Status Pencemaran Perairan Pesisir Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten
STATUS PENCEMARAN PERAIRAN
PESISIR TANJUNG PASIR, KABUPATEN TANGERANG,
BANTEN
WERDHININGTYAS ANGRAHENI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Status Pencemaran
Perairan Pesisir Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari Penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2015
Werdhiningtyas Angraheni
NIM C24100088
ABSTRAK
WERDHININGTYAS ANGRAHENI. Status Pencemaran Perairan Pesisir
Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten.
Dibimbing oleh SIGID
HARIYADI dan YUSLI WARDIATNO.
Status pencemaran perairan perlu dikaji untuk mengetahui fungsi perairan
sesuai dengan peruntukannya. Tujuan penelitian ini untuk menentukan status
pencemaran perairan pesisir Tanjung Pasir dan mengetahui beban pencemaran
dari sungai-sungai yang bermuara di perairan ini. Metode yang digunakan, yaitu
indeks STORET, indeks pencemaran (IP), dan beban pencemaran. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa status pencemaran sungai dan muara berdasarkan
indeks STORET tergolong tercemar berat (-59 hingga -126), sedangkan
berdasarkan IP tergolong tercemar ringan hingga tercemar berat (1.6-10.9).
Perairan pesisir Tanjung Pasir dibagi menjadi 2 zona, yaitu zona 1 (nearshore)
dan zona 2 (offshore), keduanya berstatus tercemar berat berdasarkan evaluasi
indeks STORET pada bulan April dan Agustus, sedangkan berdasarkan IP untuk
zona 1 (nearshore) tergolong baik hingga tercemar sedang (1.0-6.6) dan zona 2
(offshore) tergolong baik hingga tercemar ringan (0.9-3.9).
Kata kunci: Beban pencemaran, indeks pencemaran, indeks STORET,
pencemaran pesisir, pencemaran sungai
ABSTRACT
WERDHININGTYAS ANGRAHENI. Pollution Status of Tanjung Pasir Coastal,
Tangerang Regency, Banten. Supervised by SIGID HARIYADI and YUSLI
WARDIATNO.
Status of water pollution needs to be reviewed to determine the function of
waters according to suitability of water intended. The purpose of this study was
to establish the status of Tanjung Pasir coastal waters and to reveal the pollution
load of the rivers that flow into the coastal waters. Method used is the STORET
index, pollution index (IP), and the pollution load. The results showed that the
pollution status in river and estuary based on STORET index were relatively
heavily polluted (-59 to -126), while the pollution level evaluated based on IP was
categorized as lightly polluted to heavily polluted (1.6-1.9). Tanjung Pasir coastal
waters is divided into two zones, namely zone 1 (nearshore) and zone 2 (offshore),
both heavily polluted status based on STORET index in April and August, while
based on IP in zone 1 (nearshore) categorized as good to moderately polluted (1.06.6) and zone 2 (offshore) categorized as good to lightly polluted (0.9 - 3.9).
Keywords: Coastal pollution, pollution index, pollution load, STORET index,
river pollution
STATUS PENCEMARAN PERAIRAN
PESISIR TANJUNG PASIR, KABUPATEN TANGERANG,
BANTEN
WERDHININGTYAS ANGRAHENI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya Penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Status Pencemaran Perairan
Pesisir Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana perikanan pada Departemen
Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1
Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan studi kepada
Penulis.
2
PT Kapuk Naga Indah yang bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB serta Departemen Manajemen
Sumber Daya Perairan yang telah membiayai penelitian ini.
3
BMKG Stasiun Klimatologi Pondok Betung yang telah membantu Penulis
mendapatkan data sekunder dalam penulisan karya ilmiah ini
4
Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc selaku pembimbing akademik sekaligus
pembimbing skripsi yang telah memberikan motivasi, arahan, nasihat, saran
selama perkuliahan dan dalam penulisan karya ilmiah ini.
5
Dr Ir Sigid Haryadi, MSc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
arahan, nasehat, dan saran untuk Penulis dalam penulisan karya ilmiah ini.
6
Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc selaku penguji tamu dan Prof Dr Ir
Ridwan Affandi, DEA selaku komisi pendidikan Departemen Manajemen
Sumber Daya Perairan atas saran dan masukan yang sangat berarti.
7
Keluarga Penulis Bapak (Drs Karsono Hadisuwito, MSi), Ibu (Sri Sutini,
SE), Kakak (Wedaraningtyas Nugrahani, SPi; Kunto Widyatmoko, SKom;
Mas Bayu Syamsunarno, SPi MSi; dan Tyas Amori Litahayu, SSi Apt),
serta Adik (Pranowo Adhyatmoko) yang telah memberikan banyak motivasi,
doa, dan dukungan kepada Penulis baik moril maupun materil.
8
Garry Fajri Garcia, ST atas doa, motivasi, dan dukungannya kepada Penulis
selama kuliah di IPB.
9
Seluruh staf dan laboran Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan
Perairan, IPB.
10 Sahabat Penulis (Widya A Manoch, Amanda Ellysse P, Rininta A, Maharani
Yuniandini, Dessy S, Adella PR, Anindya K, Novianti A, Ni Komang Ayu
Oka P, Febi Ayu P, Nurul Hikmah A, Siska A, Inggar K, Anandinta P,
Ardhito, Agus Alim H, Rivany KPS, Rurisca KP), teman seperjuangan
penelitian (Runi Y, Anissa TA, Andini N, Lusita M, Akrom M, Ka Reza
Zulmi, Ka Adang S, Ka Aris, Ka Dede), serta teman-teman MSP 47 atas
semangat, dukungan, bantuan, dan doa kepada Penulis.
Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.
Bogor, Februari 2015
Werdhiningtyas Angraheni
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vi
vi
vi
1
1
1
2
2
3
3
4
6
8
8
20
24
25
28
41
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Parameter dan metode analisis kualitas air
Prosedur pengawetan parameter kualitas air yang dianalisis di
laboratorium
Penentuan sistem nilai untuk menentukan status pencemaran air
Klasifikasi pencemaran air dengan metode indeks STORET
Evaluasi terhadap nilai indeks pencemaran (IP)
Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di sungai dan
muara Pesanggrahan (A1-A2)
Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di sungai dan
muara Cisadane (S1-S2)
Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di Sungai Dadap
(DP1)
Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di laut zona 1
pada bulan April dan Agustus 2013
Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di laut zona 2
pada bulan April dan Agustus 2013
Beban pencemaran di Sungai Pesanggrahan dan Cisadane pada bulan
April 2013
Beban pencemaran di Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap
pada bulan Agustus 2013
5
5
6
7
7
12
13
13
17
18
19
19
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Skema perumusan masalah kualitas air di pesisir Tanjung Pasir
Lokasi pengambilan contoh air di Sungai Pesanggrahan (A1- A2),
Cisadane (S1-S2), Dadap (DP1), dan perairan pesisir Tanjung Pasir
(T01-T15 dan D01-D03, D05-D08) (Lampiran 2)
Indeks STORET di Sungai Pesanggrahan (A1), Cisadane (S1), Dadap
(DP1) dan muara Pesanggrahan (A2), Cisadane (S2)
Rata-rata dari indeks pencemaran (IP) di Sungai Pesanggrahan (A1),
Cisadane (S1), Dadap (DP1) dan muara Pesanggrahan (A2), Cisadane
(S2)
Indeks pencemaran (IP) sungai dan muara Pesanggrahan A1 (a) dan
A2 (b)
Indeks pencemaran (IP) sungai dan muara Cisadane S1 (a) dan S2 (b)
Indeks pencemaran (IP) Sungai Dadap (DP1)
Indeks STORET pada laut zona 1 dan zona 2 pesisir Tanjung Pasir
Rata-rata dari indeks pencemaran (IP) pada laut zona 1 dan zona 2 di
pesisir Tanjung Pasir
Indeks pencemaran (IP) pesisir Tanjung Pasir pada bulan April dan
Agustus 2013
Indeks pencemaran (IP) laut zona 1 pesisir Tanjung Pasir pada bulan
April dan Agustus 2013
Indeks pencemaran (IP) laut zona 2 pesisir Tanjung Pasir pada bulan
April dan Agustus 2013
2
3
9
9
10
11
11
14
14
15
16
16
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
Lokasi pengambilan contoh
Letak geografis titik pengambilan contoh
Data curah hujan tahun 2013
Contoh penghitungan indeks STORET
Contoh penghitungan indeks pencemaran (IP)
Debit Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap
Contoh penghitungan beban pencemaran
28
29
29
30
39
40
40
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pesisir dan laut merupakan kawasan yang mengandung kekayaan alam
potensial untuk membangun perekonomian. Pembangunan dari berbagai bidang
dapat memberikan dampak secara langsung ataupun tidak langsung terhadap
kerusakan lingkungan perairan. Kondisi pesisir erat kaitannya dengan ekosistem
sungai, muara, dan laut pada wilayah tersebut. Sungai banyak dijadikan sebagai
tempat pembuangan limbah dari kegiatan di daratan, sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan kualitas air secara terus menerus. Penurunan kualitas air
tersebut mengubah keseimbangan ekosistem yang mengalami pencemaran.
Pencemaran sungai berasal dari faktor alam dan limbah domestik, seperti limbah
dari perumahan, perkantoran, pabrik, dan industri (Yudo 2010), yang akan
terakumulasi sampai ke muara dan akan menyebabkan pencemaran lingkungan
pesisir dan laut. Pencemaran laut menurut GESAMP (1990) in Syakti et al.
(2012) adalah masuknya bahan dan energi ke dalam lingkungan laut (termasuk
estuaria), secara langsung ataupun tidak langsung. Salah satu wilayah pesisir
yang diduga mengalami penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah
domestik adalah perairan pesisir Tanjung Pasir.
Perairan pesisir Tanjung Pasir merupakan salah satu wilayah pesisir di utara
Tangerang, termasuk wilayah Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang,
Banten. Sungai yang bermuara di perairan pesisir Tanjung Pasir adalah Sungai
Pesanggrahan, Sungai Cisadane, dan Sungai Dadap. Ketiga sungai tersebut dapat
mempengaruhi baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap kualitas air
di perairan pesisir Tanjung Pasir. Sungai-sungai tersebut berhulu di daerah Jawa
Barat dan bermuara di utara Tangerang. Kabupaten Tangerang menurut Dinas
Perindustrian dan Perdagangan memiliki 110 buah perusahaan, selain itu kegiatan
pertanian dan perikanan, termasuk perikanan tangkap dan budidaya juga terdapat
di wilayah ini. Limbah cair hasil industri dibuang dari wilayah Tangerang
diperkirakan sebanyak lebih dari 7000 m3 dalam sehari (Lestari dan Edward 2004).
Limbah tersebut berpotensi menyebabkan pencemaran di perairan pesisir Tanjung
Pasir.
Mengingat tingginya kuantitas limbah yang masuk ke wilayah pesisir
tersebut, perlu dilakukan kajian tentang kualitas air untuk menentukan status
pencemaran perairan di kawasan tersebut.
Penentuan status pencemaran
merupakan salah satu langkah awal proses pemantauan dan pencegahan terhadap
penurunan kualitas air di suatu perairan (Suwari et al. 2010), sehingga dapat
dijadikan informasi dasar dalam membuat rencana pengelolaan kawasan pesisir
Tanjung Pasir secara tepat.
Perumusan Masalah
Kualitas air di pesisir Tanjung Pasir dipengaruhi langsung oleh kualitas air
Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap. Sungai-sungai tersebut melewati
kota-kota besar (Bogor, Jakarta, Tangerang) yang memiliki industri-industri besar
di sepanjang daerah aliran sungai (DAS). Perkembangan industri tersebut, selain
2
memberikan dampak positif terhadap pembangunan, juga menimbulkan dampak
negatif akibat adanya bahaya limbah domestik dan industri (kandungan logam) ke
badan perairan. Kegiatan antropogenik yang terdapat di sekitar DAS akan
berpengaruh pada penurunan kualitas air sungai. Faktor hidrodinamika (debit)
aliran sungai akan mempengaruhi beban pencemaran yang memasuki pesisir
Tanjung Pasir. Tingginya bahan pencemar dan beban pencemaran yang
memasuki kawasan pesisir tersebut dapat menimbulkan dampak kerusakan
terhadap lingkungan, sehingga perlu diketahui tingkat pencemaran air di kawasan
tersebut dalam menentukan rekomendasi pengelolaan yang tepat terhadap pesisir
Tanjung Pasir.
Sumber pencemaran
yang masuk ke
perairan pesisir
Tanjung Pasir
(antropogenik dan
faktor alam)
Hidrodinamika air
Sungai
Pesanggrahan,
Cisadane, dan
Dadap, serta
perairan pesisir
Tanjung Pasir
Kualitas air dan
beban pencemaran
sungai dan laut
Pengukuran
parameter
kualitas air dan
debit,
perbandingan
dengan baku
mutu,
penentuan
status
Status/tingkat
pencemaran air
pesisir Tanjung
Pasir, beserta
sungai yang
bermuara (Sungai
Pesanggrahan,
Cisadane dan
Dadap) serta saran
pengelolaan
perairan tersebut.
Gambar 1 Skema perumusan masalah kualitas air di pesisir Tanjung Pasir
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status pencemaran perairan
pesisir Tanjung Pasir dengan metode indeks STORET, indeks pencemaran (IP),
dan untuk mengestimasi beban pencemaran dari sungai-sungai yang masuk ke
perairan pesisir Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang karakteristik
kualitas air pesisir Tanjung Pasir serta sungai-sungai yang bermuara di dalamnya
(Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap), sehingga dapat dijadikan informasi
dasar dalam membuat rencana pengelolaan kawasan pesisir Tanjung Pasir secara
tepat.
3
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir Tanjung Pasir Kabupaten
Tangerang, Banten. Pengambilan contoh air sungai diambil dari sungai yang
bermuara di pesisir tersebut, yaitu di Sungai Pesanggrahan (A), Sungai Cisadane
(S), dan Sungai Dadap (DP) (Lampiran 1). Sungai Pesanggrahan (A1-A2) dan
Sungai Cisadane (S1-S2) diambil contoh di dua titik, yaitu di bagian sungai dan
bagian muara, untuk Sungai Dadap (DP1) diambil di bagian sungai. Pengambilan
contoh air laut dilakukan di perairan pesisir Tanjung Pasir (T01-T15 dan D01-D03,
D05-D08). Perairan pesisir tersebut dibagi menjadi dua zona, yaitu zona 1 yang
dekat dengan pantai atau nearshore dan zona 2 ke arah laut lepas atau offshore.
