Optimasi pemupukan fosfor pada caisin (brassica rapa l. cv. Caisin) Di Tanah Andisol

OPTIMASI PEMUPUKAN FOSFOR PADA CAISIN
(Brassica rapa L. cv. Caisin) DI TANAH ANDISOL

DONATILA FARANSO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimasi Pemupukan Fosfor
pada Caisin (Brassica rapa L. cv. Caisin) di Tanah Andisol adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya ini kepada Institut Pertanian
Bogor.


Bogor, November 2014

Donatila Faranso
A24100204

OPTIMASI PEMUPUKAN FOSFOR PADA CAISIN
(Brassica rapa L. cv. Caisin) DI TANAH ANDISOL

DONATILA FARANSO

Skripsi
sebagai syarat untuk lulus
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul
Nama
NIM

: Optimasi Pemupukan Fosfor pada Caisin (Brassica rapa L. cv. Caisin)
di Tanah Andisol
: Donatila Faranso
: A24100204

Disetujui oleh

Prof Anas Dinurrohman Susila Ph.D
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr
Ketua Departemen


Tanggal lulus:

Penguji

: Dr Diny Dinarti
Dr Winarso D Widodo

ABSTRAK
DONATILA FARANSO. Optimasi Pemupukan Fosfor pada Caisin (Brassica
rapa L. cv. Caisin) di Tanah Andisol. Dibimbing oleh Prof Anas Dinurrohman
Susila Ph.D.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh dosis optimum pemupukan
fosfor tanah Andisol. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Pasir Sarongge
Cianjur dari April hingga Mei 2014. Percobaan ini menggunakan rancangan Split
Plot design. Bedeng utama (main plot) adalah pengkondisian hara P tanah yang
terdiri atas lima taraf, yaitu X (1856.3 kg per ha P2O5), 3/4 X (1392.225 kg per ha
P2O5), 1/2 X (928.15 kg per ha P2O5), 1/4 X (464.076 kg per ha P2O5) dan 0 X (0 kg
per ha P2O5). Anak Bedeng (sub plot) adalah dosis pemupukan P yang terdiri atas
lima taraf, yaitu X (1856.3 kg per ha P2O5), 3/4 X (1392.225 kg per ha P2O5), 1/2 X

(928.15 kg per ha P2O5), 1/4 X (464.076 kg per ha P2O5) dan 0 X (0 kg per ha
P2O5). Dimana X = 1856.346 kg P2O5 per ha atau 5156 kg SP-36 per ha, yaitu P
yang dibutuhkan untuk mencapai kadar P sangat tinggi pada tanah Andisol Pasir
Sarongge. Dosis N dan K yang digunakan adalah 200 kg per ha Urea (45% N) dan
100 kg per ha KCL (60% K2O). Pengkondisian hara P tanah berpengaruh sangat
nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisin. Perlakuan pemupukan P
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
caisin pada tingkat kesuburan tanah sedang pengekstrak Bray. Serangan penyakit
akar gada dapat menjadi penyebab pemupukan tidak berpengaruh pada tanaman.
Persentase jumlah tanaman yang terserang penyakit akar gada adalah 11.90%.
Dosis rekomendasi pemupukan P di Kebun Percobaan Pasir Sarongge belum
dapat ditentukan.

Kata kunci: pupuk, P tanah, sayuran

ABSTRACT
DONATILA FARANSO. Phosphorus Fertilization Optimization for Caisin
(Brassica rapa L. cv. Caisin) of Andisols. Supervised by Prof Anas Dinurrohman
Susila Ph.D.
This study was conducted to find out the optimum of phosphorus

fertilization on andisol. The study was conducted at the Experimental Farm Pasir
Sarongge Cianjur from April to May 2014. This study arranged in split plot
design. The main plot is conditioning the soil of P consisting of five rates, namely
X (1856.3 kg/ha P2O5), 3/4 X (1392.225 kg/ha P2O5), 1/2 X (928.15 kg/ha
P2O5), 1/4 X (464.076 kg/ha P2O5) and 0 X (0 kg/ha P2O5). Subplot is a rate of
fertilizer P which consists of five levels, namely X (1856.3 kg/ha P2O5), 3/4 X
(1392.225 kg/ha P2O5), 1/2 X (928.15 kg/ha P2O5), 1/4 X (464.076 kg/ha P2O5)
and 0 X (0 kg/ha P2O5). Where X = 1856.346 P2O5 kg/ha or SP-36 5156 kg/ha, ie
P is needed to achieve very high levels of P in the soil Andisol Pasir Sarongge.
Dose of N and K were used was 200 kg ha upper of urea (45% N) and 100 kg ha
upper KCl (60% K2O). The results showed that the conditioning of the soil
nutrient P is able to enhance the growth and yield of caisin, whereas P fertilization
treatment did not give significant effect on the growth and yield of caisin. P
fertilization treatment did not give a significant effect on the growth and yield of
crops on soil fertility extracting Bray. Mace root disease may be the cause of
fertilization had no effect on the plant. The percentage of plants affected mace
root disease was 11.90%. The dose of P fertilizer recommendations at the
experimental Pasir Sarongge could not be determined.
Keywords: fertilizer, P soils, vegetables


PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Allah Bapa Yang Maha Kuasa atas berkat dan
kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya
ilmiah ini berjudul “Optimasi Pemupukan Fosfor pada Caisin (Brassica rapa L.
cv. Caisin) di Tanah Andisol”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dosis
optimum pemupukan P pada budidaya caisin di andisol. Penelitian telah
dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasir Sarongge dari April hingga Mei 2014.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Anas Dinurrohman Susila
Ph.D yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama kegiatan penyusunan
karya ilmiah ini. Terima kasih kepada Dr Faiza C Suwarno atas bimbingan dan
arahan selama menempuh pendidikan di Departemen Agronomi dan Hortikultura.
Terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Landak yang telah memberikan
kesempatan belajar melalui beasiswa yang diterima dari Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.
Terima kasih juga kepada orang tua, saudara, bapak Endang, Theresia,
Tommy, Arini, Marchella, Melisa, Helena, Azmida, Amanda, AGH atau
Edelweiss 47, Tim Pendamping IPB, Perwira 99, dan semua yang telah
memberikan dukungan serta doa.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
saat ini.


Bogor, November 2014
Donatila Faranso
A24100204

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Caisin
Tanah dan Unsur Hara Tanaman
Fosfor
Andisol
Rekomendasi Pemupukan
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian

Bahan dan Alat
Pelaksanaan Percobaan
Pengamatan
Analisis Data
Pembuatan Dosis Rekomendasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Pengaruh Pemupukan P terhadap Pertumbuhan dan hasil tanaman
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

1
2
2
2
3
3

4
4
5
5
5
6
7
7
7
9
15
15

DAFTAR TABEL
1. Hasil analisis kimia dan fisika tanah percobaan uji P tanah
2. Tinggi tanaman pada pengkondisian hara P tanah dan dosis pemupukan
P
3. Jumlah daun pada pengkondisian hara P tanah dan dosis pemupukan P
4. Panjang akar, bobot akar dan bobot tanaman caisin pada pengkondisian
hara P tanah dan dosis pemupukan P

5. Bobot tidak layak pasar dan bobot layak pasar tanaman caisin pada
pengkondisian hara P tanah dan dosis pemupukan P
6. Bobot total tanaman caisin pada pengkondisian hara P tanah dan dosis
pemupukan P

