Perencanaan produksi sayuran hidroponik parung farm di unit kebun parung bogor

(1)

PERENCANAAN PRODUKSI SAYURAN HIDROPONIK PARUNG

FARM DI UNIT KEBUN PARUNG-BOGOR

Wiwin Iswardani

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1432 H


(2)

PERENCANAAN PRODUKSI SAYURAN HIDROPONIK PARUNG FARM DI UNIT KEBUN PARUNG-BOGOR

Oleh :

WIWIN ISWARDANI 106092003001

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011M/1433H


(3)

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul "Perencanaan

Produksi Sayuran Hidroponik Parung Farm di

unit

Kebun Parung-Bogor", yang ditulis oleh wiwin

Iswardani,

NIM 106092003001

telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosah

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta pada hari Jumat tanggal 22 Jnli 2011. Skripsi ini telatr diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program

Agribisnis.

Menyetujui,

Penguji 2

Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM

A J

-t \ - /

\ - \

Ir.

tn

Aminudin, M.Si

Pernbimbing 1

f)r. Taswa Sukmadinata, MS

Teknologi

Jaya Putra, M.Sis

Ir. Junaidi, M.Si

Ketua

Program

Studi Agribisnis

Pembimbing

M

Mengetahui,

Drs. Acep/Nluhib, MNIA

N I P . 1 9 6 9 0 6 0 5

2 0 0 1 l 2 I 0 0 1

tI7 200112

1 001 n


(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Juli 2011

Wiwin Iswardani 106092003001


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Wiwin Iswardani

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 13 Juni 1988

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jln. Swadaya no. 51 RT 06 RW 02 Limo-Depok Jawa Barat 16515

Telepon : 085691872493

Email : winswardani@yahoo.com

PENDIDIKAN

1994 – 2000 : SDN 05 Cilandak Timur 2000 – 2003 : SLTPN 212 Jakarta 2003 – 2006 : SMU N 60 Jakarta

2006 – 2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena hanya dengan berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana. Penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dan Ibu Sukidi (Orang tua penulis) yang telah mendukung dan selalu memberikan yang terbaik untuk penulis. Tidak pernah terlupa untuk Alm. Susi Indriyawati (Kakak penulis) yang selalu ada di hati, banyak hal yang telah diberikan dan yang membuatku untuk tidak pantang menyerah. 2. Bapak Dr. Ir. Taswa Sukmadinata, MS selaku dosen pembimbing 1 yang

selalu membantu dalam memberikan bimbingan, saran dan masukan yang sangat berarti untuk penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ir. Junaidi, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu dan selalu memberikan bimbingan yang sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, MM selaku penguji 1 yang telah menguji skripsi ini dan memberi masukan untuk membuat skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Bapak Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku penguji 2 yang telah menguji skripsi ini dan memberikan saran yang menjadikan skripsi ini lebih baik 6. Bapak Drs. Acep Muhib, MMA selaku Ketua Prodi Agribisnis dan Ibu


(7)

vi

7. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sains dan Teknologi.

8. Bapak Ir. Mudatsir Najamuddin, MMA selaku dosen penasehat akademik yang telah membantu dalam proses kelancaran akademik.

9. Seluruh dosen pengajar Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu dan pelajaran yang berharga semenjak tahun pertama sampai tahun terakhir proses perkuliahan.

10.Bapak Ir. Sudarmodjo, Soedibyo Karsono, Ir. Sutiyoso, Sarmin, seluruh karyawan dan staff Parung Farm, Parung, Bogor, Jawa Barat.

11.Orang terdekatku (Puguh Wahyu Januargo) yang selalu membantu, mendukung, mendoakan, dan menemani setiap proses dalam skripsi ini. 12.Sahabat-sahabatku semenjak SMP hingga sekarang yang selalu

mendoakan kelancaran skripsi ini (Dewi Aprilianti, Rizka Hadyani, Anes Cellina).

13.Sahabat-sahabat kecilku (Rosanti Afriyani, Robiatul Musyarofah, Lia Agustin, Desti, Ridha Chairunnisa) yang masih menjaga persahabatan masa kecil yang indah dan tidak terlupakan.

14.Sahabat-sahabat SMA (Desty Wijayanti, Siti Hardianti, Wiwik Widiah, Sinta Furmasih, Budi Hartiningsih, Naila, Risty Minarti, Dewi) yang turut mendoakan dan memberikan semangat serta memberikan persahabatan yang indah.

15.Sahabat-sahabat kuliahku (Anggi Mawaddah, Azizah Wulandari, Rifa Atul Maulidah, Sri Ajeng, Rinrin Rindyani, Regina Sari, Yuniawati, Andhieka


(8)

vii

Ulfa, Fajar Khoirunnisa) yang selalu memberikan dukungan dan kebersamaan yang indah selama menjalani kuliah. Semoga tali persahabatan kita tetap terjalin indah.

16.Seluruh anggota keluarga besarku di Jabodetabek serta Jawa (Pacitan-Jawa Timur dan Batang-Jawa Tengah) yang selalu mendoakan kelancaran skripsi ini.

17.Kak Riri Widiasworo dan Kak Desi Sayyidati Rahimah (Kak Adis) yang merupakan rekan seperjuangan ketika di Parung Farm. Kebersamaan singkat itu telah menjalinkan tali persaudaraan diantara kita.

Kepada semua pihak yang telah membantu, semoga segala kebaikan pihak tersebut mendapatkan pahala dari Allah SWT. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan perusahaan tempat penelitian, serta segenap pembaca skripsi ini.

Jakarta, Juli 2011


(9)

RINGKASAN

WIWIN ISWARDANI, Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik di Parung Farm, Parung, Bogor. (Dibawah bimbingan TASWA SUKMADINATA dan JUNAIDI).

Akses untuk mendapatkan pasar yang bisa memberikan manfaat yang menarik adalah masalah yang sangat dominan yang dihadapi oleh pengusaha agribisnis. Untuk itu, pengusaha agribisnis hanya mungkin untuk bisa mempertahankannya apabila mampu menjamin suplai produk yang kontinyu yang berarti pola tanam musiman sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Persyaratan tersebut menuntut pengusaha mengubah sikap dalam mengelola agribisnisnya, salah satu caranya yaitu dengan melakukan penerapan teknologi tepat guna. Salah satu perkembangan teknologi budidaya pertanian yang dapat diterapkan di Indonesia adalah teknologi hidroponik. Hidroponik banyak diterapkan pada budidaya berbagai produk hortikultura terutama sayuran. Saat ini di Indonesia mulai banyak bermunculan perusahaan produsen sayuran yang menggunakan teknologi hidroponik dalam proses produksinya dan salah satunya adalah Parung Farm. Aspek yang penting untuk diperhatikan dalam bisnis produksi sayuran adalah aspek produksi yaitu proses kegiatan manajemen yang diterapkan dalam proses produksi tersebut. Manajemen produksi mencakup tentang perencanaan dan pengendalian proses produksi yang didalamnya terdapat pengambilan keputusan dalam bidang persiapan dan proses produksi untuk jangka pendek, menengah, maupun panjang.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui operasional produksi sayuran hidroponik yang dilakukan oleh Parung Farm,terutama dalam mengeluarkan biaya produksi dan keuntungan yang diperoleh, serta dalam penggunaan sumber daya (2) Menghasilkan perencanaan produksi yang dapat secara optimal memenuhi permintaan pasar untuk masa yang akan datang dengan memperhitungkan efisiensi penggunaan faktor produksi yang menghasilkan biaya produksi dan keuntungan yang optimal.

Penelitian dilakukan di Parung Farm, Parung, Bogor. Pengambilan data dilakukan mulai bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa perusahaan merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha produksi sayuran hidroponik dan konsisten dengan hidroponik. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Untuk mengetahui data penjualan dilakukan dengan melihat arsip dokumen. Sedangkan untuk mengetahui pendapatan usaha dilakukan dengan wawancara kepada manajer produksi, penanggung jawab kebun dan bagian produksi. Selain itu, melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui pola tanam dan proses produksi.

Parung Farm unit Parung memproduksi dua jenis produk sayuran dataran rendah yaitu bayam dan kangkung hidroponik. Proses produksi sayuran di Parung Farm menggunakan teknologi hidroponik. Teknik penanaman dan panen dilakukan dengan sistem rolling dimana setiap hari terdapat proses tanam dan panen di bedengan-bedengan yang sudah ditentukan. Pada operasional produksi


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... v

RINGKASAN ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Batasan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Tanaman Sayuran Hidroponik ... 7

2.1.1 Bayam ... 8

2.1.2 Kangkung ... 9

2.2 Manajemen Produksi ... 11

2.2.1 Pengertian Perencanaan Produksi ... 12

2.2.2 Penyusunan Perencanaan Produksi ... 15

2.3 Pengertian Peramalan ... 17

2.3.1 IdentifikasiPola Data ... 19

2.3.2 Teknik Peramalan ... 20

2.3.3 Kesalahan Taksir dalam Peramalan ... 25

2.4 Perencanaan Kapasitas ... 25

2.4.1 Pengertian Kapasitas ... 26

2.3.4 Pemrograman Linear ... 26

2.5. Penelitian Terdahulu ... 29


(11)

xi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 33

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2 Sumber Data ... 33

3.3 Metode Pengumpulan dan Analisis Data ... 33

3.3.1 Analisis Peramalan ... 34

3.3.1.1 Metode Peramalan Deret Waktu ... 35

3.3.1.2 Pengujian Pola Data ... 38

3.3.1.3 Metode Pengukuran Kesalahan Peramalan .. 39

3.3.2 Analisis Kapasitas Produksi Optimum ... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 41

4.1. Sejarah dan Perkembangan Parung Farm ... 41

4.2. Letak Geografis dan Keadaan Iklim ... 42

4.3. Struktur Organisasi ... 42

4.4. Sarana dan Prasarana di Parung Farm ... 43

4.5. Produk/Komoditi Sayuran di Parung Farm ... 46

4.6. Proses Produksi Sayuran Hidroponik ... 47

4.7. Tahapan Produksi Sayuran Hidroponik ... 49

4.8. Pemasaran Produk Sayuran Hidroponik ... 54

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

5.1. Operasional Produksi Sayuran Hidroponik di Unit Kebun iParung ... 55

5.2. Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik di Unit Kebun Parung ... 68

5.2.1 Peramalan Permintaan Bayam dan Kangkung ... 68

5.2.1.1 Identifikasi Pola Data ... 69

5.2.1.2 Metode Peramalan yang digunakan ... 73

5.2.1.3 Pemilihan Metode Peramalan ... 77

5.2.2 Kapasitas Produksi Optimum ... 80

5.2.3 Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi ... 86

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 92


(12)

xii

6.2. Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Pemilihan Metode Peramalan ... 20

