Karakteristik Minyak Ikan dari Belly Flap Patin Siam (Pangasius Hypopthalmus) pada berbagai tahap proses pemurnian

KARAKTERISTIK MINYAK IKAN DARI BELLY FLAP
PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus) PADA BERBAGAI
TAHAP PROSES PEMURNIAN

ANITA JULAIKHA

TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Karakteristik Minyak
Ikan dari Belly Flap Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) pada Berbagai Tahap
Proses Pemurnian” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Anita Julaikha
NIM C34100063

4

ABSTRAK
ANITA JULAIKHA. Karakteristik Minyak Ikan dari Belly Flap Patin Siam
(Pangasius hypopthalmus) pada Berbagai Tahap Proses Pemurnian. Dibimbing
oleh SUGENG HERI SUSENO dan HERU SUMARYANTO.
Belly flap patin merupakan salah satu dari hasil samping pengolahan fillet
ikan patin yang berpotensi dijadikan bahan baku dalam produk minyak ikan.
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bligh and dyer, wet
rendering dan dry rendering. Ekstraksi yang terbaik dilanjutkan dengan

pemurnian menggunakan sentrifugasi dan absorben (atapulgit dan bentonit).
Produk akhir dibandingkan dengan minyak patin komersil. Analisis kualitas
minyak hasil ekstraksi meliputi analisis bilangan peroksida, asam lemak bebas,
bilangan anisidin, total oksidasi dan kejernihan minyak. Kadar lemak belly flap
patin sebesar 19,53±1,51% dengan asam lemak dominan yaitu asam oleat 20,66 %,
asam palmitat sebesar 18,86 % dan asam linoleat sebesar 11,50%. Ekstraksi
minyak ikan dari belly flap patin terbanyak adalah metode wet renderring yaitu
12,06± 0,08%. Hasil Pemurnian minyak ikan menghasilkan nilai asam lemak
bebas, nilai peroksida, nilai anisidin dan nilai total oksidasi yaitu 5,64%, 11,67
meq/kg, 1,08 meq/kg, dan 24,41 meq/kg dan memiliki nilai transmisi tertinggi.
Kata kunci: belly flap patin, ekstraksi, kualitas minyak, minyak patin komersil,
pemurnian

ABSTRACT
ANITA JULAIKHA. Characteriztic of Fish Oil Belly Flap Patin Siam (Pangasius
hypopthalmus) at Different of Purification Step. Supervised by SUGENG HERI
SUSENO and HERU SUMARYANTO.
Patin belly flap is one part of patin fish processing by-products. It is
potential to be used as a raw material for fish oil production. The extraction
methods were used Bligh and dyer, wet rendering and dry rendering. Crude fish

oil obtained from the best extraction method was refined by centrifugation and
adsorption (attapulgite and bentonite). The characteristics fish oil purified were
compared to commercial patin oil. The fat content of patin belly flap was
19.53±1.51%. The fatty acid of patin fish oil was dominant by oleic acid
(20.66%), palmitic acid (18.86%) and linoleat acid (11.50%). Wet rendering was
the most effective extraction which yield was 12.06±0.08%. Patin oil refined had
free fatty acid value at 5.64%, peroxide value at 11.67 meq/kg, anisidin value at
1.08 meq/kg, total oxidation value at 24.41 meq/kg and it had the highest
transmision value.
Keywords: Patin belly flap, extraction, oil quality, commercial patin oil, refining

5

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.


Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

6

7

KARAKTERISTIK MINYAK IKAN DARI BELLY FLAP
PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus) PADA BERBAGAI
TAHAP PROSES PEMURNIAN

ANITA JULAIKHA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan

TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

8

9

10

xi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Karakteristik
Minyak Ikan dari Belly Flap Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) pada Berbagai
Tahap Proses Pemurnian ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Departemen
Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini, yaitu:
1) Dr Sugeng Heri Suseno, SPi, MSi dan Ir Heru Sumaryanto, MSi selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penelitian
dan penyusunan skripsi ini.
2) Dra Ella Salamah, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
untuk perbaikan skripsi ini.
3) Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku ketua Departemen Teknologi Hasil
Perairan FPIK-IPB.
4) Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS selaku Ketua Program Studi Departemen
Teknologi Hasil Perairan FPIK-IPB.
5) Seluruh dosen, pegawai dan staf TU Departemen Teknologi Hasil Perairan,
FPIK- IPB atas bantuannya selama ini.
6) Bapak Ardi, Kakak Vera, Kakak Intan dan seluruh staf di PT. Adib Food
Suplies atas kerjasamanya selama ini.
7) Ibunda Idah Faridah, Ayahanda Jumaria, Kakak Bagus Sunarya,
Indrayansyah, Sari Puspita dan adik Indri Sulistiana serta seluruh keluarga
yang telah memberikan dorongan moril maupun materil dan do’a.
8) Keluarga besar THP 47 (Ridhatulfahmi, Hardiayana Rusmiyati, Isna Kurniati

A, Ukhti Sholihah, Enok, Chalida, Rizki (Komti), keluarga besar FKM-C
(Rifqie, Ghulam, Mina, Dihar, Ekawati, Elvani, Diah, Syahrir, Aziz, Fahmi
dkk), keluarga Lingkar Inspirasi (Mba Laili, Sahesti, Nisa, Izza, Zia, Putu,
Suci, Dini, Erlin, Arin), Keluarga Rumah Ceria (Neng, Mega F, Mega S,
Ainur, Mutia, dan Sekar) dan keluarga besar Rumah Qur’an IPB 2 atas
bantuan, semangat, dan do’a yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014
Anita Julaikha

xii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

Latar Belakang .................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................ 2
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2
Manfaat Penelitian .............................................................................................. 2
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................. 3
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 3
Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................. 3
Bahan Penelitian ................................................................................................. 3
Peralatan Penelitian............................................................................................. 4
Prosedur Penelitian ............................................................................................. 4
Prosedur Analisis ................................................................................................ 5
Pengambilan data dan preparasi sampel ........................................................ 5
Ekstraksi ......................................................................................................... 5
Metode Bligh and Dryer (1959) ..................................................................... 5
Metode Wet Rendering (O’Brien 2009) ......................................................... 5
Metode Dry Rendering (O’Brien 2009) ......................................................... 5
Pengukuran rendemen (Nirwana 2013) ......................................................... 6
Analisis proksimat.......................................................................................... 6
Kadar air (AOAC 2005) .............................................................................. 6
Kadar abu (AOAC 2005) ............................................................................. 6

