Analisis ekonomi pengelolaan sumberdaya air pada instalasi pengolahan air di PDAM Bekasi

(1)

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR

PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR DI PDAM BEKASI

NURUL FADILLAH

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

RINGKASAN

NURUL FADILLAH. Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air, Fungsi Produksi dan Biaya Produksi terhadap Instalasi Pengolahan Air (Studi kasus di PDAM Bekasi) Dibimbing Oleh YUSMAN SYAUKAT

Air merupakan sumberdaya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia, termasuk kehidupan dan kesinambungan rantai pangan makhluk hidup. Kota Bekasi terletak di bagian utara Propinsi Jawa Barat memiliki permasalahan dalam penyediaan sumber daya air. Kota Bekasi juga dikenal sebagai kota industri, akibat banyaknya aktivitas dari industri-industri sekitarnya.

Penelitian ini memiliki empat tujuan yaitu : (1) Mengidentifikasi pengelolaan sumberdaya air berdasarkan instalasi oleh PDAM Bekasi, (2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air bersih di PDAM Bekasi, (3) Mengestimasi fungsi dan biaya produksi terhadap jenis instalasi pengolahan air sesuai level kapasitas produksi (4) mengestimasi harga pokok air bersih

Penelitian ini dilaksanakan di PDAM Bekasi. Data yang dibutuhkan data sekunder dan data primer. Analisis deskriptif untuk analisis pengelolaan Sumber Daya Air (SDA), analisis regresi linier berganda untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi air dan fungsi biaya produksi air terhadap Instalasi Pengolahan Air (IPA), dan untuk mengevaluasi harga pokok air bersih PDAM Bekasi dengan marginal cost pricing.

Sumber air baku utama berasal dari Saluran Tarum Barat dengan mekanisme harga kontrak Rp 45/m3, akan tetapi bercampur dengan air Kali Bekasi. PDAM Bekasi memiliki 5 unit/cabang dengan level berbeda. Cabang Tambun mewakili level rendah dengan jumlah kapasitas produksi yang terpasang yaitu 115 detik/liter, Rawa Tembaga mewakili level sedang sebesar 200 detik/liter dan Cabang Kota mewakili level tertinggi sebesar 400 liter/detik. Hasil Analisis regresi komponen utama dari fungsi produksi air LnAT = 12,8 + 0,225 LnAB + 0,226 LnAP + 0,195 LnPBK + 0,255 LnPL - 0,667 D1+ 0,300 D2 didapatkan bahwa ln air baku, air produksi, penggunaan bahan kimia, penggunaan daya listrik signifikan secara statistik pada taraf nyata 5% dengan hasil keragaman model sebesar 98,3%. Hasil Analisis regresi komponen utama dari fungsi biaya produksi air dengan mentransformasi fungsi Cobb Douglas adalah LnTC = 10,5 + 0,865 LnBI - 0,1 LnBP - 0,46 LnQ+ 0,309 D1+ 0,629 D2, didapatkan biaya instalasi, produksi air berpengaruh nyata dan signifikan pada taraf nyata 5% dengan hasil keragaman model sebesar 94,4%.

Laju pertumbuhan marginal cost pada masing-masing cabang dengan level kapasitas produksi air yang berbeda-beda memiliki angka laju pertumbuhan yang positif, yaitu pada level rendah (Cabang Tambun) sebesar 47,72% sedangkan level sedang (Cabang Rawa Tembaga) sebesar 35,28% dan level tinggi (Cabang Kota) sebesar 29,37%, artinya selama kurun waktu tersebut terdapat peningkatan nilai marginal cost tiap tahunnya. Laju pertumbuhan average cost secara keseluruhan dari tahun 2007 hingga 2009 memiliki angka laju pertumbuhan yang positif, yaitu pada level rendah (Cabang Tambun) sebesar 39,58% level sedang


(3)

(Rawa Tembaga) sebesar 48,01% dan level tinggi (Cabang Kota) sebesar 48,79%, artinya selama kurun waktu tersebut terdapat peningkatan nilai average cost tiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kapasitas air produksi yang digunakan oleh masing-masing cabang di PDAM Bekasi mempengaruhi laju pertumbuhan average cost-nya. Analisis finansial penetapan harga air yang diberlakukan oleh PDAM Bekasi pada tahun 2007-2009 bersifat tetap dengan berpedoman kepada perhitungan berdasarkan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2006 tentang pedoman teknis dan tata cara pengaturan tarif air minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, penetapan tarif didasarkan atas biaya dasar yang diperoleh dari perhitungan harga pokok produksi. Penetapan harga air PDAM berdasarkan marginal cost pricing sudah dapat mencapai kondisi tertutupinya seluruh biaya pengelolaan. Pengembangan kapasitas produksi mengakibatkan produksi meningkat setiap tahunnya karena kebutuhan air yang meningkat dan cakupan wilayah diperluas sehingga dapat mengurangi biaya, Jadi visi dan misi PDAM dalam rangka penyediaan air bersih perlu ditingkatkan dalam hal pelayanan meskipun belum menambah kapasitas IPA dengan kendala dana minim.


(4)

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR

PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR DI PDAM BEKASI

NURUL FADILLAH H44070084

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(5)

Judul Skripsi : Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air pada Instalasi Pengolahan Air di PDAM Bekasi)

Nama : Nurul Fadillah NRP : H44070084

Disetujui Pembimbing,

Dr.Ir.Yusman Syaukat,M.Ec NIP. 19631227198811 1 001

Diketahui,

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr.Ir. Aceng Hidayat,MT NIP.19660717199203 1 003 Tanggal lulus :


(6)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air pada Instalasi Pengolahan Air di PDAM Bekasi adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

Nurul Fadillah


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul ‘Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air pada Instalasi Pengolahan Air di PDAM Bekasi’ Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah kelulusan dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi Departemen Sumberdaya dan Lingkungan pada Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini mengevaluasi pengelolaan air oleh PDAM Bekasi yakni pola pemanfaatan dan mekanisme kerja yang ada di PDAM Bekasi, produksi air, dan estimasi biaya produksi terhadap Instalasi Pengolahan Air (IPA).

Tidak ada satupun hal yang sempurna, begitu pula dengan skripsi ini yang masih jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bahan evaluasi dan perbaikan skripsi ini kedepannya. Harapan penulis adalah agar karya penulis ini dapat menyumbangkan kontribusi kepada berbagai pihak sebagai sesuatu yang bermanfaat dan menjadi landasan yang baik untuk tahap selanjutnya.

Bogor, Juli 2011


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, petunjuk, dukungan dan bantuan serta semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Khususnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Yang tercinta Papa (Machmud Rusdi) dan Mama (Chosiah), terimakasih atas doa, dukungan dan semangat serta kasih sayang yang diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Kakakku Syarifudin Ashari dan Muthia Rahmi, serta adik-adikku Rosdiyana dan Diah Kurniati, yang selalu membantu dan memberikan motivasi untuk menyelesaikan kuliah.

2. Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, selaku Rektor Institut Pertanian Bogor. 3. Dr.Ir.Yusman Syaukat, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Manajemen

Institut Pertanian Bogor, dan selaku Dosen Pembimbing Materi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan melakukan koreksi dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

4. Dr.Ir. Ahyar Ismail, M.Agr atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama dan saran bagi perbaikan skripsi ini.

5. Rizal Bahtiar, SPi,M.Si selaku Dosen Penguji Perwakilan Departemen. 6. Ibu Pini Wijayanti, Sp,M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan akademik dengan baik.

7. Seluruh Dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan selama masa kuliah penulis di Institut Pertanian Bogor.


(9)

8. Seluruh Pimpinan dan Staf Pusat PT. PDAM Bekasi khususnya bagian produksi, keuangan dan umum yang telah membantu memberikan informasi data dalam penyusunan skripsi ini.

9. Noor Kholis, yang senantiasa memberikan semangat, bantuan dan saran serta menjadi inspirasi utama bagi penulis dan Vera Fuzi Lestari, sahabat sejati yang selalu memberikan motivasi terhadap penulis.

10. Teman-teman WBA kos: Dini Marliani, Tiara Dwi K, Syifa Azizah, Sitta Azmi, Dwi Tanti K, Rizky Amelia, Wastu Ayu, Ida Rosita, Lintang Praba, Dian, Dinis, Resni Oktavian atas segala keceriaan yang diberikan.

11. Sahabat seperjuangan di ESL 44(se-PS) : Fenny Kurniawati, Resti Ariesta, Syifa Azizah, Maeda Niella, Rioni atas semangat dan motivasinya.

12. Teman-teman seperjuangan di ESL 44, khususnya Chichi Rizki, Fachrun Nisa, Raisa, Ratih Trianita, Norita, Rizky Amelia, Ria Larastiti, Frizka Amalia, Riri Asmarta, Pristy Setyaningrum, Ario Bismoko Sandjoyo, Rizky Yusuf dan angkatan 43,45 terima kasih banyak karena selama ini sudah memberikan bantuan, dukungan dan doa, semoga tetap kompak selalu. 13. Semua teman-teman baik yang sudah mengerjakan skripsi maupun yang

akan mengerjakan skripsi, dan sahabat-sahabat penulis lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Juli 2011 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... .. i

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

PERNYATAAN KEORISINILAN... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

RIWAYAT HIDUP ... .. xv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Rumusan Masalah……….. 5

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 7

1.4 Manfaat Penelitian ……… 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ……… 8

II. TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1 Konsep Nilai Ekonomi Sumber Daya Air ... 9

2.1.1 Karakteristik Sumber Daya Air ... 11

2.1.2 Efisiensi Alokasi Sumber Daya Air ... 11

2.2 Konsep Perusahaan Daerah Air Minum ... 14

2.3 Penetapan Harga Air……… 14

2.4 Sumberdaya Air ditinjau dari Sisi Penawaran dan Permintaan… 18 2.4.1. Fungsi Permintaan………. 18

2.4.2. Fungsi Penawaran……… 18

2.5 Proses Produksi Air Bersih………. 19

2.5.1. Nilai Ekonomi Produksi ………. 21

2.5.2. Biaya Produksi Air ……… 21

2.5.3 Jenis Instalasi Pengolahan Air………. 22

2.6 Fungsi Produksi……….. 23

2.7 Pengelolaan Sumber Daya Air………. 25

2.8. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan……….. 27

III. KERANGKA PEMIKIRAN……….. 30

3.1 Komponen Biaya Produksi dan Biaya Pengelolaan Air PDAM .... 30

3.1.1 Biaya Produksi Air PDAM... 30


(11)

3.2 Keterkaitan antara faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi air terhadap instalasi pengolahan air ... 32