Selanjutnya, dilakukan analisis kualitas air di Laboratorium Produktivitas dan
Lingkungan Perairan, Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Peta lokasi penelitian disajikan dalam
Gambar 2.
Gambar 2 Lokasi pengambilan contoh air di Sungai Pesanggrahan (A1- A2),
Cisadane (S1-S2), Dadap (DP1), dan perairan pesisir Tanjung Pasir
(T01-T15 dan D01-D03, D05-D08) (Lampiran 2)
Waktu pengambilan contoh dimulai dari bulan April hingga bulan Agustus
2013. Pengambilan contoh air sungai dan muara dilakukan setiap bulannya
sebanyak 4 kali untuk Sungai Pesanggrahan dan Cisadane, yaitu pada bulan April,
4
Juni, Juli, dan Agustus 2013, serta sebanyak 2 kali untuk Sungai Dadap, yaitu
pada bulan Juli dan Agustus 2013. Pengambilan contoh air laut dilakukan pada
bulan April dan Agustus 2013. Analisis kualitas air di laboratorium dilakukan
pada bulan Mei hingga Oktober 2013.
Metode Pengumpulan Data
Pengambilan contoh
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
berupa data kualitas air meliputi parameter fisika, kimia, dan biologi yang
disajikan dalam Tabel 1. Data sekunder berupa data curah hujan di wilayah
Tanjungan/Kapuk tahun 2013, yang didapat dari Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Pondok Betung. Data sekunder
disajikan pada Lampiran 3. Pengambilan contoh air sungai berjarak ± 2 km dari
muara, untuk Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap, serta di bagian muara
untuk Sungai Pesanggrahan dan Cisadane. Contoh air sungai diambil pada
kedalaman setengah dari kedalaman perairan, sedangkan contoh air muara dan
laut diambil pada kedalaman 1-2 meter dari permukaan. Stasiun pengambilan
contoh di perairan pesisir Tanjung Pasir dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
zona (Gambar 2).
Zona 1 dengan titik T01-T03, T10-T12, dan D01-D03 merupakan zona 1
yang dekat dengan pantai (nearshore) dan zona 2 dengan titik T04-T09, T13-T15,
D05-D08 merupakan zona yang jauh dari pantai (offshore). Penzonasian di
wilayah laut dimaksudkan untuk melihat beban pencemar yang masuk ke pesisir
Tanjung Pasir. Asumsi zona 1 yang lebih dekat dengan pantai, mendapat
limpasan bahan pencemar dari kegiatan di daratan, sedangkan zona 2 diasumsikan
lebih dipengaruhi oleh kegiatan perikanan serta limbah sungai yang terbawa oleh
aliran air, dikarenakan adanya faktor hidrodinamika.
Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan di lokasi penelitian (in situ) dan melalui
analisis laboratorium (ex situ). Seluruh parameter yang dikumpulkan secara in
situ dan ex situ dapat dilihat pada Tabel 1. Parameter-parameter yang dianalisis di
laboratorium (ex situ) sebelumnya telah dilakukan preservasi saat pengambilan air
contoh di lapang, yang disajikan pada Tabel 2. Titik pengambilan contoh
sebanyak 27 titik yang mewakili tiga bagian perairan, yaitu sungai, muara, dan
laut, 3 titik di bagian sungai, 2 titik di bagian muara, dan 22 titik di bagian laut.
Beberapa parameter membutuhkan air contoh yang dikomposit atau gabungan
contoh air laut yang berasal dari beberapa titik di wilayah pengamatan.
Analisis parameter total fenol, surfaktan (MBAS), sianida (CN-), logam
berat (Cu, Pb, dan Cd), khrom heksavalen (Cr6+), dan total coliform menggunakan
contoh air laut yang dikomposit, yaitu T1 (T01-T03), T2 (T04-T06), T3 (T07T09), T4 (T10-T12), T5 (T12-T15), D1 (D01-D03), D2 (D05-D06), dan D3 (D07D08). Parameter sifat fisik dan kimia air yang diamati beserta metode dan alat
yang digunakan berdasarkan Standard Methods for the Examination of Water and
Waste Water (APHA, AWWA, WEF 2012).
5
Tabel 1 Parameter dan metode analisis kualitas air
Parameter
Fisika
Kekeruhan
TSS
TDS
Suhu
Salinitas
Kecerahan
Kecepatan arus
Kimia
DO
pH
BOD
Satuan
Metode Analisis
Keterangan
NTU
mg/L
mg/L
0
C
psu
cm
m/s
Nephelometrik
Gravimetri
Gravimetri
Thermometer
Refractometer
Secchi disk
Flow meter
Ex situ
Ex situ
Ex situ
In situ
In situ
In situ
In situ
mg/L
mg/L
In situ
In situ
Ex situ
COD
mg/L
DO meter
pH meter
5 Day BOD Test
Closed Reflux, Colorimetric
Method
Colorimetric Method
Cadmium Reduction
Phenate-Method
Manual Digestion and Flow
Injection
Flow Injection Analysis for PO4-P
Direct Photometric
Colorimetric Method
Phenantroline-Method
Colorimetric Method
Methylene Blue Method
SPADN Method
Anionic Surfactan MBAS
Liquid-liquid, Partition
Gravimetric Method
Direct Air Acetylene Flame
Method and Extraction/ Air
Acetylene Flame Method
-
N-NO2
N-NO3N-NH3
mg/L
mg/L
mg/L
Total-P
mg/L
PO4-P
Fenol
Sianida (CN-)
Besi (Fe)
Cr6+
Sulfida (H2S)
Fluorida (F-)
Surfaktan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Minyak dan lemak
mg/L
Zn, Pb, Cd, Cu, Cr
mg/L
Mikrobiologi
Total coliform
MPN/100 ml
MPN
Fecal coliform
MPN/100 ml
MPN
Sumber: APHA, AWWA, WEF (2012)
Tabel 2
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Prosedur pengawetan parameter kualitas air yang dianalisis di
laboratorium
Parameter
COD, minyak dan lemak, total-P, NH3,
NO2, NO3, fenol
Logam Pb, Cd, Cu, Zn, Cr
Sulfida (H2S)
CNMikrobiologi
Parameter fisika dan anion-kation mayor
Sumber: APHA, AWWA, WEF (2012)
Prosedur pengawetan
Penambahan H2SO4 hingga pH sampel air
lebih dari 2
Penambahan HNO3 hingga pH sampel air
lebih dari 2
Penambahan Zn asetat + NaOH 6 N
Penambahan NaOH
Penambahan Na2S2O2
Tanpa preservasi
6
Analisis Data
Analisis status pencemaran air
Analisis status pencemaran air dilakukan dengan dua metode, yaitu metode
indeks STORET (Storage and Retrieval of Water Quality Data System) dan
indeks pencemaran (IP). Penggunaan kedua metode ini berdasarkan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup (Kepmenlh) Nomor 115 Tahun 2003, tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air yang dapat menggunakan kedua metode
tersebut. Metode ini membandingkan data parameter air dengan baku mutu air
sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2001 kelas III untuk
mengevaluasi air sungai dan muara, sedangkan air laut menggunakan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup (Kepmenlh) Nomor 51 tahun 2004 mengenai baku
mutu air laut untuk biota laut.
Indeks STORET (Storage and Retrieval of Water Quality Data System)
Analisis tingkat pencemaran dengan metode STORET dilakukan untuk
mengetahui tingkat pencemaran perairan di wilayah pengamatan secara
komprehensif. Penggunaan metode ini sedikitnya terdapat dua seri data dan
adanya data time series atau space series. Penilaian pencemaran perairan dengan
metode ini, dilakukan dengan mengumpulkan data kualitas air (fisika, kimia,
biologi) secara periodik dari setiap stasiun, kemudian tentukan nilai maksimum,
minimum, dan rata-rata dari tiap parameter dan lokasi pengamatan. Hasil tersebut
dibandingkan dengan baku mutu peruntukannya (air sungai kelas III dan air laut
untuk biota laut), berikan skor pada hasil pengukuran. Air sungai berdasarkan
time series (tiap bulan) dengan banyaknya contoh data kurang dari 10 dan untuk
air laut berdasarkan space series (tiap titik) dengan banyaknya contoh data lebih
dari 10. Jika hasil pengukuran memenuhi baku mutu air, maka diberi skor 0,
sebaliknya jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air, maka diberi
skor tertentu yang terdapat pada Tabel 3. Total skor dari seluruh parameter dan
penentuan status pencemaran perairan sesuai dengan klasifikasi mutu air
berdasarkan Kepmenlh Nomor 115 Tahun 2003 yang terdapat pada Tabel 4.
a
Tabel 3 Penentuan sistem nilai untuk menentukan status pencemaran air
Jumlah Contoh
Nilai
Fisika
< 10
Maksimum
-1
Minimum
-1
Rata-rata
-3
> 10
Maksimum
-2
Minimum
-2
Rata-rata
-6
Sumber: Canter 1977 in Kepmenlh Nomor 115 Tahun 2003
b
Parameter
Kimia
-2
-2
-6
-4
-4
-12
Biologi
-3
-3
-9
-6
-6
-18
Indeks pencemaran (IP)
Indeks pencemaran (IP) digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran
secara relatif terhadap parameter kualitas air tertentu (Nemerow 2001; Suwari et
al. 2010). Langkah-langkah penentuan tingkat pencemaran dengan memilih
konsentrasi parameter baku mutu yang tidak memiliki rentang, menghitung harga
7
Ci/Lij tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan contoh. Jika data yang
didapat berupa data seri, maka dapat terlihat perubahan nilai indeks pencemaran
(IP).
IP =
Ci 2
Ci 2
M +
Lij
Lij R
2
Keterangan
IP
= indeks pencemaran
Ci
= konsentrasi parameter kualitas air (i)
Lij
= baku mutu peruntukan air (j)
(Ci/Lij)M = nilai maksimum Ci/Lij
(Ci/Lij)R
= nilai rata-rata Ci/Lij
Hasil penghitungan nilai indeks pencemaran kemudian dilakukan evaluasi
untuk mengetahui status pencemaran air berdasarkan Tabel 5.
Tabel 4 Klasifikasi pencemaran air dengan metode indeks STORET
Kelas
Kriteria
A
Baik sekali
B
Baik
C
Sedang
D
Buruk
Sumber: Kepmenlh Nomor 115 Tahun 2003
Skor
0
-1 s/d -10
-11 s/d -30
≥ -31
Status Pencemaran Air
Sesuai baku mutu
Tercemar ringan
Tercemar sedang
Tercemar berat
Tabel 5 Evaluasi terhadap nilai indeks pencemaran (IP)
Nilai
Status Pencemaran Air
0 < IP ≤ 1.0
Memenuhi baku mutu (kondisi baik)
1.0 < IP ≤ 5.0
Tercemar ringan
5.0< IP ≤ 10
Tercemar sedang
IP > 10
Tercemar berat
Sumber: Kepmenlh Nomor 115 Tahun 2003
Status pencemaran perairan pesisir Tanjung Pasir dikategorikan berdasarkan
penilaian dengan indeks STORET dan indeks pencemaran, pada kedua indeks
tersebut terdapat perbedaan penilaian. Indeks STORET menilai mutu perairan
berdasarkan time series atau space series, dengan perbandingan nilai tiap
parameter berdasarkan bulan untuk sungai dan muara, pada bagian laut mutu
perairan dinilai berdasarkan zonasi, dengan perbandingan nilai tiap stasiun yang
ada di zona tersebut. Indeks pencemaran (IP) memberikan penilaian tiap bulan
untuk bagian sungai dan muara, serta tiap titik di bagian laut. Metode tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, status pencemaran di suatu
lokasi secara keseluruhan yang dinilai berdasarkan indeks STORET, dan dapat
diketahui sumber pencemaran terbesar berasal dari suatu titik yang diketahui
dengan metode IP secara lebih spesifik, kemudian dari titik tersebut juga dapat
8
diketahui parameter yang telah melebihi baku mutu sehingga menyebabkan
pencemaran di laut yang dapat dilihat berdasarkan nilai beban pencemaran di
bagian sungai.
Analisis beban pencemaran
Analisis beban pencemaran dilakukan dengan penghitungan secara langsung
setiap bahan pencemar yang ada di air Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap.
Cara perhitungan beban pencemaran didasarkan atas pengukuran debit sungai dan
konsentrasi limbah di sungai berdasarkan persamaan Mitsch dan Goesselink
(1993) in Marganof et al. (2007). Berikut ini merupakan rumus beban
pencemaran.
BP = Q×C
Keterangan :
BP
= beban pencemaran per tahun (kg/hari)
Q
= debit sungai (m3/detik)
C
= konsentrasi limbah pada air sungai (mg/L)
Analisis beban pencemaran menghitung beban pencemar di bagian sungai
pada bulan April dan Agustus. Beban pencemar (limbah) yang masuk dari darat
melalui aliran sungai yang menuju ke pesisir Tanjung Pasir dilihat dengan
mengalikan antara debit sungai (Q) dengan konsentrasi limbah pada air sungai (C)
masing-masing parameter kualitas air, untuk konversi beban limbah ke dalam
kg/hari dikalikan dengan 10-3 x 3600 x 24, sehingga didapatkan nilai beban
pencemaran setiap parameter pada masing-masing bulan (April dan Agustus).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Status pencemaransungai (A1, S1, DP1) dan muara (A2, S2)
Pesisir merupakan wilayah pertemuan antara darat dan laut, yang masih
dipengaruhi sedimentasi dan pencemaran dari daratan. Perairan pesisir Tanjung
Pasir yang berada di utara Tangerang, sangat dipengaruhi baik secara langsung
ataupun tidak langsung oleh tiga sungai, yaitu Pesanggrahan (A), Cisadane (S),
dan Dadap (DP) yang bermuara di dalamnya. Analisis kualitas air dievaluasi
untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan dan kesesuaian terhadap baku
mutu untuk peruntukannya. Penentuan tingkat pencemaran dievaluasi dengan
metode indeks STORET dan indeks pencemaran (IP). Indeks STORET
digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan di wilayah pengamatan
secara komprehensif, dengan aturan adanya data time series atau space series,
sedikitnya dua seri data. Skor STORET yang bernilai 0 memiliki kriteria baik
sekali, sedangkan yang bernilai lebih rendah dari -1 menunjukkan adanya
9
Skor Indeks STORET
pencemaran (Lampiran 4). Pendekatan lainnya yang digunakan, yaitu indeks
pencemaran (IP). Evaluasi nilai IP kurang dari 1 menunjukkan kondisi baik,
sedangkan nilai yang lebih dari 1 dikategorikan telah tercemar (Lampiran 5).
