Pendugaan Serapan Karbon Dioksida Pada Areal Penanaman Kerjasama Toso Company Ltd. Dengan Hutan Pendidikan Gunung Walat

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA
AREAL PENANAMAN KERJASAMA TOSO COMPANY Ltd.
DENGAN HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

FRISKAFIANTI AMALIA DEWI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Serapan
Karbon Dioksida pada Areal Penanaman Kerjasama TOSO Company Ltd. dengan
Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015

Friskafianti Amalia Dewi
NIM E14100023

ABSTRAK
FRISKAFIANTI AMALIA DEWI. Pendugaan Serapan Karbon Dioksida pada
Areal Penanaman Kerjasama TOSO Company Ltd. dengan Hutan Pendidikan
Gunung Walat. Dibimbing oleh BUDI PRIHANTO.
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) bekerjasama dengan TOSO
Company Ltd. memiliki program penanaman pohon dalam rangka meningkatkan
serapan karbon sejak tahun 2009. Penelitian ini bertujuan untuk menduga nilai
serapan karbon dioksida dari tegakan hasil penanaman pohon pada areal
kerjasama antara HPGW dengan TOSO. Teknik pengambilan contoh
menggunakan metode stratified systematic sampling with random start dengan
intensitas sampling 9.65% dan plot contoh berjumlah 79 plot. Data diameter dan
tinggi di lapangan diolah dengan menggunakan rumus alometrik untuk
mendapatkan nilai dugaan biomassa dan kemudian dikonversi menjadi nilai

serapan karbon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa areal penanaman kerjasama
HPGW dengan TOSO seluas 16.35 ha dengan luas efektif 12.66 ha diduga
mampu menyerap karbon dioksida sebesar 19.03 ton. Selain itu, nilai dugaan
serapan karbon pada tahun ini mengalami peningkatan jumlah serapan jika
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya pada tahun 2013 yang hanya mampu
menyerap karbon sebesar 13.22 ton dengan areal seluas 13.02 ha.
Kata kunci : penanaman pohon, serapan karbon, stratifikasi

ABSTRACT
FRISKAFIANTI AMALIA DEWI. Estimation of Carbon Dioxide Sequestration
in Collaboration Planting Area Between TOSO Company Ltd. and Gunung Walat
Educational Forest. Supervised by BUDI PRIHANTO.
Since 2009, Gunung Walat Educational Forest (GWEF) collaborates with
TOSO Company Ltd. in tree planting program in order to increase carbon
sequestration. This study aims to estimate carbon dioxide sequestration from
forest stands in TOSO Company Ltd and GWEF project areas. Sampling
technique were using stratified systematic sampling with random start with 9.65%
sampling intensity and totally 79 sample plots. Field measurement was conducted
to measure diameter and height of trees using an allometric models which will be
used to estimate biomass values, and then will be converted to get the amount of

carbon sequestration. The results showed that in 16.35 ha of TOSO Company Ltd
and GWEF areal project with effective area 12.66 ha can sequestrate carbon
dioxide for 19.03 tons. Estimated values of carbon sequestration in this year study
also showed that the carbon sequestration values was increasing than in 2013,
which only can sequestrate carbon 13.22 ton with effective area 13.02 ha
Keywords : tree planting, carbon sequestration, stratification

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA
AREAL PENANAMAN KERJASAMA TOSO COMPANY Ltd.
DENGAN HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

FRISKAFIANTI AMALIA DEWI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah
Pendugaan Serapan Karbon Dioksida pada Areal Penanaman Kerjasama TOSO
Company Ltd. dengan Hutan Pendidikan Gunung Walat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir Budi Prihanto, MS selaku
dosen pembimbing skripsi serta Dr Tatang Tiryana, SHut MSc atas bimbingan
dan bantuannya dalam pelaksanaan penelitian dan pengolahan data, seluruh staf
dan karyawan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi yang telah
banyak membantu penulis dalam proses pengambilan data di lapangan, keluarga
besar Manajemen Hutan 47, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
seperjuangan dalam pengambilan data di lapangan. Ungkapan terima kasih juga
dengan tulus penulis berikan kepada keluarga tercinta, kedua orangtua serta adik

penulis atas kasih sayangnya selama ini dan segala bentuk dukungan serta do’a
yang mengiringi setiap langkah penulis selama menempuh studi di Institut
Pertanian Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015
Friskafianti Amalia Dewi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Waktu dan Lokasi
Alat dan Bahan
Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Sebaran Plot Contoh
Pendugaan Nilai Serapan Karbon
Perbandingan Nilai Dugaan Serapan Karbon
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
1
2
2

2
2
2
7
7
7
8
11
12
12
12
13
14
15

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

5

Perhitungan rancangan pengambilan contoh
Realisasi rancangan penarikan contoh pada blok TOSO
Nilai dugaan potensi serapan karbon tiap stratum pada blok TOSO
Nilai dugaan serapan karbon seluruh stratum pada blok TOSO
Perbandingan hasil nilai dugaan total serapan karbon dioksida