3.3 Penetapan Harga Pokok Air PDAM... 32

3.4 Kerangka Pemikiran Operasional ………... 33

IV. METODE PENELITIAN... 37

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ………... 37

4.2 Jenis dan Sumber Data ………... 37

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 38

4.3.1 Analisis Deskriptif ... 39

4.3.2 Analisis Fungsi Produksi Air PDAM ... 39

4.3.3 Regresi Komponen Utama(PrincipalComponentRegression)40 4.3.4. Metode Uji Statitistik Fungsi Produksi ... 42

a. Uji terhadap Multikolinear (Multicolinearity) ... 42

b. Goodness of fit ... 43

c. Uji Statistik t ... 43

d. Uji Statistik f ... 45

e. Uji terhadap Autokorelasi ... 46

f. Uji Heterokedastisitas ... 47

4.3.5 Analisis Fungsi Biaya Pengelolaan Air PDAM ... 47

4.4 Batasan Operasional ... 49

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 51

5.1 Kondisi Objektif Kota Bekasi……… ….. 51

5.1.1 Keadaan Geografis Kota Bekasi……… 51

5.1.2 Kondisi Kependudukan………. 53

5.2 Kondisi Air……… 54

5.3 Ketersediaan Air………. 54

5.4 Gambaran Umum PDAM Bekasi………. 56

5.4.1 Sejarah dan Perkembangan PDAM Bekasi……….. 56

5.4.2. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi PDAM Bekasi… 57 5.4.3. Visi dan Misi PDAM Bekasi……….. 57

5.4.4. Administrasi dan Manajemen…. ………. 58

5.4.5. Struktur Organisasi………. 58

5.4.6. Pelayanan PDAM Bekasi………. 58

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN... 60

6.1 Analisis Pengelolaan Sumber Daya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi... 60

6.2 Analisis Fungsi Produksi Air PDAM Bekasi... 66

6.3 Analisis Fungsi Biaya Produksi dan Pengelolaan Air sesuai jenis Instalasi Pengolahan Air PDAM Bekasi... 71

6.4 Penentuan Harga Pokok Air Bersih dengan Marginal Cost Pricing 75 VII. KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 86

VIII. DAFTAR PUSTAKA... 89


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kriteria dan Tujuan Pengelolaan Sumber Daya Air……... 12 2. Metode Pengumpulan Data dan Analisis……… 38 3. Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Bekasi 53 4. Jumlah Hari Hujan, Curah Hujan per bulan di Kota Bekasi Tahun 2009 54 5. Jumlah Sambungan Pelanggan PDAM dari Tahun 2006-2010…… 55 6. Rata-rata Debit Bulanan Kali Bekasi dari Tahun 1997-2009………. 55 7. Perkembangan Kapasitas IPA Sesuai Level Rendah, Sedang, Tinggi dari

Tahun 2006-2010……… 59 8. Jenis Kelompok Sambungan Langganan Tahun 2010……….64 9. Wilayah Pelayanan per Golongan pada Cabang Tambun, Cabang Rawa

Tembaga dan Cabang Kota dari Tahun 2006- 2010... 64 10. Model Persamaan Regresi Produksi Air PDAM Bekasi berdasarkan

Koefisien, Simpangan baku dan t hitung... 67 11. Persentase dari Komponen Biaya Langsung dan Tidak Langsung

Masing-masing Cabang dari Tahun 2007-2009……….71 12. Persamaan Biaya Produksi PDAM Dilihat dari Koefisien,t-hitung

dan Simpangan Baku... 72 13. Rata-rata Harga Pokok Air Bersih PDAM Bekasi dari

Tahun 2007-2009 Masing-masing Cabang………..76 14. Harga Pokok Produksi Air PDAM Bekasi berdasarkan jumlah air

produksi tahun 2007-2009………. 77 15. Perbandingan Marginal Cost dan Average Cost Struktur Biaya

Pengelolaan Air PDAM Bekasi Cabang Tambun

Tahun 2007-2009………..78 16. Perbandingan Marginal Cost dan Average Cost Struktur Biaya

Pengelolaan Air PDAM Bekasi Cabang Rawa Tembaga


(13)

17. Perbandingan Marginal Cost dan Average Cost Struktur Biaya

Pengelolaan Air PDAM Bekasi Cabang Kota Tahun 2007-2009………..79 18. Tarif Air Minum PDAM Bekasi berdasarkan konsumsi pemakaian ……82 19. Perbandingan Jumlah Air Distribusi dengan Jumlah Air Terjual

serta Persentase kehilangan air………83 20. Perkiraan Penerimaan PDAM dan Laba/Rugi PDAM Bekasi Jika


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Penentuan Harga Air Atas Dasar Biaya Marjinal dan Biaya Rata-rata…16 2. Proses Bagan Alir Produksi Air Bersih PDAM Bekasi………... 20 3. Penurunan Produktivitas Rata-rata dan Produktivitas Marginal dari

Kurva Produk Total ………... 24 4. Kerangka Pemikiran……….. 36 5. Perkembangan Kapasitas IPA Sesuai Level Rendah, Sedang, Tinggi dari Tahun 2006-2010……….……….. 62 6. Sambungan Langganan PDAM Bekasi Tahun 2006-2010………… 63 7. Diagram batang Jumlah Pelanggan PDAM Cabang Tambun,

Cabang Rawa Tembaga dan Cabang Kota... 65 8. Perbandingan Nilai Marginal Cost dan Average Cost Struktur Biaya Pengelolaan Air PDAM Bekasi Tahun 2007-2009……… 80


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Produksi PDAM Bekasi Cabang Tambun, Rawa Tembaga, Kota.. 93 2. Korelasi Antar Variabel Bebas Persamaan Model Produksi…… 98 3. Data Biaya Produksi PDAM Bekasi Cabang Tambun, Rawa Tembaga,

Kota………101 4. Scatter Plot Persamaan Produksi PDAM Bekasi Uji Autokorelasi,


(16)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumberdaya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia, termasuk kehidupan dan kesinambungan rantai pangan makhluk hidup. Selain sebagai kebutuhan dasar, air diperlukan sebagai pendukung dalam kegiatan ekonomi seperti pertanian dan industri, menunjang kehidupan unsur hayati, sarana religi, budaya dan tradisi yang melekat dalam dinamika masyarakat (Gany et al. 1997). Air merupakan sumberdaya yang bersifat vital dan esensial bagi kelangsungan hidup manusia, sehingga kita dituntut untuk dapat memanfaatkan air sebaik mungkin karena tanpa air seluruh kehidupan dan aktivitasnya tidak akan dapat berjalan.

Air memiliki berbagai fungsi strategis bagi kehidupan manusia yaitu fungsi sosial, fungsi ekologi dan fungsi ekonomi. Fungsi sosial menempatkan air sebagai barang publik yang mengutamakan pemanfaatan berlandaskan kepentingan umum dibandingkan pemanfaatan secara privat. Fungsi ekologi menempatkan air sebagai ekosistem yang terdiri dari organisme yang tumbuh dan berkembangbiak. Air memiliki fungsi ekonomi yang didayagunakan untuk menunjang kehidupan manusia baik produksi, distribusi maupun konsumsi.

Menurut Fauzi (2006), sumberdaya air bersifat common pool resources

dimana setiap pengguna sumberdaya air meyakini bahwa ekstraksi yang dilakukannya tidak akan mempengaruhi stok sumberdaya air, sehingga deplesi dari sumberdaya air dinilai tanpa harga (zero price). Permasalahan ketersediaan air adalah siklus air yang ada di bumi tidak merata karena adanya perbedaan curah hujan tiap tahun dan tiap musim, adanya perbedaan suhu, atmosfer, angin dan


(17)

kondisi topografi dari suatu wilayah. Hal ini menyebabkan adanya berbagai masalah jika jumlah air berlebih maka akan terjadi banjir dan jika jumlah air kurang maka terjadi kekeringan. Permasalahan yang dihadapi dalam menyediakan air bersih tidak selalu bergantung pada proses alaminya, pencemaran lingkungan khususnya Daerah Aliran Sungai (DAS) akibat penggundulan hutan, limbah industri maupun limbah rumah tangga baik langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas air, sehingga untuk mendapatkan air bersih diperlukan suatu proses pengolahan air, dalam hal ini membutuhkan suatu biaya.

Permasalahan lain adalah kekurangan air minum, hal ini disebabkan karena : 1) meningkatnya jumlah pemakaian air sebagai akibat dari meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya gaya hidup masyarakat, perkembangan industri dan perkembangan dalam bidang lainnya, 2) tidak adanya keseimbangan antara jumlah pemakaian air dengan penambahan persediaan air minum, 3) kapasitas produksi air minum justru banyak menurun karena peralatan yang sudah rusak, kebocoran pipa-pipa dan penurunan kapasitas sumber air karena tidak adanya perlindungan terhadap hutan yang menjadi penopang dari cadangan air dan mata air (Winarno et al.1973). Oleh karena itu, diperlukan pula sumberdaya manusia yang ahli dan kompeten untuk mengatur dan menangani sumberdaya air, baik secara fisik maupun secara ekonomi.

Fauzi (2006) menyatakan air merupakan barang ultra essential bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa air, manusia mungkin tidak bisa bertahan hidup, namun kita sering bersikap menerima air begitu saja sebagai hal yang niscaya ada tanpa mempertanyakannya (take it for granted). Bahkan dalam ilmu


(18)

ekonomi, dikenal adanya istilah water diamond paradox atau paradoks air dan berlian, dimana air yang begitu esensial dinilai begitu murah sementara berlian yang hanya sebatas perhiasan dinilai begitu mahal.

Air bersih (fresh water) telah menjadi barang ekonomi (economic goods) dan “komoditi ekonomi” (Young, 1996), sehingga otomatis sifat-sifat public good

yang selama ini melekat pada sumberdaya air seperti non excludable dan non rivalry akan berubah menjadi sifat barang ekonomi yaitu rivalry, excludable dan subtractable sehingga penawaran air terhadap suatu wilayah akan menjadi penting bila tidak ingin terjadi kelangkaan.

Air seharusnya tidak semata-mata dipandang sebagai barang ekonomi, pandangan mengenai hal tersebut bertentangan dengan The Dublin Statement on Water and Sustainable Development (Dublin Principles) dalam Rio Earth Summit

tahun 1998. Prinsip-prinsip Dublin dalam tata pengelolaan air yakni:

1) Air yang merupakan sumberdaya asasi bagi keberlangsungan kehidupan pembangunan dan lingkungan adalah sumberdaya yang terbatas dan rentan ketersediaannya.

2) Pengembangan dan pengelolaan sumberdaya air harus dilandaskan pada pendekatan partisipatif, yang melibatkan pengguna, pengelolaan dan pengamatan sumberdaya air.

3) Wanita memiliki peran sentral dalam penyediaan, pengelolaan dan pengamanan sumberdaya air.

4) Air memiliki nilai ekonomi dalam semua ragam penggunaan yang saling bersaing satu sama lain dan karenanya harus diakui sebagai barang ekonomi.


