok serta membantu kelompok yang mengalami kesulitan.

a. Siswa menyusun jawaban yang akan digunakan untuk

menjawab di depan kelas. b. Siswa

melakukan tanya jawab pada kelompok masing-masing. 4. Mengembangkan a. Secara random, guru a. Setiap


(52)

dan menyajikan hasil karya.

menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja diskusi kelompok, serta kelompok lain sebagai penyangga dan akan mempersiapkan pertanyaan.

b. Guru berperan sebagai fasilitator, dan mediator.

kelompok mempersentasi kan hasil diskusinya di depan kelas. b. Siswa

diarahkan dan dimotivasi untuk membuat atau menjawab pertanyaan.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah

a. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap jawaban yang dibuat

b. Guru memberikan informasi dan klarifikasi terhadap pertanyaan dan jawaban siswa.

Siswa menyimak penjelasan dari guru.

Gambar 4.1 Aktivitas pada pelaksanaan siklus I


(53)

c. Tahap Observasi dan analisis

Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2

Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa Pada Pembelajaran Siklus I

No. Klasifikasi

Aktivitas Aspek yang diteliti

Skor Pertemuan

1

Skor Pertemuan

2

Rata-rata 1. Visual

activities

Aktivitas siswa memperhatikan

penjelasan guru

2 3 49,5%


(54)

2. Oral activities

Aktivitas keberanian Siswa (mengajukan pertanyaan dan menjawab/menanggapi pertanyaan)

1 2 23,5%

Aktivitas siswa di dalam berdiskusi antar teman

2 3 54%

Rata-rata Oral activities 28% 49,5% 38,7% 3. Emotional

activities

Aktivitas semangat

siswa dalam

mengerjakan tugas

3 3 61,5%

Rata-rata Emotional activities 57% 66% 61,5% 4. Mental

activities

Aktivitas siswa dalam memecahkan masalah pada LKS

3 3 71%

Rata-rata Mental activities 71% 71% 71%

Rata-rata activities siklus 55,2%

Keterangan persentase aktivitas siswa 1 = kurang (0%-25%)

2 = cukup (25%-50%) 3 = baik (50%-75%)

4 = sangat baik (lebih dari 75%)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diperoleh informasi bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:

1). Aktivitas memperhatikan penjelasan guru

Rata-rata persentase aktivitas siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebesar 49,5%. Aspek memperhatikan penjelasan guru pada setiap pertemuan mengalami peningkatan skor. Skor terendah yaitu 47% pada pertemuan pertama. Hal ini dikarenakan siswa belum siap untuk mengikuti pelajaran dan masih bingung dengan model


(55)

pembelajaran Problem based Learning (PBL). Tetapi, pada pertemuan berikutnya aktivitas memperhatikan penjelasan guru mengalami peningkatan karena siswa mendapat teguran jika tidak memperhatikan penjelasan guru.

2). Aktivitas keberanian Siswa (mengajukan pertanyaan dan menjawab/menanggapi pertanyaan)

Rata-rata persentase aktivitas keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab/menanggapi pertanyaan sebesar 23,5%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum berani bertanya dan menjawab atau menanggapi pertanyaan dari guru maupun dari siswa lainnya, dikarenakan beberapa siswa masih kurang yakin dengan jawabannya. Hal ini dapat dikatakan belum baik sehingga perlu adanya perbaikan pada

siklus II.

3). Aktivitas berdiskusi antar teman

Rata-rata persentase aktivitas siswa berdiskusi dengan teman 54%. Pada pertemuan pertama skor persentase sebesar 42%, kebanyakan siswa mengandalkan jawaban dari teman kelompoknya saja. Tetapi pada pertemuan kedua aktivitas ini mengalami peningkatan yaitu sebesar 66%. Masing-masing kelompok dipantau dan jika dijumpai ada pasangan yang tidak bekerja sama, maka siswa diminta untuk bekerja sama dalam kelompoknya. Hal ini dapat dikatakan belum baik sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus II.

