Perencanaan produksi sayuran hidroponik pada pt. Kebun sayur segar (parung farm), bogor, jawa barat

PERENCANAAN PRODUKSI SAYURAN HIDROPONIK
PADA PT. KEBUN SAYUR SEGAR (PARUNG FARM),
BOGOR, JAWA BARAT

RIZKI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Produksi
Sayuran Hidroponik pada PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm), Bogor, Jawa
Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Rizki
NIM H34100127

ABSTRAK
RIZKI. Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik pada PT. Kebun Sayur Segar
(Parung Farm), Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh AMZUL RIFIN.
Seiring meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap
kesehatan, sayuran kini menjadi alternatif pilihan dalam pola konsumsi
masyarakat Indonesia. Pertumbuhan konsumsi sayuran pada tahun 2008 hingga
2011 mengalami penurunan, namun pada tahun 2012 pertumbuhan bernilai
positif. Hal tersebut berarti bahwa ada kecenderungan perubahan dalam tingkat
konsumsi sayuran masyarakat Indonesia yang akan berimplikasi pada peramalan
permintaan dan perencanaan produksi yang akan dilakukan oleh suatu perusahaan.
Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis ialah PT. Kebun Sayur
Segar (Parung Farm) yang memproduksi beberapa sayuran hidroponik, seperti
bayam hijau, kangkung, romaine dan sebagainya. Berdasarkan hasil ramalan
untuk lima bulan kedepan, permintaan bayam hijau berkisar antara 300 hingga

400 pak perhari, permintaan kangkung berkisar antara 220 hingga 270 pak
perhari, dan permintaan romaine berkisar antara 100 hingga 148 pak perhari.
Puncak permintaan ketiga komoditi terjadi pada hari-hari akhir di bulan Juli 2014,
yakni tanggal 24 dan 25 Juli 2014. Jika ditarik mundur dari tanggal tersebut, maka
secara umum berdasarkan karakteristik masing-masing komoditi, perencanaan
produksi akan dimulai pada bulan Juni 2014 dengan memperhatikan masa N1, N2
serta N3 dari masing-masing komoditi.
Kata kunci : hidroponik, Parung Farm, peramalan, perencanaan produksi

ABSTRACT
RIZKI. Hydroponic Vegetable Production Planning at PT. Kebun Sayur Segar
(Parung Farm), Bogor, West Java. Supervised by AMZUL RIFIN.
By increasing awareness and public awareness of the health, now
vegetables is as alternative patterns of consumption in Indonesia. Vegetables
consumption growth in 2008 and 2011 has decreased, but in 2012 growth is
positive. This means that there is a trend of change in the rate of Indonesian
society vegetables consumption which will have implications for demand
forecasting and production planning will be done by a company. One of the
agribusiness companies is PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) which produces
some hydroponic vegetables, such as green spinach, kale, romaine, and so on.

Based on the results of the forecast for the next five months, demand for green
spinach ranged from 300 to 400 packs per day, demand kale ranged from 220 to
270 packs per day, and romaine demand ranged from 100 to 148 packs per day.
Peak demand occurs in the third commodity these days in the month end of July
2014, which is dated 24 and 25 July 2014. If pulled backwards from that date, it is
generally based on the characteristics of each commodity, production planning
will begin in June 2014 with regard period N1, N2 and N3 of each commodity.
Keywords : forecasting, hydroponics, Parung Farm, production planning

PERENCANAAN PRODUKSI SAYURAN HIDROPONIK
PADA PT. KEBUN SAYUR SEGAR (PARUNG FARM),
BOGOR, JAWA BARAT

RIZKI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah
perencanaan produksi, dengan judul Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik
pada PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm), Bogor, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Amzul Rifin, SP. MA
selaku dosen pembimbing skripsi, Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM dan Ibu Eva
Yolynda Aviny, SP. MM selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan
saran demi perbaikan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Bapak Yudi Supriyono selaku Direktur Produksi PT. Kebun
Sayur Segar (Parung Farm) dan Bapak Agus selaku staf Unit Produksi dari PT.
Kebun Sayur Segar (Parung Farm) yang telah membantu selama pengumpulan

data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, keluarga,
sahabat CSS 47, serta seluruh sahabat Agribisnis 47 atas segala doa, dukungan
dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Rizki

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

x


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

5


Ruang Lingkup Penelitian

6

TINJAUAN PUSTAKA

6

KERANGKA PEMIKIRAN

8

Kerangka Pemikiran Teoritis
Perencanaan Produksi

8
8

Hidroponik


10

Proses Produksi

11

Teori Permintaan

14

Teori Peramalan

14

Jenis-Jenis Peramalan

15

Model Time Series


16

Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN

21
23

Lokasi dan Waktu Penelitian

23

Jenis dan Sumber Data

23

Metode Pengolahan dan Analisis Data

23


HASIL DAN PEMBAHASAN

24

Gambaran Umum Perusahaan

24

Peramalan Permintaan Bayam Hijau

27

Identifikasi Pola Permintaan Bayam Hijau

27

Metode Peramalan Permintaan Bayam Hijau

27


Peramalan Permintaan Bayam Hijau

28

Peramalan Permintaan Kangkung

29

Identifikasi Pola Permintaan Kangkung

29

Metode Peramalan Permintaan Kangkung

29

Peramalan Permintaan Kangkung

30

Peramalan Permintaan Romaine

31

Identifikasi Pola Permintaan Romaine

31

Metode Peramalan Permintaan Romaine

32

Peramalan Permintaan Romaine

32

Perencanaan Produksi

33

Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Maret 2014)

33

Perencanaan Produksi Bayam Hijau (April 2014)

35

Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Mei 2014)

36

Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Juni 2014)

38

Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Juli 2014)

39

Perencanaan Produksi Kangkung (Maret 2014)

41

Perencanaan Produksi Kangkung (April 2014)

43

Perencanaan Produksi Kangkung (Mei 2014)

44

Perencanaan Produksi Kangkung (Juni 2014)

46

Perencanaan Produksi Kangkung (Juli 2014)

47

Perencanaan Produksi Romaine (Maret 2014)

49

Perencanaan Produksi Romaine (April 2014)

51

Perencanaan Produksi Romaine (Mei 2014)

52

Perencanaan Produksi Romaine (Juni 2014)

54

Perencanaan Produksi Romaine (Juli 2014)

