Desain Taman Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Gema Imani Bogor

DESAIN TAMAN SEKOLAH PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI (PAUD) GEMA IMANI BOGOR

RIMBO HASAHATAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain Taman Sekolah
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Gema Imani Bogor adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013

Rimbo Hasahatan
NIM A44080014

ABSTRAK
RIMBO HASAHATAN. Desain Taman Sekolah PAUD Gema Imani Bogor.
Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan satuan pendidikan
terendah yang dimulai ketika anak berusia 0-6 tahun. Pendidikan dalam tahapan
umur ini, berpengaruh bagi perkembangan anak ke depannya. Oleh karena itu,
fasilitas penyelenggaraan pendidikan tersebut harus mendukung perkembangan
anak. Fasilitas outdoor merupakan fasilitas pendukung yang dapat membawa anak
bermain di alam atau di outdoor. Fasilitas outdoor berupa taman didesain sesuai
standar nasional dan internasional serta memenuhi kebutuhan kurikulum PAUD.

Desain taman pada PAUD ini, dibagi ke dalam dua blok utama yaitu taman depan
dan taman belakang. Taman belakang lebih difokuskan pada permainan anak-anak
yang menggunakan peralatan seperti ayunan, papan titian, perosotan, arch
climber,dan panjat tali. Taman depan berupa lawn yang terbuka difokuskan
mengakomodasi aktivitas gerak yang bebas seperti berlari, berjalan, dan melompat.
Kata kunci: Desain Taman PAUD, Perkembangan anak, Kurikulum
ABSTRACT
RIMBO HASAHATAN. Design School-yard for Early Childhood School
Gema Imani Bogor. Supervised by ANDI GUNAWAN.
Early childhood education is the lowest level education for children of 0-6
years. In this phase, education influence child development. Therefore,
educational facilities must support child development. Outdoor facilities are
facilities that can made children to learn about nature. Outdoor facilities include a
garden designed according to national and international standards to fulfill early
childhood education curriculum. Garden design is divided into two main area,
front garden and rear garden. Rear garden focused on children's games that use
equipment such as swings, slides, balance beam, arch climbers, rope climbing, etc.
The lawn in front garden accommodate free activity such as running, walking,
jumping, etc
Key words: Children growth, Curicculum, Design early-childhood school

yard

3

2

DESAIN TAMAN SEKOLAH PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI (PAUD) GEMA IMANI BOGOR

RIMBO HASAHATAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2013

5

4
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Desain Taman Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Gema
Imani Bogor
Nama
: Rimbo Hasahatan
NRP
: A44080014

Disetujui oleh

Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr.Sc
Dosen Pembimbing


Diketahui oleh

Dr.Ir. Bambang Sulistyantara, M. Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

6

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012 ini ialah taman
sekolah, dengan judul Desain Taman Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) Gema Imani Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Andi Gunawan, M. Agr.
Sc. selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Budi Susetyo selaku pemilik PAUD Gema Insani. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada teman-teman

atas dukungan dan doanya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2013

Rimbo Hasahatan
NIM A44080014

7

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN


ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Kerangka Pikir Penelitian


2

TINJAUAN PUSTAKA

4

Desain

4

Elemen-Elemen Lanskap

4

Elemen-Elemen Dasar Desain

4

Titik


4

Garis

5

Bentuk Dua Dimensi

5

Volume

6

Diagram fungsional

7

Pendidikan Anak Usia Dini


7

Prinsip Desain

10

Prinsip Kerangka

10

Prinsip Estetika

10

Aplikasi Prinsip Estetika

11

Prinsip Fungsional


11

METODE

13

Waktu dan Lokasi Penelitian

13

Alat dan Bahan Penelitian

14

Metode Penelitian

14

Inventarisasi

14

Analisis

15

Desain

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

16

8
Kondisi umum

16

Aksesibilitas

16

Potensi Visual

17

Iklim dan Hidrologi

18

Fasilitas dan Utilitas

18

Tanah dan Topografi

19

Tanaman dan Satwa

19

Kondisi Sosial

20

Analisis

21

Kurikulum

21

Analisis Kebutuhan Ruang

22

Analisis Lokasi dan Aksesibilitas

22

Analisis Potensi Visual

31

Analisis Iklim dan Hidrologi

32

Analisis Tanah dan Topografi

32

Analisis Fasilitas dan Utilitas

33

Analisis Tanaman

34

Analisis Standar Permainan Anak

34

Analisis Sosial

35

Program

30

Diagram Fungsional dan Site Related Functional
Diagram

36

Rencana Konsep

40

Desain

42

Tanaman

43

Fasilitas

49

SIMPULAN DAN SARAN

56

DAFTAR PUSTAKA

57

LAMPIRAN

59

RIWAYAT HIDUP

85

9
DAFTAR TABEL
1
2
3

Persyaratan sarana dan prasarana bagian gedung
Jenis dan sumber data
Aktivitas yang akan dikembangkan di tapak

9
14
26

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Kerangka Pikir Penelitian
Tipe garis dalam desain (Simonds 2006)
Bentuk dua dimensi rata dan sederhana serta bentuk
geometrik (Simonds 2006)
Volume padat geometrik dan tak beraturan (Simonds 2006)
Hubungan spasial (Motloch 1991)
Lokasi Penelitian
Akses utama menuju lokasi
Kondisi jalan dan gerbang sekolah
Pandangan kearah kebun pemilik
Bagian sekitar sumur dan kandang kelinci pemilik
Drainase di gerbang sekolah yang telah ditutup
Mushola dan area kelas pada halaman belakang
Bagian tapak dengan topografi >25%
Vegetasi jati Tectona grandis dan Eugenia reinwardtiana
Satwa kadal di area playground
Siswa di PAUD Gema Imani (sebelum adanya perkerasan
pada area playground)
Tembok di halaman depan tapak
Peta situasi
Inventarisasi
Inventarisasi vegetasi
Pandangan buruk ke rumah penduduk
Pandangan baik yang akan dipotensialkan
Kemiringan di tapak yang membahayakan anak
Fasilitas area playground di tapak
Tanaman Tabernaemontana divancara yang mengganggu
sirkulasi
Perkerasan area playground yang ada
Diagram hubungan antar ruang dan diagram hubungan spasial
Analisis dan sintesis
Diagram fungsional
Site related functional diagram
Merawat tanaman
Bidang lingkaran dan garis lengkung
Konsep desain
Contoh tanaman di halaman depan
Siteplan
Gambar potongan tampak

3
4
6
6
7
13
16
16
17
17
18
19
19
20
20
21
22
23
24
25
31
31
33
33
34
35
36
37
39
40
40
41
41
44
45
47

10
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

Perspektif halaman belakang
Perspektif halaman depan
Contoh tanaman di halaman depan dekat dengan gudang
Perspektif halaman belakang
Kandang kura-kura
Kandang kelinci di halaman depan
Perspektif halaman depan
Perspektif area menanam
Perspektif kolam
Tampak atas parkir mobil dan parkir motor
Perspektif gerbang dan parkir motor
Perspektif jalan antar halaman depan dan kebun pemilik
Perspektif area hutan