3
8
9
10
11

DAFTAR GAMBAR
1 Peta sebaran plot pada areal TOSO

4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Dokumentasi penelitian

14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanasan global akibat peningkatan suhu dalam atmosfer merupakan isu
lingkungan yang menjadi sorotan publik saat ini. Peningkatan suhu bumi
disebabkan oleh berbagai faktor seperti konversi lahan, degradasi hutan,
deforestasi maupun aktivitas manusia yang mengakibatkan penumpukan gas
rumah kaca (GRK) seperti CO2, CO, CH4 dan CFC di atmosfer. Konsentrasi GRK
dalam atmosfer akan memantulkan kembali sebagian besar radiasi matahari dalam
bentuk gelombang sinar infra merah ke atas permukaan bumi, sehingga bumi akan
semakin panas (Sukadri 2012).
Sumber emisi GRK sebagian besar diakibatkan oleh kegiatan manusia di
atas permukaan bumi yang berasal dari sektor industri, kehutanan, transportasi,
pertanian dan peternakan. Sumber emisi GRK dari sektor kehutanan contohnya
adalah konversi hutan. Kegiatan ini mengakibatkan peningkatan emisi yang cukup
besar karena hutan yang ditebang atau digunduli dapat membuat biomassa yang
tersimpan di dalam pohon akan membusuk atau terurai sehingga menghasilkan

gas karbon dioksida terlepas ke atmosfer.
Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan serapan
karbon di atmosfer adalah dengan melakukan penanaman pohon. Penanaman
pohon dapat menggantikan cadangan karbon yang disimpan di dalam hutan untuk
jangka waktu ke depan. Data CIFOR (2010) hasil riset menunjukkan bahwa dari
32 milyar ton CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia per tahunnya, kurang
dari 5 milyar ton CO2 diserap oleh hutan.
Akumulasi karbon yang tersimpan di dalam hutan dapat diukur melalui
pendugaan simpanan karbon yang diduga berdasarkan biomassanya (Nuriyana
2014). Oleh karena itu, pendugaan nilai serapan karbon hutan sangat penting
dilaksanakan guna mengetahui seberapa besar suatu areal yang ditanami
pepohonan dapat menyerap cadangan karbon dioksida di atmosfer.
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang dikelola oleh Fakultas
Kehutanan IPB memiliki program penanaman pohon yang bersifat pengkayaan
(enrichment planting) dalam rangka meningkatkan serapan karbon sejak tahun
2009 yang bekerjasama dengan perusahaan multi nasional, antara lain TOSO
Company Ltd. Penelitian ini dilakukan dalam rangka kegiatan monitoring dan
evaluasi (monev) tahun 2014 karena setiap tahun dilakukan monitoring serapan
karbon dan perkembangan stoknya.


Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menduga nilai serapan karbon
dioksida dari tegakan hasil penanaman pohon dalam rangka meningkatkan
serapan karbon di areal kerjasama antara TOSO Company Ltd. dengan Hutan
Pendidikan Gunung Walat (HPGW).

2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
perkembangan nilai serapan karbon dioksida pada tegakan hutan tanaman dalam
rangka monitoring dan evaluasi serta pelaporan tahunan pelaksanaan kegiatan
penanaman pohon yang diselenggarakan oleh Hutan Pendidikan Gunung Walat
(HPGW) kepada TOSO Company Ltd. sebagai mitra kerjasamanya. Penelitian ini
juga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
perencanaan, pengelolaan dan perlindungan hutan guna mencapai pengelolaan
hutan lestari di HPGW.

METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di tegakan hutan tanaman pada areal kerjasama
penanaman pohon TOSO Company Ltd dengan Hutan Pendidikan Gunung Walat
(HPGW), Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian ini
dimulai sejak bulan Mei 2014 dan pengambilan data di lapangan dilakukan pada
bulan Juni 2014.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur, kaliper, galah
pengukur tinggi pohon, kompas, GPS (Global Positioning System), tambang
plastik, parang, alat tulis, tally sheet dan alat pengolah data (laptop yang
dilengkapi dengan Ms. Office dan Software Arc.GIS 9.3). Bahan yang digunakan
adalah tegakan di areal TOSO dan peta rancangan sampling HPGW.

Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data
Rancangan Penarikan Contoh
Rancangan penarikan contoh yang dibuat yaitu dengan membuat plot-plot
contoh pada areal TOSO. Teknik pengambilan contoh menggunakan metode
stratified systematic sampling with random start. Teknik ini membagi stratum
berdasarkan tahun tanam yaitu 2009, 2010, 2011, 2012 (realisasi penanaman
dilakukan pada akhir tahun 2013) dan 2013 (realisasi penanaman dilakukan pada
Januari 2014). Penggunaan metode stratifikasi dilakukan untuk mengelompokkan
populasi sehingga keragaman antar plot menjadi rendah. Menurut IPCC (2006),
metode stratifikasi sangat disarankan untuk digunakan dalam pengukuran jumlah
karbon di hutan tropis Indonesia yang memiliki variasi kandungan karbon yang
tinggi. Berdasarkan hasil rancangan penarikan contoh yang dibuat, jumlah plot
contoh yang direncanakan sebanyak 102 plot dengan intensitas sampling (IS)

