Induksi Pembungaan Hylocereus undatus di Luar Musim dengan Penyinaran

Induksi Pembungaan Hylocereus undatus di Luar Musim dengan Penyinaran
(Induction off Season Flowering on Hylocereus undatus Using Illumination)
Palupi, ER, dan Farida, S
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fak. Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
E-mail:erpalupi@yahoo.co.id
Abstrak
Buah naga adalah buah yang mulai diminati di Indonesia. Kontinyuitas ketersediaannya
dengan harga yang terjangkau merupakan salah satu kendala dalam upaya meningkatkan
konsumsi buah ini. Penelitian ini bertujuan untuk menginduksi pembungaan buah naga
(Hylocereus undatus) di luar musim melalui penambahan penyinaran. Penelitian ini
dirancang dalam rancangan kelompok lengkap teracak satu faktor yaitu daya lampu untuk
penyinaran yang terdiri atas 45 watt, 55 watt dan tanpa penyinaran sebagai kontrol. Setiap
perlakuan diulang tiga kali. Penyinaran dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2013, segera
setelah musim berbuah selesai (Mei) dan diberikan pada pukul 17.00-04.00 (11 jam). Lampu
ditempatkan di tengah empat tanaman buah naga dengan ketinggian 1.5 m dari permukaan
tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan penyinaran dengan menggunakan
lampu 45 dan 55 watt dapat menginduksi pembungaan buah naga di luar musim. Kuncup
bunga pertama muncul pada 54 dan 42 hari setelah penambahan penyinaran masingmasing dari penambahan penyinaran 45 dan 55 watt. Perkembangan kuncup bunga hasil
induksi sampai mekar (antesis) memerlukan waktu 19-20 hari, sama dengan bunga yang
muncul secara alami. Kuncup bunga hasil induksi yang bertahan sampai bunga mekar

sekitar 39,5% (45 watt) dan 75,7% (55 watt), akan tetapi hampir semua bunga yang mekar
berkembang menjadi buah.
Kata kunci: Kerontokan Bunga, Kuncup Bunga, Antesis, Lampu, Penyinaran
Abstract
Dragon fruit is becoming more popular in Indonesia. Continues supply at affordable price is
one of the constraints to increase consumption. The aim of this research was to study the
effect of photoperiod on off season flowering and fruit production of dragon fruit Hylocereus
undatus. The study was arranged in randomized complete block design with one factor, i.e.
illumination at 45 watts and 55 watts. Unilluminated plants were used as control. The
treatments were replicated three times. Illumination was carried out during May-July 2013,
immediately after fruiting season had been terminated. The lamp for illumination were placed
at 1.5m height among four newly harvested plants for eleven hours (17.00-04.00), The
results showed that illumination with 45 and 55 watts induced off season flowering in
Hylocereus undatus. The first flower bud appered on 54 and 42 days after illumination
respectedly from plants treated with 42 and 55 watt. Development of the flower buds until
amthesis took 19-20 days similar to those flower appeared naturally. Fruit set of the induced
flowering was low, only 39.5% (45 watts) and 71.4% (55 watts) of flower buds remained until
amthesis, however, almost all flowers that bloomed developed into mature fruit.
Keywords: Anthesis, Flower Abortion, Flower Buds, Illumination, Lamp
Pendahuluan

Hylocereus spp. (buah naga) adalah anggota familia Cactaceae yang memiliki
habitat asli daerah tropis (Drew dan Azimi, 2002). Pembungaan buah naga di daerah
belahan bumi utara terjadi pada bulan Mei-Oktober sementara di daerah belahan bumi
selatan terjadi pada bulan Oktober-April (Nerd dan Mizrahi, 1997; Weiss et al., 1994; Luders
dan McMahon, 2006). Demikian juga di daerah Yogyakarta pembungaan terjadi pada bulan
Oktober-April, sementara periode panen buah pada bulan Nopember-Mei (Gun Soetopo, 2

593

Maret 2013, komunikasi pribadi). Antara bulan Mei-Oktober tanaman tidak berbunga dan
tidak menghasilkan buah. Salah satu upaya untuk menjamin ketersediaan buah di pasar
adalah dengan mengupayakan produksi buah di belahan bumi selatan dan utara sehingga
ke dua wilayah tersebut dapat memenuhi kebutuhan pasar secara bergantian atau
mengupayakan pembungaan di luar musim.
Penambahan penyinaran untuk mengatur waktu pembungaan secara komersial
dilakukan untuk memproduksi buah di luar musim (Chang, 1968). Boyle (1991) melaporkan
bahwa pengendalian pembungaan Rhipsalidopsis gaertneri (kaktus Natal-Cactaceae) dapat
dilakukan dengan perlakuan suhu dan penyinaran agar ketika permintaan tinggi sekitar
bulan Desember tanaman dalam keadaan berbunga. Jumlah kuncup bunga tertinggi
diperoleh jika tanaman diberi perlakuan hari panjang selama 5 minggu. Luder dan McMahon

(2006) menduga Hylocereus spp. merupakan tanaman hari panjang, sehingga induksi
pembungaan terjadi pada saat hari panjang atau tanaman diberi penambahan penyinaran.
Menurut Nerd et al. (2002) musim panas pada daerah pantai dengan suhu udara
o

rata-rata sekitar 32-34 C tanaman buah naga Hylocereus undatus dan Hylocereus
-1

polyrhizus dapat menghasilkan 28-34 ton ha , sedangkan menurut Valiente-Banuet et al.
o