(19)

Pendekatan pertama menekankan bahwa air merupakan sumberdaya yang esensial bagi keberlanjutan hidup, maka pengelolaan air bersifat holistik yang biasa menghubungkan pembangunan sosial ekonomi dengan perlindungan sumberdaya ekosistem. Prinsip kedua mengamanahkan pendekatan partisipatif yakni pengambil keputusan harus diambil oleh dan pada tingkatan yang paling rendah dengan pelibatan konsultasi publik dan pengguna dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek mengenai sumberdaya air.

Pendekatan ketiga menekankan wanita memiliki peran krusial dalam penyediaan, pengelolaan dan pengamanan sumberdaya air termasuk dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan melalui cara yang sesuai dengan keinginan kodratinya. Prinsip keempat menegaskan bahwa penting bagi semua pihak untuk pertama-tama mengakui bahwa akses terhadap akses air bersih dan sanitasi merupakan hak dasar semua manusia, karenanya perlu disediakan dengan harga yang terjangkau.

Kota Bekasi terletak di bagian utara Propinsi Jawa Barat memiliki permasalahan dalam penyediaan sumberdaya air. Ketersediaan air di Kota Bekasi berasal dari dua sumber, yaitu air tanah dan air permukaan yang berasal dari sungai. Kota Bekasi juga dikenal sebagai kota industri, akibat banyaknya aktivitas dari industri-industri sekitarnya. Pelayanan kebutuhan air bersih di Kota Bekasi dilaksanakan oleh dua PDAM, yaitu PDAM Bekasi dan PDAM Tirta Patriot. Kebutuhan masyarakat terhadap air bersih dinilai belum terlayani secara optimal dikarenakan mahalnya biaya investasi untuk penyediaan sarana. PDAM mengaku tidak bisa lagi menambah kapasitas produksi air bersih. Adanya kelangkaan dan


(20)

kesulitan dalam pemanfaatan air bersih di Bekasi menyebabkan adanya ketimpangan dalam kesejahteraan sosial yang dialami oleh masyarakat.

Masih banyak pelanggan air PDAM yang tidak menggunakan air tersebut sebagai air baku untuk air minum dalam kehidupan sehari-hari. Alokasi air PDAM di Kota Bekasi belum merata, hal ini ditandai dengan adanya kebijaksanaan ekonomi yaitu pengelolaan sumberdaya air PDAM. Banyaknya aktivitas masyarakat Bekasi dan industri rumah tangga yang terlalu berlebihan dalam memanfaatkan sumberdaya air dapat mengakibatkan penurunan kualitas mutu air sehingga diduga akan terjadi krisis air bersih jika tidak mendapatkan perhatian1. Oleh karena itu, dibutuhkan partisipasi semua pihak dalam menjaga keberlangsungan sumberdaya air. Pertumbuhan jumlah penduduk di Bekasi dari tahun ke tahun terhadap kebutuhan air mengakibatkan permintaan air bersih yang juga bertambah2.

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu sumber yang diperlukan oleh masyarakat perkotaan dalam mencukupi kebutuhan air bersih yang layak untuk dikonsumsi adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). PDAM Bekasi merupakan Badan Usaha Milik Negara atau daerah yang bergerak dalam penyediaan air bagi masyarakat Kota Bekasi yang memberikan jasa pelayanan dan pemanfaatan umum di bidang air minum. PDAM dalam menjalankan aktivitasnya dihadapkan pada dua fungsi yaitu pelayanan dan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yakni sebagai perusahaan yang harus mengemban prinsip-prinsip perusahaan yang baik guna mendapat keuntungan usaha.


(21)

PDAM Bekasi dalam hal pelayanan masyarakat berorientasi sosial dituntut dengan membantu ketersediaan air bersih demi memenuhi kebutuhan hidup. PDAM sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) terkait dengan aspek ekonomi yaitu mencari profit yang diharapkan profit tersebut dapat memberikan kontribusi bagi pemasukan daerah guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Kota Bekasi. Pembangunan sektor industri yang pesat di daerah Bekasi dan pembangunan daerah pemukiman pada waktu mendatang mempengaruhi peningkatan kebutuhan air bersih, sedangkan kualitas air tanah telah tercemari dan kuantitas sedikit terutama pada musim kemarau. Perbedaan curah hujan antar waktu dan kurangnya daerah resapan air di Bantaran Kali Bekasi menyebabkan timbulnya pengaruh terhadap tingkat produksi air bersih PDAM Bekasi. Terbatasnya persediaan air bersih milik PDAM yang saat ini produksi keseluruhannya hanya 1875 liter per detik sehingga hanya mampu untuk menyuplai kebutuhan 108 ribu pelanggan PDAM yang hanya melayani kebutuhan 20% dari jumlah keseluruhan (PDAM, 2009).

Permasalahan lainnya adalah minimnya anggaran APBD untuk masalah air bersih sehingga sampai saat ini PDAM belum bisa membangun instalasi pengelolaan air bersih yang baru hingga penyebaran jaringannya (pipanisasi). Oleh karena itu PDAM mengalami permasalahan ekonomi diakibatkan besarnya

private cost yang harus ditanggung oleh perusahaan akibat biaya pengadaan infrastruktur air seperti sarana drainase ataupun perpipaan, sementara konsumen ingin membayar harga air dengan terbatas dan murah. Hal ini menyebabkan dilema yang harus dihadapi perusahaan yang hanya mengandalkan real cost dari konsumen. Pengelolaan air bersih memiliki berbagai permasalahan faktor internal


(22)

atau eksternal yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan ekonomi baik optimalisasi keuntungan, alokasi sumberdaya air yang belum merata ataupun optimalisasi utilitas penggunaan konsumen. Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah yang dapat dikaji adalah:

1) Bagaimanakah pengelolaan sumberdaya air berdasarkan kapasitas produksi Instalasi Pengolahan Air PDAM Bekasi agar efisien dalam pemenuhan kebutuhan air masyarat Kota Bekasi?

2) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi tingkat produksi air bersih PDAM Bekasi?

3) Bagaimana fungsi biaya produksi yang digunakan terhadap jenis instalasi pengolahan air, baik level rendah, sedang maupun tinggi?

4) Bagaimana harga pokok air bersih yang diberlakukan dengan mekanisme

marginal cost pricing? 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi pengelolaan sumberdaya air berdasarkan kapasitas produksi Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Bekasi

2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air bersih di PDAM Bekasi

3) Mengestimasi fungsi biaya produksi terhadap jenis instalasi pengolahan air sesuai level kapasitas produksi.

4) Menganalisis harga pokok air bersih melalui mekanisme marginal cost pricing


(23)

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Akademisi dan Peneliti, diharapkan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan dipelajari sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan.

2) Bagi PDAM dan Pemerintah Daerah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan dalam rangka penyediaan air bersih dan pengelolaan air berdasarkan instalasi. Hal ini dilakukan agar produksi air dapat menjadi masukan dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya air. 3) Bagi Masyarakat luas agar dapat mengetahui mekanisme PDAM Bekasi

dalam melakukan sistem pengelolaan air bersih sehingga dapat melakukan upaya kooperatif dalam penjagaan lingkungan khususnya wilayah bantaran kali/sungai.

1.5 Ruang lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian di PDAM Bekasi dengan lebih memfokuskan dan menilai aspek pengelolaan sumberdaya air dan biaya produksi terhadap jenis instalasi pengolahan air, aspek ekonomi antara biaya produksi terhadap jenis instalasi pengolahan air, menilai harga pokok air bersih, dan aspek teknis yang mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Air

Berdasarkan Undang-Undang Sumberdaya Air No. 7 tahun 2004 pasal 1 ayat 2, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air permukaan adalah semua air yang berada di atas permukaan tanah.

Tietenberg (1984) menyatakan bahwa sumberdaya dapat dikelola secara efisien asalkan sistem kepemilikan terhadap sumberdaya tersebut dibangun atas sistem property right yang efisien pula, antara lain:

1) Universality, yang berarti bahwa semua sumberdaya dimiliki secara pribadi (private owned) dan seluruh hak-haknya diperinci dengan lengkap dan jelas. 2) Exclusivity, berarti bahwa semua keuntungan dan biaya yang dibutuhkan

sebagai akibat dari kepemilikan dan pemanfaatan sumberdaya tersebut harus dimiliki hanya oleh pemilik tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dalam transaksi atau penjualan ke pihak lain.

3) Tranferability, berarti seluruh hak kepemilikan dapat dipindahtangankan dari satu pemilik ke pihak lainnya dengan transaksi yang bebas dan jelas.

4) Enforceability, berarti bahwa hak kepemilikan tersebut harus aman dari perampasan atau pengambilalihan secara tidak baik dari pihak lain.

Menurut Anwar (1992), karena seringnya menghadapi permasalahan seperti yang disebutkan di atas, maka sumberdaya air sering mengarah kepada sumberdaya yang bersifat akses terbuka (open access) pada beberapa wilayah, keadaan ini akan menimbulkan gejala eksternalitas yang meluas.


(25)

Suparmoko (1997) menjelaskan bahwa konsep ekonomi air dalam menentukan distribusi air menggunakan prinsip nilai guna batas yang sama bagi setiap penggunaan (equimarginal value in use). Prinsip ini menghendaki agar sumberdaya air dialokasikan secara efisien. Penentuan biaya marjinal sangat bermanfaat dalam penentuan air maupun dalam membedakan harga di antara kelompok pemakai air. Gany (1989) dalam Sudrajat (1997) membagi nilai ekonomi air atas dua sistem, yaitu:

1) Sistem volumetrik

Pemakai air pada sistem ini membayar sejumlah air yang dipakainya berdasarkan nilai harga air secara integral ataupun parsial. Diketahui dari hasil pencatatan jumlah air yang dipakai oleh masing-masing petani setiap akhir musim tanam. Sistem ini sangat efisien dalam arti penggunaan air, namun sangat mahal bila ditinjau dari segi sarana maupun dari segi manajemen untuk menjamin pemberian air secara bijaksana dan memenuhi sasaran.

2) Sistem non volumetrik

Pembayaran nilai air oleh petani dengan sistem ini biasanya dilakukan dengan bentuk pajak tanah yang besarnya disesuaikan dengan klasifikasi tanah ditinjau dari segi output serta letak strategisnya air bagi petak sawah tersebut. Menurut Turner et al. (2004), air merupakan sumberdaya yang sangat besar dimana nilai ekonomi per unit berat atau volume cenderung relatif rendah, tetapi membutuhkan biaya pengangkutan, penyimpanan, dan pemindahan yang tinggi untuk per unit volumenya.


