Pengaruh Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah ( Apbd) Terhadap Pengalokasian Belanja Daerah Di Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang

(1)

PENGARUH PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH ( APBD) TERHADAP PENGALOKASIAN

BELANJA DAERAH DI PEMERINTAHAN KABUPATEN DELI SERDANG

OLEH :

NAMA

: DEWI NOVIKA ARIEYANTI

NIM

: 040503086

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

(APBD) terhadap Pengalokasian Belanja Daerah di Pemerintahan Kabupataen Deli Serdang”

Skripsi ini adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Reguler S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 22 Juni 2009 Yang Membuat Pernyataan

DEWI NOVIKA ARIEYANTI NIM : 040503086


(3)

Alam yang maha pemurah yang telah memberikan hamba segala nikmat yang tak terhingga selama hidup hamba dan selalu memberikan kasih sayangnya dengan berbagai perantaranya serta berkat Kuasa dari-Mu penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Judul skripsi ini yaitu: “Pengaruh Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terhadap Pengalokasian Belanja Daerah di Pemerintahan Kabupataen Deli Serdang ”. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si,Ak dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak. Selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu DR. Erlina, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.


(4)

5. Ayahanda Drs. Sukadi dan Ibunda Hartuti, SE, MSi. yang telah memberikan dukungan moril dan materil, nasehat, semangat, serta doa yang tak putus-putusnya kepada penulis, dan tak lupa kepada Ferriza atas segala bantuanya serta lia dan ibnu yang selalu mendukung dalam berbagai hal.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di bidang akuntansi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 22 Juni 2009 Penulis

DEWI NOVIKA ARIEYANTI NIM : 040503086


(5)

anggaran belanja Pemerintah kabupaten Deli Serdang sejauhmana dialokasikan untuk pelayanan publik dan pelayanan aparatur; (c) mencoba memberikan saran-saran yang dapat membantu Pemerintah kabupaten Deli Serdang dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi khususnya masalah yang diteliti yaitu tentang pengaruh proses penyusunan APBD terhadap alokasi Belanja Daerah.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah assosiatif kausal. Metode pengambilan sample yang digunakan penulis adalah simple random sampling. Jenis data yang digunakan penulis adalah data primer , adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara teknik kuesioner, dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik. Pengujian Asumsi klasik yang digunakan penulis meliputi uji normalitas dan uji heterokedastisitas. Sedangkan pengujian hipotesis penelitian yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan analisis statistik persamaan Regresi Linear Sederhana.

Penulis telah menganalisis dan mengevaluasi mengenai pengaruh proses penyusunan APBD terhadap pengalokasiaan belanja daerah yang terdiri dari (a) variabel independen yaitu proses penyusunan APBD, secara bersama-sama atau serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen alokasi belanja daerah pada Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang, (b) Hasil analisa regresi secara keseluruhan menunjukkan R sebesar 0,600 yang berarti bahwa korelasi/hubungan antara proses penyusunana APBD terhadap pengalokasian Belanja daerah mempunyai hubungan yang kuat sebesar 60%.


(6)

goverment regency of Deli Serdang from the budgeting process and allocating point of view (b) evaluate how much the allocation of performance budgeting goverment regency for public and goverment services (c) give some advices which may assist the regency government in solving its problems especially the discussed problem about the influence of guideliner performance budgeting allocation.

This research is classified as associated and causal research. The sampling method that used by the author is simple random sampling. The data of this research are primary data and use questionary method to collect the data which support by statistic program. This research analyzed by normality and heterokedasticity and simple regression linear for statistical purpose.

The result indicated that (a) all independent variable simultaneously have a positive and significantly influenced the allocation of performance budgeting goverment regency of Deli Serdang (b) R square = 0,600 which means performance budgeting government regency has a strong correlation at 60%.


(7)

KATA PENGANTAR ……… ii

ABSTRAK ……… iv

ABSTRACT ……….... v

DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR TABEL ……… ix

DAFTAR GAMBAR ………... xi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Batasan Penelitian……….... 4

C. Perumusan Masalah ……….. 4

D. Tujuan Penelitian ……….. 5

E. Manfaat Penelitian ……… 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)……… 6

B. Penyusunan APBD...…...….……... 9

a. Sturuktur APBD... 18

b. Dasar Hukum Penyusunan APBD... 19


(8)

D. Kerangka Penelitian...………... 25

E. Hipotesis Penelitian………... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian………... 27

B. Populasi dan Sampel Penelitian ………..……….. 27

C. Jenis Data……….... 28

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……….... 29

E. Pengujian Kualitas Data... 29

1. Uji Validitas………. 31

2. Uji Reliabilitas ………. 31

F. Pengujian Asumsi Klasik………... 32

1. Uji Normalitas... 32

2. Uji Heterokedastisitas... 32

G. Pengujian Hipotesis... 32

1. Uji Signifikan parsial ( Uji-t)………. 32

2. Koefisien Determinan ( R² )………... 33

H. Lokasi penelitian... 33


(9)

2. Letak Geografis……… 36

3. Analisis Statistik Deskriptif………. 38

4. Hasil Uji Kualitas Data……….... 38

5. Hasil Uji Asumsi Klasik... 40

a. Uji Normalitas……….. 40

b. Uji Heterokedastisitas……… 43

6. Hasil Analisis Regresi Sederhana…..……….. 44

B. Pembahasan... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 49

B. Saran ………. 50

DAFTAR PUSTAKA ..……… 51


(10)

tabel 4.1 Analisis statistik deskriptif 38 tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan

Variabel Proses penyusunan APBD 39

tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan

Variabel Alokasi Belanja Daerah (ABD) 39


(11)

Gambar 2.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3

Kerangka Penelitian... Normal P-Plot of Regression Standarized Residual... Histogram... Scatterplot...

25 41 42 43


(12)

Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9

Reliability Y Corelation

Regressions,Model Summary , Coefficients Residual Statistics

Histogram, Normal P-Plot of Regression Standardized Npar Tests

Daftar Pertanyaan Kuesioner Daftar Singkatan


(13)

Sesuai dengan undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang telah direvisi Dengan Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemrintahan daerah, kedua undang-undang dibidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan kewenangan otonomi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah. Sebagai konsekuensi dari kewenangan otonomi yang luas, pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat secara demokratis, adil, merata dan berkesinambungan. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk menyeimbangkan daerah dan menyerasikan laju pertumbuhan antardaerah, antarkota, antardesa dan antarsektor. Pelaksanaan pembangunan diupayakan berjalan seimbang selaras, dan saling menunjang antara satu bidang pembangunan terutama ditunjukkan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat .

Anggaran Daerah digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran- ukuran standar untuk evaluasi kinerja serta alat koordinasi bagi semua aktivitas berbagai unit kerja. Anggaran Daerah


(14)

yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan utama pemerintah daerah karena APBD adalah intisari dari apa yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam satu tahun ke depan sebagai rangkaian tak terpisahkan dari kebijakan masa lalu dan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Untuk itu APBD harus berdampak pada peningkatan ukuran-ukuran makro ekonomi.

Berdasarkan Pemendagri No. 59 tahun 2007 maka untuk menyusun anggaran pendapatan dan belanja daerah yang memenuhi asas tertib, transparansi, akuntabilitas, konsistensi, komparabilitas, akurat, dapat dipercaya dan mudah dimengerti perlu disusun Arah dan Kebijakan Umum APBD yang diawali dengan penjaringan aspirasi masyarakat yang berpedoman pada rencana strategis daerah. Menurut Mardiasmo (2002b : 126), penjaringan aspirasi masyarakat dilakukan untuk memperoleh data atau informasi dari masyarakat sebagai bahan masukan dalam proses perencanaan APBD. Informasi tersebut digunakan untuk menjamin agar penentuan Arah dan Kebijakan Umum APBD sesuai dengan aspirasi murni (kebutuhan riil) masyarakat, bukan sekedar aspirasi politik.

Prioritas APBD yang selanjutnya menjadi pedoman bagi perangkat daerah dalam menyusun usulan program, kegiatan dan anggaran yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip anggaran kinerja dan dimasukkan dalam rencana anggaran satuan kerja dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dan keuangan daerah. Kepmendagri menjelaskan bahwa semua pengeluaran


(15)

daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD, sehingga menjadi dasar bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah. Selain itu diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan dana masyarakat yang selama ini dinilai cenderung lebih besar untuk belanja aparatur dibandingkan dengan belanja pelayanan publik. Komitmen pemerintah daerah dalam pembangunan tecermin dari komposisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dapat diketahui dari bidang yang menjadi prioritas dalam pembangunan daerah..