48
48
49
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Acuan Standar Kurikulum 2010 Kelompok A (usia 4-5 tahun)
Acuan Standar Kurikulum 2010 Kelompok B (usia 5-6 tahun)
Planting plan 1
Planting plan 2
Planting plan 3
Planting plan 4
Planting plan 5
Planting plan 6
Rencana drainase
Detail konstruksi 1
Detail konstruksi 2
Detail konstruksi 3

59
65
72
73
74
75
76
77
78
79
81
83

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah pendidikan yang diterapkan
pada anak usia usia 0-6 tahun. Pendidikan ini bertujuan mempersiapkan anak
sebelum masuk ke tahapan sekolah berikutnya. PAUD terbagi atas 3 tipe yaitu
formal, nonformal, dan informal. Tipe formal merupakan taman kanak-kanak atau
rafdhatul anfal dan tipe nonformal merupakan taman penitipan anak serta
kelompok bermain. Selanjutnya, tipe informal seperti sekolah alam dan home
schooling. Tiap tipe PAUD memiliki kurikulum masing-masing (Kemendiknas
2011).
Pendidikan pada usia dini (PAUD) memiliki peran penting karena otak
anak-anak mengalami perkembangan sebesar 80% pada usia tersebut (Wibowo
2012). PAUD mempengaruhi perkembangan emosi dan mental pada anak, yang
dapat distimulasi melalui aktivitas motorik. Aktivitas motorik pada anak dapat
dikelompokkan menjadi aktivitas motorik halus dan motorik kasar. Contoh dari
aktivitas motorik yaitu senam tangan dan menulis sedangkan aktivitas motorik
kasar contohnya yaitu berlari dan melompat. Aktivitas motorik halus biasanya
dilakukan di dalam ruangan sementara aktivitas motorik kasar pada umumnya
dilakukan di luar ruangan.
Aktivitas motorik yang dilakukan di luar ruangan harus memperhatikan
kondisi kemananan lingkungan. Salah satunya terkait dengan ukuran dan material
yang digunakan untuk mendukung aktivitas motorik. Menurut Baskara (2011)
material penutup tanah yang digunakan harus mampu menahan efek buruk bila
anak terjatuh. Penggunaan material juga tidak boleh meracuni dan tidak melukai
anak-anak saat beraktivitas (US Product Safety Commission 2010).
Tiap aktivitas motorik memiliki luas kebutuhan ruang yang berbeda-beda.
Aktivitas aktif membutuhkan ruang yang lebih besar dibandingkan aktivitas pasif.
Permasalahan di lapangan yaitu tiap tipe PAUD memiliki ragam aktivitas yang
berbeda-beda. Umumnya, perbedaan ini dilihat dari metode pembelajaran yang
diterapkan dan aturan pelaksanaan dalam kurikulum.
Solusi masalah ini dengan memanfaatkan ruang yang tersedia yaitu dengan
desain yang sesuai dengan tipe PAUD tertentu. Desain yang tepat akan
memberikan kenyamanan bagi siswa, guru, dan orang di sekitarnya. Desain yang
tepat juga memaksimalkan fungsi ruang sehingga pilihan permainan menjadi lebih
banyak. Pilihan permainan yang beragam akan mengurangi rasa bosan anak.
Rangkaian permainan membantu gerakan anak yang terkoordinasi antara susunan
saraf, mata, otot, dan spinal cord. Gerakan ini dapat menstimulasi saraf motorik
yang menjadi tujuan utama penelitian ini. Oleh karena itu, desain yang tepat dapat
membantu perkembangan anak di PAUD.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kebutuhan ruang yang sesuai pada taman Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD).

2
2. Menganalisis kebutuhan dan ketersediaan lahan untuk taman PAUD.
3. Mendesain taman PAUD berbasis aktivitas PAUD.
Manfaat
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam desain taman
bermain anak yang membantu guru dan murid dalam proses pembelajaran di
Pendidikan pada usia dini (PAUD) Gema Imani.

Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian diawali dengan menganalisis tipe Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) dan melihat program ruang yang ada di PAUD tersebut. Program ruang
dalam penelitian ini, dilihat dari rencana pembelajaran pada kurikulum.
Selanjutnya, program ruang tersebut dipisahkan antara ruang untuk aktivitas
tersebut. Program dipisahkan menjadi program ruang dalam untuk aktivitas yang
lebih baik dilakukan di ruang dalam atau indoor. Dalam hal yang sama, program
ruang luar dikelompokkan untuk aktivitas yang lebih baik dilakukan di ruang luar
atau outdoor.
Bersamaan dengan hal itu, seluruh data yang berkaitan dengan tapak diambil.
Selanjutnya, data tersebut dianalisis dengan aturan baku. Aturan baku ini
didapatkan dari instansi yang berkaitan dengan aktivitas di tapak. Hasilnya,
didapatkan evaluasi mengenai kondisi yang paling sesuai dengan aturan.
Program ruang luar dan hasil analisis dari kondisi disatukan menjadi
program ruang pada tapak. Program ruang ini diterapkan hanya pada area outdoor.
Program ruang pada tapak dibuat menjadi konsep pada tapak. Selanjutya, program
ruang dalam disatukan dengan hasil konsep pada tapak. Hasilnya disesuaikan
dengan konsep sekolah alam untuk membuat desain yang sesuai pada PAUD ini.
Konsep sekolah alam ini dipilih karena aktivitasnya utamanya. Aktivitas utama
pada sekolah alam ini adalah aktivitas bermain yang paling sesuai untuk anak
pada usia tersebut. Akhirnya, PAUD ini akan memiliki taman yang didesain
berdasarkan pada konsep sekolah alam.

3
Inventarisasi

PAUD
Program Ruang

Analisis

Kondisi tapak
Program ruang
dalam

Program ruang
luar
Program ruang
pada tapak
Konsep
sekolah alam

Konsep ruang
pada tapak

Desain taman PAUD dengan konsep sekolah alam
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

4
TINJAUAN PUSTAKA

Desain
Istilah desain memiliki banyak sekali pengertian, namun dalam kaitannya
dengan arsitektur lanskap desain merupakan perencanaan pada tiap tapak dengan
sangat teliti. Desain sendiri membutuhkan waktu mulai dari proses pencarian data
dan analisis data. Selanjutnya, proses desain itu sendiri dilakukan dengan
membuat diagram penggunaan tapak yang paling sesuai dan pembuatan konsep
(Booth 1988).