(26)

2.1.1 Karakteristik Sumberdaya Air

Menurut Sanim (2003), air sebagai sumberdaya alam dapat berupa persediaan dan sekaligus sebagai aliran. Air tanah merupakan persediaan yang biasanya memerlukan aliran dan pengisian kembali oleh air hujan. Sifat air adalah stokastik, artinya air diatur oleh proses fisik yang berdistribusi kemungkinan (random). Pemasokan air tergantung pada topografi dan kondisi meteorologi karena keduanya mempengaruhi peresapan dan penguapan air. Sifat air yang stokastik inilah, maka pengambilan keputusan dalam mengembangkan sumberdaya air didasarkan atas distribusi kemungkinan. Terkait dengan karakteristik air itu sendiri seperti mobilitas air, skala ekonomi yang melekat,

supply air yang berubah-ubah, kapasitas dari daya asimilasi dari badan air, dapat dilakukannya secara beruntun, penggunaan yang serbaguna, berbobot besar dan memakan tempat, sehingga air sulit untuk ditegaskan hak-hak atas sumberdaya air dan kesulitan dalam pemberlakuan peraturannya.

2.1.2 Efisiensi Alokasi Sumberdaya Air

Menurut Fauzi (2006), alokasi air merupakan masalah ekonomi untuk menentukan bagaimana supply air yang tersedia harus dialokasikan kepada pengguna atau calon pengguna. Penggunaan air sendiri pada dasarnya terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok konsumtif yakni mereka yang memanfaatkan air untuk konsumsi (rumah tangga, industri, pertanian, kehutanan) dan kelompok non konsumtif yang memanfaatkan air melalui proses yang disebut diversi baik melalui transformasi, penguapan, penyerapan ke tanah maupun pendegradasian kualitas air secara langsung (pencemaran). Alokasi sumberdaya


(27)

air harus memenuhi kriteria efisiensi, equity, dan sustainability. Kriteria dan tujuan pengelolaan sumber daya air dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria dan Tujuan Pengelolaan Sumber Daya Air

Kriteria Tujuan

Efisiensi - Biaya penyediaan air yang rendah

- Penerimaan per unit sumber daya yang tinggi

- Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan Equity - Akses terhadap air bersih untuk semua masyarakat Sustainability - Menghindari terjadinya deplesi pada air bawah tanah

- Menyediakan cadangan air yang cukup untuk memelihara ekosistem

- Meminimalkan pencemaran air

Sumber : Fauzi (2006)

Menurut Tietenberg (2001), sumberdaya air harus dialokasikan dengan baik sehingga manfaat bersih marginal (marginal cost benefit) sama bagi semua penggunanya. Manfaat bersih marginal merupakan jarak vertikal antara kurva permintaan terhadap air dengan kurva biaya marginal dari ekstraksi dan distribusi air dari unit terakhir yang dikonsumsi. Jika manfaat bersih marginal tersebut tidak merata atau sama, maka akan sering terjadi kenaikan manfaat bersih dengan adanya transfer air dari pemanfaatan yang memberikan manfaat bersih yang rendah ke penggunaan yang memberikan manfaat bersih yang lebih tinggi.

Beberapa permasalahan pokok yang sering dihadapi dalam setiap pengelolaan sumberdaya air bagi pengalokasian sumberdaya air yang terbaik untuk mencapai penggunaan optimal dalam jangka panjang menurut Suparmoko (1995) antara lain:

a) Bagaimana pengalokasian air yang tersedia (water supply) diantara berbagai penggunaan atau sektor (among user)

b) Bagaimana mendistribusikan air diantara pemakai air


(28)

d) Bagaimana mendistribusikan air antar waktu

e) Bagaimana pengelolaan sumberdaya air yang seharusnya/siapa seharusnya pengelola sumberdaya air

Kenyataannya sistem yang berlaku tidak menjamin pengalokasian sumberdaya air bersifat efisien. Penyebab-penyebab inefisiensi dalam pengalokasian sumberdaya air menurut Tietenberg (2001), yaitu:

a) Pembatasan-pembatasan dalam hal pentransferan air (restriction on transfers). Pencapaian alokasi air yang efisien dengan menetapkan manfaat bersih marjinal harus sama atau merata di semua aktivitas penggunaan air. b) Penetapan harga air (water pricing). Harga yang diberlakukan pada

sumberdaya air tidak memberikan jaminan kalau sumberdaya air telah dialokasikan dengan efisien karena sumberdaya air dianggap sebagai komoditas yang penting atau esensial, maka harga yang diberlakukan seringkali terlalu rendah. Penyebabnya antara lain biaya rata-rata historis (historical average cost) yang digunakan untuk menentukan nilai atau tingkatan dan nilai kelangkaan marjinal (marginal scarcity rent) yang jarang diperhitungkan. Sistem harga yang efisien didasarkan pada biaya marginal (marginal cost) bukan biaya rata-rata (average cost).

c) Masalah-masalah kepemilikan umum (common property problems). Sumberdaya milik umum cenderung habis terkuras dalam waktu singkat, sedangkan para pengguna tidak mempunyai insentif untuk melakukan konservasi, sehingga nilai kelangkaan marjinal dibiarkan hilang begitu saja.


(29)

2.2 Konsep Perusahaan Daerah Air Minum

Berbeda dengan perusahaan swasta murni yang selalu berorientasi pada keuntungan (profit oriented), PDAM juga berorientasi terhadap pelayanan. Salah satu tujuan PDAM adalah turut serta dalam melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional pada umumnya dengan cara menyediakan air minum yang bersih, sehat dan memenuhi persyaratan kesehatan bagi masyarakat di suatu daerah (Saberan, 1997).

Perusahaan Daerah Air Minum mempunyai tugas pokok pelayanan umum kepada masyarakat dimana dalam menjalankan fungsinya, PDAM disini harus mampu membiayai dirinya sendiri dan harus berusaha mengembangkan tingkat pelayanannya. PDAM juga diharapkan mampu memberikan sumbangan pembangunan kepada pemerintah daerah. Tujuan pendirian PDAM adalah untuk memenuhi pelayanan dan kebutuhan akan air bersih masyarakat, serta sebagai salah satu sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah) untuk mencapainya maka pengelolaan terhadap PDAM harus berdasarkan prinsip-prinsip dan asas ekonomi perusahaan sehat3.

2.3 Penetapan Harga Air

Menurut Suparmoko (1995), ada dua cara untuk menentukan harga air yaitu atas dasar biaya marjinal (MC) dan atas dasar biaya rata-rata (AC), selain itu juga harus mempertimbangkan dua hal yakni faktor labadan faktor distribusi agar lebih banyak barang atau air yang tersedia bagi masyarakat. Berkaitan dengan penentuan harga air tersebut, metode-metode yang dapat digunakan adalah dengan:

.

3. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 690-237 tahun 1994, tentang pedoman dan pemantauan Kinerja keuangan PDAM


(30)

1) Marginal Cost Pricing (MCP)

Efisiensi alokasi penggunaan sumberdaya menganjurkan bahwa komoditi seharusnya diproduksi dan dialokasikan pada suatu titik dimana keuntungan marjinal (marginal benefit) sama dengan biaya marjinalnya (marginal cost), sehingga efisiensi ekonomi terjadi pada saat harga air ditetapkan sama dengan biaya marjinal yang bertujuan memaksimumkan keuntungan bersih sosial (Net Social Benefits). MCP memiliki dua tujuan yaitu :

a) Memberikan sinyal mengenai biaya untuk memperoleh tambahan air kepada konsumen, sehingga konsumen dapat memutuskan untuk mengkonsumsi sejumlah tambahan air dengan tambahan kepuasan yang setidaknya sama besar.

b) Memberikan sinyal kepada pengelola air mengenai seberapa banyak keinginan konsumen untuk membeli dengan harga yang ditetapkan.

Apabila harga ditetapkan dengan dasar Marginal Cost Pricing, maka harga yang berlaku adalah sebesar OP1 = AS dan produksi yang dihasilkan adalah sebesar OA (Gambar 1). Kondisi ini harga P1 = MC, yaitu sama dengan biaya tambahan yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu satuan produksi air. Biaya rata-rata (AC) lebih rendah dari P1 karena harga yang bersedia dibayar oleh konsumen lebih besar dari biaya per unit air, maka penerimaan total (TR) lebih tinggi dari biaya total (TC) sehingga perusahaan mendapat keuntungan.

Jika perusahaan menentukan harga atas dasar Average Cost Pricing, maka harga yang diberlakukan adalah sebesar OP2 dan jumlah produksi adalah sebesar OA karena harga yang bersedia dibayar oleh konsumen adalah P2 sama dengan biaya per unit air (AC) maka perusahaan tidak mendapat keuntungan (laba = nol).


(31)

Harga

MC

P1 ………S AC P2 ……… R

O Volume air

MR A B D=AR

Sumber: Suparmoko, 1995

Gambar 1. Penentuan Harga Air atas dasar Biaya Marjinal dan Biaya Rata-Rata

Berdasarkan uraian tersebut, secara teoritis jika perusahaan berorientasi pada perolehan profit, maka penentuan harga terbaik adalah atas dasar biaya marjinal (MC pricing) karena pada saat itu perusahaan masih mengalami biaya yang semakin menurun (decreasing cost) yaitu pada daerah OB ke kiri dan artinya perusahaan menikmati keuntungan. Apabila perusahaan menentukan harga atas pertimbangan distribusi (lebih banyak barang yang tersedia di pasaran dengan harga yang rendah atau serendah-rendahnya), maka penentuan harga terbaik adalah dengan dasar biaya rata-rata (AC pricing) walaupun perusahaan tidak memperoleh keuntungan.

2) Full Cost Recovery Pricing (FCRP)

MCP hanya fokus pada kondisi biaya marjinal yang ditunjukkan saat keuntungan marjinal dari mengkonsumsi air sama dengan biaya marjinalnya dan


(32)

mengabaikan kondisi secara total. Kondisi keduanya baik biaya total dan marjinal perlu diaplikasikan saat menentukan tingkat harga dan kuantitas. Penetapan harga atau tarif yang memperhatikan kondisi total adalah dengan FCRP. Hanemann (1998) membagi metode FCRP kedalam tiga bentuk :

a) Ramsey Pricing : digunakan untuk menunjukkan sebuah kumpulan harga yang sama yang memaksimumkan keuntungan sosial bersih.

b) Coase’s Two-part Tariff : menggunakan sebuah strategi tarif dua bagian untuk menemukan kondisi total dimana keuntungan total seharusnya melebihi total biaya. Ketika harga air dibentuk berdasarkan tarif dua bagian, konsumen atau pelanggan harus membayar ongkos tetap atau biaya masuk dalam bentuk sewa meteran dan bea administrasi dengan tujuan untuk menutupi biaya penggunaan air yang tidak berubah menurut jumlah penjualan.

c) Decreasing and Increasing Block Rates : metode ini merupakan perluasan dari penetapan tarif dua bagian increasing atau decreasing block rates

dibedakan hanya pada tingkat urutan harga. Increasing block rate terjadi ketika p1<p2<p3…<pn yakni harga akan semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah penggunaan air dan sebaliknya untuk decreasing block rate. Pemberlakuan sistem decreasing dan increasing block rate berbeda-beda tergantung kondisi yang dimiliki daerah. Decreasing block rate biasanya digunakan pada daerah atau negara yang memiliki jumlah sumberdaya air yang melimpah. Sistem penentuan harga yang berlaku di Indonesia adalah

increasing block tariff yaitu konsep dimana tingkat harga yang sesuai dengan peningkatan jumlah air dengan tujuan meningkatkan subsidi silang dari golongan masyarakat.


