Hubungan Antara Periode Laktasi dengan Body Condition Score BCS dan Reproduksi Sapi Perah Friesian Holstein di BBPTU-SP Baturraden Purwokerto
1
HUBUNGAN ANTARA PERIODE LAKTASI DENGAN BODY
CONDITION SCORE (BCS) DAN REPRODUKSI SAPI PERAH
FRIESIAN HOLSTEIN DI BBPTU-SP BATURRADEN
PURWOKERTO
AHMAD ZAKI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Antara
Periode Laktasi dengan Body Condition Score dan Reproduksi Sapi Perah Frisiean
Holstein Di BBPTU-SP Baturraden Purwokerto adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Ahmad Zaki
NIM D14096001
4
ABSTRAK
AHMAD ZAKI. Hubungan Antara Periode Laktasi dengan Body Condition Score
(BCS) dan Reproduksi Sapi Perah Frisiean Holstein Di BBPTU-SP Baturraden
Purwokerto. Dibimbing oleh CECE SUMANTRI dan IYEP KOMALA.
Pengaruh BCS dapat berpengaruh terhadap sistem reproduksi. Kajian
tentang hubungan reproduksi dengan BCS perlu dilakukan, sehingga penting
dilakukan penelitian BCS dengan reproduksi sapi Friesian Holstein. Penelitian ini
dilaksanakan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul-Sapi Perah (BBPTU-SP)
Baturradden, Purwokerto. Penelitian dilakukan dari Januari sampai Februari 2013.
Penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu, koleksi data skunder dan koleksi data
primer. Pengaruh BCS terhadap reproduksi sapi perah yang meliputi S/C memiliki
korelasi positif pada laktasi 5 (0.081), laktasi 4 (0.251). Calving Interval laktasi 5
(0.212), laktasi 4 (0.291). Dan masa kosong memiliki korelasi negatif yakni
laktasi 5 (-0.452), laktasi 4 (-0.474). Sapi yang berada pada keseimbangan energi
negatif setelah beranak memerlukan kosumsi pakan berlebih untuk produksi susu
Hal ini menyebabkan nilai BCS dari kandang laktasi 5 dan 4 bervariasi.
Kata kunci: body condition score, calving interval, laktasi, masa kosong, service
perconception
ABSTRACT
AHMAD ZAKI. Relation Between Period lactation with Body Condition Score
BCS and Frisian Holstein Dairy Cattle Reproduction in BBPTU-SP Baturraden
Purwokerto . Supervised by CECE SUMANTRI and IYEP KOMALA .
BCS can affect the reproduction system. Studies on reproduction relation
with BCS needs to be done , so it is important to study the reproduction and BCS
Holstein Friesian cows. The research was conducted at the Center for Excellence
Cattle - Breeding Dairy Cattle ( BBPTU - SP ) Baturradden , Purwokerto . The
study was conducted from January to February 2013. This research is divided into
two stages, collection of secondary data and primary data collection . BCS
influences in reproduction of dairy cows involving S/C has a positive correlation
on lactation 5 (0.081), lactation 4 (0.251), cage C (0.375). Calving Interval
lataction 5 (0.212), lactation 4 (0.291). and days open has a negative correlation
on lactation 5(-0.452), lactation 4 (-0.474).
Key words: body condition score, calving interval, days open, lactation, service
perconception
5
HUBUNGAN ANTARA PERIODE LAKTASI DENGAN BODY
CONDITION SCORE (BCS) DAN REPRODUKSI SAPI PERAH
FRIESIAN HOLSTEIN DI BBPTU-SP BATURRADEN
PURWOKERTO
AHMAD ZAKI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
6
7
Judul
Nama
NIM
: Hubungan Antara Periode Laktasi dengan Body Condition Score BCS
dan Reproduksi Sapi Perah Friesian Holstein di BBPTU-SP
Baturraden Purwokerto
: Ahmad Zaki
: D14096001
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc
Pembimbing I
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Iyep Komala, SPt
Pembimbing II
Judul
Nama
NIM
Hubungan Antara Periode Laktasi dengan Body Condition Score BCS
dan Reproduksi Sapi Perah Friesian Holstein di BBPTU-SP
Baturraden Purwokerto
Ahmad Zaki
D14096001
Disetujui oleh
Iyep Komala, SPt
Pembimbing II
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
8
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir
Cece Sumantri, MAgrSc selaku dosen pembimbing utama dan Iyep Komala, SPt
selaku dosen pembimbing anggota yang telah membimbing selama proses
pembuatan proposal, pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. Terima kasih
kepada keluarga tercinta Bapak kandung Penulis Hanafi Kiat, Ibu kandung
Penulis Siti Havivah, Zikho, Nona, dan Bang Rayan yang telah memberikan
dorongan semangat, perhatian serta dukungan baik secara moril maupun materil
bagi penulis. Terimkasih kepada rekan penelitian Wahyu Liyansyah atas
kerjasama dan bantuannya selama penelitian. Terima Kasih kepada rekan kuliah
Johan, Rio, Embhan, Indra Kurniana (Alm), Annas, Darifta, dan Kholid yang
telah memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga skripsi ini
bermanfaat.
Bogor, Maret 2014
Penulis
9
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Ruang Lingkup Penelitian
MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Materi Penelitian
Metode Penelitian
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Hubungan BCS Dengan S/C, Calving Interval dan Masa Kosong
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
ix
1
1
1
1
1
1
2
2
3
3
3
3
8
8
11
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
Rataan BCS periode laktasi 5 dan 4.................................................................4
Data korelasi BCS antara laktasi 5 dan 4 S/C...................................................5
Nilai rataan S/C pada periode laktasi 5 dan 4..................................................6
Nilai rataan calving interval pada laktasi 5 dan 4………………................6
Data korelasi BCS antara periode laktasi 5 dan 4 dengan calving interval......6
Nilai rataan masa kosong pada periode laktasi 5 dan 4...................................7
Data korelasi BCS antara laktasi 5 dan 4 dengan masa kosong...................... 7
10
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ternak perah merupakan ternak yang dipelihara manusia untuk diambil
susunya karena mampu menghasilkan susu melebihi kebutuhan anaknya, seperti
sapi perah. Peternakan sapi perah khususnya Friesian Holstein di Indonesia masih
mengalami banyak kendala. Efisiensi reproduksi yang rendah merupakan faktor
kendala yang sering terjadi di peternakan sapi perah Indonesia.
Komponen yang dapat mempengaruhi efisiensi reproduksi sapi FH betina
adalah umur dikawinkan pertama, umur beranak pertama, interval dikawinkan
kembali setelah beranak, service per conception, masa kosong dan selang beranak.
Hal tersebut merupakan faktor penting yang harus diperhatikan guna
meningkatkan efisiensi reproduksi sapi dara dan induk. Efisiensi reproduksi yang
rendah menyebabkan rendahnya tingkat kelahiran dan akan berdampak negatif
pada jumlah populasi sapi perah FH.
Body Condition Score (BCS) dijadikan alat manejemen nutrisi, reproduksi
dan menejemen kesehetan sapi perah (Hady et al. 1994 dan Gallo et al. 1996).
Wright et al. (1987) menjelaskan bahwa status nutrisi ternak yang dievaluasi
melalui BCS menunjukan cadangan lemak tubuh yang tersedia.
Body Condition Score dapat mempengaruhi sistem reproduksi pada sapi
perah. Kajian tentang hubungan reproduksi dengan BCS perlu dilakukan,
sehingga penting dilakukan penelitian BCS dengan reproduksi sapi Friesian
Holstein.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara periode laktasi
dengan Body Condition Score dan reproduksi sapi perah di Baturraden, Jawa
Tengah.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup pendugaan Body Condition Score terhadap
reproduksi sapi perah. Jumlah ternak sapi sebanyak 54 ekor betina sapi FH.