55

SIMPULAN DAN SARAN

57

Simpulan

57

Saran

58

DAFTAR PUSTAKA

59

LAMPIRAN

61

RIWAYAT HIDUP

75

DAFTAR TABEL
1 Nilai PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun
2012
2 Rata-Rata Konsumsi Sayuran (KKal) Masyarakat Indonesia per Kapita
Sehari Tahun 2008-2012
3 Perkembangan Produksi Tanaman Sayuran (Ton) Indonesia Tahun
2008-2012
4 Ciri-Ciri Sebuah Kegiatan Peramalan
5 Nilai Akurasi Kesalahan Metode Peramalan Permintaan Bayam Hijau
6 Nilai Akurasi Kesalahan Metode Peramalan Permintaan Kangkung
7 Nilai Akurasi Kesalahan Metode Peramalan Permintaan Romaine
8 Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Maret 2014)
9 Perencanaan Produksi Bayam Hijau (April 2014)
10 Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Mei 2014)
11 Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Juni 2014)
12 Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Juli 2014)
13 Perencanaan Produksi Kangkung (Maret 2014)
14 Perencanaan Produksi Kangkung (April 2014)
15 Perencanaan Produksi Kangkung (Mei 2014)
16 Perencanaan Produksi Kangkung (Juni 2014)
17 Perencanaan Produksi Kangkung (Juli 2014)
18 Perencanaan Produksi Romaine (Maret 2014)
19 Perencanaan Produksi Romaine (April 2014)
20 Perencanaan Produksi Romaine (Mei 2014)
21 Perencanaan Produksi Romaine (Juni 2014)
22 Perencanaan Produksi Romaine (Juli 2014)

1
2
2
15
28
30
32
35
36
38
39
41
43
44
46
47
49
51
52
54
55
57

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Permintaan Sayuran PT. Parung Farm 12 Bulan Terakhir
Masa Penyemaian Benih Bayam Hijau dan Kangkung (Masa N1)
Masa Tanam Bibit (Masa N2) dan Alat Pengalir Nutrisi
Masa Produksi Bibit Kangkung (a,b) dan Bayam Hijau (c,d) (Masa N3)
Kerangka Pemikiran Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik pada
PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm)
Pola Permintaan Bayam Hijau
Pola Permintaan Kangkung
Pola Permintaan Romaine
Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Maret 2014)
Perencanaan Produksi Bayam Hijau (April 2014)
Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Mei 2014)
Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Juni 2014)
Perencanaan Produksi Bayam Hijau (Juli 2014)
Perencanaan Produksi Kangkung (Maret 2014)
Perencanaan Produksi Kangkung (April 2014)
Perencanaan Produksi Kangkung (Mei 2014)

4
12
13
13
22
27
29
31
34
35
37
38
40
42
43
45

17
18
19
20
21
22
23

Perencanaan Produksi Kangkung (Juni 2014)
Perencanaan Produksi Kangkung (Juli 2014)
Perencanaan Produksi Romaine (Maret 2014)
Perencanaan Produksi Romaine (April 2014)
Perencanaan Produksi Romaine (Mei 2014)
Perencanaan Produksi Romaine (Juni 2014)
Perencanaan Produksi Romaine (Juli 2014)

46
48
50
51
53
54
56

DAFTAR LAMPIRAN
1 Plot ACF Permintaan Bayam Hijau
2 Plot PACF Permintaan Bayam Hijau
3 Peramalan Permintaan Bayam Hijau dengan Model ARIMA
(111)(112)7
4 Plot ACF Permintaan Kangkung
5 Plot PACF Permintaan Kangkung
6 Peramalan Permintaan Kangkung dengan Model ARIMA (012)(012)7
7 Plot ACF Permintaan Romaine
8 Plot PACF Permintaan Romaine
9 Peramalan Permintaan Romaine dengan Model ARIMA (111)(112)7

61
62
63
65
66
67
70
71
72

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling berpengaruh
dalam menggerakkan perekonomian Indonesia. Hal tersebut didukung dengan
fakta bahwa Indonesia adalah negara agraris, dimana sebagian besar penduduk
Indonesia bermata pencaharian di sektor pertanian. Arti pertanian disini
merupakan pertanian dalam artian yang luas, yang meliputi pertanian tanaman
pangan, tanaman perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Menurut
data Badan Pusat Statistik (2013), nilai PDB sektor pertanian pada tahun 2012
menyumbangkan nilai yang cukup besar terhadap nilai PDB Indonesia. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1

Nilai PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2012a
Lapangan Usaha
Nilai PDB (Miliar Rupiah)
Pertanian, peternakan, perikanan dan
1 190 412.40
kehutanan
Pertambangan dan penggalian
970 559.60
Industri pengolahan
1 972 846.60
Listrik, gas, dan air bersih
65 124.90
Konstruksi
860 964.80
Perdagangan, hotel, dan restoran
1 145 600.90
Pengangkutan dan komunikasi
549 115.50
Keuangan, real estate, jasa perusahaan
598 523.20
Jasa-jasa
888 676.40
a
Sumber : Badan Pusat Statistik 2013

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa kontribusi sektor pertanian
pada tahun 2012 cukup menyumbangkan nilai yang besar bagi perkembangan
perekonomian Indonesia (PDB) yakni menyumbangkan 14.44 persen dari total
nilai keseluruhan, meskipun nilai tersebut bukan nilai yang tertinggi yang berada
pada sektor industri pengolahan yang menyumbangkan 23.93 persen dari total
nilai PDB Indonesia tahun 2012.
Jika melihat data yang tertera pada Tabel 1, sektor pertanian tentu
memiliki peluang untuk dikembangkan lebih lanjut agar memberikan kontribusi
yang lebih signifikan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Salah satu
bidang dalam sub sektor pertanian ialah hortikultura. Hortikultura cukup memiliki
peranan yang penting, salah satunya sebagai penyedia sumber makanan.
Komoditas hortikultura antara lain tanaman hias, tanaman obat-obatan, bunga,
buah-buahan, dan sayuran.
Seiring meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap
kesehatan, sayuran kini menjadi alternatif pilihan dalam pola konsumsi
masyarakat Indonesia. Konsep back to nature secara tidak langsung juga
memengaruhi pola konsumsi masyarakat Indonesia dengan memilih makanan
yang sehat dan bergizi, salah satunya dengan mengkonsumsi sayuran. Sayuran

2

merupakan komponen penting di dalam menu makanan seimbang untuk pola
hidup sehat. Menurut data Badan Pusat Statistik (2013), tingkat konsumsi
masyarakat Indonesia terhadap sayuran pada tahun 2012 mengalami peningkatan.
Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2

Rata-Rata Konsumsi Sayuran (KKal) Masyarakat Indonesia per
Kapita Sehari Tahun 2008-2012a
Tahun
Konsumsi (KKal)
Pertumbuhan (Persen)
2008
45.46
2009
38.95
(14)
2010
38.72
(0.6)
2011
37.46
(3)
2012
37.72
0.7
a
Sumber : Badan Pusat Statistik 2013
Berdasarkan Tabel 2, dapat terlihat bahwa secara rata-rata tingkat
konsumsi masyarakat Indonesia terhadap sayuran pada tahun 2008 hingga 2012
mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2009, dimana
tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap sayuran menurun sebesar 14
persen, dengan salah satu penyebabnya karena masih kurangnya kepedulian
masyarakat terhadap kesehatan. Berbeda halnya pada tahun 2012, dengan tren
pola hidup sehat yang berkembang, tingkat konsumsi sayuran mengalami
peningkatan sebesar 0.7 persen, meskipun peningkatan konsumsi terbilang kecil,
namun peningkatan konsumsi tersebut dapat dijadikan peluang yang berimplikasi
pada peningkatan produksi sayuran. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3

