Dampak Pengasuhan Orang Tua Tunggal Terhadap Pencapaian Pendidikan Anak Pada Area Perkebunan

i

DAMPAK PENGASUHAN ORANG TUA TUNGGAL
TERHADAP PENCAPAIAN PENDIDIKAN ANAK PADA
AREA PERKEBUNAN

SITI NADHIRA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Dampak
Pengasuhan Orang tua Tunggal Terhadap Pencapaian Pendidikan Anak Pada Area
Perkebunan” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis ini kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor,

Juni 2015

Siti Nadhira
NIM I34110125

iii

ABSTRAK
SITI NADHIRA. Dampak Pengasuhan Orang tua Tunggal Terhadap Pencapaian
Pendidikan Anak Pada Area Perkebunan. Dibimbing oleh EKAWATI SRI
WAHYUNI.
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan kehidupan pendidikan anak

dengan orang tua tunggal serta menganalisis faktor yang memiliki hubungan
dengan pencapaian pendidikan anak dengan orang tua tunggal di area perkebunan
khususnya Nagori Silau Manik dan Nagori Silau Malaha. Faktor tersebut ialah
faktor dukungan ekonomi (perbandingan penghasilan responden serta kemampuan
membiayai pendidikan anak), faktor pola asuh (intensitas memberikan perhatian
serta motivasi pendidikan kepada anak), dan faktor keterlibatan keluarga besar
(kecenderungan keluarga besar terlibat dalam pendidikan anak). Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, yaitu menggunakan kuesioner dan
didukung data kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan observasi
lapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keadaan ekonomi, pola pengasuhan
dan keluarga luas mempengaruhi motivasi dan pencapaian pendidikan anak pada
keluarga tunggal.
Kata Kunci: Keluarga tunggal, Pendidikan anak, Perkebunan

ABSTRACT

SITI NADHIRA. Effect of Single Parenting Toward Children‟s Education
Attainment in Plantation Area. Supervised by EKAWATI SRI WAHYUNI.
This study aims to children education attainment in single-parent family and
to analyze the factors influences in Nagori Silau Manik and Nagori Silau Malaha.

These factors are economic (ratio of the respondent's income and ability to pay
for children's education), parenting factors (intensity of attention and motivation
to the child's education), and the involvement of an extended family (extended
family predisposition involvement in children‟s education). This research was
conducted by applying quantitative approach supported by qualitatite data, and
using questionnaire, in-depth interview and field observation as data collection
methods. The research results show that economic condition, parenting patterns
and extended family involvement related to children;s education attainment in
single-parent family.
Keywords: children‟s education attainment, single parenting, single family,
plantation

iv

DAMPAK PENGASUHAN ORANG TUA TUNGGAL
TERHADAP PENCAPAIAN PENDIDIKAN ANAK PADA
AREA PERKEBUNAN

SITI NADHIRA


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

v
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
NIM

: Dampak Pengasuhan Orang tua Tunggal Terhadap
Pencapaian Pendidikan Anak Pada Area Perkebunan
: Siti Nadhira
: I34110125


Disetujui oleh

Dr Ir Ekawati Sri Wahyuni, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, Msc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:__________________

vi

PRAKATA
Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,
Tuhan Semesta Alam, yang masih memberikan nikmat jasmani dan rohani serta
waktu yang bermanfaat bagi penulis sehingga skripsi dengan judul “Dampak
Pengasuhan Orang tua Tunggal Terhadap Pencapaian Pendidikan Anak Pada Area

Perkebunan” dapat diselesaikan dengan baik, untuk mendapatkan gelar Sarjana
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Ekawati S Wahyuni, MS
selaku pembimbing yang banyak memberikan saran dan masukan yang berarti
bagi kelancaran penulisan skripsi ini. Kepada kedua orang tua saya, Ibu Sahira
Dewi atas semangat, masukan, bantuan, dan doa yang tiada hentinya, kepada
Bapak Hasril Hasan Siregar yang selalu memberikan doa dan semangat, kepada
Kakak Ihsan Pratama yang selalu memberikan semangat. Yustia Tafarani, Mutiara
Irfarinda dan Novia Annisa P yang telah banyak memberi saran, masukan dan
bantuan dalam melakukan penelitian dan menyusun karya ilmiah ini, kepada
teman seperjuangan SKPM 48, teman dalam suka maupun duka yang selalu
memberi semangat dan bantuan (SINGIT). Penulis juga menyampaikan
penghargaan yang tertinggi kepada Uda Ramlan, Kakak Rayo, dan Alief Ya
Hutomo yang telah mendampingi penulis selama masa penelitian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2015

Siti Nadhira


vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Definisi Operasional
METODE PENELITIAN
Pendekatan Lapang
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pengambilan Informan dan Responden

Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Geografis dan Kondisi Fisik
Sarana dan Prasarana
Kependudukan
Kondisi Ekonomi
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Usia
Pekerjaan dan Penghasilan Responden
Tingkat Pendidikan
Etnis
PENCAPAIAN PENDIDIKAN ANAK PADA KELUARGA TUNGGAL
Kondisi Pencapaian Pendidikan Anak Dalam Keluarga Tunggal
Proses Pendidikan Anak
Masa Depan Pendidikan Anak
ANALISIS HUBUNGAN PENGASUHAN ORANGTUA TUNGGAL
DAN PENCAPAIAN PENDIDIKAN ANAK
Peran Dukungan Ekonomi Dalam Pencapaian Pendidikan Anak
Peran Pola Asuh Pada Pencapaian Pendidikan

Peran Dukungan Keluarga Besar Dalam Pencapaian Pendidikan
Pengaruh Budaya dan Etnis dalam Keluarga Tunggal pada Pencapaian
Pendidikan Anak
PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

viii
ix
ix
1
2
3
3
5
9
10

10
13
13
13
14
15
17
18
18
20
21
22
22
23
25
27
28

29
30

32
35

37
39
41
43
51

viii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

12
13
14

Definisi Operasional Pencapaian Pendidikan Anak
Definisi Operasional Faktor Pendukung Pendidikan
Panduan Pengambilan Data
Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Profesi dan Jenis Kelamin di
Nagori Silau Malaha
Jumlah Penduduk Berdasarkan Daerah Dusun dan Jenis Kelamin di
Nagori Silau Manik
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Penghasilan Responden Berdasarkan Mata Pencaharian
Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jumlah Responden Berdasarkan Etnis
Jumlah dan Presentase Tingkat Pencapaian Pendidikan Anak pada
Keluarga Tunggal Berdasarkan Rencana Pendidikan dan Prestasi
Pendidikan
Jumlah dan Presentase Responden Menurut Pencapaian Pendidikan
dan Pola Asuh di Nagori Silau Malaha dan Nagori Silau Manik
Jumlah dan Presentase Responden Menurut Prestasi Pendidikan dan
Pola Asuh di Nagori Silau Malaha dan Nagori Silau Manik
Jumlah dan Presentase Responden Menurut Pencapaian Pendidikan
dan Keterlibatan Keluarga di Nagori Silau Malaha dan Nagori Silau
Manik