Penelitian ini dilakukan di Baturraden, Jawa Tengah.
MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dari Januari sampai Februari 2013. Penelitian ini
dilaksanakan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul-Sapi Perah (BBPTU-SP)
Baturradden, Purwokerto.
2
Materi Penelitian
Ternak
Ternak yang digunakan yaitu sapi perah Friessian Holstein. Friessian
Holstein yang digunakan sebanyak 54 ekor betina, ternak tersebut dipelihara di
kandang dan masa laktasi berbeda. Kandang A dan B laktasi 5, kandang C dan D
laktasi 4. Terdiri dari 13 ekor dari kandang A, 16 ekor dari kandang B, 9 ekor dari
kandang C, dan 16 ekor dari kandang D. Kandang A dan B laktasi 5, kandang C
dan D laktasi 4.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, digital camera,
wearpack, sepatu boot, lembar tabel yang berisi data mentah, alat-alat tulis dan
komputer.
Metode Penelitian
Penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu: (1) tahap pertama berupa koleksi
data skunder; (2) tahap kedua berupa koleksi data primer.
Koleksi Data Primer
Data primer yang diambil BCS dari 54 ekor sapi FH laktasi. Pengambilan
data dilakukan dengan melihat, meraba dan menetapkan nilai Body Condision
Score (BCS). Penilaian BCS menggunakan angka skla 1-5 (1 = sangat kurus, 3 =
sedang, dan 5 = gemuk) dengan nilai 0,25 atau 0,50 angka diantaranya selang itu.
Penilaian BCS bedasarkan pada pendugaan baik secara visual maupun
dengan perabaan terhadap 8 bagian tubuh ternak sapi. Bagian tubuh tersebut
antara lain pada bagian processus spinosus, processusspinosus ke processus
transversus, processus transversus, legok lapar, tube coxae (hooks), antara tuber
coxae dan tuber ischiadicus (pins), antara tuber coxae kanan dan kiri, dan dari
pangkal ekor ke tuber ischiadicus.
Koleksi Data Sekunder
Data sekunder yang diambil meliputi data BCS dari bulan Maret sampai
Desember 2011. Data reproduksi yang diambil yaitu S/C, Calving Interval dan
masa kosong dari Maret 2011 sampai Oktober 2012.
3
Analisis Data
Statistik Deskriptif
Data yang diperoleh kemudian diolah secara deskriptif. Nilai rataan,
simpangan baku dan koefsien keragaman pada BCS dan reproduksi, dihitung
menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) sebagai berikut :
Keterangan:
= Rataan
= Data ke-i
= Banyak data sampel
= Simpangan baku
KK = Koefisien keragaman
Korelasi antara Body Condition Score (BCS) dan reproduksi sapi perah
menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1992) :
r=
Keterangan :
r = korelasi
Xi = peubah Body Condition Score (BCS) yang diukur, dimulai dari individu ke - i, i = 1, 2, …, n
Yi = rataan reproduksi sapi perah, dimulai dari individu ke - i, i = 1, 2, …, n
n = jumlah ternak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Balai Besar Pengembangan Ternak Unggul Sapi Perah (BBPTU) terletak di
14 km di sebelah utara kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa
Tengah, tepatnya di Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden. Suhu udara
minimum maksimum di balai ini adalah 18oC dan 28oC celcius dengan
kelembaban udara 70%-80%. Curah hujan pertahun cukup tinggi yaitu 6 000 mm9 000 mm. Sapi perah yang dipelihara adalah sapi perah Fries Holland.
Hubungan BCS Dengan S/C, Calving Interval dan Masa Kosong
Body condition score atau nilai kondisi tubuh merupakan suatu metode
penilaian untuk melihat kondisi reproduksi di suatu peternakan sapi perah.
Bererapa aspek reproduksi tersebut yaitu service perconception, calving interval
dan masa kosong. Rataan BCS Laktasi 5 dan 4 yang terdapat di BPTU-SP
Baturraden purwekerto dapat dilihat pada Tabel 1.
4
Tabel 1 Rataan BCS Periode Laktasi 5 dan 4
Rataan (n)
Rataan (n)
BCS Laktasi 5
BCS Laktasi 4
2.50
2.25
2.75
2.50
2.25
2.50
2.75
2.75
3.00
2.75
2.75
2.50
3.00
2.50
3.00
2.50
2.75
3.00
2.75
3.00
2.50
2.25
3.00
2.75
2.50
2.50
2.75
2.75
2.75
2.50
2.50
2.50
2.75
2.50
3.00
2.75
3.00
3.00
3.00
2.50
3.00
3.00
2.75
2.50
2.75
2.50
3.00
2.50
2.75
3.25
3.00
3.00
2.50
2.72± 0.24
2.70± 0.23
Periode laktasi 5 memiliki nilai rataan BCS, yakni 2.72. Rataan nilai BCS
tersebut masih kurang ideal. Menurut Edomson et al. (1989) menyarankan skala
BCS sedang ada pada nilai 3. Periode laktasi 4 memiliki nilai rataan 2.7 nilai
tersebut mendekati katagori ideal. Nilai rataan bcs pada sapi laktasi 5 dan 4
memiliki selisih perbedaan 0.2. Artinya BCS pada sapi laktasi 5 dan 4 diBBPTU
Baturraden sudah cukup baik. Menurut Zurek et al. (1995), pola perubahan BCS
bervariasi diantara laktasi dan mutu genetik ternak sapi perah. Sapi perah dengan
5
konsumsi pakan banyak, walaupun mengalami keseimbangan energi negatif, akan
tetapi memproduksi susu lebih banyak, kurang kehilangan bobot tubuh, dan
ovulasi setelah beranak terjadi lebih awal, bila dibandingkan dengan konsumsi
pakan rendah.
Hal ini menunjukan bahwa sapi yang lebih efisien dalam mengkonsumsi
pakan dan menyimpannya untuk produksi susu akan lebih mampu dalam
memulihkan kondisi tubuh dan memulai siklus reproduksi kembali. Literatur lain
menyatakan perubahan BCS berkaitan dengan perubahan komposisi tubuh sapi
perah (Wright dan Rusel 1984). Sapi lakatasi mengalami penurunan cadangan
lemak tubuh selama awal laktasi, kemudian disimpan kembali pada saat
pertengahan dan akhir laktasi (Gallo et al. 1996). Pola perubahan BCS secara
umum akan menurunkan selama 2-3 bulan awal laktasi kemudian berlangsung
pengembalian kondisi sampai dengan pertengahan laktasi (Broster dan Broster
1998).