8
9
10
11
12
13

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jumlah konsumsi sayuran masyarakat di Indonesia saat ini sebesar 34 kg per
kapita per tahun (BPS 2013). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa
tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap sayuran masih rendah jika
dibandingkan dengan jumlah konsumsi sayuran masyarakat di negara Tiongkok
dan standar yang ditetapkan oleh FAO. Pada tahun 1995 konsumsi sayuran di
Tiongkok mencapai 143 kg per kapita per tahun dan jumlah tersebut telah

melebihi standar konsumsi sayuran menurut FAO. Konsumsi sayuran berdasarkan
standar yang ditetapkan oleh FAO adalah sebesar 73 kg per kapita per tahun (FAO
2006).
Sayur caisin mengalami penurunan jumlah produksi sebsar 8% selama
periode 2011-2012. Produksi caisin pada tahun 2011 sebesar 581 000 ton dan
pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 531 000 ton (Kementan 2012).
Produksi caisin yang rendah disebabkan oleh rendahnya produktivitas caisin per
hektar dan teknik budidaya yang kurang tepat. Penurunan produksi caisin dan
beberapa sayuran lainnya tentu menjadi masalah apabila tidak dilakukan upaya
perbaikan. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan
melakukan pemupukan.
Pemupukan adalah kegiatan menambah unsur hara tertentu untuk memenuhi
kebutuhan tanaman yang tidak dapat disediakan oleh tanah. Pemupukan dapat
meningkatkan hasil panen dan kandungan hara yang ada pada sayuran (Wang et
al. 2008). Indeks panen secara signifikan meningkat seiring dengan meningkatnya
aplikasi fosfor (Motlagh et al. 2012). Pemupukan yang dilakukan secara tidak
tepat berdampak buruk pada lingkungan dan tanaman. Penambahan P secara terus
menerus menyebabkan terjadinya akumulasi P pada permukaan atas tanah (Fei et
al. 2011). Kesalahan dalam aplikasi pemupukan dapat berdampak pada hilangnya
energi dan biaya yang dikeluarkan semakin tinggi (Savci 2012).
Petani di Indonesia sebagian besar melakukan pemupukan hanya
berdasarkan pengalaman dari kegiatan bertanam sebelumnya atau menggunakan
rekomendasi pemupukan yang tertera di kemasan pupuk yang digunakan. Padahal
dosis rekomendasi yang ada pada kemasan belum tentu dibuat berdasarkan
kategori status hara tanah. Dosis rekomendasi pemupukan untuk setiap wilayah
harus memperhatikan tingkat kesuburan tanah dan jumlah unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Pembuatan dosis pupuk harus didasarkan pada hasil
dan tingkat hara tanah (Toth et al. 2014). Konsep pemupukan P berdasarkan uji
tanah atau rekomendasi spesifik lokasi harus menjadi perhatian utama dan perlu
dilakukan secara berulang (Izhar 2012).
Ketersediaan hara P pada tanah andisol sangat terbatas. Terbatasnya jumlah
hara P pada tanah andisol disebabkan oleh adanya retensi. Reaksi retensi dapat
terjadi antara P dan Al atau antara P dan Fe. Produk yang dihasilkan oleh retensi
sukar larut dalam air dan menjadi endapan sehingga sulit tersedia bagi tanaman.
Rendahnya pH tanah akan berakibat pada semakin tinggnya konsentrasi Al, Fe,
dan Mn yang dapat larut, sehingga semakin besar pula jumlah P yang diikat

2
dengan cara ini (Tan 1998). Ketersediaan P pada tanah juga dipengaruhi oleh
irigasi (Wang dan Zhang 2010).
Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mendapatkan dosis optimal
pemupukan P untuk budidaya tanaman caisin pada andisol.
Hipotesis
Hipotesis yang dikemukakan dalam percobaan ini adalah diperoleh dosis
optimal pemupukan P untuk budidaya tanaman caisin pada tanah jenis andisol.

TINJAUAN PUSTAKA
Caisin (Brassica rapa L. cv. caisin)
Caisin (Brassica rapa L. cv. caisin) adalah sayur yang cukup digemari
sebagian besar masyarakat di Indonesia. Nama umum caisin dalam bahasa Inggris
adalah mustard. Di Indonesia, petani sering menyebut caisin dengan nama caisin,
sawi hijau atau sawi kembang. Caisin dikenal dengan sebutan sawi bunga di
Malaysia (Siemonsma dan Piluek, 1994).
Ciri umum caisin adalah batang yang pendek, beruas-ruas dan berfungsi
sebagai penopang tangkai. Daun caisin lebar dengan bentuk agak oval, berwarna
hijau tua dengan tangkai daun yang berwarna putih atau agak hijau tua. Umumnya
tanaman caisin memiliki tinggi 15-30 cm. Bunga caisin berwarna kuning pucat
dan ukuranya kecil-kecil. Akar tanaman caisin adalah akar tunggang dan cabangcabang akarnya berbentuk bulat dan menyebar ke segala arah di dalam tanah
(Rubatzky dan Yamaguchi 1998).
Caisin termasuk dalam sayuran daratan dan tumbuh lebih baik pada tanahtanah dengan drainase yang baik dan mudah layu apabila mengalami kekurangan
air. Syarat tumbuh caisin adalah tanah yang subur dan gembur dengan pH
optimum berkisar antara 5.8-7.5. Pada dasarnya caisin dapat tumbuh pada semua
jenis tanah, namun untuk pertubuhan yang baik jenis tanah yang paling sesuai
adalah lempung berpasir seperti tanah andisol. Suhu optimal untuk pertumbuhan
caisin berkisar antara 18-30 0C. Produktivitas caisin apabila dibudidayakan secara
optimal berkisar antara 10-20 ton per ha. (Rubatzky dan Yamaguchi 1998).
Kriteria panen caisin yang dapat dipasarkan umumnya dibedakan menjadi
tiga kriteria yaitu baby caisin, caisin sedang atau besar, dan caisin bunga. Caisin
yang dipanen untuk baby caisin adalah tanaman caisin yang telah memiliki ukuran
panjang berkisar 20-25 cm dan tidak mengeluarkan bunga. Caisin yang dipanen
untuk caisin sedang atau besar adalah tanaman caisin yang telah memiliki ukuran
panjang berkisar 25-30 cm dan tidak mengeluarkan bunga. Caisin yang dipanen
untuk caisin bunga adalah tanaman caisin yang telah memiliki bunga dengan
ukuran panjang berkisar 25-35 cm (Susila 2013).