3
kurang lebih sebesar 12% dan jarak antar plot sejauh 40 meter. Perhitungan
rancangan pengambilan contoh terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1

Perhitungan rancangan pengambilan contoh
L
(ha)

N
(plot)

N
(plot)

TOSO 2009

8.50

424

54

TOSO 2010

2.81

141

17

TOSO 2011

1.71

86

10

TOSO 2012

1.94

97

12

TOSO 2013
TOTAL

1.39
16.35

70
818

9
102

Stratum (tahun tanam)

Keterangan: L (luas), N (ukuran populasi), n (jumlah plot contoh),

Pengambilan Data
Data yang kumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh langsung dari pengukuran lapangan melalui
pengukuran dimensi (diameter dan tinggi) pohon serta jenis pohon pada setiap
plot dengan membuat rancangan penarikan contoh terlebih dahulu pada peta kerja.
Diameter pohon yang diukur adalah diameter pada ketinggian 20 cm dari
permukaan tanah untuk pohon dengan tinggi kurang dari 1.5 meter dan diameter
pada ketinggian 1.3 meter (Dbh) untuk pohon dengan tinggi lebih dari atau sama
dengan 1.5 meter. Data sekunder didapatkan dari penelusuran pustaka seperti
mencari model alometrik yang digunakan, laporan monitoring tahun sebelumnya
serta tinjauan pustaka lain yang terkait dengan penelitian.
Pengambilan data primer dilakukan dengan mencari koordinat plot contoh
(x.y) di lapangan yang ditelusuri dengan alat bantu GPS (Global Positioning
System) sesuai rancangan penarikan contoh yang telah dibuat. Sebaran plot yang
direncanakan terdapat pada Gambar 1. Setelah koordinat plot contoh ditemukan,
plot lingkaran dibuat dengan jari-jari 7.8 meter (luas 200 m2). Plot pertama
ditentukan secara acak kemudian plot berikutnya ditentukan secara sistematik
dengan jarak antar plot sejauh 40 meter dan mengikuti arah mata angin (US-BT).
Pada saat pengukuran di lapangan, plot yang tidak berisi tegakan akan dikeluarkan
sebagai areal yang tidak efektif dan nantinya akan digunakan sebagai dasar
penghitungan areal efektif. Objek yang diukur dalam plot dibatasi pada tanaman
yang ditanam di program penanaman pohon kerjasama saja bukan menghitung
semua total pohon yang sudah ada sebelumnya.

4

Gambar 1

Peta sebaran plot pada areal TOSO

Perhitungan Biomassa, Cadangan Karbon dan Serapan CO2
Menurut BSN (2011), biomassa dihitung menggunakan persamaan
alometrik yang sesuai dengan karakteristik lokasi pengukuran seperti nama jenis
atau kelompok jenis. Pemilihan persamaan alometrik yang digunakan sebaiknya
didasari atas kelompok jenis yang ada (Basuki dkk 2009). Perhitungan biomassa
dilakukan dengan menggunakan persamaan alometrik lokal yang dihasilkan dari
penelitian sebelumnya. Persamaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Pinus

W = 0.1074D2.3229

(Handayani 2013)

Agathis

W = 0.052 D2.787

(Mustofa 2013)

Keterangan:
W
= biomassa (kg/pohon)
D
= diameter (cm)
Menurut Hairiah dan Rahayu (2007), konsentrasi karbon yang terkandung
dalam bahan organik sebesar 47%, sehingga estimasi jumlah karbon tersimpan
yaitu mengalikan 0.47 dengan biomassa. Oleh karena itu potensi cadangan karbon
dalam hutan dapat diduga dengan persamaan berikut:
C = W x 0.47
Keterangan:
C
= karbon (ton C)
W
= biomassa (ton/pohon)

5
0.47

= fraksi karbon

Pendugaan potensi serapan karbon dioksida didapatkan didapatkan dari
persamaan berikut:
Serapan CO2 = C x 3.67
Keterangan:
Serapan CO2
C

= volume karbon dioksida yang disimpan dari udara (ton)
= cadangan karbon yang tersimpan dalam biomassa (ton)

Pendugaan Serapan Karbon
Analisis data lanjutan yang perlu dilakukan setelah biomassa dihitung adalah
melakukan pendugaan serapan karbon berdasarkan tiap stratum serta pendugaan
serapan karbon untuk seluruh total areal tegakan menggunakan rumus stratified
sampling with random start. Menurut Tiryana (2005) rumus-rumus yang
digunakan dalam metode pendugaan karbon dengan metode stratified systematic
sampling with random start adalah sebagai berikut:.
1. Pendugaan pada setiap stratum
a. Rata-rata potensi pada stratum ke-h


b. Ragam rata-rata potensi pada stratum ke-h

dimana

( ∑



c. Total dugaan untuk stratum ke- h



d. Ragam total dugaan untuk stratum ke-h

2. Pendugaan pada keseluruhan populasi tegakan
a. Rata-rata potensi pada populasi



)