Sevice perConception
Hubungan antara BCS laktasi 5 dan 4 terhadap keberhasilan IB atau service
perconception dalam perhitungan statistik terdapat korelasi positif yang tidak
berbeda nyata. Laktasi 4 mempunyai nilai tertinggi yakni, korelasi positif yang
tidak berbeda nyata. Berdasarkan persamaan regresi dapat terlihat bahwa setiap
kenaikan 1 satuan BCS (x), akan menyebabkan penambahan banyaknya S/C
sebesar 0.251. Nilai koefisien determinasi sebesar 6.3% keragaman S/C
dipengaruhi oleh BCS, atau dengan kata lain sekitar 93.7 % keragaman IB
dipengaruhi oleh faktor lain selain BCS. Hubungan BCS dengan S/C dari hasil
penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Data korelasi BCS antara Periode Laktasi 5 dan 4 dengan S/C
Peubah
Korelasi
KK
P-Value
Laktasi 5
0.810
0.7%
0.675
Laktasi 4
0.251
6.3%
0.225
Penilaian BCS telah diterima sebagai metode murah dalam pendugaan
lemak tubuh yang dapat digunakan baik pada peternakan komersial maupun
penelitian (Otto et al. 1991). Nilai S/C yang normal berkisar antara 1.6-2.0 (Hafez
2000). Makin rendah nilai S/C makin tinggi kesuburan hewan betina dalam
kelompok tersebut, sebaliknya makin tinggi nilai S/C, makin rendah kesuburan
betina dalam kelompok tersebut (Tolihere 1985). Pada umumnya gangguan
reproduksi pada ternak disebabkan oleh faktor genetik, manajemen pengelolaan
yang kurang baik dan lingkungan yang kurang serasi (Hardjopranoto 1995).
Unsur iklim paling mempengaruhi reproduksi adalah suhu, kelembaban dan
lamanya penyinaran (Payne 1990). Kondisi pemeliharaan di daerah (tropis)
dengan manajemen pemeliharaan kurang mendukung akan memperlihatkan
kecenderungan penurunan kinerja sapi perah (Anggraeni et al. 2000). Nilai S/C
sapi FH di BBPTU mempunyai nilai rataan pada masing-masing laktasi. laktasi
dalam penelitian ini terdiri dari laktasi 5 dan 4. Menurut Hafez (2000), Nilai S/C
yang normal berkisar antara 1.6-2.0. Makin rendah nilai S/C makin tinggi
6
kesuburan hewan betina dalam kelompok tersebut, sebaliknya makin tinggi nilai
S/C, makin rendah kesuburan betina dalam kelompok tersebut (Tolihere 1985).
Nilai rataan S/C dapat diliahat pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai rataan S/C pada laktasi 5 dan 4
Laktasi
Rataan S/C
Laktasi 5
Laktasi 4
2.90±0.31
2.77±0,28
Rataan nilai S/C laktasi 5 sebesar 2.90, dan laktasi 4 sebesar 2.77,. Nilai S/C
dari masing-masing laktasi > 2.0 artinya nilai S/C tergolong kurang baik. Nilai
S/C sapi FH untuk beberapa daerah di pulau Jawa memperlihatkan nilai lebih dari
2.0. Menurut Murray (2009) S/C yang baik 1.72, karena kalau melebihi 2.1
memperlihatkan adanya masalah reproduksi.S/C yang tinggi karena terjadi
manajemen perkawinan yang buruk (Tukylenaz 2005). Menurut Toharmat et al.
(2007) indikator keberhasilan S/C 2010 adalah 2.0.
Calving Interval
Hubungan BCS antara laktasi 5 dan 4 dengan CI dalam perhitungan statistik
terdapat korelasi positif yang tidak berbeda nyata. Laktasi 4 dalam perhitungan
statistik mempunyai nilai tertinggi. Berdasarkan persamaan regresi dapat terlihat
bahwa setiap kenaikan 1 satuan BCS (x), akan menyebabkan penambahan
banyakna CI sebesar 0.291. Nilai koefisien determinasi sebesar 8.5% keragaman
CI dipengaruhi oleh BCS, atau dengan kata lain sekitar 91.5%. Nilai rataan
Calving Interval dan Data korelasi anatara BCS dengan CI dapat dilihat pada
Tabel 4 dan 5.
Tabel 4 Nilai rataan calving interval pada laktasi 5 dan 4
Laktasi
Rataan Calving Interval
Laktasi 5
Laktasi 4
273.2±16,.16
270.59±30.80
Tabel 5 Data korelasi BCS antara laktasi 5 dan 4 dengan calving interval
Peubah
Korelasi
KK(%)
P-Value
Laktasi 5
Laktasi 4
0.212
0.291
4.5
8.5
0.269
0.158
keragaman CI dipengaruhi oleh faktor lain selain BCS, seperti kesalahan
deteksi berahi akan menyebabkan selang beranak bertambah panjang. Body
Condition Score (BCS) dijadikan alat menejemen nutrisi, reproduksi dan
menejemen kesehatan sapi perah (Hady et al. 1994 dan Gallo et al. 1996). Selang
beranak adalah interval antara awalan suatu laktasi terhadap berikutnya (Webster
1993). Menurut Hefez (2000) selang beranak adalah jangka waktu dari suatu
induk beranak berikutnya. Selang beranak (Calving Interval) yang optimal untuk
7
sapi perah adalah 12-13 buln (Sudono 2002). Menurut Izquierdo et al. (2008)
selang beranak pada sapi perah 12-13 bulan. Selang beranak yang baik 12.5 bulan
dan dibutuhkan perbaikan apabila selang beranak melebihi 13 bulan (Murray
2009). Hardjopranjoto (1995) mengidentifikasikan bahwa terdapat gangguan
reproduksi pada suatu peternakan sapi perah adalah selang beranak melebihi 400
hari (1.30 bulan). Karakteristik reproduksi sapi FH menurut Turkylenaz (2005)
secara rata-rata adalah masa kosong 114.5 hari, S/C 2.01, kebuntingan 278.7 dan
selang beranak 394.9 hari.
Selang beranak pada sapi perah pertama dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor diantaranya adalah iklim. Menurut Ray et al. (1992) sapi FH di daerah
temperate mempunyai selang beranak pada musim panas (Summer) 396 hari,
musim semi (Spring) 378 hari dan 382 hari pada musim gugur (fall).
Menurut Sudono (2002) beberapa daerah di pulau Jawa yaitu Pengalengan,
Lembang, Rawa Seneng dan Cirebon mempunyai selang beranak 465, 462, 429
dan 470. Selang beranak di Rawa Seneng, Temanggung, Jawa Tengah pada bulan
mei adalah 466 hari dan pada bulan Oktober 390 hari (Toharmat et al. 2007) dan
indikator keberhasilan untuk tahun 2010 adalah 14 bulan (420 hari).
Masa Kosong
Nilai rataan masa kosong dan data korelasi antara BCS laktasi 5 dan 4
dengan masa kosong dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7. Sapi pada laktasi pertama
akan mengalami masa kosong 80 hari dan untuk laktasi berikutnya adalah 60 hari
(Effendi et al. 2002). Menurut Lee et al. (2008) sapi-sapi FH yang mempunyai
produksi susu lebih tinggi pada awal laktasi akan memiliki masa kosong lebih
panjang. Peningkatan masa kosong akan mempengaruhi keuntungan karena biaya
perkawinan akan naik, naiknya resiko apkir dan biaya sapi pengganti dan
mengurangi produksi susu (DeVriest 2006). Juga dikatakan oleh Devries (2006)
bahwa presentase kebuntingan menurun apabila masa kosong naik dari 122 ke
166 hari.
Tabel 6 Nilai rataan masa kosong pada periode laktasi 5 dan 4
Laktasi
Rataan Masa Kosong
Laktasi 5
Laktasi 4
100.62±60,41
86.4±36.54
Tabel 7 Data korelasi BCS antara laktasi 5 dan 4 dengan masa kosong
Peubah
Korelasi
KK(%)
P-Value
Laktasi 5
Laktasi 4
-0.452
-0.474
20.5
22.5
0.014
0.017
Hubungan BCS antara laktasi 5 dan dengan masa kosong dalam perhitungan
statistik terdapat korelasi positif yang tidak berbeda nyata. Dalam perhitung
stastistik laktasi 5 dan 4 memiliki nilai korelasi negatif yang tidak berbedanyata.