10
11
14
19
19
21
21
22
22
23
25

31
31
34

ix

DAFTAR GAMBAR
1

Kerangka Pemikiran

10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Sketsa Peta Nagori Silau Manik dan Peta Kecamatan Siantar,
Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Daftar Responden
Hasil reduksi data kualitatif berdasarkan topik terkait faktor-faktor
pendukung di Nagori Silau Manik dan Nagori Silau Malaha
Dokumentasi

44
45
46
49

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keluarga merupakan suatu pranata sosial yang sangat penting fungsinya
dalam setiap masyarakat. Keluarga dengan perpisahan orang tua baik secara
hukum, agama maupun secara teritorial memiliki dampak negatif untuk
keberlanjutan fungsi keluarga tersebut baik di dalam internal keluarga maupun
secara sosial masyarakat. Tingginya angka perceraian di Indonesia pada tahun
2010 yang mencapai 285 184 pasangan bercerai dari dua juta pasangan menikah
menjadikan Indonesia sebagai negara dengan angka perceraian tertinggi di AsiaPasifik (BKKBN 2013). Berdasarkan data BKKBN tahun 2014 terdapat 7,9 juta
kepala keluarga perempuan (mayoritas telah bercerai) di Indonesia dan
kebanyakan dari perempuan kepala keluarga hidup dengan keadaan ekonomi yang
tidak mencukupi karena harus bertanggung jawab atas kesejahteraan anak
(KOMPAS 2015). Indonesia bukan satu-satunya negara yang mengalami
peningkatan angka perceraian, Park (2008) menyebutkan bahwa sejak tahun 2003
perceraian menjadi trend di Korea Selatan dengan rata-rata perceraian meningkat
3,5% dari 1000 penduduk di Korea Selatan. Data tersebut menjadi sebuah realita
bahwa betapa banyak anak yang harus mengalami dampak negatif dari
berpisahnya orang tua. Terputusnya salah satu sistem peranan dalam keluarga
berdampak buruk bagi anak terutama bagi kebutuhan dasarnya dan yang paling
utama terhambat adalah masalah pendidikan.
Pendidikan merupakan sebagian masa depan yang harus dihadapi oleh anak
dan kebutuhan dasar demi mewujudkan kesejahteraan keluarga. Pengambilan
keputusan atas kelangsungan pendidikan anak dengan orang tua yang memiliki
status telah berpisah akan mengalami proses yang berbeda dengan anak dengan
orang tua yang masih bersama dan terikat perkawinan. Peranan yang pincang
akibat gangguan keluarga seringkali membuat anak tidak mendapatkan
pendidikan yang layak dan semestinya dijalani. Demikian fenomena orang tua
tunggal yang terjadi pada masyarakat sangat mempengaruhi proses dan juga
kelangsungan pencapaian pendidikan anak.
Sebagian besar orang tua tunggal setelah bercerai sangat fokus pada mencari
nafkah tanpa memerhatikan bagaimana perilaku anak di sekolah, kelancaran
pendidikannya serta rencana pendidikan anak di masa depan. Orang tua tunggal
tidak memperhatikan perkembangan pendidikan anaknya. Marbun (2012) pada
studi kasus etnis batak memaparkan bahwa kurangnya perhatian yang di dapatkan
anak setelah perceraian orang tua dapat memicu kurangnya motivasi tentang
pentingnya pendidikan. Hal ini dapat memicu terjadinya anak putus sekolah di
dalam keluarga dengan orang tuanya bercerai.
Terputusnya salah satu peranan dalam keluarga ini sangat membutuh sosok
pengganti yang dapat digantikan oleh ikatan dalam keluarga besar yaitu kakek
atau nenek. Keluarga besar juga membantu dalam ekonomi khususnya untuk
pendidikan anak sehingga dapat menghindarkan anak dari putus sekolah. Menurut
Park (2008), di Korea 9 persen dari siswa SMP dan SMA tinggal bersama dengan
setidaknya 1 kakek atau 1 nenek untuk mengantikan figur orang tua yang pincang.

2

Pencapaian pendidikan anak dipengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga.
Terjadinya perubahan struktur keluarga menjadi keluarga dengan orang tua
tunggal beriringan pula dengan perubahan pola asuh yang dialami oleh anak.
Perbedaan dalam pola asuh antara keluarga orang tua tunggal ibu dan keluarga
dengan orang tua tunggal ayah dapat menjadi salah satu faktor pembeda
pencapaian pendidikan anak. Penelitian yang dilakukan oleh permberdayaan
perempuan kepala keluarga (pekka) bahwa keluarga dengan perempuan sebagai
kepala keluarga relatif lebih miskin dari pada keluarga lainnya (PEKKA dan
SMERU 2014). Sementara itu, anak dengan orang tua tunggal seorang ayah tidak
mengalami tekanan ekonomi yang berarti karena ayah merupakan pencari nafkah
dalam keluarga sebelum bercerai. Namun, anak dengan orang tua tunggal seorang
ayah sering sekali tidak memiliki rencana pendidikan yang matang di masa depan.
Pencapaian pendidikan anak tidak hanya dipengaruhi oleh pola asuh,
dukungan keluarga, dan tekanan ekonomi tetapi juga dipengaruhi oleh perhatian
sebuah keluarga terhadap pendidikan. Menurut Park (2008) perhatian terhadap
pendidikan anak pada keluarga single parent akan sangat berbeda berdasarkan
negara dan lingkungan tempat keluarga tersebut tinggal dan struktur sosial-budaya
tempat keluarga tersebut tumbuh. Pembentukan sebuah keluarga yang tidak
terlepas dari budaya dan etnis yang beragam kemudian akan ikut berpengaruh
dalam pencapaian pendidikan anak.
Demikian fenomena orang tua tunggal yang terjadi pada masyarakat sangat
mempengaruhi kondisi dalam pencapaian pendidikan anak. Banyak faktor yang
akan dihadapi oleh orang tua tunggal dalam memenuhi dan mendukung
pencapaian anak baik dalam faktor ekonomi maupun psikis anak, faktor
perubahan status perkawinan bahkan faktor pembagian pengasuhan anak. Oleh
karena itu, tulisan ini bertujuan mengkaji kecenderungan hubungan pencapaian
pendidikan anak dan pengasuhan orang tua tunggal pada area perkebunan.