Kadar protein (AOAC 2005) ....................................................................... 7
Kadar lemak (AOAC 2005) ......................................................................... 7
Kadar karbohidrat (AOAC 2005) ................................................................ 7
Analisis profil asam lemak (AOAC 2005) ..................................................... 8
Pemurnian minyak ikan (Hastarini 2012) ...................................................... 9
Analisis asam lemak bebas (AOAC 2005)..................................................... 9
Analisis bilangan peroksida (AOAC 2005) ................................................... 9
Penentuan nilai anisidin (Watson 1994) ..................................................... 10
Penentuan nilai total oksidasi (Perrin 1996) ................................................ 10
Uji kejernihan (AOAC 1995) ....................................................................... 10
Rancangan percobaan................................................................................... 10
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 13
Rendemen Hasil Samping Pengolahan Fillet Ikan Patin .................................. 13
Karakterisasi Belly Flap Patin .......................................................................... 13
Ekstraksi Minyak Ikan dari Belly Flap Patin .................................................... 15
Karakterisasi Minyak Ikan dari Setiap Tahapan dan Perbandingan dengan
Karakterisasi Minyak Patin Komersil ............................................................... 17
Asam lemak bebas........................................................................................ 17
Nilai bilangan peroksida .............................................................................. 18
Nilai bilangan anisidin ................................................................................. 19

Bilangan total oksidasi ................................................................................. 20

xiii

Nilai kejernihan ........................................................................................... 21
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 22
Kesimpulan ....................................................................................................... 22
Saran ................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

DAFTAR TABEL
1 Persentasi rendemen hasil samping fillet ikan patin (P. hypophthalmus) ......... 13
2 Persentase profil asam lemak dari belly flap patin ............................................ 14

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir prosedur penelitian ........................................................................ 12
2 Diagram batang nilai rendemen ekstraksi minyak ikan ..................................... 15
3 Rendemen minyak ikan berdasarkan tahapan .................................................... 16
4 Kenampakan minyak belly flap patin................................................................. 17
5 Kandungan asam lemak bebas minyak belly flap patin dan minyak

patin komersil .................................................................................................... 18
6 Kandungan nilai peroksida minyak belly flap patin dan minyak patin
komersil .............................................................................................................. 18
7 Nilai bilangan anisidin minyak belly flap patin dan minyak patin komersil...... 19
8 Nilai total oksidasi minyak belly flap patin dan minyak patin komersil ........... 20
9 Persen transmisi kejernihan minyak belly flap patin dan minyak patin
komersil .............................................................................................................. 21

DAFTAR LAMPIRAN
1 Gambar Kegiatan Penelitian .............................................................................. 27
2 Hasil Data Uji Anova dan Uji Duncan Ekstraksi Tiga Metode ......................... 27
3 Hasil Data Uji Anova dan Uji Duncan Ekstraksi berdasarkan Tahapan ............ 28
4 Hasil Data Uji Anova dan Uji Duncan pada Pengujian Asam Lemak Bebas .... 28
5 Hasil Data Uji Anova dan Uji Duncan pada Pengujian Nilai Peroksida ........... 29
6 Hasil Data Uji Anova dan Uji Duncan Uji pada Pengujian P-Anisidin ............. 29
7 Hasil Data Uji Anova dan Uji Duncan pada Jumlah Nilai Total Oksidasi ........ 30

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan Patin merupakan komoditas utama ikan air tawar yang ditargetkan oleh
pemerintah Indonesia dalam perikanan budidaya, ikan ini sangat berkembang
pesat setiap tahunnya seiring dengan permintaan ikan konsumsi baik lokal dan
ekspor. Produksi ikan patin tahun 2011 sebanyak 383.000 kg, meningkat di tahun
2012 sebanyak 651.000 kg, Tahun 2013 berhasil meningkat kembali 1.107.000 kg,
dan ditargetkan tahun 2014 mencapai 1.883.000 kg. Peningkatan produksi ikan
patin di setiap tahunnya berkisar 70,09% (KKP 2013). Peningkatan produksi ikan
patin ini membuka peluang usaha ikan konsumsi sebesar 75% dan 25% sebagai
fillet patin, patin asap dan bentuk olahan lainnya. Peningkatan permintaan
produksi fillet patin dalam negeri 400-450 ton per bulan yang disuplay oleh enam
perusahaan besar dan legal di Indonesia (Zaidy 2013).
Hasil samping pengolahan fillet adalah kepala, kulit, isi perut, tulang, belly
flap (daging bagian perut), triming (hasil pengeratan/perapihan fillet) dan daging
kerok. Proses pengolahan ikan patin biasanya menghasilkan hasil samping sekitar
67% dari total ikan patin (Suryaningrum 2009). Pada umumnya hasil samping ini
dimanfaatkan sebagai tepung ikan, olahan pangan (bakso, sosis, dan nugget) dan
sebagai pakan ternak (PPKP 2011). Prospek usaha patin yang terus maju dan
berkembang maka limbah ini masih berpotensi untuk dikembangkan menjadi
produk yang lebih bernilai ekonomis, salah satunya adalah minyak ikan.
Minyak ikan merupakan komponen lemak dalam jaringan tubuh ikan yang
telah diekstraksi dalam bentuk minyak. Minyak ikan mempunyai jenis asam
lemak yang lebih beragam dibandingkan dengan jenis minyak yang lain yaitu
kandungan asam lemak omega-3 yang umum dijumpai pada minyak ikan (Estiasih
2009). Hal ini diketahui omega-3 merupakan asam lemak ikan tak jenuh majemuk
atau Asam Poliena (polyunsaturated fatty acids-PUFA) yang diturunkan EPA dan
DHA. EPA yaitu asam lemak eikosapentaenoat (C20: 5, ω-3). DHA yaitu asam
lemak dokosaheksaenoat (C22: 6, ω-3). EPA dan DHA ini bermanfaat secara
jangka panjang untuk perkembangan janin, termasuk saraf, retina, fungsi
kekebalan tubuh, fungsi kardiovaskular termasuk peradangan, penyakit arteri
perifer, kejadian koroner utama, antikoagulan dan penyakit Alzheimer (Swanson
et al. 2012). Permintaan omega-3 untuk produk mulai dari makanan suplemen,
makanan fungsional, dan obat-obatan meningkat dipasaran mencapai 12% untuk
tiga tahun kedepan (Krail 2013).
Produksi minyak ikan dari hasil samping industri ikan sangat potensial dan
sudah cukup banyak dilakukan namun secara umum terfokus pada ikan laut.
Sementara pemanfaatan hasil samping ikan air tawar untuk minyak ikan cukup
menjanjikan. Satviel et al. (2003) melakukan penelitian dengan memproduksi
minyak dari isi perut ikan sejenis patin (Ictalurus punctatus). Hastarini (2012)
berhasil mengkarakterisasi minyak ikan dari hasil samping pengolahan fillet ikan
patin siam dan ikan patin jambal. Arifianto (2014) menggunakan hasil samping
ikan patin siam untuk dikarakterisasi dan dioptimasi ekstrasi dari minyak tersebut.
Belly flap merupakan salah satu hasil samping patin yang memiliki komponen
lemak terbesar setelah isi perut yaitu 14,70% (Satviel et al. 2002), Belly flap