Peningkatan aloksi belanja daerah minimal sebanding dengan pergerakan pertumbuhan ekonomi, mengingat APBD dirancang dengan menggunakan anggaran berbasis kinerja (Perfomance Budget). Pencapaian prestasi kerja pemerintah daerah akan terdeteksi dini dari kemampuan mengalokasikan sumber daya. Jadi sangat penting bagi pemerintah daerah untuk secara hati - hati mengalokasikan anggarannya sebelum mengelola program-program dan kegiatan-kegiatan yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam APBD.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, menunjukkan akan terjadi perubahan dalam sistem penganggaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebelum dan sesudah berlakunya sistem anggaran berbasis kinerja. Oleh karena itu, permasalahan yang timbul adalah sejauhmana proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Deli Serdang sebelum dan sesudah penerapan anggaran kinerja (performance


(16)

budgeting), dan pengalokasian anggaran belanja daerah Kabupaten Deli Serdang dan sejauhmana alokasi anggaran belanja memperhatikan kepentingan pelayanan publik dan pelayanan aparatur pemerintah daerah.

Adapun penelitian serupa dilakukan oleh Lyesmayyatty (2004) yang menyimpulkan bahwa penyusunan anggaran belanja daerah Provinsi Kalimantan Tengah masih menggunakan pendekatan anggaran tradisional yang dalam proses penyusunannya terdapat beberapa kelemahan dalam aspek perencanaan, sumber daya manusia dan kurangnya komunikasi antar lembaga. Peranan DPRD sebagai wakil rakyat di daerah belum optimal, keterlibatan DPRD belum dimulai dari awal namun baru pada tahap draf APBD yang disusun oleh pihak eksekutif. Pengalokasian anggaran belanja pada Provinsi Kalimantan Tengah sudah mengarah kepada kepentingan publik.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul,“Pengaruh Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Terhadap Pengalokasian Belanja Daerah di Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang”..

B. Batasan Penelitian

1. Batasan aspek dalam penelitian ini hanya terhadap penyusunan anggaran belanja dan pendapatan daerah ( APBD) dan alokasi Belanja Daerah 2. Batasan Lokasi dalam penelitian ini hanya dilakukan pada Pemkab Deli


(17)

C. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan adanya uraian pada latar belakang sebelumnya, maka penulis merumuskan apa yang menjadi permaslahan ini sebagai berikut :

1. Bagaimana proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Deli Serdang 2009?

2. Apakah alokasi anggaran belanja memperhatikan kepentingan pelayanan publik dan pelayanan aparatur pemerintah daerah?.

3. Apakah ada pengaruh proses penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ( APBD) terhadap pengalokasian Belanja Daerah?.

D. Tujuan Penelitian

Berangkat dari permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengevaluasi APBD dilihat dari penyusunan dan pengalokasian belanja daerah di Kabupaten Deli Serdang Tahun Anggaran 2005 dan tahun 2007.

2. Mengevaluasi besarnya alokasi anggaran belanja Pemerintah kabupaten Deli Serdang sejauhmana dialokasikan untuk pelayanan publik dan pelayanan aparatur;

E. Manfaat Penelitian


(18)

1. sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, dalam menyusun kebijakan alokasi belanja daerah guna pelaksanaan fungsi pemerintahan di Kabupaten Deli Serdang

2. sebagai masukan bagi DPRD Kabupaten Deli Serdang, dalam

mengambil sikap pada pembahasan RAPBD guna menghasilkan APBD yang lebih berkualitas;

3. sebagai bahan referensi bagi berbagai fihak yang memerlukan untuk penelitian lebih lanjut.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

IV. Tinjauan Pustaka

A. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran adalah suatu rencana yang diungkapkan dalam bentuk kuantitatif yang biasanya berhubungan dengan keuangan. Anggaran mencakup suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Di dalam fase persiapan anggaran pada proses pengawasan manajemen, masing-masing tujuan program merupakan tanggung jawab manajer yang mengemban pelaksanaannya .

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Berbeda dengan anggaran di sektor swasta yang merupakan bagian dari rahasia perusahaan dan tertutup untuk publik, anggaran daerah justru harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan dan diberi tanggapan dan masukan (Mardiasmo, 2003 ).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu rencana keuangan tahunan daerah yang memuat tentang rencana penerimaan, rencana pengeluaran serta rencana pembiayaan daerah selama satu tahun anggaran. Berdasarkan PP Nomor 105 Tahun 2000, APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam tahun anggaran tertentu dan disusun dengan pendekatan kinerja. Dalam hal ini APBD harus memuat sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja, standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan komponen kegiatan yang


(20)

bersangkutan, serta bagian pendapatan APBD yang digunakan untuk membiayai belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan dan belanja modal/investasi. Anggaran Daerah dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Sebagai instrumen kebijakan, Anggaran Daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. Anggaran Daerah digunakan sebagai alat untuk menentukan besar pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas di berbagai unit kerja. Dalam kaitan ini, proses penyusunan dan pelaksanaan anggaran hendaknya difokuskan pada upaya untuk mendukung pelaksanaan aktifitas atau program yang menjadi prioritas dan preferensi daerah yang bersangkutan (Mardiasmo, 2002: 9).

Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang dipersentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter Faktor-faktor yang dominan yang terdapat dalam proses penganggaran adalah:

1. Tujuan dan target yang hendak dicapai

2. Ketersedian sumber daya ( faktor-faktor produksi yang dimililki pemerintah )u yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target.


(21)

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi anggaran, seperti munculnya peraturan pemrintah yang baru, fluktuasi pasar, perubahan sosial dan politik, bencana alam dan sebagainya.

Menurut Halim (2004:16-18) yang menyatakan bahwa secara umum ada lima pergeseran dalam pengelolaan anggaran daerah.

1. Dari vertikal accountability menjadi horizontal accountability Sebelum reformasi keuangan daerah, pertanggungjawaban atas pengelolaan anggaran daerah lebih ditujukan pada pemerintah yang lebih tinggi, dengan adanya reformasi maka pertanggungjawaban lebih ditujukan kepada rakyat melalui DPRD.

2. Dari traditional budget menjadi performance budget Proses penyusunan anggaran dengan sistem tradisional menggunakan pendekatan incremental dan line item dengan penekanan pada pertanggungjawaban pada setiap input yang dialokasikan. Reformasi keuangan daerah menuntut adanya konsep penyusunan anggaran dengan sistem anggaran dengan ukuran kinerja bahwa pertanggungjawaban tidak hanya sekedar pada input tetapi juga pada output dan outcome. Dengan berubahnya sistem anggaran maka akan terjadi pula perubahan pada bentuk dan struktur anggaran daerah.

3. Dari pengendalian dan audit keuangan ke pengendalian dan audit keuangan dan kinerja. Sebelum reformasi memang diakui ada pengendalian dan audit keuangan, bahkan juga audit kinerja. Namun, karena sistem anggaran yang tidak memasukkan kinerja, maka proses audit kinerja menjadi tidak berjalan dengan baik. Pada reformasi ini, karena sistem


(22)

penganggaran yang menggunakan sistem penganggaran kinerja maka pelaksanaan pengendalian dan audit keuangan dan audit kinerja akan menjadi lebih baik.

4. Lebih menerapkan konsep value for money. Reformasi anggaran saat ini menghendaki penerapan konsep value for money atau yang lebih dikenal dengan konsep 3 E (Ekonomis, Efisien, dan Efektif). Dengan demikian pada reformasi pemerintah daerah diminta dalam mencari dana maupun menggunakan dana selalu menerapkan prinsip 3 E tersebut. Hal ini mendorong pemerintah daerah berusaha selalu memperhatikan tiap sen/rupiah dan (uang) yang diperoleh dan digunakan.

5. Penerapan pusat pertanggungjawaban. Dalam reformasi pengelolaan keuangan daerah ini konsep pusat pertanggungjawaban (responsibility center) akan diterapkan. Penerapan ini akan memudahkan pengukuran kinerja setiap unit organisasi. Pada konsep ini unit organisasi dapat diperlakukan sebagai pusat pertanggungjawaban pendapatan (revenue) seperti dinas pendapatan, biaya (expense) seperti bagian keuangan, “laba” (profit), dan investasi seperti BUMD atau Perusahaan Daerah.

B. Penyusunan ABPD

Dasar proses penyusunan anggaran daerah mempertimbangkan pada strategi dan prioritas APBD sesuai dengan visi, misi dan faktor-faktor kunci keberhasilan yang disesuaikan dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan pada arah dan kebijakan umum penyusunan APBD. Arah dan kebijakan APBD didasarkan pada pola dasar pembangunan daerah dan


(23)

rencana anggaran multi tahunan yang merupakan komitmen antara eksekutif dan legislatif. Strategi dan prioritas APBD dalam penganggaran daerah termasuk kategori perumusan kebijakan anggaran yang disusun berdasarkan arah dan kebijakan umum APBD. Perumusan strategi dan prioritas APBD yang dimaksud adalah untuk mengatasi permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh daerah dalam pencapaian arah dan kebijakan umum APBD. APBD pada dasarnya memuat rencana keuangan yang digunakan pemerintah daerah untuk melaksanakan kewenangannya dalam penyelenggaraan pelayanan umum dalam satu tahun anggaran. Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan APBD disesuaikan dengan pendekatan kinerja, yang mana setiap alokasi biaya yang direncanakan harus dikaitkan dengan tingkat pelayanan atau hasil yang diharapkan dapat dicapai. Mengukur kinerja keuangan pemerintah dalam pelaksanaan APBD dapat dilakukan dengan cara melakukan evaluasi.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dipersentasikan setiap tahun oleh eksekutif, memberi informasi rinci kepada DPRD dan masyarakat tentang program-program apa yang direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat, dan bagaimana program- program tersebut dilayani. Penyusunan dan pelaksanaa anggaran tahunan merupakan proses Anggaran. Proses penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan, yaitu:

3. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan


(24)

4. Membantu menciptakan efisiensi dan keadlan dalam menyediakn barang dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.

5. memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi priortas belanja. 6. meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemrintah kepada

DPRD dan masyarakat luas.

Pearaturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Selanjutnya dikatakan bahwa Pemerintah daerah bersama-sama DPRD menyusun Arah dan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang memuat petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati sebagi pedoman dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Selain itu adanya desentralisasi keuangan dimana dinas mendapat wewenang mengelola keuangan sndiri yang berdampak pada belanja daerah.

Untuk menyusun APBD berbasis kinerja, pemerintah daerah terlebih dahulu harus mempunyai Renstra. Renstra merupakan kegiatan dalam mencari tahu dimana organisasi berada saat ini, arahan kemana organisasi harus menuju, dan bagaimana cara (stratejik) untuk mencapai tujuan itu. Oleh karenanya, renstra merupakan analisis dan pengambilan keputusan stratejik tentang masa depan organisasi untuk menempatkan dirinya (positioning) pada masa yang akan datang. Renstra memberikan petunjuk


(25)

tentang mengerjakan sesuatu program/kegiatan yang benar (doing the right things). Oleh karena itu, bahasa yang digunakan dalam perumusan renstra haruslah jelas dan nyata serta tidak berdwimakna sehingga dapat dijadikan sebagai petunjuk/arah perencanaan dan pelaksanaan kegiatan operasional. Dalam rangka menyusun renstra, pemda terlebih dahulu harus merumuskan visi yang menyatakan cara pandang jauh ke depan kemana instansi pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif, dan inovatif. Untuk menjabarkan lebih lanjut dari visi yang telah ditetapkan, maka pemerintah daerah membuat misi. Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh instansi pemerintah sesuai dengan visi yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Tujuan stratejik memuat secara jelas arah mana yang akan dituju atau diinginkan organisasi, yang merupakan penjabaran lebih lanjut atas misi yang telah ditetapkan. Dengan ditetapkannya tujuan stratejik, maka dapat diketahui secara jelas apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam memenuhi visi dan misinya untuk periode satu sampai dengan lima tahun kedepan. Sasaran stratejik merupakan penjabaran lebih lanjut dari misi dan tujuan, yang merupakan bagian integral dalam proses pencapaian kinerja yang diinginkan. Fokus utama penentuan sasaran ini adalah tindakan dan alokasi sumber daya organisasi dalam kaitannya dengan pencapaian kinerja yang diinginkan. Pada masing-masing sasaran tersebut ditetapkan program kinerjanya yang mendukung pencapaian sasaran tersebut. Program merupakan kumpulan kegiatan-kegiatan yang sistematis dan terpadu guna mencapai sasaran dan


(26)

tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan untuk merealisasikan program yang telah ditetapkan dan merupakan cerminan dari strategi konkrit untuk diimplementasikan dengan sebaik baiknya dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran.

Hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan program adalah sebagai berikut: 1. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Penyusunan Program

Penyusunan program bertujuan untuk mendukung pencapaian tujuan dari masing masing satuan kerja perangkat daerah daerah. Tujuan dari masing masing satuan kerja perangkat daerah ditetapkan guna mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota). Seperti yang diatur dalam Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, pada dasarnya kewenangan daerah telah ditetapkan dalam undang-undang tersebut. Pada pasal 10 (1) menyatakan bahwa Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah. Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah adalah politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, dan agama. Pasal 10 (2) menyatakan bahwa dalam menjalankan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sebagaimana disebutkan pada ayat (1), pemerintahan daerah menjalankan otonomi


(27)

seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembatuan. Pasal 13 dan 14 menetapkan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten. a) Mendefinisikan Program

Bagian yang penting sebelum menyusun program adalah mendefinisikan program dan kebutuhan program itu sendiri. Seperti yang kita ketahui, program seperangkat kegiatan yang dituangkan dalam rencana tindak untuk merealisasikan suatu tujuan yang telah diindentifikasikan terlebih dahulu. Beberapa pertanyaan kunci untuk mendefinisikan program dapat membantu penyusunan program seperti halnya :

a. Apa tujuan dari program ? b. Apakah program dapat dicapai ? c. Mengapa program diperlukan ?

d. Apa efek dari mandat yang diberikan ?

e. Apa saja faktor luar yang cenderung dapat mempengaruhi pengambilan keputusan ?

f. Siapa saja pihak pihak yang berkepentingan ?

g. Aktivitas utama apa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pihak yang berkepentingan ?


(28)

Pertanyaan kunci di atas membutuhkan berbagai informasi dan data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan sebagai bagian dari justifikasi penyusunan program. Bagaimanapun, tujuan program merupakan penjabaran dari arah dan kebijakan yang telah ditetapkan bersama sama dengan DPRD yang bersangkutan (pihak legislatif). Data dalam beberapa tahun terakhir dan proyeksi mendatang dapat menggambarkan kecenderungan terhadap perekonomian, perpajakan, dan kependudukan yang secara tajam akan mempengaruhi lingkungan pemerintahan daerah. Berbagai data yang dapat diperoleh seperti : kecenderungan perekonomian (konjungtur ekonomi), tingkat bunga dan inflasi termasuk proyeksinya. Pendapatan Asli Daerah dan dana perimbangan bagi pemerintah daerah, tingkat tenaga kerja dibandingkan populasinya, surplus atau defisit anggaran pemerintah pusat dan sebagainya. Harus diperhatikan pula berbagai perubahan yang akan mempengaruhi relevansinya program seperti halnya perubahan ekonomi, perubahan sosial, opini publik, perubahan teknologi.

c) Mengidentifikasi Masyarakat dan Harapannya

Telahan kecenderungan dan dampaknya pada penyusunan program dan rencana operasi perangkat pemerintahan daerah dimulai dengan langkah dengan mengidentifikasikan masyarakat dan harapannya : a. Pada lingkup penyusunan program.


(29)

 Mengidentifikasi kegiatan pemerintah daerah berorientasi kepada masyarakat.

 Mengidentifikasi aktivitas pada berbagai lapisan masyarakat tersebut.

 Mengidentifikasi setiap jenis masyarakat dalam kaitannya dengan aktivitas yang diberikan.

 Kebutuhan, kondisi, dan perilaku masyarakat yang

mempengaruhi pemerintah daerah.

 Pengalaman masyarakat terhadap pemenuhan harapannya, dan pertanyaan selanjutnya yang harus dijawab berdasarkan identifikasi tersebut adalah aktivitas pemerintah daerah apa yang dapat memenuhi harapan masyarakat.

 Kondisi dan perilaku masyarakat yang dapat dicoba untuk dirubah.

 Kondisi dan perilaku tersebut ada pada masyarakat yang mana. b. Pada lingkup perencanaan operasional

Tujuan identifikasi adalah untuk memberi petunjuk pada perangkat unit pemerintah daerah untuk mengembangkan sendiri cara mengidentifikasi manfaat yang diperlukan masyarakat, dampaknya pada program pemerintah daerah dan penetapan target populasi. Proses pengembangan tujuan dan hasil yang diharapkan dilakukan oleh perencana pada masing masing unit kerja, manajer program dan manajer data dalam memilih indikator yang mewakili hasil dari


(30)

program tersebut. Pengembangan tujuan dan pengukuran, manfaatnya bagi manajemen adalah agar dapat mengevaluasi dan membantu dalam :

 Mengkonkritkan cara pencapaian hasil.

 Menetapkan dasar dari penilaian efektifitas dari kebijakan dan program.

 Mengkomunikasikan realisasi hasil.

Prosedur dari pengembangan pengukuran manfaat dimulai dengan pelatihan pada tiap bagian/departemen, membentuk tim kerja untuk mengembangkan pengukuran manfaat, mendokumentasikan hasil review-review pengukuran manfaat dan mengembangkan “ sasaran- sasaran administrasi”.

d) Mengembangakan Strategi, Aktivitas Inovasi, dan Memilih Program Statistik.

Langkah lain yang dianggap perlu dalam perencanaan operasional unit kerja adalah mengembangkan stratejik, aktivitas inovasi dan memilih program statistik. Rencana operasinya harus menunjukkan bagaimana sasaran setiap unit kerja dipenuhi. Karenanya, setiap sasaran unit kerja harus memasukkan informasi tentang pendanaan anggaran dan unit organisasi yang langsung bertanggungjawab pada sasaran tersebut. Rencana operasional juga harus mencantumkan setiap rencana inovasi selama lima tahun kedepan untuk


(31)

meningkatkan efektivitas dan efisiensi dengan menggunakan tingkat pendanaan pada saat ini.