2. Penggunaan Peramalan untuk Produksi Operasi dan Metodenya ... 22

3. Nama Greenhouse, Fungsi, Ukuran, dan Jumlah Bed ... 44

4. Pasar Tujuan Pemasaran Sayuran Hidroponik Parung Farm ... 54

5. Biaya Produksi per Unit ... 55

6. Penjualan dan Produksi Produk Bayam dan Kangkung Tahun 2010 ... 56

7. Pendapatan Produk Bayam pada Tahun 2010 ... 57

8. Pendapatan Produk Kangkung pada Tahun 2010 ... 58

9. Pendapatan Total Produk Bayam dan Kangkung pada Tahun 2010 ... 59

10.Sumber Daya yang dipakai untuk Produksi per Unit ... 59

11.Penggunaan Benih Bayam ... 60

12.Penggunaan Benih Kangkung... 61

13.Penggunaan Larutan Nutrisi ... 62

14.Operasional Produksi Perusahaan (rata-rata per bulan) ... 66

15.Operasional Produksi Perusahaan(rata-rata harian) ... 67

16.Penjualan Sayuran Hidroponik Parung Farm (2008-2010) ... 69

17.Perbandingan Hasil Perhitungan Moving Average ... 75

18.Perhitungan Menggunakan Metode Exponential Smoothing ... 76

19.Perhitungan Menggunakan Metode Trend ... 76

20.Perbandingan Indikator Nilai Kesalahan ... 77

21.Ramalan Permintaan Tahun 2011 ... 79


(14)

xiv

23.Sumber Daya yang dipakai untuk Produksi per Unit ... 82

24.Input Data Kombinasi Produk yang Optimum ... 83

25.Keuntungan Optimal Tahun 2011 ... 84

26.Jumlah Produksi Optimal dan Keuntungan Total ... 85

27.Kelebihan Kapasitas dari Penggunaan Faktor Produksi ... 86

28.Perhitungan Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi ... 88

29.Biaya Produksi per Unit Produk ... 89

30.Rencana Produksi Bulanan ... 89


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Sistem Produksi sebagai Proses Transformasi atau Konversi ... 11

2. Pola Permintaan ... 21

3. Kerangka Pemikiran ... 32

4. Struktur Organisasi Parung Farm ... 43

5. Alur Tahapan Produksi Sayuran Hidroponik di Unit Kebun Parung ... 53

6. Penggunaan Lahan Produksi Bayam di Unit Kebun Parung ... 63

7. Penggunaan Lahan Produksi Kangkung di Unit Kebun Parung ... 65

8. Penjualan Bayam ... 70

9. Penjualan Kangkung ... 71

10. Grafik Autokorelasi Penjualan Bayam... 72

11. Grafik Autokorelasi Penjualan Kangkung ... 73

12. Peramalan Permintaan Bayam Menggunakan Metode Trend ... 78


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peramalan Permintaan Bayam dengan Moving Average ... 96

2. Peramalan Permintaan Kangkung dengan Moving Average ... 97

3. Peramalan Permintaan Bayam dan Kangkung dengan Metode Exponential Smoothing ... 98

4. Peramalan Permintaan Bayam dengan Metode Trend ... 99

5. Peramalan Permintaan Kangkung dengan Metode Trend ... 100

6. Biaya Investasi Komoditi Bayam ... 101

7. Biaya Investasi Kangkung ... 102

8. Biaya Alat Produksi Bersama ... 103

9. Biaya Tenaga Kerja dan Penggunaan Benih ... 104

10. Biaya Listrik dan Penggunaan Lahan ... 105

11. Biaya Nutrisi, Penggunaan Rockwool, dan Plastik Pengemas ... 106

12. Linear Programming ... 107


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akses untuk mendapatkan pasar yang bisa memberikan manfaat yang menarik adalah masalah yang sangat dominan yang dihadapi oleh pengusaha agribisnis. Oleh karena itu, sekali seorang pengusaha bisa memperoleh pasar yang menarik karena harga yang baik dan kedudukan pasar yang menempatkannya pada posisi tawar yang baik, maka kedudukan tersebut harus dipertahankan. Pengusaha agribisnis hanya mungkin untuk bisa mempertahankannya apabila mampu menjamin suplai produk yang kontinu yang berarti pola tanam musiman sudah tidak bisa dipertahankan lagi (Supari,2001:4).

Persyaratan tersebut menuntut pengusaha mengubah sikap dalam mengelola agribisnisnya, salah satu caranya yaitu dengan melakukan penerapan teknologi tepat guna. Perkembangan teknologi di bidang pertanian sangat diperlukan bagi pengembangan agribisnis. Salah satu perkembangan teknologi budidaya pertanian yang dapat diterapkan di Indonesia adalah teknologi hidroponik. Menurut Sudarmodjo (2008:2), hidroponik merupakan salah satu alternatif teknologi dalam bercocok tanam dengan menggunakan media tanam selain tanah (soilless culture), dimana semua input nutrisi, air, oksigen, temperatur, kelembaban, terukur dan terkontrol. Prinsipnya adalah dengan memberikan sesuai apa yang dibutuhkan tanaman pada saat yang tepat sehingga tanaman dapat tumbuh optimal.


(18)

2

Pengembangan hidroponik di Indonesia mempunyai prospek yang cerah, baik

untuk mengisi kebutuhan dalam negeri maupun merebut peluang ekspor. Penduduk kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan maupun kota besar lainnya memiliki kecenderungan untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Penggunaan produk-produk berkualitas memberikan rasa nyaman bagi penggunanya. Pasar-pasar modern menjadi ciri yang khas tentang tuntutan akan produk yang berkualitas, bukan lagi produk yang banyak namun asal, tapi produk yang bersih dan kontinuitas tinggi (www.binaukm.com).

Penerapan hidroponik secara komersial di Indonesia dimulai tahun 1980 di Jakarta untuk memproduksi sayuran dan buah bernilai ekonomi tinggi. Saat ini ada beberapa perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang hidroponik. Antara lain: PT.Saung Mirwan, Parung Farm, PT.Joro, Putri Segar, Amazing Farm, PT.Bandung

Farmer Internasional, dan HMI Fruits&Vegetables. Salah satu perusahaan yang terbesar dalam produksi sayuran dengan metode hidroponik adalah Parung Farm. Parung Farm merupakan brand yang diusung oleh PT Kebun Sayur Segar yang sejak awal pengembangannya hingga sekarang, PT Kebun Sayur Segar bisa dikatakan sebagai pelopor perusahaan penghasil produk pertanian terbaik di Tanah Air (www.ciputra-entrepreneurship.com).

Parung Farm merupakan sebuah brand yang diusung oleh PT Kebun Sayur Segar yang berdiri sejak tahun 2003. Produknya terbagi menjadi tiga golongan, yaitu selada, non selada (Caisim, Bayam hijau dan merah, Pak-choi hijau dan putih, Kangkung, Petsay, dan Kailan), dan tomat. Semua produk dipasarkan ke supermarket dan hypermarket seperti Carrefour, Giant, Hypermart, Makro,dan


(19)

3

kuantitas, kualitas, dan kontinuitas yang stabil.Kestabilan itu yang menjadi salah satu penyebab jumlah peminat produk Parung Farm terus meningkat, tentunya dari segmen masyarakat ekonomi menengah ke atas. Apalagi, kesadaran makan makanan sehat semakin meningkat saja di masyarakat. Adanya peningkatan permintaan pasar tersebut maka untuk memenuhinya Parung Farm memperluas lahan budidayanya yang terbagi ke empat tempat, yaitu Parung, Tangerang Selatan, Puncak, dan Cianjur. Kebun di daerah Puncak dan Cianjur diperuntukkan bagi tanaman sayuran dataran tinggi seperti berbagai jenis selada dan tomat, sedangkan kebun di Parung untuk tanaman sayuran dataran rendah seperti bayam dan kangkung.

Aspek yang penting untuk diperhatikan dalam bisnis produksi sayuran adalah aspek produksi yaitu proses kegiatan manajemen yang diterapkan dalam proses produksi tersebut. Manajemen produksi mencakup tentang perencanaan dan pengendalian proses produksi yang didalamnya terdapat pengambilan keputusan dalam bidang persiapan dan proses produksi untuk jangka pendek, menengah, maupun panjang.

Perencanaan perusahaan berisi semua kegiatan penetapan tujuan perusahaan dan penetapan prosedur terbaik untuk pencapaian tujuan tersebut, hal ini menjadikan perencanaan menjadi sangat penting bagi manajemen. Dengan perencanaan yang tepat maka akan berpengaruh pada kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dan memenuhi semua kebutuhan dan permintaan yang ada tanpa mengorbankan tujuan untuk mencapai laba maksimal.


(20)

4

Menurut Widiasworo (2010:66) dalam Analisis Pendapatan Usahatani Bayam dan Kangkung Hidroponik di Parung Farm, biaya yang paling besar persentasenya dalam usahatani bayam dan kangkung hidroponik di Parung Farm adalah biaya penggunaan nutrisi AB-Mix yaitu sebesar 26,21 % untuk bayam dan 30, 26 % untuk kangkung. Berdasarkan nilai pendapatan yang diperoleh, produksi kangkung jauh lebih menguntungkan dibandingkan produksi bayam, namun produksi bayam masih terus dilakukan karena masih ada permintaan pasar.

Perusahaan perlu perencanaan produksi yang dapat secara optimal menghasilkan keuntungan dan efisien dalam penggunaan sumber daya, serta pengambilan keputusan yang sesuai dalam pemenuhan permintaan pasar untuk menjamin kontinuitas produksi terutama untuk produksi bayam dan kangkung hidroponik. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil judul penelitian mengenai Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik Parung Farm, di unit Kebun Parung-Bogor.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah operasional produksi sayuran hidroponik yang dilakukan oleh Parung Farm, terutama dalam mengeluarkan biaya produksi dan keuntungan yang diperoleh, serta dalam penggunaan sumber daya?


(21)

5

2. Bagaimana perencanaan produksi yang dapat secara optimal memenuhi permintaan pasar untuk masa yang akan datang dengan memperhitungkan efisiensi penggunaan faktor produksi yang menghasilkan biaya produksi dan keuntungan yang optimal?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui operasional produksi sayuran hidroponik yang dilakukan oleh Parung Farm, terutama dalam mengeluarkan biaya produksi dan keuntungan yang diperoleh, serta dalam penggunaan sumber daya. 2. Menghasilkan perencanaan produksi yang dapat secara optimal

memenuhi permintaan pasar untuk masa yang akan datang dengan memperhitungkan efisiensi penggunaan faktor produksi yang menghasilkan biaya produksi dan keuntungan yang optimal.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut.