Laktasi 4 memiliki korelasi negatif lebih tinggi, yakni. Berdasarkan persamaan
8
regresi dapat terlihat bahwa setiap kenaikan 1 satuan BCS (x), akan
menyebabkan penambahan banyakna masa kosong sebesar -0.474. Nilai
koefisien determinasi sebesar 22.5% keragaman masa kosong dipengaruhi oleh
BCS, atau dengan kata lain sekitar 77.5% keragaman masa kosong dipengaruhi
oleh faktor lain selain BCS.
Panjang masa kosong berbeda pada setiap ternak. Sesudah partus hewan
betina harus menghasilkan susu untuk anaknya dan menyiapkan uterus, ovarium
dan organ kelamin lainnya dan sistem endokrin untuk memulai suatu siklus
normal dan untuk kebuntingan baru (Toelihere 1985). Faktor lainnya, Menurut
Izquierdo et al. (2008) masa kosong dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
adalah jenis kelamin, dimana anak jantan mempunyai masa kosong lebih kecil.
Izquierdo et al. (2008) menyatakan bahwa untuk mencapai produksi susu yang
efisien dapat dilakukan dengan mengurangi masa kosong. Sapi FH yang disilang
dengan bahasa sapi lain (Crossbred) dapat memperbaiki kesuburan dan masa
hidup tetapi menurunkan produksi susu. Masa kosong untuk laktasi pertama 19-27
hari lebih rendah sapi FH persilangan daripada pada sapi FH murni (Hansen
2008).
Salah satu pengukuran kesuburan pada sapi perah adalah masa kosong dan
masa kosong dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain musim beranak,
manajemen, banyaknya populasi, tingkat produksi susu, umur dan teknik
Inseminasi Buatan (Oseni et al. 2003). Masa kosong sebagai deteksi awal
kelainan reproduksi dan indikator efisiensi reproduksi (Izquierdo et al. 2008).
Menurut Murray (2009) masa kosong yang baik adalah 100 hari dan dibutuhkan
perbaikan apabila masa kosong lebih dari 120 hari.
SIMPULAN
Sapi FH di BBPTU periode laktasi 5 dan 4 memiliki nilai rataan body
condition score yang sudah cukup ideal. Body condition score dengan S/C dan CI
memiliki nilai yang tinggi. Body condition score dengan masa kosong memiliki
nilai rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni A. 1995 . Faktor-faktor koreksi hari laktasi dan umur untuk produksi
susu sapi perah Fries Holland. [tesis]. Bogor [ID]: Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Broster WH, Broster VJ. 1998. Review article : body score of dairy cows. J.
Dairy Sci. 65 : 155-173.
Devries A, Leeuwen JV, Thatcher WW. (2009). Economics of improved
reproductive performance in dairy cattle. [diunduh 2014 Februari 28].
Tersedia pada http://edis.ifas.ufi.edu/AN 156
Edomson AJ, Lean IJ, Weaver LD, Farver T, Webster G. 1989. A body condition
score chart for Holstein dairy cows . J. Dairy Sci. 72 : 68-70.
9
Effendi P. 2002. Kesehatan reproduksi. Buku Petunujuk Teknolgi Sapi Perah di
Indonesia. Bandung [ID]: PT. Sony Sugema Pressindo.
Gallo L, Carnier P, Cassandro M, Mantovani R, Bailoni L, Bittante G. 1996.
Change in body condition score of Holstein cows as effected by parity and
mature equivalment milk yield. J. Dairy Sci. 79 : 1.009-1.015.
Hady P, Domecq J, Kaneene JB. 1994. Ferequency and precision of body
condition score of dairy cattle. J. Dairy Sci. 77 : 1.543-1.547.
Hafez ESE. 2000. Reproduction in Farm Animals. Ed ke-7. Philadelphia [PA]:
Lea & Febiger,
Hansen PJ. 2008. Effect of coat colour on phsiological responses to solar
radiation in Holsteins. Ve. Rec 127:333-334.
Hardjopranjoto. 1995. Beternak Sapi Perah, Jakarta [ID]: Kanisus
Izquierdo CA et al. 2008. Effect of The offsprings Sex on open days in dairy
cattle. J Anim Vet Ady 7 : 1329-1331.
Lee JK. 2008. Relationship of yield during early lactation and days open during
current lactation with 305 days yield. J. Dairy Sci 80 : 771-776.
Mattjik AA, Sumertajaya M. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. Jilid I. Edisi ke-2. Bogor [ID] : IPB Pr.
Murray BB. 2009. Maxemazing conception rate in dairy cows : heat detction.
Queens printer for Ontario [14 januari 2014]. Tersedia pada
http://www.omafra.gov.on.ca/english/livestock/dairy/faacts/84.048.htm
Oseni S, Misztal I, Tsuruta S, Rekaya R. 2003. Seasonality of days open in USA
Holstein. J. Dairy Sci 86 : 3718-3725.
Otto KL, Ferguson JD, Fox DG, Sniffen CJ. 1991. Relationalship between body
condition score and composition of ninth to eleven rib tissue in Holstein
dairy cows. J. Dairy Sci. 74 : 852-861.
Payne WJA. 1990. An Introduction to Animal Husbandry in the Tropics. Ed ke-4.
New York [US] : Longman Scientific and Technical.
Ray DE et al. 1992. Influence of season and microlimate on fertility of dairy cows
in hot arid environment. Internal J Biomel 36 : 141-145.
Sudono A. 2002. Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Toelihere MR. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Edisi pertama. Bandung
[ID]: Angkasa.
Toelihere MR. 1985. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Bogor [ID]:
Universitas Indonesia Pr.
Torharmat T. 2007. Review agribisnis persusuan di Indonesia. Kerjasama Tim
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan Departemen Pertanian.
Turkylenaz MK. 2005. Reproductive characteristic of Holstein cattle reared in a
private dairy cattle enterprase in aydin. Turk J Vet Anim Sci 29: 1049-1052.
Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Jakarta [ID]: Gramedia
Pustaka Utama.
Wright IA, Rhind SM, Russel AJF, Whyte TK, McBean AJ, McMillen SR. 1987.
Effect of body condition, food intake and temporary calf sepration on the
duration of the post-partum anoestrus priod and associated LH, FSH and
prolactin concentration in beef cows. Anim Prod. 45 : 395:402.
Wright IA, Russel A. 1984. Partipation of Fat, body composition and body
condition score in mature cows. Anim Prod. 38 : 23-32
10
Zurek E, Foxcrofrt OR, Kennely JJ. 1995. Metabolic status and interval to first
ovulation in postpartum dairy cows. J. Dairy Sci. 78:1909-1920.
11
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di DKI Jakarta, pada tanggal 18 Februari 1988. Penulis
merupakan putra pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Ayahanda Hanafi Kiat
dan Ibunda Siti Havivah. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas
di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah, Ciampea-Bogor
dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa
Program Keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak dan lulus tahun 2009.