Pengelolaan keuangan pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh seluruh pemerintah daerah di Indonesia selalu mengacu pada regulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat. Secara garis besar, kegiatan pengelolaan keuangan daerah dibagi dalam tiga bagian besar, yaitu perencanaaan, pelaksanaan, dan pelaporan & evaluasi. Pada tahap perencanaan, pemerintah daerah akan merumuskan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJMD) terlebih dahulu untuk dipedomani selama lima tahun ke depan. RPJMD ini merupakan dokumen kesepakatan arah pembangunan yang akan dilaksanakan oleh eksekutif selama lima tahun ke depan. Dengan berdasarkan RPJMD ini maka kemudian semua satuan kerja perangkat daerah (SKPD) akan merumuskannya dalam dokumen yang lebih rinci lagi dalam Rencana Strategis (Renstra) SKPD. Dokumen renstra SKPD ini sudah memuat rencana program dan kegiatan untuk setiap program yang akan dilaksanakan pada lima tahun mendatang. Dengan berdasarkan kegiatan yang telah ditetapkan dalam dokumen renstra SKPD tersebut kemudian SKPD baru bisa merumuskan anggaran yang diperlukan untuk membiayai kegiatan tersebut.

Berdasarkan arah dan kebijaksanaan umum APBD disusun strategi dan prioritas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan dengan mempertimbangkan kondisi daerah disiapkan rancangan APBD. Dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),


(32)

penganggaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup.

Dalam mengatur dan mengalokasikan sumber-sumber yang ada pemerintah daerah dan DPRD haruslah berlaku adil, artinya dalam pengalokasian anggaran sesuai dengan tujuannya dan arah kebijakan pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat. Karena itu dalam penyusunan anggaran harus disesuaikan dengan tujuan dan prioritas yang ditetapkan. Tugas DPRD adalah melakukan pertemuan dengan pemerintah daerah untuk membuat kesepakatan tentang arah dan kebijakan umum APBD serta strategi dan prioritas APBD dengan pertimbangan-pertimbangan dari pemerintah daerah yang melaksanakan kegiatan (need assesment) melalui berbagai metode penjaringan informasi, aspirasi serta hasil evaluasi kinerja pemerintah daerah pada periode sebelumnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

a.Struktur APBD

Sruktur APBD dapat disajikan sebagai berikut: 1) Pendapatan

Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Dana Perimbangan Pendapatan Bagi Hasil

Lain-Lain Pendapatan 2) Belanja


(33)

Belanja Barang dan Jasa Belanja Pemeliharaan Belanja Perjalanan Dinas Belanja Pinjaman

Belanja Subsidi Belanja Hibah

Belanja Bantuan Sosial Belanja Operasional Lainnya Belanja Modal

Belanja Aset Tetap Belanja Aset Lainnya Belanja Tak Tersangka 3) Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 4) Dana Cadangan

5) Pembiayaan

Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan

b. Dasar Hukum Anggaran Penyusunan dan Pendapatan Daerah

Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penyusunan APBD :

 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

 Undang-Undang Nomor I Tahun 2004 tentang Perbendaharaan


(34)

 Undang-Undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah

 Draft Revisi Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Penyusunan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tatacara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD.

 Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

 Pedoman penyusunan Anggaran Berbasis kinerja (revisi)

B. Belanja Daerah dan Pengalokasiannya.

1. Belanja Daerah

Merupakan semua pengeluaran kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam perode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh pemerintah daerah. Seperti disebutkan di atas bahwa sistem ini sifatnya fleksibel sesuai dengan kebutuhan pengguna maka belanja daerah dikelompokkan sebagai berikut: jenis belanja, sifat belanja, kelompok jenis belanja, dan bagian belanja. Dalam Peraturan Pemerintah 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam Pasal 1 Point 13 merumuskan Belanja Daerah


(35)

yang menjadi beban daerah. Peraturan Pemerintah yang menjelaskan pedoman tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan itu, dalam pelaksanaan desentralisasi telah memungkinkan munculnya Standar Analisa Belanja (SAB) atau Standard Spending Assessment (SSA) sebagai dasar penentuan besar alokasi dana untuk tiap kegiatan pemerintah daerah. Kemungkinan seperti ini merupakan langkah maju untuk meningkatkan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah.

2. Pengalokasian Belanja Daerah

Pengalokasian Belanja Daerah disusun berdasarkan Standar Analisa Belanja ( SAB). Standar Analisa Belanja adalah perkiraan jumlah pengeluaran (alokasi dana) untuk setiap unit kerja pemerintah daerah, program kerja, dan atau unit kegiatan pemerintah daerah yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu tingkat pelayanan publik tertentu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Dengan Standar Analisa Belanja tersebut, akan dimungkinkan munculnya identifikasi kebutuhan dana yang lebih akurat, baik untuk kegiatan rutin maupun pembangunan. Identifikasi input, teknik produksi pelayanan publik, dan tingkat kualitas minimal yang harus dihasilkan oleh suatu unit kerja menjadi syarat untuk menentukan alokasi dana yang optimal untuk setiap unit kerja pelaksana pelayanan publik. Dari identifikasi ketiga hal ini, akan diketahui jumlah kebutuhan riil setiap unit aktivitas pelayanan dan terukurnya standar kinerja, yang dapat dijadikan acuan untuk mempermudah langkah pengendalian dan evaluasi kebijakan pemerintah daerah.


(36)

Beberapa pertimbangan yang perlu diputuskan dalam menerapkan Standar Analisa Belanja :

a. Pemulihan Biaya (Cost recovery),

b. Keputusan untuk membuat atau membeli.

c. Keputusan-keputusan atas tingkat penyediaan jasa. d. Keputusan-keputusan berdasarkan asas biaya manfaat. e. Keputusan Investasi.

a. Penyusunan Standar Analisis Belanja (SAB)

Langkah langkah yang diperlukan dalam penyusunan SAB adalah sebagai berikut :

(1) Menetapkan dasar biaya

Bagian akuntansi merumuskan dasar biaya yang relevan dalam perhitungan biaya output untuk suatu aktivitas antara lain : Belanja langsung, Belanja tidak langsung, Belanja Non Investasi, Belanja Investasi. Sedangkan bagian perencanaan mengidentifikasi jenis belanja yang sesuai untuk setiap output dan mendefinisikan relevansi dari biaya tersebut. Seluruh dasar biaya tersebut aktivitasnya dialokasikan dalam biaya langsung dan biaya tidak langsung. (2) Menetapkan proses alokasi

Langkah berikutnya adalah mendefinisikan proses alokasi apa yang diperlukan untuk mengalokasikan sumber dana ke unit-unit kerja dimana biaya tersebut diperlukan. Biro/Bagian Perencanaan menetapkan proses pengalokasian dana terutama atas metode yang digunakan untuk mengalokasikan biaya-biaya ke output/outcome.


(37)

Definisikan dasar-dasar yang mewakili hubungan antara biaya yang sedang dialokasikan dengan kegiatan yang menghasilkan output. Bagian Keuangan dengan berkonsultasi dengan staf program bertanggungjawab menyeleksi dasar-dasar alokasi untuk dapat mengidentifikasi faktor pemicu pengalokasian biaya-biaya. Kegiatannya adalah:

- Mengalokasikan belanja administrasi umum di tingkat masingmasing unit kerja dengan cara menetapkan kebijakan pemicu biaya untuk biaya tidak langsung, mengidentifikasikan tingkat materialitas komponen biaya tidak langsung, menentukan dasar alokasi biaya tidak langsung yang berbeda pada setiap kegiatan (kenali karakteristik indikator input) dan mengguna kan metode perhitungan antara biaya dengan manfaatnya untuk memilih dasar alokasi yang sesuai. Mengalokasikan belanja administrasi umum pemerintah daerah secara umum ke kegiatan dengan cara mendapatkan anggaran langsung pada setiap kegiatan di mana alokasi biaya tidak langsungnya diperlukan dan menetapkan indikator input atas biaya variabel jika biaya langsungnya sangat bervariasi mungkin pendekatan total anggaran operasional atau anggaran kapital lebih baik.

- Mengalokasikan biaya aktivitas ke output dengan cara menetapkan indikator output, apakah keluaran satu aktivitas atau lebih. Jika lebih dari satu aktivitas maka indikator efisiensi menggunakan perbandingan input ke output, atau sebaliknya output ke input.


(38)

Untuk melakukan perhitungan SAB, unit kerja terkait perlu terlebih dahulu mengidentifikasi belanja yang terdiri dari Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

Belanja langsung adalah belanja yang dipegaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan yang direncanakan. Input (alokasi belanja) yang ditetapkan dapat diukur dan diperbandingkan dengan output yang dihasilkan. Sedangkan belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya program/kegiatan digunakan secara bersama-sama (common cost) untuk melaksanakan seluruh program atau kegiatan unit kerja. Oleh karena itu dalam penghitungan SAB, anggaran belanja tidak langsung dalam satu tahun anggaran harus dialokasikan ke setiap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Jenis belanja belanja langsung dan tidak langsung dapat berupa belanja pegawai, belanja barang/jasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan dinas.