Masalah Penelitian
Keluarga merupakan salah satu pijakan awal anak dalam pembentukan masa
depannya. Pendidikan formal yang didapatkan anak pada sekolah merupakan kiat
pembentukan masa depan yang sudah seharusnya dimiliki setiap anak sehingga
mempunyai fondasi yang kuat pada masa depannya. Pemerintah mengusung wajib
belajar 9 tahun yang menjadi standar kelayakan pendidikan anak yang sudah
semestinya didapatkan oleh anak. Orang tua merupakan pihak yang sudah
seharusnya bertanggung jawab atas pencapaian pendidikan anak. Peranan orang
tua yang pincang akibat gangguan keluarga seringkali membuat anak tidak
mendapatkan pendidikan yang layak dan semestinya dijalani. Anak dengan orang
tua tunggal sering mengalami guncangan dalam berbagai aspek yang kemudian
akan berdampak pada pencapaian pendidikannya. Dengan demikian, pertanyaan
penelitian yang pertama adalah bagaimana kecenderungan hubungan pengasuhan
orang tua tunggal dalam keluarga terhadap pencapaian pendidikan anak?
Pendidikan merupakan hak yang harus diberikan orang tua kepada anaknya.
Pendidikan merupakan salah satu ukuran dari kebutuhan dasar yang menentukan
kesejahteraan dalam keluarga. Pengasuhan dengan orang tua tunggal yang telah
berpisah dapat menjadi hambatan pada proses pencapaian pendidikan anak. Faktor

3

ekonomi yang biasa dihadapi oleh keluarga tunggal dapat menyebabkan salah
masalah besar yang akan menghambat pencapaian pendidikan anak bahkan
karena hal ini tidak jarang menyebabkan anak putus sekolah. Faktor lain yang
juga menjadi penting dan menarik adalah faktor psikis atau perhatian emosional
yang memotivasi anak dalam pendidikan yang dalam kasus keluarga tunggal akan
berkurang seiring dengan hilangnya salah satu sosok orang tua baik karena
perceraian ataupun kematian. Peran keluarga besar ikut diperhitungkan dalam
pencapaian pendidikan anak, tidak jarang keluarga tunggal memperoleh bantuan
baik ekonomi dan psikis dari keluarga besar. Melihat fenomena-fenomena yang
terjadi saat ini maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, bagaimana faktorfaktor pendukung mendorong pencapaian pendidikan anak dengan orang tua
tunggal?
Pendidikan anak tidak hanya dipengaruhi oleh pemenuhan fasilitas
pendidikan tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh kembang anak
khususnya keluarga. Pembentukan sebuah keluarga tidak terlepas dari etnis dan
budaya yang dianut. Keberagaman budaya dan etnis pada keluarga menyebabkan
perhatian terhadap pendidikan anak yang berbeda, hal ini diperkirakan akan
mempengaruhi pencapaian pendidikan anak pada keluarga tunggal. Oleh karena
itu, dalam konteks ini dapat diajukan pertanyaan penelitian berikutnya yakni
bagaimana kecenderungan hubungan budaya dan etnis dalam pencapaian
pendidikan anak pada keluarga tunggal?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan pengasuhan orang
tua tunggal dan pencapaian pendidikan anak kemudian tujuan khususnya ialah
menjawab pertanyaan permasalahan, yakni:
1. Menganalisis kecenderungan hubungan pengasuhan orang tua tunggal dalam
mendorong pencapaian pendidikan anak di Nagori Silau Malaha dan Nagori
Silau Manik.
2. Menganalisis kecenderungan hubungan faktor ekonomi, pola pengasuhan, dan
keluarga besar dalam mendorong pencapaian pendidikan anak pada keluarga
tunggal di Nagori Silau Malaha dan Nagori Silau Manik.
3. Menganalisis kecenderungan hubungan budaya dan etnis dalam keluarga
tunggal terhadap tingkat pencapaian pendidikan anak pada keluarga tunggal di
Nagori Silau Malaha dan Nagori Silau Manik.

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak, diantaranya
ialah:
1. Akademisi
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai
pengaruh pengasuhan orang tua tunggal dalam pencapaian pendidikan anak.
Selain itu, diharapkan pula dapat menambah khasanah dalam kajian keluarga,
khususnya mengenai keluarga tunggal.

4

2. Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan
pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun dan mengambil kebijakan
mengenai perceraian dan keluarga, serta membuat solusi apabila terjadi
ketimpangan dalam keluarga yang mengalami perceraian atau keluarga
tunggal.

3. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai pencapaian pendidikan anak dengan orang tua tunggal dan juga
kehidupan orang tua tunggal. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat
menjadi referensi bagi keluarga-keluarga tunggal yang mengalami
permasalahan yang sama.

5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Konsep dan Teori Keluarga
Dalam Undang-undang No. 10 tahun 1992 pasal 1 ayat 10 keluarga
merupakan unit sosial-ekonomi terkecil dalam masyarakat yang merupakan
landasan dasar dari semua institusi, merupakan kelompok primer yang terdiri dari
dua atau lebih orang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah,
hubungan perkawinan, dan adopsi.
Soekanto (2004) menjelaskan bahwa keluarga adalah lingkungan dimana
beberapa orang yang masih hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan
sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai
hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, dan adopsi.
Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah disebut
keluarga batih. Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam masyarakat,
keluarga batih mempunyai peranan-peranan tertentu.
Menurut BKKBN sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga
memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya yang
meliputi agama, psikologi, makan dan minum, dan sebagainya. Adapun tujuan
membentuk keluarga adalah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi anggota
keluarganya. Keluarga yang sejahtera diartikan sebagai keluarga yang dibentuk
berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan fisik dan
mental yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki
hubungan yang serasi selaras, dan seimbang antar anggota keluarga, dan antar
keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (Puspitawati 2012).
Goode (2007) menyebutkan bahwa rumah tangga (Keluarga) itu dapat
diperbesar oleh populasi per generasi maupun secara menyisi (laterally) dengan
menambahkan keluarga-keluarga inti lainnya. Sebutan keluarga luas (extended
family) secara lepas dipergunakan bagi sistem yang masyarakatnya menginginkan
bahwa beberapa generasi itu hidup di bawah satu atap. Biasanya yang dimaksud
ialah sistem semacam yang ada para orang Cina, dimana seorang laki-laki dengan
istrinya tinggal bersama dengan keluarga anak laki-lakinya yang telah menikah,
bersama pula dengan anak-anak laki dan perempuannya yang belum menikah, dan
tentu saja juga dengan cucu atau cicitnya dari garis keturunan laki-laki.
Kekuatan-kekuatan keluarga besar terletak pada bentuk keluarga besar dapat
memberikan layanan sosial yang biasanya tidak terdapat pada masyarakat yang
tidak mempunyai banyak badan dan organisasi khusus. Dengan kata lain orangorang yang hidup dalam unit keluarga besar dapat meminta bantuan pada banyak
orang lain dalam tatanan keluarga besar. Contohnya orang-orang jompo, yang
cacat, yang sakit merupakan beban yang tidak terlalu berat bagi keluarga besar
daripada bagi suatu kerluarga inti atau suami istri karena biayanya bagi setiap
anggota tidak terlalu besar. Keluarga luas dapat lebih mudah menanggung beban
dari pada suatu tipe keluarga inti (Goode 2007).
Pada hasil penelitian Solihah (2006) di Bogor, Jawa Barat yang meneliti
mengenai strategi adaptasi perempuan bercerai diketahui bahwa setelah perceraian
sebagian responden dibantu oleh orang tua dan juga keluarga besar untuk biaya