(33)

2.4 Sumberdaya Air Ditinjau dari Sisi Penawaran dan Permintaan 2.4.1 Fungsi Permintaan

Kebutuhan air ini akan meningkat mengikuti pertambahan jumlah penduduk, taraf hidup, dan perkembangan sektor industri. Permintaan mencakup jumlah barang yang dibutuhkan oleh individu kemudian terdapat daya beli terhadap barang tersebut. Nicholson (1995) menyatakan individu memiliki peran sebagai konsumen dalam sistem ekonomi. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi permintaan dalam teori ekonomi yaitu harga komoditi itu sendiri, rata-rata penghasilan rumah tangga, harga barang-barang lainnya, selera konsumen, distribusi pendapatan dan besarnya populasi atau jumlah penduduk.

Pengendalian sumberdaya air dalam menghindari adanya pencemaran dan eksploitasi air yakni dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas. Kualitas air merupakan salah satu aspek yang makin banyak mendapat perhatian dalam pengelolaan sumberdaya air. Hal ini disebabkan karena para konsumen air tidak hanya menginginkan jumlah yang cukup, tetapi juga kualitas yang sesuai keperluan mereka (Sanim, 2003).

2.4.2 Fungsi Penawaran

Penawaran mencakup jumlah barang yang ditawarkan kepada individu kemudian terdapat daya beli terhadap barang tersebut. Ekonomi produksi mencakup teori penawaran dan permintaan yang menggambarkan atas hubungan-hubungan di pasar, antara para calon pembeli dan penjual dari suatu barang. Model penawaran dan permintaan digunakan untuk menentukan harga dan kuantitas yang terjual di pasar. Model ini memperkirakan bahwa dalam suatu pasar yang kompetitif harga akan berfungsi sebagai penyeimbang antara kuantitas


(34)

yang diminta oleh konsumen dan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen, sehingga terciptalah keseimbangan ekonomi antara harga dan kuantitas. Model ini mengakomodasi kemungkinan adanya faktor-faktor yang dapat mengubah keseimbangan yang kemudian akan ditampilkan dalam bentuk terjadinya pergeseran dari permintaan atau penawaran (Nicholson, 1995).

Fauzi (2006) menyatakan air sebagai sumberdaya alam dapat berupa persediaan sekaligus sebagai aliran. Air tanah misalnya merupakan persediaan yang biasanya memerlukan aliran dan pengisian kembali oleh air hujan. Salah satu sifat air ialah stokastik, artinya ia diatur oleh proses fisik yang berdistribusi kemungkinan (random). Pemasokan air bergantung pada topografi dan kondisi meteorologi karena mempengaruhi peresapan dan penguapan air. Kemampuan untuk menyediakan kebutuhan air bersih yang cukup terletak pada manajemen sumberdaya air yang harus optimal dengan terbatasnya segala sumberdaya yang ada.

2.5 Proses Produksi Air Bersih

Sumber air yang digunakan di PDAM Bekasi berasal dari Bendung Bekasi yang merupakan aliran air dari Kali Bekasi dan Sungai Tarum Barat (Kalimalang) yang dialiri oleh waduk Jatiluhur (Water Treatment Plan Kalimalang). Proses produksi air dari sumber tersebut dapat dilihat pada Gambar 2


(35)

Sumber air Kali Bekasi dan PJT II

(Tarum Barat)

Sumber : PDAM Bekasi (2011)

Gambar 2. Proses Bagan Alir Produksi Air Bersih PDAM Bekasi Proses pengolahan air PDAM menggunakan air baku dari sungai Tarum Barat dimulai dari pengambilan air melalui bangunan intake kemudian masuk ke proses prasedimentasi, diendapkan terlebih dahulu dalam tangki pengendapan awal, setelah itu dialirkan ke unit instalasi penjernihan air (Water Treatment Plan), pada instalasi penjernihan dilakukan pembubuhan koagulant (PAC) melalui unit koagulasi kemudian dilakukan pembentukan gumpalan dalam unit flokulasi. Setelah melalui proses flokulasi, air diendapkan kembali dalam tangki pengendapan (sedimentasi) dan dilakukan penyaringan (filtrasi) serta perhitungan air yang diproduksi melalui meter induk. Sesudah proses pengolahan selesai, air dialirkan melalui pipa transmisi air bersih ke bangunan reservoir lalu dibersihkan (disinfeksi) dan dialirkan ke pelanggan (Darwin, 2002). Pengolahan air yang menggunakan sumber air baku dari mata air langsung dialirkan melalui pipa

Intake/sadap (bangunan

penampung air)

Pra sedimentasi

(pengendapan)  

Bak koagulasi (penjernihan

tawas/PAC)

Bak Flokulasi (Pengadukan)

Sedimentasi

(pengendapan) 

Fitrasi Reservoir


(36)

transmisi air bersih ke bangunan reservoir kemudian dibubuhkan gas klor untuk disucihamakan dan air siap untuk didistribusikan (Rosmery, 2000).

2.5.1 Nilai Ekonomi Produksi

Nilai ekonomi terdiri dari nilai manfaat dan nilai biaya. Nilai ekonomi dipengaruhi adanya jumlah produksi dalam permintaan dan penawaran sumberdaya air. Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Ekonomi produksi termasuk ke dalam salah satu cabang ilmu ekonomi yang digunakan untuk mengambil keputusan manajemen. Proses produksi air baku menjadi air bersih merupakan suatu proses menghasilkan sumberdaya air bersih dengan meliputi sistem pengolahan, sistem distribusi, sistem jaringan pipa sesuai dengan sumber air baku dan kapasitas debit yang tersedia. Sumber air baku yang dimanfaatkan dapat berupa sumur bor, mata air dan air permukaan dengan total kapasitas debit yang tersedia oleh suatu sistem pengolahan air.

2.5.2 Biaya Produksi Air

Biaya adalah pengorbanan sumberdaya ekonomi yang dinyatakan dalam bentuk uang yang telah atau akan terjadi untuk tujuan tertentu, biaya produksi adalah biaya yang dipakai untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi, pembiayaan pengolahan sumberdaya air ditetapkan berdasarkan kebutuhan nyata pengelolaan sumberdaya air agar pelaksanaannya dilakukan secara wajar untuk menjamin keberlanjutan fungsinya. Jenis pembiayaan pengelolaan sumberdaya air meliputi biaya sistem informasi, perencanaan, pelaksanaan kontruksi termasuk


(37)

didalamnya biaya konservasi sumberdaya air, operasi, pemeliharaan, pemantauan, evaluasi dan biaya pemberdayaan masyarakat (Nugroho, 2002).

Doll dan Orazam (1984), mendefinisikan biaya produksi sebagai pengeluaran yang terjadi dalam melaksanakan proses produksi. Produk yang dihasilkan dalam produksi air PDAM hanya satu jenis dalam suatu proses produksi, maka untuk menetapkan harga pokok air PDAM dapat dilakukan dengan metode pembagian yaitu membagi seluruh biaya produksi dengan jumlah satuan air yang diproduksi pada periode tertentu sedangkan rumus matematikanya adalah :

HPP = TC = TFC + TVC ……… (1) Q Q

Keterangan : TC = Total Cost

TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap total) TVC = Total Variable Cost ( biaya variabel total) HPP = Harga Pokok Penjualan

Q = Jumlah air yang dijual

2.5.3 Jenis Instalasi Pengolahan Air

Menurut peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2006 tentang pedoman teknis dan tata cara pengaturan tarif air minum dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 tahun 2007 tentang organ dan kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum yang akan membenahi kembali perangkat-perangkat yang ada di Perusahaan Daerah Air Minum di seluruh Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja pelayanan air minum kepada masyarakat secara terus menerus sesuai standar kesehatan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka perlu adanya ketetapan dari Pemerintah Bekasi dalam memberikan ketegasan.


(38)

2.6 Fungsi Produksi

Doll dan Orazam (1984), menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan masukan dan keluaran yang digambarkan pada saat sumberdaya ditransformasi menjadi produk. Fungsi produksi dapat ditampilkan dalam beberapa bentuk, secara simbolik fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut: Y= f(X1, X2, X3… ,Xn) dimana Y merupakan hasil produksi (output) dan X1.. Xn merupakan faktor produksi (input) yang berbeda yang digunakan dalam produksi. Simbol f menunjukan hubungan transformasi antara faktor produksi dan hasil produksi.

Pendefinisian ekonomi terhadap turunan pertama dari fungsi produksi terkait dengan konsep produk marjinal. Produk fisik marjinal sebuah masukan adalah keluaran tembahan yang dapat diproduksi dengan menggunakan satu unit tambahan dari masukan tersebut (Nicholson, 1995). Produk fisik marjinal dari sebuah masukan bergantung pada berapa jumlah masukan yang digunakan. Lipsey

et al. (1995) menyatakan jika semakin banyak jumlah suatu faktor variabel ditetapkan untuk sejumlah tertentu faktor yang tetap, akhirnya akan mencapai suatu situasi dimana setiap tambahan unit faktor variabel tersebut menghasilkan tambahan produk total yang jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan hasil unit sebelumnya, sehingga disebut hukum hasil yang semakin berkurang (diminishing return).


(39)

Jumlah per

TP

Masukan x per periode X* X ** X***

MP, AP

MP

AP Masukan x per periode X* X** X***

Sumber: Nicholson (1995)

Gambar 3. Penurunan Produktivitas Rata-rata dan Produktivitas Marginal dari Kurva Produk Total

Berdasarkan Gambar 3, kemiringan kurva TP (total produksi) menunjukkan bagaimana keluaran meningkat sementara faktor produksi ditambah, produk marjinal (MP) menurun sementara faktor-faktor produksi ditambah melewati titik ini, produk marjinal akan bernilai nol ketika total produksi meningkat. Produksi tidak akan melewati X*** karena penggunaan faktor produksi tambahan akan mengurangi produk yang dihasilkan, pada titik X** produk marjinal akan sama dengan produk rata-rata, dimana produk rata-rata berada pada tingkat maksimum,untuk masukan faktor produksi yang kurang dari X** produk marjinal melebihi produk rata-rata akibatnya penambahan satu unit faktor produksi akan meningkatkan produktivitasnya dari faktor produksi tersebut.