6
b. Ragam rata-rata potensi pada populasi



c. Total potensi pada populasi

d. Ragam total potensi pada populasi

e. Taksiran selang kepercayaan (1-α ).100% bagi rata-rata potensi pada
populasi



(

( ⁄

)



(

( ⁄

)





)

f. Taksiran selang kepercayaan (1-α ).100% bagi total potensi pada
populasi

)

g. Kesalahan penarikan contoh (Sampling Error):




x100%

3. Penentuan Luas Efektif

Keterangan:
yh.i
L
Nh
N
nh
n

= nilai potensi pada stratum ke-h dan plot contoh ke-i
= ragam contoh pada stratum ke-h
= jumlah stratum dalam populasi
= ukuran stratum ke-h (total unit contoh pada stratum ke h)
= ukuran populasi (total unit contoh dalam populasi)
= ukuran contoh pada stratum ke-h
= ukuran contoh pada populsi (total unit contoh seluruh stratum)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
HPGW secara geografis terletak pada 106˚48’27”BT sampai
106˚50’29”BT dan -6˚54’23”LS sampai -6˚55’35”LS. HPGW terletak pada
ketinggian 460 – 715 mdpl. Kondisi topografinya beragam, mulai dari agak curam
hingga sangat curam (Badan Eksekutif HPGW 2010). Penelitian ini dilaksanakan
pada areal rehabilitasi penanaman pohon kerjasama antara HPGW dengan TOSO
Company Ltd. Areal rehabilitasi ini memiliki luasan sebesar 16.35 ha dari luasan
total HPGW sebesar 359 hektar. Jenis tanah yang terdapat pada areal penelitian
merupakan jenis latosol coklat dan podsolik merah kuning.
Program penanaman pohon yang bersifat pengkayaan (enrichment
planting) ini dilakukan di areal HPGW dengan prioritas pada lahan terbuka dan
berkerapatan jarang (bukan pada lahan kosong) sehingga tanaman kerjasama
ditanam pada sela-sela pepohonan yang sudah tumbuh sebelumnya. Akibat dari
penanaman pohon di sela-sela, jarak tanam antara tanaman satu dengan yang
lainnya tidak teratur. Jenis pohon yang ditanam pada program penanaman pohon
ini menggunakan agathis pada stratum TOSO 2009 dan pinus untuk stratum
TOSO 2010, 2011, 2012 dan 2013. Pohon yang ditanam berada pada kondisi
lapangan yang bervariasi mulai dari lapangan terbuka, semak belukar dan di
bawah naungan pohon-pohon yang sudah ada sebelumnya sehingga
mengakibatkan perbedaan curahan sinar matahari yang mempengaruhi
pertumbuhan jenis. Banyaknya serasah dan tumbuhan bawah serta gulma yang
tumbuh di sekitar tanaman juga dapat menjadi penghambat tumbuhnya tanaman.
Bagi tanaman pinus yang mampu bersaing dengan gulma, adanya kondisi
lingkungan seperti itu tidak memberikan dampak yang nyata. Berbeda dengan
tanaman agathis yang tidak mampu bersaing dengan gulma, jenis ini
membutuhkan naungan untuk tahun-tahun awal pertumbuhannya (1-2 tahun)
supaya menghasilkan pertumbuhan yang baik.

Sebaran Plot Contoh
Jumlah dan sebaran plot contoh pada awal rancangan penarikan contoh
dibuat berdasarkan perhitungan manual dan bantuan software Arc GIS. Jumlah
plot dan sebaran yang dibuat disesuaikan dengan luasan dan bentuk dari tiap
stratumnya. Sering ditemukan keadaan bahwa apa yang telah direncanakan belum
tentu dapat direalisasikan dengan pasti di lapangan, seperti halnya dengan jumlah
plot contoh. Jumlah sebaran plot contoh yang telah direncanakan sebanyak 102
plot dengan intensitas sampling (IS) pada masing-masing stratum kurang lebih
sebesar 12%. Realisasi pembuatan plot contoh yang dibuat ternyata tidak dapat
terealisasi seluruhnya karena plot yang dibuat hanya sebanyak 79 plot sehingga
menghasilkan IS yang berbeda-beda. Realisasi rancangan penarikan contoh
terdapat pada Tabel 2. IS yang dihitung berdasarkan realisasi lapangan ini
selanjutnya akan disebut sebagai IS efektif.