1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan tentang perencanaan produksi yang dapat dilakukan terutama bagi komoditi sayuran hidroponik.


(22)

6

2. Bagi perusahaan, dapat digunakan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengatur perencanaan produksi berikutnya.

3. Bagi akademisi, dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan batasan sebagai berikut.

1. Penelitian dilakukan di unit Kebun Parung dengan produk sayuran yang dibahas yaitu komoditi bayam dan kangkung hidroponik.

2. Data yang digunakan untuk peramalan permintaan adalah data penjualan periode tahun 2008-2010.

3. Penelitian ini menitikberatkan pembahasan pada aspek operasional perusahaan.


(23)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Sayuran Hidroponik

Istilah hidroponik (hydroponics) digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa tanah sebagai media tanamnya, termasuk juga bercocok tanam di dalam pot atau wadah lainnya yang menggunakan air atau bahan porous lainnya, seperti pecahan genting, pasir kali, kerikil, maupun gabus putih (Lingga, 2005:1). Menurut Karsono, dkk (2002:1), hidroponik berasal dari kata hidro yang berarti air dan ponus yang berarti daya. Dengan demikian, hidroponik berarti memberdayakan air.

Sutiyoso (2004:1) menjelaskan bahwa di Indonesia, hidroponik yang berkembang pertama kali yaitu hidroponik substrat. Hidroponik substrat merupakan sistem hidroponik yang mempergunakan media selain tanah dan steril, misalnya arang sekam, pasir, dan serbuk sabut kelapa. Setelah hidroponik substrat, hidroponik NFT (nutrien film technique) mulai dikenal di Indonesia, kemudian berkembang pula hidroponik aeroponik yang memberdayakan udara.

Teknik hidroponik sangat memungkinkan untuk menanam semua jenis sayuran. Sayuran yang sesuai untuk dataran rendah-sedang umumnya adalah sayuran asli tropis, seperti kacang panjang, kangkung, bayam, dan sebagainya. Sementara untuk wilayah dataran tinggi umumnya lebih sesuai yang berasal dari sub tropis sepeti wortel, sawi, kentang, dan sebagainya. Wilayah iklim basah umumnya sangat sesuai untuk sayuran daun seperti sawi, kangkung, bayam, dan


(24)

8

sebagainya. Wilayah yang iklimnya kering dan pengairan tersedia sesuai untuk cabe, bawang merah, kacang panjang, dan sebagainya.

Menurut Sudarmodjo (2008:1), keuntungan bercocok tanam dengan teknologi hidroponik adalah media relatif steril, penggunaan air dan nutrisi terukur dan efisien, sanitasi lingkungan bersih, sehat, ramah, dan terkendali, tidak menggunakan pestisida, hama dan penyakit tanaman terkendali, waktu panen dapat lebih awal, 3K terjamin (kualitas, kuantitas, dan kontinyuitas hasil).

2.1.1. Bayam

Rubatzky dan Yamaguchi (1999:147) menjelaskan bahwa bayam adalah tanaman setahun dan biasanya berumur pendek. Menurut Sunarjono (2006:16) bayam dapat tumbuh sepanjang tahun, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Bayam akan tumbuh dengan baik bila ditanam di tanah dengan derajat keasaman (pH tanah) sekitar 6-7. Bila pH kurang dari 6, tanaman akan merana. Sementara pada pH di atas 7, tanaman bayam akan mengalami klorosis yaitu timbul warna putih kekuning-kuningan, terutama pada daun yang masih muda.

Sunarjono (2006:17) menjelaskan bahwa bayam dikembangbiakkan dengan bijinya. Biji-biji bayam dapat langsung ditebar di lahan atau disemaikan terlebih dahulu. Biji-biji bayam akan tumbuh setelah 3-5 hari ditebar. Tanaman yang telah berumur dua minggu, setiap pagi digerak-gerakkan ke kanan-kiri dengan sapu lidi yang dipegang mendatar dengan tujuan tanaman dapat menjadi kuat, cepat tumbuh, dan terbebas serangga berbahaya.

Tindakan pemeliharaan tanaman bayam adalah melakukan penyiraman secara rutin dan memberantas hama. Menurut Nazaruddin (2003:71) hama yang


(25)

9

sering menyerang bayam antara lain ulat daun. Ulat daun akan meninggalkan bekas gigitan pada daun yaitu berupa lubang-lubang atau pinggiran yang tidak rata sebagai gejala serangan. Selain itu kutu daun (Myzus persicae) sering menghisap cairan daun bayam. Ciri serangannya yaitu daun melengkung dan berpilin. Serangan berat menyebabkan daun rontok, pertumbuhan daun lambat dan kerdil. Pengendalian hama-hama tersebut dapat dilakukan dengan cara pemberian insektisida ataupun dengan cara manual dengan tangan. Setelah tanaman berumur 1-1,5 bulan, tingginya mencapai 20-30 cm tanaman dapat dipanen dengan cara dicabut beserta akarnya (Sunarjono, 2006:19).

2.1.2. Kangkung

Kangkung merupakan tanaman sayuran komersial yang bersifat menjalar. Kangkung berbatang kecil, bulat panjang dan berlubang di dalamnya (Sunarjono, 2006:20). Menurut Sunarjono (2006:23) kangkung dapat dengan mudah ditanam di semua tipe tanah, asalkan tanahnya subur (cukup mengandung lumpur) dan cukup air. Kangkung darat biasanya ditanam di tempat-tempat yang agak kering, sedangkan kangkung air di pinggir-pinggir kolam dan rawa. Adapun waktu tanam kangkung yang baik adalah pada musim hujan untuk kangkung darat dan musim kemarau untuk untuk kangkung air.

Kangkung air diperbanyak dengan setek batang, panjang setek 25 cm. Sementara untuk kangkung darat diperbanyak dengan biji (Sunarjono, 2006:24). Sedangkan kangkung darat sebaiknya ditanam pada musim penghujan, karena kebutuhan airnya tinggi jika tanaman ditanam di lahan kering. Sedangkan untuk kangkung air, sebaiknya ditanam pada musim kemarau karena pada saat itu air


(26)

10

lahan agak berkurang airnya sehingga memudahkan penanaman maupun pemanenan.

Pemeliharaan kangkung darat dengan kangkung air tidaklah sama. Kangkung air tidak menuntut perawatan dibanding kangkung darat, yang perlu dilakukan untuk perawatan kangkung air hanyalah pencabutan tanaman air yang mengganggu pertumbuhan kangkung. Sementara pada kangkung darat pengairan harus diperhatikan. Apabila memungkinkan sumber air memungkinkan, sebaiknya lahan digenangi air selama beberapa waktu. Hal tersebut baik untuk peningkatan produksi. Selain itu juga harus dilakukan penyiangan rumput yang mengganggu pertanaman.

Tanaman kangkung tak terlalu banyak musuhnya, kalaupun terserang biasanya tidak parah, paling hanya sedikit sekali tanaman yang rusak. Hama yang bisa mengganggu tanaman kangkung antara lain ulat grayak (Spedoptera litura)

dan kutu daun (Myzus persicae serta Aphids gossypii). Gejala serangan ulat grayak adalah daun berlubang-lubang atau pinggirnya bergerigi tidak merata akibat gigitan ulat. Kutu daun suka mengisap cairan tanaman, kangkung yang diserang kutu daun akan menunjukkan pertumbuhan kerdil dan daun melengkung. Selain hama, ada pula penyakit yang menyerang tanaman kangkung, yaitu peyakit karat putih yang disebabkan oleh cendawan Albugo ipomea reptans. Gejala awal ditandai oleh bercak putih yang selanjutnya menjadi cokelat. Pengendalian untuk hama dan penyakit yang menyerang dapat dilakukan dengan cara manual dan dapat juga dengan menggunakan insektisida.


(27)

11

Keluaran Produk-produk dan jasa-jasa

umpan balik informasi mengenai keluaran untuk keperluan pengendalian proses

Proses transformasi/konversi

Manajemen operasi: Disain sistem

Perencanaan dan pengendalian operasi

Pemanenan untuk kangkung air dilakukan seperti memangkas tanaman, yaitu bagian tanaman yang muda dipetik sepanjang 20 cm. Bagian batang biasanya tampak kotor karena terendam air sehingga perlu dibersihkan dengan cara dicelupkan dalam air. Sedangkan untuk kangkung darat bisa dipanen dengan memetik bagian yang muda atau dengan mencabut seluruh bagian tanaman, termasuk akar. Sistem pencabutan seluruh bagian saat panjang tanaman sekitar 15-20 cm atau sekitar umur 40 hari setelah tanam.

2.2. Manajemen Produksi

Buffa (2005:8) menjelaskan bahwa suatu sistem produksi adalah pengubahan masukan-masukan sumber daya menjadi barang-barang dan jasa-jasa yang lebih berguna. Masukan-masukan tersebut diubah menjadi barang/jasa oleh teknologi proses yang merupakan metode atau cara tertentu yang digunakan untuk proses transformasi. Perubahan teknologi akan merubah cara satu masukan digunakan dalam hubungannya dengan masukan yang lain, dan mungkin juga merubah keluaran-keluaran yang diproduksi.

Gambar 1. Sistem Produksi sebagai Proses Transformasi atau Konversi Sumber : Buffa (2005:9)

Proses produksi ialah proses transformasi atau konversi seperti terlihat pada gambar 1. Masukan (input) sumberdaya dapat berbentuk macam-macam.

Bahan baku Tenaga kerja Mesin Sarana fisik Energi Informasi & teknologi


(28)

12

Dalam operasi manufaktur, masukan ini berupa bahan baku, energi, tenaga kerja, mesin, sarana fisik, informasi dan teknologi. Proses konversi itu sendiri tidak hanya melibatkan penerapan teknologi, tetapi juga manajemen dalam berbagai variabel yang dapat dikendalikan. Manajemen produksi berperan dengan mendisain dan menyempurnakan sistem tersebut dan dalam merencanakan serta mengendalikan operasi.

Inti dari manajemen produksi yang efektif ialah memelihara antar hubungan dari semua variabel dan sedapat mungkin memandang keseluruhan proses sebagai suatu sistem terpadu. Bila semua berjalan dengan semestinya, akan dihasilkan keluaran (output) berupa produk dan jasa yang memenuhi standar kuantitas, kualitas, dan biaya, yang dapat diperoleh pada saat diperlukan (Buffa, 2005:9).

