1. Latar Belakang
PDAM Tirta Musi merupakan salah satu industri air bersih yang terletak di Palembang. Air yang dihasilkan oleh industri ini digunakan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan pengawasan kualitas air minum dan air bersih. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum, sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak.
Gambar 1. Logo Tirta Musi
2. Baku Mutu Air
Air minum yang akan dikonsumsi harus memenuhi 3 syarat kualitas air bersih, diantaranya yaitu syarat fisik, kimia, dan biologis. Syarat fisik air minum yang
harus dipenuhi yaitu air yang tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu di bawah suhu udara sekitar 25
o
C.
Tabel 1 Perbandingan Kalitas Air di Sungai Musi, di Air PDAM Tirta Musi dengan Baku Mutu Air Minum
Parameter Air Sungai
Air PDAM Baku Mutu
Clorida mgl 2.6 – 5.6
0.1 - 0.2 5
Nitrit mgl 0 – 0.022
0.001 - 0.002 1
Amonia mgl 0.8 – 0.9
0.05-0.1 1.5
Besi mgl 0.38 – 1.08
0.3 Mangan mgl
0.3 – 1.3 0.1
pH 2.95 – 6.46
6.45-7.01 6.5 – 8.5
Suhu C 26.3 – 27.8
27.7 - 29.4 24 – 30
TDS mgl 38 – 39.5
36 – 42.1 1000
E.Coli jumlah per 100 ml
2400
1
Kadar residu chlor air sungai sebesar 2.6 – 5.6 mgl dimana kadar maksimum menurut Kepmenkes 9072002 yaitu sebesar 5 mgl sedangkan kadar
residu pada PDAM sebsar 0.1 – 0.2 mgl sehingga dapat disimpulkan memenuhi persyaratan kualitas air minum. Residu chlor pada prinsipnya sengaja di pelihara
untuk memastikan bahwa tidak ada lagi mikroorganisme patogen pada air Slamet 1996. Kadar nitrit pada air sungai sebesar 0 – 0.022 mgl dimana kadar
maksimum menurut Kepmenkes 9072002 sebesar 1 mgl sdangkan kadar raesidu pada PDAM sebesar 0.001 – 0.002 mgl. Kadar residu ammonia air sungai sebesar
0.8 – 0.9 mgl dimana kadar maksimum menurut Kepmenkes 9072002 sebesar 1.5 mgl sedangkan kadar residu pada PDAM sebesar 0.05 – 0.1 sehingga dapat
disimpulkan bahwa air di PDAM memenuhi persyaratan air minum. Nilai besi pada air sungai sebsar 0.38 – 1.08 mgl dimana kadar maksimum menurut
Kepmenkes 9072002 yaitu sebesar 0.3 mgl. Air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila di konsumsi. Pada dosis tinggi
menyebabkan rusaknya dinding usus dan berakibat pada kematian. Kadar besi yang tinggi menyebabkan iritasi pada mata dan kulit serta
menimbulkan bau busuk pada perairan. Parmeter Mangan pada air sungai sebesar 0.3 – 1.3 mgl dan pada air PDAM di Tirta Musi jauh melampaui yang
diperkenankan yaitu 0.1 mgl. Unsur mangan dalam jumlah kecil diperlukan dalam metabolisme manusia Rahmawati 2014. Pada konsentrasi melebihi
ambang batas menyebabkan air berwarna kemerahan, kuning dan kehitaman, menimbulkan raa tidak enak. Meurut Emilia 2013 kandungan mangan dalam air
berasal dari humus yang mengalami penguraian dan bereaksi dengan unur besi untuk membentuk ikatan kompleks organik. Keracunan mangan dapat
menimbulkan gangguan pada susunan syaraf. Hasil pengukuran pH pada air sungai menunjukkan 2.95 – 6.46 dan air
PDAM sudah berkurang sebesar 6.45 – 7.01 dimana persyaratan Kepmenkes 9072002 sebesar antara 6.5 – 8.5 sehingga dapat disimpulkan bahwa pH air
memenuhi persyaratan air minum. pH menunjukkan tinggi rendahnya ion hidrogen dalam air. Nilai pH sangat penting diketahui karena banyak reaksi kimia
dan biokimia yang terjadi pada tingkat pH tertentu, seperti proses nitrifikasi yang
2
akan berakhir jika pH rendah. Dalam tubuh manusia, pH air yang kurang dari 6.5 atau lebih besar dari 6.2 atau lebih besar dari 9.2 akan menyebabkan beberapa
persen nyawaan kimia berubah jadi racun. Pengukuran temperatur air sungai menunjukkan hasil 26.3 – 27.8
sedangkan di PDAM tirta Musi nya sebesar 27.7 – 29.4 dimana Kepmenkes 9072002 sebasar 24 – 30 sehingga dapat disimpulkan memenuhi persyaratan
kualitas air minum. Temperatur atau suhu air minum seharusnya sejuk atau tidak panas agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada dalam saluran pipa yang
dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi biokimia dalam saluran pipa, menghambat perkembangbiakan mikroorganisme patogen, dan bila di minum
dapat menghilangkan dahaga Slamet 1996. Kadar TDS dalam air sungai sebesar 38 – 39.5 sedangkan di PDAM kadar
TDS nya sebesar 36 – 42.1mgl dimana menurut Kepmenkes 9072002 sebesar 1000 sehingga dapat disimpulkan air PDAM tersebut memenuhi persyaratan
kualitas air minum. TDS Total Disolvet Solid biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Selain itu, TDS juga berhubungan dengan
tingkat kesadahan dimana semakin tinggi TDS maka kesadahan juga semakin tinggi.
Total E.Coli dalam air sungai Musi sebesar 2400 koloni100 ml sedangkan PDAM tirta Musi sebesar 0 koloni100 ml dimana menurut Kepmenkes 9072002
sebesar 0 koloni100 ml sehingga dapat disimpulkan bahwa memenuhi persyaratan kualitas air minum. Tingginya kandungan bakteri di perairan sungai
Musi diduga akibat masuknya kotoran hewan dan manusia ke dalam badan air. Aktivitas kegiatan penduduk di sepanjang aliran sungai diyakini mempengaruhi
hal tersebut. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Pelezar 2005 yang menyatakan bahwa air yang tercemar akan mengandung jutaan bakteri per mili liter yang
berasal dari air tanah, pemukiman, atmosfer, atau limbah industri. Menurut Festianti 2006, terdapat hubungan antara total bakteri dengan kadar residu chlor.
Laju penurunan kadar chlor dan laju pertumbuhan bakteri semakin besar pada pipa yang bocor dan pada pipa yang tidak bocor.
3
3. Proses Pengolahan Air Bersih di PDAM Tirta Musi