3
Tanah dan Unsur Hara Tanaman
Tanah adalah media sebagai tempat tumbuh tanaman. Tanah yang cocok
untuk lahan pertanian adalah tanah yang subur, gembur, dalam, memiliki drainase
yang baik, dan kandungan bahan organik tinggi. Tanah terdiri dari material
anorganik, pembusukan material organik, air, udara, berbagai jenis insekta,
cacing, bakteri, fungi, dan mikroorganisme lainnya. Sayuran dapat tumbuh baik
pada tanah-tanah yang dalam dengan kandungan bahan organik yang tinggi
(Splittstoesser 1990).
Tanaman terdiri dari air (± 90%) dan bahan kering (± 10%). Bahan kering
pada tanaman terdiri dari bahan-bahan organik dan anorganik. Berdasarkan hasil
analisis kimia, bahan organik terdiri dari karbon (C) 47%, hidrogen (H) 7%,
oksigen (O) 44%, dan nitrogen (N) 0.2-2%. Bahan anorganik adalah bagianbagian mineral atau abu. Unsur hara terdiri dari 50 unsur dan selama pertumbuhan
dan perkembangannya tanaman hanya membutuhkan 16 unsur hara esensial
(Sutedjo 2004).
Unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman mencakup unsur hara makro
dan unsur hara mikro. Unsur hara makro antara lain kalium, kalsium, nitrogen,
fosfor, sulfur, dan magnesium. Unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman antara
lain besi, silika, alumunium, klor, seng, tembaga, boron, molibdinum, dan kobalt.
Unsur hara tersebut diserap dari tanah oleh akar dalam bentuk ion-ion organik,
kecuali H diserap oleh tanaman melalui akar dan daun, serta C dan O diserap oleh
tanaman dari udara melalui daun (Hardjowigeno 2010).
Fosfor (P)
Pupuk adalah bahan yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah.
Pemupukan adalah kegiatan menambah unsur hara tertentu untuk memenuhi
kebutuhan tanaman yang tidak dapat disediakan oleh tanah. Pemupukan atau
penambahan unsur hara hanya dilakukan jika tanah tidak dapat menyediakan
unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanah subur yang dijadikan lahan
untuk budi daya tanaman tidak perlu dilakukan pemupukan (Leiwakabessy dan
Sutandi 2004).
Unsur fosfor (P) merupakan salah satu unsur hara yang berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sebab menjadi salah satu penyusun
beberapa senyawa penting dan terlibat dalam berbagai reaksi biokimia tanaman.
Deoxyribonucleic acid (DNA) merupakan asam nukleat yang rantai molekulnya
disusun oleh satuan-satuan yang membentuk rantai panjang, dan P adalah salah
satu penyusun rantai panjang tersebut. Fosfor tidak hanya beperan penting dalam
komponen penyusun DNA, tetapi P juga menjadi komponen penting dalam
struktur tanaman, pembentukan buah dan transfer genetik. Ketersediaan P yang
cukup selama masa pertumbuhan vegetatif tanaman dapat meningkatkan jumlah
daun (Fisher et al. 2002).
Ketersediaan P di dalam tanah terbatas dan sangat dipengaruhi oleh pH
tanah. Fosfor banyak tersedia pada tanah yang memiliki pH 5-7. Pergerakan P di
tanah sangat lambat, tidak mudah larut, dan tidak mudah tercuci oleh air
(Splittstoesser 1990). Bentuk P di dalam tanah berupa P organik dan P anorganik.
Bentuk P organik yang paling besar adalah ester posfat, asam nukleat, dan

4
pospolipid. Bentuk P anorganik terbagi dalam dua kelompok yaitu yang
mengandung kalsium dan yang mengandung besi dan aluminium (Brady dan Weil
2008). Persentase P anorganik, P organik, dan P yang tersedia untuk tanaman
dalam tanah dapat juga dipengaruhi oleh irigasi, sehingga pengelolaan irigasi yang
sesuai dapat meningkatkan ketersediaan hara P yang ada di tanah (Wang dan
Zhang 2010).
Tanaman yang kekurangan unsur P menunjukkan gejala pertumbuhan
terhambat (kerdil) karena pembelahan sel terhambat, daun-daun menjadi ungu
atau cokelat muda mulai dari ujung daun, sangat terlihat jelas pada daun muda.
Pada jagung, tongkol jagung menjadi tidak sempurna. Pada kacang panjang
kekurangan P dapat mengurangi umur hidup akar (Fisher et al. 2002). Kelebihan
pupuk P pada tanaman dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat,
bahkan pada dosis yang sangat tinggi dapat menyebabkan tanaman mati. Liferdi
(2009) melaporkan bahwa kelebihan P pada manggis mengakibatkan daun dan
akar tanaman rusak.
Andisol
Andisol adalah tanah yang terbentuk dari abu vulkanik. Beberapa tanah
andisol mengandung epidon melanik, yaitu horizon tanah yang mengandung
bahan organik tinggi dan berwarna gelap. Andisol memiliki satu sifat unik seperti
bahan andic pada kedalaman 35 cm hingga 60 cm kerena mengandung bahan
induk. Bahan dengan sifat andic ditandai dengan tingginya kandungan vulkanik
atau kandungan amorf dan bahan aluminium. Andisol memiliki kandungan bahan
organik yang tinggi tetapi ketersediaan P sangat terbatas (Brady dan Weil 2008).
Terbatasnya jumlah hara P pada tanah andisol disebabkan adanya
penyematan fosfat dan retensi fosfat. Reaksi penyematan dapat terjadi antara
fosfat dan oksida hidrus Al atau antara Fe dan mineral silikat. Rendahnya pH
tanah, akan meningkatkan konsentrasi Al, Fe, dan Mn yang dapat larut, sehingga
semakin besar pula jumlah P yang diikat dan semakin sedikit jumlah P yang
tersedia bagi tanaman. Penyematan fosfat tidak hanya terbatas pada kondisi
masam, tetapi dapat juga terjadi pada tanah yang bereaksi alkalin (Tan 1998).
Fenomena fiksasi fosfor pada andisol lebih dominan dipengaruhi oleh kandungan
mineral alofan (Ajidirman 2010).
Rekomendasi Pemupukan
Metode terbaik untuk membuat rekomendasi pemupukan adalah dengan
melakukan serangkaian percobaan lapangan pada kategori kesuburan tanah yang
berbeda. Percobaan ini dimulai dari tahap evaluasi kesuburan tanah hingga
perlakuan pupuk, sehingga diperolah dosis optimum pemupukan (Ali 2011).
Jumlah pupuk yang diberikan pada tanaman dipengaruhi oleh jumlah hara yang
tersdia di tanah, jenis tanah, jenis tanaman, dan kandungan bahan organik yang
terdapat di tanah (Splittstoesser 1990).
Rekomendasi pemupukan hasil penelitian harus diterapkan pada tanah
dengan karakteristik yang sama. Izhar dan Susila (2010) melaporkan bahwa
rekomendasi pemupukan tomat yang dihasilkan dalam penelitiannya dapat
diterapkan di lokasi pertanaman tomat yang memiliki jenis tanah Incepticol