2.2.1. Pengertian Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi merupakan perencanaan tentang produk apa dan berapa yang akan diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan dalam satu periode yang akan datang. Perencanaan produksi merupakan bagian dari perencanaan operasional di dalam perusahaan. Dalam penyusunan perencanaan produksi, hal yang perlu dipertimbangkan adalah adanya optimasi produksi sehingga akan dapat dicapai tingkat biaya yang paling rendah untuk pelaksanaan proses produksi tersebut.

Perencanaan produksi juga dapat didefinisikan sebagai proses untuk memproduksi barang-barang pada suatu periode tertentu sesuai dengan yang diramalkan atau dijadwalkan melalui pengorganisasian sumber daya seperti


(29)

13

tenaga kerja, bahan baku, mesin dan peralatan lainnya. Perencanaan produksi menuntut penaksir atas permintaan produk atau jasa yang diharapkan akan disediakan perusahaan di masa yang akan datang. Dengan demikian, peramalan merupakan bagian integral dari perencanaan produksi. (Buffa dan Sarin, 1996).

Menurut Handoko (1999:234), perencanaan produksi dimulai dengan melakukan peramalan-peramalan (forecast) untuk mengetahui terlebih dahulu apa dan berapa yang perlu diproduksikan pada waktu yang akan datang. Perencanaan bersangkutan dengan cara kapasitas organisasi yang digunakan untuk memberikan tanggapan terhadap permintaan yang diperkirakan. Perencanaan produksi secara umum meliputi beberapa fungsi penting sebagai berikut:

a. Menterjemahkan dan merinci rencana-rencana agregat menjadi produk-produk akhir tertentu (spesifik).

b. Mengevaluasi skedul-skedul alternatif.

c. Memerinci dan menentukan kebutuhan-kebutuhan material. d. Merinci dan menentukan kebutuhan-kebutuhan kapasitas. e. Memudahkan pemrosesan informasi.

f. Menjaga validitas prioritas-prioritas. g. Menggunakan kapasitas secara efektif.

Tampubolon (2004:157) menjelaskan bahwa perencanaan didasarkan pada rancangan yang dititikberatkan untuk mendapatkan kapasitas output yang diinginkan dengan urutan tugas yang lancar dengan mempertimbangkan pekerjaan mana yang harus didahulukan, serta melakukan efisiensi output tanpa menggunakan sumber output yang tidak perlu.


(30)

14

Menurut Simbolon (2004:39), suatu rencana ditujukan ke masa yang akan datang. Beberapa hal yang penting untuk diingat dalam hubungannya dengan proses perencanaan adalah sebagai berikut.

a. Dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, sumber-sumber yang tersedia, atau mungkin tersedia selalu terbatas sedangkan tujuan yang hendak dicapai tidak pernah terbatas.

b. Suatu organisasi harus selalu memperhatikan kondisi-kondisi serta situasi dalam masyarakat, baik yang bersifat positif, negatif, dan yang menghalangi kelancaran pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang diperlukan. c. Organisasi tidak dapat melepaskan diri dari beberapa jenis

pertanggungjawaban. Pimpinan organisasi bertanggung jawab pada bawahannya. Pimpinan organisasi bertanggungjawab pada “langganannya”. Pimpinan juga bertanggungjawab kepada masyarakat luas. Setiap organisasi modern, apapun bentuknya, apapun tugasnya, dan siapa pun pemiliknya merupakan organisasi social.

d. Manusia yang menjadi anggota organisasi dihadapkan kepada keterbatasan, baik fisik, mental, dan biologis. Karena itu harus selalu diusahakan terciptanya suatu iklim kerja sama yang baik. Dengan demikian, manusia sebagai unsur pelaksana rencana dapat diajak untuk berbuat lebih banyak.


(31)

15

Adapun tujuan perencanaan produksi adalah sebagai berikut (Rosnani, 2007:70).

1. Sebagai langkah awal menentukan aktivitas produksi yaitu sebagai referensi perencanaan lebih rinci.

2. Sebagai masukan rencana sumber daya sehingga perencanaan sumber daya dapat dikembangkan untuk mendukung perencanaan produksi. 3. Stabilitas produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi permintaan. 2.2.2. Penyusunan Perencanaan Produksi

Adisaputro dan Anggrini (2007:166) menjelaskan bahwa dalam penyusunan rencana produksi, diperlukan keputusan-keputusan meliputi:

1) Jumlah kebutuhan produksi selama periode budget.

2) Kebijakan-kebijakan mengenai tingkat produk jadi, produk dalam proses dan biaya penyimpanan persediaan.

3) Kebijakan-kebijakan kapasitas pabrik, misalnya tentang tingkat produksi yang diijinkan selama periode budget.

4) Tersedianya fasilitas pabrik terutama untuk kepentingan pengurangan atau penambahan kapasitas pabrik.

5) Tersedianya bahan baku, pembelian , dan tenaga kerja. 6) Dampak lama proses produksi.

7) Jumlah produksi yang ekonomis. 8) Karakteristik proses produksi


(32)

16

Pendekatan yang digunakan untuk membuat rencana produksi bergantung besarnya dan karakteristik dari proses produksinya. Terdapat tiga pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu:

1) Mengutamakan stabilitas produksi, yaitu keputusan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi produksi yang biasanya ditingkatkan melalui volume produksi yang relatif stabil. Konsekuensi dari kebijakan ini adalah tingkat persediaan dibiarkan berfluktuasi (mengambang) untuk menyamaratakan besarnya produksi dan menyesuaikan pola penjualan musiman.

2) Pola produksi gelombang yaitu, kebijakan yang mengutamakan pengendalian tingkat persediaan yakni kebijakan yang mengutamakan tingkat persediaan yang stabil sehingga dari stabilitas persediaan ini menjadikan tingkat produksi berfluktasi langsung terhadap pola penjualan musiman.

3) Pola produksi moderat yaitu dimana tingkat produksi dan tingkat persediaan sama-sama berubah pada batas-batas tertentu. (Adisaputro dan Anggarini, 2007:168)

Suatu rencana yang baik menurut Simbolon (2004:43) harus bersifat rasional, lentur, dan kontinyu.

a. Rasional

Perencanaan harus bersifat rasional, artinya harus dibuat berdasarkan pemikiran-pemikiran dan perhitungan secara masak. Jadi bukan hasil khayalan semata-mata sehingga dapat dibahas secara logis.


(33)

17

b. Lentur

Perencanaan harus bersifat lentur, artinya luwes, dimana pun dan dalam keadaan bagaimana pun serta bilamana pun perencanaan itu dapat cocok, dan dapat mengikuti serta dapat dilaksanakan. Jadi, dapat diterapkan pada tempat, waktu, dan keadaan bagaimana pun juga. c. Kontinyu

Perencanaan harus bersifat kontinyu atau terus-menerus. Ini berarti bahwa perencanaan harus terus menerus dibuat. Janganlah membuat perencanaan sekali saja untuk selama-lamanya.

2.3. Pengertian Peramalan

Peramalan merupakan suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian di masa lalu. Esensi peramalan adalah perkiraan peristiwa-peristiwa di waktu yang akan datang atas dasar pola-pola di waktu yang lalu, dan penggunaan kebijakan terhadap proyeksi-proyeksi dengan pola-pola di waktu yang lalu (Prasetya dan Lukiastuti, 2009:43). Sementara Tampubolon (2004:40) menjelaskan bahwa peramalan (forecasting) merupakan penggunaan data untuk menguraikan kejadian yang akan datang di dalam menentukan sasaran yang dikehendaki, sedangkan prediksi (prediction) adalah estimasi sasaran yang akan datang dengan tingkat kemungkinan terjadi besar serta dapat diterima.

Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2009:44), peramalan permintaan adalah proyeksi permintaan untuk produk/layanan suatu perusahaan yang mengendalikan produksi, kapasitas serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia. Peramalan permintaan akan


(34)

18

meramalkan penjualan suatu perusahaan pada setiap periode dalam horizon waktu.

Buffa (2005:57) menjelaskan bahwa fungsi peramalan permintaan mempunyai manfaat manajerial yang luas, baik dalam organisasi nirlaba maupun non laba. Agar dapat berguna bagi perencanaan dan pengendalian operasi, data ramalan permintaan harus tersedia dalam bentuk yang dapat diterjemahkan ke dalam permintaan akan material, permintaan akan waktu pada kelompok peralatan tertentu, dan permintaan akan keahlian tenaga kerja tertentu.

Peramalan permintaan produk di waktu mendatang dan bagian-bagiannya adalah sangat penting dalam perencanaan dan pengawasan produksi. Peramalan yang baik adalah esensial untuk efisiensi operasi-operasi manufaktur dan produksi jasa. Manajemen produksi menggunakan hasil peramalan dalam pembuatan keputusan-keputusan yang menyangkut pemilihan proses, perencanaan kapasitas, dan layout fasilitas, serta untuk berbagai keputusan yang bersifat terus menerus berkenaan dengan perencanaan, scheduling, dan persediaan.

Hasil-hasil peramalan akan salah bila data-data historik yang dimasukkan dalam model adalah tidak tepat, tidak benar, atau tidak dalam bentuk yang sesuai. Jadi, analisis harus mengenal sumber-sumber dan penggunaan-penggunaan berbagai macam data. Analisis harus berusaha mendapatkan data yang akurat, tepat dan relevan (Handoko, 2000:255).

Arsyad dalam Kurniawati (2009) menjelaskan bahwa dalam memilih suatu metode peramalan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Derajat kerincian harus diperhatikan karena memerlukan pertimbangan yang cermat dalam memilih


(35)

19

metode peramalan agar hasilnya dapat digunakan untuk membantu proses pembuatan keputusan oleh manajer dari suatu organisasi.

2.3.1. Identifikasi Pola Data

Pada data time series yang berbasis waktu, diperlukan pengujian terlebih dahulu sebelum data tersebut diolah. Pengujian itu disebut uji pola data yang intinya adalah menguji apakah sebuah data dapat dikatakan stasioner atau tidak. Jika pada data terdapat trend atau ada komponen siklis, maka data dapat dikatakan stasioner. Namun sebaliknya, jika pada data tidak ada trend, seasonal atau siklis, maka data dapat dikatakan stasioner. Stasioneritas data penting untuk menentukan lebih jauh metode forecasting apa yang tepat dilakukan. Metode untuk data stasioner akan berbeda dengan metode forecasting untuk data yang tidak stasioner (Singgih, 2009:48).