6

anak sekolah sehingga dapat menghindari kemungkinan terjadi anak putus
sekolah karena setelah bercerai bantuan ekonomi yang diperoleh dari pasangan
terhitung sangat jarang dan dengan jumlah yang kecil.
Kemudian, dalam kajian yang dilakukan oleh Park (2008) di Korea Selatan
mengenai dampak pengasuhan dengan orang tua tunggal pada pencapaian
pendidikan anak di ketahui bahwa penting bagi anak dengan single parent untuk
hidup bersama dengan kakek atau neneknya karena dapat mengantikan figur
orang tua yang pincang. Di Korea 9 persen dari siswa SMP dan SMA tinggal
bersama dengan setidaknya 1 kakek atau 1 nenek.
Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hal yang penting dipahami oleh seluruh anggota
keluarga agar setiap anggota keluarga dapat melaksanakan dan memenuhi
fungsinya dalam keluarga dengan baik. Keluarga memiliki berbagai fungsi, baik
fungsi internal keluarga maupun fungsi eksternal keluarga. Menurut Sunarti
(2013), fungsi internal adalah fungsi agar keluarga bisa menjalankan seluruh
kehidupannya; sedangkan fungsi eksternal adalah fungsi keluarga dalam
membangun masyarakat dan memelihara alam.
BKKBN dikutip dari Sunarti (2013) membagi fungsi keluarga menjadi 8
fungsi yaitu, fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi
melindungi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi,
dan fungsi pembinaan. Fungsi keluarga juga dapat dikelompokan menjadi dua
yaitu, fungsi ekspresif dimana keluarga memenuhi kebutuhan cinta dan kasih
sayang seluruh keluarga, memenuhi tugas perkembangan (intelektual, emosi,
sosila, moral) dan karakter seluruh anggota, terutama anak. Fungsi instrumental
dimana keluarga mengakses, memperoleh, dan mengelola ekonomi keluarga
untuk memenuhi kebutuhan fisik ekonomi keluarga.
Penelitian Fahlevi (2013) di Saigon, Pontianak Timur menyebutkan salah
satu fungsi keluarga yang tidak berjalan sesuai karena perceraian membuat
seorang ibu diwajibkan dapat memenuhi dan mengambil alih tugas suami saat
dalam keadaan telah bercerai untuk menjaga kehidupan harmonis bagi anak-anak
namun tindakan ini juga menyiratkan bahwa istri harus menanggung segala beban
karena perceraian. Seorang ibu tunggal diharapkan mencukupi materi untuk
kebutuhan anak-anaknya, mendidik anak-anaknya untuk mandiri, dan
memberikan perhatian khusus pada upaya membantu pertumbuhan mental, fisik
dan emosional anak-anak.
Konsep Keluarga Tunggal
Single parent diartikan sebagai orang yang melakukan tugas sebagai orang
tua (ayah dan ibu) seorang diri, karena kehilangan atau berpisah dengan
pasangannya (Rika dan Risdayati 2012). Menurut Duval & Miller (1985) single
parent adalah orang tua yang memelihara dan membesarkan anak- anaknya tanpa
kehadiran dan dukungan dari pasangannya. Park (2008) membedakan single
parent menjadi 4 kategori yaitu keluarga dengan ayah sebagai single parent
karena bercerai, keluarga dengan Ayah sebagai single parent karena kematian,
keluarga dengan Ibu sebagai single parent karena bercerai, keluarga dengan Ibu
sebagai single parent karena kematian.

7

Goode (2007) menjelaskan bahwa keluarga dengan orang tua tunggal adalah
keluarga yang mengalami kekacauan keluarga yaitu pecahnya suatu unit keluarga,
terputus atau retaknya struktur peran sosial apabila salah satu atau beberapa
anggota gagal menjalankan kewajiban peran secukupnya. Menurut definisinya ini
maka beberapa penyebab kekacauan keluarga atau perceraian adalah sebagai
berikut.
1. Ketidaksahan. Ini merupakan unit keluarga yang tak lengkap. Dapat dianggap
sama dengan bentuk-bentuk kegagalan peran lainnya dalam keluarga, karena
sang “ayah – suami” tidak ada dan karenanya tidak menjalankan tugasnya
seperti apa yang ditentukan oleh masyarakat atau oleh sang ibu.
2. Pembatalan, perpisahan, perceraian, dan meninggalkan. Terputusnya keluarga
disini disebabkan karena salah satu atau kedua pasangan itu memutuskan untuk
saling meninggalkan, dan dengan demikian berhenti melaksanakan kewajiban
peranannya.
3. “Keluarga selaput kosong”. Di sini anggota-anggota keluarga tetap tinggal
bersama tetapi tidak saling menyapa atau berkerjasama satu dengan yang lain
dan terutama gagal memberikan dukungan emosional satu kepada yang lain.
4. Ketiadaan seseorang dari pasangan karena hal yang tidak diinginkan. Beberapa
keluarga terpecah karena sang suami atau istri telah meninggal, dipenjarakan,
atau terpisah dari keluarga karena peperangan, depresi, atau malapetaka yang
lain.
5. Kegagalan peran penting yang „tak diinginkan‟. Keadaan dimana dalam
keluarga mengalami sakit baik penyakit mental, emosional, atau badaniah yang
parah. Penyakit parah dan terus-menerus mungkin juga menyebabkan
kegagalan dalam menjalankan peran utama.
Menurut Goode (2007) perceraian, perpisahan, kematian seorang ayah atau
suami dapat mengakibatkan beberapa hal yang dirasakan oleh orang tua tunggal,
yaitu:
1. Penghentian kepuasaan seksual.
2. Hilangnya persahabatan, kasih atau rasa aman.
3. Hilangnya model peran orang dewasa untuk diikuti anak-anak.
4. Penambahan dalam beban rumah tangga bagi pasangan yang ditinggalkan,
terutama dalam menangani anak-anak.
5. Penambahan dalam persoalan ekonomi, terutama jika si suami mati atau
meninggalkan rumah.
6. Pembagian kembali tugas-tugas rumah tangga dan tanggung jawabnya.
Pada penelitian yang dilakukan oleh PEKKA, Pemberdayaan Perempuan
Kepala Keluarga (2014) menemukan bahwa 49% keluarga yang berada pada
tingkat kesejahteraan rendah merupakan keluarga dengan kepala keluarga
perempuan. Pada penelitian PEKKA pula dikemukakan bahwa kondisi pendidikan
anak pada keluarga dengan kepala keluarga perempuan lebih buruk jika
dibandingkan anak pada keluarga dengan kepala keluarga laki-laki.
Anak-anak dan Perpecahan Keluarga
Menurut Goode (2007) anak-anak yang dibesarkan dalam rumah tangga
yang berbahagia lebih banyak kemungkinan tumbuh bahagia dan sehat secara
psikologis. Anak-anak dari perpecahan keluarga tidak demikian, meskipun tidak
pada semua kasus berlaku. Selanjutnya, anak-anak dari rumah tangga yang