4). Aktivitas semangat siswa dalam mengerjakan tugas

Rata-rata persentase aktivitas semangat siswa dalam mengerjakan tugas sebesar 61,5%. Pada dua pertemuan berturut-turut, masih terdapat siswa yang malas untuk mengerjakan tugasnya, karena merasa tidak akan dihukum apabila tidak mengerjakan tugas tersebut. Hal ini dapat dikatakan belum baik sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus II.


(56)

5). Aktivitas siswa dalam memecahkan masalah pada LKS

Rata-rata persentasi aktivitas siswa dalam memecahkan masalah sebesar 71%. Pada dua pertemuan siswa dalam memecahkan masalah baik, karena siswa merasa cukup semangat dalam memecahkan masalah pada LKS. Meskipun ada beberapa siswa yang masih merasa bingung dalam menjawab atau memecahkan masalah pada LKS.

Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, guru IPS kelas VIII yang bertindak sebagai observer mengobservasi aktivitas belajar IPS siswa sekaligus mengamati proses pembelajaran di kelas dengan diterapkannya model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL).

Hasil belajar siswa selama siklus I diperoleh dari nilai tes akhir siklus I pada pertemuan kedua. Hasil tes akhir siklus I tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Nilai Tes Hasil Belajar Siklus 1 No Nama Pre-test Pos-test N-gain

1 S1 30 40 0,14

2 S2 40 0 -0,67

3 S3 45 70 0,45

4 S4 45 60 0,27

5 S5 35 40 0,08

6 S6 55 50 -0,11

7 S7 50 55 0,10

8 S8 25 45 0,27

9 S9 20 60 0,50

10 S10 55 35 -0,44

11 S11 30 65 0,50

12 S12 25 65 0,53

13 S13 50 0 -1,00

14 S14 20 55 0,44

15 S15 0 0 0,00

16 S16 40 55 0,25

17 S17 25 70 0,60


(1)

101

Lampiran 16

Nama-nama Kelompok Belajar IPS Pada Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di Kelas VIII SMP I Al- Fatah

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Eko Dedi Andri

Agung Ajun Bambang Putri Ayu Ana

Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6 Dicky Tia Inggit Syape’i Afrizal Aldo

Wanda Nicko Hasan maulana

Kelompok 7 Bayu Dollar M. Dwi


(2)

102

Lampiran 17

Lembar Pedoman Catatan Lapangan

Nama Sekolah : Kelas : Pertemuan Ke- : Hari/Tanggal : Jumlah Siswa Yang Hadir : Siswa yang Tidak Hadir : Catatan :


(3)

UJI REFERENSI

Nama : Robiatul Adawiyah

NIM : 107015001173

Jurusan : Pendidikan IPS

Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Penelitian

Tindakan Kelas di SMP Islam Al-Fatah Jakarta).

No Nama Buku dan Halaman Paraf Dosen

Pembimbing BAB I

1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun. Bidang DIKBUD KBRI Tokyo. Hal:1-2

2 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta; PT. Rineka Cipta, 2003. hal. 54

3. Hasil wawancara Guru dan siswa pada tanggal 16-18 Mei 2011

BAB II

1

I wayan Dasna dan Sutrisno, Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dari

http://lubisgrafura.wordpress.com. Diakses pada tanggal 10 maret 2011

2

Wiantinaisyah, dkk. Pembelajaran melalui metode PBL dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.Fakultas farmasi universitas Padjajaran.

http:/wiantimultiply.com/journal/item/7/. diakses tanggal 10 maret 2011

3 Standar penilaian dan Buku pelajaran sosial SD, SMP, dari www.dikdasdki.go.id/download/standarbuku/ips.doc. diakses pada tanggal 10 maret 2011

4 Latifah, Upaya meningkatkan proses dan Hasil Belajar IPA siswa kelas 6 SD Negeri Loktabat I melalui pembelajaran berdasarkan masalah, wordpress, dari http