Selama masa perkuliahan, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang di
Rumah Pemotongan Ayam (RPA) PT Sierad Produce Tbk. Parung-Bogor dan PT
Elders Indonesia Bandar Jaya-Lampung Tengah. Penulis mulai bekerja di Event
Organizer di PT Tri Media pada Tahun 2010. Tahun 2012 Penulis bekerja Di PT
Sampeorna Telekomunikasi Indonesia. Tahun 2013 Penulis bekerja di PT Sierad
Produce Tbk hingga saat ini. Selanjutnya pada tahun 2009, penulis melanjutkan
pendidikan Sarjana Program Alih Jenis jurusan Ilmu Produksi Ternak,
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
HUBUNGAN ANTARA PERIODE LAKTASI DENGAN BODY
CONDITION SCORE (BCS) DAN REPRODUKSI SAPI PERAH
FRIESIAN HOLSTEIN DI BBPTU-SP BATURRADEN
PURWOKERTO
AHMAD ZAKI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Antara
Periode Laktasi dengan Body Condition Score dan Reproduksi Sapi Perah Frisiean
Holstein Di BBPTU-SP Baturraden Purwokerto adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Ahmad Zaki
NIM D14096001
4
ABSTRAK
AHMAD ZAKI. Hubungan Antara Periode Laktasi dengan Body Condition Score
(BCS) dan Reproduksi Sapi Perah Frisiean Holstein Di BBPTU-SP Baturraden
Purwokerto. Dibimbing oleh CECE SUMANTRI dan IYEP KOMALA.
Pengaruh BCS dapat berpengaruh terhadap sistem reproduksi. Kajian
tentang hubungan reproduksi dengan BCS perlu dilakukan, sehingga penting
dilakukan penelitian BCS dengan reproduksi sapi Friesian Holstein. Penelitian ini
dilaksanakan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul-Sapi Perah (BBPTU-SP)
Baturradden, Purwokerto. Penelitian dilakukan dari Januari sampai Februari 2013.
Penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu, koleksi data skunder dan koleksi data
primer. Pengaruh BCS terhadap reproduksi sapi perah yang meliputi S/C memiliki
korelasi positif pada laktasi 5 (0.081), laktasi 4 (0.251). Calving Interval laktasi 5
(0.212), laktasi 4 (0.291). Dan masa kosong memiliki korelasi negatif yakni
laktasi 5 (-0.452), laktasi 4 (-0.474). Sapi yang berada pada keseimbangan energi
negatif setelah beranak memerlukan kosumsi pakan berlebih untuk produksi susu
Hal ini menyebabkan nilai BCS dari kandang laktasi 5 dan 4 bervariasi.
Kata kunci: body condition score, calving interval, laktasi, masa kosong, service
perconception
ABSTRACT
AHMAD ZAKI. Relation Between Period lactation with Body Condition Score
BCS and Frisian Holstein Dairy Cattle Reproduction in BBPTU-SP Baturraden
Purwokerto . Supervised by CECE SUMANTRI and IYEP KOMALA .
BCS can affect the reproduction system. Studies on reproduction relation
with BCS needs to be done , so it is important to study the reproduction and BCS
Holstein Friesian cows. The research was conducted at the Center for Excellence
Cattle - Breeding Dairy Cattle ( BBPTU - SP ) Baturradden , Purwokerto . The
study was conducted from January to February 2013. This research is divided into
two stages, collection of secondary data and primary data collection . BCS
influences in reproduction of dairy cows involving S/C has a positive correlation
on lactation 5 (0.081), lactation 4 (0.251), cage C (0.375). Calving Interval
lataction 5 (0.212), lactation 4 (0.291). and days open has a negative correlation
on lactation 5(-0.452), lactation 4 (-0.474).
Key words: body condition score, calving interval, days open, lactation, service
perconception
5
HUBUNGAN ANTARA PERIODE LAKTASI DENGAN BODY
CONDITION SCORE (BCS) DAN REPRODUKSI SAPI PERAH
FRIESIAN HOLSTEIN DI BBPTU-SP BATURRADEN
PURWOKERTO
AHMAD ZAKI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
6
7
Judul
Nama
NIM
: Hubungan Antara Periode Laktasi dengan Body Condition Score BCS
dan Reproduksi Sapi Perah Friesian Holstein di BBPTU-SP
Baturraden Purwokerto
: Ahmad Zaki
: D14096001
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc
Pembimbing I
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Iyep Komala, SPt
Pembimbing II
Judul
Nama
NIM
Hubungan Antara Periode Laktasi dengan Body Condition Score BCS
dan Reproduksi Sapi Perah Friesian Holstein di BBPTU-SP
Baturraden Purwokerto
Ahmad Zaki
D14096001
Disetujui oleh
Iyep Komala, SPt
Pembimbing II
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
8
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir
Cece Sumantri, MAgrSc selaku dosen pembimbing utama dan Iyep Komala, SPt
selaku dosen pembimbing anggota yang telah membimbing selama proses
pembuatan proposal, pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. Terima kasih
kepada keluarga tercinta Bapak kandung Penulis Hanafi Kiat, Ibu kandung
Penulis Siti Havivah, Zikho, Nona, dan Bang Rayan yang telah memberikan
dorongan semangat, perhatian serta dukungan baik secara moril maupun materil
bagi penulis. Terimkasih kepada rekan penelitian Wahyu Liyansyah atas
kerjasama dan bantuannya selama penelitian. Terima Kasih kepada rekan kuliah
Johan, Rio, Embhan, Indra Kurniana (Alm), Annas, Darifta, dan Kholid yang
telah memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga skripsi ini
bermanfaat.
Bogor, Maret 2014
Penulis
9
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Ruang Lingkup Penelitian
MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Materi Penelitian
Metode Penelitian
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Hubungan BCS Dengan S/C, Calving Interval dan Masa Kosong
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
ix
1
1
1
1
1
1
2
2
3
3
3
3
8
8
11
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
Rataan BCS periode laktasi 5 dan 4.................................................................4
Data korelasi BCS antara laktasi 5 dan 4 S/C...................................................5
Nilai rataan S/C pada periode laktasi 5 dan 4..................................................6
Nilai rataan calving interval pada laktasi 5 dan 4………………................6
Data korelasi BCS antara periode laktasi 5 dan 4 dengan calving interval......6
Nilai rataan masa kosong pada periode laktasi 5 dan 4...................................7
Data korelasi BCS antara laktasi 5 dan 4 dengan masa kosong...................... 7
10
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ternak perah merupakan ternak yang dipelihara manusia untuk diambil
susunya karena mampu menghasilkan susu melebihi kebutuhan anaknya, seperti
sapi perah. Peternakan sapi perah khususnya Friesian Holstein di Indonesia masih
mengalami banyak kendala. Efisiensi reproduksi yang rendah merupakan faktor
kendala yang sering terjadi di peternakan sapi perah Indonesia.
Komponen yang dapat mempengaruhi efisiensi reproduksi sapi FH betina
adalah umur dikawinkan pertama, umur beranak pertama, interval dikawinkan
kembali setelah beranak, service per conception, masa kosong dan selang beranak.
Hal tersebut merupakan faktor penting yang harus diperhatikan guna
meningkatkan efisiensi reproduksi sapi dara dan induk. Efisiensi reproduksi yang
rendah menyebabkan rendahnya tingkat kelahiran dan akan berdampak negatif
pada jumlah populasi sapi perah FH.
Body Condition Score (BCS) dijadikan alat manejemen nutrisi, reproduksi
dan menejemen kesehetan sapi perah (Hady et al. 1994 dan Gallo et al. 1996).
Wright et al. (1987) menjelaskan bahwa status nutrisi ternak yang dievaluasi
melalui BCS menunjukan cadangan lemak tubuh yang tersedia.
Body Condition Score dapat mempengaruhi sistem reproduksi pada sapi
perah. Kajian tentang hubungan reproduksi dengan BCS perlu dilakukan,
sehingga penting dilakukan penelitian BCS dengan reproduksi sapi Friesian
Holstein.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara periode laktasi
dengan Body Condition Score dan reproduksi sapi perah di Baturraden, Jawa
Tengah.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup pendugaan Body Condition Score terhadap
reproduksi sapi perah. Jumlah ternak sapi sebanyak 54 ekor betina sapi FH.
