Pemanfaatan Limbah Cair Tahu sebagai Bahan Amelioran Tanah dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Caisin (Brassica juncea L.)

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU SEBAGAI BAHAN AMELIORAN
TANAH DAN PENGARUHANYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI TANAMAN CAISIN (Brassica juncea L)

AJENG FEBRINA SARASWATI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Limbah
Cair Tahu sebagai Bahan Amelioran Tanah dan Pengaruhnya Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Caisin (Brassica juncea L) adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Ajeng Febrina Saraswati
NIM A14100076

ABSTRAK
AJENG FEBRINA SARASWATI. Pemanfaatan Limbah Cair Tahu sebagai
Bahan Amelioran Tanah dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Caisin (Brassica juncea L). Dibimbing oleh DYAH TJAHYANDARI
SURYANINGTYAS dan LILIK TRI INDRIYATI
Saat ini banyak olahan makanan menggunakan bahan dasar tahu.
Berkembangnya industri tahu pun semakin pesat dan menghasilkan limbah yang
melimpah. Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah padat
maupun limbah cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan
penggumpalan, limbah ini biasanya diolah menjadi tempe gembus dan pakan
ternak. Limbah cair tahu dihasilkan dari proses pencucian, perebusan dan
pencetakan tahu, oleh karena itu volume limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi.
Limbah tahu menyebabkan banyak masalah lingkungan. Limbah cair

mengandung kadar Chemical Oxygen Demand (COD), Biochemical Oxygen
Demand (BOD), Total Suspended Solids (TSS), Total Dissolved Solids (TDS) dan
keasaman (pH) yang tinggi. Namun, limbah cair kaya bahan organik seperti
protein, karbohidrat, lemak, minyak dan masih banyak lagi. Oleh karena itu
penelitian untuk memanfaatkan limbah cair tahu sebagai amelioran tanah
diperlukan.
Penelitian ini bertujuan memanfaatkan limbah cair tahu yang jumlahnya
melimpah di lingkungan masyarakat sebagai amelioran tanah untuk meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman. Penelitian ini menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) dengan empat dosis limbah cair tahu (0 m3/ha, 50 m3/ha, 100
m3/ha dan 150 m3/ha). Tanaman indikator yang digunakan pada penelitian ini
adalah caisin (Brassica juncea L).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah cair tahu dapat memperbaiki
sifat kimia tanah dan memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman caisin. Kandungan N-Total, P-Tersedia, KTK (Kapasitas Tukar
Kation), K+ dan Na+ tanah mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya
dosis limbah cair tahu. Pemberian limbah cair tahu dengan dosis 150 m3/ha
memberikan hasil terbaik dalam meningkatkan kesuburan tanah, pertumbuhan dan
produksi tanaman caisin.
Kata kunci: Bahan Amelioran Tanah, Caisin, Limbah Cair Tahu


ABSTRACT
AJENG FEBRINA SARASWATI. The Utilization of Tofu Liquid Waste as Soil
Ameliorant and Their Effects to Growth and Production of Caisin Plant (Brassica
juncea L). Supervised by DYAH TJAHYANDARI SURYANINGTYAS and
LILIK TRI INDIYATI
Nowadays there are many marketable tofu-based food. In line with the
increased growth of tofu industries, volume of tofu waste also increase
progressively. The tofu industries produce solid waste and liquid waste. Solid
waste is produced from the filtering and clumping processes. This kind of waste
can be used as tempe gembus or animal food. Liquid waste is produced from
washing, boiling and stamping.
Tofu wastes cause numerous environmental problems. Liquid wastes
contain a high amount of Chemical Oxygen Demand (COD), Biochemical
Oxygen Demand (BOD), Total Suspended Solids (TSS), Total Dissolved Solids
(TDS) and acidity (pH). Otherwise, liquid waste is rich of organic materials such
as protein, carbohydrate, fat, oil and many more. Therefore a research to utilize
tofu liquid waste as soil ameliorant is necessary.
This research was aimed to investigate the effect of tofu liquid waste as soil
ameliorant on plant growth and production. The research used Completely

Randomized Design (CRD) with four levels of tofu liquid waste (0 m3/ha, 50
m3/ha, 100 m3/ha and 150 m3/ha). Plant indicator for this experiment was caisin
(Brassica juncea L).
The results showed that tofu liquid waste could improve chemical soil
properties and showed positive influences on growth and production of caisin.
The soil chemical properties values such as total nitrogen, available P, CEC
(Cation Exchange Capacity), K+ and Na+ rised with increasing levels of tofu
liquid waste. Application of tofu liquid waste with levels of 150 m3/ha effectively
increased the soil fertility, and also the growth and production of caisin.
Key words: Caisin, Soil Ameliorant, Tofu Liquid Waste

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU SEBAGAI BAHAN AMELIORAN
TANAH DAN PENGARUHANYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI TANAMAN CAISIN (Brassica juncea L)

AJENG FEBRINA SARASWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian

pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat-Nya, sehingga karya ilmiah
ini berhasil diselesaikan. Skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Cair Tahu
sebagai Bahan Amelioran Tanah dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Caisin (Brassica juncea L)” merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pertanian, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Dyah Tjahyandari S.,
MAppl.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi I yang telah memberikan bimbingan,
saran dan dorongan kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian dan proses
penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir.

Lilik Tri Indriyati, MSc sebagai dosen pembimbing skripsi II yang telah
memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Suwardi, M.Agr sebagai
dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua serta seluruh keluarga
yang senantiasa memberikan do’a, nasihat serta dukungan yang tak henti kepada
penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada direksi dan staf pabrik
tahu Sari Nirwana atas bantuan dan kerjasamanya terhadap penyediaan bahan
yang diperlukan dalam proses penelitian. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada pegawai Kebun Percobaan Cikabayan, pegawai Laboratorium
Produktivitas dan Lingkungan, pegawai Laboratorium Bagian Kimia dan
Kesuburan Tanah dan pegawai Laboratorium Bagian Pengembangan Sumberdaya
Fisik Lahan yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian. Ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada Adithya Purnama yang selalu memberi
do’a, waktu dan semangat kepada penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada sahabat-sahabat penulis, Nurul Fitrianis Naini, Dea Astylia Vebrina, Dwi
Septiana Mayasary, Zarina, Linda Kuswardini, Fitri Maisesi, Rike Dwi Jayanti,
Fatimah Ursulah Salim, Lutfia Nursetya Fuadina, M. Rizki Fauzi, Moslem Afrizal,
Nabilah Budiharsono, Aviera Saraswati, Nurul Ramadhanty Rais dan Usi
Fauziyyah atas semangat dan bantuan yang diberikan kepada penulis, serta semua

pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015
Ajeng Febrina Saraswati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