Perkembangan Produksi Tanaman Sayuran (Ton) Indonesia Tahun
2008-2012a
Tahun
Produksi (Ton)
Pertumbuhan (Persen)
2008
10 035 094
2009
10 628 285
5.9
2010
10 706 386
0.7
2011
10 871 224
1.5
2012
10 939 752
0.6
a
Sumber : Ditjen Bina Produksi Hortikultura 2013
Tabel 3 menyajikan data tentang produksi sayuran Indonesia mulai dari
tahun 2008 hingga 2012. Rata-rata data menunjukkan bahwa produksi sayuran
Indonesia dari tahun 2008 hingga 2012 mengalami peningkatan pertumbuhan.
Pada tahun 2009 dan 2011, pertumbuhan produksi sayuran Indonesia meningkat
lebih dari 1 persen dengan pertumbuhan produksi terbesar mencapai 5.9 persen
yang terjadi pada tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2010 dan 2012, pertumbuhan
produksi sayuran Indonesia meningkat kurang dari 1 persen, dimana salah satu
faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi karena adanya konversi lahan
pertanian ke lahan non pertanian yang kini sedang banyak terjadi di Indonesia.
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 2 dan 3, jika dibandingkan
antara keduanya, maka data produksi sayuran tahun 2008-2012 selalu mengalami
peningkatan pertumbuhan yang ditunjukkan dengan nilai positif masing-masing

3

pertumbuhannya. Berbeda halnya dengan data mengenai konsumsi sayuran tahun
2008-2012. Pada data ini, pertumbuhan konsumsi sayuran di beberapa tahun awal
mengalami penurunan yang signifikan, namun pada tahun akhir yakni tahun 2012,
pertumbuhan bernilai positif. Hal tersebut berarti bahwa ada kecenderungan
perubahan dalam tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia. Perubahan
konsumsi tersebut merupakan indikasi atau salah satu poin yang melatar belakangi
diperlukannya perencanaan produksi, yang diawali dengan melakukan peramalan
permintaan terhadap sayuran untuk beberapa waktu kedepan guna mengetahui
perencanaan produksi yang harus dipersiapkan.
Selain itu, dalam melakukan kegiatan usahatani sayuran, secara garis besar
terdapat dua karakteristik pelaku usahatani, yakni petani kecil dan perusahaan.
Terkait tentang tujuan dan orientasi, petani kecil melakukan kegiatan usahataninya
lebih mengutamakan untuk konsumsi rumah tangga sehari-hari, sekalipun
diorientasikan untuk profit, skala usahatani tersebut terbilang kecil. Berbeda
halnya dengan perusahaan, pada umumnya tujuan perusahaan lebih berorientasi
pada keuntungan (profit oriented) dan skala usahatani yang dilakukan perusahaan
terbilang besar. Keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan adalah keuntungan
yang maksimal, dan hal itu didapat melalui faktor internal, yakni efisiensi
penggunaan sumberdaya yang dimiliki, seperti efisiensi penggunaan SDM,
peralatan, teknologi, bahan baku, maupun optimalisasi produksi. Selain faktor
internal, keuntungan perusahaan juga bisa dipengaruhi oleh faktor eksternal, salah
satunya ialah permintaan akan komoditas sayuran itu sendiri.
Permintaan akan sayuran yang mengalami perubahan mengakibatkan
sebuah perusahaan mengalami risiko dan ketidakpastian dalam memproyeksikan
jumlah dan waktu produksi sayuran yang akan dihasilkan. Perubahan itu juga
menyebabkan perusahaan perlu melakukan perencanaan produksi untuk dapat
memenuhi permintaan konsumen tepat pada waktunya.
Perencanaan produksi sangat diperlukan oleh perusahaan untuk dapat
mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara optimal, berproduksi pada
tingkat efisien dan efektifitas yang tinggi, berproduksi dengan biaya yang rendah,
menjual produk dalam jumlah banyak dan terutama dalam hal perencanaan waktu
produksi serta jumlah produksi yang harus dipersiapkan untuk dapat memenuhi
permintaan konsumen tepat pada waktunya, sehingga perusahaan mampu
memperoleh keuntungan bagi pengembangan dan kemajuan perusahaan dalam
memiliki daya saing yang tinggi.
Berdasarkan data, tingkat produksi sayuran terus mengalami peningkatan.
Jika dikembalikan pada karakteristik produk pertanian yang bersifat perishable,
yakni produk-produk yang tak tahan lama, maka ketidakseimbangan antara supply
dengan demand mengakibatkan kelebihan supply produk pertanian terbuang siasia dan kurang memiliki nilai ekonomis. Hal tersebut berimplikasi pada
keuntungan perusahaan yang akan mengalami penurunan. Berdasarkan uraian
diatas, perlu dilakukan perencanaan produksi yang diawali dengan melakukan
peramalan terhadap permintaan sayuran, mengingat peramalan permintaan
tersebut akan digunakan sebagai informasi dasar untuk menyusun perencanaan
produksi (waktu dan jumlah produksi) dan keputusan di berbagai bidang
manajemen dalam perusahaan sekaligus memperkecil gap antara supply dengan
demand yang terjadi pada komoditas sayuran.

4

Perumusan Masalah
PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) adalah salah satu perusahaan
agribisnis sayuran hidroponik yang berperan sebagai pedagang besar sekaligus
produsen yang berlokasi di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Perusahaan ini memproduksi beberapa jenis sayuran hidroponik seperti bayam
merah, bayam hijau, selada, kangkung dan sebagainya. Sebagian besar kegiatan
perusahaan ini difokuskan pada penanganan pasca panen sayuran yang diperoleh
dari petani mitra. PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) mendistribusikan
sayurannya kepada swalayan yang berada di sekitar wilayah Jabodetabek, seperti
Giant, Carrefour, Hero, Lotte Mart dan sebagainya. Perusahaan ini melakukan
transaksi kepada para pelanggan tersebut dengan berdasarkan order atau pesanan
yang diminta pada setiap harinya.
Selama ini, jumlah volume permintaan sayuran di PT. Kebun Sayur Segar
(Parung Farm) berfluktuasi, terutama pada komoditi bayam hijau, kangkung dan
romaine, akibatnya terjadi ketidakseimbangan dan gap dengan produksi yang
dihasilkan. Bagian produksi akan melakukan aktivitas penanaman setelah
mendapatkan data dari bagian pemasaran mengenai berapa proyeksi permintaan
konsumen yang akan datang, dan sebesar angka tersebut sayuran yang akan
ditanam oleh bagian produksi, namun kenyataannya ketika masa panen, angka
permintaan tidak sesuai dengan angka yang diprediksi ketika awal penanaman.
Fluktuasi permintaan tersebut dapat dilihat pada grafik permintaan sayuran 12
bulan terakhir (Maret 2013-Februari2014) dibawah ini.
12000
11000
10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1

