Analisa Variasi Konsentrasi Klorofil Distribusi Suhu serta Kecepatan dan Arah Angin

21 perairan akan mulai subur pada musim peralihan II, yaitu September hingga Oktober Wouthuyzen, 2002

4.2 Analisa Variasi Konsentrasi Klorofil

Varianragam suatu data menunjukkan seberapa besar terjadinya pergolakan perubahan suatu data, dalam hal ini yang dimaksud adalah data konsentrasi klorofil-a. Semakin tinggi nilai varian maka pada daerah tersebut sering terjadi fluktuasi konsentrasi klorofil-a setiap tahunnya, namun jika nilai varian rendah maka tidak terjadi perubahan yang nyata pada daerah tersebut, artinya konsentrasi klorofil-a pada tempat itu tetap sama setiap tahunnya. Nilai variasi atau pergolakan yang diukur berdasarkan data mingguan satelit SeaWiFS tersaji pada Gambar 9. Peta sebaran variasi klorofil-a mingguan secara lengkap, tersaji pada Lampiran 3. Nilai varian di Laut Banda memiliki kecenderungan nilai varian yang kecil pada minggu-minggu awal, dan ini berlangsung hingga awal musim timur sekitar minggu ke-18. Pada minggu ke-19 fluktuasi konsentrasi klorofil-a yang tinggi terdapat pada pesisir Pulau Seram. Hal ini dapat dikarenakan pesisir pantai merupakan wilayah yang mendapatkan masukan run off dari daratan, sehingga mempengaruhi kesuburan wilayah pesisir pantai Nonjti, 2005, dan ini juga dapat berpengaruh terhadap konsentrasi klorofil-a yang terdapat pada pesisir pantai. 22 Minggu 15 Awal penyuburan Minggu 29 Puncak penyuburan Minggu 39 Akhir penyuburan Gambar 9. Sebaran variasi klorofil-a di Laut Banda Pada minggu-minggu selanjutnya variasi yang besar tetap di dominasi pada wilayah perairan pesisir Pulau Seram dan Pulau Buru. Menurut Wouthuyzen 2002, kesuburan pada wilayah sekitar pesisir pantai Pulau Buru dan Pulau Seram sangat di dominasi oleh masukan zat hara yang tinggi, sumbangan dari hutan mangrove dan hutan darat yang lebat masuk melalui sungai. 123 124 125 126 127 128 129 130 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 123 124 125 126 127 128 129 130 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 123 124 125 126 127 128 129 130 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 23

4.3 Distribusi Suhu serta Kecepatan dan Arah Angin

Suhu permukaan laut di perairan nusantara umumnya berkisar antara 26 – 29 O C Syah, 2009, namun pada daerah yang terjadi upwelling seperti Laut Banda suhu dapat turun sampai sekitar 25 O C Nontji, 2005. Sebaran suhu permukaan yang tampak oleh pengamatan satelit NOAA menunjukkan bahwa pada awal minggu suhu permukaan Laut Banda memiliki suhu hangat berkisar antara 28 – 30 O C dan ini berlangsung konstan hingga awal musim timur, yaitu sekitar minggu ke-15 pertengahan bulan April. Pada minggu ke-16 suhu terus menurun sampai minggu ke-33 pertengahan bulan Agustus dengan suhu minimal perairan 26 O C. Minggu ke-35 suhu perairan masih dingin, namum suhu mulai berangsur meningkat hingga minggu ke-45 pertengahan Nopember, dan terus meningkat hingga akhir tahun. Berdasarkan pengukuran data yang dilakukan satelit NOAA, didapatkan peta kontur suhu permukaan perairan yang mewakili kondisi awal penyuburan, puncak penyuburan dan akhir penyuburan seperti tersaji pada Gambar 10. Peta sebaran SPL serta arah dan kecepatan angin mingguan, secara lengkap disajikan pada Lampiran 4. 24 Minggu 15 Awal penyuburan Minggu 33 Puncak penyuburan Minggu 45 Akhir penyuburan Gambar 10. Sebaran SPL serta arah dan kecepatan angin di Laut Banda. Berdasarkan peramalan arah dan kecepatan angin juga dapat terlihat bahwa arah angin mempunyai pengaruh yang besar dalam pergerakan arus permukaan dan pergerakan sebaran SPL. Menurut Wouthuyzen 2002 dan Sediadi 2004, upwelling di Laut Banda terjadi pada musim timur, faktor utama penyebab upwelling di Laut Banda adalah angin selatan dan angin tenggara yang berhembus cukup kencang dan lama selama musim timur. Dapat dilihat pada 123 124 125 126 127 128 129 130 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 123 124 125 126 127 128 129 130 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 123 124 125 126 127 128 129 130 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 25 Gambar 10 bahwa pada musim timur angin tenggara berhembus cukup kencang dengan kecepatan 2.0 ms hingga 2.8 ms sehingga mengakibatkan pergerakan arus menuju wilayah barat Gambar 11. Berdasarkan Gambar 12 dapat dilihat bahwa penurunan suhu di Laut Banda kemungkinan bukan peristiwa upwelling, ini dikarenakan lapisan termoklin tidak mengalami pengangkatan pada saat-saat yang diduga sebagai upwelling, yaitu pada musim timur dan peralihan II. Gambar 13 menunjukkan peningkatan salintas permukaan perairan pada musim timur jika dibandingkan dengan awal tahun. SPL yang rendah ,salinitas, dan konsentrasi klorofil-a dari Laut Arafuru terangkut menuju Laut Banda akibat adanya angin tenggara, sehingga mengakibatkan Laut Banda mengalami penurunan SPL, peningkatan salinitas permukaan, dan peningkatan konsentrasi klorofil-a. Gambar 11. Arus permukaan pada musim timur bulan Agustus Wyrtki, 1961 26 Gambar 12. Grafik sebaran suhu terhadap kedalaman NODC, 2011. Gambar 13. Grafik sebaran salinitas terhadap kedalaman NODC, 2011. -400 -380 -360 -340 -320 -300 -280 -260 -240 -220 -200 -180 -160 -140 -120 -100 -80 -60 -40 -20 5 10 15 20 25 30 35 Grafik Sebaran Menegak Suhu Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 8 Bulan 9 Bulan 11 -400 -380 -360 -340 -320 -300 -280 -260 -240 -220 -200 -180 -160 -140 -120 -100 -80 -60 -40 -20 33.2 33.4 33.6 33.8 34 34.2 34.4 34.6 34.8 35 35.2 Grafik Sebaran Menegak Salinitas Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 8 Bulan 9 Bulan 11 27

5. KESIMPULAN DAN SARAN