PENDAHULUAN




Latar Belakang



Tujuan Penelitian



METODE PENELITIAN



Waktu dan Lokasi Penelitian



Bahan dan Alat




Prosedur Analisis Data



HASIL DAN PEMBAHASAN



Sifat Kimia Limbah Cair Tahu



Pengaruh Limbah Cair Tahu terhadap Sifat Kimia Tanah



Pengaruh Limbah Cair Tahu terhadap Kadar Hara Tanaman, Pertumbuhan

dan Produksi Tanaman Caisin (Brasicca juncea L)



Aplikasi Hasil Penelitian

14

SIMPULAN DAN SARAN

16 

Simpulan

16 

Saran

16 


DAFTAR PUSTAKA

17 

LAMPIRAN

18 

RIWAYAT HIDUP

26 

DAFTAR TABEL
1. Metode Analisis Sifat Kimia Limbah Cair Tahu, Sifat Kimia
Tanah Setelah Panen dan Analisis Tanaman
2. Hasil Analisis Sifat Kimia Limbah Cair Tahu
3. Sifat Kimia Tanah Setelah Panen Akibat Pemberian Limbah Cair
Tahu
4. Kadar Hara Tanaman Caisin Setelah Panen Akibat Pemberian
Limbah Cair Tahu

5
6
7
9

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu terhadap (A) KTK Tanah,
(B) N-Total Tanah, (C) K+ Tanah dan (D) Na+ Tanah
Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu Terhadap (A) N Tanaman,
(B) P Tanaman, (C) K Tanaman dan (D) Na Tanaman
Grafik Perbandingan Tinggi Tanaman Caisin Pada 22 HST
Perbandingan Ukuran Tanaman Caisin Pada Saat Panen Antara
Perlakuan L0 dengan L3
Grafik Perbandingan Jumlah Daun Tanaman Caisin Pada
22 HST
Respon Perlakuan Limbah Cair Tahu Terhadap Produksi
Tanaman Caisin
Respon Perlakuan Limbah Cair Tahu Terhadap Bobot Kering
Tanaman Caisin

8
10
11
11
12
13
14

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Skema Cara Pembuatan Tahu Tradisional
19
Denah Petak Percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 20
Karakteristik Sifat Kimia Tanah Sebelum Perlakuan
20
Kriteria Analisis Tanah
21
Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri Produk Makanan
dari Kedelai
21
Hasil Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu Terhadap
Sifat Kimia Tanah Setelah Panen
22
Hasil Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu Terhadap
Kadar Hara Tanaman Caisin
22
Hasil Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu Terhadap
Bobot Produksi dan Bobot Kering Tanaman Caisin
23
Perbandingan Ukuran Tanaman Caisin Saat Akan Dipanen antara
Petak Perlakuan L0 dengan Perlakuan L3
23
Morfologi Tanaman Caisin Saat Akan Dipanen (25 HST)
24
Baku Mutu Air Berdasarkan Kelas (I, II, III, IV)
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), definisi limbah
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Definisi secara umum, limbah adalah
bahan sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi,
baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan dan sebagainya. Bentuk
limbah tersebut dapat berupa gas, debu, cair atau padat. Semakin meningkat
kegiatan manusia, semakin banyak pula limbah yang dihasilkan.
Berbagai kasus pencemaran lingkungan dan memburuknya kesehatan
masyarakat yang terjadi saat ini sebagian diakibatkan oleh limbah cair yang
berasal dari berbagai kegiatan industri, rumah sakit, pasar, restoran, hingga rumah
tangga. Salah satu limbah cair berasal dari pabrik tahu. Contoh pencemaran yang
dilakukan pabrik tahu di daerah Parung, Kabupaten Bogor yaitu limbah cair tahu
yang dibuang ke sungai. Beberapa daerah di Kabupaten Tangerang pun terganggu
dengan masalah pencemaran seperti ini. Seperti kutipan dari koran elektronik
Tempo 31 Oktober 2012, warga di sembilan kampung dari sejumlah desa di
Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang, mengeluhkan limbah pabrik tahu yang
mencemari lingkungan sekitar. Limbah pabrik tahu itu dibuang secara
sembarangan di saluran irigasi tanpa diproses terlebih dahulu sehingga mencemari
air, membuat air keruh dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Padahal, air di
saluran itu dimanfaatkan warga sekitar untuk kebutuhan sehari-hari. (Joniansyah
2012)
Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu
adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air
dadih (whey). Sumber limbah cair lainnya berasal dari proses pencucian kedelai,
air bekas rendaman kedelai, perebusan, penyaringan dan pencetakan tahu, oleh
sebab itu jumlah limbah cair yang dihasilkan industri tahu sangat tinggi. Jumlah
kebutuhan air proses produksi tahu sebesar 45 l/kg bahan baku kedelai. Jumlah
limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuat tahu sekitar 20 l/kg bahan baku
kedelai, sedangkan bahan pencemarnya untuk TSS (Total Suspended Solids)
sebesar 30 g/kg bahan baku kedelai, BOD (Biochemical Oxygen Demand) 65 g/kg
bahan baku kedelai dan COD (Chemical Oxygen Demand) 130 g/kg bahan baku
kedelai (Environmental Management Development in Indonesia dan Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan 1994).
Tanpa proses penanganan yang baik, limbah cair tahu dapat menyebabkan
dampak negatif dan menyebabkan kontaminasi ke lingkungan sekitar. Untuk
mengatasi masalah tersebut, masyarakat lebih baik mengoptimalkan limbah
menjadi sesuatu yang bermanfaat. Limbah cair tahu ini memiliki kandungan
senyawa organik yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik untuk
meningkatkan kesuburan tanah. Senyawa-senyawa organik di dalam limbah cair
tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Komponen terbesar
dari limbah cair tahu yaitu protein dan asam-asam amino dalam bentuk padatan
tersuspensi maupun terlarut.

2

Menurut Handajani (2006) limbah cair tahu dapat dijadikan alternatif baru
untuk digunakan sebagai pupuk, sebab limbah cair tahu memiliki ketersediaan
nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Penelitian terdahulu, Nurlila (2009),
menyatakan bahwa kombinasi limbah cair tahu dan limbah cair sagu pada media
tanam tanah memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan
pertumbuhan vegetatif tanaman sawi meliputi lebar helai daun, panjang helai daun
dan jumlah helai daun dibandingkan kontrol.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari pengaruh
limbah cair tahu terhadap sifat kimia tanah, pertumbuhan dan produksi tanaman
caisin.

