Esai Penertiban Pedagang Kaki Lima Kota

Winny Sanjaya- 2013200054

Penertiban Pedagang Kaki Lima Kota Bandung
Kota Bandung merupakan salah satu kota destinasi wisata belanja di Indonesia.
Sebagai salah satu destinasi wisata belanja, citra kota Bandung tentunya tidak jauh
atau melekat dengan menjamurnya keberadaan para penjual kaki lima. Pedagang Kaki
Lima (selanjutnya disingkat PKL) adalah pedagang yang melakukan usaha
perdagangan di sektor informal yang menggunakan fasilitas umum baik di lahan
terbuka dan/atau tertutup dengan menggunakan peralatan bergerak maupun tidak
bergerak.
Eksistensi PKL yang kebanyakan berjualan secara liar di Kota Bandung sudah
sejak lama menimbulkan banyak permasalahan, mulai dari pemandangan kota yang
kumuh dan tidak teratur, penyebab jalan macet, penghasil sampah, hingga berbuntut
pula pada pungutan liar dan penyediaan lahan parkir liar bagi warga yang berbelanja
dengan PKL. Lihat saja fakta lapangan kumpulan PKL di Cicadas, selain terlihat kumuh
dan semeraut, mayoritas PKL Cicadas yang berjualan makanan ini menghasilkan
sampah yang dibuang sembarangan. Selain merusak pemandangan dengan tendatenda bongkar pasang, PKL juga sering tidak bisa menjaga kebersihan sekitar.
Kemudian PKL di sepanjang jalan Cihampelas, di samping berjualan di badan jalan,
para PKL banyak pula yang nekat menjual dagangannya di tengah-tengah jalan sambil
berlalu-lalang sehingga menimbulkan kemacetan. Semua akibat dari munculnya PKL
yang tidak tertatu, tentunya hal ini sangat berpengaruh dalam merugikan masyarakat

sekitar khususnya sebagai pengguna jalan.
Sebelumnya, pemerintah Kota Bandung sudah memberlakukan berbagai upaya
untuk menertibkan para PKL, terutama yang dinilai sangat merugikan pengguna jalan,
misalnya dengan pengarahan dan sosialisasi bagi PKL, diberlakukannya
pembongkaran paksa secara berkala oleh Satuan Polisi Pamong Praja (selanjutnya
disingkat Satpol PP), relokalisasi sementara dan lain sebagainya.
Namun fakta berkata lain, bukannya PKL semakin tertib dan jumlahnya yang
semakin berkurang, justru sebaliknya, jumlah PKL semakin tumbuh pesat dari tahun ke
tahun. Menurut Kepala Bidang Penegakan Hukum Daerah Satpol PP Kota Bandung,
Moch. Teddy Wirakusumah, sampai pada periode November 2013, jumlah PKL di kota
Bandung sudah sebanyak 25 ribu orang. 1 Sedangkan jika dibandingkan dengan jumlah
tahun sebelumnya, menurut Kepala Satpol PP Kota Bandung Ferdy Ligaswara, pada
tahun 2012, jumlah PKL di kota Bandung adalah sebanyak 17 ribu orang. 2
Tentu saja melihat peningkatan jumlah PKL yang begitu signifikan dari tahun ke
tahun, dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah saat ini dalam menertibkan PKL
1
2

http://wwwwwwtriiunnnewws.tom//ieiimnal/2014/02/18./tpkll-uandnni-uain-klali-ini-tpnnya-wwali-klmra-kleja/
http://wwwwwwtuis.nis.-jauaitom//inde.ttphtp/ueiira/jn/lah-tpkll-di-uandnni-naikl-dna-klali-litpar