5
dengan karakteristik tanah yang sama di Indonesia tetapi harus diketahui status
hara sebelumnya. Status hara tanah yang ada pada kategori tinggi dan sangat
tinggi, tidak perlu dilakukan pemupukan.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Percobaan dilaksanakan mulai April hingga Mei 2014 di Kebun Percobaan
Pasir Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Ketinggian lokasi penelitian adalah 1 200 meter di atas permukaan laut (mdpl),
kemiringan 3-40%, curah hujan 2 000–3 000 mm per tahun, dan jenis tanah
Andisol. Analisis tanah dilakukan di SEAMEO Biotrop Services Laboratory.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu pupuk SP-36 (36% P2O5), pupuk standar Urea
(45% N) dan KCl (60% K2O), benih caisin varietas Tosakan, dan media semai.
Alat yang digunakan adalah tray, penakar, cangkul, kored, timbangan, meteran,
tali, ember, dan alat tulis.
Pelaksanaan Percobaan
Percobaan ini menggunakan rancangan perlakuan Split Plot yang disusun
dengan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dan diulang sebanyak
empat kali. Bedeng utama (main plot) adalah pengkondisian hara P tanah yang
terdiri atas lima taraf, yaitu X (1856.3 kg per ha P2O5), 3/4 X (1392.2 kg per ha
P2O5), 1/2 X (928.1 kg per ha P2O5), 1/4 X (464.1 kg per ha P2O5), dan 0 X (0 kg
per ha kg per ha P2O5). Anak bedeng (sub plot) adalah dosis pemupukan P yang
terdiri atas lima taraf, yaitu X (1856.3 kg per ha P2O5), 3/4 X (1392.2 kg per ha
P2O5), 1/2 X (928.1 kg per ha P2O5), 1/4 X (464.1 kg per ha P2O5), dan 0X (0 kg
per ha P2O5). Model rancangan yang digunakan adalah:
Yijk = µ + ρk + αi + j + ik + (α )ik + εijk
Keterangan:
Yijk = nilai pengamatan pengkondisian hara P tanah ke –i, pemupukan ke j,
dan kelompok ke-k
µ
= rataan umum
ρk
= pengaruh aditif dari kelompok ke-k
αi
= pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor pengkondisian hara P tanah
j
= pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor pemupukan
(α )ij = pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor pengkondisian hara P tanah dan
taraf ke-j dari faktor pemupukan
ik
= galat bedeng utama (galat a)
εijk
= galat anak bedeng (galat b)
Dimana X= 1856.3 kg P2O5 per ha atau 5156 kg SP-36 per ha, yaitu P yang
dibutuhkan untuk mencapai kadar P sangat tinggi pada tanah Andisol Pasir

6
Sarongge. Dosis N dan K yang digunakan adalah 200 kg per ha Urea dan 100 kg
per ha KCL mengacu pada penelitian Amisnaipa et al. (2009). Diperoleh 100
satuan percobaan dari kombinasi kedua faktor tersebut. Perhitungan nilai X per
bedeng dapat dilihat pada Lampiran 2.
Lahan penelitian yang digunakan diberakan selama satu tahun, selama
proses bera juga dilakukan inkubasi. Inkubasi dilakukan untuk uji kalibrasi yaitu
pengkondisian hara P tanah (sebagai bedeng utama) dengan pengkondisian pupuk
P untuk membuat kategori tingkat kesuburan tanah yang berbeda. Inkubasi
dilakukan enam bulan sebelum tanaman. Analisis tanah dilakukan untuk
mengetahui tingkat kesuburan tanah, sifat fisik dan sifat kimia tanah.
Lahan percobaan diolah dua minggu sebelum tanam dengan cara dicangkul
dan dihaluskan hingga rata. Bedeng-bedeng percobaan dibuat dengan ukuran 1.2
m x 2.5 m sebanyak 100 bedeng sesuai dengan jumlah satuan percobaan, jarak
antar bedeng percobaan adalah 0.5 m. Benih caisin disemaikan di media tanam
berupa bahan organik yang diletakkan di tray.
Pemindahan bibit tanaman caisin ke lapangan dilakukan setelah tanaman
berumur 14 hari atau setelah muncul 3 daun. Pemeliharaan yang dilakukan di
persemaian adalah dengan melakukan penyiraman setiap hari. Bibit caisin
dipindahkan di lahan yang telah siap dan ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 20
cm sehingga jumlah populasi tanaman per bedeng adalah 55 tanaman. Jumlah
seluruh tanaman adalah 5 500 tanaman. Aplikasi pupuk Urea dan KCL sebanyak
60% saat tanam dan sisanya sebanyak 40% diberikan 2 minggu setelah pindah
tanam (MST), sedangkan aplikasi pemupukan SP-36 sebanyak 100% dilakukan
satu minggu sebelum tanam.
Tahapan pemeliharaan awal yang dilakukan selama masa tumbuh tanaman
caisin meliputi penyulaman tanaman yang mati. Pemeliharaan selanjutnya yang
dilakukan adalah penyiraman, pemberantasan gulma dan pengendalian hama dan
penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari secara manual sesuai kondisi dan
kebutuhan. Penyiangan gulma dilakukan jika terdapat gulma di bedengan.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimia dan manual sesuai
dengan kebutuhan.
Pemanenan dilakukan ketika tanaman sudah dalam kondisi siap panen
panen atau sebelum berbunga yaitu berkisar antara 3–4 minggu setelah pindah
tanam. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut tanaman caisin dengan
akarnya.
Pengamatan
Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan setiap satu minggu pada 5
tanaman contoh yang dipilih secara acak, sehingga jumlah seluruh tanaman
contoh adalah 500 tanaman. Pengamatan dilakukan terhadap peubah pertumbuhan
dan peubah panen. Pada peubah pertumbuhan yang diamati adalah peubah tinggi
tanaman (cm) dan jumlah daun.
Pengamatan peubah panen dilakukan saat pemanenan tanaman caisin.
Pengamatan peubah panen yang dilakukan terhadap lima tanaman contoh yang
dipilih secara acak antara lain bobot per tanaman (g), panjang akar (cm), dan
bobot akar (g). Pengamatan yang dilakukan terhadap tanaman per bedeng antara

7
lain bobot total tanaman per bedeng (g), bobot tanaman yang layak pasar per
bedeng (g), dan bobot tanaman tidak layak pasar per bedeng (g).
Rumus untuk mencari bobot per bedeng dan per hektar adalah sebagai
berikut:
- Bobot per bedeng jika tanaman hidup semua
-





ℎ�



x bobot tanaman hidup per bedeng

Bobot per hektar

x bobot per bedeng




Contoh perhitungan bobot per bedeng dan bobot per hektar dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Analisis Data
Data yang diperoleh dari parameter yang diamati dianalisis statistik uji F
pada taraf 5%, apabila berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut polinomial.
Pembuatan Dosis Rekomendasi
Kebutuhan pemupukan P pada setiap kelas hara P tanah untuk caisin
didasarkan pada kurva respon hasil relatif yang diperoleh dengan menggunakan
analisis regresi. Persamaan regresinya adalah:
Y = a + bP + cP2
Keterangan:
Y
= hasil relatif
P
= dosis pupuk P
a, b, c
= koefisien regresi.
Selanjutnya persamaan regresi tersebut dibuat kurva untuk setiap kelas
ketersediaan hara P tanah. Penentuan dosis P dihitung dari persamaan regresinya,
yaitu:
dRY/dK = b + 2 cP = 0
K = - b/2c
Keterangan:
RY
= hasil relatif (%)
P
= dosis pupuk P
b dan c
= konstanta.
Dosis yang direkomendasikan adalah dosis pupuk P untuk mencapai hasil
maksimum.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Berdasarkan data cuaca dapat diketahui rata-rata kelembaban udara di Pasir
Sarongge selama dilakukan penelitian adalah 85.4% pada bulan April dan 83.9%
pada bulan Mei. Rata-rata suhu maksimum dan minimum pada bulan april adalah