Tingkat pencemaran di Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap yang
dievaluasi berdasarkan indeks STORET pada Gambar 3 dan rata-rata dari IP pada
Gambar 4.
0
-20
Tercemar
A1
A2
S1
S2
DP1 sedang
-40
-60
Tercemar
berat
-52
-80
-70
-100
-120
-109
-114
-116
-140
Indeks Pencemaran (IP)
Gambar 3 Indeks STORET di Sungai Pesanggrahan (A1), Cisadane (S1), Dadap
(DP1) dan muara Pesanggrahan (A2), Cisadane (S2)
10
8
7.9
7.7
6.9
6
Tercemar
sedang
5.0
3.9
4
Tercemar
ringan
2
0
A1
A2
S1
S2
DP1
Gambar 4 Rata-rata dari indeks pencemaran (IP) di Sungai Pesanggrahan (A1),
Cisadane (S1), Dadap (DP1) dan muara Pesanggrahan (A2), Cisadane
(S2)
Gambar 3 merupakan indeks STORET bagian sungai dan muara. Tingkat
pencemaran dari sungai dan muara Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap menurut
indeks STORET tergolong dalam kategori tercemar berat. Pengambilan contoh di
Sungai Dadap dilakukan hanya bulan Juli dan Agustus di bagian sungai,
dikarenakan sulit untuk mencapai bagian muara. Indeks STORET di bagian
sungai lebih besar dibandingkan muara, dengan skor bagian sungai A1, S1, DP1
berturut-turut -109, -114, -116, sedangkan di muara A2 dan S2 berturut-turut -70
10
dan -52. Semua titik pengamatan memiliki kriteria buruk dengan status
pencemaran tercemar berat.
Nilai rata-rata setiap bulan dari IP di bagian sungai dan muara ditunjukkan
pada Gambar 4. Nilai IP di Sungai Pesanggrahan (A1-A2) bagian sungai dan
muara tergolong tercemar ringan hingga tercemar sedang. Sungai dan muara
Cisadane (C1-C2), serta Sungai Dadap (DP1) tergolong kategori tercemar sedang.
Jika dibandingkan dengan penilaian STORET, maka terdapat perbedaan kategori.
Berdasarkan IP berstatus dari tercemar ringan hingga tercemar sedang, sedangkan
indeks STORET di semua titik tergolong tercemar berat. Sungai-sungai yang
bermuara di pesisir Tanjung Pasir sudah tercemar dan tidak sesuai untuk kegiatan
perikanan.
Nilai IP di sungai dan muara ditunjukkan pada Gambar 5, 6, dan 7. Sungai
Pesanggrahan (A1) pada bulan Juni, Juli, dan Agustus menunjukkan status
tercemar sedang dengan nilai IP berturut-turut sebesar 8.5, 8.5, dan 9.5, sedangkan
pada bulan April berstatus tercemar ringan, nilai IP sebesar 5.0. Nilai IP di
Sungai Pesanggrahan (A1) lebih besar dibandingkan di muara (A2) pada bulan
April, Juni, Juli, kecuali pada bulan Agustus menunjukkan IP muara lebih besar,
sebesar 10.9 dengan status tercemar berat yang ditunjukkan oleh Gambar 5.
Sungai Cisadane (S1, S2) di bagian sungai memiliki IP yang lebih besar
dibandingkan bagian muara pada bulan April, Juni, Juli, dan Agustus (Gambar 6).
Sungai Cisadane bagian sungai dan muara pada bulan April berstatus tercemar
ringan dengan nilai IP di bagian sungai dan muara berturut-turut sebesar 4.1 dan
1.7. Nilai IP pada bulan Agustus terjadi perbedaan, di bagian sungai sebesar 8.4
tergolong tercemar sedang, sedangkan di bagian muara sebesar 2.4 tergolong
tercemar ringan. Nilai IP di Sungai Dadap tergolong tercemar sedang, yakni
berturut-turut sebesar 7.7 dan 7.6 (Gambar 7).
9.5
10
8.5
8
6
10.9 Tercemar
Berat
12
5.0
4
2
8.5
Indeks Pencemaran (IP)
Indeks Pencemaran (IP)
12
10
8
6
Tercemar
Sedang
4.5
4
2
3.2
1.6
Tercemar
Ringan
0
0
Bulan
Bulan
a
b
Gambar 5 Indeks pencemaran (IP) sungai dan muara Pesanggrahan A1 (a) dan
A2 (b)
11
12
Indeks Pencemaran (IP)
Indeks Pencemaran (IP)
12
10
7.4
8
7.5
8.4
6
4
4.1
2
0
Tercemar
Berat
10
8
6.5
6
5.0
4
2
Tercemar
Sedang
2.4
1.7
Tercemar
Ringan
0
Indeks Pencemaran (IP)
Bulan
Bulan
a
b
Gambar 6 Indeks pencemaran (IP) sungai dan muara Cisadane S1 (a) dan S2 (b)
12
Tercemar Berat
10
7.7
8
7.6 Tercemar
Sedang
6
Tercemar
Ringan
4
2
0
April
Juni
Juli
Agustus
Bulan
Gambar 7 Indeks pencemaran (IP) Sungai Dadap (DP1)
Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu pada perairan sungai
(A1, S1, DP1) dan muara (A2, S2)
Pencemaran yang terjadi di pesisir Tanjung Pasir disebabkan adanya limbah
pencemar yang terbawa dari aliran-aliran sungai yang bermuara di dalamnya.
Pencemar tersebut mempengaruhi kualitas air sehingga pada beberapa parameter
baik fisika, kimia, maupun biologi tidak sesuai dengan baku mutu menurut PP
Nomor 82 Tahun 2001 kelas III untuk kegiatan perikanan.
Pencemaran di sungai Pesanggrahan (A1) pada bulan April, Juni, Juli, dan
Agustus terjadi karena adanya parameter kualitas air yang melampaui baku mutu,
yaitu oksigen terlarut (DO), BOD, COD, total fosfat (total-P), amonia (NH3-N),
nitrit (NO2-N), sulfida (H2S), sianida (CN-), deterjen (MBAS), fenol, tembaga
(Cu), timbal (Pb), total coliform, dan fecal coli. Parameter yang melebihi baku
mutu di bagian muara Pesanggrahan, yaitu oksigen terlarut (DO), BOD, amonia
12
(NH3-N), nitrit (NO2-N), sulfida (H2S), sianida (CN-), deterjen (MBAS), tembaga
(Cu), seng (Zn), krom total (Cr) terdapat pada Tabel 6. Perbandingan jumlah
parameter yang telah melampaui baku mutu di daerah sungai lebih banyak
dibandingkan pada daerah muara, pencemaran yang terjadi di bagian sungai lebih
besar dibandingkan di muara Pesanggrahan.
Tabel 6 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di sungai dan
muara Pesanggrahan (A1-A2)
Titik
Sungai Pesanggrahan
(A1)
Muara Pesanggrahan
(A2)
Parameter
DO
BOD
COD
Total-P
NH3-N
NO2-N
H2S
CNMBAS
Fenol
Cu
Pb
Total coliform
Fecal coli
DO
BOD
NH3-N
NO2-N
H2S
CNMBAS
Cu
Zn
Cr
April
•
•
•
•
Bulan
Juni Juli
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Agustus
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Parameter yang menyebabkan pencemaran di Sungai Cisadane adalah
oksigen terlarut (DO), BOD, COD, amonia (NH3-N), nitrit (NO2-N), sulfida (H2S),
sianida (CN-), fenol, krom total (Cr), tembaga (Cu), timbal (Pb), seng (Zn), total
coliform, dan fecal coli yang terdapat pada Tabel 7. Parameter kualitas air yang
melampaui baku mutu pada muara Sungai Cisadane adalah oksigen terlarut (DO),
BOD, amonia (NH3-N), nitrit (NO2-N), sianida (CN-), tembaga (Cu), seng (Zn),
krom total (Cr), dan total coliform. Parameter tersebut telah melebihi baku mutu
air sungai yang diperuntukan untuk kegiatan perikanan. Sungai Cisadane, bagian
muara memiliki jumlah parameter yang melampaui baku mutu lebih sedikit
dibandingkan bagian sungai. Parameter yang melebihi baku mutu pada Sungai
Dadap terdapat pada Tabel 8.
Tabel 8 berikut menunjukkan parameter yang melebihi baku mutu di Sungai
Dadap adalah oksigen terlarut (DO), COD, amonia (NH3-N), nitrit (NO2-N),
sulfida (H2S), sianida (CN-), tembaga (Cu), timbal (Pb), total coliform, dan fecal
13
coli. Parameter-parameter tersebut yang diduga menyebabkan tingginya tingkat
pencemaran yang terjadi di Sungai Dadap pada bulan Juli dan Agustus.
Pengambilan contoh air di sungai tersebut yang berada di tengah kota
menyebabkan tingginya tingkat pencemaran di sungai ini.
Tabel 7 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di sungai dan
muara Cisadane (S1-S2)
Titik
Sungai Cisadane
(S1)
Muara Cisadane
(S2)
Parameter
DO
BOD
COD
NH3-N
NO2-N
H2S
CNFenol
Cr
Cu
Pb
Zn
Total coliform
Fecal coli
DO
BOD
NH3-N
NO2-N
CNCu
Zn
Cr
Total coliform
April
•
•
Bulan
Juni Juli
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Agustus
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Tabel 8 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di Sungai Dadap
(DP1)
Titik
Sungai Dadap
(DP1)
Parameter
DO
COD
NH3-N
NO2-N
H2S
CN
Cu
Pb
Zn
Total coliform
Fecal coli
April
Bulan
Juni Juli
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Agustus
•
•
•
•
•
•
•
•
14
Status pencemaran perairan pesisir Tanjung Pasir (zona 1, zona 2) pada
bulan April dan Agustus 2013
Pengamatan yang dilakukan di perairan pesisir Tanjung Pasir dengan
membagi ke dalam dua musim, yaitu peralihan (April) dan timur (Agustus). Laut
dibagi menjadi dua zona, yaitu zona 1 (T01-T15) dan zona 2 (D01-D03 dan D05D08) yang dibedakan berdasarkan lokasi, nearshore dan offshore. Berikut ini
penghitungan status pencemaran air laut dengan metode STORET (Gambar 8) dan
rata-rata dari IP (Gambar 9).
Laut
Indeks STORET
0
Zona 1
-50
-47
Zona 2
Tercemar
Berat
-47
-52
Tercemar
Sedang
-58
April
Agustus
-100
Indeks Pencemaran (IP)
Gambar 8 Indeks STORET pada laut zona 1 dan zona 2 pesisir Tanjung Pasir
5.0
April
Agustus
4.1
4.0
3.1
3.0
2.3
2.4
2.0
Tercemar
Ringan
1.0
Baik
0.0
Zona 1
Zona 2
Laut
Gambar 9 Rata-rata dari indeks pencemaran (IP) pada laut zona 1 dan zona 2 di
pesisir Tanjung Pasir
Perbandingan parameter hasil dengan baku mutu air laut untuk biota laut
sesuai Kepmenlh Nomor 51 Tahun 2004, di laut zona 1 dan zona 2 seluruhnya
menunjukkan skor STORET kurang dari -31, dikategorikan tercemar berat. Nilai
rata-rata IP dari setiap titik yang berada di laut zona 1 dan zona 2 menunjukkan
nilai IP di selang antara 1.0 dan 5.0, sehingga dikategorikan tercemar ringan.
Penghitungan STORET maupun IP pada bulan Agustus menunjukkan nilai yang
lebih besar di kedua zona, berdasarkan STORET sebesar -52 hingga -58 (Gambar
8) dan berdasarkan IP sebesar 4.1 hingga 2.4 (Gambar 9).
15
Penghitungan IP di pesisir Tanjung Pasir pada bulan Agustus lebih tinggi
dibandingkan pada bulan April. Gambar 4 menunjukkan titik T01 dan T02
(April) serta D01 dan D02 (Agustus) memiliki nilai IP yang telah melebihi 5,
tergolong tercemar sedang, sedangkan pada titik T10 (bernilai 1.0) dan D07
(bernilai 0.9) bulan Agustus dalam kondisi baik karena masih memenuhi baku
mutu biota laut, status tercemar ringan dengan rentang IP di antara 1.0 dan 5.0
tersebar di sebagian besar titik bulan April dan Agustus.
6.6
Indeks Pencemaran (IP)
7
6
6.3
5.9
5.8
Tercemar sedang
5
4
3
2.5
2.9
2
1
3.9 3.8 3.8 Tercemar ringan
3.4 3.4
3.3
3.5
3.1
3.1
2.8
2.6
2.5 2.5
2.5
2.5 2.5
2.2
2.2 2.4
2.1 1.9 2.1
1.9
2.2
1.7
1.6
1.5
1.5 1.5
1.6 1.7
0.9
1.0
3.5
3.4
1.5
3.9
4.4
Baik
T01
T02
T03
T04
T05
T06
T07
T08
T09
T10
T11
T12
T13
T14
T15
D01
D02
D03
D05
D06
D07
D08
0
Titik pengambilan contoh
April 2013
Modus
Median
Jumlah data
: 1.5 (4)
: 2.5
: 22
Agustus 2013
Modus
Median
Jumlah data
April
Agustus
: 2.5 (3)
: 2.6
: 22
Gambar 10 Indeks pencemaran (IP) pesisir Tanjung Pasir pada bulan April dan
Agustus 2013
Status pencemaran perairan pesisir tersebut yang dihitung dengan indeks
pencemaran menunjukkan nilai yang berbeda pada setiap titiknya (Gambar 10).
Berdasarkan indeks pencemaran (IP) berkisar dari baik hingga tercemar sedang.