2

3

4

5

6
7
Bulan

Permintaan Bayam Hijau (pak)

8

9

10

11

12

Permintaan Kangkung (pak)

Permintaan Romaine (pak)

Gambar 1 Permintaan Sayuran PT. Parung Farm 12 Bulan Terakhir
Grafik diatas menjelaskan bahwa permintaan sayuran hidroponik 12 bulan
terakhir pada PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) cukup berfluktuasi. Dengan
fluktuasi tersebut perusahaan terkadang mengalami kesulitan untuk memenuhi
permintaan secara pasti dengan faktor pembatas berupa luas lahan maksimal
perhari yakni 72 m2 untuk bayam hijau, 48 m2 untuk kangkung dan 16 m2 untuk

5

romaine. Hal tersebut merupakan salah satu poin yang membuat perencanaan
produksi menjadi penting untuk dilakukan oleh suatu perusahaan.
PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) dalam melakukan perencanaan
produksinya cenderung belum menentukan secara pasti terkait dengan jumlah
produksinya, karena keputusan tersebut dihasilkan dari diskusi pihak manajerial
perusahaan secara kualitatif dan lebih bersifat kondisional serta penalaran.
Perusahaan ini juga melakukan perencanaan jumlah produksi berdasarkan jumlah
rata-rata dari permintaan-permintaan sebelumnya yang lebih bersifat kualitatif.
Selain itu, dalam membuat perencanaan angka permintaan komoditi sayuran,
perusahaan ini seringkali kurang tepat dalam memproyeksikan angka permintaan
konsumen tersebut, karena prosesnya didasarkan pada subyektifitas stakeholder.
Penelitian ini mencoba menawarkan metode perencanaan produksi dan peramalan
secara kuantitatif yang diharapkan lebih akurat, sehingga gap antara produksi dan
permintaan dapat diperkecil dan juga akan berimplikasi pada perencanaan
produksi (waktu tanam, panen, dan jumlah) yang lebih tepat dan sesuai dengan
hasil peramalan yang dilakukan.
Mengingat jenis sayuran yang diusahakan cukup banyak, maka perencanaan
produksi dan peramalan hanya dilakukan pada beberapa jenis sayuran saja.
Sayuran tersebut merupakan pilihan dari sayuran yang termasuk dalam kelas
sayuran unggul (permintaan banyak dan berfluktuasi), dan juga sayuran yang
direkomendasikan untuk dipilih oleh Direktur Produksi PT. Kebun Sayur Segar
(Parung Farm). Sayuran tersebut ialah, bayam hijau, kangkung dan romaine.
Dengan mempertimbangkan uraian kondisi diatas, maka perumusan masalah
dari penelitian ini adalah, bagaimana perencanaan produksi (waktu tanam, panen
dan jumlah produksi) sayuran (bayam hijau, kangkung dan romaine) di PT. Kebun
Sayur Segar (Parung Farm) yang didasarkan pada hasil peramalan untuk periode
lima bulan kedepan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk :
1. Meramalkan permintaan harian konsumen pada sayuran (bayam hijau,
kangkung dan romaine) di PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) untuk
periode lima bulan kedepan (Maret-Juli 2014).
2. Mengidentifikasi perencanaan produksi (waktu tanam, panen dan jumlah
produksi sayuran bayam hijau, kangkung dan romaine) di PT. Kebun
Sayur Segar (Parung Farm) berdasarkan hasil peramalan yang dilakukan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi :
1. Bagi penulis, dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh
dari perkuliahan untuk dapat diterapkan di lapangan.
2. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan manajerial yang berkaitan dengan
penyediaan produk sayuran (bayam hijau, kangkung dan romaine) yang
sesuai dengan permintaan konsumen.

6

3. Bahan referensi atau acuan yang dapat digunakan bagi peneliti lain yang
akan melakukan penelitian yang sama atau lebih lanjut mengenai
perencanaan produksi.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini ialah perencanaan produksi yang diawali
dengan melakukan peramalan permintaan sayuran berupa komoditas bayam hijau,
kangkung dan romaine di PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm) untuk periode
lima bulan kedepan yang kemudian hasil ramalan tersebut akan digunakan untuk
melakukan perencanaan produksi (waktu tanam, panen dan jumlah produksi).
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif (model time series) yang paling
akurat dan sesuai dengan data yang ada, dan data yang digunakan yakni berupa
data permintaan historis tiga tahun terakhir yang bersumber dari catatan
pengelolaan produksi sayuran di PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm).

TINJAUAN PUSTAKA
Kajian mengenai peramalan dan perencanaan produksi telah dilakukan oleh
para peneliti sebelumnya. Penelitian tersebut pada umumnya bertujuan untuk
melihat sebaran pola data yang terdapat pada masing-masing kondisi di tempat
penelitian untuk dapat memberikan metode peramalan kuantitatif yang terbaik
sesuai dengan studi kasus, dan selanjutnya hasil peramalan tersebut digunakan
untuk melakukan perencanaan produksi. Penelitian mengenai peramalan
permintaan dan perencanaan produksi antara lain Wisastri (2006), Naibaho (2009),
Hutajulu (2010), Purnomo (2010), Lestari (2012), dan Hutagalung (2013).
Purnomo (2010) dan Hutagalung (2013) melakukan penelitian yang sama,
yakni mengenai perencanaan dan kebutuhan kapasitas produksi. Purnomo (2010)
melakukan penelitian tentang perencanaan produksi dan pengendalian persediaan
bahan baku pada pengrajin tahu dan tempe “IM” Cibogo, Bandung. Penelitian ini
bertujuan untuk membuat perencanaan pengadaan bahan baku untuk menentukan
kapan dan berapa banyak jumlah pesanan bahan baku yang diperlukan untuk
menjaga agar bahan baku yang tersedia sesuai dengan kebutuhan perusahaan pada
tingkat harga yang minimal. Adapun tahapan yang dilakukan pada penelitian ini
ialah pemodelan perencanaan produksi agregat dengan integer programming,
perhitungan perencanaan produksi agregat dengan win QSB, perhitungan
perencanaan produksi disagregasi, serta perhitungan kebutuhan bahan baku
dengan economic order quantity (EOQ).
Pada penelitian ini, fungsi tujuan yang ditetapkan adalah meminimisasi total
biaya produksi dengan bentuk model programma integer adalah model dengan
jumlah tenaga kerja tetap yang artinya selama horizon perencanaan, tidak terjadi
penambahan atau pengurangan tenaga kerja. Selain itu, dalam mencapai tujuannya,
peneliti menggunakan metode EOQ untuk mengetahui jumlah kebutuhan bahan
baku yang diperlukan agar Jadwal Induk Produksi (MPS) dapat direalisasikan.
Langkah yang dilakukan ialah menentukan jumlah pemesanan optimal, serta
melakukan perhitungan total biaya persediaan, seperti biaya pembelian bahan
baku, biaya pesanan, biaya simpan dan biaya persediaan.