Elemen-Elemen Lanskap
Desain sebagai proses berpedoman pada elemen lanskap yang berkaitan
(Booth 1983) yaitu landform, plant material, buildings, pavement, site structure,
dan water. Landform (bentukan lahan) adalah bentuk muka bumi yang terdapat
pada tapak. Bentukan lahan dapat mempengaruhi ruang cekung dan cembung
dalam skala kecil atau punggung bukit dan lembah pada skala besar. Plant
material (vegetasi) adalah elemen yang membentuk ruang. Ruang disini dapat
dibentuk dengan canopy pohon sebagai atapnya, dinding yang dapat dibentuk oleh
semak atau tanaman dengan tinggi lebih dari 50 cm, dan tanaman penutup tanah
yang menjadi lantai.
Buildings (bangunan) adalah elemen pembatas ruang, pembatas pandangan,
dan pembentuk ruang. Sementara, pavement (perkerasan) adalah bagian elemen
taman yang berguna bagi kenyamanan user. Perkerasan biasa digunakan untuk
memperjelas dan mengamankan sirkulasi pejalan kaki.
Elemen lainnya dalam lanskap adalah site structure. Elemen ini merupakan
bagian dari tapak yang dibangun dengan tiga dimensi dan memiliki fungsi
tersendiri yang digunakan untuk mendukung elemen lainnya. Elemen tersebut
digunakan untuk kenyamanan dan keamanan pengguna. Elemen water atau air
adalah bagian dari tapak yang digunakan umumnya untuk konsumsi, irigasi,
mengendalikan iklim, mengendalikan suara, dan berekreasi. Kemudian untuk
fungsi visualnya menggunakan sifat aliran air dan permainan air seperti air terjun.

Elemen-Elemen Dasar Desain
Elemen-elemen desain (Simonds 2006) memisahkan perasaan pada tiap
bagian yang ada disekitar kita menjadi bagian yang berbeda-beda :
Titik
Titik merupakan elemen yang tidak berdimensi tetapi menandakan posisi
atau tujuan. Dalam kenyataannya, titik diperlukan untuk menarik perhatian dari
suatu objek. Dulunya, titik lebih sering digunakan untuk menandakan suatu area,
menegaskan pemilik atau penguasa area tersebut, berperan sebagai landmark,
memfokuskan pada suatu obyek tempat yang didesain dalam skala luas, atau

5
menyediakan tempat menarik di dalam desain lanskap yang memiliki sedikit
atraksi.
Garis
Garis adalah perpanjangan dari suatu titik dalam satu dimensi. Garis
memiliki ukuran ketebalan untuk terlihat secara visual dan dapat memiliki
informasi dari cara pengambarannya, contohnya jelas, kabur (tidak jelas), tidak
biasa, dan tidak bersambung. Batas dari suatu bangunan dapat disebut juga
sebagai garis atau pada jarak tertentu antara dua warna yang berbeda. Garis dapat
terlihat jelas pada bentuk yang memperlihatkan kekuatan atau energi.
Garis sangat penting sebagai bagian dari cara otak memproses informasi
visual. Bagian dari proses ini adalah untuk melihat batas dan membedakan satu
bagian dengan bagian lain. Dalam lanskap, garis memiliki jumlah yang banyak.
Dalam lanskap alami garis terlihat pada aliran sungai, batang pohon, batas dari
pepohonan. Sementara pada lanskap buatan garis batas lahan, jalan, dan area
pertanian.

Keterangan :
(a) garis putus-putus
(b) garis dengan ketebalan yang berbeda-beda
(c) garis yang kabur

(d) garis yang jelas
(e) garis lurus

Gambar 1 Tipe garis dalam desain (Simonds 2006)

Bentuk Dua Dimensi
Bentuk dua dimensi adalah perpaduan antara dua garis. Umumnya, tidak
memiliki kedalaman atau ketebalan melainkan memiliki lebar dan panjang.
Contoh nyata dapat terlihat pada sebuah kertas dan dinding tipis. Seringkali ruang
tiga dimensi dapat menjadi bentuk dua dimensi. Bentuk dua dimensi dapat terlihat
sederhana, berliku, datar, atau bergelombang.
Bentuk dua dimensi tidak perlu bersambung atau nyata dapat diimplikasikan
sebagai gambar dua dimensi. Bentuk dua dimensi menutup suatu ruang, mungkin
memiliki fungsi yang spesifik seperti dinding, lantai, dan atap. Dalam desain
bentuk dua dimensi lebih sering dimengerti sebagai media perawatan yang lain,
contohnya aplikasi pada tekstur, warna, atau sebagai alat untuk mendekatkan
ruang.

6

Gambar 3 Bentuk dua dimensi rata dan sederhana serta bentuk
geometrik (Simonds 2006)
Volume
Bentuk dua dimensi dapat berubah menjadi bentuk tiga dimensi dengan
menambahkan volume. Volume dapat dibagi menjadi dua tipe. Tipe pertama
adalah volume padat disaat bentuk tiga dimensi membentuk bangun atau massa
dalam ruang. Tipe kedua adalah volume terbuka di saat bentuk dua dimensi
menutup suatu ruang.
Volume padat dapat berbentuk geometrik. Bangun Euclidean antara lain
berupa kubus, tetrahedron, bola, dan kerucut. Dalam lanskap volume dapat dilihat
pada bangun piramida. Sementara, bentuk yang tidak beraturan dapat terlihat bulat
dan lembut atau angular dan kuat. Tidak semua bentuk dapat terlihat kuat atau
padat, awan yang terlihat di angkasa atau pohon yang daunnya berguguran adalah
contoh bentuk yang ringan atau massa yang transparan.

Gambar 4 Volume padat geometrik dan tak beraturan (Simonds 2006)
Volume terbuka biasa didefinisikan sebagai ruang terbuka dalam suatu
struktur seperti yang berkisi-kisi atau terlihat lebih nyata dengan bentuk dua
dimensi yang menutup ruang sehingga membentuk ruang seperti lubang atau
kosong. Selain itu secara ambigu, bangunan yang dibentuk oleh kaca seperti
gedung berkaca transparan atau rumah kaca yang memisahkan antara iklim pada
ruang tertutup dan ruang terbuka.

7
Pada kenyataannya elemen-elemen ini dapat ditemukan di dalam lanskap
dengan konser. Akan tetapi, perbedaan antar elemennya tidak terlihat jelas atau
kabur. Jumlah dari beberapa titik dapat terlihat seperti satu garis dalam jarak
tertentu. Perubahan ini menyediakan stimulasi tergantung pada pemandangan atau
komposisinya.
Diagram Fungsional
Diagram hubungan spasial Motloch (1991) digunakan untuk menyelidiki
hubungan antar ruang seperti hubungan komposit. Mereka dapat memudahkan
penerawangan dan mengeksplorasi keinginan organisasi dan hubungan spasial,
ukuran, karakter umum dari bentuk, kondisi lingkungan, hubungan, pemisahan,
atau tambahan lainnya. Hal itu tidak digunakan secara normal untuk
mengelompokkan bentuk spesifik atau kondisi ukuran yang sebenarnya.
Simbol bulat yang spesifik dalam diagram hubungan spasial biasanya
menunjukkan elemen program. Ukuran simbol ini dapat menunjukkan ukuran
elemen atau hal yang penting. Karakter simbol ini biasanya menunjukkan sikap
desainer terhadap elemen, karakternya, pengoraganisasian internal atau bentuk
potensialnya, hubungan dengan konteks, atau hal lainnya. Hubungan spasial
(proximitas) dari simbol ini dikombinasikan dengan karakter tepiannya,
kontinuitas garis, tebal garis, panah hubungannya, garis pemisahnya (pemisah
secara tidak langsung), nilai, tekstur, warna, dan untuk menunjukkan hubungan
keinginan. Hubungan ini dapat mengidentifikasikan secara fisik (akses) atau
sensual (visual, pendengaran, dan penciuman).