Menurut Firdaus (2006:23), jika pola data di masa lalu telah diketahui maka dapat ditetapkan metode peramalan untuk memperkirakan ramalan di masa yang akan datang. Identifikasi pola data dapat dilakukan dengan visualisasi grafik dan melihat plot autocorelation (ACF). Suatu deret waktu non musiman dikatakan stasioner jika koefisien autokorelasinya nol untuk semua tingkatan beda kala. Deret waktu juga dapat stasioner bila koefisien autokorelasinya berbeda nyata dengan nol hanya pada beberapa kala pertama (k≤5). Pemilihan metode peramalan menurut pola data dan jangka waktu diuraikan pada Tabel 1.


(36)

20

Tabel 1. Pemilihan Metode Peramalan

Metode Pola Data Jangka Waktu Model

Sederhana ST,T,M PDK RW

Rata-Rata bergerak sederhana ST PDK RW

Pemulusan eksponensial ST PDK RW

Regresi sederhana T MNH K

Regresi berganda M,S MNH K

Dekomposisi klasik M PDK RW

Model trend eksponensial T MNH,PJG RW

Box-jenkins ST,T,S,M PDK RW

Model ekonometri S PDK K

Regresi berganda runtut waktu T,M MNH,PJG K

Sumber : Arsyad (1994 :56)

Keterangan :

- Pola Data : ST = stasioner ; T = trend ; M = musiman ; S = siklis - Jangka Waktu : PDK = pendek ; MNH = menengah ; PJG = panjang - Model : RW = runtut waktu (time series) ; K= kausal

- L = panjang musiman

2.3.2. Teknik Peramalan

Ada dua metode atau teknik yang dapat digunakan dalam peramalan yaitu teknik peramalan kualitatif dan teknik peramalan kuantitatif. Peramalan kualitatif adalah peramalan yang lebih mengandalkan judgement dan intuisi manusia daripada penggunaan data historis yang dimiliki. Beberapa teknik kualitatif yaitu metode Delphi, kurva pertumbuhan, dan riset pasar. Sedangkan teknik kuantitatif adalah peramalan yang menggunakan data historis yang cukup memadai dan representatif untuk meramalkan masa datang.

Mulyono (2000:91) menjelaskan bahwa metode kuantitatif yang digunakan pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu metode time series dan metode kausal (regresi). Menurut Tampubolon (2004:41) peramalan yang sistematis adalah analisis historis, seperti analisis urutan waktu (time series


(37)

21

analysis). Permintaan berdasarkan urutan dapat menggambarkan permintaan, dapat secara konstan (constant), meningkat secara garis lurus (trend linear) atau musiman (seasonal) seperti yang terdapat pada Gambar 2.

Produksi atas

Permintaan garis peningkatan

per unit

musiman

konstan Waktu

Gambar 2. Pola Permintaan

Sumber : Tampubolon (2004:41)

Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2009 :47), Komponen-komponen runtun waktu pada umumnya diklasifikasikan sebagai :

a. Trend (T), merupakan pergerakan data sedikit demi sedikit meningkat atau menurun. Perubahan pendapatan, populasi, penyebaran umur, atau pandangan budaya dapat mempengaruhi pergerakan trend.

b. Musiman atau Seasonal (S), merupakan pola data yang berulang pada kurun waktu tertentu, seperti hari, minggu, bulan, atau kuartal.

c. Siklikal atau Cyclical (C), merupakan pola dalam data yang terjadi setiap beberapa tahun.

d. Residu atau Erratic (E), merupakan satu titik khusus dalam data yang disebabkan oleh peluang dan situasi yang tidak biasa.


(38)

22

Dalam menyusun rencana produksi dapat pula dilakukan dengan memperhatikan atau menggunakan perkembangan data produksi dengan mengacu pada perkembangan data variabel yang mempengaruhinya. Metode sebab akibat didasarkan pada data masa lalu yang mempengaruhi masa depan (misalnya penjualan). Penggunaan peramalan untuk produksi dan metode yang cocok untuk digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penggunaan Peramalan untuk Produksi Operasi dan Metodenya Penggunaan peramalan Jangka waktu Ketetapan yang dibutuhkan Jumlah produk Tingkat manajemen Metode peramalan Desain proses Panjang Rata-rata Satu atau

beberapa

Puncak Kualitatif dan kausal Perencanaan

kapasitas mesin

Panjang Rata-rata Satu atau beberapa

Puncak Kualitatif dan kausal Perencanaan

agregat

Menengah Tinggi Beberapa Menengah Kausal dan time series

Schedulling Pendek Sangat tinggi

Banyak Rendah Time series Manajemen

persediaan

Pendek Sangat tinggi

Banyak Rendah Time series

Sumber : Assauri (2004:36)

1) Metode Time Series

Menurut Handoko (2000:267), model-model peramalan runtut waktu mencoba untuk meramalkan kejadian-kejadian di waktu yang akan datang atas dasar serangkaian data masa lalu. Serangkaian data ini merupakan serangkaian observasi berbagai variabel menurut waktu, dan biasanya ditabulasi dan digambarkan dalam bentuk grafik yang menunjukkan perilaku variabel subyek. Metode-metode yang yang digunakan dalam peramalan time series terdiri dari beberapa metode.


(39)

23

a. Metode Naïve, metode ini didasarkan pada asumsi bahwa periode saat ini merupakan predictor terbaik dari masa mendatang. Metode ini merupakan metode sederhana karena perhitungan peramalannya dengan menggunakan data yang lewat yang dijadikan sebagai ramalan waktu yang akan datang (Firdaus, 2006:4).

b. Metode Rata-Rata Bergerak Sederhana (Moving Average), menurut Firdaus (2006:128) metode ini cocok untuk pola data stasioner. Kelebihan metode ini adalah jumlah data yang dimasukkan ke dalam nilai rataan fleksibel sehingga dapat divariasikan sesuai pola datanya. Selain itu metode ini mudah untuk dipahami. Kelemahannya, metode ini hanya baik untuk data stasioner.

c. Metode Pelicinan Eksponensial Tunggal (Single Exponential Smoothing), metode ini sangat baik diterapkan pada serial data yang memiliki pola stasioner dan tidak efektif dalam menangani peramalan dengan kecenderungan data yang memiliki komponen trend dan pola musiman. Hal tersebut dikarenakan jika diterapkan pada serial data yang memiliki trend yang konsisten, ramalan dibuat akan selalu berada di belakang trend. Selain itu, metode eksponensial juga dapat memberikan bobot yang relatif lebih tinggi pada nilai pengamatan terbaru disbanding nilai-nilai periode sebelumnya.

d. Metode Pelicinan Eksponensial Ganda (Double Exponential Smoothing), metode ini memiliki dasar pemikiran yang sama dengan rata-rata bergerak linier. Metode double exponential smoothing memproses data deret waktu


(40)

24

dengan mengekstrapolasi data atas dasar trend terakhir yang terbentuk, sehingga ramalan yang akan terlihat nantinya cenderung ke arah sesuai dengan arah trend tereakhir. Metode ini baik digunakan untuk data deret waktu yang memiliki unsur trend.

e. Metode Perhitungan Indeks Musiman, Menurut Handoko (2000:278) perhitungan indeks musiman dapat dihitung dengan mencari nilai rata-rata berbagai rasio penjualan kuartal nyata terhadap nilai garis trend untuk setiap periode. Peramalan model ini merupakan estimasi penjualan yang hanya memasukkan unsur trend dan musiman tanpa memperhatikan pengaruh siklikal.

f. Metode Box Jenkins (ARIMA), metode ini menggunakan pendekatan iteratif dalam mengidentifikasi suatu model yang paling tepat dari semua kemungkinan model yang ada. Metode ini ini tidak menggunakan variabel independen, melainkan menggunakan nilai-nilai sekarang dan nilai-nilai masa lampau dari variabel dependen. Firdaus (2006:19) menjelaskan prosedur ARIMA terdiri dari beberapa tahapan yaitu identifikasi, estimasi, evaluasi model dan peramalan. Metode ARIMA hanya bisa diterapkan untuk data time series yang stasioner atau telah dijadikan stasioner dengan data observasi paling tidak berjumlah 72 (Mulyono. 2000:159).

2) Metode Kausal

Metode peramalan kausal didasarkan pada penggunaan analisa pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan (dependen) dengan variabel lain yang mempengaruhinya (independen). Metode ini sering disebut model regresi,


(41)

25

dimana regresi merupakan suatu penyederhanaan pola hubungan suatu variabel dengan satu atau lebih variabel lain (Mulyono, 2000:53).

2.3.3. Kesalahan Taksir dalam Peramalan (Forecast Errors)

Ada beberapa tolak ukur yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur kesalahan dalam peramalan (forecast error), yaitu sebagai berikut (Heizer dan Render, 2005:155).

1. Mean Absolut Error (MAE)

MAE merupakan suatu ukuran perbedaan atau selisih antara ramalan dengan aktual. MAE diperoleh dengan mengambil nilai absolute dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data. Umumnya semakin kecil nilai MAE, semakin akurat suatu ramalan.

2. Mean Square Error (MSE)

MSE merupakan rataan selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati.

3. Mean Absolut Percentage Error (MAPE)

MAPE dihitung dengan menemukan kesalahan absolute setiap periode, kemudian membaginya dengan nilai observasi pada periode tersebut dan merata-ratakan persentase absolute tersebut.

2.4. Perencanaan Kapasitas

Handoko (2000:298) menjelaskan bahwa salah satu masalah sehubungan dengan konsep kapasitas adalah unit (satuan) keluaran. Perusahaan penting mempertimbangkan konsep campuran produk (product mix) ketika menyusun


(42)

26

rencana untuk masa mendatang, yaitu dengan merinci kapasitas masing-masing jenis dan ukuran produk secara individual.

Menurut Assauri (2008:25), keputusan kapasitas dimaksudkan untuk memberikan besarnya jumlah kapasitas yang tepat dan penyediaan pada waktu yang tepat. Perencanaan kapasitas tidak hanya menentukan besarnya peralatan atau fasilitas, tetapi mengenai kebutuhan yang sebenarnya dari proses produksi dan operasi.

2.4.1. Pengertian Kapasitas

Menurut Handoko (2000:297), kapasitas adalah suatu tingkat keluaran, suatu kuantitas keluaran dalam periode tertentu, dan merupakan kuatitas tertinggi yang mungkin selama periode waktu itu. Sunyoto dan Wahyudi (2011:49) menjelaskan bahwa kapasitas produksi ditentukan oleh kapasitas sumber daya yang dimiliki, seperti : kapasitas mesin, tenaga kerja, bahan baku, dan modal. 2.4.2. Pemrogaman Linier

Sebagian besar persoalan manajemen berkenaan dengan penggunaan sumber secara efisien atau alokasi sumber-sumber yang terbatas (tenaga kerja terampil, bahan mentah, modal) untuk mencapai tujuan yang diinginkan (desired objective). Dalam keadaan sumber daya yang terbatas harus dicapai suatu hasil yang optimum. Dengan perkataan lain adalah bagaimana caranya agar dengan masukan (input) yang serba terbatas dapat dicapai hasil kerja yaitu keluaran (output) berupa produksi barang atau jasa yang optimum. Linear programming

akan memberikan banyak sekali hasil pemecahan persoalan sebagai alternatif pengambilan tindakan (Supranto,2006:69).