8
Tabel 2 Realisasi rancangan penarikan contoh pada blok TOSO
Rancangan awal
Stratum
(tahun tanam)

Realisasi lapangan

L
(Ha)

IS
(%)

n
(plot)

n efektif
(plot)

L efektif
(Ha)

IS efektif
(%)

TOSO 2009

8.5

12.0

54

42

6.61

9.9

TOSO 2010

2.81

12.0

17

11

1.82

7.8

TOSO 2011

1.71

12.0

10

8

1.37

9.3

TOSO 2012

1.94

12.0

12

11

1.78

11.3

TOSO 2013

1.39

12.0

9

7

1.08

10.0

TOTAL

16.35

12.46

102

79

12.66

9.65

Tabel 2 menunjukkan bahwa berkurangnya jumlah plot yang dibuat di
lapangan mengakibatkan IS efektif yang dihasilkan berbeda-beda dan cenderung
berkurang. Untuk menghindari terjadinya overestimate pada dugaan potensi
karbon yang diperoleh maka dilakukan perhitungan luas efektif. Luas efektif ini
dihitung sebagai penghitungan koreksi luas karena banyak plot-plot yang tidak
dibuat di lapangan. Hal ini disebabkan faktor topografi maupun kondisi
lingkungan plot tersebut. Pada stratum TOSO 2009, dari rencana membuat 54 plot,
ternyata di lapangan hanya mampu membuat 42 plot. Penyebab berkurangnya
jumlah plot ini antara lain karena kondisi topografi yang tidak memungkinkan
untuk pembuatan plot serta banyak ditemukan plot-plot kosong akibat tanaman
mati. Pada stratum TOSO 2009 ini, banyak ditemukan plot yang termasuk dalam
kategori plot kosong. Plot kosong ini pada mulanya merupakan areal penanaman,
namun dikarenakan topografi dan kurangnya pemeliharaan membuat tanaman
yang berada dalam areal itu tidak mampu bertahan hidup. Akibat dari banyaknya
plot yang tidak dibuat di lapangan, luasan efektif yang dihitung dari areal tersebut
lebih kecil daripada luasan awalnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan luas
efektif yang besar dan memaksimalkan luasan areal yang termasuk dalam areal
penanaman ini kegiatan pemeliharaan sangat penting dilakukan khususnya
penyulaman untuk mengontrol plot-plot kosong dan mengganti tanamannya agar
berpotensi menyerap karbon dengan baik.

Pendugaan Nilai Serapan Karbon
Potensi suatu serapan karbon dioksida dapat dihitung dengan taksiran
pendugaan biomassa terlebih dahulu. Pendugaan biomassa yang digunakan
menggunakan persamaan alometrik lokal dari penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan di HPGW. Menurut BSN (2011), pendugaan biomassa dengan
persamaan alometrik dipilih karena dapat meningkatkan keakurasian pendugaan.
Pendugaan biomassa dilakukan pada masing-masing stratum yang telah
dikelompokkan sebelumnya, sehingga hasil pada masing-masing stratum maupun
keseluruhan areal TOSO akan terlihat. Hasil pendugaan biomassa inilah yang
selanjutnya akan dikonversi menjadi nilai dugaan serapan karbon dioksida pada
masing-masing stratum. Analisis data lanjutan digunakan untuk menghasilkan
pendugaan serapan karbon dioksida pada masing-masing stratum ataupun
keseluruhan areal TOSO, seperti yang disajikan pada Tabel 3 dan 4.

9
Tabel 3 Nilai dugaan potensi serapan karbon tiap stratum pada blok TOSO
Statistik per stratum

Stratum TOSO (tahun tanam)
2009

2010

2011

2012

2013

Luas populasi (ha)

8.50

2.81

1.71

1.94

1.39

Luas efektif (ha)

6.61

1.82

1.37

1.78

1.08

Ukuran plot (ha)

0.02

0.02

0.02

0.02

0.02

Intensitas sampling (%)

9.90

7.80

9.30

11.30

10.00

Ukuran populasi (plot)

424

141

86

97

70

42

11

8

11

7

2.05

4.24

3.44

1.02

0.82

-4

-3

-3

-4

8.48 x10-5

Ukuran contoh (plot)
Diameter rata-rata (cm)
Biomassa rata-rata (ton)

6.03 x10

4.13 x10

2.29 x10

1.39 x10

Cadangan karbon ratarata (ton C)

2.84 x10-4

1.94 x10-3

1.08 x10-3

6.54 x10-5

3.99 x10-5

Rata-rata serapan CO2
(ton/pohon)

1.04 x10-3

7.12 x10-3

3.95 x10-3

2.40 x10-4

1.46 x10-4

Rata-rata serapan CO2
(ton/ha)

0.30

6.05

2.74

0.10

0.08

Simpangan baku rata-rata
serapan CO2 (ton/ha)

0.04

1.27

0.41

0.02

0.01

Nilai dugaan total
serapan CO2 (ton)