Nilai IP pada laut zona 1 yang bernilai lebih dari 5, pada bulan Agustus terdapat
pada titik T01 dan T02 dekat dengan muara Cisadane, untuk bulan April terdapat
pada titik D01 dan D02 dekat muara Dadap dan Pesanggrahan, sehingga
menunjukkan status pencemaran perairan adalah tercemar sedang, berdasarkan
klasifikasi menurut Kepmenlh Nomor 115 Tahun 2003. Sebagian besar (modus)
IP pada titik-titik pengambilan contoh termasuk ke dalam tercemar ringan pada
bulan April dan Agustus, dengan nilai median 2.5 untuk bulan April dan 2.6 untuk
bulan Agustus.
Zona 1 terdapat daerah dengan status kondisi baik yang masih memenuhi
baku mutu air laut untuk biota laut, dengan nilai IP sebesar 1, yaitu pada titik T10
di bulan April, hasil tersebut ditunjukkan oleh Gambar 11. Laut zona 2 (offshore)
yang ditunjukkan oleh Gambar 12 memiliki status pencemaran perairan sebagian
besar titik pada bulan April dan Agustus termasuk ke dalam status tercemar ringan,
menurut klasifikasi Kepmenlh Nomor 115 Tahun 2003, dengan nilai IP yang
berada pada rentang IP antara 1.0 sampai 5.0. Titik D07 (zona 2) di bulan April
diketahui masih dalam keadaan baik dengan nilai IP lebih kecil dari 1.0 yaitu 0.9,
16
Indeks Pencemaran (IP)
yang berarti masih memenuhi baku mutu air laut yang diperuntukan untuk biota
laut.
Jika dibandingkan antara laut zona 1 dan zona 2, maka terdapat beberapa
titik di zona 1 yang berstatus tercemar berat dengan nilai IP tertinggi 6.6 pada
bulan Agustus, sedangkan pada zona 2 nilai tertinggi 3.9 dengan status tercemar
ringan pada bulan Agustus. Berdasarkan nilai modus, frekuensi dari titik-titik
dengan status tercemar ringan lebih banyak, sehingga pada bulan Agustus status
pencemaran cenderung tercemar ringan. Nilai tengah (median) dari zona 1 bulan
April dan Agustus berturut-turut 2.6 dan 3.5, pada zona 2 berturut-turut 2.2 dan
2.4. Zona 1 yang berada di dekat pantai menerima bahan cemaran lebih tinggi
dibandingkan dengan zona 2 yang berada di laut lepas. Hasil tersebut ditunjukkan
oleh Gambar 11 dan 12.
7
6
5
4
3
2
1
0
6.6
5.9
6.3
Tercemar Sedang
4.4
2.5
3.5
2.9
3.3
2.2 2.2
1.5
5.8
3.8
3.4 3.1 3.4
2.6
1.0
Tercemar Ringan
Baik
T01
April 2013
Modus
Median
Jumlah data
T02
:: 2.6
:9
T03
T10
T11
T12
Titik pengambilan contoh
Agustus 2013
Modus
Median
Jumlah data
D01
D02
April
D03
Agustus
: 3.4 (2)
: 3.5
:9
Indeks Pencemaran(IP)
Gambar 11 Indeks pencemaran (IP) laut zona 1 pesisir Tanjung Pasir pada bulan
April dan Agustus 2013
7
6
Tercemar Sedang
5
3.9
Tercemar Ringan
3.9
3.8
4 3.4
3.1
2.8 3.5 2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
3
2.2
2.1
2.4
2.1
1.9
1.7 1.7 1.9
1.6
1.6
1.5
1.5
1.5
2
0.9
1
Baik
0
T04 T05 T06 T07 T08 T09 T13 T14 T15 D05 D06 D07 D08
April 2013
Modus
Median
Jumlah data
Titik pengambilan contoh
: 1.5 (3)
: 2.2
: 13
Agustus 2013
Modus
Median
Jumlah data
April
Agustus
: 2.5 (3)
: 2.4
: 13
Gambar 12 Indeks pencemaran (IP) laut zona 2 pesisir Tanjung Pasir pada bulan
April dan Agustus 2013
17
Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu pada perairan pesisir
Tanjung Pasir zona 1 dan zona 2
Zona 1 dan zona 2 perairan pesisir Tanjung Pasir mendapat masukan
pencemaran bukan hanya berasal dari aliran sungai, tetapi juga dari daratan sekitar
dan kegiatan di laut tersebut. Pencemaran dapat dilihat dari adanya parameter
kualitas air yang melampaui baku mutu menurut Kepmenlh Nomor 51 Tahun
2004 untuk biota laut.
Parameter yang melebihi baku mutu di zona 1 pada bulan April yang
ditunjukkan oleh Tabel 9, yaitu kecerahan, kekeruhan, TSS, pH, oksigen terlarut
(DO), ortofosfat (PO4-P), amonia (NH3-N), sulfida (H2S), fenol total, dan timbal
(Pb). Bulan Agustus zona 1 tercemar oleh kecerahan, kekeruhan, TSS, pH,
oksigen terlarut (DO), ortofosfat (PO4-P), sulfida (H2S), krom heksavalen (Cr6+),
timbal (Pb), total coliform. Parameter tersebut menunjukkan adanya limbah
domestik yang masuk melalui aliran sungai dan limpasan dari daratan, karena
zona 1 yang letaknya dekat dengan pantai, sehingga diasumsikan pada zona 1
mendapat pengaruh besar dari kegiatan daratan.
Tabel 9 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di laut zona 1 pada
bulan April dan Agustus 2013
Bulan
April
Parameter
Kecerahan
Kekeruhan
TSS
pH
DO
PO4-P
NH3-N
H2S
Fenol total
Pb
Kecerahan
Kekeruhan
TSS
pH
Agustus DO
PO4-P
H2S
Cr6+
Pb
Total coliform
T01
•
•
•
•
•
•
T02
•
•
T03
•
•
•
•
•
•
T10
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Titik
T11 T12
•
•
•
•
D01
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
D02
•
•
•
D03
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Nilai konsentrasi parameter di laut zona 2 yang sama antara bulan April dan
Agustus yang telah melebihi baku mutu adalah kecerahan, TSS, ortofosfat (PO4P), dan timbal (Pb) yang ditunjukkan pada Tabel 10. Nilai konsentrasi dari
parameter kekeruhan, amonia, dan total coliform pada bulan April juga menjadi
bahan pencemar di zona 2, sedangkan pada bulan Agustus, yaitu pH, sulfida (H2S),
dan krom heksavalen (Cr6+) yang telah melebihi baku mutu. Parameter tersebut
menunjukkan adanya pengaruh limpasan limbah domestik dari kegiatan di darat,
18
tidak hanya kegiatan di laut. Logam berat seperti krom heksavalen dan timbal
dapat berasal dari kegiatan industri. Kromium banyak digunakan oleh berbagai
macam industri, salah satunya industri tekstil yang menggunakan bahan ini
sebagai zat pengoksidasi pada proses penyempurna tekstil. Parameter yang
terukur terdapat pada Tabel 10.
Tabel 10 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di laut zona 2
pada bulan April dan Agustus 2013
Bulan
Parameter
Kecerahan
Kekeruhan
TSS
April
PO4-P
NH3-N
Pb
Total coliform
Kecerahan
TSS
pH
Agustus
PO4-P
H2S
Cr6+
Pb
T
0
4
•
T
0
5
•
T
0
6
•
•
•
•
•
•
T
0
7
•
T
0
8
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
T
0
9
•
•
•
Titik
T
1
3
•
T
1
4
•
T
1
5
•
D D D
0 0 0
5 6 7
• • •
D
0
8
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Beban pencemaran dari Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap
Penghitungan beban pencemaran dibagi menjadi dua, yaitu bulan April dan
Agustus. Sungai yang terhitung pada bulan April, yaitu Sungai Pesanggrahan dan
Cisadane, sedangkan bulan Agustus, yaitu Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan
Dadap. Besarnya nilai beban pencemaran dihitung dari besarnya debit sungai dan
konsentrasi parameter-parameter kualitas air yang dapat mempengaruhi
penghitungan beban pencemaran. Besarnya debit yang ada di ketiga sungai
tersebut pada bulan April dan Agustus terdapat pada Lampiran 6.
Beban pencemaran bulan April yang ditunjukkan pada Tabel 11, Sungai
Cisadane memiliki beban pencemaran yang lebih tinggi dibandingkan Sungai
Pesanggrahan. Adanya perbedaan debit air di kedua sungai tersebut menyebabkan
tingginya nilai beban pencemaran di Sungai Cisadane dan Pesanggrahan berbeda.
Parameter yang mempengaruhi tingginya beban pencemaran di Sungai Cisadane
dan Pesanggrahan adalah TSS untuk nilai yang tertinggi dan fenol untuk nilai
yang terendah.
Beban pencemaran pada bulan Agustus di Tabel 12 terdapat tiga sungai
yang teramati, yaitu Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap. Beban
pencemaran di Sungai Pesanggrahan lebih tinggi dibandingkan Sungai Cisadane
dan Dadap, dengan contoh penghitungan nilai beban pencemaran pada Lampiran
7. Tingginya beban pencemaran yang terhitung di ketiga sungai, sesuai dengan
tingginya konsentrasi masing-masing parameter. Parameter COD diketahui
19
memiliki nilai beban pencemaran yang tertinggi di ketiga sungai tersebut.
Parameter fenol memiliki nilai terendah di Sungai Pesanggrahan dan Dadap,
sedangkan di Sungai Cisadane perameter Cd masih lebih rendah dibandingkan
dengan fenol.
Tabel 11 Beban pencemaran di Sungai Pesanggrahan dan Cisadane pada bulan
April 2013
Parameter
Satuan
TSS
BOD
COD
Total fosfat
NH3-N
NO3-N
NO2-N
H2S
Minyak dan lemak
CNFluorida
Deterjen
Fenol
Cd
Cr
Cu
Pb
Zn
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Beban Pencemaran (kg/hari)
S. Pesanggrahan
S. Cisadane
82837.73
2506291.20
6111.24
24808.90
75116.63
415400.83
575.18
5630.69
1431.69
694.31
1606.74
14123.29
1502.02
194.75
1.41
67.74
1406.68
7620.48
46.89
1498.69
9.38
50.80
89.09
575.77
0.63
3.39
1.41
7.62
48.45
397.96
1.56
8.47
1.56
8.47
1.56
211.68
Tabel 12 Beban pencemaran di Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap pada
bulan Agustus 2013
Parameter
Satuan
TSS
BOD
COD
Total fosfat
NH3-N
NO3-N
NO2-N
H2S
Minyak dan lemak
CNFluorida
Deterjen
Fenol
Cd
Cr
Cu
Pb
Zn
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Beban Pencemaran (kg/hari)
S. Pesanggrahan
S. Cisadane
23444.64
12700.80
18114.89
3196.37
106047.92
95711.11
2067.82
84.67
46.89
19.05
2514.83
346.10
640.82
318.58
936.22
304.82
1406.68
952.56
153.17
73.03
371.99
637.16
615.81
68.80
0.63
1.80
1.41
0.95
39.07
71.97
57.83
62.45
1.56
1.06
14.07
158.76
S. Dadap
12441.60
2086.04
40215.40
100.36
7.46
353.76
87.09
70.09
373.25
25.71
360.81
36.91
0.33
0.37
7.88
22.81
0.41
35.67
20
Pembahasan
Status pencemaran dapat dihitung dengan metode indeks STORET dan
indeks pencemaran (IP). Metode indeks STORET adalah membandingkan antara
data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya,
yaitu air sungai kelas III menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 (Kepmenlh2003).
Indeks pencemaran (IP) digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran secara
relatif terhadap parameter kualitas air tertentu (Nemerow 2001; Suwari et al.
2010). Pencemaran laut menurut GESAMP (1986) in Syakti et al. (2012) adalah
masuknya senyawa-senyawa (bahan) dan energi ke dalam lingkungan laut, baik
secara langsung ataupun tidak langsung, sehingga dapat menyebabkan dampak
negatif seperti penurunan kualitas air untuk peruntukannya. Daerah pesisir
merupakan daerah yang rentan terhadap pencemaran, karena mendapat masukan
bahan pencemar dari muara sungai-sungai di sepanjang daerah aliran sungai
(DAS). Salah satunya adalah pesisir Tanjung Pasir berada di utara Tangerang
yang mendapat masukan bahan pencemar dari DASnya, yaitu Sungai
Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap.
Status pencemaran berdasarkan indeks STORET
Berdasarkan hasil penghitungan indeks STORET, status pencemaran bagian
sungai (Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap) adalah tercemar berat.
Wilayah yang paling tinggi tingkat pencemarannya berada pada Sungai Dadap.
Hal tersebut dikarenakan kondisi sungai yang berada di tengah kota dengan
banyaknya aktivitas manusia, seperti kegiatan pasar, industri, dan merupakan
tempat berlabuhnya kapal-kapal ikan. Kondisi sungai yang juga tidak mengalir
menyebabkan proses pulih diri (self purification) sungai tidak optimal. Proses
pulih diri sungai merupakan indikator penting bagi kesehatan sungai, polutan
organik dan anorganik, seperti sungai di Cina berada di luar kapasitas pemurnian
diri dari sungai tersebut. Salah satunya di Sungai Juma memiliki kemampuan
besar untuk memurnikan polutan organik seperti total nitrogen dan total fosfat,
namun sulit untuk ion logam berat (Tian et al. 2011).
Menurut Agustiningsih (2012), sungai memiliki kemampuan memulihkan
diri dari bahan pencemar, dengan kandungan bahan organik mengalami
penurunan yang ditunjukkan pula dengan penurunan nilai BOD. Tingkat
pencemaran terendah ada pada Sungai Pesanggrahan. Hal tersebut dilihat dari
kegiatan di sekitar sungai yang tidak memanfaatkan air sungai secara langsung
seperti kegiatan MCK (mandi, cuci, kakus), karena letak pengambilan contoh
yang berada di kawasan perumahan. Pencemaran sungai serius juga berada di
DAS Haihe Cina berdasarkan hasil penelitian dari Liu et al. (2010), semua
sungainya telah tercemar bahkan berwarna hitam dan berbau busuk, sumber
pencemaran utama berasal dari bahan organik.
Status pencemaran bagian muara (Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan
Dadap) berdasarkan indeks STORET adalah tercemar berat. Wilayah pencemaran
tertinggi, yaitu pada muara Sungai Pesanggrahan. Pada pengambilan contoh di
muara tersebut sedang dilakukan pengerukan sampah dengan menggunakan
eskavator (Lampiran 1). Hal tersebut diduga mempengaruhi tingkat pencemaran
yang terjadi di muara, karena nutrien yang berada di dasar perairan menjadi
terang
PESISIR TANJUNG PASIR, KABUPATEN TANGERANG,
BANTEN
WERDHININGTYAS ANGRAHENI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Status Pencemaran
Perairan Pesisir Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari Penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2015
Werdhiningtyas Angraheni
NIM C24100088
ABSTRAK
WERDHININGTYAS ANGRAHENI. Status Pencemaran Perairan Pesisir
Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten.
