IMPLEMENTASI PERDA NO. 5 TAHUN 2005 TENTANG PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi di Kota Mojokerto)

IMPLEMENTASI PERDA NO. 5 TAHUN 2005 TENTANG PENERTIBAN
PEDAGANG KAKI LIMA (Studi di Kota Mojokerto)
Oleh: Cicik Triwulan ( 04230082 )
government science
Dibuat: 2008-03-27 , dengan 3 file(s).

Keywords: IMPLEMENTASI PERDA,PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA
Kota adalah salah satu ungkapan kehidupan manusia yang mungkin paling kompleks. Yang
terjadi dilapangan masalah sebaliknya, dimana sektor informal semakin mengalami peningkatan.
Sektor informal terjadi karena terbatasnya lapangan pekerjaan dan proses industrialisasi yang
terpusat di daerah perkotaan yang padat modal. Konsekuensinya hanya tenaga kerja yang
terampil saja yang dapat memasuki sektor modern yang formal, sementara sektor informal pada
saat yang bersamaan mengalami peningkatan dalam kapasitas, intensitas dan jumlah
kegiatannya. Pemerintah kota di pihak lain dituntut melakukan penyusunan perencanaan yang
terpadu untuk memberikan tempat yang strategis bagi PKL dalam menjalankan fungsinya
melalui peremajaan kawasan perdagangan, serta menangani secara baik tempat-tempat dimana
PKL tumbuh secara alami. Dalam posisi ini Pemkot dapat berfungsi sebagai kekuatan politik,
administratur dan mediator berbagai pihak. Ini berarti permasalahan PKL bukan semata-mata
menjadi tanggung jawab Pemkot, tetapi tidak berarti pula bahwa Pemkot tidak tanggap terhadap
permasalahan PKL.
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui

kondisi dan keberadaan PKL di Kota Mojokerto, Untuk mengetahui hambatan Pemerintah Kota
Mojokerto dalam penataan PKL yang sesuai dengan tata ruang kota dan untuk mengetahui upaya
yang dilakukan Pemerintah Kota Mojokerto dalam penataan PKL agar sesuai dengan tata ruang
kota.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu dengan cara analisis yang menggambarkan
keadaan obyek berdasarkan data yang dikumpulkan dari lapangan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan aktivitas PKL dapat dilihat dari
pertumbuhan jumlah PKL serta sebaran PKL di berbagai tempat. Seperti kota-kota besar lainnya,
Mojokerto yang merupakan kota yang padat dengan pola penggunaan lahan yang kompleks.
Seiring dengan kebijakan pemerintah daerah untuk menjadikan Mojokerto sebagai service city,
pemerintah daerah tampak mulai berupaya mengatur distribusi ruang bagi sektor perdagangan
informal ini meskiopun demikian, sektor perdagangan informal masih terseret-seret dalam proses
modernisasi yang termuat dalam kebijakan tersebut.
Sektor informal ini juga memiliki potensi yang besar sebagai sumber pendapatan bagi
masyarakat tingkat marginal. Bahkan apabila diamati mereka memiliki omzet pendapatan yang
cukup. Selain itu mereka juga memberikan andil kepada pendapatan daerah berupa retribusi yang
tentunya potensi yang cukup besar. Sehingga seharusnya keberadaan Pedagang Kaki Lima harus
menjadi perhatian dan penanganan yang serius bagi pemerintah. Pemberdayaan masyarakat
sebagai pelaku ekonomi rakyat ini dapat dibina dan dikembangkan sebagai pondasi
pembangunan perekonomian nasional.

Hambatan yang ada pada penanganan PKL di Mojokerto adalah a) Kurangnya ketegasan hukum
Ketegasan hukum di sini lebih diartikan seberapa berat sanksi administratif, sanksi pidana
maupun sanksi perdatanya. Karena dalam Peraturan Daerah No. 29 Tahun 2002 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Mojokerto tidak disebutkan besarnya hukuman yang diberikan.