2

biasanya dimanfaatkan dalam produk olahan ikan yaitu sosis, bakso, dan nugget.
Belly flap yang diekstrak menjadi minyak ikan patin dan diproses lebih lanjut
untuk dikarakterisasi sebagai dasar pengembangan bagi produk pangan atau
ingredien pangan untuk kebutuhan manusia.
Penelitian mengenai karakterisasi minyak ikan dari hasil samping patin
sudah dilakukan namun karakteristik minyak ikan patin dari setiap proses
pembuatan belum dilakukan. Hal ini terkait adanya pengalaman empiris
dimasyarakat yang membuat minyak dari hasil samping ikan patin dengan cara
hanya dipanaskan dan diaplikasikan sebagai minyak goreng dalam masakan. Oleh
karena itu, penelitian yang dilakukan ini bermaksud mengakarakterisasi minyak
ikan dari belly flap setiap tahapan pembuatannya dan membandingkannya dengan
minyak patin komersil sehingga dapat memberikan informasi mengenai
karakteristik dari tiap tahapan pembuatannya. Penelitian ini diharapkan mampu
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses industri untuk bahan pangan
fungsional yang dapat memenuhi kecukupan gizi masyarakat Indonesia.

Perumusan Masalah
Belly flap merupakan bagian dari hasil samping fillet ikan patin yang
dihasilkan dari setiap perusahaan fillet patin. Pemanfaatan belly flap hanya
terbatas pada produk olahan seperti bakso, sosis, dan nugget. Adanya pengalaman
empiris masyarakat yang sudah membuat minyak ikan patin secara sederhana dan
diaplikasikan sebagai minyak goreng dalam masakan. Hal ini menyebabkan perlu
dilakukannya penelitian mengkarakterisasi minyak ikan dari belly flap pada setiap
tahapan pembuatannya dan membandingkannya dengan minyak patin komersil.

Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.

Tujuan dari penelitian ini adalah
Menentukan komposisi kimia dan profil asam lemak bahan baku belly flap
patin
Membuat minyak ikan dari belly flap patin dengan metode Bligh and Dryer,
wet rendering dan dry rendering
Melakukan pemurnian minyak ikan dari hasil metode terpilih dengan
absorben atapulgit dan bentonit
Menganalisis kualitas minyak ikan dan membandingkan dengan minyak
patin komersil
Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai
karakteristik minyak ikan patin dan menghasilkan minyak ikan patin berkualitas
sebagai dasar pengembangan menjadi produk pangan fungsional.

3

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pengambilan sampel dan data rendemen
hasil samping fillet, ekstraksi minyak ikan (metode Bligh and dryer, wet
rendering dan dry rendering). Pemurnian minyak ikan dengan absorben atapulgit
dan bentonit. Analisis kualitas minyak ikan dan perbandingan dengan minyak
patin komersil (analisis asam lemak bebas, analisis bilangan peroksida, analisis
bilangan anisidin, perhitungan total oksidasi dan uji kejernihan). Pengolahan data
dan penulisan laporan.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2014. Tempat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laboratorium Biokimia Hasil
Perairan, Laboratorium Preservasi dan Pengolahan Hasil Perairan, Departemen
Teknologi Hasil Perairan-IPB untuk kegiatan preparasi, uji asam lemak bebas, dan
uji peroksida. Laboratorium Terpadu Fakultas Peternakan – IPB untuk kegiatan
wet rendering, dry rendering, pemurnian, uji p-anisidin dan uji kejernihan.
Laboratorium Pendidikan dan Diagnostik Fakultas Kedokteran Hewan untuk
sentrifugasi, dan Labotatorium Kimia Terpadu, Sekolah Pasca sarjana IPB untuk
analisis profil asam lemak menggunakan gas chromatography.

Bahan Penelitian
Bahan utama penelitian ini adalah belly flap dari hasil samping fillet patin
yang diperoleh dari PT. Adib Global Food Suplies-Karawang dengan
penyimpanan di coolbox beserta es curai selama transportasi dan minyak patin
komersil bagian jaringan lemak putih ikan dari Kampar-Riau. Bahan yang
digunakan dalam preparasi dan ekstraksi belly flap yaitu aquades, metanol,
kloroform. Bahan yang digunakan untuk pemurnian yaitu serbuk bentonit dan
atapulgit. Analisis proksimat menggunakan bahan kapas, kertas saring, pelarut
heksan, selenium, H2SO4 pekat, aquades, NaOH 40%, H3BO3 2%, indikator Brom
Cresol Green-Methyl Red, dan HCl 0,1 N. Analisis profil asam lemak
menggunakan bahan larutan standar, NaOH 0,5 ml dalam metanol, BF3 20%,
NaCl jenuh, Isooktan, dan Na2SO4 anhidrat. Analisis asam lemak bebas
menggunakan bahan etanol 96%, indikator PP, KOH 0,1 N. Analisis bilangan
peroksida menggunakan bahan asam asetat, kloroform, KI jenuh, aquades, larutan
pati 1%, dan Na2S2O3 0,1 N. Uji P-anisidin yaitu larutan p-anisidin dan larutan
isooktan. Uji kejernihan menggunakan larutan n-heksana.