(40)

2.7 Pengelolaan Sumberdaya Air

Adanya peningkatan jumlah penduduk dan taraf hidup masyarakat meningkatkan kebutuhan sumberdaya air, sedangkan jumlah sumberdaya air mengalami keterbatasan sehingga dapat mengakibatkan kelangkaan jika dibiarkan terjadi tanpa ada upaya pencegahan. Adanya pengelolaan sumberdaya air dibutuhkan untuk menjamin adanya ketersediaan sumberdaya air di masa yang akan datang. Sugiarto (1995) menyatakan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) terkait dengan pengelolaan sumberdaya air karena dalam pengelolaan DAS adanya stabilisasi produksi air yaitu debit air pada musim kemarau dan musim penghujan yang seimbang. Pengelolaan sumberdaya air harus dilakukan secara baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Menurut Soenarno dalam

Kodoatie (2005), pengelolaan sumberdaya air mencakup empat hal sebagai berikut :

1) Air sebagai bagian dari sumberdaya alam merupakan bagian dari ekosistem. Pengelolaan sumberdaya air memerlukan pendekatan yang integratif, komprehensif dan holistik yakni hubungan timbal balik antara teknik, sosial, dan ekonomi serta harus berwawasan lingkungan agar terjaga kelestariannya. 2) Air menyangkut semua aspek kehidupan maka air merupakan faktor yang

mempengaruhi jalannya pembangunan dari berbagai sektor maka dari itu pengelolaan sumberdaya air didasarkan pada pendekatan peran serta dari semua stakeholders. Seluruh keputusan public harus memperhatikan kepentingan masyarakat dengan cara konsultasi public, sehingga kebijakan apapun yang diterapkan akan dapat diterima oleh masyarakat.


(41)

3) Secara alamiah air akan bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa mengenal batas politik, sosial, ekonomi, bangsa, maupun batas wilayah administrasi bahkan batas negara. Air membutuhkan pengelolaan dalam satu kesatuan sistem berdasarkan pendekatan “one river, one plan and one management system”.

4) Sistem aliran air menyangkut pengaruh antara hulu ke hilir yaitu apapun yang terjadi di bagian hulu akan berpengaruh terhadap bagian hilir dan tidak sebaliknya. Pengaruh tersebut antara lain terjadinya banjir, tanah longsor dan pencemaran. Pengelolaan sumberdaya air menyangkut sistem yang mengikat dan saling menguntungkan.

Menurut McKinney et al (1999) dalam Esanawati (2009), tujuan pencapaian kualitas dan kuantitas air berada dalam kerangka analisis berdasarkan hubungan antara kebijakan sosial ekonomi dan kebijakan lingkungan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air Pasal 2, Sumberdaya Air dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

Kecenderungan konsumsi air naik secara eksponensial, sedangkan ketersediaan air bersih cenderung melambat akibat kerusakan alam, sehingga dengan melihat prospek masa depan untuk menanggulangi permasalahan lingkungan yang akan dihadapi tidak menyebabkan entrophy yakni ketidakteraturan yang merupakan sumber utama dari kelangkaan yang akan mengurangi ketersediaan sumberdaya semakin berkurang (source of ultimate scarcity) dan untuk pencapaian ketersediaan air yang berkelanjutan di masa


(42)

mendatang. Kesejahteraan (well-being) seluruh umat manusia baik kaya maupun miskin tergantung pada jasa ekosistem (ecosystem services) (The United Nations Environment Programme. 2004 dan diskusi kuliah Syaukat Desember 2010). 2.8. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

Studi yang terkait mengenai pengelolaan sumberdaya air PDAM telah banyak dilakukan antara lain Sudrajat (1997) dengan melakukan analisis ekonomi pengelolaan air PDAM di Kotamadya Pontianak dengan mengambil 170 responden pada empat kecamatan yang berbeda. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui kondisi biaya-biaya produksi yang mempengaruhi PDAM sebagai suatu unit usaha. Alat analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui analisis biaya variabel total (TVC), biaya variabel rata-rata (AVC) dan biaya marjinal (MC). Selain itu penelitian juga bertujuan untuk menganalisis kebijakan tarif air PDAM melalui analisis permintaan atau konsumsi air PDAM dengan menggunakan model linear double log dan analisis keinginan konsumen membayar dengan cara menghitung keinginan membayar dan kemampuan untuk membeli. Analisis untuk pilihan sumber air dilakukan pengujian dengan models of qualitative choice.

Hasil penelitian Sudrajat menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik biaya, dengan semakin meningkatnya produksi perusahaan, biaya variabel rata-rata dan biaya marjinal semakin menurun sehingga terjadi eksternalitas teknis pada pengelolaan air PDAM Kotamadya Pontianak. Pelanggan PDAM nya adalah golongan masyarakat dengan pendapatan lebih tinggi, sehingga semakin tinggi volume bak mandi yang dimiliki maka akan semakin tinggi konsumsi PDAM per kapita. Hal tersebut dikarenakan pemilik bak cenderung menggunakan baknya


(43)

untuk menampung air PDAM dibanding menampung air hujan. Hasil penelitian yang over estimated ini menunjukkan bahwa sumberdaya air PDAM sudah memiliki nilai tinggi di tangan konsumen.

Penelitian lainnya oleh Kusuma (2006) melakukan penelitian mengenai pengelolaan air dan kebijakan tarif air di Kota Madiun. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan tarif dan mengestimasi variabel-variabel yang mempengaruhi fungsi biaya pengelolaan air bersih dengan menggunakan regresi linier berganda dan analisis penetapan tarif dengan marginal cost pricing dan variasi tarif serta melihat penyesuaian tarif air dengan melihat perhitungan laba rugi dari PDAM. Hasil penelitian Kusuma menunjukkan bahwa hasil analisis model biaya pengelolaan air PDAM Madiun dari tahun 1995-2005 menunjukkan bahwa baik biaya variabel, biaya investasi maupun jumlah produksi air berpengaruh nyata dengan arah yang positif terhadap total biaya pengelolaan air PDAM dan penetapan tarif air baik secara ekonomi maupun finansial telah dapat memberikan susunan tarif yang sesuai dengan kondisi masyarakat telah mencapai kondisi full cost recovery.

Esanawati (2009) melakukan penelitian mengenai fungsi produksi, penetapan tarif dan alokasi air minum yang efisien di PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengidentifikasi pengelolaan air dan memproyeksikan pengembangan kapasitas produksi PDAM Tirta Patriot sepuluh tahun yang akan datang dengan menggunakan metode pemulusan dengan teknik eksponensial ganda yang dilakukan dengan analisis kapasitas produksi, analisis deskriptif juga melihat analisis pola pengelolaan sumberdaya air.


(44)

Hasil penelitian Esanawati menunjukkan bahwa tingkat kekeruhan air baku berpengaruh nyata dan negatif, penggunaan tarif yang berlaku belum memenuhi besaran tarif dasar dengan mekanisme biaya pemulihan penuh sebesar Rp. 2.239/m3 kemudian proyeksi produksi air dengan model ARIMA 2,1,0, tren produksi air yang meningkat dari tahun ke tahun dengan menggunakan teknik pemulusan data eksponensial ganda menunjukkan hasil yang berfluktuatif yang cenderung meningkat setiap tahunnya.


(45)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Komponen Biaya Produksi dan Biaya Pengelolaan Air PDAM 3.1.1 Biaya Produksi Air PDAM

Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi. Menurut Suparmoko (1995), biaya produksi air bervariasi pada tiga dimensi yaitu jumlah pelanggan, kapasitas untuk menyediakan dalam arti kapasitas yang berbeda-beda untuk melayani daerah yang berbeda-beda dan jarak pengiriman atau penyerahan air ke tempat pemakai. Atas dasar klasifikasi tersebut, biaya produksi air dibagi ke dalam biaya kapasitas, biaya langganan dan biaya penyerahan.

Biaya kapasitas berkaitan dengan ukuran perusahaan seperti instalasi air minum. Biaya langganan berkaitan dengan jumlah dan penyebaran para langganan yang meliputi biaya penagihan, biaya meteran, dan biaya pelayanan atau perbaikan, perbaikan nama pada rekening serta biaya untuk membaca meteran dan rekening. Biaya penyerahan berkaitan dengan volume pengiriman air sepeti biaya transport dan biaya penyaluran. Komponen biaya produksi pengelolaan air PDAM adalah biaya pengadaan bahan baku, biaya pengolahan, biaya transmisi, biaya distribusi, biaya umum, biaya administrasi, biaya penyusutan dan biaya amortisasi instalasi non pabrik4. Salah satu maksimisasi keuntungan produsen/perusahaan adalah dengan minimisasi biaya produksi. Biaya eksplisit, pengeluaran aktual (secara akuntansi) perusahaan untuk penggunaan sumber daya dalam proses produksi. Biaya implisit, biaya ekonomi perusahaan atas penggunaan sumber daya yang ditimbulkan karena proses produksi

4


(46)

3.1.2 Biaya Pengelolaan Produksi Air PDAM

Menurut McNeill dan Tate (1991) dalam Ariestis (2004), biaya pengelolaan air PDAM terdiri atas biaya ekspansi (expansion cost), biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (average cost). Biaya ekspansi adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka pengembangan kapasitas pelayanan PDAM kepada masyarakat pelanggan. Contoh dari biaya ekspansi tersebut adalah pengeluaran untuk sambungan baru. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan air PDAM yang tidak berubah-ubah dalam waktu yang pendek terlepas dari volume air yang disalurkan. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tetap antara lain adalah biaya gaji pegawai yang tidak berhubungan dengan proses produksi air, biaya penyusutan peralatan, biaya beban kantor, biaya perjalanan dinas dan lain-lain. Komponen biaya terakhir yaitu biaya variabel adalah biaya-biaya yang berubah-ubah atau bervariasi sesuai dengan jumlah (volume) air yang disalurkan kepada pelanggan dan yang terbuang dalam waktu yang pendek. Contoh biaya variabel adalah biaya produksi air, biaya penelitian dan pengembangan.

Pengaruh biaya produksi terhadap jenis Instalasi Pengolahan Air (IPA) sangat erat kaitannya, besarnya volume air pada kapasitas produksi di masing-masing instalasi akan mempengaruhi besarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Level kapasitas produksi sesuai jenis/unit instalasi pengolahan air dapat mempengaruhi besarnya biaya produksi, sehingga perusahaan dapat meminimalisasi biaya produksi agar produksi menjadi efisien dan dapat memberikan laba bersih yang dihasilkan sebagai pengelolaan air dan sumber pendapatan daerah.


(47)

3.2 Keterkaitan antara Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Air terhadap Instalasi Pengolahan Air

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi air terhadap instalasi pengolahan air dapat dipengaruhi oleh sumber air baku yang digunakan, besarnya jumlah produksi air, besarnya jumlah pemakaian bahan kimia, pemakaian listrik yang merupakan variabel lingkungan. Hal ini dapat ditandai apakah semakin besar variabel lingkungan yang digunakan berpengaruh signifikan terhadap produksi air. 3.3 Penetapan Harga Pokok Air PDAM

Menurut Manullang (1996) dalam Kusuma (2006), yang dimaksud dengan harga pokok adalah jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksikan suatu barang ditambah biaya yang lain hingga barang tersebut berada di pasar. Unsur harga pokok sendiri dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu:

1) Biaya langsung, adalah biaya yang langsung diterapkan pada sejumlah hasil produksi tertentu, biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan mentah dan upah yang dibayar kepada tenaga kerja dalam suatu proses produksi dan merupakan biaya langsung kepada hasil produksi yang bersangkutan.