Dibimbing oleh SIGID
HARIYADI dan YUSLI WARDIATNO.
Status pencemaran perairan perlu dikaji untuk mengetahui fungsi perairan
sesuai dengan peruntukannya. Tujuan penelitian ini untuk menentukan status
pencemaran perairan pesisir Tanjung Pasir dan mengetahui beban pencemaran
dari sungai-sungai yang bermuara di perairan ini. Metode yang digunakan, yaitu
indeks STORET, indeks pencemaran (IP), dan beban pencemaran. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa status pencemaran sungai dan muara berdasarkan
indeks STORET tergolong tercemar berat (-59 hingga -126), sedangkan
berdasarkan IP tergolong tercemar ringan hingga tercemar berat (1.6-10.9).
Perairan pesisir Tanjung Pasir dibagi menjadi 2 zona, yaitu zona 1 (nearshore)
dan zona 2 (offshore), keduanya berstatus tercemar berat berdasarkan evaluasi
indeks STORET pada bulan April dan Agustus, sedangkan berdasarkan IP untuk
zona 1 (nearshore) tergolong baik hingga tercemar sedang (1.0-6.6) dan zona 2
(offshore) tergolong baik hingga tercemar ringan (0.9-3.9).
Kata kunci: Beban pencemaran, indeks pencemaran, indeks STORET,
pencemaran pesisir, pencemaran sungai
ABSTRACT
WERDHININGTYAS ANGRAHENI. Pollution Status of Tanjung Pasir Coastal,
Tangerang Regency, Banten. Supervised by SIGID HARIYADI and YUSLI
WARDIATNO.
Status of water pollution needs to be reviewed to determine the function of
waters according to suitability of water intended. The purpose of this study was
to establish the status of Tanjung Pasir coastal waters and to reveal the pollution
load of the rivers that flow into the coastal waters. Method used is the STORET
index, pollution index (IP), and the pollution load. The results showed that the
pollution status in river and estuary based on STORET index were relatively
heavily polluted (-59 to -126), while the pollution level evaluated based on IP was
categorized as lightly polluted to heavily polluted (1.6-1.9). Tanjung Pasir coastal
waters is divided into two zones, namely zone 1 (nearshore) and zone 2 (offshore),
both heavily polluted status based on STORET index in April and August, while
based on IP in zone 1 (nearshore) categorized as good to moderately polluted (1.06.6) and zone 2 (offshore) categorized as good to lightly polluted (0.9 - 3.9).
Keywords: Coastal pollution, pollution index, pollution load, STORET index,
river pollution
STATUS PENCEMARAN PERAIRAN
PESISIR TANJUNG PASIR, KABUPATEN TANGERANG,
BANTEN
WERDHININGTYAS ANGRAHENI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya Penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Status Pencemaran Perairan
Pesisir Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana perikanan pada Departemen
Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1
Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan studi kepada
Penulis.
2
PT Kapuk Naga Indah yang bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB serta Departemen Manajemen
Sumber Daya Perairan yang telah membiayai penelitian ini.
3
BMKG Stasiun Klimatologi Pondok Betung yang telah membantu Penulis
mendapatkan data sekunder dalam penulisan karya ilmiah ini
4
Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc selaku pembimbing akademik sekaligus
pembimbing skripsi yang telah memberikan motivasi, arahan, nasihat, saran
selama perkuliahan dan dalam penulisan karya ilmiah ini.
5
Dr Ir Sigid Haryadi, MSc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
arahan, nasehat, dan saran untuk Penulis dalam penulisan karya ilmiah ini.
6
Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc selaku penguji tamu dan Prof Dr Ir
Ridwan Affandi, DEA selaku komisi pendidikan Departemen Manajemen
Sumber Daya Perairan atas saran dan masukan yang sangat berarti.
7
Keluarga Penulis Bapak (Drs Karsono Hadisuwito, MSi), Ibu (Sri Sutini,
SE), Kakak (Wedaraningtyas Nugrahani, SPi; Kunto Widyatmoko, SKom;
Mas Bayu Syamsunarno, SPi MSi; dan Tyas Amori Litahayu, SSi Apt),
serta Adik (Pranowo Adhyatmoko) yang telah memberikan banyak motivasi,
doa, dan dukungan kepada Penulis baik moril maupun materil.
8
Garry Fajri Garcia, ST atas doa, motivasi, dan dukungannya kepada Penulis
selama kuliah di IPB.
9
Seluruh staf dan laboran Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan
Perairan, IPB.
10 Sahabat Penulis (Widya A Manoch, Amanda Ellysse P, Rininta A, Maharani
Yuniandini, Dessy S, Adella PR, Anindya K, Novianti A, Ni Komang Ayu
Oka P, Febi Ayu P, Nurul Hikmah A, Siska A, Inggar K, Anandinta P,
Ardhito, Agus Alim H, Rivany KPS, Rurisca KP), teman seperjuangan
penelitian (Runi Y, Anissa TA, Andini N, Lusita M, Akrom M, Ka Reza
Zulmi, Ka Adang S, Ka Aris, Ka Dede), serta teman-teman MSP 47 atas
semangat, dukungan, bantuan, dan doa kepada Penulis.
Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.
Bogor, Februari 2015
Werdhiningtyas Angraheni
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vi
vi
vi
1
1
1
2
2
3
3
4
6
8
8
20
24
25
28
41
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Parameter dan metode analisis kualitas air
Prosedur pengawetan parameter kualitas air yang dianalisis di
laboratorium
Penentuan sistem nilai untuk menentukan status pencemaran air
Klasifikasi pencemaran air dengan metode indeks STORET
Evaluasi terhadap nilai indeks pencemaran (IP)
Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di sungai dan
muara Pesanggrahan (A1-A2)
Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di sungai dan
muara Cisadane (S1-S2)
Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di Sungai Dadap
(DP1)
Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di laut zona 1
pada bulan April dan Agustus 2013
Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di laut zona 2
pada bulan April dan Agustus 2013
Beban pencemaran di Sungai Pesanggrahan dan Cisadane pada bulan
April 2013
Beban pencemaran di Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap
pada bulan Agustus 2013
5
5
6
7
7
12
13
13
17
18
19
19
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Skema perumusan masalah kualitas air di pesisir Tanjung Pasir
Lokasi pengambilan contoh air di Sungai Pesanggrahan (A1- A2),
Cisadane (S1-S2), Dadap (DP1), dan perairan pesisir Tanjung Pasir
(T01-T15 dan D01-D03, D05-D08) (Lampiran 2)
Indeks STORET di Sungai Pesanggrahan (A1), Cisadane (S1), Dadap
(DP1) dan muara Pesanggrahan (A2), Cisadane (S2)
Rata-rata dari indeks pencemaran (IP) di Sungai Pesanggrahan (A1),
Cisadane (S1), Dadap (DP1) dan muara Pesanggrahan (A2), Cisadane
(S2)
Indeks pencemaran (IP) sungai dan muara Pesanggrahan A1 (a) dan
A2 (b)
Indeks pencemaran (IP) sungai dan muara Cisadane S1 (a) dan S2 (b)
Indeks pencemaran (IP) Sungai Dadap (DP1)
Indeks STORET pada laut zona 1 dan zona 2 pesisir Tanjung Pasir
Rata-rata dari indeks pencemaran (IP) pada laut zona 1 dan zona 2 di
pesisir Tanjung Pasir
Indeks pencemaran (IP) pesisir Tanjung Pasir pada bulan April dan
Agustus 2013
Indeks pencemaran (IP) laut zona 1 pesisir Tanjung Pasir pada bulan
April dan Agustus 2013
Indeks pencemaran (IP) laut zona 2 pesisir Tanjung Pasir pada bulan
April dan Agustus 2013
2
3
9
9
10
11
11
14
14
15
16
16
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
Lokasi pengambilan contoh
Letak geografis titik pengambilan contoh
Data curah hujan tahun 2013
Contoh penghitungan indeks STORET
Contoh penghitungan indeks pencemaran (IP)
Debit Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap
Contoh penghitungan beban pencemaran
28
29
29
30
39
40
40
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pesisir dan laut merupakan kawasan yang mengandung kekayaan alam
potensial untuk membangun perekonomian. Pembangunan dari berbagai bidang
dapat memberikan dampak secara langsung ataupun tidak langsung terhadap
kerusakan lingkungan perairan. Kondisi pesisir erat kaitannya dengan ekosistem
sungai, muara, dan laut pada wilayah tersebut. Sungai banyak dijadikan sebagai
tempat pembuangan limbah dari kegiatan di daratan, sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan kualitas air secara terus menerus. Penurunan kualitas air
tersebut mengubah keseimbangan ekosistem yang mengalami pencemaran.
Pencemaran sungai berasal dari faktor alam dan limbah domestik, seperti limbah
dari perumahan, perkantoran, pabrik, dan industri (Yudo 2010), yang akan
terakumulasi sampai ke muara dan akan menyebabkan pencemaran lingkungan
pesisir dan laut. Pencemaran laut menurut GESAMP (1990) in Syakti et al.
(2012) adalah masuknya bahan dan energi ke dalam lingkungan laut (termasuk
estuaria), secara langsung ataupun tidak langsung. Salah satu wilayah pesisir
yang diduga mengalami penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah
domestik adalah perairan pesisir Tanjung Pasir.
Perairan pesisir Tanjung Pasir merupakan salah satu wilayah pesisir di utara
Tangerang, termasuk wilayah Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang,
Banten. Sungai yang bermuara di perairan pesisir Tanjung Pasir adalah Sungai
Pesanggrahan, Sungai Cisadane, dan Sungai Dadap. Ketiga sungai tersebut dapat
mempengaruhi baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap kualitas air
di perairan pesisir Tanjung Pasir. Sungai-sungai tersebut berhulu di daerah Jawa
Barat dan bermuara di utara Tangerang. Kabupaten Tangerang menurut Dinas
Perindustrian dan Perdagangan memiliki 110 buah perusahaan, selain itu kegiatan
pertanian dan perikanan, termasuk perikanan tangkap dan budidaya juga terdapat
di wilayah ini. Limbah cair hasil industri dibuang dari wilayah Tangerang
diperkirakan sebanyak lebih dari 7000 m3 dalam sehari (Lestari dan Edward 2004).
Limbah tersebut berpotensi menyebabkan pencemaran di perairan pesisir Tanjung
Pasir.
Mengingat tingginya kuantitas limbah yang masuk ke wilayah pesisir
tersebut, perlu dilakukan kajian tentang kualitas air untuk menentukan status
pencemaran perairan di kawasan tersebut.
Penentuan status pencemaran
merupakan salah satu langkah awal proses pemantauan dan pencegahan terhadap
penurunan kualitas air di suatu perairan (Suwari et al. 2010), sehingga dapat
dijadikan informasi dasar dalam membuat rencana pengelolaan kawasan pesisir
Tanjung Pasir secara tepat.
Perumusan Masalah
Kualitas air di pesisir Tanjung Pasir dipengaruhi langsung oleh kualitas air
Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap. Sungai-sungai tersebut melewati
kota-kota besar (Bogor, Jakarta, Tangerang) yang memiliki industri-industri besar
di sepanjang daerah aliran sungai (DAS). Perkembangan industri tersebut, selain
2
memberikan dampak positif terhadap pembangunan, juga menimbulkan dampak
negatif akibat adanya bahaya limbah domestik dan industri (kandungan logam) ke
badan perairan. Kegiatan antropogenik yang terdapat di sekitar DAS akan
berpengaruh pada penurunan kualitas air sungai. Faktor hidrodinamika (debit)
aliran sungai akan mempengaruhi beban pencemaran yang memasuki pesisir
Tanjung Pasir. Tingginya bahan pencemar dan beban pencemaran yang
memasuki kawasan pesisir tersebut dapat menimbulkan dampak kerusakan
terhadap lingkungan, sehingga perlu diketahui tingkat pencemaran air di kawasan
tersebut dalam menentukan rekomendasi pengelolaan yang tepat terhadap pesisir
Tanjung Pasir.
Sumber pencemaran
yang masuk ke
perairan pesisir
Tanjung Pasir
(antropogenik dan
faktor alam)
Hidrodinamika air
Sungai
Pesanggrahan,
Cisadane, dan
Dadap, serta
perairan pesisir
Tanjung Pasir
Kualitas air dan
beban pencemaran
sungai dan laut
Pengukuran
parameter
kualitas air dan
debit,
perbandingan
dengan baku
mutu,
penentuan
status
Status/tingkat
pencemaran air
pesisir Tanjung
Pasir, beserta
sungai yang
bermuara (Sungai
Pesanggrahan,
Cisadane dan
Dadap) serta saran
pengelolaan
perairan tersebut.
Gambar 1 Skema perumusan masalah kualitas air di pesisir Tanjung Pasir
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status pencemaran perairan
pesisir Tanjung Pasir dengan metode indeks STORET, indeks pencemaran (IP),
dan untuk mengestimasi beban pencemaran dari sungai-sungai yang masuk ke
perairan pesisir Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang karakteristik
kualitas air pesisir Tanjung Pasir serta sungai-sungai yang bermuara di dalamnya
(Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap), sehingga dapat dijadikan informasi
dasar dalam membuat rencana pengelolaan kawasan pesisir Tanjung Pasir secara
tepat.
3
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir Tanjung Pasir Kabupaten
Tangerang, Banten. Pengambilan contoh air sungai diambil dari sungai yang
bermuara di pesisir tersebut, yaitu di Sungai Pesanggrahan (A), Sungai Cisadane
(S), dan Sungai Dadap (DP) (Lampiran 1). Sungai Pesanggrahan (A1-A2) dan
Sungai Cisadane (S1-S2) diambil contoh di dua titik, yaitu di bagian sungai dan
bagian muara, untuk Sungai Dadap (DP1) diambil di bagian sungai. Pengambilan
contoh air laut dilakukan di perairan pesisir Tanjung Pasir (T01-T15 dan D01-D03,
D05-D08). Perairan pesisir tersebut dibagi menjadi dua zona, yaitu zona 1 yang
dekat dengan pantai atau nearshore dan zona 2 ke arah laut lepas atau offshore.