1.96

11.01

3.75

0.17

0.08

Tabel 3 menunjukkan nilai dugaan total serapan karbon dioksida terbesar
terdapat pada areal stratum TOSO 2010 yang memiliki luasan efektif 1.82 ha.
Areal ini mampu menyerap karbon dioksida sebesar 11.01 ton dengan rata-rata
serapan karbon dioksida sebesar 6.05 ton/ha. Diameter rata-rata tanaman yang
berada di dalam TOSO 2010 ini adalah 4.24 cm dengan pendugaan biomassa rataratanya sebesar 0.00413 ton. Stratum TOSO 2009 yang memiliki luasan terluas
yaitu 8.5 ha dengan luas efektif 6.61 ha, hanya mampu menyerap karbon dioksida
sebesar 1.96 ton. Hal ini terjadi karena tanaman yang dihitung pada stratum
TOSO 2009 dan 2010 memiliki jenis yang berbeda. Pada stratum TOSO 2009,
tanaman yang awalnya ditanam adalah tanaman agathis, namun karena
pertumbuhan agathis yang lambat dan banyaknya tanaman yang mati maka
dilakukan penggantian tanaman melalui kegiatan penyulaman dengan
menggunakan tanaman pinus, sedangkan pada stratum TOSO 2010, sejak awal
penanaman menggunakan jenis pinus yang kemampuan daya tahan hidupnya
tinggi serta dapat bersaing dengan gulma. Tanaman pinus merupakan jenis
tanaman cepat tumbuh dengan memerlukan sinar matahari yang banyak, dapat
tumbuh di daerah yang kurang subur dan daerah-daerah yang tidak bervegetasi
selama tumbuhan ini mendapat sinar matahari yang cukup (Beekman 1996).
Tanaman agathis yang ditanam pada tahun 2009 pertumbuhan diameter dan
tingginya agak lambat dibanding tanaman pinus yang ditanam pada tahun 2010.
Hal ini disebabkan karena pada stratum TOSO 2009 merupakan areal terbuka,
sehingga tanaman agathis kurang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi
tanpa naungan pada fase awal pertumbuhannya. Oleh karena itu dalam

10
penghitungan pendugaan biomassa maupun pendugaan serapan karbon dioksida,
nilai dugaan serapan karbon dioksida pada stratum 2010 lebih besar daripada
stratum TOSO 2009 karena pertumbuhan tanamannya yang lebih cepat jika
dibandingkan dengan pertumbuhan stratum TOSO 2009.
Areal TOSO dengan tahun tanam 2011, 2012 dan 2013 ditanam dengan
menggunakan jenis yang sama yaitu pinus. Stratum TOSO 2011 dengan luasan
efektif 1.37 ha mampu menyerap karbon dioksida sebesar 3.75 ton dengan ratarata serapan 2.74 ton/ha. Diameter rata-rata tanamannya sudah cukup besar yaitu
sebesar 3.44 cm karena tanaman yang ditanam merupakan jenis pinus yang cepat
tumbuh. Stratum TOSO 2012 dengan luas efektif 1.78 ha mampu menyerap 0.17
ton dan stratum TOSO 2013 dengan luas efektif 1.08 ha menyerap karbon
dioksida sebesar 0.08 ton. Kedua areal ini belum memberikan kontribusi
penyerapan karbon dioksida yang cukup besar, karena pertumbuhan tanamannya
yang masih kecil (diameter rata-rata tanamannya ≤ 1 cm) sehingga penghitungan
nilai dugaan serapan karbon dioksida yang diperoleh pun masih tergolong kecil.
Nilai dugaan serapan karbon seluruh stratum terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4 Nilai dugaan serapan karbon seluruh stratum pada blok TOSO
Statistik seluruh stratum

Nilai dugaan

Rata-rata serapan CO2 (ton/ha)
Simpangan baku rata-rata serapan CO2 (ton/ha)
Nilai dugaan total serapan CO2 (ton)
Simpangan baku total serapan CO2 (ton)
Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata (ton/ha)
Selang kepercayaan 95% bagi total (ton)
Kesalahan penarikan contoh (%)

1.50
2

0.22
19.03
2.84
1.05 - 1.95
13.35 - 25.69
29.84

Nilai dugaan total serapan karbon dioksida pada keseluruhan areal TOSO
seluas 16.35 ha dengan luasan efektif 12.66 ha diperkirakan sebesar 19.03 ton,
dengan kisaran selang antara 13.35 – 25.69 ton CO2. Rata-rata serapan karbon
dioksia diperoleh sebesar 1.50 ton/ha dengan kisaran antara 1.05 – 1.95 ton/ha.
Tabel 4 menunjukkan bahwa kesalahan penarikan contoh atau sampling
error yang didapat sebesar 29.84%. Sampling error (SE) dipengaruhi nyata oleh
jumlah plot dan ragam. SE yang besar menunjukkan bahwa data yang dihitung
memiliki keragaman yang tinggi ataupun jumlah plot contoh yang diambil terlalu
sedikit. Pembagian stratum berdasarkan tahun tanam ternyata tidak dapat
mewakili populasi untuk membuat ragam yang dihasilkan menjadi lebih kecil
sehingga terjadi kegagalan stratum. Tingginya ragam dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti faktor umur tegakan yang tidak seragam pada areal TOSO
dikarenakan banyaknya tanaman sulaman sehingga menyebabkan umur yang
terdapat pada stratum tersebut menjadi beragam walaupun berada pada satu
stratum, kondisi pertumbuhan pohon yang tidak merata karena perbedaan kualitas
tempat tumbuh dan tindakan pemeliharaan pada masing-masing areal tersebut
yang berbeda-beda. Tindakan pemeliharaan tanaman akan intensif dilakukan pada
areal-areal yang topografinya mudah dijangkau.