8

“terpisah” mewakili banyak kemungkinan rumah tangga yang demikian
menghasilkan remaja nakal hampir dua kali lebih tinggi dari pada kemungkinan
bahwa suatu rumah tangga yang utuh menghasilkan seorang remaja yang nakal.
Pada kajian Amato (2005) di Amerika Serikat mengenai dampak perubahan
struktur keluarga terhadap sikap anak menemukan bahwa anak dengan orang tua
tunggal mengalami keadaan ekonomi yang sulit. Mereka mengalami kesulitan
dalam membeli fasilitas untuk pendidikan bahkan melanjutkan pendidikan,
selanjutnya dari penelitian tersebut juga diketahui anak dengan orang tua telah
mengalami perpisahan rumah tangga akan mengalami keadaan yang sulit dalam
memutuskan sesuatu, mereka akan merasa bahwa mereka dalam keadaan
terhimpit diantara kedua orang tua yang telah berpisah.
Kemudian pada penelitian Lange et al. (2013) yang dilakukan pada 25
negara yang tergabung dalam OECD (Organisation for Economic Co-operation
and Development) mengenai hubungan sekolah dengan keluarga single parent
dalam pencapaian pendidikan anak menunjukkan bahwa anak dengan single
parent memiliki banyak kekurangan dalam mendapatkan pendidikan baik dirumah
maupun di sekolah dibandingkan anak dengan orang tua yang lengkap. Pada hasil
penelitian Cid dan Stokes (2011) di Uruguay, Amerika Latin mengenai hubungan
struktur keluarga dengan pendidikan terbukti bahwa hidup dengan satu orang tua
biologis memberikan efek negatif pada pencapaian pendidikan anak.
Kelangsungan pendidikan anak pada keluarga tunggal
Masa depan anak merupakan hal yang sepenuhnya menjadi tanggung
jawab orang tua meskipun telah berpisah. Seiring berjalannya waktu pendidikan
anak menjadi hal yang disorot saat sebuah keluarga mengalami perpecahan. Pada
penelitian Cid dan Stokes (2011) menemukan bahwa 35% dari kasus bercerai dan
telah menjadi keluarga dengan single-parent, keluarga tersebut akan pindah
tempat tinggal. Perpindahan tempat tinggal ini akan mempengaruhi hubungan
anak dengan teman sebaya, guru dan juga terbukti mengurangi performa dalam
pendidikan.
Menurut Lange et al. (2013) lingkungan sekolah tidak berpengaruh banyak
bagi perilaku anak dalam menjalani pendidikan tetapi lingkungan tumbuh
kembang yang berpendidikan rendah akan mempengaruhi kelangsungan
pendidikan anak dan pada umumnya ibu tunggal akan pindah ke daerah sederhana
bahkan rendah setelah bercerai karena alasan tekanan ekonomi. Kelangsungan
pendidikan anak pada keluarga tunggal tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan
tetapi juga di pengaruhi oleh keadaan atau perubahan dalam keluarga yang tidak
lagi utuh. Pada penelitiannya Lange et al. (2013) juga memaparkan bahwa anak
dengan single parent memiliki banyak kekurangan dalam mendapatkan
pendidikan baik dirumah maupun di sekolah dibandingkan anak dengan orang tua
yang lengkap di sebabkan oleh hilangnya pengasuhan dari salah satu sosok orang
tua dalam keluarga.
Tekanan ekonomi yang dialami pada keluarga tunggal juga dapat menjadi
salah satu hambatan bagi kelangsungan pendidikan anak pada keluarga tunggal.
Banyak keluarga tunggal yang menjadi kurang perhatian terhadap pendidikan
anak karena terlalu fokus pada mencukupi kebutuhan keluarga. Menurut Steele et
al. (2009) anak dengan gangguan keluarga memiliki tekanan ekonomi yang sangat
besar dan berpengaruh juga pengasuhan yang kurang terkontrol sehingga hal ini

9

akan mengganggu perkembangan pendidikannya bahkan di umur yang terbilang
masih muda. Pada penelitian Park (2008) di Korea banyak anak memilih atau
terpaksa tinggal bersama ayahnya untuk mendapatkan dukungan ekonomi yang
baik bagi kelanjutan pendidikan mereka meskipun di sisi lain ibu tunggal sangat
baik dalam mengarahkan secara emosional dan interaksi dengan anak akan
kelanjutan pendidikan dan rencana pendidikan mereka di masa depan.
Budaya dan Etnis dalam Keluarga
Keluarga merupakan salah satu unsur dalam struktur sosial yang memiliki
keanekaragaman perilaku yang khas dalam masyarakat. Keanekaragaman perilaku
tersebut terbentuk dari lingkungan serta budaya tempat keluarga tersebut tumbuh.
Menurut Goode (2007) manusia harus hidup dalam suatu keluarga agar
mendapatkan perawatan, perlindungan dan juga pengajaran mengenai kebudayaan
dalam lingkungan sosial. Goode (2007) juga memiliki teori bahwa tradisi
kebudayaan merupakan salah satu proses adaptasi keluarga terhadap struktur
masyarakat dan tradisi kebudayaan ini akan dilestarikan pada generasi penerus
agar kebudayaan tersebut tetap hidup.
Keanekaragaman perilaku pada keluarga yang dipengaruhi lingkungan dan
budaya tersebut akan mempengaruhi perhatian terhadap pendidikan dalam
keluarga. Menurut Park (2008) di Korea Selatan perhatian terhadap pendidikan
anak pada keluarga single parent akan sangat berbeda berdasarkan negara dan
lingkungan tempat keluarga tersebut tinggal dan struktur sosial-budaya tempat
keluarga tersebut tumbuh. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Marbun
(2012) di Medan, Sumatera Utara pada etnis Batak Toba bahwa bagi etnis Batak
Toba penting menanamkan nilai pendidikan bagi anak-anak mereka, bahkan
setiap orang tua berjuang keras mencari nafkah guna membiayai pendidikan anakanaknya. Pendidikan bagi etnis Batak begitu penting, karena dengan pendidikan
yang tinggi dapat menaikkan harkat dan martabat bagi orang etnis Batak Toba.
Kerangka Pemikiran
Pada sebuah keluarga yang utuh memiliki setidaknya 3 peranan yaitu
suami, istri, dan anak. Masing-masing dari peranan memiliki fungsi dalam
keluarga. Suami merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Peran istri
mengasuh dan mengawasi perkembangan anak dan juga keluarga. Anak memiliki
kewajiban mencapai pendidikan setinggi mungkin untuk masa depan yang lebih
baik. Perubahan yang terjadi pada keluarga yaitu menjadi keluarga tunggal
mengakibatkan kepincangan dalam pelaksanaan fungsi dalam keluarga. Hilangnya
suami sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga mengakibatkan istri harus
berkerja ganda yaitu memenuhi kebutuhan keluarga dan juga mengasuh dan
mengawasi anak, sedangkan hilangnya sosok istri akan membuat terjadinya
kepincangan dalam pola asuh yang sangat jarang dapat dilakukan oleh laki-laki.
Baik dalam segi ekonomi dan pola pengasuhan sangat berpengaruh pada tugas
dan kewajiban anak dalam mencapai pendidikan. Biaya pendidikan didapatkan
anak dari sosok ayah sedangkan perhatian terhadap pendidikan didapatkan anak
dari sosok ibu. Kepincangan pada sistem peranan dapat di isi oleh sosok kakek
atau nenek yang berasal dari ikatan keluarga besar. Secara ringkas kerangka
analisis disajikan pada gambar 1.

