PARTICIPATORY BUDGETING (Study Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kabupaten DompuTahun Anggaran 2008)

PARTICIPATORY BUDGETING (Study Tentang Partisipasi Masyarakat
Dalam Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) di Kabupaten DompuTahun Anggaran 2008)
Oleh: SALAHUDIN ( 05230009 )
Goverment Science
Dibuat: 2009-04-04 , dengan 2 file(s).

Keywords: Participatory Budgetting
ABSTRAK
Pergeseran paradigam pengelolaan anggaran daerah, dari pengelolaan yang mengedepankan
paradigma top down menuju pengelolaan botton-up. Hal ini menggambarkan adanya keinginan
kuat untuk memposisikan masyarakat sebagai sasaran utama kebijakan anggaran daerah
(APBD). Secara teknis, peraturan hukum yang mengatur pengelolaan botton-up ialah Surat
Edaran Bersama Menteri dalam Negeri dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang
dikeluarkan tiap tahun anggaran. Dalam Peraturan tersebut, mengharuskan partisipasi
masyarakat dalam pembahasan APBD yang melalui Musyawarah Rencana Pembangunan Desa
(musrenbangdes), Musyawarah Rencana Pembangunan Kecamatan (musrenbangkec), dan
Musyawarah Pembangunan Daerah (musrenbangda). Ketiga tahap tersebut diyakini sebagai
sistem yang mampu mengakomodir kebutuhan masyarakat, dan pada akhirnya APBD akan
terfokuskan kedalam kebutuhan tersebut. Hasil dari Musrenbang dijadikan sebagai acuan untuk
menyusuna Rancangan Kegiatan Pemerintahan Daerah (RKPD). RKPD dijadikan sebagai acuan

untuk menyusun Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran (PPA).
KUA dan PPA dijadikan sebagai acuan untuk menyusuna Rencana Kerja Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (SKPD). Dari dokumentasi SKPD dijadikan sebagai acuan untuk menyusuna
RAPBD dan dibahas lebih lanjut untuk disyahkan sebagai APBD. Meskipun demikian, banyak
data yang menggambarkan bahwa partisipasi masyarakat dalam penyusunan APBD belum
terlaksanakan dengan baik, sehingga anggaran daerah tidak menyentuh masyarakat. Hal inilah
yang membuat penulis tertarik untuk meneliti partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan
APBD, yang difokuskan di Daerah Kabupaten Dompu.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian Deskriptif, Jenis Analisa data
Kualitatif, dan Pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi.
Sebagai penguat data wawancara dan observasi, sumber data yang digunakan adalah data
sekunder dan data primer. Data sekunder diantaranya: Draf APBD Anggaran Tahun 2008,
Keputusan Bupati tentang Participatory Budgetting, dan Pernyataan masyarakat dan elit lokal (
daerah dompu) yang didapatkan melalui media cetak dan internet- www.dompukab.go.id.
Sedangkan data primer diantaranya: hasil wawancara langsung penulis dengan beberapa tokoh
masyarakat daerah dompu. Dengan melalui proses penelitian tersebut melahirkan penjelasan
ilmiah dan rasional yang dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat khususnya masyarakat
dan pemerintahan Kabupaten Dompu.
Tidak jarang pemerintahan Daerah khususnya pemerintahan Kabupaten Dompu
menginterpertasikan partisipasi Kepala Desa, LPM, BPD, DPRD, LSM, dan Pemerintahan

Daerah adalah sebagai bentuk partisipasi masyarakat secara umum. Padahal, dari sekian elemen
yang disebutkan tersebut adalah elemen yang tidak paham secara faktual kebutuhan masyarakat
daerah. Partisipasi yang demikian hanya menciptakan APBD berpihak kepada kepentingan elit,
baik elit politik, elit LSM, elit Pemerintahan Desa, dan lebih- lebih elit Pemerintahan Daerah

baik eksekutif maupun legislatif. Sebenarnya, kalu ditinjau secara legal formal pemerintahan
Kabupaten Dompu telah mengedepankan perencanaan anggaran partisipatif (Participatory
Budgetting). Namun, dalam pakteknya legal formal tersebut belum dilaksanakan dengan baik,
khususnya dalam proses musrenbang desa, musrenbang kecamatan, dan musrenbang daerah.
Sehingga Performance APBD Kabupaten Dompu Khusunya Tahun Anggaran 2008 hanya
bertumpu kedalam urusan administratif. Krisis partisipasi yang terjadi di daerah kabupaten
dompu tidak terlepas dari adanya peran pemerintahan daerah kabupaten dompu yang belum
optimal mendorong partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan APBD.
Kesimpulan akhir dalam penelitian ini, diantaranya: Pertama, minimnya partisipasi masyarakat
kabupaten dompu dalam proses penyusunan APBD khususnya tahun anggaran 2008. Kedua,
peran pemerintahan daerah kabupaten dompu yang belum optimal mendorong partisipasi
masyarakat dalam proses penyusunana APBD. Kesimpuan tersebut melahirkan beberapa
rekomendasi diantaranya: perlunya pemerintahan daerah membuat peraturan daerah yang secara
jelas mengatur partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan APBD, perlunya optimalisasi
peran DPRD dalam hal sosialisasi politik, pendidikan politik, dan komunikasi politik pada massa