4

Peralatan Penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk preparasi yaitu coolbox 24 liter, baskom,
talenan, saringan, botol jar, neraca analitik, plastik ukuran 0,5 kg, kertas label, dan
alat tulis. Peralatan untuk analisis proksimat adalah cawan porselen, oven, kompor
listrik, tanur, kapas, kertas saring, labu soxhlet, erlenmeyer, labu Kjeldahl, pipet
tetes, pipet volumetrik, bulb, desikator, tabung reaksi, alumunium foil, sudip, alat
destilasi, buret. Peralatan untuk analisis asam lemak adalah GC (gas
chromatography) tipe Shimadzu GC 2010 Plus dengan standar Supelco TM 37
Component FAME Mix, syringe 10 µL, penangas air, tabung bertutup teflon,
dan pipet mikro. Alat untuk ekstraksi yaitu food processor, waterbath VWR
Scientific 1110, kompor gas, dan sentrifus Hettich EBA20. Alat untuk pemurnian
yaitu magnetic stirer Wisestir MSH-20D, sentrifus Hitachi himac CR 21G. Alat
untuk analisis asam lemak bebas, bilangan peroksida, p-anisidin dan uji
kejernihan yaitu erlenmeyer 250 ml dan 500 ml, beaker glass 100 ml dan 1000 ml,
Gelas ukur 1000 ml, 100 ml dan 200 ml, pipet volumetril 5 ml dan 1 ml, bulb, alat
titrasi, tabung rekasi, sudip, rak tabung reaksi, kompor listrik, botol jar dan
spektofotometer.

Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tahap yaitu tahap pertama
persiapan sampel, tahap kedua ekstraksi minyak ikan, tahap ketiga pemurnian
minyak ikan, tahap keempat karakterisasi minyak ikan dan tahap kelima
perbandingan kualitas dengan minyak patin komersil. Secara umum, proses
pengambilan sampel belly flap dari ikan patin dan pengambilan data rendemen
hasil samping ke PT. Adib Food Suplies sebanyak tiga kali batch produksi,
kemudian sampel dipreparasi lalu dilakukan uji proksimat dan uji profil asam
lemak, setelah itu sampel di ekstraksi dengan tiga metode yaitu ekstraksi
berdasarkan metode Bligh and dryer, ekstraksi dengan wet rendering, dan
ekstraksi dengan dry rendering. Setelah itu dihitung hasil rendemen minyak kasar
terbanyak kemudian sampel diekstraksi kembali berdasarkan hasil rendemen
terbanyak dan dipisahkan minyaknya dengan pengepresan, lalu disentrifugasi
dengan suhu 27°C kecepatan 10000 rpm selama 20 menit dan dipisahkan
minyaknya, kemudian dilakukan pemurnian dengan bentonit 1% dan atapulgit 1%
di magnetic stirer selama 20 menit, lalu di sentrifugasi kembali dengan kecepatan
10000 rpm selama 10 menit dengan suhu 10°C lalu dipisahkan kembali
minyaknya. Hasil pembuatan minyak ini didapatkan sampel hasil ekstraksi, hasil
sentrifugasi dan hasil pemurnian, selanjutnya ketiga sampel dilakukan pengujian
dan dibandingkan dengan minyak patin komersil. Pengujian dilakukan berupa
analisis asam lemak bebas, analisis bilangan peroksida, analisis nilai p-anisidin,
perhitungan jumlah nilai total oksidasi, dan uji kejernihan.

5

Prosedur Analisis
Pengambilan data dan preparasi sampel
Pengambilan sampel dan data ikan patin dilakukan ke perusahaan fillet PT.
Adib Food Suplies, pengambilan data rendemen hasil samping selama empat hari
sebanyak tiga batch dengan enam ton per batch pada kegiatan produksi. Sampel
belly flap patin diambil dengan wadah coolbox beserta es curai kemudian dicuci
dan tiriskan, setelah itu ditimbang untuk persiapan ekstraksi.
Ekstraksi
Tahap ini dilakukan ekstraksi dengan tiga metode yaitu metode bligh and
dryer, metode wet rendering, dan metode dry rendering.
Metode Bligh and Dryer (1959)
Sampel sebanyak 5 g dimasukkan dalam tabung erlenmeyer, kemudian
ditambahkan 20 ml metanol (MeOH), 10 ml kloroform (CHCl3) dan
dihomogenisasi dengan vortex mixer selama 2 menit, ditambahkan CHCl3
sebanyak 10 ml dan dikocok kembali selama 2 menit. Larutan ditambahkan
aquades sebanyak 18 ml dan kembali dikocok dengan vortex mixer selama 2
menit. Larutan kemudian di sentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm (Hettich
EBA20) selama 10 menit. Lapisan paling bawah kemudian dipindahkan ke wadah
lain dengan pipet Pasteur. Ekstraksi kedua dilakukan dengan penambahan 20 ml
MeOH 10% (v/v) dalam CHCl3 kemudian divortex selama 2 menit dan kembali
disentrifuse. Setelah itu fase yang terlarut dalam CHCl3 ditambahkan kedalam
hasil ekstraksi pertama. Langkah terakhir adalah melakukan evaporasi denga alat
rotary evaporator pada suhu 45°C.
Metode Wet Rendering (O’Brien 2009)
Tahap ini dilakukan proses ekstraksi minyak ikan patin dengan metode yang
digunakan adalah metode O’Brien (2009) yang dimodifikasi. Belly flap dari hasil
samping fillet ikan patin dicuci bersih kemudian ditiriskan lalu ditimbang. Belly
flap kemudian dihaluskan dengan food processor setelah itu ditimbang dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer berdasarkan perbandingan aquades dan sampel
(1:1) kemudian di waterbath selama 30 menit dengan suhu 60°C. Setelah itu,
dilakukan pemisahan antara fraksi minyak dengan fraksi cair dengan cara
penyaringan, pengepresan dan dekantasi.
Metode Dry Rendering (O’Brien 2009)
Tahap ini dilakukan proses ekstraksi minyak ikan patin dengan metode yang
digunakan adalah metode O’Brien (2009) yang dimodifikasi. Belly flap dari hasil
samping fillet ikan patin dicuci bersih kemudian ditiriskan lalu ditimbang. Belly
flap kemudian dihaluskan dengan food processor setelah itu ditimbang dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian di waterbath selama 30 menit dengan
suhu 60°C. Setelah itu, dilakukan pemisahan antara fraksi minyak dengan fraksi
cair dengan cara penyaringan, pengepresan dan dekantasi.