8
26.8 0C dan 19 0C sedangkan pada bulan Mei adalah 27.2 0C dan 18.5 0C. Ratarata hari hujan pada bulan April adalah 29 hari dan pada bulan Mei adalah 21 hari
(BMKG 2014). Kondisi ini sesuai untuk kegiatan budidaya tanaman caisin.
Persentase tumbuh tanaman caisin di lapangan adalah 89.36% dan
persentase tanaman yang tidak tumbuh adalah 10.64%. Persentase jumlah
tanaman caisin yang terserang penyakit akar gada adalah 11.90%.
Sifat kimia dan fisik tanah di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 1. Tanah
Andisol di Pasir Sarongge bertekstur berlempung halus dan memiliki pH masam.
Kapasitas tukar kation (KTK) sedang dan kejenuhan basa (KB) tinggi.
Berdasarkan hasil P terekstrak Bray tingkat kesuburan tanah adalah sedang.
Tabel 1 Hasil analisis kimia dan fisika tanah percobaan uji P tanah
Indeks ukuran
Karakteristik
Metode
pH H2O
pH KCl
C-org (%)

pH meter
pH meter
Walkley&Black

5.1 (masam)
4.8 (masam)
4.48 (tinggi)

N-org (%)
C/N

Kjeldahl

0.35 (sedang)
13 (sedang)

P Bray I (ppm)

Bray I

17.3 (sedang)

Ca (cmol kg-1)

NH4-Acetat 1 N pH 7

13.54 (tinggi)

Mg (cmol kg-1)

NH4-Acetat 1 N pH 7

1.28 (sedang)

K (cmol kg-1)

NH4-Acetat 1 N pH 7

0.07 (sangat rendah)

Na (cmol kg-1)

NH4-Acetat 1 N pH 7

0.33 (rendah)

KTK (cmol kg-1)

NH4-Acetat 1 N pH 7

24.47 (sedang)

KB (%)

NH4-Acetat 1 N pH 7

62 (tinggi)

Al (cmol kg-1)

KCl 1 N

0.06 (sangat rendah)

H (cmol kg-1)

KCl 1 N

0.14

Tekstur :
Pasir (%)

Pipet

37

Debu (%)

Pipet

34

Liat (%)

Pipet

29

Sumber: SEAMEO Biotrop Services Laboratory (2014)

9
Pengaruh Pengkondisian Hara P Tanah dan Aplikasi Pemupukan P
Tinggi tanaman
Data tinggi tanaman pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan
pengkondisian hara P tanah berpengaruh nyata pada 2 MST dan sangat nyata pada
3 MST. Perlakuan dosis pemupukan P tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman. Data yang diperoleh tidak menunjukkan adanya interaksi antara
pengkondisian hara P tanah dengan dosis pemupukan P.
Tabel 2 Tinggi tanaman pada pengkondisian hara P tanah dan dosis pemupukan P
Tinggi tanaman (cm)
Perlakuan
1 MST

2 MST

3 MST

0 (0X)

8.64

14.00

26.62

0.49 (1/4 X)

9.06

15.67

25.82

0.98 (1/2 X)

8.66

15.17

26.36

1.47 (3/4 X)

8.62

15.70

26.38

1.96 (X)

8.31

14.99

25.48

tn

*

L**

Dosis Pemupukan P (kg SP-36 per
bedeng)
0 (0X)

8.71

15.27

25.50

0.49 (1/4 X)

8.68

15.19

25.49

0.98 (1/2 X)

8.90

15.44

26.13

1.47 (3/4 X)

8.39

14.78

24.89

1.96 (X)

8.63

14.86

24.65

Uji Fb

tn

tn

tn

Interaksi

tn

tn

tn

8.91

11.16

11.42

Pengkondisian hara P tanah (kg SP-36 per
bedeng)

Uji Fa

KK
a

Uji F untuk melihat pengaruh pengkondisian hara P tanah;
Uji F untuk melihat pengaruh aplikasi pemupukan P;
* = Nyata pada P < 0.05; ** = sangat nyata pada P < 0.01; tn = tidak nyata;
MST = minggu setelah pindah tanam
L = linier pada uji lanjut polinomial

b

Jumlah daun
Data jumlah daun tanaman caisin pada Tabel 3 menunjukkan bahwa
perlakuan pengkondisian hara P tanah berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah
daun pada 3 MST. Perlakuan dosis pemupukan P tidak berpengaruh nyata

10
terhadap jumlah daun tanaman caisin. Data yang diperoleh tidak menunjukkan
adanya interaksi antara pengkondisian hara P tanah dengan dosis pemupukan P.
Tabel 3 Jumlah daun pada pengkondisian hara P tanah dan dosis pemupukan P
Jumlah daun
Perlakuan
1 MST

2 MST

3 MST

0 (0X)

4.61

6.31

7.68

0.49 (1/4 X)

4.56

6.75

9.07

0.98 (1/2 X)

4.65

6.49

8.62

1.47 (3/4 X)

4.54

6.66

8.59

1.96 (X)

4.52

6.43

8.37

tn

tn

**

0 (0X)

4.50

6.48

8.51

0.49 (1/4 X)

4.66

6.63

8.71

0.98 (1/2 X)

4.65

6.66

8.65

1.47 (3/4 X)

4.55

6.46

8.20

1.96 (X)

4.52

6.41

8.26

Uji Fb

tn

tn

tn

Interaksi

tn

tn

tn

7.29

7.72

11.82

Pengkondisian hara P tanah (kg SP-36 per
bedeng)

Uji Fa
Dosis Pemupukan P (kg SP-36 per bedeng)

KK
a

Uji F untuk melihat pengaruh pengkondisian hara P tanah;
b
Uji F untuk melihat pengaruh aplikasi pemupukan P;
** = sangat nyata pada P < 0.01; tn = tidak nyata;
MST = minggu setelah pindah tanam
L = linier pada uji lanjut polinomial

Panjang akar, bobot akar dan bobot per tanaman
Data panjang akar, bobot akar, dan bobot tanaman caisin pada Tabel 4
menunjukkan bahwa perlakuan pengkondisian hara P tanah berpengaruh nyata
terhadap bobot akar dan berpengaruh sangat nyata terhadap bobot tanaman.
Perlakuan dosis pemupukan P tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar,
bobot akar, dan bobot tanaman caisin. Data yang diperoleh tidak menunjukkan
adanya interaksi antara pengkondisian hara P tanah dengan dosis pemupukan P.

11
Tabel 4 Panjang akar, bobot akar, dan bobot tanaman caisin pada pengkondisian
hara P tanah dan dosis pemupukan P
Panjang Bobot akar
Bobot tanaman
Perlakuan
akar (cm)
(gram)
(gram)
Pengkondisian hara P tanah (kg
SP-36 per bedeng)
0 (0X)
14.24
2.62
34.21
0.49 (1/4 X)

14.81

3.22

50.38

0.98 (1/2 X)

14.89

2.87

47.63

1.47 (3/4 X)

14.44

2.69

46.43

1.96 (X)

13.65

2.69

48.38

tn

*

L**

Dosis Pemupukan P (kg SP-36 per
bedeng)
0 (0X)

14.14

2.65

41.67

0.49 (1/4 X)

14.78

2.72

41.89

0.98 (1/2 X)

14.56

3.01

50.36

1.47 (3/4 X)

14.41

2.72

44.98

1.96 (X)

14.15

2.99

48.13

Uji Fb

tn

tn

tn

Interaksi

tn

tn

tn

14.00

21.55

26.93

Uji Fa

KK
a

Uji F untuk melihat pengaruh pengkondisian hara P tanah;
Uji F untuk melihat pengaruh aplikasi pemupukan P;
* = Nyata pada P < 0.05; ** = sangat nyata pada P < 0.01; tn = tidak nyata;
L = linier pada uji lanjut polinomial

b

Bobot tidak layak pasar dan bobot layak pasar
Data bobot tidak layak pasar dan bobot layak pasar tanaman caisin pada
Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan pengkondisian hara P tanah berpengaruh
sangat nyata terhadap bobot tidak layak per bedeng, bobot layak per bedeng,
bobot layak per ha, dan bobot tidak layak per ha. Perlakuan dosis pemupukan P
tidak berpengaruh terhadap bobot tidak layak pasar dan bobot layak pasar. Data
yang diperoleh tidak menunjukkan adanya interaksi antara pengkondisian hara P
tanah dengan dosis pemupukan P.