2) Biaya tidak langsung, merupakan biaya yang tidak langsung diterapkan kepada sejumlah hasil produksi tertentu akan tetapi kepada suatu prestasi tertentu.

Berikut yang termasuk biaya langsung dalam proses produksi air PDAM adalah biaya sumber, biaya pengolahan dan biaya transmisi serta distribusi. Biaya tidak langsung adalah biaya administrasi dan umum yang terdiri dari biaya pegawai, biaya kantor, biaya hubungan langganan, biaya penelitian dan


(48)

pengembangan, biaya keuangan, biaya pemeliharaan, rupa-rupa biaya umum, penyusutan instalasi biaya umum dan biaya bank.

Produk yang dihasilkan dalam memproduksi air PDAM hanya satu jenis, maka untuk menetapkan harga pokok air PDAM dapat dilakukan dengan metode pembagian yaitu membagi seluruh biaya produksi dengan jumlah satuan air yang diproduksi pada periode tertentu, rumus matematika terdapat pada persamaan 1. 3.4 Kerangka Pemikiran Operasional

Perusahaan Daerah Air Minum dalam penyelenggaraannya, berusaha mengelola sumberdaya air menjadi air bersih yang layak untuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terutama sebagai sumber air minum. Penyediaan air bersih di Indonesia sendiri menghadapi berbagai kendala yang kompleks mulai dari kelembagaan, teknologi, anggaran, pencemaran maupun sikap masyarakat. Salah satu permasalahan dalam pengelolaan air bersih adalah ketidaksediaan dana dan meningkatnya biaya produksi dan operasional unit-unit pengolahan air. Peningkatan ini dipicu oleh krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sehingga berpengaruh terhadap kegiatan PDAM sebagai penyedia air bersih. PDAM sebagai pihak yang mengelola dan memanfaatkan air membutuhkan upaya-upaya dalam supply air bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Keterkaitan ekonomi antara sumberdaya alam dan lingkungan merupakan sistem pendukung yang erat kaitannya satu sama lain, oleh karena itu dibutuhkan alternatif pemecahan masalah secara internal dan eksternal terhadap produksi dan pendistribusian air terhadap masyarakat, hal tersebut yakni dengan mengidentifikasi pengelolaan sumberdaya air berdasarkan kapasitas produksi PDAM Bekasi, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat


(49)

produksi air bersih di PDAM Bekasi dan mengestimasi biaya produksi terhadap jenis instalasi pengolahan air sesuai level kapasitas produksinya dan mengevaluasi harga pokok air bersihnya.

Tahap awal dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi pengelolaan sumber daya air berdasarkan kapasitas produksi instalasi pengolahan air oleh PDAM Bekasi dengan menggunakan alat analisis deskriptif untuk melihat keragaan ekstraksi air sesuai dengan efisiensi, equity dan sustainability. Tahap kedua adalah dengan menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi fungsi produksi air PDAM Bekasi dengan menggunakan analisis fungsi regresi linier berganda yakni metode regresi komponen utama. Hal ini dilakukan agar diketahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap produksi air PDAM Bekasi. Tahap ketiga adalah mengestimasi fungsi biaya produksi terhadap jenis instalasi pengolahan air sesuai level kapasitas produksinya dengan menggunakan fungsi biaya pengelolaan air dengan menggunakan regresi linier berganda yakni dengan fungsi Cobb Douglas terhadap pengamatan dan perlakuan dari unit instalasi pengolahan air dengan level kapasitas produksi rendah, sedang dan tinggi selama tiga tahun terakhir melalui biaya langsung dan tidak langsung yang digunakan. Hal ini untuk melihat dan membandingkan apakah semakin besar kapasitas unit pengolahan air mempengaruhi biaya produksi yang dikeluarkan. Tahap keempat adalah menilai harga pokok air bersih dengan menggunakan mekanisme marginal cost pricing yaitu dengan membagi jumlah biaya produksi yang digunakan dengan jumlah air yang didistribusikan ke pelanggan.

Pemanfaatan dan pengelolaan air permukaan dipengaruhi oleh debit air dan kualitas air sehingga stok yang dimaksudkan dalam hal ini adalah jumlah


(50)

debit air yang mengalir pada wilayah sungai. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat membantu PDAM dalam menghasilkan orientasi kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air yang optimum dan efisien sehingga dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat Bekasi secara berkelanjutan. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 4 yang menjelaskan kerangka berpikir dari latar belakang, tujuan penelitian dan metode yang digunakan.


(51)

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Perusahaan Daerah Air Minum

Pengelolaan Air

Kelangkaan Ketersediaan Air Bersih, Produksi yang kurang efisien, Tarif Air

PDAM

Mengidentifikasi pengelolaan sumberdaya air Instalasi Pengolahan

Air PDAM Bekasi 

Estimasi variabel yang mempengaruhi fungsi

produksi dan biaya pengelolaan air

Estimasi fungsi biaya produksi terhadap jenis instalasi pengolahan air sesuai level kapasitas

produksi 

Evaluasi harga pokok air

bersih

Analisis Deskriptif Analisis regresi linier berganda dengan PCA

Regresi berganda

Marginal Cost Pricing

Kebijakan pengelolaan sumberdaya air yang optimum , penetapan tarif dan alokasi air minum yang efisien secara berkelanjutan sesuai dengan produksi dan IPA yang digunakan.


(52)

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PDAM Bekasi Jl. KH Noer Ali Kav 1. Perum Mas Naga Bekasi. Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa di PDAM Bekasi memiliki kriteria untuk diidentifikasi mengenai permasalahan air akibat aktivitas industri yang menyebabkan adanya alokasi dan pengelolaan yang kurang efisien. Pemilihan lokasi ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan sistem PDAM Kota Bekasi dalam mengalokasi sumberdaya air sesuai jenis instalasi pengolahan air, mengestimasi faktor produksi dan biaya produksi terhadap Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan menghitung harga pokok air bersih. Pengambilan data primer penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-April 2011.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan terbagi kedalam dua bagian yaitu data primer dan data sekunder. Data yang digunakan sebagai bahan analisa dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data deret waktu (time series). Data tersebut meliputi data biaya usaha bulanan selama tiga tahun (2007-2009) dan data produksi bulanan selama lima tahun (2006-2010) didapatkan dari PDAM Bekasi, selain itu data primer digunakan sebagai data pendukung untuk melengkapi data sekunder, diperoleh secara langsung dengan metode wawancara kepada direksi PDAM Bekasi, masyarakat lain sekitar PDAM Bekasi, dan pihak-pihak yang mengetahui informasi penting yang terkait dengan penelitian ini sedangkan data lainnya sebagai pendukung diperoleh dari instansi terkait, antara lain BPS Kota Bekasi,


(53)

penelitian terdahulu, Perum Jasa Tirta II, literatur terkait dengan penelitian serta media internet. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Metode Pengumpulan Data dan Analisis No Tujuan Penelitian Data yang

diperlukan Sumber Data Metode Analisis 1 Mengidentifikasi pengelolaan sumberdaya air berdasarkan kapasitas produksi Instalasi Pengolahan Air PDAM Bekasi

Sumber air baku PDAM Bekasi, mekanisme pengelolaan air berdasarkan IPA,

supply air ke masyarakat PDAM Bekasi, BPS Kota Bekasi Analisis deskriptif

2 Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi fungsi produksi air PDAM Bekasi

Air baku, jumlah produksi air, jumlah pemakaian bahan kimia, jumlah pemakaian listrik Bagian Produksi PDAM Bekasi Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi melalui regresi linier berganda dengan (Principal Component Analysis) 3 4 Mengestimasi fungsi biaya produksi terhadap instalasi pengolahan air sesuai level kapasitas produksinya Mengevaluasi harga pokok air bersih yang diberlakukan Level kapasitas produksi, jenis/unit instalasi pengolahan air,seluruh komponen biaya PDAM Jumlah air produksi/distribusi, biaya total produksi air PDAM Bekasi Keuangan PDAM Bekasi Keuangan PDAM

Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi biaya dengan regresi berganda Metode pembagian dan Marginal Cost Pricing

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menganalisis data yang telah diperoleh secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan


(1)

95

 

 

Lampiran 3. Data Biaya Produksi masing-masing cabang

IPA. Tambun y x1 x2 x3

Tahun Bulan TC BISA+BIPA Bpegawai produksi

2007 Januari 165.283.756 109.949.691 53.315.064 205.313

2007 Februari 201.618.648 148.600.834 54.507.978 185.023

2007 Maret 180.583.914 124.989.447 53.471.766 205.385

2007 April 191.900.343 140.200.834 54.465.890 190.514

2007 Mei 183.689.817 130.166.538 53.467.895 195.725

2007 Juni 206.800.542 124.665.365 52.889.789 200.612

2007 Juli 199.157.543 123.221.311 52.234.534 199.880

2007 Agustus 158.358.504 110.759.134 55.445.347 195.829

2007 September 156.220.116 109.770.712 56.000.650 195.680

2007 Oktober 188.899.955 124.555.076 52.900.899 203.755

2007 November 253.932.146 121.181.370 54.877.560 197.536

2007 Desember 235.702.491 116.789.367 53.476.900 191.505

2008 Januari 392.726.669 280.075.189 54.678.989 213.826

2008 Februari 253.932.146 121.181.370 55.344.560 194.636

2008 Maret 250.369.522 135.770.179 56.432.260 218.274

2008 April 249.969.522 136.770.179 54.564.300 207.472

2008 Mei 297.876.767 204.693.752 55.434.678 202.427

2008 Juni 323.903.108 192.872.247 54.567.793 208.794

2008 Juli 324.047.609 204.480.862 52.775.000 211.594

2008 Agustus 201.217.835 123.835.185 54.556.000 206.046

2008 September 210.011.872 135.544.499 56.443.700 183.527

2008 Oktober 191.901.433 121.929.650 54.870.500 189.752

2008 November 252.404.693 182.810.896 55.450.680 205.232

2008 Desember 264.202.828 191.782.884 56.989.000 212.690

2009 Januari 229.737.985 131.758.251 54.378.900 204.898

2009 Februari 233.220.890 147.620.328 57.000.000 198.664

2009 Maret 246.950.497 154.309.102 56.656.433 222.709

2009 April 234.696.149 144.891.386 57.554.325 216.381

2009 Mei 246.942.559 168.933.270 50.004.320 254.466

2009 Juni 360.711.885 207.711.953 49.899.500 224.208

2009 Juli 264.116.619 167.976.110 49.898.900 223.736

2009 Agustus 236.100.504 138.317.456 51.005.468 226.325

2009 September 334.534.220 122.085.964 54.000.450 209.952

2009 Oktober 241.872.773 154.522.288 53.789.000 235.262

2009 November 272.416.141 142.807.850 52.345.000 229.608

2009 Desember 379.801.322 141.350.709 54.890.000 218.290

IPA. Rawa Tembaga y x1 x2 x3

Tahun Bulan TC BISA+BIPA (Rp) B.Pegawai produksi


(2)