Selanjutnya, dilakukan analisis kualitas air di Laboratorium Produktivitas dan
Lingkungan Perairan, Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Peta lokasi penelitian disajikan dalam
Gambar 2.
Gambar 2 Lokasi pengambilan contoh air di Sungai Pesanggrahan (A1- A2),
Cisadane (S1-S2), Dadap (DP1), dan perairan pesisir Tanjung Pasir
(T01-T15 dan D01-D03, D05-D08) (Lampiran 2)
Waktu pengambilan contoh dimulai dari bulan April hingga bulan Agustus
2013. Pengambilan contoh air sungai dan muara dilakukan setiap bulannya
sebanyak 4 kali untuk Sungai Pesanggrahan dan Cisadane, yaitu pada bulan April,
4
Juni, Juli, dan Agustus 2013, serta sebanyak 2 kali untuk Sungai Dadap, yaitu
pada bulan Juli dan Agustus 2013. Pengambilan contoh air laut dilakukan pada
bulan April dan Agustus 2013. Analisis kualitas air di laboratorium dilakukan
pada bulan Mei hingga Oktober 2013.
Metode Pengumpulan Data
Pengambilan contoh
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
berupa data kualitas air meliputi parameter fisika, kimia, dan biologi yang
disajikan dalam Tabel 1. Data sekunder berupa data curah hujan di wilayah
Tanjungan/Kapuk tahun 2013, yang didapat dari Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Pondok Betung. Data sekunder
disajikan pada Lampiran 3. Pengambilan contoh air sungai berjarak ± 2 km dari
muara, untuk Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap, serta di bagian muara
untuk Sungai Pesanggrahan dan Cisadane. Contoh air sungai diambil pada
kedalaman setengah dari kedalaman perairan, sedangkan contoh air muara dan
laut diambil pada kedalaman 1-2 meter dari permukaan. Stasiun pengambilan
contoh di perairan pesisir Tanjung Pasir dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
zona (Gambar 2).
Zona 1 dengan titik T01-T03, T10-T12, dan D01-D03 merupakan zona 1
yang dekat dengan pantai (nearshore) dan zona 2 dengan titik T04-T09, T13-T15,
D05-D08 merupakan zona yang jauh dari pantai (offshore). Penzonasian di
wilayah laut dimaksudkan untuk melihat beban pencemar yang masuk ke pesisir
Tanjung Pasir. Asumsi zona 1 yang lebih dekat dengan pantai, mendapat
limpasan bahan pencemar dari kegiatan di daratan, sedangkan zona 2 diasumsikan
lebih dipengaruhi oleh kegiatan perikanan serta limbah sungai yang terbawa oleh
aliran air, dikarenakan adanya faktor hidrodinamika.
Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan di lokasi penelitian (in situ) dan melalui
analisis laboratorium (ex situ). Seluruh parameter yang dikumpulkan secara in
situ dan ex situ dapat dilihat pada Tabel 1. Parameter-parameter yang dianalisis di
laboratorium (ex situ) sebelumnya telah dilakukan preservasi saat pengambilan air
contoh di lapang, yang disajikan pada Tabel 2. Titik pengambilan contoh
sebanyak 27 titik yang mewakili tiga bagian perairan, yaitu sungai, muara, dan
laut, 3 titik di bagian sungai, 2 titik di bagian muara, dan 22 titik di bagian laut.
Beberapa parameter membutuhkan air contoh yang dikomposit atau gabungan
contoh air laut yang berasal dari beberapa titik di wilayah pengamatan.
Analisis parameter total fenol, surfaktan (MBAS), sianida (CN-), logam
berat (Cu, Pb, dan Cd), khrom heksavalen (Cr6+), dan total coliform menggunakan
contoh air laut yang dikomposit, yaitu T1 (T01-T03), T2 (T04-T06), T3 (T07T09), T4 (T10-T12), T5 (T12-T15), D1 (D01-D03), D2 (D05-D06), dan D3 (D07D08). Parameter sifat fisik dan kimia air yang diamati beserta metode dan alat
yang digunakan berdasarkan Standard Methods for the Examination of Water and
Waste Water (APHA, AWWA, WEF 2012).
5
Tabel 1 Parameter dan metode analisis kualitas air
Parameter
Fisika
Kekeruhan
TSS
TDS
Suhu
Salinitas
Kecerahan
Kecepatan arus
Kimia
DO
pH
BOD
Satuan
Metode Analisis
Keterangan
NTU
mg/L
mg/L
0
C
psu
cm
m/s
Nephelometrik
Gravimetri
Gravimetri
Thermometer
Refractometer
Secchi disk
Flow meter
Ex situ
Ex situ
Ex situ
In situ
In situ
In situ
In situ
mg/L
mg/L
In situ
In situ
Ex situ
COD
mg/L
DO meter
pH meter
5 Day BOD Test
Closed Reflux, Colorimetric
Method
Colorimetric Method
Cadmium Reduction
Phenate-Method
Manual Digestion and Flow
Injection
Flow Injection Analysis for PO4-P
Direct Photometric
Colorimetric Method
Phenantroline-Method
Colorimetric Method
Methylene Blue Method
SPADN Method
Anionic Surfactan MBAS
Liquid-liquid, Partition
Gravimetric Method
Direct Air Acetylene Flame
Method and Extraction/ Air
Acetylene Flame Method
-
N-NO2
N-NO3N-NH3
mg/L
mg/L
mg/L
Total-P
mg/L
PO4-P
Fenol
Sianida (CN-)
Besi (Fe)
Cr6+
Sulfida (H2S)
Fluorida (F-)
Surfaktan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Minyak dan lemak
mg/L
Zn, Pb, Cd, Cu, Cr
mg/L
Mikrobiologi
Total coliform
MPN/100 ml
MPN
Fecal coliform
MPN/100 ml
MPN
Sumber: APHA, AWWA, WEF (2012)
Tabel 2
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Prosedur pengawetan parameter kualitas air yang dianalisis di
laboratorium
Parameter
COD, minyak dan lemak, total-P, NH3,
NO2, NO3, fenol
Logam Pb, Cd, Cu, Zn, Cr
Sulfida (H2S)
CNMikrobiologi
Parameter fisika dan anion-kation mayor
Sumber: APHA, AWWA, WEF (2012)
Prosedur pengawetan
Penambahan H2SO4 hingga pH sampel air
lebih dari 2
Penambahan HNO3 hingga pH sampel air
lebih dari 2
Penambahan Zn asetat + NaOH 6 N
Penambahan NaOH
Penambahan Na2S2O2
Tanpa preservasi
6
Analisis Data
Analisis status pencemaran air
Analisis status pencemaran air dilakukan dengan dua metode, yaitu metode
indeks STORET (Storage and Retrieval of Water Quality Data System) dan
indeks pencemaran (IP). Penggunaan kedua metode ini berdasarkan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup (Kepmenlh) Nomor 115 Tahun 2003, tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air yang dapat menggunakan kedua metode
tersebut. Metode ini membandingkan data parameter air dengan baku mutu air
sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2001 kelas III untuk
mengevaluasi air sungai dan muara, sedangkan air laut menggunakan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup (Kepmenlh) Nomor 51 tahun 2004 mengenai baku
mutu air laut untuk biota laut.
Indeks STORET (Storage and Retrieval of Water Quality Data System)
Analisis tingkat pencemaran dengan metode STORET dilakukan untuk
mengetahui tingkat pencemaran perairan di wilayah pengamatan secara
komprehensif. Penggunaan metode ini sedikitnya terdapat dua seri data dan
adanya data time series atau space series. Penilaian pencemaran perairan dengan
metode ini, dilakukan dengan mengumpulkan data kualitas air (fisika, kimia,
biologi) secara periodik dari setiap stasiun, kemudian tentukan nilai maksimum,
minimum, dan rata-rata dari tiap parameter dan lokasi pengamatan. Hasil tersebut
dibandingkan dengan baku mutu peruntukannya (air sungai kelas III dan air laut
untuk biota laut), berikan skor pada hasil pengukuran. Air sungai berdasarkan
time series (tiap bulan) dengan banyaknya contoh data kurang dari 10 dan untuk
air laut berdasarkan space series (tiap titik) dengan banyaknya contoh data lebih
dari 10. Jika hasil pengukuran memenuhi baku mutu air, maka diberi skor 0,
sebaliknya jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air, maka diberi
skor tertentu yang terdapat pada Tabel 3. Total skor dari seluruh parameter dan
penentuan status pencemaran perairan sesuai dengan klasifikasi mutu air
berdasarkan Kepmenlh Nomor 115 Tahun 2003 yang terdapat pada Tabel 4.
a
Tabel 3 Penentuan sistem nilai untuk menentukan status pencemaran air
Jumlah Contoh
Nilai
Fisika
< 10
Maksimum
-1
Minimum
-1
Rata-rata
-3
> 10
Maksimum
-2
Minimum
-2
Rata-rata
-6
Sumber: Canter 1977 in Kepmenlh Nomor 115 Tahun 2003
b
Parameter
Kimia
-2
-2
-6
-4
-4
-12
Biologi
-3
-3
-9
-6
-6
-18
Indeks pencemaran (IP)
Indeks pencemaran (IP) digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran
secara relatif terhadap parameter kualitas air tertentu (Nemerow 2001; Suwari et
al. 2010). Langkah-langkah penentuan tingkat pencemaran dengan memilih
konsentrasi parameter baku mutu yang tidak memiliki rentang, menghitung harga
7
Ci/Lij tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan contoh. Jika data yang
didapat berupa data seri, maka dapat terlihat perubahan nilai indeks pencemaran
(IP).
IP =
Ci 2
Ci 2
M +
Lij
Lij R
2
Keterangan
IP
= indeks pencemaran
Ci
= konsentrasi parameter kualitas air (i)
Lij
= baku mutu peruntukan air (j)
(Ci/Lij)M = nilai maksimum Ci/Lij
(Ci/Lij)R
= nilai rata-rata Ci/Lij
Hasil penghitungan nilai indeks pencemaran kemudian dilakukan evaluasi
untuk mengetahui status pencemaran air berdasarkan Tabel 5.
Tabel 4 Klasifikasi pencemaran air dengan metode indeks STORET
Kelas
Kriteria
A
Baik sekali
B
Baik
C
Sedang
D
Buruk
Sumber: Kepmenlh Nomor 115 Tahun 2003
Skor
0
-1 s/d -10
-11 s/d -30
≥ -31
Status Pencemaran Air
Sesuai baku mutu
Tercemar ringan
Tercemar sedang
Tercemar berat
Tabel 5 Evaluasi terhadap nilai indeks pencemaran (IP)
Nilai
Status Pencemaran Air
0 < IP ≤ 1.0
Memenuhi baku mutu (kondisi baik)
1.0 < IP ≤ 5.0
Tercemar ringan
5.0< IP ≤ 10
Tercemar sedang
IP > 10
Tercemar berat
Sumber: Kepmenlh Nomor 115 Tahun 2003
Status pencemaran perairan pesisir Tanjung Pasir dikategorikan berdasarkan
penilaian dengan indeks STORET dan indeks pencemaran, pada kedua indeks
tersebut terdapat perbedaan penilaian. Indeks STORET menilai mutu perairan
berdasarkan time series atau space series, dengan perbandingan nilai tiap
parameter berdasarkan bulan untuk sungai dan muara, pada bagian laut mutu
perairan dinilai berdasarkan zonasi, dengan perbandingan nilai tiap stasiun yang
ada di zona tersebut. Indeks pencemaran (IP) memberikan penilaian tiap bulan
untuk bagian sungai dan muara, serta tiap titik di bagian laut. Metode tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, status pencemaran di suatu
lokasi secara keseluruhan yang dinilai berdasarkan indeks STORET, dan dapat
diketahui sumber pencemaran terbesar berasal dari suatu titik yang diketahui
dengan metode IP secara lebih spesifik, kemudian dari titik tersebut juga dapat
8
diketahui parameter yang telah melebihi baku mutu sehingga menyebabkan
pencemaran di laut yang dapat dilihat berdasarkan nilai beban pencemaran di
bagian sungai.
Analisis beban pencemaran
Analisis beban pencemaran dilakukan dengan penghitungan secara langsung
setiap bahan pencemar yang ada di air Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap.
Cara perhitungan beban pencemaran didasarkan atas pengukuran debit sungai dan
konsentrasi limbah di sungai berdasarkan persamaan Mitsch dan Goesselink
(1993) in Marganof et al. (2007). Berikut ini merupakan rumus beban
pencemaran.
BP = Q×C
Keterangan :
BP
= beban pencemaran per tahun (kg/hari)
Q
= debit sungai (m3/detik)
C
= konsentrasi limbah pada air sungai (mg/L)
Analisis beban pencemaran menghitung beban pencemar di bagian sungai
pada bulan April dan Agustus. Beban pencemar (limbah) yang masuk dari darat
melalui aliran sungai yang menuju ke pesisir Tanjung Pasir dilihat dengan
mengalikan antara debit sungai (Q) dengan konsentrasi limbah pada air sungai (C)
masing-masing parameter kualitas air, untuk konversi beban limbah ke dalam
kg/hari dikalikan dengan 10-3 x 3600 x 24, sehingga didapatkan nilai beban
pencemaran setiap parameter pada masing-masing bulan (April dan Agustus).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Status pencemaransungai (A1, S1, DP1) dan muara (A2, S2)
Pesisir merupakan wilayah pertemuan antara darat dan laut, yang masih
dipengaruhi sedimentasi dan pencemaran dari daratan. Perairan pesisir Tanjung
Pasir yang berada di utara Tangerang, sangat dipengaruhi baik secara langsung
ataupun tidak langsung oleh tiga sungai, yaitu Pesanggrahan (A), Cisadane (S),
dan Dadap (DP) yang bermuara di dalamnya. Analisis kualitas air dievaluasi
untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan dan kesesuaian terhadap baku
mutu untuk peruntukannya. Penentuan tingkat pencemaran dievaluasi dengan
metode indeks STORET dan indeks pencemaran (IP). Indeks STORET
digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan di wilayah pengamatan
secara komprehensif, dengan aturan adanya data time series atau space series,
sedikitnya dua seri data. Skor STORET yang bernilai 0 memiliki kriteria baik
sekali, sedangkan yang bernilai lebih rendah dari -1 menunjukkan adanya
9
Skor Indeks STORET
pencemaran (Lampiran 4). Pendekatan lainnya yang digunakan, yaitu indeks
pencemaran (IP). Evaluasi nilai IP kurang dari 1 menunjukkan kondisi baik,
sedangkan nilai yang lebih dari 1 dikategorikan telah tercemar (Lampiran 5).