3

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2014 sampai Juli 2014, terdiri
dari penelitian lapang dan penelitian laboratorium. Penelitian lapang dilaksanakan
di Kebun Percobaan Cikabayan IPB, sedangkan penelitian laboratorium
dilaksanakan di Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan dan
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain terdiri dari:
limbah cair tahu yang berasal dari Pabrik Tahu SN (Sari Nirwana) Parung,
Kabupaten Bogor, benih caisin (Brassica juncea L), pupuk Urea, pupuk SP-36,
pupuk KCl, pupuk ZA, pupuk kandang, kapur pertanian (kaptan) dan bahan-bahan
kimia untuk analisis kimia. Alat yang digunakan antara lain: cangkul, meteran,
alat penyiram tanaman dan peralatan laboratorium untuk analisis kimia.
Prosedur Analisis Data
Rancangan Percobaan
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan empat
perlakuan yaitu: L0, L1, L2 dan L3. Dosis limbah cair yang digunakan yaitu 0
m3/ha (L0), 50 m3/ha (L1), 100 m3/ha (L2) dan 150 m3/ha (L3). Masing-masing
perlakuan diulang sebanyak 6 ulangan, sehingga diperoleh 24 satuan percobaan.
Model Matematika :
Y��
Keterangan : Y��

��
�

= �  +  ��  +  ε��
= pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
= rataan umum
= pengaruh perlakuan ke-i
= pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan maka dilakukan analisis ragam pada
variabel yang diamati. Pada perlakuan yang berpengaruh nyata selanjutnya
dilakukan uji lanjut dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf
nyata 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan secara bertahap, dimulai dari persiapan, penanaman,
pemberian limbah cair tahu, pemeliharaan, pengamatan dan pemanenan. Persiapan
mencakup pengambilan contoh limbah cair tahu di Pabrik Tahu SN (Sari
Nirwana) Parung, analisis limbah cair tahu, persiapan lahan dan penyemaian benih
caisin untuk penanaman.

4
Persiapan lahan meliputi pengolahan tanah, pemberian pupuk kandang
sebanyak 7 ton/ha dan pemberian kapur sebanyak 3 ton/ha. Persiapan lahan
dilakukan dua minggu sebelum penanaman. Tanah diolah menggunakan alat bajak
dan cangkul lalu dibuat petak-petak percobaan dengan ukuran 1 m x 3 m
(Lampiran 2). Jarak antar petak percobaan dibuat dengan ukuran lebar 50 cm
dengan kedalaman 30 cm. Setelah terbentuk petakan, diberikan pupuk kandang
dan kapur pertanian (kaptan) dengan cara ditebar kemudian diratakan dengan
cangkul untuk membantu meningkatkan pH tanah karena tanaman caisin tumbuh
di tanah dengan pH netral (6-7). Penyemaian benih dilakukan pada pot tray
dengan menggunakan bahan organik. Setelah berumur 12 hari, bibit caisin yang
memiliki 4-5 helai daun dipindah tanam ke lapang. Jarak tanam yang digunakan
adalah 30 cm x 40 cm, dengan demikian dalam setiap petak terdapat 21 lubang
tanam dengan 2 tanaman per lubangnya.
Pemberian limbah cair tahu dilakukan sebanyak tiga tahap, yaitu pada saat
penanaman sebanyak ½ dari dosis yaitu 25 m3/ha (L1), 50 m3/ha (L2), 75 m3/ha
(L3) dan pada saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam (HST) & 14 HST
masing-masing sebanyak ¼ dari dosis. Penetapan dosis limbah cair tahu ini
didapat dari kebutuhan N tanaman caisin berdasarkan setengah dosis rekomendasi
pupuk Urea (138 kg/ha) dan ZA (21 kg/ha). Setelah pemberian limbah cair tahu
dilakukan pemberian pupuk dengan dosis setengah dari kebutuhan pupuk
berdasarkan kebutuhan pupuk tanaman caisin yaitu 45gr Urea, 15gr SP-36, 15gr
KCl dan 15gr ZA per 3 m2 yang setara dengan 150 kg/ha Urea, 50 kg/ha SP-36,
50 kg/ha KCl dan 50 kg/ha ZA.
Tindakan pemeliharaan meliputi penyiraman yang dilakukan dua kali setiap
hari, pagi dan sore hari, penyiangan gulma dan penyemprotan racun untuk hama
tanaman caisin seperti ulat dan belalang.
Pengamatan mulai dilakukan sejak tanaman berumur 2 HST sampai 22 HST.
Pengamatan dilakukan dua hari sekali terhadap tiga tanaman contoh dalam setiap
petak. Parameter tanaman yang diamati yaitu tinggi tanaman (diukur dari pangkal
batang pada permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi) dan jumlah daun per
tanaman.
Pemanenan dilakukan pada umur 25 HST dengan cara memotong pangkal
batang (tanpa akar), akan tetapi tanaman yang dijadikan contoh pengamatan
dicabut beserta akarnya. Parameter panen yang diamati adalah bobot produksi dan
bobot kering tanaman, yaitu bobot contoh tanaman setelah dioven pada suhu 60oC
selama 24 jam.
Analisis Laboratorium
Analisis yang dilakukan meliputi analisis limbah cair tahu, analisis sifat
kimia tanah setelah panen dan analisis tanaman. Analisis limbah cair tahu meliputi
pH, Nitrogen, Fosfor, basa-basa (K, Na, Ca, Mg), Total Suspended Solids (TSS),
Total Dissolved Solids (TDS), Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical
Oxygen Demand (COD) dan sulfat. Analisis sifat-sifat kimia tanah meliputi pH,
Kapasitas Tukar Kation (KTK), N-total, P-tersedia, C-Organik dan basa-basa (Kdd, Na-dd, Ca-dd, Mg-dd). Analisis tanaman meliputi N tanaman, P tanaman dan
basa-basa (K, Na, Ca, Mg).

5
Tabel 1. Metode Analisis Sifat Kimia Limbah Cair Tahu, Sifat Kimia Tanah
Setelah Panen dan Analisis Tanaman
PARAMETER
Metode
Alat Ukur
Satuan
LIMBAH CAIR TAHU
pH H2O (1:1)
N-Total
P-Tersedia

Elektrometri
Kjeldhal
-

Ca
Mg
K

-

Na

-

TSS
TDS
BOD
COD
Sulfat (SO4)

Spektrofoto
metri
Spektrofoto
metri

pH meter
Spectrophoto
meter
AAS
AAS
Flamephoto
meter
Flamephoto
meter
TDS meter
DO meter
Spectrophoto
meter
Spectrophoto
meter

%
ppm
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l

TANAH
pH H2O (1:1)
C-organik
N-total
P-tersedia
Ca-dd
Mg-dd
K-dd
Na-dd
KTK

TANAMAN
C-organik
N tanaman
P tanaman
Ca
Mg
K
Na

Elektrometri
Walkey &
Black
Kjeldahl
Bray I
N NH4OAc
pH 7,0
N NH4OAc
pH 7,0
N NH4OAc
pH 7,0
N NH4OAc
pH 7,0
N NH4OAc
pH 7,0