12
Tabel 5 Bobot tidak layak pasar dan bobot layak pasar tanaman caisin pada
pengkondisian hara P tanah dan dosis pemupukan P
Perlakuan
Bobot tidak
Bobot
Bobot tidak
Bobot
layak per
layak per layak per ha layak per
bedeng
bedeng
(ton)
ha (ton)
(gram)
(gram)
Pengkondisian hara P tanah
(kg SP-36 per bedeng)
0 (0X)

2085.35

2533.15

5.70

6.65

0.49 (1/4 X)

2818.30

3097.95

6.90

8.30

0.98 (1/2 X)

2840.95

3115.20

7.55

8.35

1.47 (3/4 X)

2804.60

3205.05

7.45

8.65

1.96 (X)

2586.45

3274.00

6.80

8.70

L**

L**

L**

L**

0 (0X)

2597.20

3016.30

6.90

8.00

0.49 (1/4 X)

2681.00

3083.40

7.10

8.25

0.98 (1/2 X)

2611.50

3267.70

6.95

8.70

1.47 (3/4 X)

2565.20

3039.80

6.90

8.15

1.96 (X)

2480.75

2818.15

6.55

7.55

Uji Fb

tn

tn

tn

tn

Interaksi

tn

tn

tn

tn

KK

22.00

17.05

22.75

17.57

a

Uji F

Dosis Pemupukan P (kg SP36 per bedeng)

a

Uji F untuk melihat pengaruh pengkondisian hara P tanah;
Uji F untuk melihat pengaruh aplikasi pemupukan P;
** = sangat nyata pada P < 0.01; tn = tidak nyata;
L = linier pada uji lanjut polinomial;

b

Bobot total
Data bobot total tanaman pada Tabel 6 menunjukkan bahwa pengkondisian
hara P tanah berpengaruh sangat nyata terhadap bobot total per bedeng dan bobot
total per ha. Perlakuan dosis pemupukan P tidak berpengaruh nyata terhadap
bobot total per bedeng dan bobot total per ha. Data yang diperoleh tidak
menunjukkan adanya interaksi antara pengkondisian hara P tanah dengan dosis
pemupukan P.

13
Tabel 6 Bobot total tanaman caisin pada pengkondisian hara P tanah dan dosis
pemupukan P
Perlakuan
Bobot total per bedeng
Bobot total per
(gram)
ha (ton)
Pengkondisian hara P tanah (kg SP-36
per bedeng)
0 (0X)
4618.60
12.35
0.49 (1/4 X)
5716.05
15.30
0.98 (1/2 X)
5956.20
15.95
1.47 (3/4 X)
6009.65
16.05
1.96 (X)
5860.35
15.70
a
Uji F
L**
L**
Dosis Pemupukan P (kg SP-36 per
bedeng)
0 (0X)
5613.55
14.90
0.49 (1/4 X)
5764.35
15.35
0.98 (1/2 X)
5879.15
15.65
1.47 (3/4 X)
5604.90
15.05
1.96 (X)
5298.90
14.10
b
Uji F
tn
tn
Interaksi
tn
tn
KK
19.13
19.36
a

Uji F untuk melihat pengaruh pengkondisian hara P tanah;
Uji F untuk melihat pengaruh aplikasi pemupukan P;
** = sangat nyata pada P < 0.01; tn = tidak nyata;
L = linier pada uji lanjut polinomial

b

Perlakuan pengkondisian hara P tanah mampu meningkatkan pertumbuhan
dan hasil tanaman yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, bobot akar, bobot tanaman,
bobot layak pasar per bedeng, bobot layak pasar per ha, bobot total per bedeng,
dan bobot total per ha. Berdasarkan data yang diperoleh, perlakuan pengkondisian
hara P tanah sebanyak 0.98 kg SP-36 per bedeng memberikan hasil bobot layak
pasar per bedeng, bobot total per bedeng, dan bobot total per ha tertinggi
dibandingkan perlakuan pengkondisian hara P tanah lainnya.
Perlakuan pengkondisian hara P tanah berpengaruh sangat nyata terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman pada 3 MST, jumlah daun pada 3 MST, bobot
tanaman, bobot tidak layak pasar per bedeng, tidak layak pasar per ha, bobot layak
pasar per bedeng, bobot total per bedeng, dan bobot total per ha. Pola respon
bobot tanaman layak pasar terhadap pengkondisian hara P tanah adalah linier,
artinya semakin tinggi kandungan P yang tersedia bagi tanaman semakin tinggi
hasil tanaman layak pasar yang diperoleh. Ketersediaan P yang lebih baik
menyebabkan hasil yang lebih tinggi dan kualitas tanaman lebih baik sehingga
memungkinkan tanaman untuk mencapai potensi genetiknya (Sanders et al. 2012).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa pengkondisian hara P
tanah berhasil meningkatkan kandungan hara P tanah yang tersedia di tanah
andisol Kebun Percobaan Pasir Sarongge. Adanya pertumbuhan dan