11
Perbandingan Nilai Dugaan Serapan Karbon
Nilai dugaan serapan karbon dioksida akan semakin meningkat seiring
dengan bertambah besarnya dimensi (diameter dan tinggi) pada tanaman tersebut.
Kegiatan monitoring nilai dugaan serapan karbon dioksida per tahunnya perlu
dilakukan untuk membuat rencana tindak lanjut ataupun keputusan perbaikan dari
kegiatan penanaman pohon yang dilakukan di HPGW yang bekerjasama dengan
TOSO Company Ltd. Perbandingan hasil nilai dugaan total serapan karbon
dioksida terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5

Perbandingan hasil nilai dugaan total serapan karbon dioksida

Stratum
(tahun tanam)

TOSO

Nilai dugaan total serapan CO2 (ton)
Hasil penelitian
(Pengukuran 2014)

Slamet
(Pengukuran 2013)

2009

1.96

7.24

2010

11.01

5.04

2011

3.75

0.94

2012

0.17

2013

0.08

belum dilakukan penanaman

Jumlah (ton)

19.03

13.22

Intensitas sampling (%)

9.65

5.5

Tabel 5 menjelaskan bahwa nilai dugaan total serapan karbon dioksida
mengalami peningkatan jumlah per tahunnya. Hal ini diketahui dari kegiatan
monitoring yang dilakukan pada areal TOSO untuk mengontrol dan memantau
pertumbuhan tanaman dari tahun ke tahun. Penelitian Slamet (2014) menduga
serapan karbon dioksida pada areal yang sama pada tahun 2013 dan akan
digunakan sebagai pembanding dalam kegiatan monitoring hasil serapan karbon
dioksida. Berdasarkan data yang tersaji dalam Tabel 5, nilai dugaan total serapan
karbon dioksida memiliki hasil yang cukup berbeda. Jumlah serapan karbon pada
penelitian ini memiliki nilai sebesar 19.03 ton, sedangkan pada penelitian Slamet
(2014) memiliki nilai sebesar 13.22 ton. Hal ini menunjukkan bahwa nilai dugaan
serapan karbon dioksida mengalami peningkatan yang cukup tinggi nilainya, yaitu
sekitar 5.21 ton. Nilai serapan pada masing-masing stratum mengalami
peningkatan, kecuali pada stratum TOSO 2009. Pada tahun 2013, hasil penelitian
Slamet (2014) menunjukkan dalam stratum TOSO 2009 mampu menyerap
serapan karbon dioksida sebesar 7.24 ton namun dalam penelitian ini mengalami
penurunan jumlah serapan karbon dioksida menjadi 1.96 ton. Hal ini dapat
dijelaskan karena pada pengukuran saat ini tanaman agathis yang dihitung
mengalami pengurangan jumlah tanaman akibat banyaknya tanaman yang mati
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Seperti yang dijelaskan sebelumnya,
kondisi lokasi penanaman yang dilakukan di lahan terbuka dengan kerapatan
jarang ini ternyata kurang cocok bagi tanaman agathis karena kurang adanya
naungan bagi tanaman ini sehingga banyak menyebabkan kegagalan tanam pada
tanaman agathis.

12
Peningkatan drastis terjadi pada stratum TOSO 2010. Pengukuran tahun
2013 menunjukkan nilai dugaan total serapannya hanya senilai 5.04 ton, namun
setelah dilakukan pengukuran kembali pada tahun 2014, nilai dugaan totalnya
mencapai 11.01 ton. Selisih hasil yang berbeda ini dapat terjadi karena waktu
pengukuran yang berselang satu tahun (pengukuran tahun 2013 dan 2014)
sehingga akan mengalami pertumbuhan diameter dan tinggi yang semakin
bertambah tiap tahunnya. Selain itu selisih hasil yang berbeda ini dapat juga
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti luasan areal yang digunakan (pengukuran
tahun 2013 tidak menggunakan luasan efektif namun menggunakan luasan
stratum), persamaan alometrik yang digunakan berbeda, kondisi lingkungan dan
tegakan yang sudah berbeda, jumlah dan posisi plot contoh yang diamati dari
penelitian sebelumnya (IS yang digunakan pada pengukuran tahun 2013 bernilai
lebih kecil dari penelitian saat ini sehingga menyebabkan banyaknya plot contoh
yang diukur pun berbeda).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Nilai dugaan potensi serapan karbon dioksida melalui kegiatan penanaman
pohon kerjasama antara HPGW dengan TOSO Company Ltd. mengalami
peningkatan dari tahun 2013 ke tahun 2014. Rata-rata serapan karbon dioksida
pada areal TOSO adalah sebesar 1.50 ton/ha, sehingga untuk nilai dugaan total
keseluruhan, areal TOSO seluas 16.35 ha dengan luasan efektif sebesar 12.66 ha
mampu menyerap serapan karbon sebesar 19.03 ton.

