Dapat  disimpulkan  bahwa  mengelola  pelaksanaan  anggaran  artinya mempersiapkan  pembukuan,  melakukan  pembelanjaan  dan  membuat
transaksi,  perhitungan,  mengawasi  pelaksanaan  sesuai  dengan  prosedur kerja, serta dapat membuat laporan dan pertanggungjawaban keuangan.
c. Evaluasi Anggaran
Setelah melaksanakan rangkaian kegiatan mulai  dari perencanaan dan pelaksanaan,  selanjutnya  sekolah  harus  dapat  mengevaluasi  dan
mempertanggungjawabkan  terhadap  apa  yang  telah  dicapai  dengan  hasil yang  telah  dilakukan  sesuai  tujuan  yang  telah  ditetapkan  kepada  pihak-
pihak yang berkepentingan pemerintah, masyarakat, dan wali murid. Pertanggungjawaban  merupakan  suatu  pembuktian  dan  penentuan
bahwa  apa  yang  dimaksud  sesuai  dengan  yang  telah  dilaksanakan. Evaluasi  manajemen  keuangan  bertujuan  untuk  terselenggaranya
pembiayaan sekolah secara efektif.
80
Oleh karena itu, manajemen sekolah akan  berjalan  baik  dengan  ditunjang  oleh  kesiapan  seluruh  komponen-
komponen yang ada di sekolah. Menurut  Sri  Minarti,  adapun  faktor-faktor  yang  harus  dimasukkan
dalam fungsi evaluasi manajemen keuangan adalah sebagai berikut: 1
Mengusahakan  suatu  struktur  yang  terorganisasi  dengan  baik dan  sederhana  untuk  menghilangkan  salah  pengertian  antara
komponen dalam manajemen sekolah. 2
Mengusahakan  supervisi  yang  kuat  untuk  menghilangkan  gap yang  terjadi  dalam  keseluruhan  pogram  sekolah  yang
menyangkut penganggaran. 3
Mengusahakan informasi yang akurat dalam rangka pembuatan keputusan  dan  penilaian  terhadap  pelaksanaan  kerja  yang  ada
korelasinya dengan keuangan sekolah.
81
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses penilaian dalam pencapaian  tujuan,  artinya  menilai  pelaksanaan  proses  pengelolaan
keuangan  yang  terjadi  di  sekolah,  menilai  pencapaian  sasaran  program, dan membuat rekomendasi untuk perbaikan anggaran yang akan datang.
80
Sri  Minarti,  Manajemen  Berbasis  Sekolah:  Mengelola  Lembaga  Pendidikan Secara Mandiri, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, h. 245.
81
Ibid, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, h. 245-246.
D. Stakeholder
1. Pengertian Stakeholder
Istilah  stakeholder  berasal  dari  bahasa  Inggris    yang  terdiri  dari  dua suku  kata,  yaitu    stake  kepentingan  dan  holder  pemegangpemangku.
Stakeholder merupakan
setiap kelompok
atau individu
yang mempengaruhi atau terpengaruhi oleh kegiatannya. Setiap kelompok atau
individu  yang  dapat  membantu  memberikan  nilai  awal  pada  sebuah organisasi.
82
Nanang  Fattah  mendefinisikan,  “stakeholders  adalah  pihak- pihak  perseorangan  atau  lembaga  yang  mempunyai  kaitan  kepentingan
dengan  sekolah,  seperti  orang  tua  siswa,  pemerintah,  perusahaan, masyarakat lainnya.”
83
Welsh dan McGinn mendefinisikan, “stakeholder adalah orang-orang atau  golongan  yang  memiliki  kepentingan  bersama  dalam  suatu  tindakan
tertentu,  dan  konsekuensinya,  serta  yang  dipengaruhi  olehnya.”
84
Selanjutnya  Freeman  mendefiniskan,  “stakeholder  atau  berkepentingan adalah  tiap  kelompok  atau  individu  yang  dapat  mempengaruhi  atau
dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi.”