(43)

27

Membuat program linier adalah membuat rencana kegiatan-kegiatan untuk memperoleh hasil yang optimal dimana suatu hasil yang mencapai tujuan yang mencapai tujuan yang ditentukan dengan cara yang paling baik (sesuai model matematis) di antara semua alternatif yang mungkin.

Menurut Handoko (2003:379) sebutan “linear” dalam linear programming

berarti hubungan-hubungan antara faktor-faktor adalah bersifat linear atau konstan, atau fungsi-fungsi matematik yang disajikan dalam model haruslah fungsi-fungsi linear. Hubungan-hubungan linear berarti bahwa bila satu faktor berubah maka faktor lain akan berubah juga dan dengan jumlah yang konstan secara proporsional.

Salah satu keputusan manajerial yang sangat penting ialah penyaluran sumber-sumber yang sangat langka. Sumber-sumber yang dimaksud dapat berupa bahan baku, peralatan dan mesin, ruang, waktu, dana dan orang. Semua ini dapat dipergunakan untuk menghasilkan komoditi tertentu. Siagian (1987:73) menjelaskan bahwa metode analisis yang paling bagus untuk menyelesaikan persoalan alokasi sumber ialah metode program linier. Pokok pikiran yang utama dalam menggunakan program linier adalah merumuskan masalah yang jelas dengan menggunakan sejumlah informasi yang tersedia.

Pemograman linier adalah suatu model matematis yang berkarakteristik linier untuk menentukan suatu penyelesaian optimal dengan cara memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan terhadap satu susunan kendala. Model pemrogaman linier mempunyai tiga unsur utama (Siswanto,2007:25), yaitu :


(44)

28

1. Variabel Keputusan

Merupakan variabel persoalan yang akan mempengaruhi nilai tujuan yang hendak dicapai.

2. Fungsi Tujuan

Merupakan tujuan yang hendak dicapai yang diwujudkan dalam sebuah fungsi matematik linier.

3. Fungsi Kendala

Merupakan pembatas terhadap kumpulankeputusan yang mungkin dibuat dan harus dituangkan ke dalam fungsi matematik linier. Ada tiga macam kendala, yakni :

a. Kendala berupa pembatas, dituangkan ke dalam fungsi matematika berupa pertidaksamaan dengan tanda “ ≤ ”

b. Kendala berupa syarat, dituangkan ke dalam fungsi matematika berupa pertidaksamaan dengan tanda “ ≥ “

c. Kendala berupa keharusan, dituangkan ke dalam fungsi matematika berupa persamaan dengan tanda “ = “

Program linier memiliki asumsi tertentu yang harus dipenuhi, yakni :

1. Proportional

Dipenuhi jika kontribusi setiap variabel pada fungsi tujuan atau pengunaan sumber daya yang membatasi proporsional terhadap level nilai variabel. Jika harga per unit produk misalnya adalah sama berapapun jumlah yang dibeli, maka sifat proportional dipenuhi.


(45)

29

Additivity menyatakan bahwa tidak ada bentuk perkalian silang di antara berbagai aktivitas. Sifat ini berlaku bagi fungsi tujuan maupun kendala.

3. Divisibility

Asumsi ini menyatakan bahwa variabel keputusan diperbolehkan memiliki nilai yang tidak integrer.

4. Setiap parameter (koefisien fungsi objektif, ruas sisi kanan koefisien pembatas) diketahui secara pasti. Hal ini menunjukkan bahwa semua parameter model berupa konstanta.

2.5. `Penelitian Terdahulu

Widiasworo (2010:66) dalam hasil penelitiannya yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Bayam dan Kangkung Hidroponik di Parung Farm, keuntungan yang didapat adalah Rp. 1.393.885,- dari usahatani bayam dengan jumlah produksi total 997,25 kg dan kehilangan hasil 34,5% pada bulan April 2010. Sementara itu, untuk usahatani kangkung pada bulan April 2010 menghasilkan penerimaan sebesar Rp.13.975.473 dari jumlah produksi total 965 kg dengan kehilangan hasil 23,5%. Biaya yang paling besar persentasenya dalam usahatani bayam dan kangkung hidroponik di Parung Farm adalah biaya penggunaan nutrisi AB-Mix yaitu sebesar 26,21 % untuk bayam dan 30, 26 % untuk kangkung.

Penelitian tersebut, menunjukkan adanya penggunaan sumber daya yang begitu besar yaitu pada sumber daya nutrisi. berdasarkan hal tersebut kemudian penggunaan sumber daya yang efisien menjadi penting untuk diketahui sehingga


(46)

30

pendapatan maksimum dapat dimiliki oleh perusahaan. Penggunaan sumber daya efisien akan mempengaruhi besarnya biaya produksi dan pendapatan dari hasil produksi sehingga penjualan perlu diramalkan agar suatu rencana produksi alternatif dapat diperoleh untuk perusahaan.

2.6. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran pada penelitian mengenai perencanaan produksi komoditi sayuran hidroponik di Parung Farm, diawali dengan mengetahui operasional produksi dari perusahaan. Operasional produksi tersebut mancakup biaya produksi yang dikeluarkan untuk produksi per unit produk, kemudian mengetahui penjualan yang terjadi dalam kurun waktu 2008-2010 untuk menghitung pendapatan atau keuntungan yang diterima. Setelah itu, mengetahui penggunaan sumber daya yang dipakai dalam produksi komoditi bayam dan kangkung hidroponik. Sumber daya tersebut mencakup tiga sumber daya utama yaitu benih, nutrisi, dan lahan.

Hal berikutnya yang dilakukan adalah menganalisis peramalan permintaan pasar terhadap komoditi tersebut. Data permintaan masa lampau (data historik) menjadi dasar untuk melakukan perhitungan mengenai ramalan permintaan yang akan datang. Peramalan dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan uji pola data menggunakan autokorelasi untuk mengetahui apakah data penjualan termasuk data yang stasioner atau tidak stasioner. Metode-metode peramalan yang akan digunakan sesuai dengan hasil uji pola data. Kemudian dari beberapa metode peramalan yang sesuai dengan pola data tersebut akan dipilih yang tingkat kesalahannya paling kecil (mendekati nol) dengan menggunakan alat ukur


(47)

31

MSE,MAPE,dan MAD. Setelah itu kemudian akan didapat data permintaan untuk tahun 2011.

Setelah nilai permintaan masa mendatang diperoleh, langkah berikut yang dilakukan adalah mencari kombinasi produk optimal dengan menentukan faktor pembatas yang menjadi kendala dalam penggunaan sumber daya produksi komoditi bayam dan kangkung hidroponik. Alat yang digunakan dalam menentukan kombinasi produk optimal adalah Linear Programming.

Setelah estimasi permintaan dan kombinasi produk telah didapat, langkah selanjutnya adalah menganalisis perencanaan penggunaan sumber daya yang efisien untuk menghasilkan keuntungan optimal dalam memenuhi permintaan pasar dengan menggunakan acuan dari hasil Linear Programming yang telah dilakukan. Setelah semua diperoleh, maka akan mendapatkan hasil perencanaan produksi dengan dasar acuan dari tingkat permintaan yang telah diperkirakan, efisiensi penggunaan sumber daya, dan keuntungan optimal yang akan diperoleh. Alur berpikir yang tertuang pada kerangka pemikiran digambarkan secara rinci pada Gambar 3.


(48)

32

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Keterangan :

= arah aktivitas penelitian = alat penelitian

= aktivitas penelitian = tujuan sasaran penelitian

Sayuran Hidroponik Parung Farm di unit Kebun Parung

Operasional Produksi Perusahaan

Biaya Produksi

Keuntungan

Sumber daya yang digunakan - Benih

- Nutrisi - Lahan

Penjualan

Peramalan Permintaan

Uji pola data

Autokorelasi Naïve, Moving Average, exp. smoothing, Box-Jenkins, Indeks musiman

Kombinasi Produk Optimal

Data Penjualan Perbandingan nilai error measure Metode terpilih Estimasi Permintaan Tahun 2011 Faktor Pembatas :

- Benih - Nutrisi - Lahan

- Permintaan Pasar

Linear Programming

Solusi Kombinasi Optimal

Alternatif Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik di Parung Farm, unit Kebun Parung-Bogor

MAD MSE MAPE Perencanaan Produksi


(49)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Parung Farm yang berlokasi di Jln. Raya Parung-Bogor No.546, Kampung Jati, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung mulai bulan Januari sampai dengan April 2011. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Parung Farm merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha produksi sayuran hidroponik dan konsisten dengan hidroponik. 3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung terhadap kegiatan produksi bayam dan kangkung di Parung Farm dan wawancara dengan manajer bagian produksi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data produksi dan penjualan selama 3 tahun dan data penunjang yang diperoleh dari literatur – literatur yang berhubungan dengan judul penelitian. Data yang dibutuhkan yaitu gambaran umum perusahaan, proses produksi, waktu kegiatan produksi, sumber daya produksi,dan hasil penjualan.

3.3. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data menggunakan dua metode yaitu pengamatan langsung dan wawancara kepada Manajer Produksi. Dalam metode pengamatan langsung yaitu mengikuti kegiatan produksi yang dilakukan Parung Farm sehingga dapat


(50)

34

diperoleh gambaran menyeluruh tentang kegiatan yang dilakukan mulai dari kegiatan budidaya sampai pada kegiatan pengepakan terhadap sayuran bayam dan kangkung hidroponik. Pengumpulan data wawancara menggunakan daftar pertanyaan.

Analisis data penelitian menggunakan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi data untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca. Data yang sudah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengeditan dan perhitungan data dalam bentuk tabulasi dan siap untuk dianalisis. Pengolahan data menggunakan alat bantu yaitu Microsoft excel, Minitab, dan Aplikasi POM for Windows / QM for Windows versi 2.2.