7

Seperti pada penelitian Purnomo (2010), penelitian yang dilakukan oleh
Hutagalung (2013) juga melakukan penelitian tentang perencanaan produksi.
Perbedaannya pada penelitian ini melakukan perencanaan kebutuhan kapasitas
produksi pada sebuah perusahaan manufaktur (PT. XYZ). Metode yang digunakan
pada penelitian ini ialah perhitungan Rough Cut Capacity Planning (RCCP) dan
pemberian usulan perencanaan kapasitas produksi. RCCP digunakan untuk
mengetahui bagian produksi (work centre) yang mengalami kekurangan kapasitas
produksi, sedangkan usulan perencanaan kapasitas produksi digunakan sebagai
alternatif work centre dalam meningkatkan kapasitas produksi.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, terdapat tiga work centre yang mengalami
kekurangan kapasitas produksi, yaitu work centre pemotongan plat, gerinda dan
polish. Usulan perencanaan kapasitas produksi yang dilakukan ialah melakukan
penyesuaian beban kerja (re-adjusment), menambah tiga unit mesin gerinda dan
tiga unit mesin polish. Dengan usulan tersebut, tujuan penelitian ini dapat
terpenuhi, yakni memenuhi permintaan konsumen serta meningkatkan pendapatan
perusahaan hingga mencapai 31 persen.
Berbeda dengan kedua penelitian diatas, Wisastri (2006) dan Lestari (2012)
melakukan penelitian tentang peramalan permintaan. Kesamaan pada kedua
penelitian ini yakni penelitian dilakukan pada objek sayuran di daerah tertentu.
Wisastri (2006) melakukan penelitian tentang analisis peramalan permintaan
sayuran (lettuce head, bunga kol, wortel, sawi putih dan brokoli) pada PD. Pacet
Segar, Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini memiliki tujuan untuk memilih model
peramalan terakurat untuk mendapatkan ramalan permintaan beberapa jenis
sayuran diatas beserta rekomendasinya untuk perusahaan. Model yang dicoba
dalam penelitian ini ialah model time series dan kausal serta menggunakan
program microsoft excel, minitab 13 dan QSB (Quantitative System for Business)
dalam mengolah data kuantitatif yang diperoleh. Berdasarkan plot data permintaan
dan plot korelasinya, diketahui bahwa pola data untuk lettuce head, bunga kol,
wortel, sawi putih dan brokoli adalah tidak stasioner, memiliki pola data trend dan
musiman. Model peramalan time series yang digunakan adalah model rata-rata
bergerak sederhana, rata-rata sederhana, model dua parameter dari Holt, model
Brown, model trend, model pemulusan tunggal, model Winter multiplikatif,
dekomposisi (aditif dan multiplikatif) dan model ARIMA, sedangkan model
regresi yang dicoba adalah regresi linier dan double log.
Seperti pada penelitian Wisastri (2006), penelitian yang dilakukan oleh
Lestari (2012) juga melakukan penelitian mengenai analisis peramalan permintaan
sayuran. Perbedaannya, pada penelitian ini menggunakan pendekatan kointegrasi
yang dilakukan pada PT. Saung Mirwan, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini
bertujuan untuk meramalkan permintaan sayuran (lettuce head, kembang kol,
tomat beef) untuk satu tahun kedepan dan menganalisis kointegrasi diantara ketiga
jenis sayuran tersebut. Berdasarkan hasil uji stasioneritas, data permintaan sayuran
diatas bersifat tidak stasioner dan terdapat tren, maka harus dilakukan pembedaan
atau difference yang mengarahkan bahwa data akan dianalisis menggunakan
Vector Error Correction Model (VECM) dengan menggunakan panjang lag satu
dan selang kepercayaan yang digunakan adalah lima persen untuk melakukan
analisis selanjutnya. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan
program microsoft excel 2007, eviews 6, dan minitab 16.

8

Hasil peramalan ketiga komoditi tersebut berdasarkan IRF dan FEVD untuk
satu tahun kedepan cenderung mengalami peningkatan dengan terdapat hubungan
kointegrasi diantara ketiganya. Guncangan dalam permintaan kembang kol, akan
direspon positif oleh semua variabel, sedangkan untuk lettuce head bila terdapat
guncangan permintaan, maka akan direspon positif oleh lettuce head itu sendiri
dan kembang kol, tetapi direspon negatif oleh tomat beef, dan jika terjadi
guncangan permintaan pada tomat beef, maka akan direspon positif oleh semua
variabel.
Berbeda dengan kedua penelitian diatas, penelitian peramalan permintaan
dan perencanaan produksi oleh Naibaho (2009) dan Hutajulu (2010) dilakukan
pada objek yang berbeda. Penelitian ini dilakukan pada objek non sayuran.
Hutajulu (2010), melalukan penelitian tentang peramalan permintaan dan
perencanaan optimasi produksi semen pada plant 11 PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan peramalan terhadap
permintaan semen satu tahun kedepan serta menentukan perencanaan optimasi
produksinya. Hasil peramalan akan dijadikan sebagai dasar penentuan
perencanaan optimasi produksi dengan fungsi tujuan untuk meminimisasi biaya
produksi dan fungsi kendala berupa jumlah permintaan, jam tenaga kerja regular
dan lembur, kapasitas gudang, tingkat persediaan produk jadi dan kecepatan
produksi.
Seperti Hutajulu (2010), penelitian yang dilakukan oleh Naibaho (2009)
juga meneliti tentang analisis peramalan permintaan pada objek non sayuran, yaitu
peramalan permintaan handuk ekspor dan kajian perencanaan produksi agregat
pada PT. Wiska. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan peramalan terhadap
permintaan handuk ekspor satu tahun kedepan serta menentukan perencanaan
produksinya secara agregat. Parameter-parameter yang memengaruhi proses
produksi dalam sistem perencanaan produksi agregat adalah jumlah permintaan
pelanggan, kapasitas gudang, tingkat persediaan produk jadi, waktu kerja yang
tersedia dan kecepatan produksi.
Persamaan kedua penelitian diatas terletak pada konsep keberlanjutan
setelah dilakukan analisis peramalan permintaan. Kedua penelitian tersebut
melanjutkan pada kajian perencanaan produksi secara optimal dengan tujuan
utama untuk meminimumkan biaya dan efisiensi sumber daya yang dimiliki.
Dari uraian diatas, maka penelitian ini memiliki perbedaan dalam hal obyek
yang diteliti, yakni sayuran hidroponik, dimana nantinya dengan adanya
perbedaan fluktuasi dan pola sebaran data, akan memengaruhi model yang
digunakan dalam proses peramalan yang dilakukan pada penelitian ini yang
selanjutnya hasil ramalan tersebut akan dijadikan bahan pertimbangan dalam
mengestimasikan waktu tanam, panen dan jumlah yang harus diproduksi.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Perencanaan Produksi
Perencanaan adalah fungsi manajemen yang paling pokok dan sangat luas
meliputi perkiraan dan perhitungan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan

9

pada waktu yang akan datang mengikuti suatu urutan tertentu. Syarat mutlak suatu
perencanaan harus mempunyai tujuan yang jelas dan mudah dimengerti serta
perencanaan harus terukur dan mempunyai standar tertentu. Perencanaan produksi
adalah perencanaan dan pengorganisasian mengenai orang-orang, bahan-bahan,
mesin-mesin dan peralatan lain, waktu produksi, jumlah produksi dan modal yang
diperlukan untuk memproduksi barang-barang pada suatu periode tertentu di masa
depan sesuai dengan yang diperkirakan atau diramalkan (Assauri, 2004).
Selain itu, Assauri (2004) juga menambahkan bahwa manajemen produksi
dan operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan
sumber daya-sumber daya (faktor produksi), seperti sumber daya manusia, sumber
daya alat dan sebagainya dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga
kerja menjadi berbagai produk atau jasa, dimana penggunaan sumber daya
tersebut dilakukan secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah
guna (utility) barang dan jasa tersebut.
Prawirasentono (2007) mengklasifikasikan perencanaan produksi menjadi
tiga jenis berdasarkan horizon waktu, yakni (1) perencanaan jangka panjang yang
merupakan perencanaan lebih dari 18 bulan, seperti perencanaan penambahan
fasilitas dan peralatan yang berumur panjang, (2) perencanaan jangka menengah
yang merupakan perencanaan 3 hingga 18 bulan, seperti perencanaan tugas dan
penambahan karyawan, (3) perencanan jangka pendek yang merupakan
perencanaan dibawah tiga bulan, seperti perencanaan pengalokasian mesin
Perencanaan produksi memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai
berikut : (1) meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah
produk sebagai fungsi dari waktu, (2) menetapkan jumlah saat pemesanan bahan
baku serta komponen secara ekonomis dan terpadu, (3) menetapkan keseimbangan
antara tingkat kebutuhan produksi, teknik pemenuhan pemesanan, serta
memonitor tingkat persediaan produk jadi setiap saat, membandingkannya dengan
rencana persediaan dan melakukan revisi atas tencana produksi pada saat yang
ditentukan, (4) membuat jadwal produksi, penugasan, pembebanan mesin dan
tenaga kerja yang terperinci sesuai dengan ketersediaan kapasitas dan fluktuasi
permintaan pada suatu periode.
Menurut Solehudin (2007), terdapat beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan proses produksi berdasarkan sifat proses
produksi, faktor tersebut ialah :
a. Proses produksi yang terputus-putus
Perencanaan produksi dalam perusahaan pabrik yang mempunyai proses
produksi yang terputus-putus, dilakukan berdasarkan jumlah pesanan
(make to order) yang diterima. Oleh karena kegiatan produksi dilakukan
berdasarkan pesanan, jumlah produksi biasanya relatif kecil, sehingga
perencanaan produksi yang dibuat semata-mata tidak berdasarkan
ramalan penjualan (sales forecasting), tetapi didasarkan pada pesanan
yang masuk.
Perencanaan produksi dibuat untuk menentukan kegiatan produksi yang
perlu dilakukan bagi pengerjaan setiap pesanan yang masuk. Ramalan
penjualan ini membantu untuk dapat memperkirakan order yang akan
diterima, sehingga dapat diperkirakan dan ditentukan bagaimana
penggunaan mesin dan peralatan yang ada agar mendekati optimum
pada masa yang akan datang, dan tindakan-tindakan apa yang perlu

10

diambil untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi.
Perencanaan produksi yang disusun haruslah bersifat fleksibel, agar
sumber daya yang dimiliki dapat dipergunakan secara optimal.
b. Proses produksi yang terus menerus (continuous process)
Perencanaan produksi pada perusahaan yang bersifat terus menerus,
dilakukan berdasarkan ramalan penjualan. Hal ini dikarenakan kegiatan
produksi tidak dilakukan berdasarkan pesanan akan tetapi untuk
memenuhi pasar dan jumlah yang besar serta berulang-ulang dan telah
mempunyai blueprint selama jangka waktu tertentu.
Selain itu, Prawirasentono (2007) menambahkan beberapa hal yang terdapat
dalam perencanaan produksi, diantaranya ialah :
1. Desain produk
Desain produk harus terlebih dahulu disiapkan sebelum perusahaan
melakukan kegiatan operasional, baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Sesuai dengan perubahan selera pasar, desain barang harus
selalu diperbaharui agar barang yang diproduksi dilirik oleh konsumen
atau pasar, sehingga barang tersebut memiliki nilai jual yang baik.
Desain produk ini nantinya akan menentukan teknologi yang dipakai.
2. Teknologi dan fasilitas produksi
Teknologi dan fasilitas produksi yang dipakai perusahaan biasanya akan
disesuaikan dengan modal dan alokasi keuangan yang dimiliki yang
telah dirancang sebelumnya. Besar kecilnya teknologi atau kapasitas
mesin yang dipakai, tergantung pada ramalan penjualan yang menjadi
dasar perencanaan produksi.
3. Jumlah tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan didasarkan pada kapasitas
produksi yang telah direncanakan sebelumnya, namun bukan hanya
jumlah tenaga kerja, tetapi juga jenis dan mutu kerja sesuai dengan
kapabilitas masing-masing.
4. Bentuk dan mutu produk
Bentuk dan mutu produk, nantinya akan menentukan jenis dan jumlah
persediaan bahan yang harus disiapkan.
5. Waktu produksi
Waktu produksi harus diestimasikan terlebih dahulu, baik melalui cara
kualitatif maupun kuantitatif, agar produk yang dihasilkan memiliki
kesesuaian waktu dengan permintaan konsumen, sehingga permintaan
konsumen dapat terpenuhi tepat pada waktunya.
Hidroponik
Istilah hidroponik berasal dari bahasa Yunani, yakni hydroponick. Kata
hydroponick itu sendiri merupakan gabungan dari dua buah suku kata, yaitu hydro
yang memiliki arti air dan ponos yang berarti bekerja. Secara harfiah, istilah
hidroponik dapat diartikan sebagai proses atau teknik bercocok tanam yang
pengerjaannya dengan menggunakan air, yakni merupakan sistem penanaman
dengan media tanam yang banyak mengandung air. Dalam teknik hidroponik ini,
media tanam bukan dengan menggunakan tanah, melainkan dengan media tanam
lainnya seperti rockwool, arang sekam, zeolite, dan berbagai media tanam lainnya
yang ringan dan steril untuk digunakan. Media air yang digunakan dalam teknik