(2007) daerah lembah dengan suhu rata-rata 38 C menghasilkan buah naga rata-rata 5 ton
-1

ha

atau bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Hasil analisis menunjukkan bahwa

persentase pembentukan buah (fruit set) pada ke dua daerah tersebut sama, sehingga
disimpulkan bahwa rendahnya produksi buah disebabkan oleh rendahnya produksi bunga

sebagai akibat dari suhu yang terlalu tinggi. Nobel dan de la Barrera (2002) dan Nobel et al
(2002) melaporkan bahwa pengambilan CO2 pada Hylocereus undatus mencapai optimal
pada suhu udara siang/malam sekitar 30/20°C dan menurun jika kisaran suhu siang/malam
35/25°C. Pada kisaran suhu siang/malam 40/30°C sulur tanaman mengalami nekrosis dalam
waktu 6 minggu. Penelitian ini bertujuan untuk menginduksi tanaman bunga naga agar
berbunga di luar musim menggunakan penambahan penyinaran.
Metodologi
Penelitian dilakukan dari bulan Mei-Juli 2013. Penelitian dilakukan di kebun buah
naga Sabila Farm yang terletak di Pakem, Sleman Yogyakarta. Bahan penelitian adalah
tanaman buah naga spesies Hylocereus undatus yang sudah berumur 7 tahun. Tanaman
diusahakan seragam dan tidak terserang penyakit, dan ditanam dengan jarak 2x2 m,
dengan penyangga beton setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Sebagai perlakuan
digunakan lampu dengan kekuatan 45 dan 55 watt ditempatkan di antara empat tanaman
pada ketinggian 1,5 m (Gambar 1), sementara sebagai kontrol digunakan tanaman yang
tidak diberi penambahan penyinaran. Percobaan dirancang dalam rancangan kelompok
lengkap teracak (RKLT), dengan tiga ulangan. Penambahan penyinaran dilakukan pada
bulan Mei-Juli, setelah tanaman selesai berbuah, pada pukul 17.00-04.00 (11 jam). Lampi
dimatikan pada saat kuncup bunga mulai muncul, pada 54 hari setelah penyinaran.

594


Gambar 1. Letak lampu diantara empat tanaman H. undatus

Peubah yang diamati adalah waktu muncul kuncup bunga, jumlah bunga terinduksi,
waktu mekar bunga serta jumlah buah yang terbentuk. Pengolahan data menggunakan uji F
dengan aplikasi SAS. DMRT digunakan untuk menguji beda nyata perlakuan.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini merupakan percobaan pendahuluan yang masih sangat awal dan
sederhana. Informasi yang diperoleh dari percobaan ini diharapkan dapat digunakan
sebagai dasar pertimbangan untuk pengembangan penelitian-penelitian lanjutan yang lebih
detail dan akurat.
Saat Muncul Kuncup dan Saat Mekar Bunga
Saat muncul bunga adalah jumlah hari yang dibutuhkan sejak penyinaran sampai
kuncup bunga H. undatus dapat diidentifikasi. Penambahan penyinaran 45 watt dan 55 watt
selama 11 jam/hari memberi pengaruh yang tidak berbeda terhadap saat muncul kuncup
bunga. Tanaman yang diberi penambahan penyinaran 45 watt menghasilkan kuncup bunga
pertama yang muncul pada 54 hari setelah penyinaran (HSP), sementara penambahan
penyinaran 55 watt menghasilkan kuncup bunga pertama pada 42 HSP (Gambar 1).
Pada hari ke 54, semua perlakuan penambahan penyinaran terhadap sulur buah
naga dihentikan, dan kuncup bunga terus bermunculan setelah penyinaran dihentikan.

Tanaman yang

telah diberi tambahan penyinaran dengan lampu 45 watt menghasilkan

kuncup bunga pada 54, 69 dan 77 HSP (3 kali pemunculan), sementara penambahan
penyinaran dengan lampu 55 watt menghasilkan kuncup bunga berturut-turut pada 42, 54,
69, dan 77 HSP (4 kali pemunculan). Tanaman yang tidak diberi tambahan penyinaran tidak
menghasilkan kuncup bunga sama sekali hingga akhir pengamatan.

Gambar 1. Waktu yang diperlukan untuk muncul kuncup bunga dan bunga mekar di luar musim pada
H. undatus setelah penambahan penyinaran

595

Lama perkembangan kuncup bunga sampai bunga mekar pada kedua perlakuan
tidak berbeda, yaitu sekitar 19-20 hari (Gambar 2.). Menurut Nadila (2014) perkembangan
kuncup bunga hingga mekar yang terjadi secara alami di daerah Pakem, Yogyakarta
membutuhkan waktu 19-21 hari. Sementara menurut Le Bellec et al. (2006) di Meksiko
perkembangan bunga dari kuncup hingga mekar memerlukan waktu selama 15-20 hari. Hal
ini menunjukkan bahwa lama perkembangan kuncup hingga mekar pada bunga di luar

musim yang diinduksi dengan penambahan penyinaran tidak berbeda dengan pembungaan
alami di Indonesia.
Menurut Nadila (2014) bunga yang terbentuk secara alami sekitar bulan Maret-April
mempunyai diameter 4,5 cm dan panjang 31,83 cm saat mekar, sementara unga yang
diinduksi dengan penambahan penyinaran di luar musim mempunyai diameter 6,86 cm dan
panjang 35 cm saat mekar. Hal ini menunjukkan bahwa pembungaan hasil induksi
mempunyai ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan pada pembungaan alami.