Penelitian ini dilakukan di Baturraden, Jawa Tengah.
MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dari Januari sampai Februari 2013. Penelitian ini
dilaksanakan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul-Sapi Perah (BBPTU-SP)
Baturradden, Purwokerto.
2
Materi Penelitian
Ternak
Ternak yang digunakan yaitu sapi perah Friessian Holstein. Friessian
Holstein yang digunakan sebanyak 54 ekor betina, ternak tersebut dipelihara di
kandang dan masa laktasi berbeda. Kandang A dan B laktasi 5, kandang C dan D
laktasi 4. Terdiri dari 13 ekor dari kandang A, 16 ekor dari kandang B, 9 ekor dari
kandang C, dan 16 ekor dari kandang D. Kandang A dan B laktasi 5, kandang C
dan D laktasi 4.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, digital camera,
wearpack, sepatu boot, lembar tabel yang berisi data mentah, alat-alat tulis dan
komputer.
Metode Penelitian
Penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu: (1) tahap pertama berupa koleksi
data skunder; (2) tahap kedua berupa koleksi data primer.
Koleksi Data Primer
Data primer yang diambil BCS dari 54 ekor sapi FH laktasi. Pengambilan
data dilakukan dengan melihat, meraba dan menetapkan nilai Body Condision
Score (BCS). Penilaian BCS menggunakan angka skla 1-5 (1 = sangat kurus, 3 =
sedang, dan 5 = gemuk) dengan nilai 0,25 atau 0,50 angka diantaranya selang itu.
Penilaian BCS bedasarkan pada pendugaan baik secara visual maupun
dengan perabaan terhadap 8 bagian tubuh ternak sapi. Bagian tubuh tersebut
antara lain pada bagian processus spinosus, processusspinosus ke processus
transversus, processus transversus, legok lapar, tube coxae (hooks), antara tuber
coxae dan tuber ischiadicus (pins), antara tuber coxae kanan dan kiri, dan dari
pangkal ekor ke tuber ischiadicus.
Koleksi Data Sekunder
Data sekunder yang diambil meliputi data BCS dari bulan Maret sampai
Desember 2011. Data reproduksi yang diambil yaitu S/C, Calving Interval dan
masa kosong dari Maret 2011 sampai Oktober 2012.
3
Analisis Data
Statistik Deskriptif
Data yang diperoleh kemudian diolah secara deskriptif. Nilai rataan,
simpangan baku dan koefsien keragaman pada BCS dan reproduksi, dihitung
menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) sebagai berikut :
Keterangan:
= Rataan
= Data ke-i
= Banyak data sampel
= Simpangan baku
KK = Koefisien keragaman
Korelasi antara Body Condition Score (BCS) dan reproduksi sapi perah
menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1992) :
r=
Keterangan :
r = korelasi
Xi = peubah Body Condition Score (BCS) yang diukur, dimulai dari individu ke - i, i = 1, 2, …, n
Yi = rataan reproduksi sapi perah, dimulai dari individu ke - i, i = 1, 2, …, n
n = jumlah ternak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Balai Besar Pengembangan Ternak Unggul Sapi Perah (BBPTU) terletak di
14 km di sebelah utara kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa
Tengah, tepatnya di Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden. Suhu udara
minimum maksimum di balai ini adalah 18oC dan 28oC celcius dengan
kelembaban udara 70%-80%. Curah hujan pertahun cukup tinggi yaitu 6 000 mm9 000 mm. Sapi perah yang dipelihara adalah sapi perah Fries Holland.
Hubungan BCS Dengan S/C, Calving Interval dan Masa Kosong
Body condition score atau nilai kondisi tubuh merupakan suatu metode
penilaian untuk melihat kondisi reproduksi di suatu peternakan sapi perah.
Bererapa aspek reproduksi tersebut yaitu service perconception, calving interval
dan masa kosong. Rataan BCS Laktasi 5 dan 4 yang terdapat di BPTU-SP
Baturraden purwekerto dapat dilihat pada Tabel 1.
4
Tabel 1 Rataan BCS Periode Laktasi 5 dan 4
Rataan (n)
Rataan (n)
BCS Laktasi 5
BCS Laktasi 4
2.50
2.25
2.75
2.50
2.25
2.50
2.75
2.75
3.00
2.75
2.75
2.50
3.00
2.50
3.00
2.50
2.75
3.00
2.75
3.00
2.50
2.25
3.00
2.75
2.50
2.50
2.75
2.75
2.75
2.50
2.50
2.50
2.75
2.50
3.00
2.75
3.00
3.00
3.00
2.50
3.00
3.00
2.75
2.50
2.75
2.50
3.00
2.50
2.75
3.25
3.00
3.00
2.50
2.72± 0.24
2.70± 0.23
Periode laktasi 5 memiliki nilai rataan BCS, yakni 2.72. Rataan nilai BCS
tersebut masih kurang ideal. Menurut Edomson et al. (1989) menyarankan skala
BCS sedang ada pada nilai 3. Periode laktasi 4 memiliki nilai rataan 2.7 nilai
tersebut mendekati katagori ideal. Nilai rataan bcs pada sapi laktasi 5 dan 4
memiliki selisih perbedaan 0.2. Artinya BCS pada sapi laktasi 5 dan 4 diBBPTU
Baturraden sudah cukup baik. Menurut Zurek et al. (1995), pola perubahan BCS
bervariasi diantara laktasi dan mutu genetik ternak sapi perah. Sapi perah dengan
5
konsumsi pakan banyak, walaupun mengalami keseimbangan energi negatif, akan
tetapi memproduksi susu lebih banyak, kurang kehilangan bobot tubuh, dan
ovulasi setelah beranak terjadi lebih awal, bila dibandingkan dengan konsumsi
pakan rendah.
Hal ini menunjukan bahwa sapi yang lebih efisien dalam mengkonsumsi
pakan dan menyimpannya untuk produksi susu akan lebih mampu dalam
memulihkan kondisi tubuh dan memulai siklus reproduksi kembali. Literatur lain
menyatakan perubahan BCS berkaitan dengan perubahan komposisi tubuh sapi
perah (Wright dan Rusel 1984). Sapi lakatasi mengalami penurunan cadangan
lemak tubuh selama awal laktasi, kemudian disimpan kembali pada saat
pertengahan dan akhir laktasi (Gallo et al. 1996). Pola perubahan BCS secara
umum akan menurunkan selama 2-3 bulan awal laktasi kemudian berlangsung
pengembalian kondisi sampai dengan pertengahan laktasi (Broster dan Broster
1998).