Kjeldahl
Pengabuan
Basah
Pengabuan
Basah
Pengabuan
Basah
Pengabuan
Basah

pH meter
-

%

Spectrophoto
meter
AAS

%
ppm
me/100 g

AAS

me/100 g

Flamephoto
meter
Flamephoto
meter
-

me/100 g

Spectrophoto

%
%
%

meter
AAS

%

AAS

%

Flamephoto
Meter
Flamephoto
Meter

%

me/100 g
me/100 g

%

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Kimia Limbah Cair Tahu
Karakteristik limbah cair tahu meliputi dua hal, yaitu karakteristik fisik dan
kimia. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis sifat kimia
limbah cair tahu untuk mengetahui kandungan limbah cair tahu.
Tabel 2. Hasil Analisis Sifat Kimia Limbah Cair Tahu
Parameter

Satuan

Nilai

TSS
TDS
BOD
COD
SO42K+
Na+
Ca2+
Mg2+
pH
N-Total
P-Tersedia

mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
%
ppm

2.105
10.880
884
36.126
254,92
287,82
1.637,17
103,50
656,75
4,15
0,07
47,93

Baku Mutu Limbah
100*
2.000**
150*
275*
6 – 9*
-

Ket. * : Perda Jateng No. 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah
** : Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Hasil analisis limbah cair tahu pabrik Sari Nirwana Parung (Tabel 2)
menunjukkan bahwa kadar BOD, COD dan TSS berturut-turut adalah 834, 36.126
dan 2.105 mg/l, sehingga limbah cair tahu ini dinyatakan mencemari perairan di
sekitar pabrik tahu bila terakumulasi secara terus-menerus karena nilainya
melebihi nilai baku mutu (Lampiran 5).
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu parameter yang
menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya
bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam air
sedangkan COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang
diperlukan untuk mengoksidasi seluruh bahan organik yang terkandung dalam air
secara kimiawi (Paramita et al 2012). Adanya senyawa-senyawa organik
menyebabkan limbah cair tahu memiliki nilai BOD, COD dan TSS (Total
Suspended Solids) yang tinggi. Sifat-sifat kimia tersebut merupakan sifat kimia
yang tidak baik pada limbah cair tahu bila dibuang secara terus-menerus sehingga
akumulasinya akan dapat mencemari perairan. Upaya untuk mengurangi
pencemarannya di perairan, limbah cair tahu dapat dimanfaatkan sebagai sumber
bahan organik tanah. Sifat kimia yang potensial dapat dimanfaatkan adalah
kandungan N-Total, P-Tersedia dan basa-basa seperti K dan Na yang cukup tinggi
dalam limbah cair tahu.

7
Pengaruh Limbah Cair Tahu terhadap Sifat Kimia Tanah
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari pengaruh
pemberian limbah cair tahu terhadap sifat kimia tanah. Hasil analisis sifat kimia
tanah setelah panen akibat pemberian limbah cair tahu disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Sifat Kimia Tanah Setelah Panen Akibat Pemberian Limbah Cair Tahu
pH

KTK

N-Total

(me/100g)

(%)

PTersedia
(ppm)

COrganik
(%)

Ca

Mg

Na

K

(me/100g)

L0 6,51a 32,40a
0,21a 26,09a 2,26a 19,59a 0,99a 0,40a 0,21a
L1 6,54a 34,50ab 0,21a 23,22a 2,20a 20,72a 1,16a 0,54b 0,36b
L2 6,35a 34,93bc 0,22a 24,20a 2,41a 19,48a 1,15a 0,60b 0,48c
L3 6,48a 37,37c
0,25b 33,56a 2,47a 19,48a 1,24a 0,73c 0,61d
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Karakteristik sifat kimia tanah sebelum perlakuan (Lampiran 3) tergolong
rendah. Namun, terjadi peningkatan nilai dan kriteria sifat kimia tanah pada
perlakuan tanpa limbah cair tahu (L0). Peningkatan nilai dan kriteria pada
perlakuan L0 bila dibandingkan dengan tanah awal diakibatkan oleh penambahan
kapur dan pupuk kandang sebagai amelioran dasar pada saat pengolahan tanah.
Latosol Dramaga termasuk tanah yang mempunyai muatan variabel, Penambahan
kapur meningkatkan nilai pH pada perlakuan L0 yang menyebabkan muatan
negatif tanah meningkat. Peningkatan muatan negatif pada tanah menyebabkan
nilai KTK tanah meningkat. (Herviyanti dkk. 2012). Peningkatan nilai pH dan
KTK tanah yang terjadi diikuti dengan meningkatnya sifat kimia tanah lain seperti
basa-basa tanah (Tabel 3).
Nilai pH Latosol di kebun percobaan Cikabayan adalah 4,80 (Lampiran 3)
dan menurut Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah (Balai Penelitian Tanah
2005) tergolong masam. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan
limbah cair tahu ke dalam tanah tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pH tanah (Lampiran 6).
Nilai KTK tanah awal adalah sebesar 18,76 me/100g dan tergolong sedang
(Balai Penelitian Tanah 2005). Secara statistik pengaruh perlakuan limbah cair
tahu nyata meningkatkan KTK tanah pada dosis 150 m3/ha (L3), sedangkan pada
perlakuan dengan dosis 50 m3/ha (L1) dan 100 m3/ha (L2) cenderung
meningkatkan KTK dibandingkan dengan perlakuan tanpa limbah cair tahu (L0).
Perlakuan dengan dosis limbah cair tahu tertinggi (L3) memiliki KTK tanah
sebesar 37,37 me/100g dan tergolong tinggi. Peningkatan KTK tanah dapat terjadi
karena dekomposisi limbah cair tahu dan juga bahan organik yang diberikan ke
dalam tanah. Menurut Novizan (2005), bahan organik memiliki KTK mencapai
100-300 me/100g sehingga mampu meningkatkan KTK tanah. Nilai KTK bahan
organik tinggi disebabkan karena tingginya asam organik yang menyebabkan
tingginya muatan negatif yang disebabkan oleh terionisasinya ikatan fenolat dan
karboksilat.