14
perkembangan keseluruhan tanaman menunjukkan keberhasilan dalam pembuatan
tingkatan kandungan hara fosfor tanah (Izhar et al 2012).
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
aplikasi pemupukan P hingga 1.96 kg SP-36 per bedeng tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, yaitu tinggi tanaman, jumlah daun,
panjang akar, bobot akar, bobot per tanaman tanaman, bobot tanaman layak per
bedeng, bobot tanaman layak per ha, bobot tanaman tidak layak per bedeng, bobot
tanaman tidak layak per ha, bobot total per bedeng, dan bobot total per ha. Diduga
tidak berpengaruhnya aplikasi dosis pemupukan P disebabkan oleh hara P yang
tersedia di tanah mencukupi, kandungan bahan organik tanah tinggi, curah hujan
tinggi, pH tanah yang masam, dan serangan penyakit akar gada.
Ketersediaan hara P yang cukup selama masa pertumbuhan dan
perkembangan tanaman dapat menyebabkan pemupukan P tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Alviana dan Susila (2009) melaporkan
bahwa perlakuan dosis pemupukan tidak akan terlihat pengaruhnya terhadap
tanaman bilamana kandungan hara yang tersimpan dalam tanah dapat menjamin
kebutuhan hara selama pertumbuhan tanaman.
Kandungan bahan organik yang tinggi pada lahan penelitian dapat menjadi
salah satu penyebab tidak berpengaruhnya pemupukan P. Kandungan C-organik
pada lahan penelitian yang digunakan adalah tinggi sedangkan kandungan Norganik dan C/N adalah sedang. Djuniwati et al. (2007) melaporkan bahwa bahan
organik dapat meningkatkan pH, P tersedia, P organik, dan P anorganik.
Peningkatan pH dan P tersedia di dalam tanah menyebabkan hara yang
dibutuhkan tanaman semakin tersedia sehingga pemupukan tidak memberikan
pengaruh yang nyata.
Curah hujan yang tinggi selama penelitian dapat mempengaruhi air irigasi
dan dapat menurunkan pH tanah. Persentase P anorganik, P organik, dan P yang
tersedia untuk tanaman dalam tanah dapat juga dipengaruhi oleh irigasi, sehingga
pengelolaan irigasi yang sesuai dapat meningkatkan ketersediaan hara P yang ada
di tanah (Wang dan Zhang 2010).
Kemasaman tanah dapat mempengaruhi ketersediaan P yang tersedia bagi
tanaman dan dapat mempengaruhi kerja akar dalam penyerapan hara, sehingga
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman caisin. Pada lahan penelitian yang
digunakan pH yang terukur adalah masam. Melinda (2012) melaporkan bahwa
bobot segar daun caisin tanpa perlakuan kaptan memberikan hasil terendah pada
pH tanah masam, sedangkan perlakuan kaptan pada tanah masam meningkatkan
bobot segar daun caisin, meningkatkan pH tanah dan menurunkan Al.
Serangan penyakit pada tanaman dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
hasil tanaman. Pada penelitian ini penyakit yang menyerang tanaman caisin
adalah akar gada yang disebabkan oleh Plasmodiophora brassicae. Persentase
jumlah tanaman yang terserang penyakit akar gada adalah 11.90%. Adanya
serangan penyakit akar gada pada tanaman caisin menyebabkan kerja akar
menjadi terganggu sehingga pertumbuhan tanaman tidak normal dan hasil
tanaman rendah. Tanaman caisin yang terserang penyakit akar gada memiliki ciri
akar yang membesar (bengkak) berbentuk gada, bentuk daun sempit dan runcing,
tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan tanaman normal, dan layu pada siang
hari. Hendriyani et al. (2012) melaporkan bahwa tinggi tanaman dan jumlah daun
tanaman kubis dipengaruhi oleh komponen jumlah puru, semakin banyak puru

15
maka semakin rendah tinggi tanaman dan jumlah daunnya semakin sedikit.
Hadiwiyono et al. (2011) melaporkan bahwa casin rentan terhadap infeksi patogen
akar gada dan dapat menjadi perangkap patogen tersebut.
Bobot tanaman layak pasar per hektar pada pengkondisian hara P tanah
berkisar antara 6.65–8.70 ton per hektar, sedangkan bobot tanaman layak pasar
per hektar pada beberapa dosis pemupukan P berkisar antara 7.55–8.70 ton per
hektar. Bobot total tanaman per hektar pada pengkondisian hara P tanah berkisar
antara 12.35–16.05 ton per hektar, sedangkan bobot total tanaman per hektar pada
beberapa dosis pemupukan P berkisar antara 14.10–15.65 ton per hektar. Bobot
tanaman layak pasar per hektar pada pengkondisan hara P tanah dan dosis
pemupukan P lebih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas caisin di Jawa
Barat pada tahun 2011. Bobot total per hektar pada pengkondisan hara P tanah
sama jika dibandingkan dengan produktivitas caisin di Jawa Barat tahun 2011,
sedangkan bobot total per hektar pada dosis pemupukan P lebih tinggi jika
dibandingkan produktivitas caisin di Jawa Barat pada tahun 2011. Produktivitas
caisin di Jawa Barat tahun 2011 adalah 13.18 ton per hektar (BPS 2012).
Pembuatan rekomendasi pemupukan fosfor pada budidaya caisin di tanah
Andisol Kebun Percobaan Pasir Sarongge belum dapat dilakukan sebab tanaman
tidak memberikan respon terhadap pemupukan. Diduga kandungan hara P dalam
tanah sudah mampu memenuhi kebutuhan tanaman. Amisnaipa (2005)
melaporkan bahwa pada kelas ketersediaan hara K tinggi dan sangat tinggi tidak
perlu dilakukan pemupukan karena tanaman tidak memberikan respon terhadap
pemupukan. Izhar (2012) melaporkan bahwa tanah dengan kandungan hara P dan
K kategori sedang sampai tinggi tidak memerlukan adanya pemberian
rekomendasi pemupukan.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pengkondisian hara P tanah berpengaruh sangat nyata terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman caisin. Perlakuan pemupukan P tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisin pada tingkat
kesuburan tanah sedang pengekstrak Bray. Serangan penyakit akar gada dapat
menjadi penyebab pemupukan tidak berpengaruh pada tanaman. Persentase
jumlah tanaman yang terserang penyakit akar gada adalah 11.90%. Dosis
rekomendasi pemupukan P di Kebun Percobaan Pasir Sarongge belum dapat
ditentukan.
Saran
Perlu dilakukan penelitian pada lahan yang sama pada penanaman musim
kemarau dan menggunakan varietas tahan terhadap serangan penyakit akar gada,
selain itu perlu juga dilakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan bahan
organik tehadap ketersediaan P tanah.

16

DAFTAR PUSTAKA
Ajidirman. 2010. Kajian kandungan mineral alofan dan Fenomena fiksasi fosfor
pada andisols. J Hidrolitan 1(2):15-20. ISSN 2086-4825.
Ali M. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor(ID): IPB Pr.
Alviana VF, Susila AD. 2009. Optimasi dosis pemupukan pada budidaya cabai
(Capsicum annuum L) menggunakan irigasi tetes dan mulsa polyethylen. J
Agron Indonesia 37(1):28-33.
Amisnaipa. 2005. Rekomendasi pemupukan kalium pada budidaya tomat
menggunakan irigasi tetes dan mulsa polyethylene [Tesis]. Sekolah
Pascasarjana. Institut pertanian Bogor.
Amisnaipa, Susila AD, Situmorang R, Purnomo DW. 2009. Penetuan kebutuhan
pupuk kalium untuk budidaya tomat menggunakan irigasi tetes dan mulsa
polyethilen. J Agron Indonesia 37(2):115-122.
[BMKG] Badan Meteorologi dan Geofisika. 2014. Data iklim. Bogor (ID):
Stasiun Klimatologi Dramaga.
[BPS] Badan Pusat Satistik. 2012. Luas panen dan produksi tanaman sayuran
provinsi jawa barat tahun 2010-2011. [diunduh 2013 Maret 09]. Tersedia
pada: http://bps.go.id.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Rata-rata konsumsi kalori (kkal) per kapita
sehari menurut kelompok makanan (internet). [diunduh 2013 Maret 09].
Tersedia pada: http://bps.go.id.
Brady NC, Weil RR. 2008. The Nature and Properties of Soils. New Jersey:
Pearson Education.
Djuniwati S, Pulunggono HB, Suwarno. 2007. Pengaruh pemberian bahan organik
(Centrosema pubescens) dan fosfat alam terhadap aktivitas fosfatase dan
fraksi p tanah latosol di darmaga, Bogor. Jurnal Tanah dan Lingkungan
9(1):10-15. ISSN 1410-7333.
[FAO] Food Agriculture Organization of the United Nations. 2006. More Fruit
and vegetables (internet). [diunduh 2013 Maret 09]. Tersedia pada:
http://fao.org.
Fei L, Zhao M, Chen X, Shi Y. 2011. Effects of phosphorus accumulation in soil
with the utilization ages of the vegetable greenhouses in the suburb of
Shenyang.
Procedia
Environmental
Sciences
8:16-20.
DOI:
10.1016/j.proenv.2011.10.005.
Fisher MCT, Eissentat DM, Lynch JP. 2002. Lack Of evidence for frogrammed
root senescence in common bean (Phaseolus vulgaris) grown at levels of
phosphorus supply. New Phytologist 153:63-71.
Hadiwiyono, Sholahuddin, Sulastri E. 2011. Efektivitas caisin sebagai tanaman
perangkap patogen untuk pengendalian penyakit akar gada pada kubis. J.
HPT Tropika 11(1):22-27. ISSN 1411-7525.
Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.
Hendriyani NMY, Suada IK, Suniti NW. 2012. Pengendalian penyakit akar gada
yang disebabkan oleh Plasmodiophora brassicae Wor. pada tanaman kubis
(Brassica oleraceae L. var. capitata L.) dengan beberapa ekstark tanaman.
AGROTROP 2(2):197-203. ISSN: 2088-155X.