Sevice perConception
Hubungan antara BCS laktasi 5 dan 4 terhadap keberhasilan IB atau service
perconception dalam perhitungan statistik terdapat korelasi positif yang tidak
berbeda nyata. Laktasi 4 mempunyai nilai tertinggi yakni, korelasi positif yang
tidak berbeda nyata. Berdasarkan persamaan regresi dapat terlihat bahwa setiap
kenaikan 1 satuan BCS (x), akan menyebabkan penambahan banyaknya S/C
sebesar 0.251. Nilai koefisien determinasi sebesar 6.3% keragaman S/C
dipengaruhi oleh BCS, atau dengan kata lain sekitar 93.7 % keragaman IB
dipengaruhi oleh faktor lain selain BCS. Hubungan BCS dengan S/C dari hasil
penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Data korelasi BCS antara Periode Laktasi 5 dan 4 dengan S/C
Peubah
Korelasi
KK
P-Value
Laktasi 5
0.810
0.7%
0.675
Laktasi 4
0.251
6.3%
0.225
Penilaian BCS telah diterima sebagai metode murah dalam pendugaan
lemak tubuh yang dapat digunakan baik pada peternakan komersial maupun
penelitian (Otto et al. 1991). Nilai S/C yang normal berkisar antara 1.6-2.0 (Hafez
2000). Makin rendah nilai S/C makin tinggi kesuburan hewan betina dalam
kelompok tersebut, sebaliknya makin tinggi nilai S/C, makin rendah kesuburan
betina dalam kelompok tersebut (Tolihere 1985). Pada umumnya gangguan
reproduksi pada ternak disebabkan oleh faktor genetik, manajemen pengelolaan
yang kurang baik dan lingkungan yang kurang serasi (Hardjopranoto 1995).
Unsur iklim paling mempengaruhi reproduksi adalah suhu, kelembaban dan
lamanya penyinaran (Payne 1990). Kondisi pemeliharaan di daerah (tropis)
dengan manajemen pemeliharaan kurang mendukung akan memperlihatkan
kecenderungan penurunan kinerja sapi perah (Anggraeni et al. 2000). Nilai S/C
sapi FH di BBPTU mempunyai nilai rataan pada masing-masing laktasi. laktasi
dalam penelitian ini terdiri dari laktasi 5 dan 4. Menurut Hafez (2000), Nilai S/C
yang normal berkisar antara 1.6-2.0. Makin rendah nilai S/C makin tinggi
6
kesuburan hewan betina dalam kelompok tersebut, sebaliknya makin tinggi nilai
S/C, makin rendah kesuburan betina dalam kelompok tersebut (Tolihere 1985).
Nilai rataan S/C dapat diliahat pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai rataan S/C pada laktasi 5 dan 4
Laktasi
Rataan S/C
Laktasi 5
Laktasi 4
2.90±0.31
2.77±0,28
Rataan nilai S/C laktasi 5 sebesar 2.90, dan laktasi 4 sebesar 2.77,. Nilai S/C
dari masing-masing laktasi > 2.0 artinya nilai S/C tergolong kurang baik. Nilai
S/C sapi FH untuk beberapa daerah di pulau Jawa memperlihatkan nilai lebih dari
2.0. Menurut Murray (2009) S/C yang baik 1.72, karena kalau melebihi 2.1
memperlihatkan adanya masalah reproduksi.S/C yang tinggi karena terjadi
manajemen perkawinan yang buruk (Tukylenaz 2005). Menurut Toharmat et al.
(2007) indikator keberhasilan S/C 2010 adalah 2.0.
Calving Interval
Hubungan BCS antara laktasi 5 dan 4 dengan CI dalam perhitungan statistik
terdapat korelasi positif yang tidak berbeda nyata. Laktasi 4 dalam perhitungan
statistik mempunyai nilai tertinggi. Berdasarkan persamaan regresi dapat terlihat
bahwa setiap kenaikan 1 satuan BCS (x), akan menyebabkan penambahan
banyakna CI sebesar 0.291. Nilai koefisien determinasi sebesar 8.5% keragaman
CI dipengaruhi oleh BCS, atau dengan kata lain sekitar 91.5%. Nilai rataan
Calving Interval dan Data korelasi anatara BCS dengan CI dapat dilihat pada
Tabel 4 dan 5.
Tabel 4 Nilai rataan calving interval pada laktasi 5 dan 4
Laktasi
Rataan Calving Interval
Laktasi 5
Laktasi 4
273.2±16,.16
270.59±30.80
Tabel 5 Data korelasi BCS antara laktasi 5 dan 4 dengan calving interval
Peubah
Korelasi
KK(%)
P-Value
Laktasi 5
Laktasi 4
0.212
0.291
4.5
8.5
0.269
0.158
keragaman CI dipengaruhi oleh faktor lain selain BCS, seperti kesalahan
deteksi berahi akan menyebabkan selang beranak bertambah panjang. Body
Condition Score (BCS) dijadikan alat menejemen nutrisi, reproduksi dan
menejemen kesehatan sapi perah (Hady et al. 1994 dan Gallo et al. 1996). Selang
beranak adalah interval antara awalan suatu laktasi terhadap berikutnya (Webster
1993). Menurut Hefez (2000) selang beranak adalah jangka waktu dari suatu
induk beranak berikutnya. Selang beranak (Calving Interval) yang optimal untuk
7
sapi perah adalah 12-13 buln (Sudono 2002). Menurut Izquierdo et al. (2008)
selang beranak pada sapi perah 12-13 bulan. Selang beranak yang baik 12.5 bulan
dan dibutuhkan perbaikan apabila selang beranak melebihi 13 bulan (Murray
2009). Hardjopranjoto (1995) mengidentifikasikan bahwa terdapat gangguan
reproduksi pada suatu peternakan sapi perah adalah selang beranak melebihi 400
hari (1.30 bulan). Karakteristik reproduksi sapi FH menurut Turkylenaz (2005)
secara rata-rata adalah masa kosong 114.5 hari, S/C 2.01, kebuntingan 278.7 dan
selang beranak 394.9 hari.
Selang beranak pada sapi perah pertama dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor diantaranya adalah iklim. Menurut Ray et al. (1992) sapi FH di daerah
temperate mempunyai selang beranak pada musim panas (Summer) 396 hari,
musim semi (Spring) 378 hari dan 382 hari pada musim gugur (fall).
Menurut Sudono (2002) beberapa daerah di pulau Jawa yaitu Pengalengan,
Lembang, Rawa Seneng dan Cirebon mempunyai selang beranak 465, 462, 429
dan 470. Selang beranak di Rawa Seneng, Temanggung, Jawa Tengah pada bulan
mei adalah 466 hari dan pada bulan Oktober 390 hari (Toharmat et al. 2007) dan
indikator keberhasilan untuk tahun 2010 adalah 14 bulan (420 hari).
Masa Kosong
Nilai rataan masa kosong dan data korelasi antara BCS laktasi 5 dan 4
dengan masa kosong dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7. Sapi pada laktasi pertama
akan mengalami masa kosong 80 hari dan untuk laktasi berikutnya adalah 60 hari
(Effendi et al. 2002). Menurut Lee et al. (2008) sapi-sapi FH yang mempunyai
produksi susu lebih tinggi pada awal laktasi akan memiliki masa kosong lebih
panjang. Peningkatan masa kosong akan mempengaruhi keuntungan karena biaya
perkawinan akan naik, naiknya resiko apkir dan biaya sapi pengganti dan
mengurangi produksi susu (DeVriest 2006). Juga dikatakan oleh Devries (2006)
bahwa presentase kebuntingan menurun apabila masa kosong naik dari 122 ke
166 hari.
Tabel 6 Nilai rataan masa kosong pada periode laktasi 5 dan 4
Laktasi
Rataan Masa Kosong
Laktasi 5
Laktasi 4
100.62±60,41
86.4±36.54
Tabel 7 Data korelasi BCS antara laktasi 5 dan 4 dengan masa kosong
Peubah
Korelasi
KK(%)
P-Value
Laktasi 5
Laktasi 4
-0.452
-0.474
20.5
22.5
0.014
0.017
Hubungan BCS antara laktasi 5 dan dengan masa kosong dalam perhitungan
statistik terdapat korelasi positif yang tidak berbeda nyata. Dalam perhitung
stastistik laktasi 5 dan 4 memiliki nilai korelasi negatif yang tidak berbedanyata.