96

 

2007 Februari 359.444.705 261.940.089 66.500.789 336.078

2007 Maret 388.172.936 261.923.175 68.897.000 395.702

2007 April 372.086.557 227.030.758 69.770.550 399.471

2007 Mei 316.658.735 215.792.327 70.065.990 394.726

2007 Juni 321.390.557 242.736.084 68.875.400 364.379

2007 Juli 303.693.560 224.071.532 65.598.780 383.276

2007 Agustus 348.352.727 230.241.275 63.456.680 393.363

2007 September 313.018.735 212.792.327 64.776.554 394.600

2007 Oktober 357.125.330 229.163.350 64.958.146 356.726

2007 November 622.326.817 327.382.178 63.389.000 340.164

2007 Desember 600.049.914 452.410.790 64.556.000 332.893

2008 Januari 350.599.723 230.105.335 65.000.089 338.818

2008 Februari 475.780.968 280.196.823 66.988.900 316.496

2008 Maret 444.338.563 264.801.877 67.000.670 306.880

2008 April 382.588.902 240.229.054 65.749.912 284.773

2008 Mei 361.719.861 253.326.054 66.789.000 350.595

2008 Juni 475.780.968 280.196.823 67.890.000 336.787

2008 Juli 340.676.215 198.944.891 68.867.900 361.220

2008 Agustus 347.350.220 234.093.213 67.890.000 373.968

2008 September 340.676.215 198.944.891 68.899.900 365.576

2008 Oktober 441.335.403 260.034.681 71.000.656 375.856

2008 November 378.442.035 271.701.369 69.987.002 361.256

2008 Desember 355.541.728 252.701.439 67.008.989 356.951

2009 Januari 500.468.782 356.320.383 70.001.890 370.150

2009 Februari 426.747.415 284.445.053 70.102.990 334.150

2009 Maret 529.548.258 270.975.357 70.021.000 336.450

2009 April 495.082.969 332.914.164 65.000.089 323.946

2009 Mei 439.181.086 302.673.122 67.890.089 309.911

2009 Juni 588.736.315 287.561.070 69.890.540 291.879

2009 Juli 421.498.136 231.139.649 73.000.190 322.228

2009 Agustus 391.331.272 189.599.110 68.000.890 314.764

2009 September 708.908.068 228.439.289 67.550.900 279.113

2009 Oktober 520.790.035 258.489.418 66.657.800 300.063

2009 November 474.934.352 260.901.519 67.899.006 261.417


(3)

98

 

 

Lampiran 4. Scatter Plot Persamaan Produksi PDAM Bekasi Uji Autokorelasi, Uji

Kenormalan, Uji Homoskedastisitas ,Histogram Residual

       

Observat ion Order

R e s id u a l 180 160 140 120 100 80 60 40 20 1 0.10 0.05 0.00 -0.05 -0.10

Residuals Versus the Order of the Data

     

Residual P e rc e n t 0.10 0.05 0.00 -0.05 -0.10 99.9 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0.1

Normal Probability Plot of the Residuals

 

      

Fit t ed Value

R e s id u a l 14.0 13.5 13.0 12.5 12.0 0.10 0.05 0.00 -0.05 -0.10

Residuals Versus the Fitted Values

(response is LnY)

     

Residual Fr e q u e n c y 0.06 0.03 0.00 -0.03 -0.06 -0.09 50 40 30 20 10 0

Histogram of the Residuals

 

       

Scatter Plot persamaan biaya produksi air PDAM Bekasi Uji Autokorelasi, Uji

Kenormalan, Uji Homoskedastisitas ,Histogram Residual

       

Observat ion Order

R e s id u a l 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 1 0.2 0.1 0.0 -0.1 -0.2 -0.3

         

Residual Fr e q u e n c y 0.16 0.08 0.00 -0.08 -0.16 -0.24 25 20 15 10 5 0

Histogram of the Residuals

 

 

       

Fit t ed Value

R e s id u a l 13.8 13.6 13.4 13.2 13.0 12.8 12.6 12.4 12.2 12.0 0.2 0.1 0.0 -0.1 -0.2 -0.3

Residuals Versus the Fitted Values

      

Residual P e rc e n t 0.3 0.2 0.1 0.0 -0.1 -0.2 -0.3 99.9 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0.1

Normal Probability Plot of the Residuals


(4)

xv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Juni 1989. Penulis merupakan

anak ketiga dari lima bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak Machmud Rusdi dan

Ibu Chosiah.

Penulis

menyelesaikan

pendidikan

Sekolah Dasar di SD Negeri Harapan Jaya

XVI Bekasi Utara pada tahun 2001. Selanjutnya penulis meneruskan pendidikan

lanjutan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 5 Bekasi selama 3 tahun sampai

tahun 2004. Penulis menamatkan pendidikan menengah di Sekolah Menengah Atas

Negeri 4 Bekasi pada tahun 2007.

Penulis kemudian melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur

USMI IPB, setelah melalui Tahap Persiapan Bersama (TPB) IPB penulis kemudian

masuk ke mayor Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas

Ekonomi dan Manajemen IPB pada tahun 2008 dan minor dari Departemen

Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) yakni Pengelolaan Wisata

Alam dan Jasa Lingkungan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan dan

kepanitiaan, penulis merupakan staf Soskemah pada BEM TPB dan Bendahara Divisi

Sumberdaya Insani pada Badan Semi Otonom (BSO) Sharia Economic Student Club

(SESC) pada masa kepengurusan 2008-2010.


(5)

iii

 

 

RINGKASAN

NURUL FADILLAH

. Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air, Fungsi

Produksi dan Biaya Produksi terhadap Instalasi Pengolahan Air (Studi kasus di

PDAM Bekasi) Dibimbing Oleh

YUSMAN SYAUKAT

Air merupakan sumberdaya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan

manusia, termasuk kehidupan dan kesinambungan rantai pangan makhluk hidup.

Kota Bekasi terletak di bagian utara Propinsi Jawa Barat memiliki permasalahan

dalam penyediaan sumber daya air. Kota Bekasi juga dikenal sebagai kota

industri, akibat banyaknya aktivitas dari industri-industri sekitarnya.

Penelitian ini memiliki empat tujuan yaitu : (1) Mengidentifikasi

pengelolaan sumberdaya air berdasarkan instalasi oleh PDAM Bekasi, (2)

Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air bersih di

PDAM Bekasi, (3) Mengestimasi fungsi dan biaya produksi terhadap jenis

instalasi pengolahan air sesuai level kapasitas produksi (4) mengestimasi harga

pokok air bersih

Penelitian ini dilaksanakan di PDAM Bekasi. Data yang dibutuhkan data

sekunder dan data primer. Analisis deskriptif untuk analisis pengelolaan Sumber

Daya Air (SDA), analisis regresi linier berganda untuk melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi air dan fungsi biaya produksi air terhadap Instalasi

Pengolahan Air (IPA), dan untuk mengevaluasi harga pokok air bersih PDAM

Bekasi dengan

marginal cost pricing

.

Sumber air baku utama berasal dari Saluran Tarum Barat dengan

mekanisme harga kontrak Rp 45/m

3

, akan tetapi bercampur dengan air Kali

Bekasi. PDAM Bekasi memiliki 5 unit/cabang dengan level berbeda. Cabang

Tambun mewakili level rendah dengan jumlah kapasitas produksi yang terpasang

yaitu 115 detik/liter, Rawa Tembaga mewakili level sedang sebesar 200 detik/liter

dan Cabang Kota mewakili level tertinggi sebesar 400 liter/detik. Hasil Analisis

regresi komponen utama dari fungsi produksi air LnAT = 12,8 + 0,225 LnAB +

0,226 LnAP + 0,195 LnPBK + 0,255 LnPL - 0,667 D1+ 0,300 D2 didapatkan

bahwa ln air baku, air produksi, penggunaan bahan kimia, penggunaan daya listrik

signifikan secara statistik pada taraf nyata 5% dengan hasil keragaman model

sebesar 98,3%. Hasil Analisis regresi komponen utama dari fungsi biaya produksi

air dengan mentransformasi fungsi Cobb Douglas adalah LnTC = 10,5 + 0,865

LnBI - 0,1 LnBP - 0,46 LnQ+ 0,309 D1+ 0,629 D2, didapatkan biaya instalasi,

produksi air berpengaruh nyata dan signifikan pada taraf nyata 5% dengan hasil

keragaman model sebesar 94,4%.

Laju pertumbuhan

marginal cost

pada masing-masing cabang dengan level

kapasitas produksi air yang berbeda-beda memiliki angka laju pertumbuhan yang

positif, yaitu pada level rendah (Cabang Tambun) sebesar 47,72% sedangkan

level sedang (Cabang Rawa Tembaga) sebesar 35,28% dan level tinggi (Cabang

Kota) sebesar 29,37%, artinya selama kurun waktu tersebut terdapat peningkatan

nilai

marginal cost

tiap tahunnya. Laju pertumbuhan

average cost

secara

keseluruhan dari tahun 2007 hingga 2009 memiliki angka laju pertumbuhan yang

positif, yaitu pada level rendah (Cabang Tambun) sebesar 39,58% level sedang


(6)

iv

 

(Rawa Tembaga) sebesar 48,01% dan level tinggi (Cabang Kota) sebesar 48,79%,

artinya selama kurun waktu tersebut terdapat peningkatan nilai

average cost

tiap

tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kapasitas air produksi yang

digunakan oleh masing-masing cabang di PDAM Bekasi mempengaruhi laju

pertumbuhan

average cost-

nya. Analisis finansial penetapan harga air yang

diberlakukan oleh PDAM Bekasi pada tahun 2007-2009 bersifat tetap dengan

berpedoman kepada perhitungan berdasarkan Menteri Dalam Negeri Nomor 23

tahun 2006 tentang pedoman teknis dan tata cara pengaturan tarif air minum pada

Perusahaan Daerah Air Minum, penetapan tarif didasarkan atas biaya dasar yang

diperoleh dari perhitungan harga pokok produksi. Penetapan harga air PDAM

berdasarkan

marginal cost pricing

sudah dapat mencapai kondisi tertutupinya

seluruh biaya pengelolaan. Pengembangan kapasitas produksi mengakibatkan

produksi meningkat setiap tahunnya karena kebutuhan air yang meningkat dan

cakupan wilayah diperluas sehingga dapat mengurangi biaya, Jadi visi dan misi

PDAM dalam rangka penyediaan air bersih perlu ditingkatkan dalam hal

pelayanan meskipun belum menambah kapasitas IPA dengan kendala dana

minim.