Tingkat pencemaran di Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap yang
dievaluasi berdasarkan indeks STORET pada Gambar 3 dan rata-rata dari IP pada
Gambar 4.
0
-20
Tercemar
A1
A2
S1
S2
DP1 sedang
-40
-60
Tercemar
berat
-52
-80
-70
-100
-120
-109
-114
-116
-140
Indeks Pencemaran (IP)
Gambar 3 Indeks STORET di Sungai Pesanggrahan (A1), Cisadane (S1), Dadap
(DP1) dan muara Pesanggrahan (A2), Cisadane (S2)
10
8
7.9
7.7
6.9
6
Tercemar
sedang
5.0
3.9
4
Tercemar
ringan
2
0
A1
A2
S1
S2
DP1
Gambar 4 Rata-rata dari indeks pencemaran (IP) di Sungai Pesanggrahan (A1),
Cisadane (S1), Dadap (DP1) dan muara Pesanggrahan (A2), Cisadane
(S2)
Gambar 3 merupakan indeks STORET bagian sungai dan muara. Tingkat
pencemaran dari sungai dan muara Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap menurut
indeks STORET tergolong dalam kategori tercemar berat. Pengambilan contoh di
Sungai Dadap dilakukan hanya bulan Juli dan Agustus di bagian sungai,
dikarenakan sulit untuk mencapai bagian muara. Indeks STORET di bagian
sungai lebih besar dibandingkan muara, dengan skor bagian sungai A1, S1, DP1
berturut-turut -109, -114, -116, sedangkan di muara A2 dan S2 berturut-turut -70
10
dan -52. Semua titik pengamatan memiliki kriteria buruk dengan status
pencemaran tercemar berat.
Nilai rata-rata setiap bulan dari IP di bagian sungai dan muara ditunjukkan
pada Gambar 4. Nilai IP di Sungai Pesanggrahan (A1-A2) bagian sungai dan
muara tergolong tercemar ringan hingga tercemar sedang. Sungai dan muara
Cisadane (C1-C2), serta Sungai Dadap (DP1) tergolong kategori tercemar sedang.
Jika dibandingkan dengan penilaian STORET, maka terdapat perbedaan kategori.
Berdasarkan IP berstatus dari tercemar ringan hingga tercemar sedang, sedangkan
indeks STORET di semua titik tergolong tercemar berat. Sungai-sungai yang
bermuara di pesisir Tanjung Pasir sudah tercemar dan tidak sesuai untuk kegiatan
perikanan.
Nilai IP di sungai dan muara ditunjukkan pada Gambar 5, 6, dan 7. Sungai
Pesanggrahan (A1) pada bulan Juni, Juli, dan Agustus menunjukkan status
tercemar sedang dengan nilai IP berturut-turut sebesar 8.5, 8.5, dan 9.5, sedangkan
pada bulan April berstatus tercemar ringan, nilai IP sebesar 5.0. Nilai IP di
Sungai Pesanggrahan (A1) lebih besar dibandingkan di muara (A2) pada bulan
April, Juni, Juli, kecuali pada bulan Agustus menunjukkan IP muara lebih besar,
sebesar 10.9 dengan status tercemar berat yang ditunjukkan oleh Gambar 5.
Sungai Cisadane (S1, S2) di bagian sungai memiliki IP yang lebih besar
dibandingkan bagian muara pada bulan April, Juni, Juli, dan Agustus (Gambar 6).
Sungai Cisadane bagian sungai dan muara pada bulan April berstatus tercemar
ringan dengan nilai IP di bagian sungai dan muara berturut-turut sebesar 4.1 dan
1.7. Nilai IP pada bulan Agustus terjadi perbedaan, di bagian sungai sebesar 8.4
tergolong tercemar sedang, sedangkan di bagian muara sebesar 2.4 tergolong
tercemar ringan. Nilai IP di Sungai Dadap tergolong tercemar sedang, yakni
berturut-turut sebesar 7.7 dan 7.6 (Gambar 7).
9.5
10
8.5
8
6
10.9 Tercemar
Berat
12
5.0
4
2
8.5
Indeks Pencemaran (IP)
Indeks Pencemaran (IP)
12
10
8
6
Tercemar
Sedang
4.5
4
2
3.2
1.6
Tercemar
Ringan
0
0
Bulan
Bulan
a
b
Gambar 5 Indeks pencemaran (IP) sungai dan muara Pesanggrahan A1 (a) dan
A2 (b)
11
12
Indeks Pencemaran (IP)
Indeks Pencemaran (IP)
12
10
7.4
8
7.5
8.4
6
4
4.1
2
0
Tercemar
Berat
10
8
6.5
6
5.0
4
2
Tercemar
Sedang
2.4
1.7
Tercemar
Ringan
0
Indeks Pencemaran (IP)
Bulan
Bulan
a
b
Gambar 6 Indeks pencemaran (IP) sungai dan muara Cisadane S1 (a) dan S2 (b)
12
Tercemar Berat
10
7.7
8
7.6 Tercemar
Sedang
6
Tercemar
Ringan
4
2
0
April
Juni
Juli
Agustus
Bulan
Gambar 7 Indeks pencemaran (IP) Sungai Dadap (DP1)
Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu pada perairan sungai
(A1, S1, DP1) dan muara (A2, S2)
Pencemaran yang terjadi di pesisir Tanjung Pasir disebabkan adanya limbah
pencemar yang terbawa dari aliran-aliran sungai yang bermuara di dalamnya.
Pencemar tersebut mempengaruhi kualitas air sehingga pada beberapa parameter
baik fisika, kimia, maupun biologi tidak sesuai dengan baku mutu menurut PP
Nomor 82 Tahun 2001 kelas III untuk kegiatan perikanan.
Pencemaran di sungai Pesanggrahan (A1) pada bulan April, Juni, Juli, dan
Agustus terjadi karena adanya parameter kualitas air yang melampaui baku mutu,
yaitu oksigen terlarut (DO), BOD, COD, total fosfat (total-P), amonia (NH3-N),
nitrit (NO2-N), sulfida (H2S), sianida (CN-), deterjen (MBAS), fenol, tembaga
(Cu), timbal (Pb), total coliform, dan fecal coli. Parameter yang melebihi baku
mutu di bagian muara Pesanggrahan, yaitu oksigen terlarut (DO), BOD, amonia
12
(NH3-N), nitrit (NO2-N), sulfida (H2S), sianida (CN-), deterjen (MBAS), tembaga
(Cu), seng (Zn), krom total (Cr) terdapat pada Tabel 6. Perbandingan jumlah
parameter yang telah melampaui baku mutu di daerah sungai lebih banyak
dibandingkan pada daerah muara, pencemaran yang terjadi di bagian sungai lebih
besar dibandingkan di muara Pesanggrahan.
Tabel 6 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di sungai dan
muara Pesanggrahan (A1-A2)
Titik
Sungai Pesanggrahan
(A1)
Muara Pesanggrahan
(A2)
Parameter
DO
BOD
COD
Total-P
NH3-N
NO2-N
H2S
CNMBAS
Fenol
Cu
Pb
Total coliform
Fecal coli
DO
BOD
NH3-N
NO2-N
H2S
CNMBAS
Cu
Zn
Cr
April
•
•
•
•
Bulan
Juni Juli
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Agustus
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Parameter yang menyebabkan pencemaran di Sungai Cisadane adalah
oksigen terlarut (DO), BOD, COD, amonia (NH3-N), nitrit (NO2-N), sulfida (H2S),
sianida (CN-), fenol, krom total (Cr), tembaga (Cu), timbal (Pb), seng (Zn), total
coliform, dan fecal coli yang terdapat pada Tabel 7. Parameter kualitas air yang
melampaui baku mutu pada muara Sungai Cisadane adalah oksigen terlarut (DO),
BOD, amonia (NH3-N), nitrit (NO2-N), sianida (CN-), tembaga (Cu), seng (Zn),
krom total (Cr), dan total coliform. Parameter tersebut telah melebihi baku mutu
air sungai yang diperuntukan untuk kegiatan perikanan. Sungai Cisadane, bagian
muara memiliki jumlah parameter yang melampaui baku mutu lebih sedikit
dibandingkan bagian sungai. Parameter yang melebihi baku mutu pada Sungai
Dadap terdapat pada Tabel 8.
Tabel 8 berikut menunjukkan parameter yang melebihi baku mutu di Sungai
Dadap adalah oksigen terlarut (DO), COD, amonia (NH3-N), nitrit (NO2-N),
sulfida (H2S), sianida (CN-), tembaga (Cu), timbal (Pb), total coliform, dan fecal
13
coli. Parameter-parameter tersebut yang diduga menyebabkan tingginya tingkat
pencemaran yang terjadi di Sungai Dadap pada bulan Juli dan Agustus.
Pengambilan contoh air di sungai tersebut yang berada di tengah kota
menyebabkan tingginya tingkat pencemaran di sungai ini.
Tabel 7 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di sungai dan
muara Cisadane (S1-S2)
Titik
Sungai Cisadane
(S1)
Muara Cisadane
(S2)
Parameter
DO
BOD
COD
NH3-N
NO2-N
H2S
CNFenol
Cr
Cu
Pb
Zn
Total coliform
Fecal coli
DO
BOD
NH3-N
NO2-N
CNCu
Zn
Cr
Total coliform
April
•
•
Bulan
Juni Juli
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Agustus
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Tabel 8 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di Sungai Dadap
(DP1)
Titik
Sungai Dadap
(DP1)
Parameter
DO
COD
NH3-N
NO2-N
H2S
CN
Cu
Pb
Zn
Total coliform
Fecal coli
April
Bulan
Juni Juli
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Agustus
•
•
•
•
•
•
•
•
14
Status pencemaran perairan pesisir Tanjung Pasir (zona 1, zona 2) pada
bulan April dan Agustus 2013
Pengamatan yang dilakukan di perairan pesisir Tanjung Pasir dengan
membagi ke dalam dua musim, yaitu peralihan (April) dan timur (Agustus). Laut
dibagi menjadi dua zona, yaitu zona 1 (T01-T15) dan zona 2 (D01-D03 dan D05D08) yang dibedakan berdasarkan lokasi, nearshore dan offshore. Berikut ini
penghitungan status pencemaran air laut dengan metode STORET (Gambar 8) dan
rata-rata dari IP (Gambar 9).
Laut
Indeks STORET
0
Zona 1
-50
-47
Zona 2
Tercemar
Berat
-47
-52
Tercemar
Sedang
-58
April
Agustus
-100
Indeks Pencemaran (IP)
Gambar 8 Indeks STORET pada laut zona 1 dan zona 2 pesisir Tanjung Pasir
5.0
April
Agustus
4.1
4.0
3.1
3.0
2.3
2.4
2.0
Tercemar
Ringan
1.0
Baik
0.0
Zona 1
Zona 2
Laut
Gambar 9 Rata-rata dari indeks pencemaran (IP) pada laut zona 1 dan zona 2 di
pesisir Tanjung Pasir
Perbandingan parameter hasil dengan baku mutu air laut untuk biota laut
sesuai Kepmenlh Nomor 51 Tahun 2004, di laut zona 1 dan zona 2 seluruhnya
menunjukkan skor STORET kurang dari -31, dikategorikan tercemar berat. Nilai
rata-rata IP dari setiap titik yang berada di laut zona 1 dan zona 2 menunjukkan
nilai IP di selang antara 1.0 dan 5.0, sehingga dikategorikan tercemar ringan.
Penghitungan STORET maupun IP pada bulan Agustus menunjukkan nilai yang
lebih besar di kedua zona, berdasarkan STORET sebesar -52 hingga -58 (Gambar
8) dan berdasarkan IP sebesar 4.1 hingga 2.4 (Gambar 9).
15
Penghitungan IP di pesisir Tanjung Pasir pada bulan Agustus lebih tinggi
dibandingkan pada bulan April. Gambar 4 menunjukkan titik T01 dan T02
(April) serta D01 dan D02 (Agustus) memiliki nilai IP yang telah melebihi 5,
tergolong tercemar sedang, sedangkan pada titik T10 (bernilai 1.0) dan D07
(bernilai 0.9) bulan Agustus dalam kondisi baik karena masih memenuhi baku
mutu biota laut, status tercemar ringan dengan rentang IP di antara 1.0 dan 5.0
tersebar di sebagian besar titik bulan April dan Agustus.
6.6
Indeks Pencemaran (IP)
7
6
6.3
5.9
5.8
Tercemar sedang
5
4
3
2.5
2.9
2
1
3.9 3.8 3.8 Tercemar ringan
3.4 3.4
3.3
3.5
3.1
3.1
2.8
2.6
2.5 2.5
2.5
2.5 2.5
2.2
2.2 2.4
2.1 1.9 2.1
1.9
2.2
1.7
1.6
1.5
1.5 1.5
1.6 1.7
0.9
1.0
3.5
3.4
1.5
3.9
4.4
Baik
T01
T02
T03
T04
T05
T06
T07
T08
T09
T10
T11
T12
T13
T14
T15
D01
D02
D03
D05
D06
D07
D08
0
Titik pengambilan contoh
April 2013
Modus
Median
Jumlah data
: 1.5 (4)
: 2.5
: 22
Agustus 2013
Modus
Median
Jumlah data
April
Agustus
: 2.5 (3)
: 2.6
: 22
Gambar 10 Indeks pencemaran (IP) pesisir Tanjung Pasir pada bulan April dan
Agustus 2013
Status pencemaran perairan pesisir tersebut yang dihitung dengan indeks
pencemaran menunjukkan nilai yang berbeda pada setiap titiknya (Gambar 10).
Berdasarkan indeks pencemaran (IP) berkisar dari baik hingga tercemar sedang.
Nilai IP pada laut zona 1 yang bernilai lebih dari 5, pada bulan Agustus terdapat
pada titik T01 dan T02 dekat dengan muara Cisadane, untuk bulan April terdapat
pada titik D01 dan D02 dekat muara Dadap dan Pesanggrahan, sehingga
menunjukkan status pencemaran perairan adalah tercemar sedang, berdasarkan
klasifikasi menurut Kepmenlh Nomor 115 Tahun 2003. Sebagian besar (modus)
IP pada titik-titik pengambilan contoh termasuk ke dalam tercemar ringan pada
bulan April dan Agustus, dengan nilai median 2.5 untuk bulan April dan 2.6 untuk
bulan Agustus.