Gambar 5 Hubungan spasial (Motloch 1991)

Pendidikan Anak Usia Dini
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan anak usia
dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang

8
merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun. Hal ini dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pada usia ini, perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa
pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu
dipaparkan oleh Hurlock (1996 dalam Endah 2012) sebagai berikut;
1. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki
keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola, atau
memainkan alat-alat mainan.
2. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya
pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent.
Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat
sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa
percaya diri.
3. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah
Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan barisberbaris.
4. Melalui perkembangan motorik yang normal, anak dapat bermain atau
bergaul dengan teman sebaya, sedangkan yang tidak normal akan
menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebaya bahkan dia akan
terkucilkan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).
5. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan selfconcept atau kepribadian anak.
Stimulasi yang dapat diberikan untuk mengoptimalkan perkembangan
motorik anak adalah sebagai berikut:
1. dasar-dasar keterampilan untuk menulis (huruf arab dan latin) dan
menggambar;
2. keterampilan berolah raga (seperti senam) atau menggunakan alat-alat olah
raga;
3. gerakan-gerakan permainan, seperti meloncat, memanjat dan berlari;
4. baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan kedisiplinan
dan ketertiban;
5. Gerakan-gerakan ibadah shalat;
Kegiatan di luar ruangan dapat menjadi pilihan yang terbaik karena dapat
menstimulasi perkembangan otot (CRI 1997 dalam Endah 2012). Selain itu,
penyediaan peralatan bermain di luar ruangan dapat mendorong anak untuk
memanjat, koordinasi dan pengembangan kekuatan tubuh bagian atas dan juga
bagian bawah. Stimulasi-stimulasi tersebut akan membantu pengoptimalan
motorik kasar. Kekuatan fisik, koordinasi, keseimbangan dan stamina secara
perlahan-lahan dikembangkan dengan latihan sehari-hari (Endah 2012). Selain itu
PAUD mampu membentuk anak yang berkualitas. Anak yang berkualitas adalah

9
anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya
sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan
dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Selain itu, PAUD membantu
menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah (Wibowo
2012).
Dalam penyelenggaraannya Kemendiknas telah membuat Petunjuk Teknis
dari Kemendiknas (2011). Selanjutnya, syarat-syarat tersebut yaitu:
“1. Luas lahan/tanah minimal yang diperlukan 300 m2.
2. Lokasi pendirian hendaknya memperhatikan persyaratan lingkungan,
yaitu faktor keamanan, kebersihan, ketenagaan, dekat dengan
pemukiman pendudukan serta kemudahan transportasi dan jarak.
a. Keamanan
Lokasi pendirian TK hendaknya tidak terlalu dekat dengan jalan
raya utama, di tebing, pemakaman, sungai, atau tempat-tempat
yang dapat membahayakan bagi anak peserta didik.
b. Kebersihan
Dalam mendirikan TK hendaknya tidak berdekatan dengan tempat
pembuangan/penumpukan sampah, pabrik yang mengeluarkan
polusi udara, limbah yang berakibat buruk bagi kesehatan.
c. Ketenangan/Kenyamanan
Taman kanak-kanak yang didirikan lokasi tidak berdekatan
dengan
pabrik, bengkel, pasar, dan pusat keramaian yang
aktivitasnya dapat mengeluarkan suara yang dapat menggangu
kegiatan TK.
d. Penduduk (usia taman kanak-kanak)
Lokasi pendiriannya TK dipilih dekat dengan pemukiman penduduk
yang relatif banyak anak usia taman kanak-kanak.
e. Transportasi
Transportasi mudah dijangkau, baik darat maupun air sesuai dengan
kondisi daerah.
3. Memiliki ruang kelas, ruang kantor/kepala TK, ruang dapur, gudang,
kamar mandi/WC guru, dan kamar mandi/WC anak.
a. Bangunan Gedung
Tabel 1. Persyaratan sarana dan prasarana bagian gedunga
Jenis ruang

Jumlah
ruang
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Ukuran
ruang
8x8 m2
3x4 m2
3x3 m2
3x3 m2
2x2 m2
2x2 m2
4x4 m2
3x3 m2
3x3 m2

Ruang Kelas
Ruang Kantor/ Kepala TK
Ruang Dapur
Gudang
Kamar Mandi/ WC Guru
Kamar Mandi WC Anak
Ruang Guru
Dapur
UKS (Usaha Kesehatan
Sekolah)
a
Sumber : Direktorat Pembinaan Anak Usia Dini 2011

Luas
seluruhnya
64 m2
12 m2
9 m2
9 m2
4 m2
4 m2
16 m2
9 m2
9 m2

10
b. Halaman
TK tersebut sedapat mungkin mempunyai halaman/tempat bermain
dan mempunyai ruang bermain terbuka.
4. Memiliki perabot, alat peraga dan alat permaianan di luar dan di
dalam ruangan.”
Prinsip Desain
Prinsip Kerangka
Prinsip kerangka atau overarching menyediakan kerangka pikir yang
menjadi petunjuk awal pengembangan desain. Prinsip ini dapat menjelaskan
konsep desain secara umum tapi tidak dapat menjelaskan konsep secara spesifik.
Overarching meliputi penerapan konsep simplicity, blending form and function,
dan reflecting local elements of architecture, history, nature, and sense of place.
Simplicity adalah konsep yang mengaktualisasi desain dalam bentukbentuk yang sederhana baik secara fisik maupun visual. Prinsip ini dapat
dicapai contohnya melalui pengelompokan elemen secara liniar dan
pengulangan elemen pada jarak tertentu. Blending form and function adalah
konsep yang mendahulukan pertimbangan fungsi suatu elemen pada taman
dan kemudian mengembangkan estetikanya. Reflecting local elements of
architecture, history, nature, and sense of place adalah konsep yang berkaitan
dengan area di sekitarnya. Desainnya dapat mengkombinasikan elemen
arsitektural, unsur kesejarahan, karakter tapak alaminya, dan karakter lokalnya
(VanDerZanden dan Rodie 2008).
Prinsip Estetika
Prinsip-prinsip estetika terdiri dari kerangka desain (order),
repetisi/pengulangan (repetition), irama (rhythm), kesatuan dalam desain (unity),
keseimbangan (balance), proporsi dan skala (proportion and scale), serta
penekanan (emphasize). Kerangka desain merupakan penataan elemen-elemen
dalam suatu lanskap menurut tema yang konsisten, misalnya tema formal,
informal atau struktur informal. Selain itu, konsep ini dapat dicapai dengan
menghubungkan secara fisik dengan mengelompokkan tanaman dan elemen keras.
Repetisi atau pengulangan adalah penataan elemen secara berulang
termasuk tekstur, tanaman tertentu, kumpulan dari tanaman yang banyak atau
komposisi tanaman. Mengelompokkan tanaman atau grup tanaman dapat menjadi
awal permulaan. Pengelompokan dapat dilakukan dengan satu atau beberapa jenis
tanaman. Sebaiknya tanaman yang dipilih tidak terlalu beragam karena untuk
pemula biasanya akan terlihat berantakan.
Irama merupakan perubahan elemen dalam suatu pergerakan atau
waktu tertentu yang konstan. Penataan elemen yang berirama dapat dicapai
melalui perubahan elemen warna, bentuk, dan ukuran secara bertahap. Konsep
ini dapat dicapai dengan visual atau secara fisik dan dapat dilihat secara vertikal
dan horizontal. Irama vertikal dapat muncul dari perbedaan tinggi tanaman
yang ditata pada suatu lanskap. Selanjutnya, irama horizontal dapat
dimunculkan melalui perubahan elemen secara konstan. Sementara secara fisik
dapat dicapai dengan bagaimana orang bergerak dalam suatu lanskap. Contohnya
pada lebar jalan dan rute, dimensi, dan jarak dari stepping.
Kesatuan dalam desain menciptakan keterikatan antara tanaman,