6

Pengukuran rendemen (Nirwana 2013)
Perhitungan rendemen merupakan persentase bagian yang dapat
dimanfaatkan. Rendemen dihitung dengan membandingkan jumlah minyak yang
dihasilkan dengan bahan mentah yang diproses. Perhitungan dari minyak ikan
yaitu :
Rendemen minyak ikan= berat minyak ikan (g) x 100%
berat bahan (g)
Analisis proksimat
Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk
memprediksi komposisi kimia suatu bahan, termasuk didalamnya analisis kadar
air, abu, lemak dan protein.
Kadar air (AOAC 2005)
Tahap pertama yang dilakukan untuk menganalisis kadar air adalah
mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam. Cawan
tersebut diletakkan ke dalam desikator (kurang lebih 15 menit) dan dibiarkan
sampai dingin kemudian ditimbang. Cawan tersebut ditimbang kembali hingga
beratnya konstan, sebanyak 5 gram contoh dimasukkan ke dalam cawan tersebut,
kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105°C selama 5 jam atau hingga
beratnya konstan. Setelah selesai proses kemudian cawan tersebut dimasukkan ke
dalam desikator dan dibiarkan sampai dingin dan selanjutnya ditimbang kembali.
Perhitungan kadar air :

Keterangan :
A = Berat cawan porselen kosong (gram)
B = Berat cawan dengan sampel (gram)
C = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan (gram)
Kadar abu (AOAC 2005)
Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam cawan pengabuan yang
telah ditimbang sebelumnya dan dipijarkan di atas nyala api bunsen hingga tidak
berasap lagi. Setelah itu dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu
600°C selam 1 jam, kemudian ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan,
Kadar abu ditentukan dengan rumus:
Keterangan :
A = Berat cawan porselen kosong (gram)
B = Berat cawan dengan sampel (gram)
C = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan (gram)

7

Kadar protein (AOAC 2005)
Pengukuran kadar protein dilakukan dengan metode mikro kjeldahl. Sampel
sebanyak 0,25 gram, dimasukkan ke dalam labu kjeldahl, lalu ditambahkan 0,25
gram selenium dan 3 mL H2SO4 pekat. Sampel didestruksi pada suhu 410°C
selama kurang lebih 1 jam sampai larutan jernih lalu didinginkan. Lalu
ditambahkan 50 mL akuades dan 20 mL NaOH 40%, kemudian dilakukan proses
destilasi dengan suhu destilator 100°C. Hasil destilasi ditampung dalam labu
Erlenmeyer yang berisi campuran 10 mL asam borat (H3BO3) 2% dan 2 tetes
indikator bromcherosol green-methyl red yang berwarna merah muda. Setelah
volume destilat mencapai 40 mL dan berwarna hijau kebiruan, maka proses destilasi
dihentikan. Destilat selanjutnya dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan
warna merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis
seperti contoh. Kadar protein dihitung dengan rumus sebagai berikut :

*) Faktor koreksi alat
% Kadar protein

= 2,5%
= %N x faktor konversi (6,25)
Kadar lemak (AOAC 2005)

Sampel sebanyak 5 gram (W1) dimasukkan ke dalam kertas saring pada
kedua ujung bungkus ditutup dengan kapas bebas lemak selanjutnya dimasukkan
ke dalam selongsong lemak, kemudian dimasukkan ke dalam labu lemak yang
sudah ditimbang berat tetapnya (W2) dan disambungkan dengan tabung sokhlet.
Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung sokhlet dan
disiram dengan pelarut lemak (benzena). Refluks selama 6 jam. Pelarut lemak
yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap.
Pelarut dikeluarkan saat berada pada ruang ekstraktor sehingga tidak kembali ke
dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu
105°C, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan
(W3). Perhitungan kadar lemak:

Keterangan :
W1
= Berat sampel (gram)
W2
= Berat labu lemak kosong (gram)
W3
= Berat labu lemak dengan lemak (gram)
Kadar karbohidrat (AOAC 2005)
Analisis karbohidrat dilakukan secara by difference, yaitu hasil pengurangan
dari 100% dengan kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak, sehingga
kadar karbohidrat tergantung pada faltor pengurangannya. Hal ini karena
karbohidrat sangat berpengaruh terahdap zat gizi lainnya. Analisis kadar
karbohidrat dapat dihitung dengan persamaan berikut:

8

% Karbohidrat =100% - (kadar air + kadar abu + kadar lemak + kadar protein)

Analisis profil asam lemak (AOAC 2005)
Lemak dihidrolisis menjadi asam lemak kemudian ditransformasi menjadi
bentuk esternya yang bersifat lebih mudah menguap. Dalam metode ini,
transformasi dilakukan dengan cara metilasi sehingga diperoleh metil ester asam
lemak (FAME). FAME ini dianalisis dengan alat kromatografi gas. Identifikasi
tiap komponen dilakukan dengan membandingkan waktu retensinya dengan
standar pada kondisi analisis yang sama. Waktu retensi dihitung pada kertas
rekorde sebagai jarak dari garis pada saat muncul puncak pelarut sampai ke
tengah puncak komponen yang dipertimbangkannya.
Metilasi dilakukan dengan merefluks lemak di atas penangans air dengan
pereaksi berturut-turut NaOH-metanol 0,5 N, BF3 dan n-heksana 0,02 g minyak
dari sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 5 mL NaOH
metanol 0,5 N lalu dipanaskan dalam penangas air selama 20 menit pada suhu
80°C, larutan kemudian didinginkan. 5 mL BF3 ditambahkan ke dalam taung lalu
tabung dipanaskan kembali pada waterbath dengan suhu 80°C selama 20 menit
dan didinginkan, ditambahkan 20 mL NaCl jenuh dan dikocok, ditambahkan 5
mL heksana, kemudian dikocok dengan baik. Larutan heksana dibagian atas
larutan dipindahkan dengan bantuan pipet tetes ke dalam tabung reaksi. 1 µL
sampel lemak diinjeksikan ke dalam gas chromatography. Asam lemak yang ada
dalam metil ester akan diidentifikasi oleh flame ionization detector (FID) atau
detektor ionisasi nyala dan respon yang ada akan tercatat melalui kromatogram
(peak). Analisis kualitatif asam lemak dihitung dengan rumus:
asam lemak =

luas area sampel
luas area standar

C standar

m

00

bobot sampel (g)