85
Dari  pendapat  tokoh  di  atas,    maka  dapat  disimpulkan  bahwa stakeholders  adalah  individulembaga  yang  berkepentingan  dalam  setiap
kegiatan  dan  pengambilan  keputusan,  sedangkan  di  dalam  dunia pendidikan stakeholders atau pemangku kepentinganya adalah merupakan
pihak-pihak  yang  terkait  dalam  pendidikan,  seperti  kepala  sekolah,  guru, karyawan,  komite,  orang  tua,  masyarakat,  dan  pemerintah  yang  memiliki
keterlibatan  langsung  dalam  memberikan  dukungan  dan  pengawasan terhadap  program-program  yang  dijalankan  sekolah  untuk  menunjang
kebutuhan peserta didik dan kegiatan operasional sekolah.
82
Budiyono, dkk,
“Posisi  Stakeholders  Strategi  Advokasi  KIBBLA KabupatenKota Di Jawa Tengah
,” Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Volume 13, no. 3 September 2010, h. 129.
83
Nanang  Fattah,  Sistem  Penjaminan  Mutu  Pendidikan,  Bandung:  PT  Remaja Rosdakarya, 2012, h. 164.
84
N.  McGinn  dan  T.  Welsh,  Desentralisasi  Pendidikan,  Terj.  Achmad  Syahid Ciputat: Logos, 2003, h. 86.
85
R. Edward Freeman, Buku Manajemen Strategik: Pendekatan terhadap Pihak- pihak  Berkepentingan    Terj.  Dari  Strategic  Management:  A  Stakeholder  Approach  oleh
Rochmulyati Hamzah, Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1995, Cet. III, h. 60.
2. Tujuan Stakeholder
Format  kelembagaan  dewan  sekolahkomite  sekolah  yang  merupakan bagian dari stakeholders dapat diarahkan kepada hal-hal seperti berikut:
a. Merumuskan  dan  menetapkan  berbagai  kebijakan  pengelolaan
sekolah,  pengembangan  program,  monitoring  pelaksanaan,  dan pertanggungjawaban  mutu  pendidikan  sekolah  secara  demokratis
dan transparan.
b. Membantu  memecahkan  masalah-masalah  pendidikan  yang
dihadapi  sekolah,  dan  membantu  pemerintah  memonitoring pengelolaan pendidikan di sekolah.
c. Memfasilitasi  upaya  peningkatan  kinerja  dan  profesionalisme
kepala  sekolah,  guru,  dan  staf  lain  yang  terlibat  dalam  proses pendidikan anak sekolah sesuai dengan visi, misi, dan tujuan yang
hendak  dicapai.
d. Menyediakan  berbagai  fasilitas  yang  dibutuhkan  sekolah  dalam
upaya meningkatkan proses belajar mengajar. e.
Mengembangkan dan menetapkan program kurikulum yang efektif sesuai dengan kebutuhan anak dan masyarakat.
f. Memfasilitasi  dan  mengontrol  penerapan  sistem  manajemen
sekolah  yang  transparan  dan  demokratis  dalam  pendayagunaan berbagai sumber daya yang tersedia.
86
Dari  uraian  di  atas,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  tujuan  stakeholders sekolah  adalah  berpartisipasi  atas  kebijakan  sekolah,  memberikan  masukan
atas  masalah-masalah  yang  dihadapi  sekolah,  dan  ikut  mengawasi  kegiatan yang dilakukan oleh sekolah.
3. Peran dan Fungsi Stakeholder
Dalam lampiran II Kepmendiknas No. 044 tahun 2002 peran dan tugas komite sekolah bagian stakeholders adalah:
a. Pemberian  pertimbangan  advisory  agency  dalam  penentuan
pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan. b.
Pendukung  supporting  agency,  baik  yang  berwujud  finansial, pemikiran  maupun  tenaga  dalam  penyelenggaraan  dan  keluaran
pendidikan di satuan pendidikan. c.
Pengontrol  controlling  agency  dalam  rangka  partisipasi  dan akuntabilitas  penyelengaraan  dan  keluaran  pendidikan  di  satuan
pendidikan.
87
Dari  uraian  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  peran  dan  fungsi stakeholders adalah sebagai pendukung dalam meyelenggrakan kebijakan,
86
Engkoswara, Administrasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012, h. 298
87
Ibid,. h. 299.