11
elemen keras, dan rumah. Unity atau kesatuan dalam desain dapat dicapai
dengan mengkombinasikan unsur-unsur pembentuk desain. Pemilihan elemen
dan tata letak sangat menentukan apakah suatu desain berada dalam kesatuan
atau tidak. Sebagai contoh, untuk mencapai kesatuan dapat digunakan material
yang sudah ada pada bangunan yang sudah ada di sana lebih dulu.
Keseimbangan dibagi menjadi tiga, yaitu keseimbangan simetri, asimetri,
dan radial. Keseimbangan simetri dicapai melalui pola penataan elemen yang
tepat sama di setiap sisi menurut sebuah poros. Sedangkan keseimbangan
asimetri dicapai melalui penempatan elemen yang berbeda pada sisi diantara
satu poros.Sementara keseimbangan radial dicapai dengan meletakkan elemen
taman pada satu titik.
Prinsip proporsi dan skala mengacu pada ukuran elemen dalam
lanskap. Proporsi tidak memiliki aturan yang baku namun merupakan prinsip
yang absolut. Secara umum, dikenal dua jenis skala (Church 1955 dalam
Vanderzanden and Rodie 2008).
a. Skala relatif berhubungan dengan ukuran suatu elemen dikaitkan
dengan elemennya dalam desain. Pada skala yang lebih luas, skala
relatif berhubungan
dengan keserasian
elemen desain dengan
lingkungan disekitarnya.
b. Skala absolut berkaitan dengan ukuran suatu elemen desain dengan
manusia, misalnya ergonomi untuk tangga, ramp, bangku taman, dan
sebagainya.
Objek yang baik memiliki skala yang normal relatif terhadap
manusia. Pada skala yang lebih dari normal biasanya cenderung membuat
manusia takut, sebaliknya pada skala yang lebih kecil, cenderung membuat
manusia merasa berkuasa atas suatu elemen. Emosi yang dapat ditimbulkan
oleh perbedaan skala ini menyebabkan proses landscaping lebih banyak
disesuaikan dengan ukuran manusia.
Emphasize merupakan penekanan elemen yang penting dalam desain
lanskap yang bertujuan untuk menarik perhatian. Umumnya, emphasize pada
suatu elemen menyebabkan elemen menjadi focal point dan menjadi kontras
terhadap elemen desain lainnya (VanDerZanden dan Rodie 2008).

Aplikasi Prinsip Estetika
Aplikasi prinsip estetika adalah konsep yang bertujuan untuk
menghubungkan struktur/bangunan dengan lanskap disekitarnya secara visual,
membentuk ruang dengan menyusun elemen melingkupi suatu area, mengarahkan
pengguna tapak pada lokasi tertentu, serta mendesain ruang luar yang sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan pengguna. Konsep ini dapat diterpakan dengan
berbagai kombinasi. Bagaimana prinsip ini diterapkan berefek pada bagaimana
lanskap ini dialami, baik secara fisik maupun secara mental (VanDerZanden dan
Rodie 2008).
Prinsip Fungsional
Selain bersifat estetik, desain juga harus mampu menjawab
kebutuhan/permasalahan dasar atau fungsi dari lanskap. Prinsip ini dapat dicapai

12
dengan menyesuaikan dengan kondisi topografi tapak, menciptakan ruang luar
yang bermanfaat, mempertimbangkan aspek pemeliharaan, menyediakan
kebutuhan irigasi, mempertimbangkan aspek keberlanjutan, dan menyediakan
habitat satwa liar. Prinsip ini dibuat agar tercapai keuntungan secara bersamaan
berdasarkan prinsip estetika dan fungsional dalam proses desain (VanDerZanden
dan Rodie 2008).

13
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai September 2012. Lokasi
penelitian berada pada koordinat 60 31’ 30,83“ Lintang Selatan, 1060 44’ 18,81”
Bujur Timur, tepatnya di Desa Bantar Sari RT 02/04, Kecamatan Ranca Bungur,
Bogor. Penelitian ini dilakukan di PAUD Gema Imani tipe formal atau taman
kanak-kanak.

Gambar 6 Lokasi penelitian (Sumber : Google Earth 2013)

14
Pada umunya, lokasi dikelilingi oleh area pertanian penduduk sekitar
tapak (Gambar 6). Tepatnya batas-batasnya sebagai berikut yaitu
Batas Utara
: Rumah penduduk, area kebun
Batas Selatan
: Kebun penduduk
Batas Timur
: Kebun penduduk
Batas Barat
: Kebun penduduk

Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan survey contohnya
meteran dan software desain seperti AutoCAD, Adobe Photoshop CS4, Google
Sketch Up 8, MS. Office, dan Google Earth. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data inventarisasi yang dikumpulkan secara mandiri atau
bersumber dari institusi terkait. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 2 Jenis dan sumber data
No
.
1.
2.
3.

4.
5
6.

Data
Lokasi
Iklim
Topografi,
tanah,
hidrologi
Fasilitas dan
utilitas
Vegetasi dan
satwa
Sosial

Metode Pengambilan
Data
Observasi
Studi pustaka
Observasi, studi
pustaka
Observasi, studi
pustaka
Observasi, studi
pustaka
Observasi, studi
pustaka

Bentuk Data
Text, Image
Text
Text, image

Text, image
Text, image
Text, image

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan proses desain Booth
(1983) yang berhenti di construction drawings dan design activity base Motloch
(1991). Desain ini berdasarkan pada aktivitas yang akan dikembangkan di tapak.
Seluruh proses desain akan mengikuti aktivitas apa yang akan digunakan dan
dikembangkan dalam tapak. Aktivitas ini juga yang akan menentukan ruang
seperti apa yang dibutuhkan atau sesuai di tapak.
Inventarisasi
Tahapan ini dimulai dengan mengambil semua data yang berkaitan dengan
tapak. Data tersebut didapatkan dengan pengukuran di tapak, diambil dari instansi
yang berkepentingan, dan wawancara. Data dari instansi terkait berupa data iklim
untuk BMKG atau data sosial yang didapatkan dari instansi sekitar. Selanjutnya,
wawancara dilakukan untuk mendapatkan data tambahan atau data yang tidak
dapat ditentukan saat datang ke lapangan. Data ini berupa aktivitas lain anak,
kesulitan dalam pembelajaran, atau kondisi anak.