11

hidroponik ini memiliki fungsi sebagai pengganti tanah untuk menghantarkan
larutan hara kedalam akar tanaman. (Lingga 1999).
Pelaksanaan proses pembudidayaan tanaman hidroponik biasanya dilakukan
didalam greenhouse. Greenhouse itu sendiri sering diartikan sebagai rumah kaca,
namun karena alasan harga yang mahal dan kesulitan untuk didapat, penggunaan
kaca akhir-akhir ini sudah banyak digantikan dengan penggunaan plastik yang
harganya relatif lebih murah dan lebih mudah didapat. Penggunaan greenhouse
pada dasarnya untuk mengurangi risiko dan ketidakpastian dalam berproduksi
yang disebabkan oleh faktor alam, seperti cuaca yang ekstrim (angin kencang,
intensitas hujan dan radiasi matahari yang tinggi), gangguan hama, serta untuk
melindungi tanaman dari kelembaban yang tinggi. Penggunaan greenhouse ini
membuat tanaman terlindungi dari serangan hama dan OPT, sehingga penggunaan
pestisida dapat dihindari juga dikendalikan dan produk sayuran yang dihasilkan
menjadi lebih sehat.
Menurut Suhardiyanto (2010), bertanam secara hidroponik memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan budidaya tanaman menggunakan
media tanah. Keunggulan teknik hidroponik antara lain (1) serangan hama dan
penyakit (OPT) menjadi lebih mudah dikendalikan, (2) penggunaan pupuk dan air
lebih efisien, (3) lebih bersih dan steril, (4) pekerjaan relatif lebih ringan karena
tidak harus mengolah tanah, (5) larutan nutrisi dapat disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman, (6) pengusahaan tanaman dapat dilakukan dimana saja, tidak
harus dilakukan di lahan yang luas.
Proses Produksi
Bayam hijau memiliki waktu budidaya sekitar 38 sampai 40 hari sebelum
memasuki masa panen, dengan rincian 10 hari awal dilakukan proses penyemaian
benih, 10 hari selanjutnya adalah masa tanam bibit, dan 18 hingga 20 hari
berikutnya memasuki masa produksi bibit, kemudian setelah itu memasuki masa
panen selama dua sampai tiga hari.
Kangkung memiliki karakteristik yang tak jauh berbeda dengan bayam hijau.
Waktu budidaya yang diperlukan kangkung sekitar 38 sampai 40 hari sebelum
memasuki masa panen, yakni masa penyemaian benih selama 10 hari, masa tanam
bibit selama 10 hari, masa produksi bibit selama 18 hingga 20 hari dan masa
panen selama 2 hingga 3 hari.
Berbeda halnya dengan bayam hijau dan kangkung, romaine memiliki
karakteristik waktu budidaya yang lebih lama, yakni sekitar 48 hingga 50 hari
sebelum memasuki masa panen, dengan rincian 10 hari pertama untuk masa
penyemaian benih, 10 hari kedua untuk masa tanam bibit, 28 hingga 30 hari
selanjutnya untuk masa produksi bibit dan 2 hingga 3 hari untuk masa panen.
Proses produksi sayuran hidroponik pada PT. Kebun Sayur Segar (Parung
Farm) diawali dengan proses etiolasi benih sayuran, yakni proses dimana benih
(yang telah diletakkan diatas rockwool) dimasukkan ke dalam ruangan yang gelap
tanpa adanya cahaya dengan tujuan untuk mempercepat proses pertumbuhan
kecambah sayuran tersebut. Proses ini dilakukan selama kurang lebih dua hari
sebelum dapat memasuki tahap selanjutnya. Setelah proses etiolasi selesai, benih
sayuran memasuki masa penyemaian di dalam greenhouse atau sering disebut
dengan masa N1. Masa N1 ini adalah masa penyemaian benih yang dialiri larutan
nutrisi sebanyak 3 ml yang berlangsung selama kurang lebih 8 hari. Pada masa ini

12

belum terdapat jarak tanam yang ditentukan secara sistematis, karena belum
terlalu memengaruhi proses pertumbuhan benih sayuran. Proses produksi sayuran
hidroponik pada masa N1 dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Masa Penyemaian Benih Bayam Hijau dan Kangkung (Masa N1)
Proses selanjutnya, benih sayuran hidroponik akan memasuki masa tanam
bibit selama kurang lebih 10 hari. Proses ini lebih dikenal dengan sebutan masa
N2, dimana kecambah yang telah tumbuh dari masa penyemaian akan
dipindahkan ke dalam greenhouse yang telah dialiri larutan nutrisi sebanyak 5 ml,
dengan adanya masa N2 ini diharapkan bibit sayuran dapat tumbuh lebih optimal
dan lebih siap untuk memasuki masa produksi. Masa N2 ini dilakukan didalam
kamar-kamar yang ada di greenhouse yang didalamnya telah terdapat mesin dan
pipa-pipa yang berfungsi untuk mengalirkan larutan nutrisi, dimana satu kamar
tersebut berukuran sekitar 8-12 m2. Setiap 1 m2 berisi 36 lubang dengan jarak
tanam 10 hingga 15 cm, dimana tiap-tiap lubang berisi satu hingga tiga benih yang
berasal dari proses N1. Proses produksi sayuran hidroponik pada masa N2 dapat
dilihat pada Gambar 3.

13

Gambar 3 Masa Tanam Bibit (Masa N2) dan Alat Pengalir Nutrisi
Tahap terakhir sayuran hidroponik sebelum memasuki masa panen ialah
masa produksi bibit sayuran, yakni selama kurang lebih 18 hingga 20 hari untuk
bayam hijau dan kangkung, serta kurang lebih 28 hingga 30 hari untuk romaine.
Masa produksi ini juga disebut dengan masa N3. Pada tahap ini, bibit sayuran
yang berasal dari masa N2 akan memasuki masa N3 yang akan dialiri larutan
nutrisi sebanyak 7 ml. Dengan didahului masa N2, bibit sayuran pada N3 ini
diharapkan dapat tumbuh secara optimal dan hanya tinggal menunggu umur
dewasa agar dapat dipanen sesuai dengan umur panen yang ada. Proses produksi
sayuran hidroponik pada masa N3 dapat dilihat pada Gambar 4.