Pengalokasian belanja tidak langsung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Alokasi rata-rata sederhana adalah metode alokasi anggaran belanja tidak langsung ke setiap kegiatan non investasi dengan cara membagi jumlah anggaran yang dialokasikan dengan jumlah kegiatan non investasi.

b. Alokasi bobot belanja langsung adalah metode alokasi anggaran belanja tidak langsung ke setiap kegiatan non investasi berdasarkan besarnya bobot (nilai relatif) belanja langsung dari kegiatan non investasi yang bersangkutan.


(39)

Metode i:

Jumlah Belanja Tidak Langsung Jumlah Kegiatan

Metode ii:

Jumlah Anggaran Belanja Langsung Kegiatan Non Investasi = Y % Jumlah Anggaran Belanja Langsung Seluruh Kegiatan Non Investasi

Alokasi Belanja Tidak Langsung Ke Setiap Kegiatan Non Investasi = Y % X Jumlah Anggaran Belanja Tidak Langsung

Program atau kegiatan yang memperoleh alokasi belanja tidak langsung adalah program atau kegiatan Non Investasi. Program atau kegiatan investasi yang menambah aset daerah tidak menerima alokasi anggaran tahunan belanja tidak langsung, karena output program atau kegiatan investasi adalah berupa aset daerah yang dimanfaatkan lebih dari satu tahun anggaran. SAB merupakan hasil penjumlahan belanja langsung setiap program atau kegiatan dengan belanja tidak langsung yang dialokasikan pada program atau kegiatan yang bersangkutan.

Belanja Langsung Setiap Program/Kegiatan + Alokasi = Belanja Belanja Tidak Langsung ke Setiap Program/Kegiatan Rata-rata Output dari Program/Kegiatan Bersangkutan per output


(40)

Dalam kondisi yang ideal seharusnya hasil perhitungan SAB tersebut dapat langsung digunakan sebagai jumlah dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu kegiatan ataupun untuk pembanding sebagai alat evaluasi. Dalam kenyataannya kebanyakan pemerintah daerah belum menetapkan SAB ini sehingga untuk menentukan kebutuhan dana per kegiatan masih beragam tergantung kebijakan masing-masing pemerintah daerah.

D. Kerangka Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian sebagai

berikut:

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Erlina (2007:41) menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variable atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris.

Proses Penyusunan

APBD

Alokasi Belanja Daerah


(41)

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual yang diuraikan seblumnya dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : “Proses penyusunanan APBD berpengaruh secara signifikan terhadap alokasi belanja daerah.”


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian assosiatif kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan yang bersifat sebab akibat. Dalam penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel dependen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan hubungan pengaruh anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sebagai variabel independen terhadap alokasi Belanja Daerah. sebagai variabel dependen.

B. Populasi dan Sample Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2006 : 89). yaitu mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pelaporan.

Sampel dalam penelitian ini diambil secara random dari setiap stratum. Oleh karena populasi memiliki karakteristik tugas pokok dan fungsi (tupoksi) maka penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Dengan teknik simple random sampling diharapkan setiap anggota sub populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel, sehingga sampel yang dipilih dapat mewakili seluruh sub populasi yang ada. Populasi penelitian adalah Kepala SKPD dan staf


(43)

yang terlibat dalam proses penyusunan Anggaran pendapatan dan belanja daerah Pemkab Deli Serdang.

Metode pengambilan sampel adalah simple random sampling. Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner dikirim kepada semua anggota sensus

2. Setelah 1 minggu, peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi responden

3. Jika ada responden yang belum mengembalikan daftar pertanyaan tersebut, maka kepada mereka diberi waktu 1 minggu lagi.

4. Setelah batas waktu yang ditentukan dan kuesioner telah

dikembalikan oleh responden, maka peneliti akan mengolah data jika jumlah data yang terkumpul sudah 55, tetapi jika data belum mencukupi, maka akan dicoba lagi untuk mengirimkan kuesioner kepada responden yang belum mengembalikan.

C. Jenis Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik kuesioner yaitu memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner dalam penelitian ini dirancang untuk bersifat kuantitatif, oleh karena itu bentuk pertanyaan tertutup agar memudahkan pengukuran respon. Skala pengukuran adalah 5 (lima) poin skala likert. (Sugiono:86) skala rikert digunakan untuk mengukur sikap , pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tertentu tentang fenomena sosial.


(44)

Dengan skala rikert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan ..

D. Definisi Operaional dan Variabel

Pada penelitian ini, varibel independen dan variabel dependen yang dipergunakan adalah:

1. Variabel Independen (bebas)

Menurut Sugiyono (2006 : 3) “Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat).” Variabel independen dalam penelitian ini adalah: proses penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006: 3). Pada penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah pengalokasian belanja daerah.

E. Pengujian Kualitas Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode analisis inferensial, yang sering juga disebut sebagai statistik induktif atau statistik probabilitas, yakni teknik statisik yang digunakan untuk menganalisis data


(45)

sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Uji Validitas

Uji Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas atau kesahihan suatu instrumen, sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukurnya ( Ancok,1998:120). Faktor-faktor yang mengurangi validitas data antara lain kepatuhan responden mengikuti petunjuk pengisian kuesioner dan tidak tepatnya formulasi alat pengukur yaitu bentuk dan isi kuesioner. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik, dengan kriteria sebagai berikut :

1) Jika r hitung positif dan r hitung > r tabel maka butir pertanyaan tersebut valid. 2) Jika r hitung negatif atau r hitung < r tabel, maka butir pertanyaan

tersebut tidak valid.

3) r hitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item Total corelation.

a. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS untuk memperoleh hasil yang terarah.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menurut Riyadi (2000) dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua


(46)

kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama.

Untuk melihat reliabilitas masing-masing instrument yang digunakan, peneliiti menggunakan koefisien cronbach alpha. Suatu instrument dikatakan reliable jika nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,5 .

F. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian: (1) normalitas, dan (2) heterokedastisitas.

1. Uji Normalitas

Tujuan Uji Normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng (bell Shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal.

Pedoman pengambilan keputusan dengan uji Kolmogorov-Smirnov tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi nomal dapat dilihat dari

i. Nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.

ii. Nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka ditribusi data adalah normal.


(47)

2. Uji Heterokedastisitas

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heterokedastisitas dilakukan dengan melihat melihat grafik.

G. Pengujian Hipotesis

Erlina (2007:113), “uji hipotesis terhadap satu variabel umumnya uji perbedaan antara nilai sampel dengan populasi atau nilai data yang diteliti dengan nilai ekspektasi (hipotesis) peneliti”. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisa regresi sederhana (simple regression analyze) . Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel dependen.

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan metode statistik analisia regresi linear sederhana yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh / hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu aplikasi software SPSS 15 for Windows.

Formulasi yang digunakan adalah : Y= a + bx + e


(48)

Y= Alokasi Belanja Daerah a = konstanta

b = koefisien

X=Penyusunan APBD

1. Uji Signifikan Parsial (Uji – t)

Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikasi individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.

Bentuk pengujiannya adalah :

Ho : b1 = 0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : b1 ≠ 0, artinya variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan :

Apabila Probabilitas < = 5%, maka Ha diterima. Apabila Probabilitas > = 5%, maka Ha ditolak.

2. Koefisien determinan (R2)

Pengujian koefisien determinan (R²) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variable dependen. Koefisien determinan berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R² ≤ 1). Hal ini berarti bila R²=0 menunjukan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap


(49)

variabel dependen, bila R² semakin besar mendekati 1 menunjukan semakin kuatnya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen dan bila R2 semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

H. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan pada Pemkab Deli Serdang yang beralamat Jl. Negara Medan No. 1 Lubuk Pakam

I. Tabel dan Jadwal

Jadwal penelitian ini direncanakan sebagai berikut :

Tahapan Penelitian Maret April Mei Juni Juli

Pengajuan Judul x

Penyelesaian Proposal x

Pengumpulan Data x x

Seminar Proposal x

Penulisan Laporan x x


(50)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Data Penelitian

1.Sejarah Singkat Kabupaten Deli Serdang

Sebelum Perang Dunia II atau tegasnya sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Kabupaten Deli Serdang adalah merupakan daerah Kesultanan Deli dan Serdang. Kesultanan Deli berkedudukan di Medan dan Kesultanan Serdang berkedudukan di Perbaungan. Kedua wilayah tersebut dalam masa penjajahan adalah merupakan Keresidenan Sumatera Timur.Sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, kekuasaan kesultanan berakhir dan struktur pemerintah disesuaikan dengan Pemerintah Indonesia dan Kesultanan Deli dan Serdang dijadikan daerah Kabupaten Deli Serdang.