15
Analisis
Analisis berupa evaluasi atau membuat penilaian untuk tapak tersebut
(Booth 1983). Analisis dalam penelitian ini dibagi dalam dua analisis, analisis
kebutuhan ruang dan analisis tapak. Analisis kebutuhan ruang dilakukan terlebih
dahulu karena desain ini berdasarkan pada program base activity (Motloch 1991).
Program yang diambil adalah rencana pembelajaran pada kurikulum 2010
(Hapidin 2010). Program tersebut dianalisis dan dipisahkan berdasarkan pada
tempat umumnya aktivitas tersebut dilakukan. Pemisahan ini dilakukan dengan
membedakan antara aktivitas ruang dalam dan aktivitas ruang luar serta aktivitas
yang tidak membutuhkan ruang khusus. Selanjutnya, penghitungan kebutuhan
luas ruang berdasarkan pada kebutuhan luas dari satu anak (Department of Health
and Community Services 2006).
Analisis yang kedua menganalisis pada potensi dan masalah yang ditemukan
jika aktivitas anak dilakukan di tapak. Kesesuian ruang ini disesuaikan dengan
aturan di Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-Kanak (Kemendiknas
2011) dan aturan pada Public Playground Safety Handbook (2006). Selanjutnya,
kedua analisis ini digabungkan untuk membuat program yang akan dikembangkan
di tapak. Program ini akan dievaluasi untuk disesuaikan dengan lokasi. Akhirnya,
program ini akan menjadi dasar saat konsep ruang dibuat.
Desain
Proses desain dimulai dengan membuat ideal functional diagram atau
diagram fungsional. Diagram fungsional akan menentukkan hubungan antar ruang
yang ada. Hubungan ruang ini dibuat dengan dasar dari hubungan spasial pada
program yang sudah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya, diagram ini disesuaikan
dengan luas tapak yang disebut Site-related functional diagram. Kesesuian ini
akan melihat bentuk tiap ruang yang akan didesain pada tapak. Selanjutnya,
konsep mulai ditentukan dengan membuat tema utama dan bentuk yang akan
dibuat di tapak. Konsep ini akan mengelompokan ruang menjadi konsep ruang.
Konsep ruang dibagi berdasarkan kebutuhan yang lebih spesifik. Ruang
tersebut disesuaikan dengan program yang telah dianalisis. Selanjutnya, hasil
konsep ruang dibuat rencana tapak dengan mendetilkan tiap bentuk elemen yang
direncanakan. Konsep ruang didetilkan dengan bentuk elemen yang spesifik,
contohnya pepohonan atau bangunan yang didesain.
Selanjutnya, gambar dibuat tiga dimensi dan gambar konstruksi. Gambar
tiga dimensi akan memberikan gambaran kepada klien ketika desain telah
diaplikasikan. Gambar konstruksi akan memberikan penjelasan tentang bentukan,
ukuran, material, dan elemen seperti apa yang akan ada di tapak. Gambar
konstruksi ini digunakan untuk mewujudkan gambar menjadi bentuk aslinya.

16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Aksesibilitas
Lokasi dapat dicapai kira-kira selama 45 menit dari Dramaga Bogor
melewati Pasar Ciampea atau dari Persimpangan Atang Senjaya dengan waktu
tempuh 40 menit. Lokasi cukup sulit ditempuh karena angkutan umum jarang
mencapai lokasi. Lokasi memiliki satu aksesibilitas utama yaitu Jalan BojongAtang Senjaya (Gambar 7). Jalan ini tidak terlalu padat oleh kendaraan dan
memiliki lebar sekitar 5 meter.

Gambar 7 Akses utama menuju lokasi (sumber : Google
Earth 2012)

Gambar 8 Kondisi jalan dan gerbang sekolah

17
Selanjutnya, akses terakhir adalah jalan yang berakhir di lokasi dengan
lebar 2,5 meter. Kondisi terakhir telah dibeton setengahnya dan penerangan lampu
jalan dari orang-orang sekitar (Gambar 8). Akses terakhir ini ditutup dengan
gerbang sekolah (Gambar 8). Setelah gerbang sekolah ada sebuah jalan kecil di
depan halaman. Jalan inilah yang digunakan oleh petani sekitar sekolah untuk
menuju lahannya. Jalan ini memang disediakan khusus oleh pemilik. Akses ini
merupakan sirkulasi sekunder yang ada dan digunakan secara intensif.
Potensi Visual
Lokasi memiliki potensi pemandangan yang berasal dari pepohonan, area
kebun, dan rumput. Pandangan yang baik terdapat pada bagian depan tapak yang
mengarah ke kebun pemilik (Gambar 9) dan ke arah hutan jati. Sementara
pandangan yang buruk terdapat pada jalan yang mengarah ke rumah penduduk
dan adanya tempat menjemur baju pada halaman belakang dekat mushola.
Pandangan buruk lainnya terdapat pada kurang tertatanya sekitar sumur sehingga
mengganggu suasana bagian belakang lokasi (Gambar 10). Keberadaan kandang
kelinci pada bagian belakang tapak juga cukup memberikan pandangan buruk.
(Gambar 10).

Gambar 9 Pandangan ke arah kebun pemilik

Gambar 10 Bagian sekitar sumur dan kandang kelinci pemilik

18
Iklim dan Hidrologi
Berdasarkan data yang didapatkan dari Stasiun BMKG Dramaga, wilayah
ini kira-kira memiliki suhu sekitar 25.74 0C dan Curah Hujan 178.67 mm/tahun.
Kelembapan sekitar 82.97 % dan arah angin mengarah dari timur ke barat.
Ditambahkan dengan hasil wawancara pernah terjadi angin kencang dari arah
barat dan selatan lokasi.
Menurut Alan (2005) hidrologi adalah sifat ilmiah, distribusi, dan sirkulasi
dari air tanah, air permukaan, dan air didalam udara. Air permukaan di lokasi
mengalir melalui drainase dan permukaan tanah. Drainase ditapak berada di
halaman belakang dan sebelah utara tapak. Drainase di utara ini awalnya
digunakan untuk Sungai Cidepit tapi selama beberapa tahun sudah tidak berfungsi
sehingga pengelola menutupnya dan diatasnya dibangun gerbang sekolah
(Gambar 11).
Lokasi memiliki sumber air dari satu buah sumur (Gambar 10). Air
digunakan oleh seluruh orang yang berada di lokasi. Termasuk petani sekitar
lokasi yang membutuhkan air untuk menyemprotkan pestisida.