Gambar 2. Perkembangan kuncup hingga mekar bunga H. undatus hasil induksi penyinaran.
Panjang
; diameter

Jumlah Bunga yang Terbentuk
Musim berbunga di Yogyakarta terjadi pada bulan Oktober-April. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa penambahan penyinaran dengan lampu 45 watt dan 55 watt dengan
durasi 11 jam/hari selama 54 hari menghasilkan masing-masing 28 dan 32 kuncup bunga
(Gambar 3.). Tanaman yang tidak diberi penambahan penyinaran tidak membentuk kuncup
bunga sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa Hylocereus undatus merupakan tanaman
yang sensitif terhadap perlakuan penambahan penyinaran, sebagaimana dikemukakan
Luder dan McMahon (2006) yang menduga bahwa Hylocereus spp. merupakan tanaman

hari panjang yang sensitif terhadap penambahan cahaya. Hasil penelitian di beberapa
tempat mendukung dugaan ini sebagaimana dilaporkan bahwa produksi buah Hylocereus
spp. di beberapa tempat di belahan bumi utara seperti Israel, Jepang dan Amerika Serikat
terjadi pada musim panas sampai awal musim gugur, yaitu bulan April-Oktober (Nerd dan
Mizrahi 1997; Merten 2003), pada saat panjang hari lebih dari 12 jam/hari. Sementara di
New South Wales, Australia (29 ͦLS) terjadi pada bulan Februari-April (Luder dan McMahon
2006). Akan tetapi hasil percobaan ini tidak membuktikan bahwa buah naga merupakan
tanaman hari panjang karena di Pakem, Yoyakarta, secara alamiah tanaman buah naga

596

berbuah pada bulan Oktober-April tanpa penambahan penyinaran. Oleh karena itu
penambahan penyinaran pada bulan Mei-Juli segera setelah tanaman selesai berbuah
berperan sebagai upaya meningkatkan asimilat karena panjangnya proses fotosintesis yang
dapat menginduksi terjadinya inisiasi pembungaan.

Gambar 3. Jumlah kuncup bunga yang terinduksi melalui penambahan penyinaran

Tanaman buah naga dapat digolongkan dalam tanaman CAM (crassulasean acid
metabolism). Laju pengambilan CO2 oleh tanaman buah naga yang terpapar pada panjang

hari selama 13 jam mulai meningkat setelah pukul 16.00 dan mencapai puncaknya sekitar
pukul 22.00 kemudian menurun pada pukul 08.00 keesokan harinya. Pada konsentrasi CO2
udara yang tinggi (dua kali lipat), laju pengambilan CO2 meningkat sebesar 34% (Raveh et al
1995). Penambahan penyinaran pada penelitian ini dapat berfungsi sebagai penambahan
periode fotosintesis sehingga asimilat yang dihasilkan bertambah banyak. Akumulasi
asimilat yang memadai memungkinkan terjadinya inisiasi primordia bunga pada bagian
meristem.
Kuncup bunga yang diinduksi di luar musim tidak semuanya berkembang sampai
bunga mekar. Dari dua kali kemunculan kuncup bunga setelah penyinaran dihentikan, hanya
sekitar 39,5 % - 75,7% kuncup yang bertahan hingga bunga mekar (Tabel 1.). Sebagian
besar kuncup bunga rontok pada fase awal perkembangan kuncup, dan hanya sebagian
kecil rontok sebelum bunga mekar . Kerontokan pada fase kuncup diduga disebabkan oleh
suhu udara dan intensitas cahaya matahari yang tinggi selama pembungaan di luar musim
(bulan kering), yang menyebabkan kuncup tidak berkembang, dan mengering (Gambar 4.).
Kemungkinan lain penyebab kerontokan selama perkembangan kuncup bunga adalah
keterbatasan asimilat yang tersedia untuk perkembangan kuncup bunga, mengingat bahwa
induksi pembungaan dilakukan segera setelah musim berbuah selesai, sehingga tanaman
belum mengakumulasi cadangan makanan yang cukup untuk membentuk organ reproduktif.
Tabel 1. Rata-rata jumlah kuncup bunga dan buah yang terbentuk (per empat tanaman)
Perlakuan

Kontrol
45 watt
55 watt

∑ kuncup bunga
b
0
a
4.3
a
7

∑ bunga mekar (%)
b
0
b
1.7 (39.5)
a
5.3 (75.7)


∑ buah muda (%)
b
0
b
1.7 (39.5)
a
5.0 (71.4)

597

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
t
uji 1% (uji selang berganda Duncan). data yang dianalisis adalah data yang ditransformasi
)