Hasil bumi Kabupaten Deli Serdang yang sangat potensial seperti karet, tembakau, dan kelapa sawit. Peranan pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Orde Baru dalam pembangunan sangat menonjol. dimana sektor pertanian dan perkebunan menjadi peranan utama dalam meningkatkan pendapatan para petani di Kabupaten Deli Serdang. (BPS Kab. Deli Serdang, 2005).

Pada Desember 2003, wilayah Deli Serdang telah dimekarkan menjadi dua wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Deli Serdang dan Serdang


(51)

Bedagai. Pemekaran ini membawa dampak bagi Kabupaten Deli Serdang, antara lain terhadap perubahan-perubahan pada:

a. Luas wilayah, jumlah kecamatan dan desa

b. Jumlah Penduduk, potensi ekonomi dan sumber daya

c. Masalah-masalah pembangunan

d. Struktur dan tata organisasi Birokrasi Pemerintah e. Anggaran dan sumber anggaran pembangunan daerah

Permasalahan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang adalah berkenaan dengan masih rendahnya kualitas SDM rakyat dan pemerintahan., sehingga memperlambat upaya-upaya meningkatkan dan mensejahterakan taraf hidup rakyat. Untuk periode Tahun 2004 sampai dengan tahun 2009, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang mengarahkan prioritas pembangunan terutama pada Sektor Pendidikan dan Kesehatan, yang merupakan kebutuhan dasar dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM), dengan tidak meninggalkan sektor Pertanian, Industri, dan Pariwisata yang selama ini merupakan sektor unggulan, dan sektor pembangunan lainnya.

2. Letak Geografis

Kabupaten Deli Serdang secara geografis, terletak diantara 2°57’ - 3°16’ Lintang Utara dan antara 98°33’ - 99°27’ Bujur Timur, merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,62 Km2 dari luas Propinsi Sumatera Utara, dengan batas sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten


(52)

Langkat dan Selat Sumatera, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun,

sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.

Kabupaten Deli Serdang memiliki luas wilayah 2.497,72 kilometer persegi, terbagi dalam 22 kecamatan, 389 desa dan 14 kelurahan. Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang (BPS Kab. Deli Serdang : 2005) adalah sebagai berikut:Kecamatan Gunung Meriah, Kecamatan STM. Hulu,

Kecamatan Sibolangit, Kecamatan Kutalimbaru, Kecamatan Pancur

Batu, Kecamatan Namo Rambe, Kecamatan Biru-Biru, Kecamatan STM. Hilir, Kecamatan Bangun Purba, Kecamatan Galang, Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Patumbak, Kecamatan Deli Tua, Kecamatan Sunggal, Kecamatan Hamparan Perak, Kecamatan Labuhan Deli, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kecamatan Batang Kuis, Kecamatan Pantai Labu, Kecamatan Beringin,Kecamatan Lubuk Pakam, Kecamatan Pagar Merbau.


(53)

3. Analisis Statistik Deskriptif

Untuk memberikan gambaran mengenai variabel Anggaran Berbasis Kinerja tabel statistik deskriptif yang tersaji pada tabel 4.1 dibawah. Dari tabel tersebut, berdasarkan jawaban dari 55 responden maka hasil pengukuran variabel Alokasi Belanja Daerah (Y) diperoleh skor jawaban rata-rata (mean) 14,16 dengan standar deviasi 2,986 dan hasil pengukuran variabel Proses Penyusunan Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah/ APBD (X) yang terlihat dari 55 responden diperoleh skor jawaban responden mempunyai rata-rata 17,81 dengan standar deviasi 3,139

. Tabel 4.1

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N


(54)

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah).

4. Hasil Uji Kualitas Data

Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data

Hasil uji kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji reliabilitas dan validitas (Huck dan Cornier, 1996:108). Uji tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen. Ada dua prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur reliabilitas dan validitas yaitu uji reliabilitas dengan melihat koefisien cronbach alpha. Nilai reliabilitas dilihat dari cronbach alpha masing-masing instrument penelitian jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,5 dianggap reliable. Uji validitas dilakukan dengan melihat korelasi antara skor butir dengan skor faktor harus berkorelasi positif, kemudian membandingkan r tabel dengan r hasil dari tiap butir pertanyaan.

Pada pertanyaan mengenai kinerja, dapat dilihat bahwasanya

Tabel 4.2

Hasil Uji Validitas Item pertanyaan Variabel Penyusunan APBD (X)

Pertanyaan Corrected item total correation (r hitung )

r table VALIDITAS

1 0,829 0,266 Valid

2 0,916 0,266 Valid

3 0,846 0,266 Valid

4 0,676 0,266 Valid

5 0,543 0,266 Valid


(55)

Berdasarkan hasil pengujian seperti pada tabel diatas, setiap item pertanyaan menghasilkan koefisien korelasi yang lebih besar dari r-Tabel. Berdasarkan hasil ini maka item variabel Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) dapat disimpulkan lolos uji validitas. Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka Cronbach alpha lebih besar dari 0,5 yaitu sebesar 0,904, berdasarkan hasil ini juga dapat disimpulkan item pertanyaan kuesioner sudah memiliki reliabilitas yang tinggi. Selanjutnya pada pertanyaan mengenai kinerja dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.3

Hasil Uji Validitas Item pertanyaan Variabel Alokasi Belanja Daerah (Y)

Pertanyaan Corrected item total correlation (r hitung )

R table VALIDITAS

1 0,826 0,266 Valid

2 0,836 0,266 Valid

3 0,817 0,266 Valid

4 0,873 0,266 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah)

Berdasarkan hasil pengujian seperti pada tabel diatas, setiap item pertanyaan menghasilkan koefisien korelasi yang lebih besar dari r-Tabel. Berdasarkan hasil ini maka 4 item variable Alokasi Belanja Daerah dapat disimpulkan lolos uji validitas dan satu variable kinerja dikatakan tidak valid karena r hitung < r tabel. Sedangkan Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka Cronbach alpha lebih besar dari 0,5 yaitu sebesar 0,929, berdasarkan hasil ini juga dapat disimpulkan item pertanyaan


(56)

5. Hasil Uji Asumsi Klasik

Pengujian Statistik dengan analisis regresi dapat dilakukan dengan pertimbangan tidak adanya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik (Damodar,1995:122). Asumsi-asumsi klasik tersebut antara lain:

c. Uji Normalitas

Menurut cetral limit theorem, asumsi normalitas akan terpenuhi apabila jumlah sample yang digunakan lebih dari satu atau sama dengan 25 (Mendenhall dan Beaver,1992:164). Uji normalitas dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dapat juga dengan melihat histogram dari residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafiknya histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, demikian sebaliknya.

Pada hasil pengolahan data menampilkan grafik normal plot yang ada menunjukkan titik menyebar sekitar garis diagonal, serta penyebaran mengikuti arah garis diagonal, demikian juga dengan grafik histogram memberikan pola distribusi normal .Maka model regresi layak dipakai untuk memprediksikan keberhasilan penerapan Alokasi Belanja Daerah berdasarkan masukan variabel independennya yakni Penyusunan APBD.


(57)

Observed Cum Prob

1.0 0.8

0.6 0.4

0.2 0.0

E

xpect

ed

C

um

P

rob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: ALOKASI BELANJA DAERAH

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah).Gambar 4.1


(58)

Regression Standardized Residual

3 2

1 0

-1 -2

-3

Frequency

10

8

6

4

2

0

Histogram Dependent Variable: ALOKASI BELANJA DAERAH

Mean =-8.6E-16฀ Std. Dev. =0.991฀N =55

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah).Gambar. 4.2

Selain itu, dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan One sample kolmogorov-smirnov test. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai asymptotic significance (2-tailed) adalah 0,981, dan diatas nilai signifikansi (0,05). Dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal.


(59)

Regression Studentized Residual 3 2 1 0 -1 -2 -3 R egressi on S tandardi zed P redi ct ed V al ue 2 1 0 -1 -2 -3 Scatterplot Dependent Variable: ALOKASI BELANJA DAERAH

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah).Gambar. 4.3

b. Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana dasar analisisnya adalah: (1) jika titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur, bergelombang, melebar kemudian menyempit maka terjadi heterokedastisitas, dan jika (2) jika tidak ada pola


(60)

maka tidak terjadi gejala heterokedastisitas. Dari grafik Scatterplot penelitian ini terlihat titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y hal ini menunjukkan tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi Alokasi Belanja Daerah berdasarkan masukan variabel independennya yakni Proses Penyusunan APBD..

6. Hasil Analisis Regresi Sederhana

Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan diperoleh kesimpulan bahwa model sudah dapat digunakan untuk melakukan pengujian analisa regresi sederhana, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis yang akan diuji adalah Pengaruh proses penyusunan APBD terhadap alokasi belanja daerah Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang.

Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada berikut ini:

Tabel 4.3

Hasil Regresi Sederhana

Coeffi cientsa

3.997 1.891 2.114 .039

.571 .105 .600 5.457 .000

(Const ant)

PE NY USUNAN A PBD Model

1

B St d. E rror

Unstandardized Coeffic ient s

Beta St andardiz ed

Coeffic ient s

t Sig.