10

Faktor
pendukung
pendidikan :
Dukungan Ekonomi

Pencapaian
Pendidikan Anak:
Rencana Pendidikan

Pola Asuh

Prestasi Pendidikan

Keterlibatan Keluarga
Besar

Keterangan:
Sosial-Kultural:
Budaya dan etnis
keluarga tunggal

pada

: Hubungan
: Menyertai
: diteliti secara kualitatif

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan faktor pendukung pendidikan dengan
pencapaian pendidikan pada keluarga tunggal
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang didapatkan
ialah:
1. Diduga adanya hubungan antara kondisi pengasuhan keluarga tunggal dengan
motivasi dalam pencapaian pendidikan anak.
2. Diduga adanya peran faktor pendukung pendidikan pada keluarga tunggal
dalam pencapaian pendidikan pada anak pada keluarga tunggal.
3. Diduga adanya peran budaya dan etnis dalam keluarga tunggal dalam
pencapaian pendidikan anak pada keluarga tunggal.
Definisi Operasional
Berikut ini adalah definisi operasional dari berbagai variabel yang dianalisis
secara kuantitatif:
1. Pencapaian pendidikan anak adalah suatu proses belajar secara formal yang di
tempuh melalui sekolah yang memungkinkan anak mengembangkan dirinya.
Variabel ini dianalisis secara kuantitatif dengan perubah dan indikator sebagai
berikut:
Tabel 1 Definisi operasional pencapaian pendidikan anak
Indikator
Rencana
Pendidikan
Prestasi
Pendidikan

Definisi
Harapan pencapaian
pendidikan yang akan
ditempuh anak
Keunggulan anak dalam
pendidikan dan juga
pengembangan dirinya.

Definisi Operasional
Kategori

Skala
Pengukuran

Rendah : skor ≤ 7
Tinggi : skor > 7

Ordinal

Rendah : skor ≤ 12
Tinggi ; skor >12

Ordinal

11

2. Faktor pendukung pendidikan adalah faktor-faktor yang mendukung proses
pendidikan anak baik dari dalam diri anak maupun luar dirinya.
Tabel 2 Definisi operasional faktor pendukung pendidikan
Indikator

Definisi

Dukungan finansial
untuk kelangsungan
pendidikan
Cara memberikan
Tingkat
perhatian, motivasi dan
Pola Asuh
kedekatan secara
emosional terhadap anak
untuk pencapaian
pendidikan
Keterlibatan Kecenderungan keluarga
besar (selain keluarga
Keluarga
inti) terlibat dalam
Besar
pencapaian pendidikan
anak
Dukungan
Ekonomi

Definisi Operasional
Kategori
Rendah : skor ≤ 14
Tinggi : skor > 14

Skala
Pengukuran
Ordinal

Rendah : skor ≤ 9
Tinggi : skor > 9

Ordinal

Rendah : skor ≤ 7
Tinggi : skor > 7

Ordinal

13

METODE PENELITIAN
Pendekatan Lapang
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan didukung data
kualitatif. Penelitian kuantitatif diperoleh dengan menggunakan survei melalui
instrumen kuisioner yang di berikan kepada responden untuk mengetahui tingkat
ekonomi orang tua tunggal untuk mendukung pencapaian pendidikan anak,
kondisi pendidikan anak dan pencapaian pendidikan anak dengan pola asuh yang
dilakukan sosok orang tua tunggal (proses pendidikan dan prestasi anak) serta
dukungan keluarga besar (keluarga diluar keluarga inti) dalam tingkat pencapaian
pendidikan anak. Menurut Singarimbun dan Efendi (1989) penelitian survei
merupakan penelitian yang mengambil sampel dari suatun populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Pendekatan kualitatif
dilakukan dengan wawancara mendalam dengan panduan pertanyaan, data dan
informasi yang diperoleh dari informasi kunci, pengamatan di lokasi penelitian
dan studi dokumen terkait.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di dua desa di Kecamatan Siantar, Kabupaten
Simalungun, Sumatera Utara yaitu di Nagori Silau Malaha dan Nagori Silau
Manik. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive karena beberapa
pertimbangan, diantaranya adalah:
1. Nagori Silau Malaha dan Nagori Silau Manik merupakan dua desa pada
Kecamatan Siantar dengan jumlah keluarga tunggal yang tinggi jika di
bandingkan dengan desa lainnya.
2. Nagori Silau Malaha dan Nagori Silau Manik merupakan salah satu desa yang
terhitung memiliki angka perceraian dan keluarga tunggal yang terpisah baik
secara sah hukum maupun tidak sah secara hukum.
Sebelum menentukan lokasi penelitian, peneliti melakukan observasi
melalui penjajakan ke lokasi penelitian dan penelusuran literatur yang terkait
dengan lokasi penelitian. Observasi awal kemudian menghasilkan data kualitatif
yang menyatakan bahwa Nagori Silau Malaha dan Nagori Silau Manik merupakan
desa dengan jumlah keluarga tunggal tertinggi. Data ini didapatkan dari tokoh
masyarakat yang pernah menjabat sebagai kepala desa Silau Manik. Kegiatan
penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu enam bulan, terhitung mulai bulan
Januari 2015 sampai dengan Juni 2015. Penyusunan proposal penelitian dilakukan
pada bulan Januari 2015. Dalam kurun waktu tersebut, telah dikumpulkan
berbagai data dan informasi sekunder yang dibutuhkan dari berbagai sumber
rujukan. Pengumpulan data dan informasi primer di lokasi penelitian dilaksanakan
pada awal bulan Maret 2015 selama tiga minggu. Pengolahan data, analisis data,
dan penulisan draft skripsi dilakukan pada bulan April-Mei. Selanjutnya,
pelaporan hasil penelitian melalui sidang skripsi dijadwalkan dilaksanakan pada
bulan Juni.