Gambar 4. Kuncup bunga H. undatus yang akan rontok

Hampir semua bunga yang bertahan sampai mekar dapat berkembang menjadi
buah masak (Tabel 3), yang menunjukkan bahwa persentase pembentukan buah (fruit set)
mendekati 100%, sebagaimana terjadi pada pembungaan yang terjadi secara alami (Nadila,
2014). Data ini memberi indikasi bahwa penyerbukan terjadi tanpa hambatan yang berarti.
Dengan demikian bunga yang berhasil mekar di luar musim dapat menghasilkan polen
dengan viabilitas yang cukup memadai untuk menghasilkan fruit set yang tinggi. Selain itu
data ini juga mencerminkan bahwa serangga penyerbuk (pollinator), jika diperlukan untuk
membantu penyerbukan tetap tersedia untuk membantu transfer polen ke permukaan
stigma. Hasil percobaan pendahuluan ini perlu dilanjutkan untuk memperoleh perlakuan
yang optimal dari segi durasi penambahan penyinaran dan daya lampu yang efektif untuk
menginduksi pembungaan Hylocereus undatus.
Ucapan Terima Kasih
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir. Gun Soetopo dan Ir. Elly Mulyati
selaku pemilik Sabila Farm yang telah memberikan izin penggunaan bahan tanam dan
fasilitas selama penelitian berlangsung.
Daftar Pustaka
Boyle TH. 1991. Temperature and photoperiodic regulation of flowering in ‘Crimson Giant’
easter cactus. J Amer Soc Hor Sci 116 (4):618-622.
Chang JH.1968. Climate and Agriculture an Ecological Survey. Chicago (US): Aldine
Drew RA, Azimi M. 2002. Micropropagation of red pitaya (Hylocereus undatus). Amer.
Journal of Bot. 81:1052-1062.
Le Bellec F, Vaillant F, Imbert E. 2006. Pithaya (Hylocereus spp): a new fruit crop, a market
with a future. Fruits 61: 237-250.
Luders L, McMahon G, 2006. The pitaya or dragon fruit (Hylocereus undatus). Agnote .No:
D42. Northern Territory Government 238:10.
Merten S. 2003. A review of Hylocereus production in the United States. J-PACD 5: 98-105.
Metz C, Nerd A, Mizrahi Y. 2000. Viability of pollen of two fruit crop cacti of the genus
Hylocereus is affected by temperature and duration of storage. HortScience 35(1):22–
24.

598

Nadila D. 2014. Fenologi pembungaan dan penyerbukan buah naga Hylocereus spp. dan
Selenicereus megalanthus. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Nerd A, Mizrahi Y, Nobel PS. 1997. Cacti as crops. Hort Rev. 18. 291-320.
Nerd A, Mizrahi Y. 1997. Reproductive biology of fruit cacti. Hort Rev. 18:322–346.
Nerd A, Sitrit Y, Kaushik RA, Mizrahi Y. 2002. High summer temperatures inhibit flowering in
vine pitaya crops (Hylocereus spp.). Scientia Horticulturae 96, 343–350.
Nobel PS, de la Barrera E. 2002. High temperatures and net CO2 uptake, growth, and stem
damage for the hemiepiphytic cactus Hylocereus undatus. Biotropica 34: 225–231.
Nobel PS, de la Barrera E, Beilman DW, Doherty JH, Zutta BR. 2002. Temperature
limitations of edible cacti in California. Madron˜o 49: 228–236.
Raveh E, Gersani M, Nobel PS. 1995. CO2 uptake and fluorescence response for a shadetolerant cactus Hylocereus undatus under current and double CO2 concentration.
Physilogia Plantarum 93: 505–511.
Valiente-Banuet A, Gally RS, Arizmendi MC, Casas A. 2007. Pollination biology of
hemiepiphytic cactus Hylocereus undatus in the Tehuacan Valley, Mexico. Journal of
Arid Environments 68: 1–8.
Weiss J, Nerd A, Mizrahi Y. 1994. Flowering behavior and pollination requirements in
climbing cacti with fruit crop potential. Hort. Science 29 (12):1487-1492.

599

600

:

Bukittinggi 23-25 September 2014

Tema

:“Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam
Membangun Pertanian Bio-industri Buah Tropika
Berkelanjutan”

Diselenggarakan Oleh:

BALAI PENELITIAN TANAMAN BUAH TROPIKA
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2015

ISBN : 978-979-1465-43-4

PROSIDING
Seminar Nasional Buah Tropika Nusantara II
Bukittinggi, 23 – 25 September 2014

X, 1270 halaman, 2015
Penyunting Pelaksana

:

Dr. A. Soemargono
Dr. Muryati, MP.
Ir. Sri Hadiati, MP.
Dr. Martias, MP.
Dr. Agus Sutanto, MSc.
Ir. NLP. Indriyani, MP.
Dra. Jumjunidang, M.Si

Setting Layout

:

M. Nufur, AM.d
Ismuharti, AM.d

Diterbitkan oleh

:

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika
Jl. Raya Solok–Aripan Km 8, Kotak Pos 5 Solok
Sumatera Barat 27301
Telphon : 0755-20137, Faximili : 0755-20592,
Website: www.balitbu.litbang.pertanian.go.id,
E-mail: balitbu@litbang.pertanian.go.id

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan
yang Maha Kuasa, Prosiding Seminar Nasional Buah Tropika
Nusantara II telah dapat diselesaikan dengan baik. Seminar
Nasional yang diselenggarakan pada tanggal 23-25 September
2014 di hotel The Hills Bukittingi dengan tema:“Dukungan
Teknologi

dan

Hasil

Penelitian

dalam

Membangun

Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan” bertujuan untuk: (1)
Menginformasikan

hasil-hasil

penelitian

tanaman

buah

tropika,

(2)