8
Hasil dari analisis statistik menunjukkan bahwa jumlah basa-basa tanah
meningkat akibat perlakuan limbah cair tahu. Perlakuan limbah cair tahu
berpengaruh nyata pada peningkatan kadar K+ dan Na+ tanah. Peningkatan ini
diduga disebabkan karena hasil analisis limbah cair tahu menunjukkan bahwa
limbah cair ini mengandung basa-basa cukup tinggi (Tabel 2) yang secara
langsung menyumbangkan dan meningkatkan jumlah basa-basa dalam tanah.
Jumlah basa-basa awal dalam tanah sebelum perlakuan yaitu K+ 0,07 me/100g
(sangat rendah), Na+ 0,21 me/100g (rendah), Ca2+ 1,92 me/100g (sangat rendah)
dan Mg2+ 0,77 me/100g (rendah) (Balai Penelitian Tanah 2005). Hasil analisis
menunjukkan peningkatan terhadap jumlah basa-basa K+, Na+, Ca2+ dan Mg2+ di
dalam tanah berturut-turut mencapai 0,61 me/100g (tinggi), 0,73 me/100g
(sedang), 19,48 me/100g (sangat tinggi) dan 1,24 me/100g (sedang), dengan
perlakuan dosis tertinggi limbah cair tahu (L3).
Limbah cair tahu merupakan sumber bahan organik. Menurut Soepardi
(1983), dekomposisi bahan organik tanah akan melepaskan unsur hara yang
tersedia bagi tanaman. Nitrogen merupakan salah satu unsur yang sangat
dibutuhkan tanaman. Kadar N-total tanah sebelum perlakuan adalah sebesar
0,19% (Lampiran 3) dan tergolong rendah (Balai Penelitian Tanah 2005). Secara
statistik perlakuan limbah cair tahu berpengaruh nyata terhadap kadar N-Total
tanah. Kadar N-Total mencapai 0,25% pada dosis limbah cair tahu tertinggi (L3)
tetapi masih tergolong rendah.

bc 
ab 

36.00 
34.00 

N-Total (%)

KTK (me/100g)

38.00 


32.00 
30.00 
28.00 
L0 

0.30 
0.25 
0.20 
0.15 
0.10 
0.05 
0.00 

L1  L2  L3 
Perlakuan




L0 



L1  L2  L3 
Perlakuan

(A)


0.60 


Series1 
0.20 

Na-dd (me/100g)

K-dd (me/100g)

(B)


0.80 

0.40 





0.80 

0.60 



0.40 
Series1 
0.20 
0.00 

0.00 
L0 

L1  L2  L3 
Perlakuan

(C)

L0  L1  L2  L3 
Perlakuan

(D)

Keterangan : Angka pada diagram batang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan.

Gambar 1. Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu terhadap (A) KTK Tanah,
(B) N-Total Tanah, (C) K+ Tanah dan (D) Na+ Tanah

9

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian limbah cair tahu tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar P-Tersedia di dalam tanah (Tabel 3). Namun,
pemberian limbah cair tahu cenderung meningkatkan kadar P-Tersedia tanah pada
perlakuan L1, L2 dan L3 dibandingkan dengan perlakuan tanpa limbah cair tahu.
Hal ini dapat terjadi karena limbah cair tahu memiliki kandungan P yang tinggi
sebesar 47,93 mg/l.
Kadar C-organik awal tanah adalah 2.07% dan tergolong sedang (Balai
Penelitian Tanah 2005). Kadar C-organik tanah setelah diberikan perlakuan pada
semua dosis limbah cair tahu cenderung meningkat, menjadi berkisar antara
2,26% - 2,47%. Hal ini dapat terjadi karena limbah cair tahu merupakan salah satu
sumber bahan organik yang potensial.
Pengaruh Limbah Cair Tahu terhadap Kadar Hara Tanaman, Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Caisin (Brasicca juncea L)
Kadar Hara Tanaman
Perbaikan dan peningkatan sifat-sifat kimia tanah sangat penting dalam
menunjang pertumbuhan tanaman. Ketersediaan hara yang cukup pada tanah dan
didukung dengan kondisi lingkungan yang baik akan memudahkan tanaman
dalam memanfaatkan hara untuk menunjang kegiatan fisiologisnya. Adanya
perbaikan dan peningkatan sifat kimia tanah akan berpengaruh pada peningkatan
hara tanaman yang akan memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman tersebut.
Tabel 4. Kadar Hara Tanaman Caisin Setelah Panen Akibat Pemberian
Limbah Cair Tahu
Ca
Mg
Na
K
N Tanaman P Tanaman
(%)
(%)
(%)
L0
3,18a
0,75a
1,92a 0,26a 0,91a 3,05a
L1
3,53b
0,87b
2,07a 0,26a 1,10b 4,25b
L2
3,69bc
0,91b
2,08a 0,28a 1,23b 4,73b
L3
3,98c
0,96b
2,23a 0,30a 1,52c 5,83c
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom
yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut
uji Duncan.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian limbah cair tahu
berpengaruh nyata terhadap peningkatan N tanaman, P tanaman dan kandungan
basa-basa seperti K dan Na dalam tanaman caisin (Tabel 4). Hasil analisis
menunjukkan bahwa perlakuan L0 yaitu perlakuan tanpa limbah cair tahu,
tanaman caisin mengandung N sebesar 3,18% sedangkan pada perlakuan L3 yaitu
perlakuan limbah cair tahu dengan dosis tertinggi, tanaman caisin mengandung N

10

N Tanaman (%)

5.00 
4.00 





 

bc



3.00 
2.00 

Series1 

1.00 

P Tanaman (%)

sebesar 3,98%. Hal ini disebabkan karena N-total dalam tanah meningkat akibat
perlakuan limbah cair tahu yang berdampak pada peningkatan N dalam tanaman.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan limbah cair tahu
berpengaruh nyata terhadap peningkatan P tanaman (Lampiran 7). Perlakuan L0
yaitu perlakuan tanpa limbah cair tahu mengandung P sebesar 0,75%, sedangkan
perlakuan L3 yaitu perlakuan limbah cair tahu dengan dosis tertinggi mengandung
P sebesar 0,96%. Peningkatan P tanaman ini dapat terjadi karena pelepasan P dari
limbah cair tahu yang ditambahkan. (Utami dan Handayani 2003)
Seperti kadar N dan P tanaman yang meningkat, jumlah basa-basa dalam
tanaman pun meningkat akibat pemberian limbah cair tahu namun, yang
berpengaruh nyata secara statistik hanya pada K dan Na tanaman (Gambar 2).
Kadar K dan Na tanaman pada perlakuan L0 (tanpa limbah cair tahu) berturutturut sebesar 3,05% dan 0,91%. Setelah perlakuan L3 (dosis tertinggi limbah cair
tahu) kadar basa-basa tersebut mengalami peningkatan hingga 5,83% dan 1,52%.
Hal ini disebabkan karena basa-basa tersebut kandungannya tinggi dalam limbah
cair tahu, yaitu K sebesar 287,82 mg/l dan Na sebesar 1.637,17 mg/l (Tabel 2)
yang menyebabkan peningkatan unsur tersebut di dalam tanah dan berkorelasi
dengan peningkatannya di tanaman. Berbeda dengan K dan Na tanaman, hasil
analisis statistik pada Ca dan Mg tanaman tidak berpengaruh nyata tetapi
cenderung meningkatkan.