Laktasi 4 memiliki korelasi negatif lebih tinggi, yakni. Berdasarkan persamaan
8
regresi dapat terlihat bahwa setiap kenaikan 1 satuan BCS (x), akan
menyebabkan penambahan banyakna masa kosong sebesar -0.474. Nilai
koefisien determinasi sebesar 22.5% keragaman masa kosong dipengaruhi oleh
BCS, atau dengan kata lain sekitar 77.5% keragaman masa kosong dipengaruhi
oleh faktor lain selain BCS.
Panjang masa kosong berbeda pada setiap ternak. Sesudah partus hewan
betina harus menghasilkan susu untuk anaknya dan menyiapkan uterus, ovarium
dan organ kelamin lainnya dan sistem endokrin untuk memulai suatu siklus
normal dan untuk kebuntingan baru (Toelihere 1985). Faktor lainnya, Menurut
Izquierdo et al. (2008) masa kosong dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
adalah jenis kelamin, dimana anak jantan mempunyai masa kosong lebih kecil.
Izquierdo et al. (2008) menyatakan bahwa untuk mencapai produksi susu yang
efisien dapat dilakukan dengan mengurangi masa kosong. Sapi FH yang disilang
dengan bahasa sapi lain (Crossbred) dapat memperbaiki kesuburan dan masa
hidup tetapi menurunkan produksi susu. Masa kosong untuk laktasi pertama 19-27
hari lebih rendah sapi FH persilangan daripada pada sapi FH murni (Hansen
2008).
Salah satu pengukuran kesuburan pada sapi perah adalah masa kosong dan
masa kosong dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain musim beranak,
manajemen, banyaknya populasi, tingkat produksi susu, umur dan teknik
Inseminasi Buatan (Oseni et al. 2003). Masa kosong sebagai deteksi awal
kelainan reproduksi dan indikator efisiensi reproduksi (Izquierdo et al. 2008).
Menurut Murray (2009) masa kosong yang baik adalah 100 hari dan dibutuhkan
perbaikan apabila masa kosong lebih dari 120 hari.
SIMPULAN
Sapi FH di BBPTU periode laktasi 5 dan 4 memiliki nilai rataan body
condition score yang sudah cukup ideal. Body condition score dengan S/C dan CI
memiliki nilai yang tinggi. Body condition score dengan masa kosong memiliki
nilai rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni A. 1995 . Faktor-faktor koreksi hari laktasi dan umur untuk produksi
susu sapi perah Fries Holland. [tesis]. Bogor [ID]: Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Broster WH, Broster VJ. 1998. Review article : body score of dairy cows. J.
Dairy Sci. 65 : 155-173.
Devries A, Leeuwen JV, Thatcher WW. (2009). Economics of improved
reproductive performance in dairy cattle. [diunduh 2014 Februari 28].
Tersedia pada http://edis.ifas.ufi.edu/AN 156
Edomson AJ, Lean IJ, Weaver LD, Farver T, Webster G. 1989. A body condition
score chart for Holstein dairy cows . J. Dairy Sci. 72 : 68-70.
9
Effendi P. 2002. Kesehatan reproduksi. Buku Petunujuk Teknolgi Sapi Perah di
Indonesia. Bandung [ID]: PT. Sony Sugema Pressindo.
Gallo L, Carnier P, Cassandro M, Mantovani R, Bailoni L, Bittante G. 1996.
Change in body condition score of Holstein cows as effected by parity and
mature equivalment milk yield. J. Dairy Sci. 79 : 1.009-1.015.
Hady P, Domecq J, Kaneene JB. 1994. Ferequency and precision of body
condition score of dairy cattle. J. Dairy Sci. 77 : 1.543-1.547.
Hafez ESE. 2000. Reproduction in Farm Animals. Ed ke-7. Philadelphia [PA]:
Lea & Febiger,
Hansen PJ. 2008. Effect of coat colour on phsiological responses to solar
radiation in Holsteins. Ve. Rec 127:333-334.
Hardjopranjoto. 1995. Beternak Sapi Perah, Jakarta [ID]: Kanisus
Izquierdo CA et al. 2008. Effect of The offsprings Sex on open days in dairy
cattle. J Anim Vet Ady 7 : 1329-1331.
Lee JK. 2008. Relationship of yield during early lactation and days open during
current lactation with 305 days yield. J. Dairy Sci 80 : 771-776.
Mattjik AA, Sumertajaya M. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. Jilid I. Edisi ke-2. Bogor [ID] : IPB Pr.
Murray BB. 2009. Maxemazing conception rate in dairy cows : heat detction.
Queens printer for Ontario [14 januari 2014]. Tersedia pada
http://www.omafra.gov.on.ca/english/livestock/dairy/faacts/84.048.htm
Oseni S, Misztal I, Tsuruta S, Rekaya R. 2003. Seasonality of days open in USA
Holstein. J. Dairy Sci 86 : 3718-3725.
Otto KL, Ferguson JD, Fox DG, Sniffen CJ. 1991. Relationalship between body
condition score and composition of ninth to eleven rib tissue in Holstein
dairy cows. J. Dairy Sci. 74 : 852-861.
Payne WJA. 1990. An Introduction to Animal Husbandry in the Tropics. Ed ke-4.
New York [US] : Longman Scientific and Technical.
Ray DE et al. 1992. Influence of season and microlimate on fertility of dairy cows
in hot arid environment. Internal J Biomel 36 : 141-145.
Sudono A. 2002. Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Toelihere MR. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Edisi pertama. Bandung
[ID]: Angkasa.
Toelihere MR. 1985. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Bogor [ID]:
Universitas Indonesia Pr.
Torharmat T. 2007. Review agribisnis persusuan di Indonesia. Kerjasama Tim
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan Departemen Pertanian.
Turkylenaz MK. 2005. Reproductive characteristic of Holstein cattle reared in a
private dairy cattle enterprase in aydin. Turk J Vet Anim Sci 29: 1049-1052.
Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Jakarta [ID]: Gramedia
Pustaka Utama.
Wright IA, Rhind SM, Russel AJF, Whyte TK, McBean AJ, McMillen SR. 1987.
Effect of body condition, food intake and temporary calf sepration on the
duration of the post-partum anoestrus priod and associated LH, FSH and
prolactin concentration in beef cows. Anim Prod. 45 : 395:402.
Wright IA, Russel A. 1984. Partipation of Fat, body composition and body
condition score in mature cows. Anim Prod. 38 : 23-32
10
Zurek E, Foxcrofrt OR, Kennely JJ. 1995. Metabolic status and interval to first
ovulation in postpartum dairy cows. J. Dairy Sci. 78:1909-1920.
11
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di DKI Jakarta, pada tanggal 18 Februari 1988. Penulis
merupakan putra pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Ayahanda Hanafi Kiat
dan Ibunda Siti Havivah. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas
di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah, Ciampea-Bogor
dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa
Program Keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak dan lulus tahun 2009.
Selama masa perkuliahan, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang di
Rumah Pemotongan Ayam (RPA) PT Sierad Produce Tbk. Parung-Bogor dan PT
Elders Indonesia Bandar Jaya-Lampung Tengah. Penulis mulai bekerja di Event
Organizer di PT Tri Media pada Tahun 2010. Tahun 2012 Penulis bekerja Di PT
Sampeorna Telekomunikasi Indonesia. Tahun 2013 Penulis bekerja di PT Sierad
Produce Tbk hingga saat ini. Selanjutnya pada tahun 2009, penulis melanjutkan
pendidikan Sarjana Program Alih Jenis jurusan Ilmu Produksi Ternak,
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.