Mensosialisasikan dan mengkomunikasikan isu-isu terbaru dalam perbuahan
nasional, (3) Mengidentifikasi peluang konservasi, perbenihan, pengolahan dan
pemasaran buah tropika dalam mewujudkan pertanian bio-industri berkelanjutan, (4)
Mendapatkan umpan balik, masukan, tindak lanjut dari pengguna terhadap
penerapan science, innovation, and networks dalam pengembangan buah tropika
dan (5) Meningkatkan kualitas dan kuantitas Karya Tulis Ilmiah (KTI) komoditas
tanaman buah pada jurnal Nasional dan Internasional.
Beberapa rumusan yang telah dihasilkan dalam Seminar Nasional tersebut, berupa
rangkuman inovasi dan teknologi buah-buahan yang dihasilkan oleh berbagai
lembaga penelitian, dapat ditingkatkan aplikasinya guna membangun pertanian Bioindustri buah tropika secara berkelanjutan.
Makalah yang disampaikan dalam seminar ini disusun dalam Prosiding Seminar
Nasional Buah Tropika Nusantara II yang terdiri dari dua bundel. Semua naskah
dalam prosiding telah dipresentasikan dalam seminar tersebut, baik secara oral
maupun poster dan telah melalui proses evaluasi dan editing oleh tim penyunting.
Pada kesempatan ini saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan Prosiding Seminar Nasional Buah
Tropika Nusantara II ini. Semoga prosiding ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak
yang membutuhkan.
Jakarta, April 2015
Kepala Pusat,
Dr. Ir. M. Prama Yufdy, MSc.
NIP.: 19591010 198603 1 002

i

ii

SAMBUTAN
KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Dalam
SEMINAR BUAH TROPIKA NUSANTARA KEDUA
BUKITTINGGI, 23-25 SEPTEMBER 2014
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,
Yang saya hormati,


Direktur Jenderal Hortikultura,



Para pejabat yang mewakili eselon I lingkup Kementan,



Kepala Dinas Propinsi Sumatera Barat



Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Agam



Dekan Fakultas Pertanian UNAND, UMMY, Politani



Para Narasumber



Kepala Pusat/Puslitbang dan Balai Besar lingkup Badan Litbang Pertanian;



Serta Para Kepala BPTP, Balai Penelitian, Peneliti, Perekayasa, Penyuluh dan Hadirin
yang berbahagia,

Pertama tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan kesehatan kepada kita semua sehingga dapat berkumpul pada
acara “Seminar Nasional Buah Tropika Nusantara II” dengan tema “Dukungan teknologi dan
hasil penelitian dalam membangun pertanian bio-industri buah tropika berkelanjutan”. Juga
tidak lupa disampaikan salawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membimbing umat manusia menuju jalan yang terang.
Hadirin yang saya hormati,
Pada pagi hari ini kita menghadiri seminar buah tropika nusantara yang kedua yang
merupakan salah satu rangkaian dari Pekan Bakti Agroinovasi dalam rangka hari ulang
tahun Badan Litbang Pertanian ke 40. Topik Bio-industri pertanian memang sengaja
diangkat pada seminar ini dengan tujuan untuk menghimpun informasi sejauh mana hasilhasil penelitian bio industri tanaman buah tropika telah dilakukan. Hal ini penting untuk
dilakukan guna mendukung program Kementerian Pertanian tahun-tahun berikutnya yang
menekankan pada pertanian bio-industri berkelanjutan.
Para hadirin sekalian,
Bidang pertanian saat ini sedang menghadapi permasalahan dan tantangan yang cukup
berat, yaitu berkurangnya areal pertanian, berkurangnya sumberdaya air, pemanasan
global, pencemaran lingkungan, dan pertumbuhan penduduk. FAO memperkirakan bahwa