0.00 
L0 

1.00 
0.80 
0.60 
0.40 
0.20 
0.00 

L1 

(A)

L3 

(B)





Series1 

Na Tanaman (%)

K Tanaman (%)

L2 

Perlakuan

Perlakuan

7.00 
6.00 
5.00 
4.00 
3.00 
2.00 
1.00 
0.00 



Series1 

L0 

L1  L2  L3 






2.00 

1.50 






1.00 
Series1 

0.50 
0.00 

L0  L1  L2  L3 
Perlakuan

(C)

L0 

L1 

L2 

L3 

Perlakuan

(D)

Keterangan : Angka pada diagram batang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan.

Gambar 2. Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu Terhadap (A) N Tanaman,
(B) P Tanaman, (C) K Tanaman dan (D) Na Tanaman

11
Tinggi Tanaman
Perlakuan limbah cair tahu dosis L1, L2 dan L3 nyata meningkatkan tinggi
tanaman dibandingkan dengan perlakuan tanpa limbah cair tahu (Gambar 3).
Tinggi tanaman 22 HST pada perlakuan L0 adalah 21,18 cm sedangkan perlakuan
L1, L2 dan L3 berturut-turut adalah 25,74 cm, 27,96 cm dan 29,46 cm. Tinggi
tanaman pada perlakuan L3 meningkat sebesar 39,09% dari perlakuan L0
(Gambar 3). Hal ini dikarenakan tanaman dapat memanfaatkan unsur hara di
dalam tanah yang meningkat akibat perlakuan limbah cair tahu. Aplikasi limbah
cair tahu akan meningkatkan ketersediaan hara yang dibutuhkan tanaman untuk
menunjang pertumbuhannya.

Tinggi Tanaman (cm)

35 







30 


25 
20 
15 

22 HST

10 


L0 

L1 

L2 

L3 

Perlakuan
Keterangan : Angka pada diagram batang yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan.

Gambar 3. Grafik Perbandingan Tinggi Tanaman Caisin pada 22 HST

Gambar 4. Perbandingan Ukuran Tanaman Caisin pada Saat Panen antara
Perlakuan L0 dengan L3

12
Jumlah Daun
Pada umur 22 HST perlakuan limbah cair tahu cenderung meningkatkan
jumlah daun tanaman caisin dibandingkan dengan perlakuan tanpa limbah cair
tahu (Gambar 5).


Jumlah Daun (helai)

12 




10 



22 HST 




L0

L1

L2

L3

Perlakuan
Keterangan : Angka pada diagram batang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan.

Gambar 5. Grafik Perbandingan Jumlah Daun Tanaman Caisin pada
22 HST
Semakin besar dosis limbah cair tahu yang diberikan ke dalam tanah maka
semakin besar pula unsur hara yang disumbangkan, seperti hara nitrogen.
Nitrogen merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pembentukan
protein di dalam sel-sel vegetatif tanaman. Pemberian N yang banyak akan
menyebabkan pertumbuhan vegetatif berlangsung baik dan warna daun menjadi
hijau tua (Leiwakabessy 1988). Ketersediaan unsur hara nitrogen di dalam tanah
diduga penyebab meningkatnya jumlah daun. Jumlah daun meningkat sebesar
36,27% pada perlakuan limbah cair tahu dengan dosis tertinggi (L3) dari
perlakuan tanpa limbah cair tahu (L0).
Produksi Tanaman
Panen dilakukan apabila daun sudah membuka penuh pada 25-30 HST.
Secara statistik, perlakuan limbah cair tahu yang diberikan ke tanah nyata
meningkatkan produksi tanaman (Gambar 6). Perlakuan limbah cair tahu dengan
dosis tertinggi (L3), memiliki bobot produksi mencapai 1.143,33 gram/petak atau
setara dengan 3,81 ton/ha. Hasil ini menunjukkan peningkatan sebesar 59,53%
oleh perlakuan L3 daripada perlakuan L0 (tanpa limbah cair tahu).

13

Bobot Produksi (gr/petak)

1400 

1200 
ab 

1000 

ab 


800 
600 

Series1 

400 
200 

L0 

L1 

L2 

L3 

Perlakuan
Keterangan : Angka pada diagram batang yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan.

Gambar 6. Respon Perlakuan Limbah Cair Tahu terhadap Bobot
Produksi Tanaman Caisin
Menurut Soepardi (1983), dekomposisi bahan organik tanah akan
melepaskan unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Unsur hara yang tersedia bagi
tanaman merupakan salah satu faktor yang menunjang kegiatan fisiologis tanaman.
Nitrogen merupakan unsur yang sangat dibutuhkan tanaman. Nitrogen di dalam
tanaman diubah menjadi -N, -NH, -NH2. Bentuk reduksi ini kemudian diubah
menjadi senyawa yang lebih kompleks dan akhirnya menjadi protein
(Leiwakabessy 1988). Fosfor berperan dalam proses transfer energi, pembentukan
biji, pertumbuhan akar dan sangat penting dalam proses fotosintesis. Kebutuhan
tanaman terhadap kalium juga cukup tinggi. Adanya unsur kalium mengakibatkan
pembukaan stomata lebih optimal. Pembukaan stomata yang optimal akan
mempengaruhi proses fotosintesis melalui peningkatan serapan gas CO2.
Meningkatnya CO2 yang dapat diserap oleh tanaman akan mengakibatkan
meningkatnya laju fotosintesis (Salisbury and Ross 1992). Peningkatan laju
fotosintesis akan mengakibatkan peningkatan bobot tanaman yang akan
meningkatkan bobot produksi. (Falasifa et al 2014)
Penambahan limbah cair tahu dapat memperbaiki sifat kimia tanah (Tabel 3).
Adanya perbaikan sifat kimia tanah tersebut akan memberikan pengaruh positif
terhadap ketersediaan hara bagi tanaman. Ketersediaan hara tanaman yang cukup
akan berpengaruh langsung terhadap hasil produksi tanaman.
Bobot Kering Tanaman
Secara statistik perlakuan limbah cair tahu berpengaruh nyata terhadap
peningkatan bobot kering tanaman (Lampiran 8). Respon perlakuan limbah cair
tahu terhadap bobot kering tanaman caisin disajikan pada Gambar 7.

Bobot Kering (gr/tanaman)

14
6.00 




5.00 
4.00 




3.00 
Series1 

2.00 
1.00 
0.00 
L0 

L1 

L2 

L3 

Perlakuan
Keterangan : Angka pada diagram batang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan.