Gambar 11 Drainase di gerbang sekolah yang telah ditutup
Fasilitas dan Utilitas
Tapak memiliki fasilitas ruang kelas dalam yang dibuat dari bambu (Gambar
13). Fasilitas lainnya adalah tempat ibadah berupa mushola untuk anak-anak yang
dilengkapi dengan tempat berwudhu. Sementara rumah tengah difungsikan
sebagai ruang aula. Akhirnya, terdapat fasilitas area bermain untuk anak-anak.
Utilitas tapak salah satunya terdapat satu tiang listrik yang mengalirkan
listrik ke tapak. Sambungan dimulai dari bangunan rumah tengah kemudian
dialirkan dengan pipa kecil ke rumah pengelola lokasi menuju ruang kelas tengah
dengan dilindungi pipa. Selanjutnya, sebuah kabel yang menggantung dengan
tinggi 150-170 cm antara ruang kelas tengah dan ruang kelas dengan bambu.
Untuk saluran air, terdapat pipa yang tersembunyi di dalam tanah yang
mengalir sepanjang perkerasan sampai ke tempat wudhu anak. Pipa yang lainnya
terdapat pada sekitar sumur yang menempel ke tembok rumah tengah. Seluruh
kondisi pipa dalam keadaan baik. Akan tetapi, penyusunannya yang tidak teratur
cukup mengurangi keindahan tempat ini.

19

Gambar 12 Mushola dan area kelas pada halaman belakang

Tanah dan Topografi
Secara geologis jenis tanah umum Bogor berjenis latosol coklat. Jenis tanah
ini cocok untuk semua tanaman. Selanjutnya, topografi yang ada di lokasi
umumnya memiliki kemiringan 1-2 % dengan lahan yang relatif datar. Akan tetapi,
ada bagian dengan kemiringan >25% antara halaman depan dan area kebun
pemilik. Perbedaan tinggi bagian ini sebesar 93 cm dan kemiringan sebesar 67 %
(Gambar 12).

Gambar 13 Bagian tapak dengan topografi >25%
Tanaman dan Satwa
Tanaman yang ada di lokasi meliputi vegetasi pohon, tanaman semak,
tanaman penutup tanah, dan tanaman pertanian. Tanaman tersebut antara lain
tanaman Jati Tectona grandis dengan ukuran beragam pada lokasi yang berbedabeda misalkan pada halaman depan tanaman jati berdiameter 20-30 cm. Kemudian
pada area paling utara tapak terdapat Hutan Jati dengan jarak tanam berkisar
antara 2-3.6 meter. Hutan ini adalah area hutan produksi yang dibuat oleh
pemiliknya dan tidak terlalu bersatu dengan area hutan lain di sekitarnya.
Cherry (Eugenia reinwardtiana) setinggi 3 meter dan dahan pertama
berjarak 1.5 m dari tanah, Jambu (Syzygium sp.), Ketapang (Terminalia catappa)
setinggi 5 meter, dan Pohon Beringin (Ficus benjamina) di depan rumah
pengelola berdiameter 15 meter serta tinggi 5 meter.

20
Tanaman semak kebanyakan menggunakan jenis tanaman hias seperti
Tabernaemontana divancara dengan tinggi sekitar 0.3-0.5 m, Drasaena
(Dracaena sp.), Pucuk merah (Syzygium oleina) dengan tinggi 0.3-0.5 m.
Tanaman Pertanian yang mendominasi terlihat pada Pisang (Musa paradiceae).
Sementara tanaman lainnya merupakan tanaman liar.
Selanjutnya, pengelola memelihara satwa kelinci dan kura-kura secara
khusus. Satwa lainnya merupakan satwa biasa yang ditemukan di sekitar hutan,
rumah, dan kebun seperti serangga, kadal, atau kucing. Walaupun begitu, satwa
ini tidak membahayakan untuk anak.

Gambar 14 Vegetasi jati Tectona grandis dan Eugenia reinwardtiana

Gambar 15 Satwa kadal di area playground

Kondisi Sosial
Pendidikan anak usia dini (PAUD) Gema Imani didirikan untuk
mengakomodasi kebutuhan pendidikan bagi warga disekitar lokasi tersebut.
Sekolah ini secara resmi berizin pada akhir tahun 2012. Sekolah ini
mengakomodasi kebutuhan anak dari usia 4-6 tahun (Gambar 15). Sekolah ini

21
memiliki 3 kelas terdiri atas satu kelas bermain dan dua kelas untuk persiapan
masuk SD. Tiap kelasnya memiliki 9-10 siswa. Hari aktif siswa dimulai dari
Senin- Jumat dimulai dari jam 8.00-11.00 WIB. Staf pengajar terdiri dari 4 orang
guru dan satu kepala sekolah.
Siswa di PAUD ini rata-rata tinggal tidak jauh dari tempat ini. Tempat
tinggalnya yaitu Desa Hulu Rawa, Desa Gunung Leutik, Desa Gunung Bubut,
Desa Hulu Kaus, Desa Gunung Lumbung, Desa Babakan Kondang, dan Desa
Kampong Gaok. Di samping itu, latar belakang pendidikan orang tua siswanya
beragam terdiri dari buruh, karyawan swasta, wirausaha, pedagang, dan PNS.
Pengguna tapak lainnya adalah petani yang memiliki kebun disekitar
lokasi. Pengguna tapak yang merupakan pemilik kebun sekitar tapak, kadang
memanfaatkan halaman depan sebagai tempat menaikan atau menurunkan muatan
saat panen. Hal ini tidak diinginkan oleh pemilik dan pengelola tapak. Selain itu,
adanya pencuri membuat resah pengelola lokasi ini.

Gambar 16 Siswa di PAUD Gema Imani (sebelum adanya perkerasan
pada area playground)

Analisis
Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat rencana dan pengaturan (Kemendiknas 2011).
Hal tersebut meliputi tujuan, bidang pengembangan, dan penilaian serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, kurikulum merupakan dasar dari
aktivitas yang ada di tiap sekolah dan menjadi dasar aktivitas yang ada di tapak.
Berdasarkan Peraturan menteri pendidikan nasional no. 58 tahun 2009
tentang standar pendidikan anak usia dini (Kemendiknas 2009), kurikulum yang
dipakai harus memuat 5 aspek utama yang harus diajarkan pada anak. Aspek
tersebut meliputi nilai agama dan moral, motorik, kognitif, keaksaraan, dan sosialemosional. Oleh sebab itu, kurikulum yang dipakai adalah acuan kurikulum 2010
(Lampiran 1).
Akan tetapi, metode sekolah saat ini didominasi oleh kegiatan pasif yang
kurang dapat memacu perkembangan anak. Oleh sebab itu, cara pembelajaran
dalam penelitian ini meniru konsep sekolah alam. Intinya, cara ini memperbanyak