(4)

://latifah04.wordpress.com, diakses pada tanggal 11 maret 2011

5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Dengan Pendekatan Baru). Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 123

6

Nurhayati Abbas, Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (problem based Instruction) dalam pembelajaran matematika di SMU, dalam jurnal

Pendidikan dan kebudayaan Jakarta, November 2004 Tahun ke-10, No.051, h. 834

7 I wayan Dasna dan Sutrisno, Pembelajaran berbasis masalah... Diakses pada tanggal 10 maret 2011

8

Achmad Saifudin, Upaya meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL), Jakarta; UIN Syarif Hidayatullah. Hal : 14

9 I wayan Dasna dan Sutrisno, Pembelajaran berbasis masalah... Diakses pada tanggal 20 Agustus 2011 10 Nurhayati Abbas, Penerapan Model Pembelajaran

Berdasarkan Masalah..., h. 833

11

Sadia, I Wayan. “Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa SMA Melalui Penerapan Model Pembelajaran "Problem Based Learning" dan "Cycle Learning" Dalam Pembelajaran Fisika”. dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA Jakarta, No. 1 Th.XXXX Januari 2007. Diakses pada tanggal 14 maret 2011. Hal 6-7

12

Anwar Holil, Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dari http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/model-pembelajaran - berdasarkan - masalah.html. diakses pada tanggal 10 maret 2011

13 Sadirman AM, Interaksi dan motivasi belajar mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2008. hal: 3 14 Sadirman AM, Interaksi dan motivasi belajar

mengajar... hal: 95

15 Sadirman AM, Interaksi dan motivasi belajar mengajar... hal: 17

16 Aktivitas dan Prestasi Belajar. Dalam http:ipotes.wordpress.com. diakses pada tanggal 14 maret 2011


(5)

17 Ahmad Rohani. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Bhineka Cipta. Hal:6-9

18 S. Nasution. Didaktik Asas-asas mengajar (Jakarta: Bumi Aksara,2000). Cet.II. Hal: 89

19

http://hemow.wordpress.com. Implementasi Improving Learning dengan teknik Inquiry sebagai usaha untuk meninkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Diakses pada tanggal 14 maret 2011 20 Aktivitas dan prestasi belajar dalam http//ipotes.wordpress.com. diakses pada tanggal 14

maret 2011

21 Ahmad Rohani. Pengelolaan pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, Hal: 10

22 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara,2008.Cetakan ke-8. Hal: 175

23 Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet. 1 hal. 78

24 Isjoni, Model pembelajaran yang efektif Pendidikan Anak Usia Dini, .yang dikutip dari http://www.isjoni.net/, diakses pada tanggal 18 juli 2011

25 Isjoni, Model pembelajaran yang efektif Pendidikan Anak Usia Dini, .yang dikutip dari http://www.isjoni.net/, diakses pada tanggal 18 juli 2011

26 N. Daldjoeni, Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial, (Bandung: Alumni, 1992, h. 9

27 Abu Ahmadi, ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), hal. 2

28 Hisyam Zaini dkk, Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002), hal. 56

29

Hisyam Zaini dkk, Desain

Pembelajaran... hal. 57.

BAB III

30 Suharsimi Arikunto (ed), Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta, BUMI AKSARA, 2008), Cet 7, hal. 2

31 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-2, hal. 24 32 Alur Penelitian Tindakan Kelas. Suharsimi Arikunto, dkk. Penelitian Tindakan ... Hal: 74

33 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), edisi revisi, cet,6, hal,65


(6)

34 Anas, Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 1996), hal. 164.

35

Yanti, “Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Siswa Melalui permainan Bernuansa Nilai”, skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan UIN Jakarta, 2008), h.41

Jakarta, Agustus 2011 Dosen Pembimbing

Drs. H. Nurochim,MM NIP. 19590715 198403 1 003