6 3. Jenis silih berganti alternating type, terjadi secara bergantian dengan
penenggelaman massa air downwelling Contoh: air naik dan tenggelam di Laut Banda dan Laut Arafura
Di beberapa daerah, upwelling di Indonesia sudah diketahui dan dibuktikan dengan pasti, tetapi di beberapa daerah lainnya masih merupakan
dugaan yang masih perlu dikaji lebih lanjut. Pada Gambar 1 ditampilkan empat daerah yang sudah diketahui secara pasti sering terjadi upwelling yaitu Laut Cina
Selatan, perairan Selatan Jawa hingga Sumbawa, selatan Selat Makasar, dan Laut Banda-Arafura Nontji, 2005. Parameter-parameter oseanografi yang digunakan
untuk menduga penyuburan pada penelitian ini adalah SPL dan Klorofil-a.
Gambar 1. Peta daerah upwelling di daerah Indonesia.
2.2.1 Suhu Permukaan Laut
Sebaran suhu yang ada di permukaan laut hingga mencapai kedalaman 10 m didefinisikan sebagai SPL. Di lokasi dimana terjadinya upwelling, misalnya di
Laut Banda, suhu SPL bisa turun sampai sekitar 25
O
C disebabkan karena air yang dingin dari lapisan bawah terangkat ke permukaan Nontji, 2005.
7 Daerah yang paling banyak menerima radiasi dari sinar matahari adalah
daerah yang terletak pada lintang 10
O
LU –10
O
LS. Oleh karena itu, suhu air laut yang tertinggi akan ditemukan di daerah ekuator. Jumlah bahang yang diserap
oleh air laut pada suatu lokasi semakin berkurang bila letaknya semakin mendekati kutub Sverdrup et al., 1961 dalam Hatta, 2001. Selain faktor sinar
matahari, suhu di daerah tropik juga dipengaruhi oleh kondisi meteorologi antara lain ialah curah hujan, penguapan, kelembaban udara, dan kecepatan angin
sehingga suhu air di permukaan laut biasanya mengikuti pola musiman Nontji, 2005.
2.2.2 Klorofil-a
Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang di dalam air. Kemampuan gerak plankton kalaupun ada sangat terbatas sehingga
plankton selalu terbawa oleh arus Nontji, 2005. Fitoplankton plankton nabati merupakan tumbuhan yang banyak ditemukan di semua perairan, ukurannya
mikroskopis sehingga sukar dilihat. Fitoplankton dapat ditemukan di seluruh massa air mulai dari permukaan laut sampai kedalaman dimana intensitas cahaya
masih memungkinkan untuk melakukan proses fotosintesis zona eufotik Nontji, 2005.
Klorofil-a merupakan pigmen paling dominan yang terdapat pada fitoplankton, sehingga klorofil-a dapat digunakan untuk menduga kelimpahan
fitoplankton di suatu perairan Parsons et al., 1977 dalam Prihartato, 2009, klorofil juga sering kali digunakan sebagai indikator blooming fitoplankton
Lamon et al., 1996. Semakin tinggi kandungan klorofil-a pada suatu perairan makan makin banyak biomassa fitoplankton di perairan tersebut. Disisi lain,
8 kondisi klorofil-a baik keanekaragaman dan distribusi juga dipengaruhi oleh
faktor kondisi atmosfer, lokasi dan kondisi perairan itu sendiri Cohen, 1986 dalam Sediadi 2004.
2.3 Aplikasi Inderaja dalam Studi Upwelling