iii

produktivitas pertanian harus dua kali lipat pada tahun 2025 untuk memenuhi peningkatan
permintaan pangan akibat pertumbuhan populasi penduduk dan penurunan sumberdaya
pertanian. Oleh karena itu tantangan terbesar adalah bagaimana menghasilkan pangan
dengan efisiensi tinggi namun dengan dampak lingkungan minimal.
Para hadirin sekalian,
Terkait dengan buah-buahan, daya saing buah tropika Indonesia masih rendah terutama
untuk pasar ekspor. Hal ini dikarenakan belum optimalnya (1) kuantitas produksi sehingga
berpengaruh pada pemenuhan kuota permintaan dan kontinyuitas suplai, (2) kualitas
produksi yang berpengaruh pada tingkat kesukaan konsumen, (3) penanganan pascapanen
yang terutama berkaitan dengan daya simpan buah. Kesemua ini terjadi karena sebagian
besar buah tropika Indonesia dihasilkan dari lahan pekarangan atau hutan yang umumnya
belum menerapkan teknologi rekomendasi. Tanaman biasanya dirawat dengan teknologi
sekedarnya dan beragam sehingga menghasilkan kuantitas dan kualitas produksi yang
beragam pula. Sehingga bila dihubungkan dengan persyaratan pasar biasanya hanya sedikit
yang memenuhi syarat terutama untuk pasar ekspor, yaitu hanya sekitar 10-15%.
Rendahnya daya saing buah tropika terlihat dari data ekspor impor tahun 2012, dimana
volume ekspor sebesar 216.752 ton dengan nilai U$ 227.403.266 sedangkan volume impor
sebesar 885.174 ton dengan nilai U$ 963.684.451. Kondisi ini menjadi tantangan bagi kita
semua untuk meningkatkan daya saing buah tropika Indonesia sehingga mampu bersaing
dengan buah dari negara lain.
Para hadirin yang berbahagia,
Arah kebijakan dan strategi pembangunan hortikultura, termasuk buah-buahan, mengacu
pada arah visi, misi, dan sasaran utama pembangunan pertanian dalam SIPP 2013-2045.
Pembangunan hortikultura ke depan diarahkan untuk mewujudkan sistem hortikultura yang
mandiri, maju, adil dan makmur. Pembangunan hortikultura harus mengarah pada
terwujudnya sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan yang menghasilkan beragam produk
bernilai tambah tinggi dari sumberdaya hayati tropika. Program dan kegiatan utama litbang
pertanian adalah melaksanakan penelitian untuk menjawab berbagai permasalahan yang
dihadapi, sehingga porsi utama alokasi sumberdaya harus difokuskan untuk melaksanakan
kegiatan penelitian yang menghasilkan invensi dan inovasi terobosan. Keunggulan
pembangunan hortikultura di dalam negeri dalam era persaingan global haruslah didasarkan
pada potensi sumberdaya tropika untuk menghasilkan biomassa dan dijadikan sebagai basis
keunggulan kompetitif dalam bioekonomi. Pembangunan hortikultra dilandasi oleh
keunggulan kawasan tropika yang secara alami merupakan kawasan yang efektivitas dan
produktivitas dalam pemanfaatan energi matahari melalui proses budidaya dan bioenjinering
hayati untuk menghasilkan biomassa dan energi yang siap pakai. Pembangunan subsektor
hortikultura harus diarahkan pada terwujudnya sistem pertanian yang berdaya saing global
serta mampu memberi kontribusi nyata terhadap peningkatan pendapatan petani, nilai

iv

ekspor dan mendorong berkembangnya pusat pertumbuhan ekonomi berbasis bioindustri di
daerah.
Para hadirin sekalian,
Memasuki periode pembangunan tahun 2015 – 2019, Badan Litbang Pertanian menempuh
pendekatan 9 sistem inovasi sesuai dengan segmentasi sistem agribisnis, yaitu (1)
Pengelolaan Sumber Daya, (2) Sistem Produksi, (3) Pasca Panen/Pengolahan, (4)
Logistik/Distribusi, (5) Pengelolaan Lingkungan, (6) Pemasaran hasil, (7) Inovasi
Kelembagaan, (8) Dukungan Manajemen, dan (9) Blok Program. Sistem inovasi tersebut
diselaraskan dengan konsep bioekonomi yang bertumpu pada bidang bioteknologi dan
bioenjinering. Di dalam menerapkan 9 sistem inovasi tersebut, Badan Litbang Pertanian
mengembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai instansi terkait di dalam maupun luar
negeri. Hal ini sejalan dengan tagline Badan Litbang Pertanian yaitu Science, Innovation,
dan Network yang mengimplementasikan keterpaduan hulu – hilir dalam penciptaan invensi
dan pengembangan inovasi melalui sinergi sistem litkajibangdiklatluhrap.
Para hadirin yang saya hormati,
Demikian sambutan yang bisa saya sampaikan pada hari ini. Mudah-mudahan dari kegiatan
seminar dapat dihimpun semua teknologi inovasi mendukung pertanian bio-industri
sekaligus masukan/saran/pendapat agar pertanian bio-industri berkelanjutan terutama untuk
perbuahan

dapat

diwujudkan.

Dengan

mengucap

Bismilahirrohmanirrohim

seminar

“Dukungan teknologi dan hasil penelitian dalam membangun pertanian bio-industri buah
tropika berkelanjutan” dengan ini secara resmi dibuka.

Wabillahi taufiq Walhidayah,
Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh,

Bukittinggi, 23 September 2014
Kepala Badan Litbang Pertanian
Dr. Haryono, MSc

v

vi

DAFTAR ISI

Hal

1.

2.
3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.
16.