Winny Sanjaya- 2013200054
masih belum maksimal. Oleh sebab itu, tidak heran jika pemerintah saat ini
berkewajiban untuk turun tangan dalam mengambil langkah baru, demi tercapainya
ketertiban pedagang kaki lima di kota Bandung.
Pertanyaan sederhana yang muncul adalah jika sebelumnya pemerintah telah
memberikan berbagai upaya dalam menertibkan PKL, mulai dari sosialisasi hingga
bahkan cara paksa berupa pembongkaran, namun hingga saat ini upaya-upaya
tersebut belum menampakkan hasil, maka apa langkah baru yang akan dilakukan oleh
pemerintah saat ini?
Secara yuridis, salah satu bentuk upaya terbaru pemerintah Kota Bandung
dalam mengatasi permasalahan PKL adalah melalui aturan hukum. Buktinya adalah
dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor: 04 Tahun 2011
Tentang Penataan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima (selanjutnya disingkat Perda
Kota Bandung No.4/2011). Tujuan utama dikeluarkannya peraturan ini adalah demi
tercapainya Kota Bandung yang aman, bersih, dan tertib serta memantapkan Kota
Bandung sebagai kota tujuan wisata.
Dalam substansinya, berdasarkan pada sumber Perda Kota Bandung No.4/2011,
mekanisme yang diberlakukan pemerintah daerah Kota Bandung adalah dengan
melakukan pencatatan dan penerbitan tanda pengenal khusus bagi PKL wilayah Kota

Bandung. Setiap PKL wajib memiliki tanda pengenal berjualan yang diterbitkan oleh
Walikota. Penerbitan tanda pengenal khusus PKL tersebut dapat didelegasikan kepada
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (selanjutnya disingkat menjadi SKPD). Untuk
tanda pengenal yang telah diterbitkan, diberikan dan dipergunakan dalam jangka waktu
paling lama 1 tahun serta tidak dapat dipindahtangankan. Tanda pengenal ini sifatnya
dapat diperbaharui sepanjang lokasi/tempat berdagang PKL tersebut tidak
dipergunakan/tidak dikembalikan kepada fungsi semula.
Untuk dapat memperoleh tanda pengenal, setiap PKL wajib mengajukan
permohonan dengan syarat-syarat memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kota
Bandung, surat pernyataan bahwa yang bersangkutan siap dengan sukarela dan tanpa
ganti rugi apapun untuk dipindahkan setiap saat apabila ada kebijakan baru yang
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Sedangkan PKL yang tidak memiliki tanda
pengenal khusus tersebut, tidak diperbolehkan berjualan.
Selanjutnya, bagi PKL yang memiliki tanda pengenal khusus PKL, pemerintah
Kota Bandung akan melakukan penataan, yang mana adalah penempatan lokasi dan
tempat usaha pedagang kaki lima melalui relokasi, revitalisasi pasar, belanja tematik,
konsep festival dan konsep Pusat Jajan Serba Ada (selanjutnya disingkat Pujasera).
Salah satu bentuk konkrit yang saat ini telah dirasakan para PKL adalah dengan
diberlakukannya alokasi tempat berjualan PKL ke beberapa tempat strategis misalnya