Saran
Metode pendugaan nilai potensi serapan karbon dengan menggunakan
teknik stratifikasi berdasarkan tahun tanam ternyata belum dapat memberikan
respon yang homogen di setiap strata. Perlu penelitian lebih lanjut untuk
mendapatkan kriteria stratifikasi yang lebih tepat. Bagi pengelola perlu
memperhatikan kesesuaian jenis pohon yang cocok terhadap kriteria tempat
tumbuhnya karena keberhasilan penanaman sangat mempengaruhi hasil nilai
dugaan potensi serapan karbon dioksida yang didapat.

13

DAFTAR PUSTAKA
Badan Eksekutif HPGW. 2010. Management Plan of Gunung Walat Educational
Forest. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Basuki TM. Van Laake PE, Skidmore AK and Hussin YA. 2009. Allometric
equation for estimating the above-ground biomass in tropical lowland
Dipterocarp forests. Forest Ecology and Management 257 : 1684-1694.
Beekman. 1996. Pembudidayaan Tusam Uyam (Pinus merkusii Jungh et. De
Vriese, Coniferae). Alih Bahasa oleh A. Azis Lahiya. Seri Himpunan
Peninggalan Penulisan Yang Berserakan : Bandung.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2011. Pengukuran dan Penghitungan
Cadangan Karbon-Pengukuran Lapangan Untuk Penaksiran Cadangan Karbon
Hutan (ground based forest carbon accounting). Jakarta (ID) : BSN.
[CIFOR] Center for International Forestry Research. 2010. REDD : Apakah itu?
Pedoman CIFOR tentang Hutan, Perubahan Iklim dan REDD. Bogor : CIFOR
Hairiah K dan Rahayu S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai
Macam Penggunaan Lahan. Bogor (ID) : ICRAF.
Handayani M. 2013. Model Alometrik Biomassa Pinus (Pinus merkusii Jungh et
De Vriese) Berdiameter Kecil di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi
[skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2006. IPCC Guidelines for
National Greenhouse Gas Inventories, Prepared by the National Greenhouse
Gas Inventories Programme, Egglestone HS, Buendia L, Miwa K, Ngara T dan
Tanabe K (eds). Published : IGES, Japan.
Mustofa. 2013. Model Penduga Biomassa Pohon Agathis (Agathis loranthifolia)
Berdiameter Kecil di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat
[skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Nuriyana L. 2014. Potensi Simpanan Karbon di Atas Permukaan Tanah pada
IUPHHK-HA PT.Wapoga Mutiara Timber Unit II Papua [skripsi]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Slamet A. 2014. Pendugaan Serapan Karbon Dioksida di Areal Rehabilitasi Hutan
Pendidikan Gunung Walat,Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian
Bogor.
Sukadri DS. 2012. REDD dan LULUCF. Kerjasama antara Kementrian
Kehutanan, DNPI dan UN-REDD Indonesia. Jakarta (ID).
Tiryana T. 2005. Pengembangan Metode Pendugaan Sebaran Potensi Biomassa
dan Karbon pada Hutan Tanaman Mangium (Acacia mangium Willd.). Bogor :
Fakutas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

14
Lampiran 1

Dokumentasi Penelitian

Kondisi
lapangan
areal
TOSO
tahun
tanam
2009
Kondisi
lapangan
di di
areal
TOSO
tahun
tanam
2009

Kondisi
K areal TOSO tahun tanam 2010

Kondisi areal TOSO tahun tanam 2011

Kondisi areal TOSO tahun tanam 2012

Kondisi areal TOSO tahun tanam 2013

15

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 September 1992. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Didid Purwoko dan
Endang Yuliwanti. Penulis menempuh pendidikan di SMP Negeri 2 Pemalang dan
lulus pada tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1
Pemalang dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis lolos seleksi
masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah
melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Gunung SawalPangandaran pada tahun 2012, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur dan Taman Nasional Gunung HalimunSalak (TNGHS) pada tahun 2013 dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHKHA CV. Pangkar Begili, Kalimantan Barat pada tahun 2014.
Pengalaman non akademik ditunjukkan dalam pengalaman organisasi
penulis selama menjadi mahasiswa, antara lain sebagai angggota Divisi PSDM
dan Kelompok Studi Perencanaan (KS Perencanaan) Forest Management Student
Club (FMSC) serta menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Pelajar Pemalang di Bogor
(IMP Bogor). Selain itu penulis juga pernah aktif dalam kepanitiaan seperti Bina
Corps Rimbawan (BCR) dan Temu Manajer (TM) pada tahun 2012.
Untuk menyelesaikan gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul Pendugaan Serapan Karbon Dioksida pada Areal Penanaman
Kerjasama TOSO Company Ltd. dengan Hutan Pendidikan Gunung Walat
dibawah bimbingan Ir Budi Prihanto, MS.