reses, konsultasi publik, dan kunjungan kerja, perlunya dilakukan pelembagaan organisasi
masyarakat yang mencirikan oranisasi patembayan, dan perlunya mendeliberalisasikan
demokrasi sebagai ruang ekstra masyarakat.
ABSTRACT
The change of paradigm in managing Local Budget (APBD) which gives priority to top-down
paradigm to bottom-up. It shows strong wish to place society as main objective Local Budget
Policy. Technically, law regulation that arranges bottom-up is circular letter with Minister of
domestic affairs and Corporation of National Development Planning. However, that regulation
has to include society participation in Local Budget with Council of village development plan
(musrenbangdes), Council of sub district development plan (musrenbangkec), and Council of
local development plan (musrenbangda). These three steps are system which is able to facilitate
society need and then Local Budget will focus on society need. The result of Council of
development plan (musrenbang) is as guidance to arrange plan of local goverment programme. It
is also guidance to arrange work plan SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah). Moreover,
SKPD documentation is guidance to arrange Local Budget Plan. That will be discussed and
legalized as Local Budget. Even though, much data which show that society participation is not
good enough in arranging Local Budget (APBD). Based on the finding, the writer thinks that it is
necessary to make a study on the society participation in arranging Local Budget (APBD) in
Dompu Regency.
This study uses a descriptive qualitative research and data collection is interview and

observation. The data sources are primer and secondary. Secondary data is draft of Local Budget
in 2008, head of regency decree about participatory budgeting, society and local elite in mass
media and www.dompukab.go.id. While, primer data is the result of interview writer and society
in Dompu Regency. The process of research obtains scientific and rational explanation for all
level of society especially society and government in Dompu Regency.
Local government especially Dompu Regency interprets participation village head (kepala desa),
Society development institution (LPM), Local development corporation (BPD), Local legislative
assembly (DPRD), Society resources institution (LPM), and local government are society
participation generally whereas, in fact those elements do not have knowledge Local society
need. This participation just creates Local Budget for elite community such as politic, Society

resources institution elite (LPM), village government elite and local government in executive and
legislative. Actually, Dompu regency have given priority for participatory budgeting plan
especially Council of village development plan (musrenbangdes), Council of sub district
development plan (musrenbangkec), and Council of local development plan (musrenbangda).
Therefore, Local Budget in Dompu regency in 2008 focuses on administrative. Participation
crisis which happens in Dompu regency, it is caused by local goverment that does not support
society participation optimally in arranging Local Budget. The conclusion of this research is
first, society participation in Dompu regency is still low in arranging Local Budget in 2008.
Second, local government especially Dompu regency which does not support society

participation in arranging Local Budget. The suggestion of these problems are local goverment
should make local regulation clearly to arrange society participation in arranging Local Budget,
maximize Local legislative Assembly (DPRD) in politic socialitation, politic education, and
politic communication at reses mass, public consultation, and work visit, institutionalize society
oragnization which charactertizes ”organisasi patembayan” and then create democration as
society extra room.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah ( Apbd) Terhadap Pengalokasian Belanja Daerah Di Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang

6 97 79

Pengaruh Ketepatan Skedul Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD Pada Pemerintah Kabupaten Sarolangun

4 79 107

Partisipasi Masyarakat Terhadap Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun Anggaran 2012 di Kabupaten Kutai Kartanegara

0 8 38

IMPLEMENTASI PERFORMANCE BUDGETING PADA PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN LAMONGAN

0 6 17

IMPLEMENTASI PERFORMANCE BUDGETING PADA PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN LAMONGAN

0 5 17

NASKAH PUBLIKASI Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Di Kabupaten Pati.

0 3 23

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) DI Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Di Kabupaten Pati.

3 7 12

PENDAHULUAN Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Di Kabupaten Pati.

0 3 6

Tingkat Partisipasi Masyarakat Kelurahan Ganting Kecamatan Padang Panjang Timur Dalam Proses Penyusunan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Tahun 2006.

0 0 8

Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Dan Arah Kebijakan Umum.

0 0 22