Sehingga masyarakat lebih memilih melanggarnya daripada mengikuti peraturan yang berlaku. b.
Lemahnya koordinasi antar instansi yang terkait di bidang Tata Ruang yaitu dari Kimpraswil,
Bangwasdal dan Dinas Perijinan, dan Dishub. c. Kurangnya sumber daya manusia pada dinas
BAPPEKO terutama yang ahli dalam bidang tata ruang perkotaan dan dampak lingkungan
Upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Mojokerto terhadap penanganan PKL di Mojokerto
adalah: a. Meningkatkan penegakan hukum dan melakukan sosialisasi hukum kepada masyarakat
untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat, b. Meningkatkan koordinasi antar instansi
yang terkait di bidang Tata Ruang yaitu dari Kimpraswil, Bangwasdal dan Dishub.c.
Mengusulkan kepada Walikota untuk menambahkan staf ahli yang permanen dalam struktur
organisasi BAPPEKO sehingga meningkatkan sumber daya manusia pada dinas BAPPEKO yang
ahli dalam bidang tata ruang perkotaan dan penanganan PKL secara profesional.

Town is one of the human life expression which possible most complex. That happened field is
problem of on the contrary, where informal sector progressively experience of improvement.
Informal sector happened because the limited work field and industrialization process which

centrally [in] solid urban area of capital. Its consequence only just skillful labour able to enter
formal modern sector, whereas informal sector at the time of which at the same time experience
of the make-up of in capacities, its activity amount and intensity. Government of town at others
claimed to conduct compilation of inwrought planning to give strategic place to PKL in running
its function through rejuvenation of commerce area, and also handle well places where PKL
grow naturally. In this position of Pemkot can function as strength of politics, and administratur
of mediator various side. This means problems of PKL not solely become responsibility of
Pemkot, but meaningless also that Pemkot do not listen carefully to problems of PKL.
As for target of research which wish to be reached in this research is: To know condition and
existence of PKL in Mojokerto, To know Governmental resistance of Mojokerto in settlement of
PKL matching with town planology and to know conducted effort Government of Town of
Mojokerto in settlement of PKL to be as according to town planology.
This research represent descriptive research that is by analysis depicting situation of obyek
pursuant to collected data of research field.
Result of research indicate that growth of activity of PKL can be seen from growth of amount of
PKL and also swampy forest of PKL in various place. Like other metropoliss, Mojokerto
representing solid town with pattern usage of complex farm. Along with policy of local
government to make Mojokerto as city service, visible local government start to cope to arrange
room distribution to this informal commercial sector of that way, informal commercial sector
still through in course of modernization which included in policy.

This Informal sector also have big potency as source of earnings to marginal storey;level society.
Even if perceived they have earnings omzet which enough. Besides them also give share to
earnings of area in the form of retribution which it is of course big enough potency. So that
existence of merchant of Cloister Ought To have to become serious handling and attention to
government. Enableness of society as economic perpetrator of this people can be constructed and
developed as foundation development of national economy.
Resistance exist in handling of PKL in Mojokerto is a) the Lack of coherence of law Coherence
of law here more interpreted how administrative sanction weight, crime sanction and also its
civil sanction. Because in By Law Of No. 29 Year 2002 about Regional Plan Planology of
Mojokerto do not be mentioned by the level of given penalization. So that more opting society

impinge it than going by the book which go into effect b. Weaken him co-ordinate between
related/relevant institution in Planology area that is from Kimpraswil, Bangwasdal and On duty
Licensing, and Dishub c. Lack of human resource on duty BAPPEKO especially which expert in
urban planology area and environmental impact.
By effort Government of Town of Mojokerto to handling of PKL in Mojokerto to a. Improving
the straightening of law and conduct socialization punish to society to increase society sense of
justice b. Improving coordination between related/relevant institution in Planology area that is
from Kimpraswil, Bangwasdal and of Dishub.C. Proposing to Mayor to enhance permanent
expert staff in organization chart of BAPPEKO so that improve human resource on duty

BAPPEKO which expert in urban planology area and handling of PKL professionally.