3.3.1. Analisis Peramalan

Perencanaan yang efektif bergantung pada peramalan permintaan terhadap produk-produk perusahaan. Peramalan akan dipakai untuk meramal besarnya permintaan pasar terhadap masing-masing produk sayuran hidroponik. Ada dua pendekatan umum yang digunakan dalam peramalan yaitu, peramalan kuantitatif dan peramalan kualitatif. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan data historis secara runtut waktu (time series). Sebelum menentukan metode peramalan perlu dilakukan uji pola data dengan tujuan mengetahui pola data historis merupakan data yang stasioner atau tidak. Pengujian pola data untuk memudahkan menentukan metode yang sesuai untuk digunakan untuk melakukan peramalan.


(51)

35

3.3.1.1. Metode Peramalan Deret Waktu

Penelitian ini akan menggunakan data historis secara runtut waktu (time series). Metode time series terdiri atas beberapa metode yaitu metode naïve,

moving average, single exponential smoothing, double exponential smoothing,

indeks musiman, dan Box-Jenkins. Beberapa metode tersebut akan dipakai sesuai dengan pola data yang tersedia.

1. Metode Naive, dimana pada metode ini menganggap bahwa pengamatan pada periode waktu yang baru saja berlalu (tahun lalu, bulan lalu,dsb) adalah alat peramalan terbaik untuk meramalkan keadaan di masa datang. Adapun secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : Ŷ t+1 = Yt

dimana, periode berikutnya (t+1) dianggap akan sama dengan nilai yang terjadi pada saat ini (t).

2. Metode Moving Average, Menurut Tampubolon (2004:46) metode rata-rata bergerak sederhana merupakan metode sederhana tetapi dapat dianggap telah bisa menghilangkan fluktuasi random bagi peramalan, rumusnya :

n ∑

t=1 A-1 + A-2 + … +A-n Ft = =

n n

dimana,

Ft = Peramalan permintaan untuk periode t At-1 = Permintaan aktual pada periode sebelum t n = Jumlah periode yang dievaluasi


(52)

36

3. Metode Exponential Smoothing, Menurut Handoko (2000:279), dengan exponential smoothing sederhana, forecast dilakukan dengan cara ramalan periode terakhir ditambah porsi perbedaan (disebut α) antara permintaan nyata periode terakhir dan ramalan periode terakhir. Persamaannya adalah :

Ft = Ft-1 + α ( At-1 – Ft-1) dimana,

Ft = ramalan untuk periode sekarang (t)

Ft-1 = ramalan yang dibuat untuk periode terakhir (t-1) α = smoothing constant ( 0 ≤ α ≤ 1 )

At-1 = permintaan nyata periode terakhir

4. Metode Box-Jenkins (ARIMA), Pada dasarnya ada dua model dari metode Box-Jenkins, yaitu model linier untuk deret statis (Stasionary Series) dan model untuk deret data yang tidak statis (Non Stasionary Series). Model–model linier untuk deret data yang statis menggunakan teknik penyaringan (filtering) untuk deret waktu ,yaitu apa yang disebut dengan ARMA (Auto Regresive-Moving Average) untuk suatu kumpulan data.

Metode Auto Regresive adalah model yang menggambarkan bahwa variabel dependen dipengaruhi oleh variabel dependen itu sendiri pada periode-periode yang sebelumnya,atau autokorelasi dapat diartikan juga sebagai korelasi linier deret berkala dengan deret berkala itu sendiri dengan selisih waktu (lag) 0,1,2 periode atau lebih. Bentuk


(53)

37

umum autoregressif dengan ordo p atau dituliskan dengan AR (p) mempunyai persamaan sebagai berikut:

Xt = µ + Φ1 Xt-1 + Φµ Xt-2 +... + Φp Xt-p + e dimana :

Xt :variabel dependen

Xt-1,...,Xt-p :variable independen yang dalam ini merupakan lag (beda waktu) dari variable dependen pada satu periode sebelumnya hingga p periode sebelumnya.

µ :nilai konstan

Φ :parameter autoregressive e : error

5. Proyeksi Trend

Proyeksi trend merupakan metode peramalan seri waktu. Teknik ini mencocokkan garis trend ke rangkaian titik data historis kemudian memproyeksikan garis itu kedalam ramalan jangka menengah hingga jangka panjang. Pendekatan ini menghasilkan garis lurus yang meminimalkan jumlah kuadrat perbedaan vertikal dari garis pada setiap observasi aktual.Rumus trend garis lurus dengan metode kuadrat terkecil adalah:

Y = a + bx

Dengan penyelesaian nilai a dan b pada dua persamaan normal berikut (Handoko,2000:273).

∑ Y = n a + b ∑ X ∑ XY = a ∑ X + b ∑ X 2

Bila titik tengah data sebagai tahun dasar, maka ∑ X = 0 ∑Y

∑ Y = n a a = n

∑ XY ∑ XY = b ∑ X2 b = ∑ X2


(54)

38

3.3.1.2. Pengujian Pola Data

Uji pola data pada intinya adalah menguji apakah dapat dikatakan stasioner ataukah tidak. Stasioneritas data penting dilakukan untuk menentukan metode forecasting yang sesuai. Pengujian stasioneritas data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan grafik atau dengan menghitung autokorelasi.

Pengujian dengan cara melihat grafik uji korelasi lebih praktis untuk dilakukan. Pada gambar grafik korelasi terdapat bar (batang) berwarna biru yang melambangkan besarnya ACF (autocorelation). Jika bar berada dibawah garis berarti bernilai negatif, sedangkan jika bar berada diatas garis berarti bernilai positif. Panjang bar menunjukkan besar korelasi secara proporsional. Di atas dan di bawah bar akan terdapat dua garis merah terputus-putus, garis tersebut adalah garis upper dan lower dari angka korelasi yang tidak menunjukkan adanya autokorelasi. Jika bar-bar yang ada tidak melebihi garis merah yang di atas maupun yang di bawah berarti tidak ada autokorelasi. Sebaliknya, jika terdapat sejumlah bar yang melewakti garis bawah ataupun garis atas maka dapat diduga ada autokorelasi. Jika tidak ada autokorelasi maka data tidak terbukti ada trend dan bersifat random, sebaliknya jika ada autokorelasi maka diduga data tersebut mempunyai pengaruh trend, musiman, atau siklis.

Pengujian pola data cara kedua adalah dengan menghitung nilai autokorelasi dengan rumus sebagai berikut:

n dimana: Yt = data saat ini (yang ke-t) ∑ (Yt-Ŷ) (Y t-k – Ŷ) Ŷ = rata-rata data

r

k = t=k+1 Yt-k= data periode k n sebelum data saat ini ∑ t=1 (Yt – Ŷ)2 n = jumlah data


(55)

39

3.3.1.3. Metode Pengukuran Kesalahan Peramalan (Forecast Error)

Beberapa tolak ukur yang dapat digunakan sebagai alat ukur untuk menghitung kesalahan peramalan, sebagai berikut.

Mean Absolut Error (MAE) MAE = ∑ [Dt-Ft]

n

MAE = ∑ [Aktual-Peramalan] n

dimana,

Dt-Ft : selisih antara nilai data aktual dan peramalan periode ke-t n : periode data

Mean Square Error (MSE) MSE = ∑ (Dt-Ft)2

n

MSE = ∑ (kesalahan peramalan)2 n

Mean Absolute Percentage Error (MAPE) 100 Dt-Ft

MAPE = n ∑ Dt

n

MAPE = 100 ∑ i=1 aktual-ramalan/aktual n

3.3.2. Analisis Kapasitas Produksi Optimum dengan Program Linear Aminudin (2008:11) menjelaskan bahwa masalah linear programming

dapat dinyatakan sebagai proses optimasi suatu fungsi tujuan (objective function) dalam bentuk:


(56)

40

Optimumkan n

Z = ∑ cj xj

j=1 dengan batasan-batasan:

n

∑ aij xj ≥ ≤ bi , untuk i = 1, 2, 3, …, m j=1

xj ≥ 0, untuk j = 1, 2, 3, …, n atau dapat ditulis secara lengkap sebagai berikut. Optimumkan

Z = c1 x1 + c2 x2 + … + cn xn

Dengan batasan :

a11x1 + a12x2 + . . . +a1n xn ≥ ≤ b1 a21x1 + a22x2 + . . . + a2n xn ≥ ≤ b2 am1x1 + am2x2 + . . . . . . . +amnxn ≥ ≤ bm x1, x2, x3, …, Xn ≥ 0

Keterangan :

Z = fungsi tujuan yang dicari nilai optimalnya (maksimal, minimal)

cj = kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan tingkat kegiatan xj dengan satu satuan unit atau sumbangan setiap satuan keluaran kegiatan j terhadap Z

n = macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang tersedia

m = macam batasan sumber atau fasilitas yang tersedia

xj = tingkat kegiatan ke-j

aij = banyaknya sumber i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit keluaran kegiatan j


(57)

41

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1. Sejarah dan Perkembangan Parung Farm

Kebun Hidroponik Parung didirikan pada tahun 1998 sebagai penyaluran hobi pemilik perusahaan dalam budidaya hortikultura. Pada bulan November 1998, pendiri yang bukan dari kalangan petani, diperkenalkan kepada beberapa orang Sarjana Pertanian dari BPPT. Mereka dari BPPT inilah, yang relatif masih muda usia, yang memperkenalkan sebuah teknologi pertanian yang dikenal dengan nama hidroponik (hydroponic). Pada tanggal 1 Januari 2001 Kebun Hidroponik berubah nama menjadi Parung Farm. Parung Farm dikembangkan untuk produksi sayuran dan pelatihan hidroponik.

Selain untuk pendidikan pengembangan dan pelatihan hidroponik, terdapat perusahaan komersial yaitu PT. Kebun Sayur Segar. Perusahaan ini pada akhirnya, dengan brand Parung Farm yang dapat ditemui pada hampir semua supermarket dan hipermarket di Jabodetabek dan Bandung, dapat menjadi salah satu perusahaan produsen yang terbesar dan terbaik pada bidangnya

Parung Farm terbagi atas dua unit kegiatan usaha. Pertama, PT. Kebun Sayur Segar selaku perusahaan yang bergerak dalam bisnis supplier produk sayuran segar. Kedua, Parung Farm selaku Lembaga Pengembangan, Pendidikan, dan Pelatihan yang menyediakan program pelatihan mengenai hidroponik bagi masyarakat.


(58)

42

4.2. Letak Geografis dan Keadaan Iklim

Parung Farm berlokasi di Jln. Raya Parung-Bogor No.546, Kampung Jati, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Parung Farm memiliki lahan tanah seluas 3,8 hektar yang berada pada 6 º Lintang Selatan dan 106 º Bujur Timur. Daerah ini terletak pada ketinggian 100 meter di atas permukaan laut dengan suhu maksimum 27 ºC – 32 ºC. Kelembaban udara rata-rata 70 % dan curah hujan rata-rata 2.774 mm per tahun.