Dependent Variable: ALOK ASI BELANJA DAERAH a.

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah).


(61)

F = 29,783 Sig. F = 0,000

Nilai R pada intinya untuk mengukur seberapa besar hubungan antara independen variabel dengan dependen variabel. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai R sebesar 0,600, hal ini menunjukkan bahwa variabel Proses Penyusunan APBD mempunyai hubungan yang cukup erat dengan Alokasi Belanja Daerah..

Sedangkan nilai R square (R2) atau nilai koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel dependen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum R2 untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai koefisien determinasi yang tinggi. Kelemahan yang mendasar dengan penggunaan R2 adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model. Setiap ada pertambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat, tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu,


(62)

beberapa peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi (Ghozali, 2003).

Nilai R2 sebesar 0,36 mempunyai arti bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 36%. Dengan kata lain 36 % perubahan dalam Alokasi Belanja Daerah mampu dijelaskan variabel Proses Penyusunan APBD, dan sisanya sebesar 64% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.

Hasil pengujian menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,000. Karena probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka hasil dari model regresi menunjukkan bahwa ada pengaruh proses penyusunan APBD terhadap Alokasi Belanaj Daerah di Pemkab Deli Serdang. Dengan kata lain, model regresi layak dipakai untuk memprediksi tingkat Alokasi Belanja Daerah berdasarkan masukan variabel Proses Penyusunan APBD.

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan maka dapat dilihat persamaan sebagai berikut:

Y = 3,997 + 0,571 X + e

Dari persamaan diatas, dapat dilihat bahwa koefisien dari variabel X (Proses Penyusunan APBD) menunjukkan angka positif. Berarti bahwa hubungan antara proses penyusunan APBD dengan Alokasi Belanja Daerah adalah positif yaitu semakin bagus proses penyusunan APBD maka semakin bagus alokasi Belanja Daerah. Hal ini sesuai dengan harapan, dimana perubahan dari Penyusunan APBD secara incremental ke Penyusunan APBD berbasis kinerja akan memperbaki Alokasi Belanja


(63)

Daerah secara tepat serta dapat terjadi peningkatan efisiensi, efektifitas dan ekonomis.

B. Pembahasan

Hasil persamaan regresi linear sederhana dapat dilihat bahwa proses penyusunan APBD memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Alokasi Belanja Daerah). Pengaruh variabel ini dikatakan kuat karena nilai sig. variabel adalah 0.000. Berpengaruh positif dan signifikan karena nilai sig. Lebih kecil dari 0.05

Dan dari hasil ini dapat dikatakan bahwa dengan peningkatan dalam penyusunan Proses APBD maka pengalokasian Belanja Daerah juga semakin tepat.,sehinnga tingkat pertumbuhan pembanguan pada Pemkab Deli Serdang akan semakin baik. Karena Alokasi Belanja Daerah akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan masyarakat di tiap Daerah di Pemerintah Kabupataen Deli Serdang. Proses Penyusunan APBD Berbasis Kinerja di Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang sudah dimulai sejak tahun 2004. Kategori ekonomis dilihat hanya dari sudut perbandingan antara input anggaran dengan input realisasi, sedangkan indikator kualitas dari input tersebut tidak diperhitungkan dalam mengukur alokasi Belanja Daerah tersebut. Hal ini disebabkan masih rendah kemampuan mereka dalam memahami anggaran berbasis kinerja tersebut sehingga dalam penyusunan Rencana Kerja Anggaran di masing-masing SKPD mereka belum mampu menetapkan indikator input, output, outcome dan indikator capaian program


(64)

dan kegiatan secara jelas sehingga sulit mengukur secara pasti apakah mereka sudah bekerja sesuai dengan yang diharapkan.

Fokus alokasi Belanja Daerah pada awalnya adalah diesesuaikan dengan belanja daerah pada periode sebelumnya sehinnga tidak menciptakan efisiensiensi pada Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang... Ketika kesadaran para pengambil kebijakan muncul bahwa kegiatan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah seharusnya juga dapat diukur efisiensi dan efektivitasnya, maka pembahasan yang intensif mengenai penetapan Alokasi Belanja Daerah pemerintah dimulai dari penjaringangan aspirasi masyarakat melalui DPRD. Meskipun demikian, masalah muncul ketika disadari bahwa untuk pelayanan publik banyak sekali hal-hal yang bersifat kualitatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan yang lebih spesifik untuk dapat menentukan alokasi belanaja daerah secara tepat... Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh prses penyusunan APBD terhadap Alokasi Belanja Daerah. Hal menunjukkan jika masing-masing SKPD yang ada di Pemerintah Kabupatan Deli Serdang menerapkan Penyusunan APBD berbasis kinerja dengan baik dan menerapkannya, maka akan menghasilkan efektifitas Belanja Daerah pada tiap daerah..

Berdasarkan hasil tanya-jawab dari beberapa pengguna anggaran, hal ini terjadi karena minimnya tingkat pengetahuan mereka dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja. Sehingga diperlukan suatu training/workshop atau technical assistant saat mereka menyusun rencana anggaran tersebut.


(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Tujuan Penelitian ini adalah untuk melihat Pengaruh Proses Penyusunan APBD terhahadap alokasi Belanja Daerah. Hasil penelitian ini memberi kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil analisa data dengan menggunakan metode analisis regresi sederhana menunjukan bahwa faktor Proses penyusunan APBD (X) secara serentak berpengaruh signifikan terhadap penentuan aokasi Belanja Daerah di pemerintahan kabupaten Deli serdang.

2. Alokasi Belanja Daerah. hanya dari sudut perbandingan antara input anggaran dengan input realisasi, sedangkan indicator kualitas dari input tersebut tidak diperhitungkan dalam menentukan alokasi Belanja Daeraht. Sedangkan dari hasil penelitian dengan bentuk kuesioner didapat hasil bahwa alokasi Belanja Daerah sebesar 36 % mampu dijelaskan variabel penerapan anggaran berbasis kinerja, dan sisanya sebesar 64% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.

3. Hasil analisa regresi sederhana secara keseluruhan menunjukkan R sebesar 0,600 yang berarti bahwa korelasi/hubungan antara proses penyusunan APBD mempunyai hubungan yang kuat sebesar 60%.


(66)

B. Saran

Untuk menghadapi berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat di masa mendatang, pemerintah harus lebih serius dalam penataan sumber daya manusia. Mengingat penyusunan dan pelaksanaan anggaran kinerja memerlukan ketajaman pengetahuan dari aparatur pemerintah pada dinas/instansi dan DPRD terutama pada saat penyusunan rencana anggaran satuan kerja, pencatatan transaksi keuangan daerah sampai dengan penyusunan laporan keuangannya.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, D. 1998. Teknik Penyusunan Skala Pengukur, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Bastian, Indra,2006. Sistem Akuntansi Sektor Publik, edisi kedua, Salemba Empat,Jakarta.

Erlina dan Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, USU Press, Medan

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Jogiyanto, 2004. Metode Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan Penglaman-pengalaman, cetakan pertama, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta Mardiasmo, 2004,

Lyesmayyatty, 2004. “Evaluasi Anggaran Belanja Daerah Ditinjau Proses Penyusunan dan pengalokasiannya di Provinsi Kalimantan Tengah”, Tesis Jurusan Ekonomi Pembangunan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Mardiasmo, 2002.Akuntansi sektor publik,Penerbit Andi,Yogyakarta.

Mardiasmo,2002.Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, andi Offset, Yogyakarta.

Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian, cetakan kesembilan, Alfa Beta, BandungUmar, Husein, 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan, cetakan pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta

Umar, Husein, 2001. Riset Akuntansi: Metode Riset Sebagai Cara Penelitian Ilmiah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Jurusan Akuntansi,2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Republik Indonesia ,Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.