17
Izhar L. 2012. Pengembangan uji tanah untuk membangun kriteria rekomendasi
pemupukan fosfor dan kalium pada tanaman tomat [Tesis]. Sekolah
Pascasarjana. Institut pertanian Bogor.
Izhar L, Susila AD. 2010. Rekomendasi pemupukan fosfor dan potasium
berdasarkan analisis hara tanah pada tanaman sayuran. J Hort 1(2):81-88.
Izhar L, Susila AD, Purwoko BS, Sutandi A, mangku IW. 2012. Penentuan
metode terbaik uji fosfor untuk tanaman tomat pada tanah inceptisols. J
Hort 22(2):139-147.
[Kementan] Kementrian Pertanian. 2012. Data produksi sayuran Indonesia
(internet). [diunduh 2013 Maret 09]. Tersedia pada: http://deptan.go.id.
Leiwakabessy FM, Sutandi. 2004. Diktat Kuliah Pupuk dan Pemupukan. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Liferdi L. 2009. Efek pemberian fosfor terhadap pertumbuhan dan status hara
pada bibit manggis. J Hort 20(1):18-26.9.
Melinda A. 2012. Pengaruh pupuk neutralizer, kaptan, dan urea terhadap caisin
varietas tosakan pada podsolik Jasinga [Skripsi]. Program Sarjana. Institut
Pertanian Bogor.
Motlagh SM, Pirzad A, Delkhosh B. 2012. Effect of biological phosphorus and
irrigation disruption on biomass seed yield and protein content of canola
(Brassica napus L.). Intl Res J Appl Basic Sci 3(5):961-967. ISSN 2251838X.
Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1998. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi.
Bandung (ID): ITP Pr.
Sanders JL, Murphy LS, Noble A, Melgar RJ, Perkins J. 2012. Improving
phosphorus use efficiency with polymer technology. Procedia Engineering
46:178-184. DOI : 10.1016/j.proeng.2012.09.463.
Savci S. 2012. Investigation of effect of chemical fertilizers on environment.
APCBEE Procedia 1:287-292. DOI : 10.1016/j.apcbee.2012.03.047.
Siemonsma JS dan Piluek K (Editor). 1994. Plant Resources of South-East Asia
No 8. Vegetabels. Bogor (ID): Prosea Foundation.
Splittstoesser WE. 1990. Organic and Traditional Methods 3rd edition. New
York: Van Nostrand Reinhold.
Susila AD. 2013. Vegads: Perencanaan Produksi Tanaman Sayuran. Bogor (ID):
IPB Press.
Sutedjo MM. 2004. Anaisis Tanah, Air dan Jaringan Tanaman. Jakarta (ID):
Rineka Cipta.
Tan KH. 1998. Principles of Solis Chemistry. 3rd edition. New York (NY):
Marcel Dekker.
Toth G, Guicharnaud RA, Toth B, Hermann T. 2014. Phosphorus levels in
corplands of te European Union with implications for P fertilizer use. Europ
J Agronomy 55:42-52.
Wang AH, Li SX, Malhi S. 2008. Effects of fertilization and other agronomic
measures on nutritional quality of crops. J Sci Food Agric 88:7-23.
Wang Y, Zhang Y. 2010. Soil-phosphorus distribution and availability as affected
by subsurface irrigation. J Plant Nnutr Soil Sci. 173:345-352. DOI :
10.1002/jpln.200800284.

LAMPIRAN
Lampiran 1 Cara penghitungan bobot
Bobot per bedeng
Diketahui :
Jumlah total tanaman
Jumlah tanaman hidup
Bobot tanaman hidup

= 55
= 22
= 1 176 g

Ditanya : Bobot per bedeng
Perhitungan :


=∑
=

55

x bobot per bedeng

ℎ�

x 1 176 g

= 2 940 g (*Data yang terdapat pada tabel sudah merupakan data rata-rata)
Bobot per hektar
Diketahui :
Bobot per bedeng
Luas bedeng

= 3016.30 g
= 1.5 m x 2.5 m = 3.75 m2

Ditanya : Bobot per hektar
Perhitungan :
=
=




m

.75 m



x bobot per bedeng

x 3097.95 g

= 8 261 210.3265 g
= 8.30 ton

2
Lampiran 2 Perhitungan dosis pupuk
Dosis pupuk per bedeng
Diketahui :
X untuk mencapai kadar P tertinggi tanah
Luas bedeng

= 5 156 kg SP-36 per hektar
= 1.5 m x 2.5 m = 3.75 m2

Ditanya : dosis pupuk per bedeng

Perhitungan :
=
=





.75 m

m



x X untuk mencapai kadar P tertinggi tanah

x 5 156 kg SP-36 per hektar

= 1.96 kg SP-36 per bedeng
Jumlah pupuk SP-36 yang digunakan
a. Perlakuan X = 20 x 2 x 1.96 kg SP-36 per bedeng = 78.4 kg SP-36
b. Perlakuan ¾ X = 20 x 2 x 1.47 kg SP-36 per bedeng = 58.8 kg SP-36
c. Perlakuan ½ X = 20 x 2 x 0.98 kg SP-36 per bedeng = 39.2 kg SP-36
d. Perlakuan ¼ X = 20 x 2 x 0.49 kg SP-36 per bedeng = 19.6 kg SP-36
e. Perlakuan 0 X = 20 x 2 x 0 kg SP-36 per bedeng = 0 kg SP-36
Total pupuk yang digunakan
= a + b+ c + d + e
= 78.4 + 58.8 + 39.2 + 19.6 + 0
= 196 kg SP-36
Total pupuk SP-36 yang digunakan adalah 196 kg SP-36

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pontianak pada tanggal 30 Juli 1991 dan anak kedua
dari bapak Honorius dan ibu Ignasia Saimuk. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA
St. Benediktus Pahauman dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) IPB,
mengikuti program pra universitas selama satu tahun. Pada tahun 2010 diterima di
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Penulis aktif menjadi asisten Agama Katolik pada tahun ajaran 2010/2011
sampai 2014/2015, asisten praktikum Ilmu Tanaman Pangan pada tahun ajaran
2013/2014, asisten praktikum Dasar-dasar Hortikultura pada tahun ajaran
2013/2014. Penulis juga pernah aktif sebagai pengurus UKM KeMaKI IPB. Bulan
Juli – Agustus 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Desa Bulakelor
Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Penulis juga aktif
dalam mengikuti kegiatan les Bahasa Jepang di Unit Pelatihan Bahasa IPB.