Zona 1 terdapat daerah dengan status kondisi baik yang masih memenuhi
baku mutu air laut untuk biota laut, dengan nilai IP sebesar 1, yaitu pada titik T10
di bulan April, hasil tersebut ditunjukkan oleh Gambar 11. Laut zona 2 (offshore)
yang ditunjukkan oleh Gambar 12 memiliki status pencemaran perairan sebagian
besar titik pada bulan April dan Agustus termasuk ke dalam status tercemar ringan,
menurut klasifikasi Kepmenlh Nomor 115 Tahun 2003, dengan nilai IP yang
berada pada rentang IP antara 1.0 sampai 5.0. Titik D07 (zona 2) di bulan April
diketahui masih dalam keadaan baik dengan nilai IP lebih kecil dari 1.0 yaitu 0.9,
16
Indeks Pencemaran (IP)
yang berarti masih memenuhi baku mutu air laut yang diperuntukan untuk biota
laut.
Jika dibandingkan antara laut zona 1 dan zona 2, maka terdapat beberapa
titik di zona 1 yang berstatus tercemar berat dengan nilai IP tertinggi 6.6 pada
bulan Agustus, sedangkan pada zona 2 nilai tertinggi 3.9 dengan status tercemar
ringan pada bulan Agustus. Berdasarkan nilai modus, frekuensi dari titik-titik
dengan status tercemar ringan lebih banyak, sehingga pada bulan Agustus status
pencemaran cenderung tercemar ringan. Nilai tengah (median) dari zona 1 bulan
April dan Agustus berturut-turut 2.6 dan 3.5, pada zona 2 berturut-turut 2.2 dan
2.4. Zona 1 yang berada di dekat pantai menerima bahan cemaran lebih tinggi
dibandingkan dengan zona 2 yang berada di laut lepas. Hasil tersebut ditunjukkan
oleh Gambar 11 dan 12.
7
6
5
4
3
2
1
0
6.6
5.9
6.3
Tercemar Sedang
4.4
2.5
3.5
2.9
3.3
2.2 2.2
1.5
5.8
3.8
3.4 3.1 3.4
2.6
1.0
Tercemar Ringan
Baik
T01
April 2013
Modus
Median
Jumlah data
T02
:: 2.6
:9
T03
T10
T11
T12
Titik pengambilan contoh
Agustus 2013
Modus
Median
Jumlah data
D01
D02
April
D03
Agustus
: 3.4 (2)
: 3.5
:9
Indeks Pencemaran(IP)
Gambar 11 Indeks pencemaran (IP) laut zona 1 pesisir Tanjung Pasir pada bulan
April dan Agustus 2013
7
6
Tercemar Sedang
5
3.9
Tercemar Ringan
3.9
3.8
4 3.4
3.1
2.8 3.5 2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
3
2.2
2.1
2.4
2.1
1.9
1.7 1.7 1.9
1.6
1.6
1.5
1.5
1.5
2
0.9
1
Baik
0
T04 T05 T06 T07 T08 T09 T13 T14 T15 D05 D06 D07 D08
April 2013
Modus
Median
Jumlah data
Titik pengambilan contoh
: 1.5 (3)
: 2.2
: 13
Agustus 2013
Modus
Median
Jumlah data
April
Agustus
: 2.5 (3)
: 2.4
: 13
Gambar 12 Indeks pencemaran (IP) laut zona 2 pesisir Tanjung Pasir pada bulan
April dan Agustus 2013
17
Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu pada perairan pesisir
Tanjung Pasir zona 1 dan zona 2
Zona 1 dan zona 2 perairan pesisir Tanjung Pasir mendapat masukan
pencemaran bukan hanya berasal dari aliran sungai, tetapi juga dari daratan sekitar
dan kegiatan di laut tersebut. Pencemaran dapat dilihat dari adanya parameter
kualitas air yang melampaui baku mutu menurut Kepmenlh Nomor 51 Tahun
2004 untuk biota laut.
Parameter yang melebihi baku mutu di zona 1 pada bulan April yang
ditunjukkan oleh Tabel 9, yaitu kecerahan, kekeruhan, TSS, pH, oksigen terlarut
(DO), ortofosfat (PO4-P), amonia (NH3-N), sulfida (H2S), fenol total, dan timbal
(Pb). Bulan Agustus zona 1 tercemar oleh kecerahan, kekeruhan, TSS, pH,
oksigen terlarut (DO), ortofosfat (PO4-P), sulfida (H2S), krom heksavalen (Cr6+),
timbal (Pb), total coliform. Parameter tersebut menunjukkan adanya limbah
domestik yang masuk melalui aliran sungai dan limpasan dari daratan, karena
zona 1 yang letaknya dekat dengan pantai, sehingga diasumsikan pada zona 1
mendapat pengaruh besar dari kegiatan daratan.
Tabel 9 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di laut zona 1 pada
bulan April dan Agustus 2013
Bulan
April
Parameter
Kecerahan
Kekeruhan
TSS
pH
DO
PO4-P
NH3-N
H2S
Fenol total
Pb
Kecerahan
Kekeruhan
TSS
pH
Agustus DO
PO4-P
H2S
Cr6+
Pb
Total coliform
T01
•
•
•
•
•
•
T02
•
•
T03
•
•
•
•
•
•
T10
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Titik
T11 T12
•
•
•
•
D01
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
D02
•
•
•
D03
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Nilai konsentrasi parameter di laut zona 2 yang sama antara bulan April dan
Agustus yang telah melebihi baku mutu adalah kecerahan, TSS, ortofosfat (PO4P), dan timbal (Pb) yang ditunjukkan pada Tabel 10. Nilai konsentrasi dari
parameter kekeruhan, amonia, dan total coliform pada bulan April juga menjadi
bahan pencemar di zona 2, sedangkan pada bulan Agustus, yaitu pH, sulfida (H2S),
dan krom heksavalen (Cr6+) yang telah melebihi baku mutu. Parameter tersebut
menunjukkan adanya pengaruh limpasan limbah domestik dari kegiatan di darat,
18
tidak hanya kegiatan di laut. Logam berat seperti krom heksavalen dan timbal
dapat berasal dari kegiatan industri. Kromium banyak digunakan oleh berbagai
macam industri, salah satunya industri tekstil yang menggunakan bahan ini
sebagai zat pengoksidasi pada proses penyempurna tekstil. Parameter yang
terukur terdapat pada Tabel 10.
Tabel 10 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di laut zona 2
pada bulan April dan Agustus 2013
Bulan
Parameter
Kecerahan
Kekeruhan
TSS
April
PO4-P
NH3-N
Pb
Total coliform
Kecerahan
TSS
pH
Agustus
PO4-P
H2S
Cr6+
Pb
T
0
4
•
T
0
5
•
T
0
6
•
•
•
•
•
•
T
0
7
•
T
0
8
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
T
0
9
•
•
•
Titik
T
1
3
•
T
1
4
•
T
1
5
•
D D D
0 0 0
5 6 7
• • •
D
0
8
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Beban pencemaran dari Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap
Penghitungan beban pencemaran dibagi menjadi dua, yaitu bulan April dan
Agustus. Sungai yang terhitung pada bulan April, yaitu Sungai Pesanggrahan dan
Cisadane, sedangkan bulan Agustus, yaitu Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan
Dadap. Besarnya nilai beban pencemaran dihitung dari besarnya debit sungai dan
konsentrasi parameter-parameter kualitas air yang dapat mempengaruhi
penghitungan beban pencemaran. Besarnya debit yang ada di ketiga sungai
tersebut pada bulan April dan Agustus terdapat pada Lampiran 6.
Beban pencemaran bulan April yang ditunjukkan pada Tabel 11, Sungai
Cisadane memiliki beban pencemaran yang lebih tinggi dibandingkan Sungai
Pesanggrahan. Adanya perbedaan debit air di kedua sungai tersebut menyebabkan
tingginya nilai beban pencemaran di Sungai Cisadane dan Pesanggrahan berbeda.
Parameter yang mempengaruhi tingginya beban pencemaran di Sungai Cisadane
dan Pesanggrahan adalah TSS untuk nilai yang tertinggi dan fenol untuk nilai
yang terendah.
Beban pencemaran pada bulan Agustus di Tabel 12 terdapat tiga sungai
yang teramati, yaitu Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap. Beban
pencemaran di Sungai Pesanggrahan lebih tinggi dibandingkan Sungai Cisadane
dan Dadap, dengan contoh penghitungan nilai beban pencemaran pada Lampiran
7. Tingginya beban pencemaran yang terhitung di ketiga sungai, sesuai dengan
tingginya konsentrasi masing-masing parameter. Parameter COD diketahui
19
memiliki nilai beban pencemaran yang tertinggi di ketiga sungai tersebut.
Parameter fenol memiliki nilai terendah di Sungai Pesanggrahan dan Dadap,
sedangkan di Sungai Cisadane perameter Cd masih lebih rendah dibandingkan
dengan fenol.
Tabel 11 Beban pencemaran di Sungai Pesanggrahan dan Cisadane pada bulan
April 2013
Parameter
Satuan
TSS
BOD
COD
Total fosfat
NH3-N
NO3-N
NO2-N
H2S
Minyak dan lemak
CNFluorida
Deterjen
Fenol
Cd
Cr
Cu
Pb
Zn
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Beban Pencemaran (kg/hari)
S. Pesanggrahan
S. Cisadane
82837.73
2506291.20
6111.24
24808.90
75116.63
415400.83
575.18
5630.69
1431.69
694.31
1606.74
14123.29
1502.02
194.75
1.41
67.74
1406.68
7620.48
46.89
1498.69
9.38
50.80
89.09
575.77
0.63
3.39
1.41
7.62
48.45
397.96
1.56
8.47
1.56
8.47
1.56
211.68
Tabel 12 Beban pencemaran di Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap pada
bulan Agustus 2013
Parameter
Satuan
TSS
BOD
COD
Total fosfat
NH3-N
NO3-N
NO2-N
H2S
Minyak dan lemak
CNFluorida
Deterjen
Fenol
Cd
Cr
Cu
Pb
Zn
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Beban Pencemaran (kg/hari)
S. Pesanggrahan
S. Cisadane
23444.64
12700.80
18114.89
3196.37
106047.92
95711.11
2067.82
84.67
46.89
19.05
2514.83
346.10
640.82
318.58
936.22
304.82
1406.68
952.56
153.17
73.03
371.99
637.16
615.81
68.80
0.63
1.80
1.41
0.95
39.07
71.97
57.83
62.45
1.56
1.06
14.07
158.76
S. Dadap
12441.60
2086.04
40215.40
100.36
7.46
353.76
87.09
70.09
373.25
25.71
360.81
36.91
0.33
0.37
7.88
22.81
0.41
35.67
20
Pembahasan
Status pencemaran dapat dihitung dengan metode indeks STORET dan
indeks pencemaran (IP). Metode indeks STORET adalah membandingkan antara
data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya,
yaitu air sungai kelas III menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 (Kepmenlh2003).
Indeks pencemaran (IP) digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran secara
relatif terhadap parameter kualitas air tertentu (Nemerow 2001; Suwari et al.
2010). Pencemaran laut menurut GESAMP (1986) in Syakti et al. (2012) adalah
masuknya senyawa-senyawa (bahan) dan energi ke dalam lingkungan laut, baik
secara langsung ataupun tidak langsung, sehingga dapat menyebabkan dampak
negatif seperti penurunan kualitas air untuk peruntukannya. Daerah pesisir
merupakan daerah yang rentan terhadap pencemaran, karena mendapat masukan
bahan pencemar dari muara sungai-sungai di sepanjang daerah aliran sungai
(DAS). Salah satunya adalah pesisir Tanjung Pasir berada di utara Tangerang
yang mendapat masukan bahan pencemar dari DASnya, yaitu Sungai
Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap.
Status pencemaran berdasarkan indeks STORET
Berdasarkan hasil penghitungan indeks STORET, status pencemaran bagian
sungai (Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap) adalah tercemar berat.
Wilayah yang paling tinggi tingkat pencemarannya berada pada Sungai Dadap.
Hal tersebut dikarenakan kondisi sungai yang berada di tengah kota dengan
banyaknya aktivitas manusia, seperti kegiatan pasar, industri, dan merupakan
tempat berlabuhnya kapal-kapal ikan. Kondisi sungai yang juga tidak mengalir
menyebabkan proses pulih diri (self purification) sungai tidak optimal. Proses
pulih diri sungai merupakan indikator penting bagi kesehatan sungai, polutan
organik dan anorganik, seperti sungai di Cina berada di luar kapasitas pemurnian
diri dari sungai tersebut. Salah satunya di Sungai Juma memiliki kemampuan
besar untuk memurnikan polutan organik seperti total nitrogen dan total fosfat,
namun sulit untuk ion logam berat (Tian et al. 2011).
Menurut Agustiningsih (2012), sungai memiliki kemampuan memulihkan
diri dari bahan pencemar, dengan kandungan bahan organik mengalami
penurunan yang ditunjukkan pula dengan penurunan nilai BOD. Tingkat
pencemaran terendah ada pada Sungai Pesanggrahan. Hal tersebut dilihat dari
kegiatan di sekitar sungai yang tidak memanfaatkan air sungai secara langsung
seperti kegiatan MCK (mandi, cuci, kakus), karena letak pengambilan contoh
yang berada di kawasan perumahan. Pencemaran sungai serius juga berada di
DAS Haihe Cina berdasarkan hasil penelitian dari Liu et al. (2010), semua
sungainya telah tercemar bahkan berwarna hitam dan berbau busuk, sumber
pencemaran utama berasal dari bahan organik.
Status pencemaran bagian muara (Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan
Dadap) berdasarkan indeks STORET adalah tercemar berat. Wilayah pencemaran
tertinggi, yaitu pada muara Sungai Pesanggrahan. Pada pengambilan contoh di
muara tersebut sedang dilakukan pengerukan sampah dengan menggunakan
eskavator (Lampiran 1). Hal tersebut diduga mempengaruhi tingkat pencemaran
yang terjadi di muara, karena nutrien yang berada di dasar perairan menjadi
terang