(68)

Republik Indonesia ,Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Republik Indonesia ,Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Republik Indonesia ,Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007

Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Republik Indonesia ,Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 Tentang


(69)

LAMPIRAN 1

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 55 100.0

Excluded(

a) 0 .0

Total 55 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.904 5

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

PENYUSUNAN

APBD (X1) 3.6182 .75745 55

PENYUSUNAN

APBD (X2) 3.5818 .78625 55

PENYUSUNAN

APBD (X3) 3.5636 .76409 55

PENYUSUNAN

APBD (X4) 3.5091 .69048 55

PENYUSUNAN

APBD (X5) 3.5455 .68902 55


(70)

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted PENYUSUNAN

APBD (X1) 14.2000 6.163 .829 .867

PENYUSUNAN

APBD (X2) 14.2364 5.776 .916 .847

PENYUSUNAN

APBD (X3) 14.2545 6.082 .846 .863

PENYUSUNAN

APBD (X4) 14.3091 6.921 .676 .900

PENYUSUNAN

APBD (X5) 14.2727 7.350 .543 .925

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(71)

LAMPIRAN 2

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 54 100.0

Excluded(

a) 0 .0

Total 54 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.929 4

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

ALOKASI BELANJA

DAERAH (Y1) 3.5926 .68731 54

ALOKASI BELANJA

DAERAH (Y2) 3.5185 .81821 54

ALOKASI BELANJA

DAERAH (Y3) 3.5185 .84095 54

ALOKASI BELANJA

DAERAH (Y4) 3.6481 .82776 54

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted ALOKASI BELANJA

DAERAH (Y1) 10.6852 5.276 .826 .914

ALOKASI BELANJA

DAERAH (Y2) 10.7593 4.715 .836 .907

ALOKASI BELANJA

DAERAH (Y3) 10.7593 4.677 .817 .914

ALOKASI BELANJA

DAERAH (Y4) 10.6296 4.577 .873 .894

Scale Statistics


(72)

LAMPIRAN 3

Correlations

Correlations ALOKASI BELANJA DAERAH (Y1) ALOKASI BELANJA DAERAH (Y2) ALOKASI BELANJA DAERAH (Y3) ALOKASI BELANJA DAERAH (Y4) ALOKASI BELANJA DAERAH (Y1) Pearson Correlation

1 .752(**) .731(**) .805(**)

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 54 54 54 54

ALOKASI

BELANJA DAERAH (Y2)

Pearson Correlation

.752(**) 1 .754(**) .804(**)

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 54 54 54 54

ALOKASI

BELANJA DAERAH (Y3)

Pearson Correlation

.731(**) .754(**) 1 .782(**)

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N

54 54 54 54

ALOKASI

BELANJA DAERAH (Y4)

Pearson Correlation

.805(**) .804(**) .782(**) 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 54 54 54 54

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

Correlations

PENYUSUN AN APBD

ALOKASI BELANJA DAERAH

PENYUSUNAN APBD Pearson Correlation 1 .600(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 55 55

ALOKASI BELANJA DAERAH

Pearson Correlation .600(**) 1

Sig. (2-tailed) .000

N 55 55


(73)

LAMPIRAN 4

Regression

Variables Entered/Removed(b) Model Variables Entered Variables

Removed Method

1 PENYUSU

NAN APBD(a)

. Enter a All requested variables entered.

b Dependent Variable: ALOKASI BELANJA DAERAH

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .600(a) .360 .348 2.41179

a Predictors: (Constant), PENYUSUNAN APBD b Dependent Variable: ALOKASI BELANJA DAERAH

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 173.240 1 173.240 29.783 .000(a)

Residual 308.288 53 5.817

Total 481.527 54

a Predictors: (Constant), PENYUSUNAN APBD b Dependent Variable: ALOKASI BELANJA DAERAH

Coefficients(a) Mode l Unstandardized Coefficients Standardize d

Coefficients t Sig.

B

Std.

Error Beta B

Std. Error

1 (Constant) 3.997 1.891 2.114 .039

PENYUSUNAN

APBD .571 .105 .600 5.457 .000


(1)

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation N

Predicted Value 10.2735 17.1201 14.1636 1.79113 55

Std. Predicted Value -2.172 1.651 .000 1.000 55

Standard Error of

Predicted Value .326 .783 .443 .125 55

Adjusted Predicted

Value 10.0698 17.4974 14.1611 1.82188 55

Residual -5.69682 5.15593 .00000 2.38936 55

Std. Residual -2.362 2.138 .000 .991 55

Stud. Residual -2.385 2.231 .001 1.011 55

Deleted Residual -5.80976 5.61520 .00250 2.48776 55

Stud. Deleted Residual -2.501 2.322 .001 1.030 55

Mahal. Distance .003 4.717 .982 1.247 55

Cook's Distance .000 .222 .021 .040 55

Centered Leverage

Value .000 .087 .018 .023 55

a Dependent Variable: ALOKASI BELANJA DAERAH

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PENYUSUNAN

APBD 55 11.00 23.00 17.8182 3.13930

ALOKASI BELANJA

DAERAH 55 8.00 20.00 14.1636 2.98616


(2)

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

E

xpect

ed

C

um

P

rob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: ALOKASI BELANJA DAERAH

Regression Standardized Residual

3 2

1 0

-1 -2

-3

Frequency

10

8

6

4

2

0

Histogram Dependent Variable: ALOKASI BELANJA DAERAH

Mean =-8.6E-16฀ Std. Dev. =0.991฀N =55

LAMPIRAN 6

Charts


(3)

Regression Studentized Residual

3 2

1 0

-1 -2

-3

R

egressi

on

S

tandardi

z

ed

P

redi

ct

ed

V

al

ue

2

1

0

-1

-2

-3

Scatterplot Dependent Variable: ALOKASI BELANJA DAERAH

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize d Residual

N 55

Normal Parameters(a,b) Mean .0000000

Std. Deviation 2.38935731

Most Extreme Differences

Absolute .063

Positive .063

Negative -.063

Kolmogorov-Smirnov Z .468

Asymp. Sig. (2-tailed) .981

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.


(4)

LAMPIRAN 8

DAFTAR PERTANYAAN A. Pertanyaan Umum:

Nama Responden :

Latar Belakang Pendidikan : Jenjang Pendidikan Terakhir :

Jabatan Responden :

Lama Bekerja :

B. Pertanyaan mengenai Proses Penyusunan Anggaran terhadap belanja daerah

Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan tanggapan yang sesuai atas pernyataan-pernyataan berikut dengan memilih skor yang tersedia dengan cara disilang (X). Jika menurut Bapak/Ibu tidak ada jawaban yang tepat, maka jawaban dapat diberikan pada pilihan yang paling mendekati. Skor jawaban adalah sebagai berikut :

Skor 1 Sangat tidak Setuju (STS) Skor 2 Tidak Setuju (TS)

Skor 3 Netral (N)

Skor 4 Setuju (S)

Skor 5 Sangat Setuju (SS)

STS TS N S SS

Proses Penyusunan Anggaran

1. Dalam menyusun Rencana Kerja

Anggaran SKPD (RKA_SKPD), input program dan kegiatan telah diidentifikasi dengan baik.

2. Dalam menyusun Rencana Kerja Anggaran SKPD (RKA_SKPD), ouput program dan kegiatan telah diidentifikasi dengan baik.

3. Dalam menyusun Rencana Kerja Anggaran SKPD (RKA_SKPD), outcome program dan kegiatan telah diidentifikasi dengan baik.

4. Dalam menyusun Rencana Kerja Anggaran SKPD (RKA_SKPD), telah menghubungan antara pengeluaran dengan hasil yang akan dicapai


(5)

program dan kegiatan yang dilakukan telah sejalan dengan sasaran SKPD

Belanja Daerah

STS TS N S SS

1. Dalam menentukan belanja pemeliharaan, didukung dengan informasi kondisi aset dan jumlah aset yang perlu belanja pemeliharaan

2. Dalam menentukan belanja modal, didukung dengan informasi aset yang telah ada dan sarana dan prasarana minimum yang harus dipenuhi

3. Dalam menetukan belanja, didasarkan skala prioritas

4. Dalam menentukan belanja, tidak hanya diperlukan informasi belanja tahun sebelumnya


(6)

LAMPIRAN 9

DAFTAR SINGKATAN

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ASB : Analisis Standar Biaya

DASK : Dokumen Anggaran Satuan Kerja DPA SKPD : Dokumen Pelaksana Anggaran SKPD DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

KUA : Kebijakan Umum APBD

Kepmendagri : Keputusan Menteri dalam Negeri

LAKIP : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Perpu : Peraturan Perundang-Undangan

PEMDA : Pemerintah Daerah PP : Peraturan Pemerintah

PPA : Prioritas dan Plafon Anggaran

PPAS : Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Raperda : Rancangan Peraturan Daerah

Raper KDH : Rancangan Peraturan Kepala Daerah Renstra : Rencana Strategis

Renja : Rencana Kerja

RKA : Rencana Kerja Anggaran

RKPD : Rencana Kerja Pemerintah Daerah RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Panjang SEKDA : Sekretaris Daerah

SP

M : Standar Pelayanan Minimal SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah

SKPKD : Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah Tupoksi : Tugas Pokok dan Fungsi


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Anggaran Belanja Daerah Kubupaten Serang Periode 2001-2007

2 14 83

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN KOTA DI SUMATERA UTARA.

0 7 16

NASKAH PUBLIKASI Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Di Kabupaten Pati.

0 3 23

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) DI Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Di Kabupaten Pati.

3 7 12

PENDAHULUAN Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Di Kabupaten Pati.

0 3 6

PENGALOKASIAN DANA ALOKASI UMUM DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM BELANJA PADA PEMERINTAH KABUPATEN DELI SERDANG.

0 2 26

KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PEMERINTAHAN KOTA TEBING TINGGI.

1 7 22

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA Pengaruh Anggaran Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.

0 1 15

Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Dan Arah Kebijakan Umum.

0 0 22

CARA PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH, PELAKSANAAN TATAUSAHA KEUANGAN DAERAH, DAN PENYUSUNAN PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DAERAH

0 0 23