Gambar 7. Respon Perlakuan Limbah Cair Tahu terhadap Bobot Kering
Tanaman Caisin
Bobot kering tanaman merupakan salah satu parameter yang mencerminkan
interaksi proses fisiologis dengan lingkungannya. Peningkatan bobot kering
tanaman disebabkan oleh meningkatnya ketersediaan hara bagi tanaman di dalam
tanah akibat pemberian limbah cair tahu (sumber bahan organik). Peningkatan
kadar hara tanah terutama N, P dan K menyebabkan tanaman dapat memanfaatkan
hara yang tersedia di dalam tanah untuk menunjang pertumbuhan.
Aplikasi Hasil Penelitian
Tanaman caisin memerlukan media tanam yang subur dan kondisi tanah
yang gembur. Oleh karena itu diperlukan perlakuan untuk memperbaiki sifat-sifat
kimia media tanam. Limbah cair tahu merupakan salah satu sumber bahan organik
yang dapat memperbaiki sifat kimia media tanam. Selain itu jumlah limbah cair
tahu berlimpah dan sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Penggunaan limbah cair tahu ini juga dapat diaplikasikan pada tanaman
hortikultura yang lain seperti kangkung, bayam, tomat dan lain-lain. Pemilihan
jenis tanaman tersebut juga harus disesuaikan dengan kondisi areal penanaman.
Penerapan limbah cair tahu untuk tanaman hortikultura sebaiknya dilaksanakan
dekat dengan areal pabrik tahu. Hal ini bertujuan untuk mengefisienkan waktu,
tenaga dan biaya yang diperlukan. Pemanfaatan limbah cair tahu ini merupakan
salah satu alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan terutama sungai di
sekitar pabrik tahu.
Dalam penerapannya di lapang, limbah cair tahu diaplikasikan pada jalurjalur di antara baris tanaman dan di sekitar tanaman caisin. Dosis yang digunakan
sebesar 50% dari kebutuhan pupuk tanaman caisin, tujuannya untuk mensubtitusi
penggunaan pupuk kimia yang akan mengarah pada pertanian organik. Pada
beberapa daerah, penerapan pertanian organik belum bisa dilakukan secara utuh
dengan alasan daya adaptasi lahan yang masih harus disesuaikan jika harus
menggunakan bahan organik sepenuhnya. Sistem pertanian yang mengurangi

15
pemakaian pupuk kimia dan mensubtitusikannya dengan pupuk organik biasa
dikenal dengan pertanian semi organik.
Pertanian semi organik merupakan suatu bentuk tata cara pengolahan tanah
dan budidaya tanaman dengan memanfaatkan pupuk yang berasal dari bahan
organik dan pupuk kimia untuk meningkatkan kandungan hara pada tanah.
Pertanian semi organik bisa dikatakan pertanian yang ramah lingkungan karena
dapat mengurangi pemakaian pupuk kimia sampai di atas 50%. Pertanian semi
organik merupakan suatu langkah awal untuk kembali ke sistem pertanian
organik, karena perubahan yang ekstrim dari pola pertanian modern yang
mengandalkan pupuk kimia dapat menjadi pola pertanian organik yang
mengandalkan pupuk organik. Namun, salah satu masalah yang harus dihadapi
adalah penerapan sistem ini akan berakibat langsung terhadap penurunan hasil
produksi yang cukup drastis, yang harus ditanggung langsung oleh pelaku
pertanian semi organik ini (Suyono dan Hermawan 2006).

16

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemberian limbah cair tahu nyata meningkatkan kadar KTK, N-Total, dan
basa-basa dalam tanah khususnya K+ dan Na+ dan cenderung meningkatkan PTersedia serta C-Organik tanah.
Pemberian limbah cair tahu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman,
pertumbuhan jumlah daun dan bobot produksi tanaman. Perlakuan limbah cair
tahu dengan dosis tertinggi, 150 m3/ha (L3) menghasilkan produksi tanaman
tertinggi sebesar 3,81 ton/ha.
Saran
Aplikasi limbah cair tahu pada usaha tani yang berbasis komoditas
hortikultura sebaiknya dilaksanakan dekat dengan areal pabrik tahu. Hal ini
bertujuan untuk mengefisiensikan waktu, tenaga dan biaya yang diperlukan.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan di lapang untuk mengetahui dosis
optimal pemberian limbah cair tahu agar mencapai hasil yang maksimal dalam
meningkatkan kesuburan tanah, pertumbuhan dan produksi tanaman caisin.

17

DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman,
Air dan Pupuk. Bogor: Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
Environmental Management Development in Indonesia dan Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan. 1994. Limbah Cair Berbagai Industri di Indonesia:
Sumber, Pengendalian dan Baku Mutu, Canada: Project of the Ministry
for the Environment, Republic of Indonesia and Dalhousie University.
Falasifa A., Slameto dan K. Hariyono. 2014. Effect of seaweed extract
Ascophyllum nodosum in powder and liquid form on growth of red leaf
lettuce (Lactuca sativa var. crispa). Berkala Ilmiah Pertanian 1:62-64
Handajani, H. 2006. Pemanfaatan limbah cair tahu sebagai pupuk alternatif pada
kultur mikroalga Spirullina sp. Jurnal Protein Vol.13, No. 2:188-193
Herviyanti, F. Ahmad, R. Sofyani, Darmawan, Gusnidar dan A. Saidi. 2012.
Pengaruh pemberian bahan humat dari ekstrak batu bara muda
(Subbituminus) dan pupuk P terhadap sifat kimia ultisol serta produksi
tanaman jagung (Zea mays L.). Jurnal Solum Vol. IX No. 1:15-24.
Indonesia. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Tentang Baku Mutu Air
Limbah. Perda Jateng No. 10 Tahun 2004
Joniansyah. 2012. “Warga Cisoka Protes Limbah Pabrik Tahu” TEMPO, 31
Oktober 2012
Leiwakabessy, F. M. 1998. Kesuburan Tanah. Bogor: Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Maisaroh. 2013. Efektifitas Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan, Produksi, dan
Kadar Hara NPK Daun Tanaman Jagung Manis di Latosol Dramaga.
Bogor: Institut Pertanian Bogor
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Tangerang: PT Agro Media
Pustaka
Nurlila, R. U. 2009. Pertumbuhan vegetatif, kandungan N-Total dan B-karoten
tanaman sawi (Brassica juncea L.) hasil perlakuan kompos dan
kombinasi limbah cair tahu dan limbah cair sagu sebagai pupuk organik.
Tesis Program Pascasarjana UGM Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Paramita P., M. Shovitri dan N. D. Kuswytasari. 2012. Biodegradasi limbah
organik pasar dengan menggunakan mikroorganisme alami tangki septik.
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol. 1
Salisbury FB, CW Ross. 1992. Plant Physiology. Belmont – California:
Wadsworth Publishing Comp.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Suyono, A. dan Hermawan. 2006. Analisis Kelayakan Usahatani Padi pada Sistem
Pertanian Organik di Kabupaten Bantul. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian,
Jurusan Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Penyuluhan
Pertanian Magelang.
Utami, S. N. H. dan S. Handayani. 2003. Chemical properties in organic and
conventional farming system. Ilmu Pertanian 10: 63-69

