diperoleh dari hasil pembayaran dari orang tua kandung, maka pada waktu itu juga anak tersebut berada pada kekuasaan orang tua angkatnya dan tidak mungkin
dapat ditarik oeh orang tua kandungnya, setelah penukaran berlangsung maka seketika itu juga anak yang diangkat tersebut masuk kedalam kerabat orang tua
angkatnya.
2.2.2.2 Hukum Islam
Agama Islam mendorong seorang muslim untuk memelihara anak orang lain yang tidak mampu, miskin, terlantar dan yang tidak terurus. Tetapi
pemeliharaan tersebut
tidak boleh
memutuskan hubungan
dan hak-hak
keperdataan anak dengan orang tua kandungnya. Pemeliharaan itu semata-mata sesuai dengan anjuran Allah SWT.
Yang bertentangan dengan ajaran Islam adalah mengangkat anak dengan memberikan status yang sama dengan anak kandungnya sendiri. Jika yang
dimaksud dengan pengangkatan anak dalam pengertian yang terbatas, maka kedudukan hukumnya diperbolehkan saja, bahkan dianjurkan. Dalam hal ini
tekanan pengangkatan anak adalah perlakuan sebagai anak dalam segi kecintaan, pemberian nafkah, pendidikan dan pelayanan segala kebutuhannya, bukan
diperlakukan sebagai anak kandung sendiri. Menurut hukum Islam pengangkatan anak hanya dapat dibenarkan
apabila memenuki ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
86
a. Tidak memutuskan hubungan darah antara anak yang diangkat dengan orang tua kandung dan keluarga.
b. Anak angkat bukan sebagai ahli waris dari orang tua angkat melainkan sebagai pewaris dari orang tua kandungnya. Demikian juga orang tua angkat
tidak berkedudukan sebagai pewaris dari anak angkatnya. c. Anak angkat tidak boleh mempergunakan nama orang tua angkatnya secara
langsung, kecuali sekedar sebagai tanda pengenalalamat. d. Orang tua angkat tidak dapat bertindak sebagai wali dalam perkawinan
terhadap anak angkatnya. Dari ketentuan di atas, dapat dipahami bahwa prinsip pengangkatan
anak menurut hukum Islam lebih bersifat pengasuhan anak dengan tujuan agar
86
Muderis Zaini, op. cit., hal. 54.
Perbandingan kedudukan..., Fitria, FH UI, 2010.
seorang anak tidak sampai terlantar atau menderita dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Namun apabila bagi suatu keluarga yang telah mengangkat
anak untuk dijadikan sebagai anak sendiri, maka harus memeliharanya dengnan sebaik-baiknya, semata-mata karena Allah SWT, untuk betul-betul menolong
anak yang terlantar sebagaimana ternyata dalam Al- quran surat al- Maidah, 5 ayat 2 “..Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dari
ketakwaan, dan
janganlah tolong
menolong dalam
berbuat dosa
dan pelanggaran...”.
Dengan disahkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
Dimana dalam Pasal 49 dinyatakan bahwa Pengadilan Agama bewenang untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan perkara “asal usul anak
dan pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam”. Hukum Islam melarang pengangkatan anak dengan maksud untuk
menjadikan anak tersebut menjadi anak kandung. Hal ini dinyatakan dalam Al Qur’an surat al- Ahzab ayat 4 dan 5 yaitu “... Dia tidak menjadikan anak-anak
angkatmu sebagai anak kandungmu sendiri...”.
2.2.2.3 Peraturan Perundang-Undangan