Kondisi alat kromatografi gas pada saat dilakukan analisis:
Merek
: shimadzu 2010 plus
Kolom
: cyanopropil methylsil (capilary column)
Dimensi kolom
: p=60m,Ø dalam =0,25 mm, 0,25 µm Film Thickness
Laju alir N2
: 20 mL/menit
Laju alir H2
: 30 mL/menit
Laju alir udara
: 200-250 mL/menit
Suhu injector
: 200°C
Suhu detector
: 240°C
Suhu kolom
: program temperature
Kolom temperature
: awal 125°C diam 5 menit, akhir 225°C diam 7 menit,
rata-rata 3°C/menit
Ratio
: 1:80
Volume Injeksi
: 1 µL
Linier velocity
: 20 cm/sec
Nama standar
: FAME Mix 37 component produksi Supelco

9

Pemurnian minyak ikan (Hastarini 2012)
Pemurnian dilakukan berdasarkan metode Hastarini (2012) dengan
modifikasi. Minyak ikan patin kasar yang diperoleh, kemudian diproses lebih
lanjut untuk mendapatkan minyak ikan patin murni. Tahapan pemurnian pada
minyak yang dilakukan yaitu minyak ikan hasil sentrifugasi ditempatkan didalam
beaker glass kemudian ditambahkan adsorben sebanyak 1%, adsorben yang
digunakan yaitu bentonit sebesar 1% dan atapulgit sebesar 1% yang digabungkan
lalu dihomogenisasikan kedalam minyak ikan hasil sentrifugasi menggunakan
magnetic stirer kecepatan 300 rpm selama 20 menit pada suhu 27°C. Selanjutnya
minyak disentifugasi dengan kecepatan 10000 rpm selama 10 menit dengan suhu
10°C. Kemudian dipisahkan minyak dari endapan lainnya.

Analisis asam lemak bebas (AOAC 2005)
Sampel sebanyak 2 gram ditambahkan 25 mL alkohol 95%, campur larutan
tersebut di dalam penangas air dipanaskan selama 10 menit, kemudian campuran
tersebut ditetesi indikator PP sebanyak 2 tetes. Campuran dikocok dan dititrasi
dengan KOH 0,1 N hingga timbul warna merah muda yang tidak hilang dalam 10
detik. Persentase asam lemak bebas dihitung berdasarkan persamaan berikut:

Keterangan :
A
= jumlah titrasi KOH (mL)
N
= normalitas KOH
G
= gram contoh
M = bobot molekul asam lemak dominan (asam oleat = 282 g/mol*)
*Hastarini 2012

Analisis bilangan peroksida (AOAC 2005)
Sampel sebanyak 2 gram dilarutkan ke dalam 30 mL larutan asam asetat
glasial dan kloroform (3:2). Lalu ditambahkan kalium-iodin (KI) jenuh 0,5 mL
sambil diaduk. Aquades 30 mL dicampurkan hingga larutan berubah menjadi
kuning, lalu ditambahkan 0,5 mL larutan indikator kanji 1% yang akan mengubah
warna larutan menjadi biru. Titrasi larutan tersebut dengan Na2S2O3 0,1 N hingga
warna birunya menghilang. Blanko dengan akuades sebagai pengganti contoh.
Penentuan bilangan peroksida ditentukan dengan persamaan di bawah ini:

Keterangan :
S
= mL titer untuk contoh
B
= mL titer untuk blanko
N
= normalitas untuk Na2S2O3
8
= setengah dari berat molekul oksigen
G
= berat contoh

10

Penentuan nilai anisidin (Watson 1994)
Pertama dibuat larutan uji 1 dengan cara melarutkan 0,5 gram sampel ke
dalam 25 mL isooktan. Larutan uji 2 dibuat dengan cara menambahkan 1 mL
larutan p-anisidin (2,5 gram/L) ke dalam 5 mL larutan uji 1, kemudian dikocok,
selama proses harus terhindar dari cahaya. Larutan referensi dibuat dengan cara
menambahkan 1 mL larutan p-anisidin (2,5 gram/L) kedalam 5 mL larutan
isooktan, kemudian dikocok dan dihindarkan dari cahaya. Kedua larutan diukur
nilai absorbansinya, larutan uji1 pada panjang gelombang 350 nm menggunakan
larutan isooktan sebagai larutan kompensasi. Larutan uji kedua pada 350 nm,
dengan menggunakan larutan referensi sebagai kompensasi.
Nilai anisidin ditetapkan dengan persamaan berikut:

Keterangan :
A1
= absorbansi larutan uji 1
A2
= absorbansi larutan uji 2
M
= massa sampel yang digunakan pada larutan uji 1 (gram)

Penentuan nilai total oksidasi (Perrin 1996)
Penentuan nilai total oksidasi dilakukan dengan persamaan dibawah ini:
Nilai Total Oksidasi = (2 bilangan peroksida + nilai anisidin)

Uji kejernihan (AOAC 1995)
Panjang gelombang pada spektrofotometer untuk mengukur kejernihan
minyak dipilih terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, digunakan panjang
gelombang 450, 550, 620, 665, dan 700 nm. Kuvet dibersihkan dan diisi dengan
standar yang akan digunakan. Standar diukur hingga jarum skala menunjukkan
skala 100%. Selanjutnya kuvet yang berisi standar diganti dengan kuvet berisi
minyak dan diukur kejernihan minyak dalam bentuk persen transmisi. Pengukuran
dilakukan dengan pengenceran sebanyak 10 kali yaitu dengan cara mencampurkan
1 bagian minyak (1 mL) dengan 9 bagian pelarut (9 mL). Pada penelitian ini
digunakan n-heksana sebagai pelarut.