4.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Parung Farm terdiri dari pimpinan, bagian administrasi dan keuangan, bagian produksi dan pemasaran. Pimpinan perusahaan adalah orang yang mengkoordinir semua kegiatan dalam perusahaan baik kegiatan produksi maupun non produksi. Bagian administrasi dan keuangan bertanggungjawab dalam menangani segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah keuangan dan kesekretariatan, seperti pembukuan akuntansi, membuat surat perjanjian, dan lain-lain. Manajer bagian produksi bertanggungjawab terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan produksi sayuran dan bertanggung jawab dalam menangani penyediaan bahan baku atau alat penunjang proses produksi sayuran. Manajer pemasaran bertanggungjawab untuk memasarkan hasil produksi dengan cara promosi dan menjalin kerjasama dengan pelaku pasar lain.

Pada unit pengembangan pendidikan dan pelatihan dipimpin oleh seorang direktur pendidikan. Tugas direktur pendidikan adalah bertanggungjawab


(59)

43

terhadap kegiatan dan pelatihan. Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Struktur Organisasi Parung Farm 4.4. Sarana dan Prasarana di Parung Farm

Parung Farm yang berlokasi di daerah Parung memiliki luas lahan sebesar 3,8 Ha yang terdiri dari sarana dan prasarana sebagai berikut.

1) Greenhouse

Luas lahan yang terpakai untuk greenhouse sekitar 2.500 m2, terdiri dari empat greenhouse untuk bayam dan satu greehouse untuk pembibitan bayam.

Tiap greenhouse terdiri atas bed (bedengan) yang terbuat dari beton untuk penanaman dengan jarak antar bed 50 cm. Ukuran bed adalah 2 m x 8

Parung Farm

Pimpinan

Unit Kebun Sayur Segar Unit Pengembangan,

Pendidikan,dan Pelatihan

Bagian Administrasi dan Keuangan

Bagian Pemasaran Bagian Produksi

Kebun Tangsel (Sukabumi)

Kebun Bintang Delapan (Cianjur)

Kebun Cugenang

(Cianjur)

Kebun Parung (Bogor)


(1)

99

Lampiran 4. Peramalan Permintaan Bayam dengan Metode Trend

Trend Analysis for penjualan bayam

Data penjualan bayam

Length 36 NMissing 0

Fitted Trend Equation Yt = 3944,11 + 0,460*t Accuracy Measures MAPE 0,296 MAD 11,694 MSD 196,986 penjualan

Time bayam Trend Detrend 1 3954 3944,57 9,4339 2 3946 3945,03 0,9742 3 3952 3945,49 6,5145 4 3925 3945,95 -20,9452 5 3950 3946,40 3,5951 6 3935 3946,86 -11,8647 7 3963 3947,32 15,6756 8 3948 3947,78 0,2159 9 3962 3948,24 13,7562 10 3969 3948,70 20,2965 11 3954 3949,16 4,8368 12 3964 3949,62 14,3770 13 3945 3950,08 -5,0827 14 3929 3950,54 -21,5424 15 3951 3951,00 -0,0021 16 3926 3951,46 -25,4618 17 3946 3951,92 -5,9215 18 3975 3952,38 22,6187 19 3945 3952,84 -7,8410 20 3966 3953,30 12,6993 21 3930 3953,76 -23,7604 22 3945 3954,22 -9,2201 23 3967 3954,68 12,3202 24 3953 3955,14 -2,1396 25 3966 3955,60 10,4007 26 3943 3956,06 -13,0590 27 3935 3956,52 -21,5187 28 3942 3956,98 -14,9784 29 3933 3957,44 -24,4381 30 3956 3957,90 -1,8979 31 3971 3958,36 12,6424 32 3958 3958,82 -0,8173 33 3969 3959,28 9,7230 34 3962 3959,74 2,2633 35 3976 3960,20 15,8036 36 3983 3960,66 22,3438


(2)

100

Lampiran 5. Peramalan Permintaan Kangkung dengan Metode Trend

Trend Analysis for Penjualan kangkung

Data Penjualan kangkung

Length 36 NMissing 0

Fitted Trend Equation Yt = 3830,79 + 0,185*t Accuracy Measures MAPE 0,1009 MAD 3,8683 MSD 21,8552 Penjualan

Time kangkung Trend Detrend 1 3832 3830,98 1,02102 2 3828 3831,16 -3,16431 3 3825 3831,35 -6,34964 4 3830 3831,53 -1,53496 5 3834 3831,72 2,27971 6 3837 3831,91 5,09438 7 3842 3832,09 9,90905 8 3834 3832,28 1,72372 9 3831 3832,46 -1,46160 10 3838 3832,65 5,35307 11 3830 3832,83 -2,83226 12 3834 3833,02 0,98241 13 3827 3833,20 -6,20292 14 3826 3833,39 -7,38825 15 3837 3833,57 3,42643 16 3843 3833,76 9,24110 17 3840 3833,94 6,05577 18 3834 3834,13 -0,12956 19 3828 3834,31 -6,31489 20 3826 3834,50 -8,50021 21 3832 3834,69 -2,68554 22 3828 3834,87 -6,87087 23 3833 3835,06 -2,05620 24 3840 3835,24 4,75847 25 3838 3835,43 2,57314 26 3833 3835,61 -2,61218 27 3836 3835,80 0,20249 28 3830 3835,98 -5,98284 29 3841 3836,17 4,83183 30 3837 3836,35 0,64650 31 3835 3836,54 -1,53882 32 3843 3836,72 6,27585 33 3836 3836,91 -0,90948 34 3834 3837,09 -3,09481 35 3839 3837,28 1,71986 36 3841 3837,47 3,53453


(3)

101

Lampiran 6. Biaya Investasi Komoditi Bayam

BIAYA INVESTASI KOMODITI BAYAM

No Komponen

Jumlah Harga/satuan Total Biaya

Umur

Ekonomis

Biaya

Penyusutan/tahun

Biaya

Penyusutan/bulan

(unit)

(Rp)

(Rp)

(tahun)

(Rp)

(Rp)

1 Greenhouse bibit

1

6.000.000

6.000.000

5

1.200.000

100.000

2

Greenhouse aeroponik

(bambu)

1

15.000.000

15.000.000

4

3.750.000

312.500

3 Greenhouse aeroponik (besi)

1

65.000.000

65.000.000

10

6.500.000

541.667

4 Rumah Pembungkusan Bibit

1

500.000

500.000

5

100.000

8.333

5 Bedengan bibit

8

400.000

3.200.000

10

320.000

26.667

6 Bedengan Aeroponik

50

2.640.000

132.000.000

15

8.800.000

733.333

7 Bak Nutrisi (1,5

3

)

1

1.500.000

1.500.000

10

150.000

12.500

8 Bak Nutrisi (4

3

)

1

2.500.000

2.500.000

10

250.000

20.833

9 Bak Nutrisi (6

3

)

1

4.500.000

4.500.000

10

450.000

37.500

10 Pompa 125 watt

3

350.000

1.050.000

5

210.000

17.500

11 Pompa 3500 watt

2

9.000.000

18.000.000

10

1.800.000

150.000

12 Timer

3

350.000

1.050.000

2

525.000

43.750

13 Styrofoam

800

64.000

51.200.000

1

51.200.000

4.266.667

14 Jellycup

64800

62

4.017.600

1

4.017.600

334.800

TOTAL

305.517.600

79.272.600

6.606.050

*

Rata-rata hasil produksi/bulan

(pack)

3.953

Penyusutan investasi /bulan

(Rp)

660.650

Penyusutan alat bersama

(Rp)

1.109.650

Total penyusutan

(Rp)

1.770.300

Biaya penyusutan/unit

(Rp)

448


(4)

102

Lampiran 7. Biaya Investasi Kangkung

BIAYA INVESTASI KOMODITI KANGKUNG

No Komponen

Jumlah Harga/satuan Total Biaya

Umur

Ekonomis

Biaya

Penyusutan/tahun

Biaya

Penyusutan/bulan

(unit)

(Rp)

(Rp)

(tahun)

(Rp)

(Rp)

1 Bedengan (21x2 m)

12

400.000

4.800.000

10

480.000

40.000

2 Bedengan (8x2 m)

13

152.000

1.976.000

10

197.600

16.467

3 Bak Nutrisi

2

1.500.000

3.000.000

10

300.000

25.000

4 Pompa

2

650.000

1.300.000

5

260.000

21.667

5 Timer

2

350.000

700.000

2

350.000

29.167

TOTAL

11.776.000

1.587.600

132.300

* Rata-rata hasil produksi/bulan

(pack)

3.834

Penyusutan investasi /bulan

(Rp)

132.300

Penyusutan alat bersama

(Rp)

739.767

Total penyusutan

(Rp)

872.067


(5)

103

Lampiran 8. Biaya Alat Produksi Bersama

BIAYA ALAT-ALAT PRODUKSI YANG DIGUNAKAN

BERSAMA

No Komponen

Jumlah Harga/satuan Total Biaya

Umur

Ekonomis

Biaya

Penyusutan/tahun

Biaya

Penyusutan/bulan

Bayam

1

Kangkung

2

(unit)

(Rp)

(Rp)

(tahun)

(Rp)

(Rp)

(Rp)

(Rp)

1 EC-Meter

1

2.500.000

2.500.000

2

1.250.000

104.167

62.500

41.667

2 Genset

1

15.000.000

15.000.000

10

1.500.000

125.000

75.000

50.000

3 Toren Air

1

5.000.000

5.000.000

10

500.000

41.667

25.000

16.667

4 Selang Air

1

500.000

500.000

10

50.000

4.167

2.500

1.667

5 Drum

8

75.000

600.000

2

300.000

25.000

15.000

10.000

6 Tray

16

65.000

1.040.000

5

208.000

17.333

10.400

6.933

7 Gerobak

1

950.000

950.000

10

95.000

7.917

4.750

3.167

8 Timbangan

1

100.000

100.000

2

50.000

4.167

2.500

1.667

9 Alat Pressing

1

4.500.000

4.500.000

5

900.000

75.000

45.000

30.000

10 Bangunan Packing

1

8.100.000

8.100.000

15

540.000

45.000

27.000

18.000

11 Mobil box

1 168.000.000 168.000.000

10

16.800.000

1.400.000

840.000

560.000

TOTAL

206.290.000

1.109.650

739.767

1

biaya penyusutan/bulan untuk bayam (60% dari total penyusutan/bulan)

2


(6)