KATA PENGANTAR
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PERTANIAN
DAFTAR ISI
MAKALAH UTAMA
System Approach Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan
Sekretaris Badan Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian
Dr. Agung Hendriadi
Konsep Dan Penerapan Sistem Pertanian-bioindustri Berkelanjutan
Prof. Dr. Pantjar Simatupang
Penelitian Tanaman Buah Menuju Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura
Dr. Ir. M. Prama Yufdy, MSc.
Status Dan Arah Pengembangan Kawasan Buah-buahan Di Indonesia
Direktur Budidaya dan Pasca Panen Buah
Ir. Rahman Pinem, MM
Inovasi Alat dan Mesin Pertanian Dalam Meningkatkan Mutu dan Nilai
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
Dr. Astu Unadi, M.Eng
Dukungan Teknologi Pascapanen Dalam Meningkatkan Nilai Tambah Produk
Buah Tropika Dan Pertanian Bio-industri
Balai Besar Pasca PanenPertanian
Ir. Rudy Tjahjohutomo, MT
Peranan PKHT-IPB dalam Pengembangan Tanaman Buah
Pusat Kajian Hortikultura Tropika
Dr. Darda Efendi
Peluang, Tantangan dan Upaya Mendorong Pengembangan Bio-Industri
Tanaman Buah Indonesia Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN
Prof. Dr. Roedhy Poerwanto
Model Pembangunan Pertanian Bio-industri Berbasis Pertanian
PT. Great Giant Pineapple
Ruslan Krisno dan Supriyono Loekito
Potensi Pasar dan Daya Saing Buah Indonesia pada Era Pasar Global
ASEIBSSINDO
SDG dan Pemuliaan
Konservasi Jangka Pendek Secara In Vitro Sumber Daya Genetik Pisang
Menggunakan Media dengan Berbagai Tekanan Osmotik dan Penyimapanan
Suhu Rendah
Wiwik Hardaningsih dan Muzakkir
Diversitas Tanaman Buah di Lahan Pekarangan Sumatera Barat (Diversity of
Fruit Crops in Home Garden of West Sumatera)
Hardiyanto dan Nirmala Friyanti Devy
Penerapan Konsep Community Based Biodiversity Management (CBM) dalam
Konservasi Sumber Daya Genetik Garcinia sp Mendukung Pertanian
Bioindustri
Idha Widi Arsanti dan Ellina Mansyah
Karakterisasi 25 Klon Mangga untuk Perbaikan Varietas Mangga Gedong
Gincu
Karsinah, Rebin, Sri Hadiati, Kusrini Setyowati, dan M. Jawal Anwaruddin Syah
Aegle marmelos (L.) Corr.: Peningkatan Potensi Buah Lokal Indonesia
Fitri Fatma Wardani, Frisca Damayanti, dan Inggit Puji Astuti
Mangifera pajang Kostermann: Mangga Liar Endemik Borneo yang Kritis di
Alam dan Persebarannya di Kalimantan
Inggit Puji Astuti dan Reni Lestari

i
iii
vii

1
9

37

71

83

103

137

165

183
191

199

209

221

231
239

245

vii

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.
24.
25.

26.
27.
28.

29.

30.

31.
32.

33.

34.

35.

36.

37.

viii

Inventarisasi dan Karakterisasi Morfologi Tanaman Durian (Durio zibethinus)
di Langkahan dan Sawang Kabupaten Aceh Utara.
Rd. Selvy Handayani dan Ismadi
Analisis Keragaman Sumber daya Genetik Buah-Buahan di Kabupaten
Karimun Provinsi Kepulauan Riau melalui Pendekatan Indeks Shanon dan
Koofisien Sorenson
Dahono, Yayu Zurriyati dan Lutfi Izhar
Keanekaragaman Gandaria (Bouea oppositifolia (Roxb.) Adelb.,
Anacardiaceae) Asal Sumatra dan Kebun Raya Bogor
Tri Harsono, Nursahara Pasaribu, Sobir, Fitmawati, Yusron E. Ritonga
Karakterisasi dan evaluasi Koleksi Plasma Nutfah Durian Berdasarkan
Karakter Morfologi Buah
Sri Hadiati, S., F. Nasution dan D. Sunarwati
Pendugaan Keragaman Garcinia sp dan Nephelium sp di Propinsi Sumatera
Barat dan Jambi serta Potensi Pemanfaatannya dalam Pertanian Bioindustri,
Ellina Mansyah dan Edison Hs
Karakterisasi Beberapa Aksesi Indigenous Durian di Kabupaten Katingan
Provinsi Kalimantan Tengah
Ni Luh Putu Indriyani dan Sri Hadiati
Seleksi Karakter Agronomis beberapa Hasil Persilangan Pepaya,
Sunyoto, Tri Budiyanti, Liza Octriana, dan Dewi Fatria
Karakterisasi Buah Galur Melon Generasi Lanjut
Makful, Hendri, Sunyoto dan Sahlan
Performa Beberapa Galur Harapan Melon Serta Prospeknya Sebagai Calon
Kultivar Unggul Baru
Suharyon Mayunar dan Busyra
Teknologi Genomika Untuk Akselerasi Pemuliaan Tanaman Buah Tahunan
I Made Tasma dan Puji Lestari
Analisis Sidik Jari DNA pada Mangga (Mangifera indica L.)
Puji Lestari, Reflinur dan I Made Tasma
Konservasi In Vitro Tanaman Jeruk (Citrus sp.) dan Pengaruhnya Terhadap
Stabilitas Genetik
Farida Yulianti, F. Devy
Sebaran dan Keragaman Plasma Nutfah Jenis Buah-buahan di Kalimantan
Selatan
Aidi Noor dan Rina Dirgahayu Ningsih
Keragaan Morfologi dan Kualitas Buah Pepaya Di Empat Lokasi di Wilayah
Bogor pada Dua Musim
Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati
Morfogenesis Aksis Bunga Pisang Kepok Kuning dan Kluthuk Awu
Ika Roostika, Suci Rahayu, Edison, Agus Sutanto
Kajian Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Lokal Tanaman
Buah-Buahan di Bali
I Gusti Komang Dana Arsana
Eksplorasi dan Karakterisasi Duku (Lansium sp.) Unggulan Lokal Kabupaten
Dharmasraya
Edison, HS, Catur Hermanto, dan Titin Purnama
Pemanfaatan SNP berbasis Gen Spesifik sebagai Marka Molekuler yang
Menunjang Program Pemuliaan Tanaman Buah Tropika
Agus Sutanto
Studi Keragaman Genetik Nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.)
Berdasarkan Marka Morfologi
Sulassih, Sobir, Santosa E, Tirtawinata MR
Keanekaragaman Spesies Tanaman Pekarangan di Wilayah Pedesaan di
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur)
Noor Roufiq Ahmadi dan Farid R. Abadi
Potensi dan Konservasi Durian Hutan Kalimantan (Durio kutejensis)
Tri Atmoko

253

263

271

279

289

301
307
319

331
341
351

361

367

377
385

393

401

407

417

425
437

38.