Rancangan percobaan
Rancangan percobaan digunakan pada penelitian untuk menguji pengaruh
perbedaan setiap tahapan pembuatan minyak ikan terhadap kadar asam lemak
bebas (%FFA), bilangan peroksida, bilangan p-anisidin, total oksidasi, dan nilai
kejernian minyak. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap (RAL) dengan empat faktor. Data dianalisis dengan ANOVA (Analysis of
Variant) menggunakan uji F. Penelitian ini dilakukan dengan tiga kali ulangan.
Model rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut:

11

Yijk = μ + αi + έij
Keterangan:
Yij = respon perlakuan pada taraf i ulangan ke-j
µ
= pengaruh rata-rata umum
αi
= pengaruh perlakuan pada taraf ke-i
έij = pengaruh acak (galat percobaan) pada konsentrasi taraf i ulangan ke-j
j
= 1,2, dan 3
Hipotesa terhadap analisis yang dilakukan tahapan pembuatan minyak ikan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
H0 = Perbedaan tahapan pembuatan minyak ikan tidak memberikan pengaruh
terhadap hasil analisis.
H1 = Perbedaan tahapan pembuatan minyak ikan memberikan pengaruh
terhadap hasil analisis.
Jika terdapat perbedaan nyata diantara perlakuan maka analisis akan dilanjutkan
dengan menggunakan Uji Beda Duncan.

12

Tahap 1

Pengambilan sampel dan data rendemen
hasil samping ke perusahaan

Belly flap ikan patin
Analisis :
-Proksimat
-Profil asam lemak

Preparasi Sampel
Tahap 2

Ekstraksi dengan 3 metode :
1. Bligh and Dryer
2. Wet Rendering (aquades: sampel = 1:1, suhu 60°C, 30 menit)
3. Dry Rendering ( suhu 60°C, 30 menit)
4.
Minyak ikan kasar

Tahap 3

Sentrifugasi (27°C, 10000 rpm, 20 menit)
(Modifikasi Saraswati 2013)

Minyak ikan hasil
sentifugasi

Tahap 4

Pemurnian dengan absorben bentonit 1% dan
atapulgit 1% (Modifikasi Hastarini 2012)

Minyak ikan murni
Tahap 5

Minyak patin
komersil
Karakterisasi dan Perbandingan :
1. Analisis asam lemak bebas
2. Analisis peroksida
3. Penentuan nilai anisidin
4. Penentuan nilai total
oksidasi
5. Uji kejernihan
Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian

13

HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen Hasil Samping Pengolahan Fillet Ikan Patin
Proses fillet ikan patin pada perusahaan menghasilkan hasil samping ikan
patin yang terdiri dari kepala, kulit, belly flap, daging triming, daging kerok dan
limbah isi perut. Persentase rendemen hasil samping ikan patin didapatkan dengan
membandingkan antara hasil samping dengan bobot ikan. Persentase hasil
perhitungan rendemen hasil samping fillet ikan patin disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Persentasi rendemen hasil samping fillet ikan patin (P. hypophthalmus)
Bagian hasil samping
fillet ikan patin
Kepala
Kulit
Belly flap
Daging trimming
Daging kerok
Limbah isi perut

Persentasi Rendemen (%)
Hasil Penelitian
41,57 ±1,24
3,80 ±0,15
1,47±0,11
12,82±0,73
1,087±0,21
8,91±0,56

Persentasi Rendemen (%)
Hastarini (2012)
23,05±0,17
6,14±0,12
6,98±0,05
5,28±0,61
10,80±0,16

Berdasarkan data yang didapatkan dari Tabel 1 persentase rendemen hasil
samping yang terbesar didapatkan pada bagian kepala 41,57±1,24%, daging
triming 12,82±0,73% dan isi perut 8,91±0,56%. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Hastarini (2012) didapatkan nilai rendemen hasil samping tertinggi
kepala 23,05±0,17%, limbah isi perut 10,80±0,16% dan belly flap 6,98±0,05%.
Bagian kepala, daging belly flap dan isi perut merupakan bagian yang potensial
digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak ikan (Hastarini 2012). Hal ini
juga menjadi bahan pertimbangan berdasarkan hasil penelitian Arifianto (2014)
yang menyatakan rendemen terbesar kedua setelah kepala yaitu kulit yang
menyatu dengan belly flap 14,23±2,38%.
Karakterisasi Belly Flap Patin
Karakterisasi belly flap patin meliputi analisis proksimat dan analisis profil
asam lemak belly flap patin. Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang
dilakukan untuk memprediksi komposisi kimia suatu bahan, termasuk di
dalamnya kandungan air, lemak, protein, abu, dan karbohidrat dari belly flap patin.
Komposisi kimia yang terdapat pada belly flap patin tertinggi hingga terendah
yaitu kadar air 66,53±0,33%, kadar lemak 19,53±1,51%, kadar protein
12,38±0,02%, kadar karbohidrat 0,93±0,00% dan kadar abu. Kadar air
dipengaruhi oleh lingkungan dan habitat tempat tinggal dari ikan tersebut. Bagian
daging belly flap ini merupakan bagian bawah dekat perut sehingga tampak
membesar karena timbunan lemaknya cukup besar. Hal ini sesuai dengan
penelitian Hastarini (2012) kadar lemak tertinggi diperoleh dari belly flap patin
siam sebesar 36,21±0,59% sedangkan belly flap patin jambal sebesar
36,50±0,31%.

14

Penentuan profil asam lemak dilakukan untuk menentukan kandungan asam
lemak jenuh/Saturated Fatty Acid (SFA), asam lemak tak jenuh
tunggal/Monosaturated Fatty Acid (MUFA), asam lemak tak jenuh
majemuk/Polysaturated Fatty Acid (PUFA). Hasil analisis profil asam lemak
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Persentase profil asam lemak dari belly flap patin

Nama Asam Lemak

Asam laurat
Asam mirisat
Asam pentadekanoat
Asam palmitat
Asam hepkadekanoat
Asam stearate
Asam arakidat
Asam heneikosanoat
Asam behenat
Asam lignoserat
Total SFA
Asam miristoleat
Asam palmitoleat
Asam oleat
Asam elaidat
Asam cis-11-eikosenoat
Asam Erukat
Total MUFA
Asam linoleat
Asam cis-11-14-eikoseidonat
Asam linolenat
Asam eikosetrienoat
Asam arakidonat
Asam eikosapentaenoat (EPA)
Asam dokosaheksaenoat (DHA)
Total PUFA
Total Omega 3
Total Asam Lemak Jenuh
Total Asam Lemak Tidak Jenuh
Total Asam Lemak Teridentifikasi

Struktur

C12:0
C14:0
C15:0
C16:0
C17:0
C18:0
C20:0
C21:0
C22:0
C24:0
C14:1
C16:1
C18:1n9c
C18:1n9t
C20:1
C22:1n9
C18:2n6c
C20:2
C18:3n3
C20:3n6
C20:4n6
C20:5n3
C20:6n3