14

Teknik Pengambilan Informan dan Responden
Sumber data dalam penelitian ini adalah responden dan informan. Unit
analisa dalam penelitian ini adalah rumah tangga dengan orang tua tunggal dan
memiliki anak dengan jenjang pendidikan SMP serta berdomisili di Nagori Silau
Malaha dan Nagori Silau Manik. Alasan pemilihan unit analisa ini dikarenakan
orang tua merupakan pihak yang bertanggung jawab atas pendidikan anak
terutama dalam pembiayaan dan pengambilan keputusan atas pendidikan anak.
Pemilihan responden diambil dengan metode pengambilan sampel jenuh (cencus
sampling). Rianse dan Abdi (2009) menyatakan bahwa pengambilan sampel jenis
ini dicirikan oleh pengambilan seluruh populasi sebagai sampel penelitian. Salah
satu pertimbangannya ialah jumlah populasi yang kurang dari 50 orang.
Berdasarkan hasil wawancara pada observasi awal dengan salah satu tokoh
dan kepala desa di Nagori Silau Manik dan Nagori Silau Malaha, kedua desa
memiliki jumlah keluarga tunggal yang besar namun keluarga tunggal yang
memiliki anak dengan jenjang pendidikan SMP kurang dari 50 orang, sehingga
jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. Responden diwawancarai sesuai
dengan kuesioner yang telah dibuat karena jawabannya dianggap dapat mewakili
kondisi rumah tangganya sebagai keluarga tunggal di Nagori Silau Manik dan
Nagori Silau Malaha.
Sementara itu, pemilihan terhadap informan dilakukan secara sengaja
(purposive) dan jumlahnya tidak ditentukan. Penetapan informan ini dilakukan
dengan menggunakan teknik bola salju (snowball sampling) yang memungkinkan
perolehan data dari satu informan ke informan lainnya. Pencarian informasi
berhenti apabila tambahan informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru
atau sudah berada pada titik jenuh. Orang-orang yang dijadikan sebagai informan
dalam penelitian ini adalah anak dan anggota keluarga besar yang tinggal bersama
dengan keluarga tunggal. Informan diberikan pertanyaan dengan panduan
wawancara mendalam yang telah dibuat.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer didapatkan langsung di lapangan dengan cara survei,
observasi, serta wawancara mendalam yang dilakukan langsung kepada responden
maupun informan. Sementara itu, data sekunder diperoleh dari kajian dokumendokumen dan literatur tertulis di profil desa, serta buku, internet, jurnal-jurnal
penelitian dan laporan penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Data
sekunder berupa dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian ini, seperti
dokumen data demografi serta monografi dan profil Nagori Silau Malaha dan
Nagori Silau Manik, Kecamatan Siantar Marihat. Untuk mempermudah
pengambilan data, peneliti membuat panduan pengambilan data (Tabel 3).

15

Tabel 3 Panduan pengambilan data
Data yang dikumpulkan
Data terkait Nagori Silau
Malaha dan Nagori Silau Manik
Data karakteristik responden
Data keluarga tunggal
Data budaya dan etnis keluarga
tunggal

Teknik Pengumpulan Data

Jenis Data

Mengkaji Dokumen

Sekunder

Wawancara Terstruktur dengan
Kuisioner
Wawancara Mendalam dengan
Tokoh Masyarakat
Wawancara Mendalam dengan
Panduan Kuisioner

Primer

Primer

Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang diolah dan dianalisis, yaitu
data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berasal dari data primer yang
sudah terkumpul, kemudian dimasukkan ke dalam perangkat komputer dengan
menggunakan aplikasi Microsoft Excell 2007. Data yang telah masuk, kemudian
diolah menjadi tabel frekuensi untuk masing-masing variabel untuk dapat melihat
sebaran data awal responden. Kemudian data diolah menjadi tabulasi silang
menggunakan aplikasi SPSS. for windows 17.0 untuk memperjelas ada atau
tidaknya pengaruh antar variabel.
Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian
data, dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses
pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara
mendalam, observasi, dan studi dokumen. Data kualitatif diperoleh dengan
melakukan wawancara mendalam kepada informan berdasarkan panduan
pertanyaan yang telah disiapkan dan diikuti dengan pemikiran responden yang
berhubungan dengan pertanyaan. Wawancara tersebut digunakan sebagai
instrumen dan sumber informasi lain terkait dengan variabel-variabel yang diuji
pada penelitian. Hasil dari pengamatan dan wawancara mendalam di lapangan
dituangkan dalam catatan harian, dengan bentuk uraian rinci dan kutipan
langsung. Seluruh hasil penelitian pada akhirnya dituliskan dalam skripsi.

17

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Geografis dan Kondisi Fisik
Nagori Silau Malaha termasuk dalam wilayah Kecamatan Siantar,
Kabupaten Simalungun. Nagori Silau Malaha memiliki luas wilayah 860 ha yang
60,1 persen lahan tersebut dimanfaatkan sebagai lahan sawah yaitu 571 ha, Lahan
Kering 148 ha, Halaman Pekarangan 113 ha dan lainnya 28 ha. Nagori Silau
Malaha terletak 369 m di atas permukaan laut. Waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai Nagori Silau Malaha dari kabupaten adalah 1 jam sedangkan waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai Nagori Silau Malaha dari Kota Medan adalah
3.5 jam. Batas wilayah Nagori Silau Malah adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Silau Manik
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Nagori Pantoan Maju
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagori Dolok Hataran
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Nagori Marihat Baru
Jarak kantor desa ke ibukota Kecamatan Siantar dan Kabupaten Simalungun
sebagai berikut:
1. Ibukota Kecamatan Siantar: 6 km
2. Ibukota Kabupaten Simalungun: 40 km
Dari ibukota Kecamatan Siantar, Nagori Silau Malaha dihubungkan oleh
jalan yang sudah beraspal sepanjang 6 km dengan kerusakan aspal yang terjadi
disepanjang 4 m jalan tersebut. Fasilitas angkutan umum tidak terdapat pada
Nagori Silau Malaha untuk keluar dari desa sampai pada jalan raya, sebagian kecil
warga memilki kendaraan bermotor, selebihnya menggunakan kendaraan nonmotor dan berjalan kaki. Angkutan umum hanya terdapat dari jalan raya untuk
menuju kecamatan. Rumah penduduk terdiri dari bangunan yang berdinding
tembok (permanen), semi permanen, rumah kayu dan rumah dengan dinding
anyaman bambu. Namun, sebagian besar rumah penduduk adalah rumah kayu.
Nagori Silau Manik memiliki luas wilayah 420 ha dan 60,2 persen lahan
dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan yaitu 253 ha, Lahan Sawah 40 ha, Lahan
Kering 63 ha, dan Halaman Pekarangan 64 ha. Nagori Silau Manik terletak 369
m di atas permukaan laut dan memiliki total 5 dusun. Nagori Silau Manik di
keliling oleh perkebunan kelapa sawit yaitu perkebunan yang di miliki oleh
Perkebunan Nusantara 4 (PTPN 4). Batas wilayah Nagori Silau Manik adalah
sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Silau Malaha dan Perkebunan PTPN 4
Bah Jambi
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Nagori Parbalogan dan Perkebunan PTPN 4
Bah Jambi
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagori Parbalogan dan Perkebunan PTPN 4
Marihat
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Nagori Silampuyang dan Perkebunan PTPN 4
Marihat
Jarak kantor desa ke ibukota Kecamatan Siantar dan Kabupaten Simalungun
sebagai berikut:
1. Ibukota Kecamatan Siantar : 7 km