LAMPIRAN

19

CaSO4

KEDELAI KERING

DILARUTKAN

AIR

DIRENDAM

dikupas
direndam 30-45 menit

DIGILING
LARUTAN CaSO4
direbus 15-20 menit

DISARING
direbus 30 menit

SUSU KEDELAI

AMPAS KEDELAI

dididihkan

DIGUMPALKAN
DISARING

CAIRAN
(Limbah Cair Tahu)

GUMPALAN TAHU

DITEKAN/DIPRES

TAHU
Lampiran 1. Skema Cara Pembuatan Tahu Tradisional

20
Lampiran 2. Denah Petak Percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
L1 (1)

L2 (4)

L1 (4)

L0 (4)

L2 (5)

L0 (5)

L2 (1)

L3 (1)

L3 (4)

L3 (2)

L1 (2)

L2 (6)

L0 (1)

L3 (5)

L3 (3)

L1 (5)

L1 (6)

L1 (3)

L0 (2)

L2 (2)

L2 (3)

L0 (3)

L0 (6)

L3 (6)

Keterangan :
(1) Ulangan 1
(2) Ulangan 2
(3) Ulangan 3

(4) Ulangan 4
(5) Ulangan 5
(6) Ulangan 6

Lampiran 3. Karakteristik Sifat Kimia Tanah Sebelum Perlakuan
Parameter
Hasil Analisis
  
pH H2O (1:1)
4,80 (masam)*
 
C-Organik (%)
2,07 (sedang)
N-Total (%)
0,19 (rendah)
 
 
P-Tersedia (ppm)
4,20 (sangat rendah)
K-dd (me/100g)
0,07 (sangat rendah)
 
 
Na-dd (me/100g)
0,21 (rendah)
Ca-dd (me/100g)
1,92 (sangat rendah)
 
 
Mg-dd (me/100g)
0,77 (rendah)
KTK (me/100g)
18,76 (sedang)
 
 
KB (%)
15,83 (sangat rendah)
Kejenuhan Al (%)
43,49
 
 
Al (me/100g)
1,66*
Tekstur Tanah
 
  8,92
 
Pasir (%)
Debu (%)
17,82
 
Liat (%)
73,26
   
Sumber: Maisaroh 2011
(* kecuali : pH & Al, data primer)

21

Lampiran 4. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah
Sifat Tanah
C (%)
N (%)
P2O5 Bray (ppm)
P2O5 HCl 25%
Ca (me/100g)
Mg (me/100g)
K (me/100g)
Na (me/100g)
KTK (me/100g)
KB (%)
Kej. Al (%)

  (H2O)
pH

Kriteria
Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

20
>8
>1
>1
> 40
> 80
> 40
Alkalis
> 8,5

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

22
Lampiran 6. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu Terhadap
Sifat Kimia Tanah Setelah Panen
LIMBAH CAIR TAHU

pH

Jumlah
Kuadrat

db
(derajat
bebas)

Kuadrat
Tengah

F

0,127
3
0,042
0,768
1,101
20
0,055
1,228
23
0,008
3
0,003
5,429
0,009
20
0,000
0,017
23
394,761
3 131,587
2,357
1.116,770
20
55,893
1.511,531
23
0,157
3
0,052
0,606
0,690
20
0,066
0,846
23
78,327
3 26,109
5,798
90,067
20
4,503
168,393
23
5,704
3
1,901
0,470
80,877
20
4,044
86,582
23
0,186
3
0,062
2,070
0,600
20
0,030
0,786
23
0,329
3
0,110
24,797
0,089
20
0,004
0,418
23
0,513
3
0,171
78,392
0,044
20
0,002
0,557
23
: (*) = berpengaruh nyata pada taraf 5 %

Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total

N-total

P-tersedia

C-Organik

KTK

Ca

Mg

Na

K

Keterangan

Nilai-p

0,526

0,007*

0,102

0,255

0,005*

0,706

0,136

0,003*

0,000*

Lampiran 7. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu Terhadap
Kadar Hara Tanaman Caisin
LIMBAH CAIR TAHU

N
tanaman
P
tanaman
Ca

Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total

Jumlah
Kuadrat

1,978
0,540
3,518
373,911
520,134
894,044
0,276
0,932
1,208

db
(derajat
bebas)

3
20
23
3
20
23
3
20
23

Kuadrat
Tengah

F

Nilai-p

0,659
0,077

8,559

0,001*

124,637
26,007

4,792

0,011*

0,092
0,047

1,977

0,150

23
Lampiran 7. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu terhadap
Kadar Hara Tanaman Caisin (lanjutan)
Jumlah
Kuadrat

LIMBAH CAIR TAHU

Mg

Na

K

db
(derajat
bebas)

Kuadrat
Tengah

0,006
3
0,002
0,040
20
0,002
0,046
23
1,172
3
0,391
0,274
20
0,014
1,446
23
23,885
3
7,962
5,337
20
0,267
29,222
23
: (*) = berpengaruh nyata pada taraf 5 %

Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total

Keterangan

F

Nilai-p

1,053

0,391

28,535

0,000*

29,838

0,000*

Lampiran 8. Hasil Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu terhadap
Bobot Produksi dan Bobot Kering Tanaman Caisin
Jumlah
Kuadrat

LIMBAH CAIR TAHU

Bobot
Produksi
Bobot
Kering

Kuadrat
Tengah

3 218.316,667
20 38.361,667
1.422.183,333
23
11,169
3
3,723
11,122
20
0,556
22,292
23
: (*) = berpengaruh nyata pada taraf 5 %

Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total

Keterangan

db
(derajat
bebas)

654.950,000
767.233,333

F

Nilai-p

5,691

0,006*

6,695

0,003*

Lampiran 9. Perbandingan Ukuran Tanaman Caisin Saat Akan Dipanen antara
Petak Perlakuan L0 dengan Petak Perlakuan L3

L0

L3

24
Lampiran 10. Morfologi Tanaman Caisin Saat Akan Dipanen (25 HST)

25
Lampiran 11. Baku Mutu Air Berdasarkan Kelas (I, II, III, IV)

Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air

26

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 Februari 1992. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sujana dan Ibu
Nani Kustiyah Lestariati.
Penulis memulai pendidikan pada tahun 1997 di TK Kartika III Bogor,
kemudian pada tahun 1998 melanjutkan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri
Cibuluh I Bogor dan menyelesaikannya pada tahun 2004. Tahun 2007 penulis
menyelesaikan pendidikan menengah pertama dari Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Bogor, kemudian tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikannya di
Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bogor.
Tahun 2010 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian,
Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI).