V-7 Pertanian Dan Perluasan Areal Pertanian Dana Tugas Pembantuan, dengan
alokasi anggaran sebesar Rp.163.057.200.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp.161.634.517.000,- atau 99,13. Hasil kegiatan adalah program penyediaan
dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian terlaksananya pengembangan fasilitasi dalam pengelolaan lahan dan air melalui upaya
pemberdayaan lahan pertanian, pengelolaan air irigasi pertanian dan perluasan areal pertanian, melalui pembinaan pengembangan jaringan dan optimasi air;
pembinaan kelembagaan; optimasi, rehabilitasi dan konservasi lahan; perluasan sawah 200 ha; pengembangan alat dan mesin pertanian; fasilitasi
pembiayaan pertanian 1 paket. 5
Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran Dan Ekspor Hasil Pertanian Meningkatnya Usaha Pengolahan Dan Pemasaran Hasil
Pertaian Berkelanjutan Dana Tugas Pembantuan, dengan alokasi anggaran sebesar Rp.4.150.000.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp.3.987.155.900,-
atau 96,08. Hasil kegiatan adalah program peningkatan nilai tambah, daya saing, industri hilir, pemasaran dan ekspor hasil pertanian meningkatnya usaha
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian berkelanjutan, melalui optimalisasi sarana dan kelembagaan pasar domestik 3 unit pasar; kendaraan bermotor 1
unit; unit usaha pengolahan hasil tanaman pangan 10 kelompok usaha; layanan perkantoran.
6 Program Pengembangan SDM Pertanian Dan Kelembagaan Petani
Pengembangan Sdm Pertanian, Melalui Pemberdayaan SDM Dan Kelembagaan Petani, dengan alokasi anggaran sebesar Rp.47.546.712.000,-, realisasi
anggaran Rp.44.921.357.950,- atau 99,48. Hasil kegiatan adalah program pengembangan SDM pertanian dan kelembagaan petani pengembangan SDM
pertanian, melalui pemberdayaan SDM dan kelembagaan petani, melalui Pelatihan teknis yang diikuti oleh 90 orang aparatur dan 60 orang non
aparatur; penyusunan norma. standar, pedoman dan kebijakan yang dihasilkan dan dikembangkan, materi penyuluhan; Fasilitasi kelembagaan penyuluhan
pertanian; kelembagaan petani; ketenagaan penyuluhan yang difasilitasi
c. Permasalahan dan Solusi
1 Kebutuhan pangan masyarakat, khusunya padi dan palawija, sangat ditentukan
oleh ketersediaan produksi. Produksi pangan yang memadai sangat ditentukan oleh faktor input yang tersedia, antara lain benih. Permasalahan yang sering
dihadapi yaitu ketersediaan benih bersertifikat. Hal ini dikarenakan pada 1 saat tanam untuk benih varietas unggul baru bersertifikat kurang tersedia, 2
terkena serangan organisme pengnganngu tanaman dan bencana alam seperti
V-8 banjir dan kekeringan sehingga perlu ada pengulangan tanam. Disamping itu,
masalah lain yaitu: ketersediaan anggaran untuk proses budidaya yang kurang memadai dan tidak tepat waktu. Sehingga jadwal tanam mundur. Solusi
penyelesaian masalah tersebut yaitu: a Pemberdayaan Petani Penangkar benih di kabupatenkota yang dijadikan sebagai mitra Balai Benih Kabupatenkota
dan provinsi, b Pemberdayaan Petani Pengamat Hama atau Alumni SLPTT dan SL-Iklim kabupatenkota dijadikan sebagai mitra Petugas OPT dikabupatenkota
yang sudah berkurang jumlahnya. 2
Pengembangan agribisnis hortikultura memberikan nilai tambah yang cukup besar tehadap pendapatan petani. Permasalahan dalam pengembangan
agribisnis hortikultura agar berdaya saing, antara lain: Terbatasnya penggunaan teknologi dalam pengembangan agribisnis hortikultura di tingkat
petani, baik dalam budidaya maupun pengepakan pasca panen sehingga berpengaruh terhadap nilai jual. Hal tersebut dikarenakan hasil-hasil teknologi
produksi untuk peningkatan mutu kualitas produk-produk hortikultura sepeti buah, florikultura, sayuran dan obat masih sangat kurang. Solusi pemecahan
masalah tersebut antara lain, yaitu Melaksanakan penerapan teknologi budidaya dan pasapanen komoditas buah, florikultura, sayuran, dan obat
kepada petani;
Melaksanakan penerapan
teknologi produksi
untuk meningkatkan mutu produk; Pelatihan keahlian bagi PPLPetugas, Tenaga
Registrasi, Petani dalam penerapan Good Agricultura Practises GAP, Good Handling Practises GHP dan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu SL
PHT. 3
Dalam melaksanakan program pengembangan prasarana dan sarana pertanian, permasalahan yang ada antara lain: a UU No.412009, Perda No.272010 dan
PP No.12011 belum terimplementasikan secara menyeluruh di wilayah Provinsi Jawa Barat, sehingga alih fungsi lahan masih tetap ada di KabupatenKota; b
Kondisi fisik jaringan irigasi pada umumnya dalam keadaan kurang baik; c Adanya konflik kebutuhan dan pemanfaatan sumber air; d Petani masih
beranggapan bahwa operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi tanggung jawab Pemerintah; e Kondisi modal usaha petani masih sangat terbatas; f
Belum menyeluruh penerapan teknologi usahatani terutama dikalangan petani pemula. Solusi atas permasalahan tersebut antara lain: Sosialisasi Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Gubernur Jawa Barat tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; Melaksanakan program
melalui upaya penguatan kelembagaan
Capacity
Building pengelola irigasi
KPI pertanian beririgasi guna mendukung ketahanan pangan; Memperbesar
V-9 kapasitas produksi; Mengembangkan pendekatan partisipatif; Mewujudkan
kemandirian masyarakat; Membangun kreativitas petani; Menciptakann keselarasan techno-farming dan eco-farming; Membangun system kemandirian;
Mengoptimalkan pemanfaatan irigasi tidak saja untuk padi; Desentralisasi kewenangan pengelolaan irigasi; Konservasi lingkungan berkelanjutan integrasi
dengan program lain; Bimbingan teknis dan pelatihan; Fasilitasi kelembagaan P3AGP3A; Fasilitasi kemitraan; Peningkatan daya guna lahan; Evaluasi kinerja
usahatani; Peningkatan peran serta masyarakat petani menjadi factor kunci keberhasilan pengelolaan irigasi dan lahn yang berkelanjutan; Perlu adanya
keberlanjutan dan penguatan peran dari kelembagaan pengelolaan irigasi provinsi dan KabupatenKota; dan Membangun komitmen antara pemerintah
pusat, Provinsi, dan KabupatenKota untuk keberlanjutan pengelolaan lahan dan pengembangan irigasi.
3. Dinas Permukiman dan Perumahan