39.

40.

41.

42.

43.

Inventarisasi dan Prospek pengembangan Sumber Daya Genetik Tanaman
Buah spesifik Kabupaten Muaro Jambi Propinsi Jambi
Julistia B, Desi Hernita dan Endrizal
Kajian Dampak Deforestasi terhadap Ancaman Kepunahan Sumber Daya
Genetik Buah-Buahan Tropika Nasional
Dian Kurniasih
Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis Pepaya Koleksi Balitbu
Tropika di Kebun Percobaan Subang
Noflindawati dan Dewi Fatria
BUDIDAYA
Pengaruh Sumber Eksplan dan Teknik Sterilisasi pada Perbanyakan Tin
(Ficus carica) melalui Kultur Jaringan
Agustina E. Marpaung , Rina C. Hutabarat dan Liza Octriana
Pengaruh Kombinasi Benzil Amino Purin (BAP) dan Napthalene Acetic Acid
(NAA) terhadap Pertumbuhan Kultur Tunas Manggis (Garcinia mangostana L.)
Andre Sparta dan Rahayu Triatminingsih
Induksi dan Pendewasaan Embrio Somatik Asal Eksplan Tangkai Benang Sari
Durian

Rahayu Triatminingsih, Yosi Zendra Joni dan Ida Fitrianingsih
44.
45.

46.

Regenerasi Manggis (Garcinia mangostana L.) Melalui Embriogenesis Somatik
Yosi Zendra Joni, Darda Efendi, dan Ika Roostika
Evaluasi Aplikasi Perbanyakan Bibit Jeruk Melalui Embriogenesis Somatik
(SE) Secara In Vitro
Nirmala Friyanti Devy dan Hardiyanto
Induksi Kalus Embriogenik Jeruk Siam Medan Triploid Sebagai Eksplan dalam
Transformasi Gen Ap1 dan Lfy untuk Memperpendek Fase Juvenil

Mia Kosmiatin, Diani Damayanti, Ali Husni
47.

48.

49.

50.

51.

52.

53.

54.
55.

56.
57.

Studi Pendahuluan : Perkembangan Jaringan Endosperma dan Induksi
Pembentukan Kalus dari Endosperma Jeruk Siam (Citrus nobilis L)
M. Kosmiatin, A. Husni dan A. Purwito
Efek Pemberian Kapur Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pisang pada
Lahan Marjinal di Kalimantan Timur
Irwan Muas, Jumjunidang, Hendri, D.Emilda dan D. Fatria
Keragaman Pertumbuhan Beberapa Varietas Manggis (Garcinia mangostana
L.)
Djoko Mulyono, M. Jawal Anwarudin Syah, Adhitya Marendra Kiloes
Perencanaan Kebun Buah Tropika di Kawasan Pusat Inovasi Agroteknologi
(Piat) Ugm Mangunan Girirejo Kabupaten Bantul Yogyakarta
Siti Nurul Rofiqo Irwan, Taryono, Susilo, ErlinaAmbarwati, Sri Trisnowati, Rohlan
Rogomulyo, Dyah Wenny Respatie
Status Budidaya dan Harapan Pelaku Usaha Durian Terhadap Idiotipe Durian
Nasional
Panca J. Santoso dan Fitriana Nasution
Pengaruh Jenis Pembungkus dan Saat Pembungkusan Terhadap Kehilangan
Hasil dan Kualitas Buah Mangga Arumanis
Rebin, Karsinah, A. Soemargono, Djoko Sudarso dan Kusrini Setyowati
Aktivitas Fotosintesis Bibit Durian (Durio zibethinus Murr.) ’Monthong’ yang
disemprot Giberelin
Nursuhud, Liferdi, dan Andina Sukmabudiarto
Induksi Pembungaan Hylocereus undatus di Luar Musim dengan Penyinaran
Palupi, ER, dan Farida, S
Kalender Budidaya Durian TM: Panduan Budidaya Durian Masa Produksi
Selama Satu Tahun
Panca Jarot Santoso
Efek Pembungkusan terhadap Kandungan Nutrisi Buah Mangga Hibrida
Syarif Husen, Kuswanto, Rebin
Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma terhadap Pertumbuhan Benih
Sambungan Mangga (Mangifera indica L.)
Karsinah, NLP. Indriyani, dan Sukartini

449

457

465

471

479

487
495

505

517

527

535

555

563

571

579

587
593

601
609

619

ix

58.

59.

x

Pengaruh Panjang Entris Terhadap Keberhasilan Penyambungan Benih Sirsak
var. Ratu
Sudjijo
Studi Komparasi Struktur Anatomi Perikarp Durian (Durio zibethinus Murr.)
Tahan Simpan dan Tidak Tahan Simpan Asal Pulau Bengkalis Provinsi Riau
Fitmawati, Liastiana Aisyah, and Dyah Iriani1)

625

631