Belly flap Belly flap
patin
patin
Belly flap
hasil
siam*
jambal*
penelitian* (Hastarini (Hastarini
2012)
2012)
0,06
5,04
1,58
3,66
0,24
35,15
29,57
30,07
0,28
9,22
8,50
8,27
0,19
0,17
0,21
0,04
0,11
0,07
43,01
49,60
39,81
0,03
2,88
1,91
1,50
34,09
34,23
34,60
0,17
0,86
0,61
1,16
0,06
37,86
36,78
37,52
8,75
16,93
11,50
0,49
0,70
0,52
0,77
1,27
0,86
0,53
0,72
0,61
0,56
0,59
0,45
0,43
0,72
0,47
1,02
2,47
1,06
12,54
23,41
15,47
2,21
4,46
1,53
49,60
39,81
43,01
50,40
60,19
52,99
100,00
100,00
96,00

*satuan (% area)

Data Tabel 3 menunjukkan persentase profil asam lemak jenuh/Saturated
Fatty Acid (SFA) pada belly flap sejumlah 43,01% dengan kandungan asam

15

palmitat tertinggi yaitu 30,07%, dilanjutkan dengan asam lemak tak jenuh
tunggal/Monounsaturated Fatty Acid (MUFA) sejumlah 37,52% dengan
kandungan tertinggi asam oleat yaitu 34,60%, selain itu asam lemak tak jenuh
majemuk/Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) sejumlah 15,47% dengan
kandungan tertinggi asam linoleat 11,50% dan total omega-3 sebesar 1,53%. Hal
ini sesuai dengan penelitian Hastarini (2012), dengan jumlah SFA pada belly flap
ikan patin siam sebesar 49,60% dengan kandungan tertinggi asam palmitat
35,15%, belly flap ikan patin jambal sebesar 39,81% dengan asam palmitat
29,57%, dilanjutkan jumlah MUFA pada belly flap ikan patin siam sebesar
37,86% dengan kandungan tertinggi asam oleat 34,09%, belly flap ikan patin
jambal sebesar 36,78% dengan asam oleat 34,23%, dan jumlah PUFA pada belly
flap ikan patin siam sebesar 12,54% dengan kandungan tertinggi asam linoleat
8,75%, belly flap ikan patin jambal sebesar 23,41% dengan asam linoleat 16,93%,
serta kandungan omega-3 sebesar 12,54 pada belly flap patin siam dan 23,41%
pada belly flap patin jambal.
Zzaman (2013) menyatakan kandungan lemak tinggi pada limbah ikan patin
dengan komposisi asam lemak SFA>MUFA>PUFA. Menurut Muhamad (2012),
SFA memiliki jumlah tertinggi pada ikan air tawar terutama kandungan asam
palmitat. Asam lemak Omega-3 yaitu EPA (eikosapentaenoat) dan DHA
(dokosaheksaenoat) bernilai lebih kecil pada ikan tawar dibandingkan ikan laut.
Perbedaan ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa ikan air tawar sebagian besar
mengkonsumsi pakan buatan, sedangkan makanan ikan laut mengkonsumsi pakan
alami terutama zooplankton yang kaya akan PUFA.

Ekstraksi Minyak Ikan dari Belly Flap Patin
Proses utama dalam pembuatan minyak ikan yaitu proses ekstraksi.
Ekstraksi minyak ikan dari belly flap patin dilakukan secara tiga metode. Hasil
rendemen minyak ikan kasar patin disajikan dalam Gambar 2.
14
Rendemen (%)

12
10

b
9,78

a
12,06
c
8,90

8
6
4
2
0
B&D

Wet Rendering Dry Rendering
Perlakuan

Gambar 2 Diagram batang nilai rendemen ekstraksi minyak ikan
Berdasarkan Gambar 2 persentasi rendemen hasil ekstraksi terbanyak
melalui metode Wet renderring sebesar 12,06±0,08%. Menurut Estiasih (2009),
ekstraksi yang paling banyak digunakan adalah ekstraksi basah (wet rendering)
yang meliputi pemasakan ikan dengan uap air panas (steam) untuk merusak

16

struktur sel. Fraksi cair diperoleh dari pengepresan berupa minyak ikan, fraksi
padat berupa daging ikan dan umumnya diolah lebih lanjut menjadi tepung ikan.
Menurut Rais (2012), metode ekstraksi wet rendering dipilih berdasarkan
kebutuhan rendemen yang dihasilkan terbesar dan tanpa mengorbankan kualitas
ekstraksi yang diperlukan.
Setelah dilakukan ekstraksi wet rendering maka dilakukan tahap selanjutnya
yaitu sentrifugasi pada suhu 27°C kecepatan 10000 rpm selama 20 menit dan
pemurnian dengan bentonit 1% dan atapulgit 1% dengan magnetic stirer selama
20 menit pada suhu 27°C, lalu di sentrifugasi kembali dengan kecepatan 10000
rpm selama 10 menit dengan suhu 10°C untuk memisahkan minyak dari absorben.
Hasil rendemen minyak ikan dari tiap tahapan disajikan dalam Gambar 3.

Rendemen (%)

14

a
12,06

12

b

10

8,75

8
c
4,04

6
4
2
0
A1

A2
Perlakuan

A3

Keterangan :
A1 : minyak hasil wet rendering tanpa pemurnian
A2 : minyak hasil wet rendering + sentrifugasi
A3 : minyak hasil wet rendering + sentrifugasi + pemurnian
Gambar 3 Rendemen minyak ikan berdasarkan tahapan
Persentase rendemen dari minyak ikan berdasarkan tahapan dari mulai
ekstraksi hingga pemurnian didapatkan menurun sekitar 59,35%, hal ini dapat
dilihat pada Gambar 3, nilai rendemen minyak ikan kasar dari hasil wet rendering
tanpa pemurnian (A1) yaitu 12,06±0,08%, setelah disentrifugasi (A2) menurun
menjadi 8,75±0,33% dan setelah dilakukan pemurnian (C) menurun kembali
menjadi 4,04±0,00%. Hasil analisis menunjukan perbedaan tahap pembuatan
minyak ikan secara signifikan mempengaruhi rendemen minyak ikan yang
dihasilkan (p