(a)

(b)

(c)
(d)
Gambar 4 Masa Produksi Bibit Kangkung (a,b) dan Bayam Hijau (c,d) (Masa N3)

14

Pada dasarnya proses produksi atau budidaya sayuran pada PT. Kebun
Sayur Segar (Parung Farm) ini tidak terlalu memerlukan lahan yang luas,
mengingat sayuran dibudidayakan secara hidroponik. Selain itu, dengan proses
secara hidroponik tersebut, memungkinkan perusahaan menerapkan konsep first
in first out dimana proses penanaman serta pemanenan dapat dilakukan setiap
harinya dengan sayuran yang ditanam terlebih dahulu akan dipanen lebih awal.
Mengenai jumlah panen, 1 m2 penanaman sayuran akan menghasilkan 1.5 kg atau
sekitar 6 pak untuk bayam hijau dan kangkung, sedangkan 1 m2 penanaman
romaine akan menghasilkan 2 kg atau sekitar 8 pak.
Teori Permintaan
Teori permintaan merupakan teori yang mempelajari hubungan antara
jumlah yang diminta untuk setiap komoditi dengan harga komoditi itu sendiri.
Menurut Lipsey et al (1993), ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam
konsep permintaan. Pertama, istilah jumlah yang diminta memiliki perbedaan arti
dengan jumlah yang dibeli. Istilah kuantitas yang diminta digunakan untuk
menunjukkan pembelian yang diinginkan oleh konsumen, sedangkan istilah
jumlah yang dibeli digunakan untuk menunjukkan kuantitas nyata yang dibeli oleh
konsumen. Kedua, apa yang diinginkan oleh konsumen bukan merupakan harapan
kosong, melainkan permintaan efektif yang berarti jumlah orang yang bersedia
membeli komoditi itu pada harga yang mereka harus bayar untuk komoditi
tersebut. Ketiga, kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian yang kontinyu.
Oleh karenanya, kuantitas tersebut harus dinyatakan dalam banyaknya persatuan
waktu.
Konsep permintaan memiliki suatu hipotesis ekonomi dasar yang
menyatakan bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang akan diminta
berhubungan secara negatif, dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus).
Hal tersebut berarti semakin rendah harga suatu komoditi, maka jumlah yang akan
diminta untuk komoditi itu akan semakin besar, dan semakin tinggi harga,
semakin rendah jumlah yang diminta.
Selain hal diatas, permintaan juga memiliki konsep tentang variabel-variabel
apa saja yang akan memengaruhi dan menentukan jumlah kuantitas yang akan
diminta. Variabel-variabel tersebut ialah harga komoditi itu sendiri, rata-rata
penghasilan rumahtangga, harga komoditi yang berkaitan, selera konsumen,
distribusi pendapatan diantara rumahtangga dan besarnya populasi. Pada dasarnya,
pengaruh setiap variabel tersebut tidak dapat difahami secara terpisah, jika ingin
mengetahui apa yang terjadi terhadap perubahan pada waktu yang sesuai. Dengan
kata lain mempelajari pengaruh variabel-variabel tersebut dilakukan satu demi
satu pada saat tertentu untuk melihat seberapa besar pengaruhnya terhadap
kuantitas yang diminta, sedangkan variabel yang lainnya dianggap konstan.
Melalui cara tersebut, dapat diketahui tingkat kepentingan masing-masing variabel
yang akan memengaruhi posisi kurva permintaan, kurva bergerak ataukah kurva
akan mengalami pergeseran dan juga akan berimplikasi pada kuantitas komoditi
yang diminta. (Lipsey et al 1993).
Teori Peramalan
Teori atau definisi peramalan pada dasarnya memiliki arti yang beragam, hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Singgih (2009) yang memberikan beberapa

15

definisi tentang peramalan, (1) perkiraan munculnya sebuah kejadian di masa
depan, berdasarkan data yang ada di masa lampau, (2) proses menganalisis data
historis dan data saat ini untuk menentukan tren di masa mendatang, (3) proses
estimasi dalam situasi yang tidak diketahui, (4) pernyataan yang dibuat tentang
masa depan, (5) penggunaan ilmu dan teknologi untuk memperkirakan situasi di
masa depan, (6) upaya sistematis untuk mengantisipasi kejadian atau kondisi di
masa yang akan datang.
Selain itu, Makridakis (1999) menyatakan bahwa peramalan biasa
didefinisikan sebagai prosedur yang sistematis atau dengan kata lain secara
kuantitatif, namun sebenarnya peramalan juga dapat didefinisikan sebagai
perkiraan melalui intuisi atau kualitatif, meskipun menilai keakuratan peramalan
kualitatif lebih sulit dibanding peramalan kuantitatif, karena metode kualitatif
bukanlah prosedur yang distandarkan dan metode ini sangat bergantung pada
peramal, karena peramal yang berbeda bisa sampai pada ramalan yang sangat
berbeda dengan menggunakan metode yang sama.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa peramalan ialah
upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang
dengan mempertimbangkan data yang ada di masa lampau, berbasis pada metode
ilmiah (ilmu dan teknologi) serta dilakukan secara sistematis. Walaupun demikian,
kegiatan peramalan tidaklah semata-mata berdasarkan prosedur ilmiah atau
terorganisir, karena terdapat kegiatan peramalan yang menggunakan intuisi
(perasaan) atau melalui diskusi informal dalam sebuah grup.
Kegiatan peramalan memiliki ciri-ciri yang dapat dilihat pada Tabel 4
dibawah ini.
Tabel 4 Ciri-Ciri Sebuah Kegiatan Peramalana
Aspek
Peramalan
Fokus
Data di masa lalu
Menguji perkembangan saat ini dan
Tujuan
relevansinya di masa mendatang
Proyeksi berdasar ilmu statistik,
Metode
diskusi dan review program
Pembuat
keputusan,
petugas
Orang yang terlibat
administrasi, praktisi dan analis
Frekuensi
Reguler (teratur)
Tidak sekedar akurasi, namun
Kriteria keberhasilan
bersifat pembelajaran
a
Sumber : Singgih (2009)
Dari beberapa kriteria diatas, terlihat bahwa peramalan adalah kegiatan yang
bersifat teratur, berupaya memprediksi masa depan dengan berkaca pada data
masa lalu, menggunakan tidak hanya metode ilmiah, namun juga
mempertimbangkan hal-hal yang bersifat kualitatif, seperti perasaan, pengalaman
seseorang dan lain sebagainya yang melibatkan praktisi maupun analis.
Jenis-Jenis Peramalan
Jenis-jenis peramalan menurut Singgih (2009) dapat dilihat dari beberapa
sudut pandang yang berbeda, seperti dari sudut pandang horizon waktu dan dari

16

sifat metode yang digunakan. Jika dilihat dari sudut horizon waktu, peramalan
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni :
a. Peramalan Jangka Pendek (Short Term Forecasting)
Peramalan yang dilakuka