18

2. Ibukota Kabupaten Simalungun : 41 km
Dari ibukota Kecamatan Siantar, Nagori Silau Manik dihubungkan oleh
jalan yang tidak beraspal karena kondisi sebelah kanan dan sebelah kiri Nagori
Silau Manik merupakan perkebunan sehingga tidak diaspal karena sering dilewati
oleh truk barang berat. Fasilitas transportasi di Nagori Silau Manik seperti halnya
di Nagori Silau Malaha hanya terdapat dari jalan raya menuju kecamatan,
sebagian warga memiliki kendaraan bermotor, selebihnya menggunakan
kendaraan non-motor dan berjalan kaki. Rumah penduduk terdiri dari bangunan
yang berdinding tembok (permanen), semi permanen dan rumah kayu. Sebagian
besar rumah penduduk adalah rumah tembok (permanen) karena di Nagori Silau
Manik banyak penduduk yang merupakan pensiunan perkebunan.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasaran yang terdapat di kedua desa tidak jauh berbeda yaitu
sarana pendidikan dan sarana peribadatan perbedaan terdapat pada sarana
transportasi yang terdapat di Nagori Silau Malaha dan sarana kesehatan terdapat
di Nagori Silau Manik. Sarana pendidikan pada Nagori Silau Malaha adalah 1
taman kanak-kanak (TK) dan 2 sekolah dasar (SD) sedangkan pada Nagori Silau
Manik terdapat 1 taman kanak-kanak (TK) dan 1 sekolah dasar (SD). Sarana
peribadatan yang terdapat di Nagori Silau Malaha berjumlah 2 buah yaitu 1 gereja
dan 1 mesjid dan pada Nagori Silau Manik sarana peribadatan yang terdapat
berjumlah 1 mesjid. Nagori Silau Malaha dapat diakses dengan cukup mudah
karena jalan aspal yang menjadi jalan masuk ke desa ini. Nagori Silau Manik
memiliki 1 gedung sarana kesehatan yang terdiri dari klinik kesehatan dan juga
posyandu yang menjadi 1 bangunan di sebelah kantor desa.
Kependudukan
Berdasarkan hasil sebaran kuisioner pencacahan penduduk yang di rangkum
dalam data desa Kuisioner Potensi Desa dan Kelurahan 2010 tercatat jumlah
penduduk Nagori Silau Malaha 3 166 jiwa, laki-laki sejumlah 1 610 jiwa dan
perempuan 1 556 jiwa. Adapun pada tabel 4 disajikan jumlah penduduk sesuai
dengan profesi sebagai berikut:
Tabel 4 Jumlah penduduk berdasarkan golongan profesi dan jenis kelamin di
Nagori Silau Malaha
Golongan
Profesi
Petani
PNS
Pegawai Swasta
Buruh
Lainnya
Jumlah

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
%
Jumlah
%
1 368
85.00
1 323
85.00
15
0.93
12
0.77
7
0.43
5
0.32
12
0.74
8
0.51
208
12.90
208
13.36
1 610
100.00
1 556
100.00

Total
Jumlah
2 691
27
12
20
416
3 166

%
85.0
1.0
0.4
0.6
13.0
100.00

19

Dalam Siantar dalam Angka tahun 2010 yang merupakan hasil rangkuman
dari profil desa, tercatat 792 KK yang terdapat di Nagori Silau Malaha. Kepala
desa menuturkan bahwa 85% dari warga Nagori Silau Malaha berprofesi sebagai
petani. Profesi ini merupakan profesi yang relevan dengan kategori desa
swasembada yang didapatkan oleh Nagori Silau Malaha.
Hasil sensus penduduk yang dirangkum dalam laporan profil desa untuk
tahun 2010 tercatat jumlah penduduk Nagori Silau Manik 2 594 jiwa, laki-laki
sejumlah 1 202 jiwa dan perempuan 1 392 jiwa. Adapun pada tabel 5 jumlah
penduduk sesuai dengan huta (dusun) disajikan sebagai berikut :
Tabel 5 Jumlah penduduk berdasarkan daerah dusun dan jenis kelamin di Nagori
Silau Manik
Daerah
Dusun
Huta 1
Huta 2
Huta 3
Huta 4
Huta 5
Jumlah

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
%
Jumlah
%
246
20.46
291
20.90
252
20.96
322
23.13
205
17.05
255
18.31
327
27.20
328
23.56
172
14.30
196
14.10
1 202
100.00
1 392
100.00

Total
Jumlah

%

537
574
460
655
368
2 594

21
22
18
25
14
100

Pada Laporan Profil Desa 2010 yang menjadi arsip desa tercatat 690 KK
yang terdapat di Nagori Silau Manik. 690 KK tersebut dapat dikategorikan
menjadi 8 kategori berdasarkan profesi yaitu 235 KK berprofesi sebagai Petani, 9
KK dengan profesi karyawan swasta, 76 KK pedagang, 23 KK karyawan BUMN,
6 KK sebagai pegawai negeri sipil, 3 KK sebagai TNI, 8 KK sebagai Guru, dan
Kategori profesi lain-lain sebanyak 330 KK.
Jumlah penduduk pada kedua desa tersebut bukan hanya jumlah penduduk
asli, terdapat pula sejumlah penduduk pendatang yang sudah menetap selama
puluhan tahun. Penduduk pendatang yang ditemui pada Nagori Silau Manik dan
Nagori Silau Malaha yaitu suku Jawa. Pada data monografi desa tidak tersedia
data penduduk berdasarkan etnis namun menurut Pangulu (kepala desa) Nagori
Silau Manik pada wawancara menyebutkan bahwa etnis yang dominan di
Kecamatan Siantar adalah etnis Batak dan etnis Jawa. Etnis Jawa lebih dominan
ditemui pada Nagori Silau Manik namun etnis Jawa yang merupakan etnis
pendatang yang sudah lama masuk di Kecamatan Siantar. Saat ini etnis Jawa yang
berada di Kecamatan Siantar merupakan keturunan yang sejak dilahirkan sudah
berad