Winny Sanjaya- 2013200054
lokasi pasar seperti Gede Bage, Balubur, kemudian area basement Mall Bandung Indah
Plaza dan Pasar Pamoyanan Bandung.
Sebagai konsekuensinya setelah diberikan alokasi tempat yang baru,
berdasarkan pasal 20 Perda Kota Bandung No.4/2011, yang mana diberlakukan sejak 1
Februari 2014, PKL dilarang untuk melakukan kegiatan berdagang di zona merah. Zona
merah di sini adalah lokasi yang tidak boleh terdapat PKL, yaitu meliputi lokasi sekitar
tempat ibadat, rumah sakit, komplek militer, jalan nasional, jalan provinsi dan tempattempat lain yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan kecuali
ditentukan lain berdasarkan Perda Kota Bandung No.4/2011. Misalnya untuk tahap
awal, ada empat kawasan yang masuk zona merah, yaitu Jalan Merdeka, Jalan
Kepatihan, Jalam Dalem Kaum, dan Alun-alun Masjid Agung Bandung. Para PKL juga
dilarang melakukan kegiatan berdagang di jalan, trotoar, ruang terbuka hijau, dan
fasilitas umum, kecuali lokasi tersebut telah ditetapkan/ditunjuk/diizinkan oleh Walikota.
Di samping itu, para PKL dilarang melakukan kegiatan berdagang dengan
mendirikan tempat yang bersifat semi permanen dan/atau permanen secara liar;
melakukan kegiatan berdagang yang mengakibatkan kebersihan, keindahan,
ketertiban, keamanan, dan kenyamanan terganggu; menggunakan lahan yang melebihi
ketentuan yang telah diizinkan oleh Walikota; berpindah tempat dan/atau
memindahtangankan tanda pengenal tanpa sepengetahuan/persetujuan tertulis dari
Walikota; menelantarkan dan/atau membiarkan kosong tempat berdagang/lahannya

selama (empat belas) hari; menggunakan tempat berdagang/lahan lebih dari satu
lapak; membuang sampah dan limbah di sembarang tempat yang dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan hidup dan penyumbatan di saluran pembuangan air (drainase);
menggunakan tempat berdagang untuk kegiatan-kegiatan yang dilarang/bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; meninggalkan/menyimpan tempat
dan barang dagangan pada kawasan/tempat berdagang setelah selesai berdagang;
menjual barang dagangan yang merugikan, membahayakan bagi konsumen yang
dilarang oleh peraturan perundang-perundangan. 3
Lokasi yang diperbolehkan untuk PKL berjualan adalah meliputi zona kuning dan
hijau. Zona kuning yaitu lokasi yang bisa ditutup dan dibuka berdasarkan waktu dan
tempat. Sedangkan zona hijau yaitu lokasi yang diperbolehkan berdagang bagi PKL.
Contoh penerapan zona kuning adalah adalah pasar tumpah di daerah yang hanya
boleh berdagang pada jam tertentu yaitu mulai pukul 22.00 WIB sampai 06.00 WIB.
Berbeda dengan zona kuning, zona kuning diperbolehkan untuk PKL berdagang
berdasarkan waktu dari pukul 17.00 WIB sampai 04.00 WIB, dengan catatan zona
3

Peraturan Daerah Kota Bandung nomor : 04 Tahun 2011 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pedagang
Kaki Lima


Winny Sanjaya- 2013200054
berdasarkan waktu ini hanya dikhususkan untuk pedagang kuliner. Terakhir, zona hijau
merupakan wilayah-wilayah tertentu berdasarkan hasil relokasi, revitalisasi pasar,
konsep belanja tematik, konsep festival dan konsep Pujasera sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Selain itu, sebagai bentuk pencegahan kembalinya PKL berjualan liar dan
menganggu kelancaran penggunaan jalan, maka diberlakukan ketentuan sanksi bagi
para PKL di daerah zona merah. Bagi PKL yang melanggar aturan menjual di daerah
zona merah padahal memiliki tanda pengenal khusus PKL yang diperbolehkan
berjualan di zona hijau, maka akan diberi peringatan paling banyak tiga kali berturutturut dalam waktu sembilan bulan. Jika masih dilanggar, maka akan dikenai sanksi
berupa pencabutan tanda pengenal khusus PKL. Apabila kondisi ini tidak diindahkan,
maka Kepala SKPD yang membidangi ketentraman dan ketertiban umum melakukan
penutupan, pembongkaran terhadap tempat berjualan PKL dan dapat dikenakan sanksi
sesuai peraturan perundang-perundangan. Sedangkan untuk PKL yang tidak memiliki
tanda pengenal khusus PKL tidak diperbolehkan sama sekali berjualan di Kota
Bandung. Hal ini disebabkan karena yang diprioritaskan untuk berjualan adalah para
PKL yang merupakan asli Bandung.
Berdasarkan ketentuan dalam Perda Kota Bandung No.4/2011, ternyata tidak
hanya PKL sebagai penjual yang akan dikenakan sanksi jika melanggar, bagi pembeli
apabila yang melanggar aturan dengan membeli hasil dagangan dari PKL di wilayah

zona merah dan zona kuning yang tidak sesuai waktunya juga akan dikenai sanksi
berupa denda paksa penegakkan hukum sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah).
Sedangkan bagi masyarakat yang tidak mampu membayar denda, jika dalam waktu
3x24 jam tidak memenuhi mampu bayar, pelaku akan diproses ke tindak pidana ringan
(selanjutnya disingkat menjadi tipiring) atau denda kelipatan Rp.200.000,- (dua ratus
ribu rupiah).
Di stu sisi, menurut salah satu pengamat sosial Indonesia, Dudung Nurahmat
mengatakan bahwa denda sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) bagi pembeli yang
membeli barang dagangan dari PKL di zona merah tampaknya mulai efektif. Kebijakan
Wali Kota Bandung dalam menangani PKL yang bandel ini harus dudukung. Salah satu
bukti bentuk justifikasi pemberlakuan Perda Kota Bandung No.4/2011 telah dialami oleh
dua lelaki warga Malang dan Sumedang. Para pemuda ini tertangkap basah sedang
makan bakso di alun-alun Kota Bandung oleh petugas setempat. Kedua pemuda
tersebut ditangkap petugas Satpol PP yang sedang patroli dan diperiksa di meja
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disingkat PPNS). Salah satu dari pelaku
dikenakan biaya denda paksa sebesar Rp.200.000,- (dua ratus ribu), sedangkan
pemuda lainnya Kartu Tanda Penduduknya (selanjutnya disingkat KTP) disita. 4 Tujuan
4

http://wwwwwwtriiunnnewws.tom//ieiimnal/2014/02/05/arnian-zumna-/eiah-tpkll-/aklan-klmiuan-/aklan-uakls.m-uayaiitp-200-iiun


Winny Sanjaya- 2013200054
dari sanksi denda paksa ini adalah menertibkan baik PKL mau pun pembeli supaya
untuk tidak berjualan dan bertransaksi apa lagi makan di sekitar tempat umum. Sanksi
biaya denda paksa diharapkan bisa menjadi solusi memberi efek jerah bagi PKL dan
pembeli untuk tidak berjualan dan bertransaksi tidak pada tempatnya.
Di samping sanksi yang diberikan, sesungguhnya ada lebih banyak manfaat
yang akan diterima baik PKL dan masyarakat Kota Bandung. Misalnya saja, dilansir
dalam harian Tribun News, sebanyak 61 PKL dari jalan Merdeka Bandung direlokasikan
ke lantai basement 1 (B1) Mal Bandung Indah Plaza yang tertata rapi. Para PKL
mengaku kini mereka telah terhindar dari sengatan matahari dan hujan. Di samping itu,
para PKL tidak perlu susah-susah membongkar dan membereskan barang
dagangannya seperti selama ini, fasilitas yang diberikan juga sangat memadahi, para
pembeli juga banyak karena merupakan lokasi pusat perbelanjaan yang strategis. 5 Di
sisi lain, masyarakat kini bisa bertransaksi dan menemukan para PKL di tempat-tempat
yang mudah dijangkau, aman dan nyaman. Mereka tidak perlu lagi berdesak-desakan
di jalan yang macet dan ramai. Jalanan bisa kembali difungsikan sebagai sarana
prasarana kelancaran kendaraan serta keindahan kota bisa lebih tertata dengan baik.
Kota Bandung sebagai Kota wisata yang aman, nyaman, bersih dan tertib tentunya bisa
lebih mudah terwujud.

Lagi pula, menurut Nugraha Ramadhan, berdasarkan riset dalam salah satu
makalahnya pada tahun 2013, jika PKL ditata, dibina dan diberdayakan, PKL bisa
menjadi sumber penarik wisatawan dan sebagai alternatif bagi lapangan pekerjaan.
Apabila PKL yang berada di kawasan alun-alun kota Bandung diizinkan oleh
pemerintah untuk berjualan, maka hal ini justru tidak sesuai dengan tujuan asas
kemanfaatan, yang bertujuan untuk memberikan manfaat bagi sebanyak-banyaknya
orang. Atas dasar hal tersebut, maka seharusnya PKL tidak diizinkan berjualan di
tempat yang tidak sepatutnya melainkan direlokasi ke tempat yang lebih baik. 6
Penertiban PKL melalui aturan Perda Kota Bandung No.4/2011 juga harus
disertai dengan lembaga perizinan sesuai dengan asas pemanfaatan dan pengawasan
yang ketat oleh petugas baik terhadap PKL mau pun pembeli. Perizinan untuk
mendapatkan tanda pengenal khusus PKL yang dikelolah dengan baik, tentunya akan
mempermudah PKL mendapatkan akses kelayakan dan syarat berjualan di lokasi zona
hijau. Sedangkan pengawasan ketat oleh petugas yang berwenang (dalam hal ini
Satpol PP) harus konsisten dan tidak tebang pilih dalam memberikan sanksi. Inti
5

http://uandnnitmklezumnetom//iead/2014/02/20/526/9c437c8.8./as.yiklnya-tpkll-di-jalan-/eidekla-uandnni-klinitpindah-kle-uitp
6
Ra/adhan, Nniiahat Analisis Terhadap Penataaan Pedagang Kaki Lima Berizin Berdasarkan Peraturan

Daereah Kota Bandung Nomor 04 Tahun 2011 Tentang Penataan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima
Dihubungkan dengan Asas Kemanfaatan. 2013.

Winny Sanjaya- 2013200054
permasalahan dari munculnya aturan ini adalah PKL sebagai subjek yang wajib
ditertibkan, jangan sampai PKL yang seharusnya ditertibkan malah justru diberi
kelonggaran dengan munculnya tawar menawar untuk tidak didenda oleh petugas.
Denda atau biaya paksa harus diberlakukan tanpa kompromi. Peraturan dan sanksi
harus ditegakkan dengan jelas dan adil.
Akhir kata, dikeluarkannya Perda Kota Bandung No.4/2011 merupakan suatu
langkah yang baik dalam menghadapi kehabisan cara dari pemerintah kota Bandung
sebelumnya untuk menghadapi para PKL nakal. Dengan dikeluarkannya Peraturan
Daerah ini, tentu pelaksanaannya harus berjalan disertai dengan asas pemanfaatan
yang seoptimal mungkin, serta pengawasan yang ketat baik dari pemerintah dan
petugas pelaksana melalui pemberian sanksi biaya paksa. Dengan demikian, sangat
diharapkan bahwa masyarakat dapat turut serta bekerja sama dalam menata Kota
Bandung yang lebih baik, sesuai dengan tujuan utama dari peraturan terkait yaitu demi
tercapainya Kota Bandung yang aman, bersih, dan tertib serta memantapkan Kota
Bandung sebagai kota destinasi wisata di Indonesia, demi terwujudnya kesejahteraan
masyarakat Indonesia.


Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Analisis pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil badan usaha milik daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang (2003-2009)

19 136 149

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

Sistem Informasi Absensi Karyawan Di Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung

38 158 129

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Perilaku Komunikasi Waria Di Yayasan Srikandi Pasundan (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Waria di Yayasan Srikandi Pasundan di Kota Bandung)

3 50 1

Perancangan Logo Ulang Tahun Kota Cimahi Ke Delapan Di Pemerintah Kota Cimahi

1 42 1