22
aktivitas ruang luar dibanding aktivitas ruang dalam. Contohnya, aktivitas
mengenal tanaman yang dilakukan di luar ruangan sehingga pembelajaran tidak
terasa membosankan. Sekolah yang didesain akan menggunakan kurikulum umum
pada taman kanak-kanak
dengan modifikasi metode pembelajaran yang
disesuaikan dengan sekolah alam.
Analisis Kebutuhan Ruang
Kebutuhan ruang pada tipe PAUD disesuaikan dengan kurikulum yang
dimiliki PAUD tersebut. Kebutuhan ruang di tempat ini dibuat dengan acuan
standar kurikulum 2010 taman kanak-kanak (lampiran 2). Ukuran luasan tiap
ruang berdasarkan aturan Department of Health and Community Services (2006)
sebesar 7 m2/anak untuk aktivitas aktif anak. Selanjutnya, standar aktivitas anak
pasif 3.2 m2/anak berdasarkan hitungan dari petunjuk teknis penyelenggaraan
taman kanak-kanak (Kemendiknas 2012).
Standar kebutuhan tiap ruang dibuat untuk 12 anak. Jumlah ini didapatkan
dengan wawancara tentang jumlah anak pada satu ruang kela sebesar 10 anak.
Selanjutnya, diperkirakan ada penambahan pada tahun ajaran baru sebanyak 2
orang sehingga jumlah anak ada 12 anak.
Kebutuhan ruang ini dimasukan pada tiap aktiviitas pada acuan standar
kurikulum 2010 (Hapidin 2010). Berikutnya, acuan standar kurikulum dipisahkan
antara aktivitas ruang luar, aktivitas ruang dalam, dan aktivitas yang tidak
memerlukan ruang khusus. Hasilnya (Tabel 3) didapatkan dasar dari ruang-ruang
yang akan diletakkan pada tapak. Ruang-ruang ini akan menjadi gambaran dari
aktivitas seperti apa yang ada pada tapak.
Analisis Lokasi dan Aksesibilitas
Lokasi terdiri dari lahan yang umumnya merupakan area pertanian untuk
menanam sayur. Area pertanian di dalam tapak memiliki fungsi sebagai kebun
kecil. Halaman depan lokasi dibatasi oleh tembok setinggi 2-2,5 m di selatan
tapak sehingga kegiatan di dalam tapak tidak terganggu (Gambar 17). Hal ini
menjadi potensi dalam pengembangan tapak sebagai area permainan untuk anakanak.

Gambar 17 Tembok di halaman depan tapak

23

24

25

26

26

Tabel 3 Aktivitas yang akan dikembangkan di tapak
Tipe ruang

Kelompok

A

A
B

A
B
B

C
D
E

F

A
A
B

B

Aspek yang diinginkan

Indikator aktivitas

Mengendalikan perasaan
Menjaga
diri
sendiri
dari
lingkungan
Memahami perilaku mulia (jujur,
penolong, sopan, hormat, dsb)
Mengekspresikan emosi yang
sesuai dengan kondisi yang ada
(senang, sedih, antusias, dsb)
Menunjukkan sikap toleran
Melakukan kegiatan kebersihan
diri
Mengklasifikasi benda berdasarkan
bentuk, warna atau ukuran

Sabar menunggu giliran
Membuang sampah pada tempatnya
Memelihara lingkungan, misal: tidak mencoret-coret tembok
Memelihara kebersihan lingkungan, misal: tidak mencoret-coret tembok,
membuang sampah pada tempatnya, dll
Sabar menunggu giliran

Mengklasifikasi benda berdasarkan
fungsi
Mengklasifikasikan
benda
berdasarkan warna, bentuk dan
ukuran (3 variasi)
Mengenal Tuhan melalui agama
yang dianutnya
Mengenal Tuhan melalui agama
yang dianutnya
Memecahkan masalah sederhana
dalam kehidupan sehari-hari
Menggerakkan badan dan kaki
dalam
rangka
keseimbangan,
kekuatan,
kelincahan,
keseimbangan
dan
melatih
keberanian

Menunjuk dan mencari sebanyak-banyaknya benda berdasarkan fungsi

standar ruang
minimal

Saling membantu sesama teman
Membuang sampah pada tempatnya

Kebutuhan
ruang
minimal (m2)

0

Menunjuk sebanyak-banyaknya benda, hewan dan tanaman menurut ciri-ciri
tertentu
Menunjuk sebanya-banyaknya benda, hewan, dan tanaman menurut jenisnya

Menunjuk dan mencari sebanyak-banyaknya benda, hewan, tanaman, yang
mempunyai warna, bentuk, ukuran atau menurut ciri-ciri tertentu
Memberi makanan pada hewan
Menyirami tanaman
Mengerjakan “maze” (mencari jejak) yang lebih kompleks (3-4 jalan)
Berdiri dengan tumit diatas satu kaki dengan seimbang

3.2 m2/anak

38.4

2

3.2 m /anak

38.4

2

7 m /anak

84

2

3.2 m /anak
38.4

27

Tabel 3 Aktivitas yang akan dikembangkan di tapak (lanjutan)

Tipe ruang

Kelompok

G

B

A

H

B

Aspek yang diinginkan
Melakukan permainan fisik dengan
teratur
Menirukan gerakan binatang,
pohon tertiup angin, pesawat
terbang, dsb
Mengekspresikan diri dengan
berkarya seni menggunakan
berbagai media
Mengekspresikan diri dengan
berkarya seni menggunakan
berbagai media
Menunjukkan inisiatif dalam
memilih tema permainan (seperti
ayo kita bermain pura-pura seperti
burung)
Melakukan koordinasi gerakan
kaki-tangan-kepala dalam
melakukan tarian/senam
Melakukan koordinasi gerakan
kaki-tangan-kepala dalam
melakukan tarian/senam

Indikator aktivitas
Melakukan permainan fisik, misal petak umpet, tikus dan kucing, dll

standar ruang
minimal
7 m2/anak

Kebutuhan
ruang
minimal (m2)
84

2

Menirukan gerakan binatang peliharaan, binatang yang dapat terbang
Menirukan gerakan pohon sepoi-sepoi, pohon tertiup angin kencang, dll

7 m /anak
7 m2/anak

Menirukan gerakan pesawat terbang (mau terbang, gerakan di udara dan
gerakan mendarat, dll)
Menggerakkan kepala, tangan atau kaki sesuai dengan irama musik/ritmik
Mengekspresikan diri secara bebas sesuai irama musik
Mengikuti gerakan tari sederhana sesuai irama musik
Mengekspresikan diri dalam gerak bervariasi
Bermain dengan berbagai alat perkusi sederhana

7 m2/anak
7 m2/anak
7 m2/anak
7 m2/anak
7 m2/anak
3.2 m2/anak

Bermain peran
Mengekspresikan gerakan sesuai dengan syair lagu atau cerita
Mengekspresikan gerakan dengan iringan musik/lagu

7 m2/anak
7 m2/anak
7 m2/anak

Mengekspresika